Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
burung merpati
2. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi dan fisiologi sistem respirasi
burung merpati
3. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi
burung merpati
4. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi dan fisiologi sistem sirkulasi
burung merpati
5. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi dan fisiologi sistem urinaria
burung merpati
6. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi dan fisiologi sistem kerangka
burung merpati
7. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi dan fisiologi sistem otot burung
merpati
8. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu tersebut untuk bisa diterapkan dalam
memelihara ternak unggas dengan baik dan benar.
BAB II
METODE PELAKSANAAN

2.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum dilakukan pada:
Hari, Tanggal : Rabu, 12 Desember 2018
Waktu Praktikum : 13.00 – 16.00
Tempat : Laboratorium Reproduksi dan Kesehatan
Hewan/Ternak di Instalasi Ruminansia Besar, Polbangtan
Malang
2.2 Materi dan Metode Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum nekropsi dan identifikasi ternak
unggas adalah:
1.) Gunting anatomi untuk memotong tulang burung merpati
2.) Sepasang scaple untuk membedah burung merpati
3.) Pinset untuk memudahkan dalam melakukan pembedahan/nekropsi dan
sebagai penjepit untuk mengambil dan mengangkat kulit
4.) Pisau untuk menyembelih burung merpati
5.) Pita ukur untuk mengukur panjang organ
6.) Nampan untuk alas dalam melakukan nekropsi
7.) Timbangan untuk menimbang organ, kertas kecil untuk penanda organ-
organ, plastic untuk sisa-sisa pembedahan serta sabun untuk
pembersihan tangan.
Alat yang digunakan Terdiri dari:
1. Gunting anatomi
2. Sepasang Scaple
3. Pinset
4. Pisau
5. Pita ukur

Bahan yang digunakan pada praktikum nekropsi dan identifikasi ternak


unggas adalah:
1.) Bahan yang dibutuhkan adalah burung merpati
Bahan yang digunakan

2.3 Metode
1. Burung merpati dalam keadaan hidup
2. Menimbang bobot hidup burung merpati
3. Memotong unggas dengan cara dekapitasi (memotong 3 saluran: vena
jugularis, trakea dan esophagus)
4. Membasuh bulu burung merpati untuk memudahkan dalam proses
otopsi
5. Meletakkan burung merpati dengan posisi rebah dorsal (terlentang)
6. Fiksasi burung merpati dengan cara memotong paha hingga terputus
persendian (Coxofemoralis)
7. Membuat sayatan melintang pada abdomen
8. Membuka rongga perut dengan cara memotong tulang rusuk kearah
Cranial/hingga Sternum
9. Membuka rongga dada dengan melepaskan tulang dada/Sternumdan
Clavicula
10. Mengamati letak organ pada rongga perut dan dada
11. Melepaskan organ dalam dari rongganya
12. Mengidentifikasi sistem organ

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

3.1Jenis Unggas yang Diidentifikasi


Jenis unggas yang diidentifikasi adalah burung merpati. Burung
merpati tersebut merupakan burung yang masih produktif. Sebelum dilakukan
identifikasi sistem organ, terlebih dahulu dilakukan penimbangan. Hasil
penimbangan menunjukkan bahwa bobot hidupnya adalah 2,5 ons.

3.2Mengidentifikasi Sistem Kerangka


Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan sistem kerangka burung merpati terdiri
dari paruh, tengkorak, tulang leher, ulna, radius, humerus, tulang rusuk,
tulang sayap, tulang paha, tulang panggul, tulang kering, tulang jari kaki,
tulang dada dan tulang telapak kaki. Sistem kerangka tersebut tidak terlihat
dengan jelas karena kerangkanya masih ditutupi oleh daging. Sehingga
penempatan namatersebut didasarkan pada penempatan berdasarkan arti
namanya, bukan melihat pertulangannya.

Berat sistem kerangka adalah


seberat 161 gram

3.3 Mengidentifikasi Sistem Pencernaan


Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan sistem pencernaan burung merpati
terdiri dari paruh, esophagus, tembolok (crop), proventrikulus, gizzard,
pancreas, duodenum, jejenum, ileum, cecum, colon, dan kloaka.

Berat organ sistem pencernaan


yaitu 20 gram
Panjang usus = 68,5 cm

3.4 Mengidentifikasi Sistem Pernafasan


Berdasarkan hasil praktikum maka hasil yang didapatkan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan sistem pernafasan burung merpati
terdiri dari hidung, pharing, trakea, dan paru-paru.

Dan terdapat rongga udara/Kantung Udara

Berat organ paru-paru adalah


seberat 4 gram

3.5 Mengidentifikasi Sistem Urinaria


Berdasarkan hasil pengamatan sistem urinaria pada burung merpati
terdiri dari mulai dari ginjal, ureter dan kloaka.

3.6 Mengidentifikasi Sistem Sirkulasi


Berdasarkan hasil praktikum maka hasil yang didapatkan seperti berikut:

Berdasarkan hasil pengamatan sistem sirkulasi pada burung merpati


terdiri dari jantung, limpa, dan pembuluh darah.

Berat organ jantung adalah seberat


3 gram

3.7 Mengidentifikasi Organ Reproduksi pada Burung Merpati Jantan


Berdasarkan hasil praktikum maka hasil yang didapatkan seperti berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat praktikum diketahui bahwa
jenis kelamin dari burung merpati adalah jantan. Organ reproduksinya terdiri
dari testis, vas deferens, dan yang terakhir kloaka.

3.8 Mengidentifikasi bagian-bagian Otot


Berdasarkan hasil praktikum maka hasil yang didapatkansebagai berikut:
Otot Polos

Otot lurik

Otot Jantung Otot penyusun organ jantung


Berdasarkan hasil praktikum sistem otot pada burung merpati terdiri
dari otot polos, otot lurik dan otot jantung. Yang meliputi cervical, extensor
dan flexor carpiradialis, biceps brachiti, obliqus adbominus, externus, biceps
femoris, gluteus superficalis, tibialis cranialis, gastrochemiun, tendo-tendo
flexor, tendo-tendo extensor, dan pectroralis superficialis. Terdapat sebagian
otot-otot yang tertutupi oleh lemak.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sistem Reproduksi pada Burung (Aves) Jantan


Burung jantan memiliki sepasang testis yang menyerupai bentuk
kacang dan masing-masing terletak di depan lobus atas ginjal. Selama bukan
musim kawin, testis sulit untuk ditemukan karena ukurannya yang kecil, tapi
selama musim kawin testis dapat tumbuh beberapa ratus kali dari ukuran
sebelumnya. Seperti pada mamalia, sel sperma burung tidak bisa
berkembang sepenuhnya pada suhu tinggi dalam rongga tubuh. Beberapa
burung pada malam hari mengalami penurunan suhu tubuh yang
memungkinkan sel sperma untuk berkembang, sementara burung lainnya
memiliki pembengkakan di ujung tabung (vas deferens).
Tabung ini menghubungkan testis ke kloaka, dan berfungsi seperti
pada mamalia, skrotum menahan sperma yang terletak jauh dari suhu tubuh
yang lebih tinggi yang berada dalam perut. Kebanyakan jenis burung
menggosok daerah kloaka mereka bersama-sama untuk mentransfer sperma
laki-laki, tetapi burung unta, Rhea, stroke, flamingo, bebek dan beberapa
sepesies burung lain benar-benar memiliki ereksi penis beralur di dinding
belakang kloaka untuk mentransfer sperma (Budi, 2015: 1).
Sistem Genitalia Jantan
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian
permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling
kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan
disimpan spermatozoa.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen
dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada
burung- burung kecil, duktus eferen bagian distal yang sangat panjang
membentuk duktus aferen yang berdilatasi membentuk duktus ampula yang
bermuara dikloaka ssebagai duktus ejakulatori. Duktus eferen berhubungan
dengan epididimis yang kecil dengan ureter ketika masuk kloaka (Tri, 2012:
1).
4.2 Sistem Pernafasan
Saat terbang, pernapasan burung dibantu dengan pundi-pundi udara.
Pundi-pundi udara merupakan kantong dengan dinding selaput yang sangat
tipis dan elastis. Pundi-pundi udara tersebut terletak diantara otot, tulang, dan
otot-otot tubuh.Pada waktu terbang, sayap burung digerakkan oleh otot-otot
dada. Aktivitas otot-otot dada ini akan mengganggu proses pemasukan udara
oleh paru-paru (inspirasi). Udara pernapasan masuk melalui hidung lalu ke
trakea dan bronkus menuju paru-paru dan dialirkan ke pundi-pundi udara.
Oleh karena itu, oksigen diambil dari udara yang terdapat dalam
pundi-pundi udara. Udara dari pundi-pundi dialirkan ke paru-paru dengan
cara menekan pundi-pundi (ekspirasi). Dalam paru-paru terjadi lagi
penyerapan oksigen. Jadi, penyerapan oksigen dapat berlangsung dua kali
yakni pada saat inspirasi dan ekspirasi.
Pada waktu inspirasi: Udara masuk ke dalam paru-paru dan pundi-pundi
udara.
Pada waktu ekspirasi: Udara mengalir dari pundi-pundi udara ka dalam paru-
paru.
Saat burung terbang melayang tanpa mengepakkan sayapnya, burung
berkesempatan mengisi kembali pundi-pundi udaranya. Ketika burung
hinggap, burung bernapas menggunakan paru-paru. Jalannya pernapasan
pada burung yang terbang atau tidak terbang adalah sebagai berikut:
Udara masuk melalui hidung → tenggorokan → paru-paru → pundi-pundi
udara → paru-paru → keluar melalui hidung
Pada umumnya, burung memiliki lima pasang pundi-pundi udara yang diberi
nama sesuai dengan tempatnya, yaitu:
1. Sepasang pundi-pundi udara pangkal leher;
2. Sepasang pundi-pundi udara dada depan;
3. Sepasang pundi-pundi udara dada belakang;
4. Sepasang pundi-pundi udara perut; dan
5. Sepasang pundi-pundi udara antartulang selangka yang bercabang-
cabang membentuk pundi-pundi udara dibawah tulang lengan atas
(SEPE, 2016: 1).

Organ Sistem Pernapasan Pada Hewan Burung


1. Kantung Udara
Beberapa dari anda mungkin sudah ada yang mendengar apa itu
kantung udara, terutama pada burung. Fungsi kantung udara pada burung
dapat meningkatkan kemampuan burung untuk bernapas ketika burung
terbang. Selain sebagai organ sistem pernapasan pada hewan burung,
kantung udara memiliki fungsi lain seperti mengatur berat badan burung
ketika terbang dan membungkus organ dalam supaya tidak terasa dingin.
Letak kantung udara pada hewan burung terletak hampir diseluruh tubuh
burung yaitu otot data, tulang dan organ tubuh burung. Selain itu kantung
udara terdapat pada beberapa hewan seperti serangga yang mungkin cara
kerja fungsi kantung udara serangga berbeda.
2. Hidung
Hidung adalah organ pertama yang menerima udara dari lingkungan.
Udara yang dibutuhkan dihirup oleh burung adalah udara yang mengandung
oksigen. Kemudian udara akan diteruskan ke trakea agar mudah
didistribusikan ke seluruh tubuh burung.
3. Trakea
Trakea adalah saluran panjang yang berfungsi untuk menghantarkan
udara dari hidung menuju bronkus. Pada bagian ujung trakea, terdapat
percabangan yang mengantarkan udara ke bagian selanjutnya yaitu bronkus.
4. Bronkus
Bronkus adalah percabangan dari trakea yang menghubungkan trakea
dengan paru-paru. Pada bagian kiri dan kanan bronkus mudah ditemukan
pada bagian tubuh burung. Fungsi bronkus pada hewan burung adalah
sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.
5. Paru-Paru
Paru-paru pada hewan burung terdiri dari saluran masuk dan keluar.
Pergerakan udara pada kedua saluran ini selalu satu arah. Dengan demikian,
tidak ada waktunya burung untuk berhenti mengambil oksigen dari
lingkungan sehingga kebutuhan udaranya terpenuhi. Bagian paru-paru pada
burung tidak memiliki alveoli karena tersusun oleh pembuluh udara (DOBI,
TT: 1).

4.3 Sistem Pencernaan


Seperti halnya pada hewan vertebrata lainnya pencernaan pada kelas
aves seperti ayam, burung, dan unggas lainnya tersusun atas saluran dan
kelenjar pencernaan. Kelas aves memiliki tingkat metabolisme yang tinggi
untuk berbagai aktivitas seperti terbang yang memerlukan energi yang besar.

Untuk itu burung dan anggota aves lainnya memiliki sistem


pencernaan yang sangat sederhana agar cepat memperoleh energi, dan
melakukan sebuah adaptasi pada organ - organ tertentu dalam rangka
mengurangi massa tubuh. Saluran pencernaan pada burung meliputi rongga
mulut, kerongkongan, tembolok, lambung, empela, usus halus, usus besar,
rektum, kloaka.
a. Sistem pencernaan burung di bedakan menjadi 3 yaitu:
1. Sistem pencernaan secara mekanik
Sistem pencernaan mekanik pada burung terjadi di rongga mulut
dengan bantuan lidah yang membantu mendorong makanan menuju
kerongkongan. Dari kerongkongan kemudian ke tembolok dan menuju ke
empedal, Didalam empedal makanan mengalami pengecilan partikel
sehingga mudah cepat di serap.
2. Sistem pencernaan secara enzimatis
Sistem pencernaan secara enzimatis terjadi di mulut dengan bantuan
enzim ptialin, di dalam lambung dengan bantuan asam klorida di dalam usus
halus dengan bantuan enzim yang di hasilkan oleh prankeas.
3. Sistem pencernaan secara biologis
Sistem pencernaan secara biologis di bantu dengan bakteri sehingga
di sebut pencerna mikrobiologi. Proses pencernaan mikrobiologi terjadi
didalam usus besar.
b. Urutan proses pencernaan pada burung
1. Rongga mulut
Didalam rongga mulut makanan akan bercampur dengan saliva atau
ludah. Air ludah pada burung berfungsi sebagai bahan lubrikasi air.
2. Tembolok
Tembolok merupakan saluran yang menghubungkan rongga mulut
dengan lambung. Tembolok terletak di pangkal rongga mulut. Di tembolok
makan tidak mengalami proses apapun makanan hanya lewat saja.
Tembolok juga sebagai tempat menimbun makanan dan minuman.
3. Lambung
Di dalam lambung makanan mengalami proses pencernaan secara
enzimatis dengan bantuan getah lambung. Lambung akan menghasilkan
enzim pepsin, renin dan asam klorida ( HCL ) .
4. Ampela (Gizzarat)
Didalam ampela terjadi pelumatan makanan dengan bantuan grift.
Grift membantu pelumatan makanan menjadi partikel yang lebih kecil dengan
permukaan yang luas sehingga mempermudah untuk penetrasi enzim.
5. Usus halus
Usus halus pada burung tersusun atas doudenum, jejenum dan ileum.
Di doudenum terjadi proses penyerapan makanan. Proses pencernaan
makan di usus halus di bantu oleh cairan empedu, enzim prankeas, dan
enzim usus. Empedu berfungsi untuk mengelmulsikan lemak, dan
mengaktifkan lipase dan menghidrolisis lemak.
6. Usus besar
Di usus besar terjadi proses pencernaan makanan yang belum dicerna
oleh usus halus. Di dalam usus besar terjadi pencernaan selulosa dan
hemiselulosa yang belum terhidrolisis oleh enzim. Sebagian besar air akan di
serap di dalam usus besar. Selanjutnya akan bermuara di rektum dan akan di
buang melalui kloaka.
7. Kloaka
Burung dan beberapa vertebrata lainya tidak memliki anus namun
memiliki saluran pembuangan yang di sebut kloaka. Kloaka adalah muara
akhir pembuangan dari saluran urin, saluran reproduksi dan saluran
pencernaan (Kurniawan, 2016: 1).

4.4 Sistem Kerangka

Tengkorak : Melindungi otak dan isi kepala


Tulang leher :Untuk menghubungkan ke tempurung kepala
Tulang lengan : Untuk menggerakkan sayap
Tulang hasta :Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang
lengan
Tulang pengumpil :Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang
lengan
Korakoid : Penghubung tulang dada
Tulang dada : Tempat melekatnya oto untuk terbang
Tulang rusuk : Tulang yang melindungi isi perut
Pelvis : Penghubung tulang ekor
Tulang ekor : Tulang penghubung dengan kloaka
Tulang kering : Penghubung tulang paha kebetis
Tulang paha : Untuk persendian (Febriana, 2013: 1).

4.5 Sistem Urinaria


Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang mereproduksi
urine dan mengeluarkan dari tubuh, sistem ini merupakan salah satu sistem
utama untuk mempertahankan homomeoatis (Munish, 2012: 126).
Sistem perkemihan (urinaria) terdiri dari ginjal, ureter, kantong kemih
dan ureter, saat mengeluarkan urine, ginjal menggunakan air untuk produk
limbah metabolisme (Enis, 2009: 75).
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses
penyaringan darah sehingga bebas dari zat-zat yang tidak diperlukan oleh
tubuh dan menyerap zat yang masih dipergunakan oleh tubuh (Dewi, 2004:
64).
Alat ekskresi yang utama pada vertebrata adalah ginjal. Terdapat
beberapa ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros, opisnefros, mesonefros dan
metanefros. Pronefros adalah ginjal yang berkembang pada fase embrio atau
larva. Selanjutnya pronefros akan berubah menjadi mesonefros, kemudian
setelah dewasaberubah lagi menjadi metanefros. Opistonefros terdapat pada
hewan anamniota sedangkan mesonefros terdapat pada fase embrio
amniota.
Pada alat ekskresi burung berupa paru-paru, ginjal, kulit. Ginjalnya
berjumlah sepasang berwarna coklat. Saluran ekskresi, saluran kelamin dan
saluran pencernaan menyatu pada kloaka. Burung tidak mempunyai kantong
urine. Urine dihasilkan ginjal langsung bercampur dengan sisa pencernaan
dan langsung dikeluarkan melalui kloaka (IDBI, 2016: 2).

4.6 Sistem Otot


Kebanyakan burung memiliki sekitar 175 otot yang berbeda, yang
sebagian besar mengontrol sayap, kulit dan kaki. Otot terbesar dari seekor
burung adalah otot pektoralis atau otot dada yang mengatur gerakan sayap
dan burung penerbang, berat otot ini sekitar 15 - 25% dari berat tubuhnya.
Otot ini memberikan kepakan sayap yang kuat untuk terbang. Otot medialis
(bawah) sampai pectorals adalah supracoracoideus. Otot ini mengangkat
sayap pada saat burung mengepakkan sayap. Kedua otot supracoracoideus
dan pectorals ini memiliki berat sekitar 25 - 35% dari keseluruhan berat
badan burung.
Otot-otot kulit membantu burung pada saat terbang dengan
menyesuaikan arah bulu yang melekat pada otot kulit dan membantu burung
saat melakukan manuver penerbangan. Bagian tubuh dan ekor hanya
memiliki beberapa otot, tetapi otot-otot tersebut sangat kuat dan sangat
penting bagi burung. Pygostyle mengontrol semua gerakan di bagian ekor
dan mengontrol bulu di bagian ekor. Hal ini menjadikan ekor memiliki
permukaan yang lebih besar yang membantu menjaga burung di udara
(IDWI, TT: 4).

4.7 Sistem Sirkulasi


Burung memiliki jantung dengan empat bilik, yang sama dengan
manusia, kebanyakan mamalia, dan beberapa reptil (yakni Crocodylia).
Adaptasi ini memungkinkan transportasi nutrisi dan oksigen yang efisien ke
seluruh tubuh, memberikan burung dengan energi untuk terbang dan
mempertahankan aktivitas yang tinggi. Hati Archilochus colubris berdetak
hingga 1200 kali per menit (sekitar 20 denyut per detik) (IDWI, TT: 6).
Sistem peredaran darah
Jantung burung dan mamalia memiliki empat ruang yang sudah
terpisah sempurna. Dengan demikian, telah terjadi pemisahan yang
sempurna antara darah kaya CO2 dan darah yang kaya O2. Darah burung
berbentuk oval dengan inti sel, dan hemoglobin yang terkandung dalam
protoplasma sel darahnya. Dari bilik kiri, darah akan mengalir lewat arteri
yang bercabang tiga.Dua arteri bercabang-cabang lagi untuk menyuplai
darah ke kepala dan organ-organ di tubuh bagian depan, serta otot-otot
terbang. Satu arteri menyuplai darah ke anggota badan bagian belakang.
Sementara itu, pembuluh balik (vena) pada burung dapat dibedakan atas
vena cava superior (yang membawa darah dari tubuh bagian atas) dan vena
cava inferior (yang membawa darah dari tubuh bagian bawah).

Sistem Peredaran Darah pada Burung (Aves)

Dari sistem vena tersebut, darah masuk ke serambi kanan dan bilik
kanan. Dari bilik kanan, darah dipompakan ke paru-paru lewat arteri
pulmonalis, dan kembali ke bilik kiri melalui vena pulmonalis. Aves,
Mammalia, Reptilia, dan Amphibia memiliki sistem peredaran darah
gandakarena dalam perjalanannya, darah dua kali melewati jantung. Pada
cacing dan serangga, darah hanya satu kali melewati jantung, disebutsistem
peredaran darah tunggal(Sridianti, 2018: 1).

BAB V
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Sistem kerangka pada burung merpati terdiri dari paruh, tengkorak, tulang
leher, ulna, radius, humerus, tulang rusuk, tulang sayap, tulang paha,
tulang panggul, tulang kering, tulang jari kaki, tulang dada dan tulang
telapak kaki.
2. Sistem pencernaan pada burung merpati terdiri dari paruh, esophagus,
tembolok (crop), proventrikulus, gizzard, pancreas, duodenum, jejenum,
ileum, cecum, colon, dan kloaka.
3. Sistem pernafasan pada burung merpati terdiri dari hidung, pharing,
trakea, dan paru-paru.
4. Sistem urinaria pada burung merpati terdiri dari ginjal, ureter dan kloaka.
5. Sistem sirkulasi pada burung merpati terdiri dari jantung, limpa, dan
pembuluh darah.
6. Sistem reproduksi pada burung merpati terdiri dari testis, vas deferens, dan
kloaka.
7. Sistem otot pada burung merpati terdiri dari otot polos, otot lurik dan otot
jantung. Yang meliputi cervical, extensor dan flexor carpiradialis, biceps
brachiti, obliqus adbominus, externus, biceps femoris, gluteus superficalis,
tibialis cranialis, gastrochemiun, tendo-tendo flexor, tendo-tendo extensor,
dan pectroralis superficialis.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Budi. 2015. Sistem Reproduksi pada Burung (Aves).


https://budisma.net/2015/ 06/sistem-reproduksi-pada-burung-aves.html. [05
Januari 2019].

Dewi, rosiana. 2013. Biologi 2B. Klaten: intan pariwara.

DOBI. TT. Sistem Pernapasan pada Hewan Burung.


https://dosenbiologi.com/ hewan/sistem-pernapasan-pada-hewan-burung.
[05 Januari 2019].

Enis, U. 2009 AC Comparision of the uranary system. Journal of turkish, Vol


3(9): 122-167.

Febriana, E. 2013. Sistem Gerak pada Burung.


http://sistemgerakpadaburung. blogspot.com/2013/05/sistem-gerak-pada-
burung.html. [05 Januari 2019].

IDBI. 2016. Jurnal Urinaria dan Praktikum Sistem. http://idbiodiversitas.


blogspot.com/2016/04/jurnal-urinaria-dan-praktikum-sistem.html. [05
Januari 2019].

IDWI. TT. Sistem Otot. https://id.wikipedia.org/wiki/Anatomi_burung. [05


Januari 2019].
IDWI. TT. Sistem Sirkulasi. https://id.wikipedia.org/wiki/Anatomi_burung. [05
Januari 2019].
Kurniawan, F. 2016. Sistem Percernaan Burung Aves Beserta Fungsinya.
http: //fredikurniawan.com/sistem-pencernaan-burung-aves-beserta-
fungsinya/. [05 Januari 2019].
Munish, G. 2012. Effect of plylatnthus urinaria in biochemichal. Journal of
pharmaceutil. Vol 1(1): 211-245.

SEPE. 2016. Sistem Pernapasan Pada Burung. https://www.seputar


pengetahuan.co.id/2016/02/sistem-pernapasan-pada-burung.html. [05
Januari 2019].
Sridianti. 2018. Sistem Peredaran Darah pada Burung Aves. https://www.
sridianti.com/sistem-peredaran-darah-pada-burung-aves.html. [05
Januari 2019].
Tri, E. 2012. Sistem Reproduksi pada Aves (Burung). http://ewintribengkulu.
blogspot.com/2012/11/sistem-reproduksi-pada-aves-burung.html. [05
Januari 2019].

Anda mungkin juga menyukai