Dosen:
Ir. I Wayan Jawat, M.T
Disusun Oleh:
Kelas: C1
Yordan Tubagus Dewa Randja (1761121001)
I Komang Arya Sukrawan (1761121006)
Tama Dua Hupomone Sailana (1761121012)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Metode Pelaksanaan
Proyek Konstruksi Teknik ini.
Kami berharap tugas ini mampu berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang pemahaman untuk Perencanaan Metode Pelaksanaan
Proyek Konstruksi. Kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. I Wayan Jawat, M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah
Metode Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Fakultas Teknik dan
Perencanaan Universitas Warmadewa.
2. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian tugas ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa tugas yang telah kami selesaikan
ini masih terdapat banyak kekurangan. Mengingat tidak ada sesuatu yang bisa
sempurna tanpa adanya saran yang membangun, kami berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan tugas yang kami buat di masa yang akan datang.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga tugas yang sederhana ini
mampu dipahami dengan baik oleh pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan.
Denpasar, 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................1
1.3 Manfaat...............................................................................................2
2.1 Proyek.................................................................................................3
ii
2.9.3 Perhitungan Analisis SWOT...................................................18
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................27
4.6.1 Kekuatan..................................................................................88
4.6.2 Kelemahan...............................................................................88
4.6.3 Ancaman..................................................................................89
iii
4.6.4 Kesempatan.............................................................................89
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................92
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Data Ketersediaan dan Upah Sumber Daya Manusia.................23
Tabel 4.2 Pekerjaan Marking dan Setting Titik Tiang Bore Pile...........................61
Tabel 4.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pengeboran Bore Pile & Pemasangan
Casing Temporary..................................................................................................62
v
Tabel 4.18 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Kolom...............................77
Tabel 4.21 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Persepian Balok dan Plat Lantai.......80
vi
DAFTAR GAMBAR
Tabel 3.1 Daftar Data Ketersediaan dan Upah Sumber Daya Manusia.................23
Tabel 4.2 Pekerjaan Marking dan Setting Titik Tiang Bore Pile...........................61
Tabel 4.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pengeboran Bore Pile & Pemasangan
Casing Temporary..................................................................................................62
vii
Tabel 4.19 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Kolom............................78
Tabel 4.21 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Persepian Balok dan Plat Lantai.......80
viii
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas ini adalah untuk mengetahui metode pelaksanaan
proyek pembangunan Pembangunan Gedung Kampus Institut Teknologi dan
Kesehatan.
1
I.3 Manfaat
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Proyek
Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-
kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya
dilakukan dalam periode tertentu (temporer) (Maharesi dalam Dannyanti, 2010).
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang hanya
terjadi sekali, dimana pelaksanaannya sejak awal sampai akhir dibatasi
oleh kurun waktu tertentu (Tampubolon dalam Dannyanti, 2010)
Menurut Soeharto (1999): Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai
satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas,
dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan
produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas.
Munawaroh dalam Dannyanti (2010) menyatakan proyek merupakan
bagian dari program kerja suatu organisas yang sifatnya temporer untuk
mendukung pencapaian tujuan organisasi, dengan memanfaatkan sumber daya
manusia maupun non sumber daya manusia. Menurut Subagya dalam Dannyanti
(2010) : Proyek adalah suatu pekerjaan yang memiliki tanda-tanda khusus
sebagai berikut, yaitu,1. Waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan.2.
Merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang dapat dipisahkan dari yang lain.3.
Biasanya volume pekerjaan besar dan hubungan antar aktifitas kompleks.
3
2.3 Tahap Siklus Proyek
4
menyusun perencanaan dan membuat keputusan strategis, serta
memilih peserta proyek. Deliverable akhir pada tahap ini adalah
dokumen hasil analisis lanjutan kelayakan proyek, dokumen
rencana strategis dan operasional proyek, dokumen anggaran
biaya, jadwal induk, dan garis besar kriteria mutu proyek
c. Tahap Implementasi
Pada umumnya, tahap implementasi terdiri dari kegiatan desain-
engineering yang rinci dari fasilitas yang hendak dibangun, pengadaan
material dan peralatan, manufaktur atau pabrikasi, dan instalasi atau
konstruksi. Deliverable akhir pada tahap ini adalah produk atau
instalasi proyek yang telah selesai
d. Tahap Terminasi
Kegiatan pada tahap terminasi antara lain mempersiapkan
instalasi atau produk beroperasi (uji coba), penyelesaian
administrasi dan keuangan lainnya. Deliverableakhir pada tahap ini
adalah instalasi atau produk yang siap beroperasi dan dokumen
pernyataan penyelesaian masalah asuransi, klaim, dan jaminan
e. Tahap Operasi dan Utilitas
Dalam tahap ini, kegiatan proyek berhenti dan organisasi operasi
mulai bertanggung jawab atas operasi dan pemeliharaan instalasi atau
produk hasil proyek.
5
dibuat. Tidak ada pedoman baku sampai sejauh mana WBS harus dilakukan.
Tetapi yang perlu diingat adalah terlalu sering breakdown dilakukan, maka
semakin rumit pembuatan schedule, sehingga waktu dan biaya tambahan
yang dikeluarkan semakin besar.
Menurut Husen (2009) WBS pada umumnya dibuat dalam bentuk
grafis. Adapun contoh dari pembuatan WBS dalam bentuk grafis dapat dilihat
pada Gambar 2.2. berikut ini:
6
2.6 Metode Pelaksanaan Konstruksi
Metode pelaksanaan konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata
cara dan teknik – teknik pelaksanaan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh
kegiatan dalam system manajemen konstruksi.
Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat
mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya
metode pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak
pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pelelangan (dokumen
pengadaan), keadaan teknis dan ekonomis yang ada dilapangan, dan seluruh
sumber daya termasuk pengalaman kontraktor (Dipohusodo, 2004) dalam (Nudja,
2016).
Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk
kerangka gagasan dan konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan
konstruksi. Konsep metode pelaksanaan mencangkup pemeliharaan dan penetapan
yang berkaitan dengan keseluruhan segi pekerjaan termasuk kebutuhan sarana dan
prasarana yang bersifat sementara sekalipun. Adapun bagan hubungan antara
dokumen pelelangan, keadaan teknis serta sumber daya kontraktor, dapat dilihat
pada gambar 2.3 berikut:
7
Technology berasal dari kata techno dan logic. Logic dapat diartikan sebagai
urutan dari setiap langkah kegiatan (prosedur), sedangkan techno adalah cara yang
harus digunakan secara logic, (Ervianto, 2002).
8
melaksanakan pekerjaanpada kurun waktu tertentu.
2. BCWP (Budgeeted Cost of Work Performed)
Indikator ini menunjukkan nilai hasil dari sudut pandang nilai
pekerjaanyang telah diselesaikan terhadap anggaran yang disediakan
untukmelaksanakan pekerjaan tersebut. Bila angka ACWP dibanding
dengan BCWP, akan terlihat perbandingan antara biaya yang telah
dikeluarkanuntuk pekerjaan yang telah terlaksana terhadap biaya yang
seharusnyadikeluarkan untuk pekerjaan tersebut.
3. BCWS Budgeeted Cost of Work Scheduled)
BCWS sama dengan anggaran untuk suatu paket pekerjaan,
tetapi disusundan dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan. Jadi disini terjadi
perpaduanantara biaya, jadwal dan lingkup kerja, dimana pada setiap
elemenpekerjaan telah diberi alokasi biaya dan jadwal yang dapat menjadi
tolokukur dalam pelaksanaan pekerjaan. (Husen, 2009)
Tabel dan Rumusan yang digunakan dalam Metode Earned Value
adalah:
Tabel 2.1 Metode Earned Value
9
o Makin besar perbedaan dari angka 1 maka semakin besar
penyimpangan dari perencanaan atau anggaran.
Varian Jadwal (SV) = BCWP-BCWS
o Angka negatip berarti terlambat
o Angka nol berarti tepat waktu
o Angka positif berarti lebih cepat dari rencana
Varians Biaya (CV) = BCWP – ACWP
o Angka negatif varians biaya terpadu menunjukan bahwa biaya
lebih tinggi dari anggaran, disebut cost overrun
o Angka nol menunjukan pekerjaan terlaksana sesuai biaya
o Angka positif berarti pekerjaan terlaksana dengan biaya kurang
dari anggaran, yang disebut cost underrun.
Tabel 2.2 Varians Biaya dan Jadwal
10
Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan
proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari
sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek.
Indikasi tersebut dapat menjadikan informasi awal guna melakukan
tindakan koreksi dalam proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut
tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih
lanjut dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan, misal metode
bagan balok atau network planning dengan memperbaharui sumber daya
maupun waktu pada masing – masing kegiatan. (Husen, 2009)
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing –
masing kegiatan pada suatu periode diantara durasi proyek diplotkan
terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan
membentuk kurva S. (Husen, 2009)
Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal
biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah
cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil.
(Husen, 2009)
Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan
dapat berupa perhitungan persentase berdasarkan biaya per item
pekerjaan/kegiatan dibagi total anggaran atau berdasarkan volume rencana
dari komponen kegiatan terhadap volume total kegiatan.Berikut ini contoh
bagan balok yang penggunaannya dikombinasikan dengan metode kurva S.
11
Gambar 2.3 Bagian Balok dan Kurva S
Sumber: (Pradipta, 2010)
12
pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari;
3. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan
tanggungjawab khusus dalam melaksanakan tugas;
4. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan
pegawai. cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu
mengevaluasi usaha yang telah dilakukan;
5. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat mem-bantu pegawai
baru untuk cepat melakukan tugasnya;
6. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan baik;
7. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam
melaksanakan pemberian pelayanan sehari-hari;
8. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan;
9. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural
dalam memberikan pelayanan;
10. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situasi.
Berdasarkan Pedoman Penyusunan Standard Operating Procedures
(Prosedur Tetap) yang dikeluarkan oleh Lembaga Administrasi
Negara tahun 2005 dinyatakan bahwa: SOP terdiri dari dua jenis
yaitu SOP Teknis dan SOP Administratif.
Disamping jenis SOP menurut format terdiri dari beberapa format
diantaranya adalah:
1. SOP dalam format grafik. SOP ini dibuat: apabila prosedur yang
disusun menghendaki kegiatan yang panjang dan spesifik;
a. Proses yang panjang tersebut dijabarkan ke dalam sub-subproses
yang lebih pendek yang hanya berisi beberapa langkah dan
b. Format ini juga bisa digunakan jika dalam menggambarkan prosedur
diperlukan adanya suatu gambar-gambar tertentu atau diagram
2. SOP dalam format flowcharts. SOP ini biasa digunakan jika dalam
SOP tersebut diperlukan pengambilan keputusan yang banyak
(kompleks) dan 19 membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak” yang
akan mempengaruhi sub langkah berikutnya. SOP ini menyediakan
mekanisme yang mudah untuk diikuti dan dilaksanakan oleh para
13
pegawai melalui serangkaian langkah- langkah sebagai hasil dari
keputusan yang telah diambil.
3. SOP dengan format simple steps. SOP ini digunakan jika prosedur
yang akan disusun hanya memuat sedikit kegiatan dan memerlukan
sedikit keputusan. SOP ini juga dapat digunakan dalam situasi
dimana hanya ada beberapa orang yang akan melaksanakan
prosedur yang telah disusun dan biasanya merupakan prosedur rutin.
SOP model ini biasanya digunakan pada kegiatan yang cenderung
sederhana dengan proses yang pendek.
4. SOP dengan format Hierarchical Steps. SOP ini merupakan
pengembangan dari simple steps yang biasanya digunakan jika
prosedur yang disusun panjang , lebih dari 10 langkah dan
membutuhkan informasi lebih detail, akan tetapi hanya memerlukan
sedikit pengambilan keputusan. SOP model ini disusun dengan cara
mengidentifikasi langkah-langkah yang kemudian dijabarkan
kedalam sub-sub langkah secara terperinci. Sebagai upaya untuk
mewujudkan kinerja pengawasan pada suatu lembaga yang terukur
dan dapat dievaluasi keberhasilannya, perlu adanya standard
operasional prosedur. Adapun definisi, fungsi dan tujuan dari
standard operasional dan prosedur dapat diuraikan sebagai berikut.
2.8 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan
kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi. Keselamatan
berasal dari bahasa Inggris yaitu kata “safety” dan biasanya selalu dikaitkan
dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris
celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan
keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan
berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan
(Syaaf, 2007). Keselamatan kerja juga dapat didefinisikan sebagai suatu
kemerdekaan atas risiko celaka yang tidak dapat diterima. Keselamatan kerja
14
merupakan tugas semua orang yang berda di perusahaan. Dengan demikian,
keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain
yang berada di perusahaan serta masyarakat sekotra perusahaan yang mungkin
terkena dampak akibat suatu proses produksi industri.Dengan demikian jelas
bahwa, keselamatan kerja adalah merupakan sarana untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka atau cidera,
cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan atau mesin dan
lingkungan secara luas. (Tarwaka, 2012)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah popular dengan sebutan (K3),
dewasa ini implementasinya telah menyebar secara luas di hampir setiap sektor
industri. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi, didefinisikan
sebagai upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohaniah diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada
khususnya beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masayarakat yang
adil,makmur dan sejahtera. Secara keilmuan, K3 didefinisi sebagai ilmu dan
penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan tehadap
munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang
dilakukan. Dari sudut pandang ilmu hukum, K3 didefinisikan sebagai suatu upaya
perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses
produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif. (Tarwaka, 2014)
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
2. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja
3. Teliti dalam bekerja
4. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah
15
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cedera yang terkait dengan pekerjaan.
2.9 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Analisis SWOT merupakan alat (tool) yang dapat dipakai untuk analisis
kualitatif. SWOT dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemerintah di dalam
mengelola daerahnya. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
(Freddy Rangkuti, 2006 : 18-19 dalam ADITYAS CHRISTIAN WIDIATMOKO,
2009). Pola pikir sederhana strategi SWOT adalah ketika kita mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri sendiri (internal) maka peluang yang ada dapat
diraih dan ancaman yang akan timbul bisa diantisipasi (eksternal). (Robert J.
Kodoatie, 2005 : 419 dalam ADITYAS CHRISTIAN WIDIATMOKO, 2009).
Perencanaan strategis untuk menganalisa lingkungan internal dan
ekternal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan yang sedang
ditangani serta mengetahui kemungkinan peluang dan ancaman sehingga dapat
dimonitor dalam perkembangan ke depan. Mengetahui kondisi perusahaan yang
bersangkutan maka perlu mengetahui dan mengidentifikasi suatu faktor strategi
internal dan factor strategi eksternal dalam matrik IFE (Internal Factor
Evaluation) dan EFE (Eksternal Factor Evaluation). (Freddy Rangkuti, 2006 : 24-
26 dalam ADITYAS CHRISTIAN WIDIATMOKO, 2009)
1. Modal (Finansial)
Dalam setiap proyek, kontraktor harus menyediakan modal finansial
untuk berbagai macam keperluan, antara lain:
16
b. Biaya Jaminan / asuransi yang biasanya terdiri dari : Jaminan
penawaran, jaminan penawaran, jaminan pembayaran tenaga
kerja dan material, asuransi tenaga kerja, asuransi kerusakan
bangunan
c. Biaya pelaksana pekerjaan.
Secara keseluruhan modal (finansial) yang diperlukan
kontraktror untuk menangani suatu proyek antara 25 sampai 100
persen dari nilai proyek.
3. Peralatan
Kemajuan perkembangan teknologi yang sangat cepat berpengaruh
juga terhadap perkembangan peralatan konstruksi. Teknologi tinggi
memudahkan pekerjaan dan user friendly terus dikembangkan.
Penggunaan teknologi tinggi ini harus diperhatikan tingkat efektivitas
dan efisiensinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang tergolong
mudah, terutama dari segi biaya dan waktu karena ada kemungkinan
ketidakefektifan dan ketidak efisiensinya peralatan menjadi kerugian
kontraktor.
4. Metode Kerja.
Untuk mendapatkan hasil akhir dari suatu kegiatan proyek kontruksi
berupa bangunan maka diperlukan suatu metode yang mengatur agar
rangkaian kegiatan proyek dapat mencapai hasil akhir yang optimum
yang sesuai mutu, biaya, waktu yang diisyaratkan.
5. Material
Adanya persyaratan kualitas yang sesuai dengan spesifikasi menjadi
syarat mutlak eksistensi kontraktor di dunia kontruksi, baik untuk pasar
17
lokal maupun internasional. Untuk mendapatkan kualitas yang sesuai
diperlukan pula material yang berkualitas.
18
8. Suku bunga pinjaman.
9. Peraturan pajak baru.
10. Berlakunya UUJK (Undang-Undang Jasa Konstruksi).
11. Kepercayaan klien.
12. Otonomi daerah.
13. Isu Lingkungan.
19
e. Total skor bobot merupakan penjumlahan dari skor bobot tiap
faktor. Nilai ratarata adalah 2,5.Jika nilainya dibawah 2,5
menandakan posisi perusahaan secara internal adalah lemah, dan
jika nilainya diatas 2,5 menunjukkan posisi perusahaan secara
internal kuat .
20
d. Mengkaitkan nilai rating pada tiap faktor untuk mendapatkan
skor bobot (weighted score).
e. Total skor bobot merupakan penjumlahan dari skor bobot tiap
faktor. Nilai ratarata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5
menandakan posisi perusahaan lemah dalam merespon peluang
dan mengatasi ancaman yang ada, dan jika nilainya diatas 2,5
menunjukkan posisi perusahaan merespon dengan baik peluang
dan mengatasi ancaman yang ada. Jika total skor 4,0
mengidentifikasikan bahwa perusahaan merespon dengan cara
luar biasa terhadap peluang-peluang. Sementara jika total skor
1,0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan
peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari
ancamanancaman eksternal.
21
BAB III
METODELOGI PERENCANAAN
22
1.2 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada
perencanaan ini adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan yang dilakukan pada
tugas ini bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data yang berkenaan
dengan tujuan tugas ini, yaitu melalui telaah terhadap buku dan beberapa sumber
di internet (media elektronik).
Pada tugas ini data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari
PT. TUNAS JAYA SANUR. Data tersebut berupa Dokumen Pengadaan (RKS
dan Gambar).
Berikut adalah daftar data ketersediaan dan sumber daya alat yang ada di
PT. TUNAS JAYA SANUR:
23
Tabel 3.2 Daftar Ketersediaan Sumber Daya Alat
Kapasita
No Jenis Alat Jumlah
s
1 Tower Crane 1,3 Ton 2 Unit
2 Crawler Crane 35 Ton 1 Unit
3 Excapator 0,7 m3 2 Unit
4 Dump Truck 6 Ton 4 Unit
5 Genzet 175 KVA 2 Unit
6 Concrete Pump 30m3/Jam 2 Unit
7 Truck Mixer 5 m3 6 Unit
8 Concrete Vibrator 5 HP 4 Unit
9 Mesin Compressor 175 cpm 2 Unit
10 Bar Bender 41 mm 4 Unit
11 Bar Cutter 41 mm 4 Unit
12 Mesin Las 250 A 4 Unit
13 Jet Pump 30 m 4 Unit
14 Beton Mollen 0,5 m3 6 Unit
15 Stamper 2 Unit
16 Theodolite 6 Unit
17 Waterpass 6 Unit
Sumber: Dokumen pengadaan untuk “Pembangunan Gedung kampus Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali”
1.3.3 Data Ketersediaan Sumber Bahan
24
13 Jaring Kawat Baja Dilas roll
14 Kayu Kelas III m³
15 Paku 5 - 12 cm Kg
16 Minyak Bekesting Liter
17 Balok Kayu Kelas II m³
18 Plywood tebal 9 mm Lbr
19 Dolken kayu ø 8- 10cm –panj 4 m Batang
20 Besi Beton Polos Kg
21 HB-10 m³
22 Besi angker Ø 8 Kg
23 Bata ringan tebal 10 cm m³
24 Mortar siap pakai Kg
25 MSP Kg
26 Genteng kodok buah
27 Genteng bubung buah
28 Balok kayu m³
29 Paku 10 cm Kg
30 Lem kayu Kg
31 Besi strip tebal 5 mm kg
32 Paku 12 cm kg
33 Papan kayu m³
34 Paku 5 – 7 cm kg
35 Playwood 4 mm m³
36 Paku 1 dan 2,5 kg
37 Plamur kg
38 Car dasar kg
39 Cat penutup kg
40 Sikabon kg
41 Sikacoat kg
42 Kuas kg
43 Sikat besi kg
44 Kabel NYM 2 x 2,5 mm m
45 Isolasi bh
46 Klem bh
47 Box panel isi 4 MCB bh
48 MCB 6 A bh
49 MCB 4 A bh
50 Kabel NYM 3 x 2,5 mm m
51 Kabel antena bh
52 Kabel telephone 4 x 0,5 mm m
53 Saklar tunggal bh
54 Mangkok listrik bh
55 Saklar ganda bh
56 Stop kontak bh
25
57 Outlet TV bh
58 Outlet telephone bh
59 Outlet exausfan bh
60 Downlight/ PLC 13 watt bh
61 Fitting plafond + lampu SL bh
62 Lampu TL 2 x 18 watt bh
63 Lampu TL 2 x 36 watt bh
64 Splitzen 1" unit
65 Kabel Bc 35mm2 m'
Ground rod (copper Rod) di 1" x 4
66 btg
m
67 Earth calmp bh
68 Pengeboran ls
69 Floor dek 0.75 mm m2
70 Kayu perancah m3
71 Paku kg
Sumber: Dokumen pengadaan untuk “pembangunan Gedung kampus Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali”
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
4.2 Organization Analysys Table (OAT)
28
4.3.1 Pekerjaan Pondasi Bore Pile
29
Gambar 4.1 Detail Pondasi
Sumber : Gambar Rencana
Pada metode pelaksanaan pondasi bor pile terdapat tahapan-
tahapan sebagai berikut:
1. Pekerjaan Persiapan
Sebelum memulai proses pengeboran, pengajuan gambar kerja (shop
drawing), approval material besi dan beton, trial mix campuran
beton,daftar peralatan dan ijin kerja diajukan terlebih dahulu untuk
medapat persetujuan dari pihak pemilik proyek( owner) dan konsultan
pengawas.
30
Surveyor melakukan pengukuran setting out koordinat dan marking
titik-titik tiang bore pile sesuai dengan shop drawing (gambar kerja)
yang telah disetujui.
31
4. Pekerjaan Pengeboran (Boring Operation)
Setelah casing temporary terpasang, pengeboran dilanjutkan dengan
menggunakan mata bor auger. Mata bor auger yang digunakan
disesuaikan dengan diameter tiang bore pile.
32
Gambar 4.6 Pembersihan Lubang Bor dengan Cleaning Bucket
Sumber : Gambar Pribadi
6. Pekerjaan Pengecekan Kedalaman Dasar Pengeboran (Measuring
Tape)
Kedalaman dasar lubang yang sudah dibor dicek kembali dengan
menggunakan meteran yang diberi pemberat (bandul). Tujuan
dari pengecekan ini adalah untuk memastikan pengeboran telah
mencapai dasar kedalaman rencana.
33
Gambar 4.8 Pengangkatan dan Penurunan Tulangan Besi ke
Dalam Lubang Bor
Sumber : Gambar Pribadi
8. Pekerjaan Pemasangan Pipa Tremi (Setting Tremi Pipe)
Setelah tulangan besi selesai diturunkan sampai dasar kedalaman
lubang bor, dilanjutkan dengan pemasangan pipa tremi. Tujuan
dari pemasangan pipa tremi ini adalah untuk menjaga agar saat
pengecoran dilakukan, beton segar tidak bercampur dengan tanah.
34
pengecoran dimulai, pipa tremi terlebih dahulu dibasahi dengan
air yang bertujuan untuk melancarkan aliran beton segar pada
dalam pipa tremi pada saat proses pengecoran. Pengecoran
dilakukan dengan cara menuang beton segar dari truck mixer
menggunakan corong bucket. Pengecoran dihentikan jika beton
segar sudah mencapai 1 meter di atas cut off level (COL) .Selama
proses pengecoran ini, pemotongan pipa tremi dilakukan secara
bertahap dan tetap dijaga agar pipa tremi tertanam minimal 2
meter di bawah concrete level.
35
4.3.2 Pekerjaan Pile Cap
MULAI
PASANGAN
BATU KOSONG
PENGECORAN
LANTAI KERJA
PEMBERSIAN
ABUTMENT
PEMASANGAN PEMASANGAN
SUPPORT/SHORING BEKISTING/
FORMWORK
PENGECORAN
CURING &
PEMBERSIHAN
SELESAI
36
Gambar 4.11 Bouwplank Sebagai Acuan Pembuatan Pile Cap
Sumber : Gambar Pribadi
b. Menggali pile cap
Setelah dilakukan pengukuran, maka dilakukan penggalian
untuk pile cap sesuai dengan rencana. Penggalian harus
dilakukan dengan rapi untuk mempermudah dalam
pemasangan bekisting. Banyaknya pekerjaan dan lama waktu
pengerjaan tergantung dari tipe pile cap, karena masing-
masing pile cap memiliki bentuk dan dimensi yang berbeda.
Kedalaman galian pile cap pada proyek ini adalah sekitar 1200
mm.
37
dalamnya. Tulangan pondasi sumuran yang tersisa digunakan
sebagai stake (panjang penyaluran). Stake ini berfungsi
sebagai pengikat pondasi sumuran terhadap pondasi beton di
atasnya.
38
Adapun proses pelaksanaan pekerjaan bekisting yaitu sebagai
berikut:
1. Membersihkan daerah kerja dari benda-benda yang dapat
mengganggu pekerjaan.
2. Mempelajari gambar kerja.
3. Mempersiapkan bahan dan alat-alat kerja yang akan dipakai.
Batako yang telah disiapkan kemudian dipasang dengan
mortar, begitu juga dengan papan-papan yang telah disiapkan.
Keduanya dirangkai menjadi cetakan pondasi disesuikan atau
dibentuk berdasarkan perencanaan, dan kontrol kesikuannya
dengan penyiku. Pemasangan bekisting multipleks dilakukan
setelah pemasangan tulangan kepala pondasi selesai dilakukan.
Pemasangan bekisting multipleks dilakukan bersamaan dengan
pemasangan bekisting sloof.
39
a. Membaca gambar kerja yang telah direncanakan.
b. Pemotongan tulangan dilakukan dengan menggunakan alat
pemotong tulangan (cutting well) sesuai dengan ukuran dan
jumlah yang telah diperhitungkan dalam gambar rencana,
seperti terlihat pada gambar.
40
Gambar 4.18 Pemasangan Rangkaian Tulangan Kepala
Pondasi Pada Cetakan
Sumber : Gambar Pribadi
4) Pemasangan bekisting multipleks.
Sebelum kepala pondasi dicor, dilakukan perakitan atau
pemasangan tulangan longitudinal elemen struktur kolom yang
diikatkan kepada tulangan tarik kepala pondasi, seperti terlihat
pada gambar.
41
Gambar 4.20 Pekerjaan Pengecoran Pile Cap dan sloof
Sumber : Gambar Pribadi
b. Pengecoran kepala pondasi dilakukan bersamaan dengan
pengecoran sekitar 1/3 bagian dari panjang sloof
c. Dilakukan pemadatan beton menggunakan vibrator
d. Meratakan permukaan beton pile cap yang telah dicor
menggunakan ruskam kayu, seperti terlihat pada gambar
42
4.3.3 Pekerjaan Konstruksi Kolom
43
Gambar 4.22 Denah Pondasi
Sumber : Gambar Rencana
b. Buat as kolom dari garis.
c. Pemasangan patok as bangunan/kolom (tanda berupa garis dari
sipatan.
2. Pekerjaan pembesian
Berbeda dengan pekerjaan struktur pondasi, pada pekerjaan struktur
kolom ini tahap pekerjaan pembesian dilakukan sebelum pekerjaan
bekisting dilaksanakan. Pekerjaan pembesian pada kolom dilakukan
setelah perakitan tulangan pondasi selesai dikerjakan dan terpasang
pada cetakan pondasi.
Tahapan pekerjaan pembesian pada pekerjaan struktur kolom adalah
sebagai berikut:
1) Pekerjaan persiapan, meliputi :
a. Mempelajari gambar kerja yang telah direncanakan.
b. Menyiapkan tenaga kerja / tukang sebagai pelaksana
pekerjaan.
c. Menyiapkan peralatan yang diperlukan.
d. Menghitung dan menyiapkan kebutuhan tulangan yang
diperlukan.
2) Pembuatan rangkaian tulangan, meliputi :
a. Mempelajari gambar kerja.
b. Memotong dan membengkokkan tulangan sesuai dengan
rencana kerja, seperti yang telah dijelaskan pada pekerjaan
perakitan tulangan pondasi sebelumnya.
44
c. Perakitan tulangan kolom.
45
d. Memastikan bahwa panel bagian dalam bekisting telah diberi
mould oil secara merata. Mould oil ini berfungsi untuk
mempermudah pada saat melepas bekisting.
e. Cek posisi tulangan sesuai gambar kerja.
f. Papan-papan yang telah disiapkan dirangkai menjadi cetakan
kolom, disesuaikan atau dibentuk berdasarkan perencanaan,
dan kontrol kesikuannya dengan penyiku. Khusus untuk
kolom, cetakan disesuaikan dengan sepatu kolom yang telah
dibuat.
g. Memasang pipa-pipa pengeklam di seluruh bagian bekisting
kolom, lalu memasang support. Support digunakan untuk
menyangga agar kolom yang dibuat tetap tegak. Support ini
dipasang pada balok kayu yang ditahan oleh stek. Bagian-
bagian tersebut terlihat pada gambar berikut :
46
Tahapan pengecoran struktur elemen kolom diantaranya:
a. Adukan beton ready mix kemudian dimasukkan ke dalam
cetakan kolom dengan bantuan sejenis corong besar, seperti
pada gambar.
47
4.3.4 Pekerjaan Konstruksi Balok dan Pelat
48
Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan satu kesatuan
pekerjaan, kerena dilaksanakan secara bersamaan. Pembuatan
panel bekisting balok harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam
pemotongan plywood harus cermat dan teliti sehingga hasil
akhirnya sesuai dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat.
c. Pabrikasi besi
Untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan
sesuai kebutuhan dengan bar cutter dan bar bending. Pembesian
balok ada dilakukan dengan sistem pabrikasi di los besi dan ada
yang dirakit diatas bekisting yang sudah jadi. Sedangkan
pembesian plat dilakukan dilakukan di atas bekisting yang sudah
jadi.
49
Gambar 4.26 Pembesian Pada Balok
Sumber : Gambar Rencana
2. Tahap Pekerjaan Balok dan Pelat
Pengerjaan balok dan pelat dilakukan secara bersamaan.
a. Pembekistingan balok
Tahap pembekistingan balok adalah sebagai berikut :
Scaffolding dengan masing – masing jarak 100 cm disusun
berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk
bekisting balok maupun pelat.
Memperhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan
mengatur base jack atau U-head jack nya.
Pada U-head dipasang balok kayu sejajar dengan arah cross
brace dan diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm
dengan arah melintangnya, kemudian dipasang pasangan
plywood sebagai alas balok.
Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci
dengan siku yang dipasang di atas suri-suri.
50
Gambar 4.27 Pemasangan Scaffolding
Sumber : Gambar Pribadi
b. Pembekistingan pelat
Tahap pembekistingan pelat adalah sebagai berikut :
Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding
untuk balok. Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok
maka Scaffolding untuk pelat lebih tinggi daripada balok dan
diperlukan main frame tambahan dengan menggunakan Joint
pin. Perhitungkan ketinggian scaffolding pelat dengan
mengatur base jack dan U-head jack nya
Pada U-head dipasang balok kayu sejajar dengan arah cross
brace dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah
melintangnya.
Kemudian dipasang plywood sebagai alas pelat. Pasang juga
dinding untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku..
Plywood dipasang serapat mungkin, sehingga tidak terdapat
rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat
pengecoran
Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan
solar sebagai pelumas agar beton tidak menempel pada
bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam pekerjaan
pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak
pakai untuk pekerjaan berikutnya.
51
c. Pengecekan
Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat dianggap selesai
selanjutnya pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat
dengan waterpass, jika sudah selesai maka bekisting untuk balok
dan pelat sudah siap.
d. Pembesian balok
Tahap pembesian balok adalah sebagai berikut :
Untuk Pembesian balok pada awalnya dilakukan pabrikasi di
los besi kemudian diangkat menggunakan tower crane ke
lokasi yang akan dipasang.
Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan diatas
bekisting balok dan ujung besi balok dimasukkan ke kolom.
Pasang beton decking umtuk jarak selimut beton pada alas dan
samping balok lalu diikat.
Untuk pembesian balok dilakukan 3 kali perubahan dalam metode
pemasangannya. Perubahan yang pertama yaitu semua besi
tulangan dipabrikasi seluruh bagian sampai balok jadi utuh, namun
ada kendala pada saat pertemuan pembesian kolom sehingga
dilakukan perubahan yang kedua yaitu dengan pembesian pabrikasi
sebagian, tulangan memanjang dan sengkang dipisah namun ada
kendala pada saat pembersihannya dan perubahan yang terakhir
semua bagian pembesian dilakukan ditempat yang akan dicor tidak
dipabrikasikan lagi dan sampai kini metode ini yang paling baik
untuk digunakan.
e. Pemasangan wiremesh pada pelat
Setelah tulangan balok terpasang. Selanjutnya adalah tahap
pembesian pelat, antara lain :
Pemasangan wiremesh pelat dilakukan langsung di atas
bekisting pelat yang sudah siap..
Wiremesh diukur dan dipotong sesuai ukuran yang ditentukan
Pemasangan wiremesh ini dilakukan dua kali (double layer
wiremesh)
52
Gambar 4.28 Wiremesh Plat
Sumber : Gambar Rencana
3. Tahap Pengecoran Pelat dan Balok
Pengecoran pelat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok..
Peralatan pendukung untuk pekerjaan pengecoran balok diantaranya
yaitu : bucket, truck mixer, vibrator, papan perata. Adapun proses
pengecoran pelat sebagai contoh pengamatan yaitu adalah sebagai
berikut :
a. Pengecoran Pelat
Setelah mendapatkan Ijin pengecoran disetujui, engineer
menghubungi pihak beaching plan untuk mengecor sesuai
dengan mutu dan volume yang dibutuhkan di lapangan.
Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan
air compressor sampai benar – benar bersih
Bucket dipersiapkan sebelumnya kemudian di siram air untuk
membersihkan bucket dari debu-debu atau sisa pengecoran
sebelumnya. Selanjutnya mempersiapkan satu keranjang
dorong untuk mengambil sampel dan test slump yang diawasi
olah engineer dan pihak pengawas.
Setelah dinyatakn OK, pengecoran siap dilaksanakan
53
Sampel benda uji diambil bersamaan selama pengecoran
berlangsung, diambil Beton yang keluar dari truk kemudian
dituang ke bucket lalu bucket diangkut dengan TC
Setelah bucket sampai pada tempat yang akan dicor, petugas
bucket membuka katup bucket untuk mengeluarkan beton
segar ke area pengecoran.
Kemudian pekerja cor meratakan beton segar tersebut ke
bagian balok terlebih dahulu selanjutnya untuk plat diratakn
oleh scrub secara manual lalu check level dengan waterpass.1
pekerja vibrator memasukan alat kedalam adukan kurang lebih
5-10 menit di setiap bagian yang dicor. Pemadatan tersebut
bertujuan untuk mencegah terjadinya rongga udara pada beton
yang akan mengurangi kualitas beton.
Setelah dipastikan balok dan pelat telah terisi beton semua,
permukaan beton segar tersebut diratakan dengan
menggunakan balok kayu yang panjang dengan
memperhatikan batas ketebalan pelat yang telah ditentukan
sebelumnya.
Pekerjaan ini dilakukan berulang sampai beton memenuhi area
cor yang telah ditentukan, idealnya waktu pengecoran
dilakukan 6 sampai 8 jam
54
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan bekisting meliputi: Posisi bekisting harus dicek lagi
apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting harus
lurus, tegak, tidak bocor, dan kuat. Selain mengenai hal tersebut,
sebelum dilaksanakan pengecoran, bekisting dibersihkan dulu
dengan menggunakan compressor.
Pelaksanaan pengecoran balok adalah sebagai berikut:
Untuk pelaksanaan pengecoran balok digunakan concrete
pump yang menyalurkan beton ready mix dari truck mixer ke
lokasi pengecoran, dengan menggunakan pipa pengecoran
yang di sambung-sambung.
Alirkan beton ready mix sampai ke lokasi pengecoran, lalu
padatkan dengan menggunakan vibrator.
Setelah beton dipadatkan, maka dilakukan petrataan
permukaan coran dengan menggunakan alat-alat manual.
Setelah proses pengecoran selesai ampai batas pengecoran,
maka dilakukan finishing.
55
56
4.4 Perhitungan Durasi
Perhitungan durasi pada proyek pembangunan Gedung Kampus ITEKES disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Perhitungan Durasi Pada Proyek pembangunan Gedung Kampus ITEKES.
57
Mandor oh 0,05 oh 31.54 3 10.51
II PEKERJAAN PILE CAP
1 Pekerjaan Galian Pile Cap m3 60.30 6
Pekerja oh 0,667 oh 40.22 7 5.75
Mandor oh 0,027 oh 1.63 1 1.63
2 Pekerjaan Bekisting Pile Cap m2 367.50 14
Pekerja oh 1,5 oh 551.25 39 14.13
Tukang Batu oh 0,75 oh 27.56 2 13.78
Kepala Tukang oh 0,075 oh 27.56 2 13.78
Mandor oh 0,075 oh 27.56 2 13.78
3 Pekerjaan Pembesian Pile Cap kg 13797.3 9
0
Pekerja oh 0,034 oh 469.11 52 9.02
Tukang Besi oh 0,034 oh 469.11 52 9.02
Kepala Tukang Besi oh 0,001 oh 13.80 2 6.90
Mandor oh 0,011 oh 151.77 17 8.93
4 Pekerjaan Pengecoran Pile Cap m3 229.69 14
Pekerja oh 3 oh 689.07 49 14.06
Tukang Batu oh 0,5 oh 114.85 8 14.36
Kepala Tukang oh 0,015 oh 3.45 1 3.45
Mandor oh 0,05 oh 11.48 1 11.48
III PEKERJAAN KOLOM
1 Pekerjaan pemasangan Bekisting Kolom m2 497.28 13
Pekerja oh 0,52 oh 258.59 26 9.95
58
Tukang Kayu oh 0,26 oh 129.29 13 9.95
Kepala Tukang oh 0,026 oh 12.93 1 12.93
Mandor oh 0,026 oh 12.93 1 12.93
2 Pekerjaan pembongkaran Bekisting m2 497.28 13
Kolom
Pekerja oh 0,52 oh 258.59 26 9.95
Tukang Kayu oh 0,26 oh 129.29 13 9.95
Kepala Tukang oh 0,026 oh 12.93 1 12.93
Mandor oh 0,026 oh 12.93 1 12.93
3 Pekerjaan Pembesian Kolom kg 27261.6 18
0
Pekerja oh 0,06 oh 1635.70 91 17.97
Tukang Besi oh 0,06 oh 1635.70 91 17.97
Kepala Tukang Besi oh 0,006 oh 163.57 9 18.17
Mandor oh 0,003 oh 81.78 5 16.36
4 Pekerjaan Pengecoran Kolom K.300 m3 87.02 4
Pekerja oh 1,65 oh 143.58 36 3.99
Tukang Batu oh 0,275 oh 23.93 6 3.99
Kepala Tukang oh 0,028 oh 2.44 1 2.44
Mandor oh 0,083 oh 7.22 2 3.61
IV PEKERJAAN BALOK
1 Pekerjaan Pemasangan bekisting balok m2 933.65 9
Pekerja oh 0,52 oh 485.50 54 8.99
Tukang Kayu oh 0,26 oh 242.75 27 8.99
Kepala Tukang oh 0,026 oh 24.27 3 8.09
59
Mandor oh 0,026 oh 24.27 3 8.09
2 Pekerjaan Pembongkaran bekisting m2 933.65 9
balok
Pekerja oh 0,52 oh 485.50 54 8.99
Tukang Kayu oh 0,26 oh 242.75 27 8.99
Kepala Tukang oh 0,026 oh 24.27 3 8.09
Mandor oh 0,026 oh 24.27 3 8.09
3 Pekerjaan Pembesian Balok kg 9772.67 33
Pekerja oh 0,06 oh 586.36 18 32.58
Tukang Besi oh 0,06 oh 586.36 18 32.58
Kepala Tukang oh 0,006 oh 58.64 2 29.32
Mandor oh 0,003 oh 29.32 1 29.32
4 Pekerjaan Pengecoran Balok K.300 m3 40.19 13
Pekerja oh 1,65 oh 66.31 5 13.26
Tukang Batu oh 0,275 oh 11.05 1 11.05
Kepala Tukang oh 0,028 oh 1.13 1 1.13
Mandor oh 0,083 oh 3.34 1 3.34
V PEKERJAAN PELAT
1 Pekerjaan Bekisting Pelat m2 1424.47 12
Pekerja oh 0,05 oh 71.22 6 11.87
Tukang Besi oh 0,05 oh 71.22 6 11.87
Kepala Tukang oh 0,025 oh 35.61 3 11.87
Mandor oh 0,025 oh 35.61 3 11.87
2 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting m2 1424.47 12
Pelat
60
Pekerja oh 0,05 oh 71.22 6 11.87
Tukang Besi oh 0,05 oh 71.22 6 11.87
Kepala Tukang oh 0,025 oh 35.61 3 11.87
Mandor oh 0,025 oh 35.61 3 11.87
3 Pekerjaan Pemasangan Wiremesh Pelat kg 3309.74 12
Pekerja oh 0,025 oh 82.74 7 11.82
Tukang Besi oh 0,025 oh 82.74 7 11.82
Kepala Tukang oh 0,002 oh 6.62 1 6.62
Mandor oh 0,001 oh 3.31 1 3.31
4 Pekerjaan Pengecoran Pelat m3 152.15 13
Pekerja oh 1,65 oh 251.05 19 13.21
Tukang Batu oh 0,275 oh 41.84 3 13.95
Kepala Tukang oh 0,028 oh 4.26 1 4.26
Mandor oh 0,083 oh 12.63 1 12.63
Sumber: Hasil Analisis.
Berikut adalah tabel – tabel rekapitulasi dari metode pelaksaanaan proyek pembangunan Gedung Kampus ITEKES.
61
4.5.1 Rekapitulasi Metode Pekerjaan Pondasi Bore Pile
Tabel 4.2 Pekerjaan Marking dan Setting Titik Tiang Bore Pile.
PEKERJAAN MARKING DAN SETTING TITIK TIANG BORE PILE
TENAGA PERALATAN BAHAN
- Pekerja
- Meteran - Tinta/ Cat Pilok
- Mandor
- Theodolite - Sipatan
- Surveyor
SKETSA PEKERJAAN
62
- 3 Pekerja - Mini Crane - Casing Temporary
- 1 Mandor - Mata Bor Auger
Durasi : 8 Hari
SKETSA PEKERJAAN
TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PEMBERSIHAN
63
- 3 Pekerja - Mini Crane
- 1 Mandor - Cleaning Bucket
Durasi : 8 Hari
SKETSA PEKERJAAN
64
- 1 Pekerja - Bandul
- Meteran
- 1 Mandor
Durasi : 8 Hari
SKETSA PEKERJAAN
65
29 Pekerja Mesin cutting bar Besi Ulir
1 Mandor Penggulung Besi Besi Begel
10 Kepala T. Besi Mini Crane Kawat Bendrat
5 Las Konstruksi Meteran
66
10 Pekerja Concrete Mixer Truck Ready Mix
1 Mandor Pipa Tremie
1 Kepala Tukang Concrete Bucket
8 Tukang Batu
67
- 4 Pekerja - Meteran
- 1 Mandor - Waterpass - Bouwplank
- 2 Surveyor
TEKNIS PEKERJAAN
68
DURASI : 6 Hari
SKETSA PEKERJAAN
TEKNIS PEKERJAAN
1. Penentuan as pile cap dan penandaan posisi bekisting yang akan dipasang
menggunakan theodolit dan waterpass.
2. Pekerjaan galian dilakukan dengan rapi. Kedalaman galian pile cap pada
proyek ini adalah sekitar 1200 mm
69
Tabel 4.10 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Memotong Beton Pile Cap.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN MEMOTONG BETON
BORE PILE
TENAGA PERALATAN BAHAN
- 5 Pekerja - Pahat
- 1 Mandor - Palu
TEKNIS PEKERJAAN
Sisa – sisa beton bore pile yang lebih dihancurkan dengan menggunakan pahat
hingga terpisah dari tulangan didalamnya
70
Tabel 4.11 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Lantai Kerja Pile Cap.
TEKNIS PEKERJAAN
71
Tabel 4.12 Metode Pelaksanaan Bekisting Pile Cap.
TEKNIS PEKERJAAN
1. Membersihkan daerah kerja dari benda – benda yang dapat mengganggu
pekerjaan
2. Pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan dipasang
dimana untuk setiap pile cap.
3. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing masing,
menggunakan batako
72
Tabel 4.13 Metode Pelaksanaan Pembuatan Rangkaian Tulangan Pile Cap.
METODE PELAKSANAAN PEMBUATAN RANGKAIAN TULANGAN
TENAGA PERALATAN BAHAN
- 20 Pekerja - Mesin Cutting Well - Besi Ulir
- 2 Mandor - Mesin Bar Bender - Besi Begel
- 2 Kepala Tukang - Meteran - Kawat Bendrat
- 30 Tukang Besi - Waterpass
Volume Pekerjaan : 13797.30 kg
DURASI: 9 Hari
SKETSA PEKERJAAN
TEKNIS PEKERJAAN
1. Pemotongan tulangan dilakukan dengan menggunakan alat pemotong
tulangan (cutting well) sesuai dengan ukuran dan jumlah yang telah
diperhitungkan dalam gambar rencana
2. Tulangan yang telah dipotong kemudian dibentuk sesuai rencana dengan
menggunakan alat pembengkok tulangan (bar bender),
73
TENAGA PERALATAN BAHAN
- 20 Pekerja - Penggulung Besi — Rangkaian
- 2 Mandor - Meteran Tulangan
- 2 Kepala Tukang - Waterpass
- 30 Tukang Besi
Volume Pekerjaan : 13797.30 kg
DURASI: 9 Hari
SKETSA PEKERJAAN
TEKNIS PEKERJAAN
Perakitan tulangan kepala pondasi dilakukan di sekitar area pondasi yang akan
dibuat. Setelah perakitan tulangan kepala pondasi selesai kemudian dimasukkan
ke dalam cetakan kepala pondasi. Panjang penyaluran (overstake) dari tulangan
pondasi sumuran masuk ke dalam rakitan tulangan kepala pondasi
74
- 35 Pekerja - Concrete Mixer Truck - Ready Mix
- 1 Mandor - Concrete Vibrator
- 5 Kepala Tukang - Ember
- 10 Tukang Batu
TEKNIS PEKERJAAN
1. Pengangkutan adukan beton ke lokasi pengecoran Pile Cap.
2. Pengecoran Pile Cap dengan metode dengan ready mix
3. Setelah dicor pada cetakan, adukan beton dipadatkan dengan alat penggetar
(vibrator).
75
SKETSA PEKERJAAN
76
Tabel 4.17 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Kolom.
DURASI: 13 Hari
SKETSA PEKERJAAN
77
TENAGA PERALATAN BAHAN
- 10 Pekerja - Gergaji - Triplek/Plywood
- 1 Mandor - Meteran - Kayu Balok
- 10 Tukang Kayu - Palu - Paku
- 4 Kepala Tukang - Pipa Support
DURASI: 10 Hari
SKETSA PEKERJAAN
78
- 10 Tukang Batu - Ember
- 4 Kepala Tukang
Volume Pekerjaan : 87.02 m3
DURASI: 4 Hari
SKETSA PEKERJAAN
TEKNIS PEKERJAAN
79
Volume Pekerjaan : 497.28 m2
DURASI: 13 Hari
SKETSA PEKERJAAN
TEKNIS PEKERJAAN
1. Pembongkaran Bekisting kolom, setelah kolom berumur 8 jam.
2. Pertama-tama, plywood dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar
lekatan beton pada plywood dapat terlepas.
3. Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull.
4. Kendorkan baut-baut yang ada pada bekisting kolom menggunakan kunci
inggris, sehingga rangkaian/panel bekisting terlepas.
5. Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera diangkat
dan dipindahkan ke lokasi pabrikasi awal diangkut menggunakan truck.
Tabel 4.21 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Persepian Balok dan Plat Lantai.
80
Gambar Pengukurn Kerataan Balok dan Pelat.
TEKNIS PEKERJAAN
1. Lakukan penkerjaan pengukuran yang untuk mengatur/ memastikan
kerataan ketinggian balok dan pelat. Pada pekerjaan ini digunakan pesawat
ukur theodolithe
2. Menyiapkan bahan – bahan untuk bekesting
3. Menyiapkan alat – alat untuk pembesian
81
Gambar Pekerjaan Bekisting Balok
TEKNIS PEKERJAAN
1. Scaffolding dengan masing – masing jarak 100 cm disusun berjajar sesuai
dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok maupun pelat
2. Perhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan mengatur base jack atau
U-head jack nya
3. Pada U-head dipasang balok kayu sejajar dengan arah cross brace dan
diatas girder dipasang balok suri dengan arah melintangnya, kemudian
dipasang pasangan plywood sebagai alas balok
4. Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci dengan siku yang
dipasang di atas suri-suri
82
Tabel 4.23 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting pada Pelat.
83
Tabel 4.24 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian pada Balok.
84
Tabel 4.25 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Wiremesh pada
Pelat.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMASANGAN
WIREMESH PADA PELAT
TENAGA PERALATAN BAHAN
- 4 Pekerja - Gergaji - Wiremesh
- 1 Tukang besi - Meteran
- 1 Kepala tukang - Palu
- 1 Mandor
TEKNIS PEKERJAAN
1. Pemasangan wiremesh pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang
sudah siap..
2. Wiremesh diukur dan dipotong sesuai ukuran yang ditentukan
3. Pemasangan wiremesh ini dilakukan dua kali (double layer wiremesh)
85
- 10 Pekerja - Bucket - Ready mix
- 5 Tukang batu - Mixer
- 2 Kepala tukang - Vibrator
- 2 Mandor
TEKNIS PEKERJAAN
1. Siapkan beton ready mix dengan K-300 dan bersihkan bucket
2. Menuangkah campuran beton kedalam concrete bucket. Kemudian
diangkut menggunakan mini crane.
3. Mengangkat concrete bucket yang telah terisi campuran beton ke area yang
akan di cor menggunakan mini crane
4. Penuangan beton dilakukan secara bertahap
5. Lakukan pemadatan dengan vibrator selama kurang lebih 5-10 menit
86
Volume Pekerjaan : 40.19 m3
DURASI: 13 Hari
SKETSA PEKERJAAN
TEKNIS PEKERJAAN
1. Untuk pelaksanaan pengecoran balok digunakan concrete pump yang
menyalurkan beton ready mix dari truck mixer ke lokasi pengecoran, dengan
menggunakan pipa pengecoran yang di sambung-sambung.
2. Alirkan beton ready mix sampai ke lokasi pengecoran, lalu padatkan dengan
menggunakan vibrator.
3. Setelah beton dipadatkan, maka dilakukan petrataan permukaan coran
dengan menggunakan alat-alat manual.
4. Setelah proses pengecoran selesai ampai batas pengecoran, maka dilakukan
finishing
87
Gambar Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat
TEKNIS PEKERJAAN
1. Setelah beton plat lantai berumur 6 -7 hari sedangkan beton balok sudah
berumur 10 hari, maka bekisting sudah dapat dibongkar.
2. Pertama-tama, plywood dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar
lekatan beton pada plywood dapat terlepas.
3. Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull.
4. Kendorkan baut-baut yang ada pada bekisting balok dan plat lantai,
sehingga rangkaian/panel bekisting terlepas.
5. Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera diangkat
dan dipindahkan ke lokasi pabrikasi awal.
88
bisa terbilang baik karena pekerja yang digunakan dalam proyek ini
sudah sering menjadi pekerja pada proyek proyek sebelumnya.
3. Untuk team work terbilang baik karena sudah saling mengikuti
metode yang direncanakan sehingga pekerjaanpun bisa terselesaikan
dengan tepat waktu
4. Untuk pengalaman dari pihak kontraktor sudah bisa dibilang
berpengalaman dan memiliki repuatasi yang baik karena sudah
sering menangani proyek besar terutama di daerah Badung
5. Untuk network sudah bisa terbilang baik karena memiliki reputasi
yang baik sehingga mempermudah dalam menentukan baik dari
konsultan pengawas maupun perencana.
4.1.2 Kelemahan
Adapun kelemahan kontraktor dalam melaksanakan proyek Gedung
Kampus ITEKES ini adalah sebgai berikut:
4.1.3 Ancaman
Adapun kelemahan kontraktor dalam melaksanakan proyek Gedung
Kampus ITEKES ini adalah sebgai berikut:
1. Mengenai kondisi pandemi COVID – 19 seperti sekarang ini akan
mengakibatkan terhambatnya pekerjaan – pekerjaan pada proyek,
yang dimana akan memakan waktu dan biaya yang lebih banyak.
89
4.1.4 Kesempatan
Adapun peluang yang kontraktor miliki dalam melaksanakan proyek
Gedung Kampus ITEKES ini adalah sebgai berikut:
1. Adanya dukungan dari owner dimasa pandemi COVID – 19
sehingga kerugian dapat diminimalisir.
2. Kontraktor lebih efektif dalam proses mengangkut bahan ataupun
alat, karena kondisi lalu lintas yang relatif sepi pada daerah sekitar
proyek
90
peralatan 0.03 2 0.06
TOTAL 1 2.74
91
92
DAFTAR PUSTAKA
93