Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENGUJIAN PENGUJIAN PROFOMETER

DAN UJI KOROSI (CANIN)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Laboratorium Struktur Gedung

OLEH
KELOMPOK 3:
Liza Syifaul Maudri Hendrayadi 161144016
M. Faris Fathin Nurhidayah 161144017
M. Fauzan Irsyad 161144018
Nadia Daniella 161144019
Noer Wahyuni 161144020
Prilli Tegar Wulung 161144021
Rabbani Shalman Saragih 161144022
Rd. Muhammad Guntur Pangestu 161144023

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


JURUSAN TEKNIK SIPIL
2019
LATAR BELAKANG
Struktur beton merupakan salah satu jenis struktur bangunan gedung selain
dari struktur baja. Jenis struktur beton terdiri dari beton bertulang dan beton tak
bertulang. Beton bertulang hampir digunakan pada konstruksi bangunan gedung di
Indonesia. Maka dari itu kualitas beton yang baik akan sangat mendukung
keamanan dari segi struktur.
Pada proses konstruksi seringkali dijumpai kegagalan dari struktur bangunan
yang bersumber dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia (human
error). Kesalahan tersebut seperti ketidaktahuan, kelalaian, kurangnya komunikasi,
atupun diakibatkan tidak adanya rasa tanggung jawab. Kegagalan dan kesalahan
tersebut dapat terjadi dari mulai pekerjaan sampai akhir pekerjaan.
Salah satu faktor terpenting pada beton bertulang yaitu baja tulangan yang
harus terlindung dari pengaruh luar. Namun pada pelaksanaanya sering terjadi
bahwa tulangan beton kurang mendapat perlindungan setelah dilakukan proses
konstruksi. Posisi tulangan berada di dalam beton sehingga jika terjadi kegagalan
konstruksi tidak akan terlihat sehingga harus dilakukan pengujian pada tulangan
tersebut.
Oleh karena itu, untuk membuktikan pada bangunan gedung terjadi kegagalan
atau tidak maka dilakukan pemeriksaan pada struktur bangunan gedung.
Pemeriksaan bangunan gedung dilaksanakan untuk membuktikan hasil konstruksi
bangunan serta jika akan dilakukakan peningkatan kapasitas bangunan gedung.
salah satu yang harus diketahui yaitu mengenai detail tulangan serta tingkat korosi
tulangan untuk beton yang sudah digunakan. Pengujian yang dilakukan pada
pembahasan ini yaitu untuk pengujian profometer yaitu di Gedung Parkir Politeknik
Negeri Bandung dan untuk pengujian Canin+ pada balok pengujian. Lokasi
pengujian profometer dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Pengujian Profometer
PEMBAHASAN

A. Profometer
1. Pengertian Profometer
Profometer merupakan alat kompak dan ringan untuk menentukan posisi baja
tulangan dan juga mengukur ketebalan selimut beton tanpa merusak beton itu
sendiri. Pengujuan profometer termasuk metoda tidak merusak (Non Destructive
Testing – NDT).
2. Fungsi Profometer
Fungsi dari pengujian profometer yaitu:
• Menentukan posisi tulangan baja.
• Mengukur keteblan beton penutup.
• Menyimpan nilai pengukuran secara individu maupun statistik.
• Menentukan diameter tulangan baja.
3. Prinsip Alat Kerja

Profometer menggunakan prinsip kerja alat elektromagnetik didasarkan pada


pengukuran perubahan medan magnet yang disebabkan oleh tulangan yang tertanam di
dalam beton. Profometer dioperasikan dengan baterai atau listrik, terdiri dari sebuah
detektor, alat ukur, dan kabel penghubung. Permukaan beton dipindai dengan detektor
yang tetap ditempelkan pada permukaan beton, sementara itu alat pengukur digital
menunjukkan posisi tulangan terdekat. Jika tulangan yang diperiksa tidak terlalu banyak ,
dimungkinkan untuk memetakan seluruh bidang yang diperiksa.

Medan elektromagnetik dihasilkan oleh detektor, ketika sebuah tulangan atau


benda logam lainnya berada dalam medan ini, maka arah medan elektromagnetik
akan terganggu. Gangguan yang terjadi akibat adanya unsur logam tersebut
menyebabkan perubahan pada kekuatan medan elektromagnetik yang dideteksi
oleh detektor dan ditunjukkan oleh alat ukur sehingga akan meningkatkan sinyal.
Arah dan kedalam logam tersebut kedua-duanya mempengaruhi pembacaan alat
ukur, sehingga dapat mengetahui lokasi dan posisi tulangan. Tebal selimut beton
dapat diketahui apabila telah dilakukan suatu kalibrasi yang sesuai untuk ukuran-
ukuran tertentu dari tulangan dan bahan-bahan yang diselidiki.
Gambar SistemAliran Medan Elektromagnetik Profometer
Elekstromagnetik ditimbukan oleh sistem muatan listrik dalam coil. Alat ukur
profometer ini menggunakan prinsip arus eddy dengan induksi pulsa
elektromagnetik. Alat ini bekerja pada frekuensi 1kHz sehingga sangat peka
terhadap keberadaan besi atau baja yang ada di sekitarnya.
4. Kendala dan Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Tulangan
Pada proses pengujian profometer di lapangan terdapat hal-hal menjadi
kendala dan hal yang harus dihindari saat pengujian sebagai berikut:
• Terdapat tulangan yang tumpang tindih atau terlalu rapat saat menentukan
diameter tulangan dan posisi tulangan akan memperngaruhi
pembacaan/perkiraan diamter tulangan.
• Gangguan yang disebabkan oleh tulangan yang lain atau bahan-bahan
magnetik lainnya harus dihindari.
• Beton yang akan dilakukan pengujian harus dalam kondisi kering.
• Adanya plesteran tambahan.
• Overlap antar tulangan.
5. Peralatan

Gambar Alat Profometer


Alat profometer tersedia dengan dua model, yaitu model S dan moden Scan
Log. Bagian-bagian pada alat profometer terdiri dari:
• Indicating Device
• Universal probe
• Kabel probe
• Scancar
• Kabel scancar

Gambar Scan Car


Gambar Cable Connector

Gambar Profometer Gambar Strap

Gambar Connector Transfer to PC


6. Langkah Pengambilan Data Profometer
a. Pengambilan Data Profometer Dengan Cara Model S
1. Pasang kabel probe ke indicating device dan universal probe, lalu
tekan ON
2. Tekan tombol menu
3. Pada menu display pilih “Object No.” Kemudian tekan tombol
“Start”. Isi digit pertama dengan angka 1, digit selanjutnya dapat
diisi dengan angka 1 sampai 9
4. Tekan tombol “Menu” agar kembali ke tampilan awal
5. Pilih “Measure with Statics” kemudian tekan start untuk memulai
pemetaan tulangan beton

6. Probe lalu digerakkan sampai bunyi. Semakin dekat dengan


tulangan maka sinyal akan semakin kuat yang ditandai dengan flow
bar semakin besar
7. Tekan panah atas agar diameter tulangan muncul pada layar
8. Catat diameter dan tebal tulangan yang terdeteksi pada alat
9. Simpan data tebal selimut beton dengan menekan tombol “Print
Store”.
b. Pengambilan Data Profometer Dengan Model Scan Log
a. Setting alat dengan memilih pilihan “Scanning Bars”

b. Taruh scan car pada permukaan pelat lantai beton


c. Gerakan scan car secara perlahan sampai layer tulangan nampak
pada layar
d. Lakukan pengecekan ke arah X dan Y dengan langkah yang sama
e. Simpan data yang sudah terdeteksi dengan menekan tombol “Print
Store”.
7. Pengolahan Data
a. Pengolahan Data Metode SCAN LOG

Dari gambar hasil pengujian SCAN LOG pertama hasil pengujian tidak
maksimal sehingga data yang didapatkan tidak bisa digunakan untuk menghitung
nilai jarak tulangan dan diameter tulangan.
Dari gambar hasil pengujian SCAN LOG kedua didapatkan data kisaran
nilai selimut beton berdasarkan warna sebagai berikut.

• Data warna biru tua : sbeton > 80 mm


• Data warna biru : sbeton = 60 – 69 mm
• Data warna biru muda : sbeton = 50 – 59 mm
a) Perhitungan Diameter Tulangan Pelat Lantai

• Membandingkan selimut beton biru tua dengan biru


Biru tua : sbeton = 80 mm (sebagai Y)
Biru : sbeton = 69 mm (sebagai X)
Didapatkan diameter tulangan:
D = Y – X = 80 mm -69 mm = 11 mm
• Membandingkan selimut beton biru tua dengan biru muda
Biru tua : sbeton = 80 mm (sebagai Y)
Biru muda : sbeton = 59 mm (sebagai X)
Didapatkan diameter tulangan:
D = Y – X = 80 mm -59 mm = 21 mm
• Membandingkan selimut beton biru dengan biru muda
Biru : sbeton = 69 mm (sebagai Y)
Biru muda : sbeton = 59 mm (sebagai X)
Didapatkan diameter tulangan:
D = Y – X = 69 mm -59 mm = 10 mm
• Perhitungan tulangan pelat lantai yang digunakan
Dari perhitungan diameter tulangan diatas, didapatkan nilai tulangan
yang paling mendekati dengan spesifikasi tulangan di lapangan D =
8 mm yaitu perhitungan diameter dengan membandingkan selimut
beton biru dan biru muda yaitu D = 10 mm sehingga didapatkan
diameter terkoreksi sebagai berikut:
Dterkoreksi = D + (15% x D) = 10 + (15% x 10) = 11,5 mm
Dterkoreksi = D - (15% x D) = 10 - (15% x 10) = 8,5 mm
Dari perhitungan tersebut digunakan nilai diameter yang mendekati
D = 8 mm yaitu Dterkoreksi = 8,5 mm.
b) Perhitungan Jarak Antar Tulangan (Wiremesh)

Dari gambar pengujian SCANLOG kedua didapatkan data jarak antar


tulangan wiremesh sebagai berikut:
• Data jarak 1 = 640 mm – 340 mm =300 mm
• Data jarak 2 = 820 mm – 640 mm =180 mm
• Data jarak 3 = 980 mm – 820 mm =160 mm
• Data jarak 4 = 980 mm – 620 mm =360 mm

Dari data tersebut nilai jarak tulangan yang mendekati jarak tulangan sesuai
gambar kerja (jarak = 150 mm) yaitu data jarak 2 dan data jarak 3 sehingga
didapatkan perhitungan jarak antar tulangan sebagai berikut:

𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 2+𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 3 180 𝑚𝑚 +160 𝑚𝑚


Jarak tulangan rata-rata = = = 170 𝑚𝑚
2 2

Sehingga didapatkan jarak antar tulangan dari metode SCAN LOG sebesar 170
mm.
b. Pengolahan Data Metode S
1. Pengolahan Data 1 Metode S

a) Perhitungan Data Diameter Tulangan


Dari data tersebut didapatkan nilai diameter tulangan yaitu sebesar 16 mm.
berikut perhitungan diameter terkoreksi tulangan
Dterkoreksi = D + (15% x D) = 16 + (15% x 16) = 18,4 mm
Dterkoreksi = D - (15% x D) = 16 - (15% x 16) = 13,6 mm
Dari diameter tersebut didapatkan data diameter yang nilainya berbeda
jauh dengan diameter yang tertera dalam spesifikasi yaitu D = 8 mm,
sehingga data diameter dari Metode S tidak digunakan.
b) Perhitungan Data Selimut Beton
Dari data Metode S didapatkan nilai selimut beton rata-rata sebesar 53,2
mm. dari data tersebut dapat dihitung selimut beton terkoreksi sebagai
berikut.
Sterkoreksi = S + (15% x S) = 53,2 + (15% x 53,2) = 61,16 mm
Sterkoreksi = S - (15% x S) = 53,2 - (15% x 53,2) = 45,31 mm
Dari data pasal SNI 2843-2013 disyaratkan selimut beton tidak boleh
kurang dari 40 mm untuk struktur yang tidak bersentuhan langsung dengan
tanah. Dari perhitungan sekimut beton didapatkan nilai selimut beton yang
mendekati nilai S = 40 mm yaitu Sterkoreksi = 45,31 mm. sehingga nilai
selimut beton dari metode S yaitu sebesar 45,31 mm.
2. Pengolahan Data 2 Metode S

c) Perhitungan Data Diameter Tulangan


Dari data tersebut didapatkan nilai diameter tulangan yaitu sebesar 16 mm.
berikut perhitungan diameter terkoreksi tulangan
Dterkoreksi = D + (15% x D) = 16 + (15% x 16) = 18,4 mm
Dterkoreksi = D - (15% x D) = 16 - (15% x 16) = 13,6 mm
Dari diameter tersebut didapatkan data diameter yang nilainya berbeda
jauh dengan diameter yang tertera dalam spesifikasi yaitu D = 8 mm,
sehingga data diameter dari Metode S tidak digunakan.
d) Perhitungan Data Selimut Beton
Dari data Metode S didapatkan nilai selimut beton rata-rata sebesar 68,7
mm. dari data tersebut dapat dihitung selimut beton terkoreksi sebagai
berikut.
Sterkoreksi = S + (15% x S) = 68,7+ (15% x 68,7) = 79,01 mm
Sterkoreksi = S - (15% x S) = 68,7- (15% x 68,7) = 58,34 mm

Dari data pasal SNI 2843-2013 disyaratkan selimut beton tidak boleh
kurang dari 40 mm untuk struktur yang tidak bersentuhan langsung dengan
tanah. Dari perhitungan sekimut beton didapatkan nilai selimut beton jauh
dari nilai selimut beton yang disyaratkan sehingga perhitungan selimut
beton dengan data ini tidak digunakan

B. PENGUJIAN BETON MENGGUNAKAN CANIN+

1. Tujuan Dan Manfaat


Praktikum ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat sebagai berikut ini:
1. Untuk mengevaluasikan kekuatan, keseragaman, keawetan dan sifat-
sifat lainnya dari struktur beton
2. Untuk mengukur potensi korosi pada tulangan baja di dalam beton

2. Alat Dan Bahan


Alat :
NO NAMA ALAT GAMBAR KETERANGAN
1. Display Untuk melihat hasil
Instrument unit display sebagai
canin+ grafik beda
potensial
2 Batang Half Sebagai sensor
cell (Probe untuk mengetahui
elektroda potensi korosi pada
tembaga sulfat) beton
3. Signal Cable Sebagaipenghubung
Display Instrument
dengan batang Half
cell

Bahan :

NO NAMA BAHAN GAMBAR KETERANGAN


1. CuSO4 Sebagai larutan
(Tembaga II sulfat) untuk
40 unit menghasilkan
reaksi antara
elektron dengan
air dan
membentuk ion
(OH-)
2. H2O (Air Suling) Sebagai pelarut
100 Unit CuSO4

3. Metode Pengukuran Canin+


1. Persiapkan larutan sulfat tembaga
2. Hubungkan kabel elektroda referensi ke INPUT A dan juga
memerlukan koneksi GND

3. Siapkan permukaan lokasi pengujian dengan dilembabkan terlebih


dahulu dengan cara disiram air

4. Buat jalur-jalur (grid) pengujian


5. Pembacaan dilakukan dengan menempelkan batang half-cell pada
permukaan beton yang sudah diberi tanda.

6. Hasil pembacaam akan ditampilkan pada unit display sebagai grafik


beda potensial

4. Kendala Pengujian
1. CuSO4 sulit larut dengan air karena kurang halus
2. Permukaan beton tidak rata
3. Cairan pada batang Half Cell sulit menetes dikarenakan CuSO4 tidak
larut dengan air

5. Pengolahan Data
Dari praktikum uji korosi beton didapatkan data keterangan gambar dari
benda uji beton bertulang sebagai berikut.
Gambar Potongan Balok
Gambar Titik Pengujian pada Balok
a. Pengolahan Data Dari Pengujian Korosi
Berikut pengolahan data dari tulangan 1 grid a dan grid e

tulangan 1 diwakili oleh grid a dan grid e

Rekapitulasi Potensial Rekapitulasi Potensial


No Kumulatif V Kumulatif (%)
Value (mV) Value (V)

1 -212 -0,212 -0,212 6,86


10 -194 -0,194 -0,406 13,14
9 -192 -0,192 -0,598 19,36
7 -187 -0,187 -0,785 25,41
8 -186 -0,186 -0,971 31,43
8 -181 -0,181 -1,152 37,29
7 -172 -0,172 -1,324 42,86
6 -164 -0,164 -1,488 48,17
2 -160 -0,16 -1,648 53,35
1 -157 -0,157 -1,805 58,43
10 -155 -0,155 -1,96 63,45
6 -149 -0,149 -2,109 68,27
5 -142 -0,142 -2,251 72,87
3 -141 -0,141 -2,392 77,44
5 -134 -0,134 -2,526 81,77
4 -131 -0,131 -2,657 86,01
3 -113 -0,113 -2,77 89,67
4 -111 -0,111 -2,881 93,27
2 -104 -0,104 -2,985 96,63
9 -104 -0,104 -3,089 100,00
Dari grafik tersebut didapatkan kondisi tulangan 1 yaitu tidak terjadi korosi .
Berikut pengolahan data tulangan 2 diwakili oleh grid b dan grid c

tulangan 2 diwakili oleh grid B dan grid C

Rekapitulasi
Rekapitulasi
No Potensial Value Kumulatif V Kumulatif (%)
Potensial Value (V)
(mV)

18 -199 -0,199 -0,199 6,54


19 -199 -0,199 -0,398 13,08
8 -181 -0,181 -0,579 19,03
11 -175 -0,175 -0,754 24,79
17 -175 -0,175 -0,929 30,54
9 -174 -0,174 -1,103 36,26
1 -164 -0,164 -1,267 41,65
7 -163 -0,163 -1,43 47,01
16 -161 -0,161 -1,591 52,30
15 -150 -0,15 -1,741 57,23
12 -149 -0,149 -1,89 62,13
6 -139 -0,139 -2,029 66,70
14 -138 -0,138 -2,167 71,24
4 -135 -0,135 -2,302 75,67
13 -133 -0,133 -2,435 80,05
20 -133 -0,133 -2,568 84,42
2 -127 -0,127 -2,695 88,59
3 -119 -0,119 -2,814 92,50
5 -114 -0,114 -2,928 96,25
10 -114 -0,114 -3,042 100,00
Dari grafik tersebut didapatkan kondisi tulangan 2 yaitu tidak terjadi korosi
Berikut pengolahan data tulangan 3 diwakili oleh grid f

tulangan 3 diwakili grid f

Rekapitulasi Rekapitulasi
No Kumulatif V Kumulatif (%)
Potensial Value (mV) Potensial Value (V)

1 -232 -0,232 -0,232 13,82


7 -180 -0,18 -0,412 24,54
8 -180 -0,18 -0,592 35,26
9 -180 -0,18 -0,772 45,98
2 -164 -0,164 -0,936 55,75
10 -164 -0,164 -1,1 65,52
3 -154 -0,154 -1,254 74,69
6 -146 -0,146 -1,4 83,38
4 -143 -0,143 -1,543 91,90
5 -136 -0,136 -1,679 100,00
Dari grafik tersebut didapatkan kondisi tulangan 3 yaitu tidak terjadi korosi
Berikut pengolahan data tulangan 4 diwakili oleh grid d :

tulangan 4 diwakili oleh grid d


Rekapitulasi
Rekapitulasi Potensial
No Potensial Value Kumulatif V Kumulatif (%)
Value (V)
(mV)

1 -201 -0,201 -0,201 12,94


8 -185 -0,185 -0,386 24,86
7 -175 -0,175 -0,561 36,12
9 -170 -0,17 -0,731 47,07
2 -168 -0,168 -0,899 57,89
10 -153 -0,153 -1,052 67,74
6 -139 -0,139 -1,191 76,69
3 -121 -0,121 -1,312 84,48
5 -121 -0,121 -1,433 92,27
4 -120 -0,12 -1,553 100,00
Dari grafik tersebut didapatkan kondisi tulangan 4 yaitu tidak terjadi korosi
KESIMPULAN

1. Pengujian Profometer Metode SCAN LOG


Dari pengujian SCAN LOG didapatkan data sebagai berikut.
Diameter tulangan = 8,5 mm
Jarak antar tulangan = 170 mm

2. Pengujian Profometer Metode S


Dari pengujian Metode S didapatkan data sebagai berikut.
Selimut beton = 45,31 mm

3. Pengujian Korosi
Didapatkan kondisi dari semua tulangan balok beton tidak mengalami
korosi

Anda mungkin juga menyukai