Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTIKUM KURSI ANTROPOMETRI

Laporan Ini Dibuat Sebagai Syarat


Dalam Mata Kuliah Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat

OLEH :

Nama : Alexander Jonathan


NIM : 10011281924200
Kelompok : 4 (Empat)
Dosen : Poppy Fujianti, S.KM., M.Sc.
Asisten : Farah Arsi Solehah

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR TABEL ................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3
2.1. Definisi Ergonomi & Antropometri ......................................................... 3
2.2. Jenis Antropometri ................................................................................... 3
2.3. Alat Ukur Antropometri ........................................................................... 4
2.4. Faktor Mempengaruhi Pengukuran Antropometri ................................... 4
2.5. Faktor Bahaya Ergonomi .......................................................................... 6
2.6. Pengendalian Faktor Bahaya Ergonomi ................................................... 6
BAB III METODE PRAKTIKUM ..................................................................... 7
3.1. Alat dan Bahan ......................................................................................... 7
3.1.1. Alat .................................................................................................... 7
3.1.2. Bahan................................................................................................. 7
3.2. Prosedur Kerja .......................................................................................... 8
3.2.1. Cara Menggunakan Alat ................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 9
4.1. Hasil Praktikum ........................................................................................ 9
4.2. Pembahasan ............................................................................................ 12
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 15
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

i
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Antropometri Pengukuran Berdiri ...................... 10


Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Antropometri Pengukuran Duduk ....................... 10
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Antropometri Pengukuran Duduk ....................... 11
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Antropometri Pengukuran Wajah ........................ 11

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kursi Antropometri ........................................................................ 7


Gambar 3.2 Cara Menggunakan Alat Kursi Antropometri ................................. 8
Gambar 4.1 Proses Pengukuran Antropometri.................................................... 9
Gambar 4.2 Proses Pengukuran Antropometri.................................................... 9
Gambar 4.3 Proses Pengukuran Antropometri.................................................... 9
Gambar 4.4 Proses Pengukuran Antropometri.................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggunaan teknologi modern yang merupakan dampak perkembangan
industri, telah memberikan banyak kemudahan untuk proses produksi dan
meningkatkan produktivitas kerja para pekerja. Perkembangan industri juga telah
mengangkat standar hidup manusia dan mengurangi sumber kecelakaan, cedera,
penyakit akibat kerja. Namun demikian, di sisi lain kemajuan teknologi juga masih
mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan yaitu berupa terjadinya
peningkatan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja dan timbulnya berbagai
penyakit akibat kerja. Oleh karena itu penggunaan teknologi maju dan modern
harus memperhatikan adanya faktor bahaya untuk Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) bagi para pekerja (Saefudin & Devianita, 2021).
Peran manusia sebagai sumber tenaga di dalam dunia industri masih sangat
dibutuhkan. Kinerja yang optimal serta produktivitas yang tinggi dari sumber daya
manusia merupakan aspek signifikan yang ingin dicapai secara kontinu oleh suatu
perusahaan. Manusia sebagai sumber daya tenaga kerja memiliki peran yang sangat
berpengaruh dan signifikan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan
yang bersifat manual. Tingkat produktivitas suatu perusahaan sangat bergantung
terhadap kinerja pekerja yang memiliki peranan penting dalam menghasilkan
output hasil produksi yang ditargetkan, untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Dengan memicu pada hal ini, untuk memaksimalkan kinerja dan produktivitas
pekerja, terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi dua aspek
tersebut, yakni kondisi fisik dan beban kerja yang ditumpu pekerja (Wijaya, 2019).
Postur kerja yang tidak alamiah seringkali dilakukan dalam suatu proses
kerja namun seringkali kesadaran dalam hal itu masih kurang. Tentunya hal tersebut
dikarenakan faktor kelelahan dan cidera pada otot, adanya hal ini dapat
mempengaruhi kinerja pekerja saat sedang melakukan pekerjaannya. Postur kerja
dan posisi kerja yang tidak ergonomis berdampak pada menurunnya produktivitas
kerja maupun performa kerja yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Selain
itu, juga dapat mempengaruhi derajat kesehatan pekerja salah satunya adalah
musculoskeletal disorders (MSDs). Penerapan posisi kerja yang ergonomis akan

1
mengurangi beban kerja dan secara signifikan mampu mengurangi kelelahan atau
masalah kesehatan yang berkaitan dengan postur kerja serta memberikan rasa
nyaman kepada tenaga kerja terutama dalam pekerja yang monoton dan
berlangsung lama. Jika penerapan ergonomi tidak dapat terpenuhi, maka akan
menimbulkan ketidaknyamanan atau munculnya rasa sakit pada bagian tubuh
tertentu (Septianto & Wahyu, 2021).
Pada tahun 2013, Argentina melaporkan 22.013 penyakit akibat kerja dan
yang paling utama adalah MSDs. Pada tahun 2011, Jepang melaporkan terdapat
7.779 kasus penyakit akibat kerja terutama MSDs. Labour Force Survey (LFS)
tahun 2017/2018 melaporkan terdapat 469.000 pekerja di Britania Raya yang
menderita MSDs. Meskipun MSDs merupakan gangguan yang jarang mengancam
nyawa namun MSDs dapat menurunkan kualitas hidup dan produktivitas kerja.
WHO melaporkan bahwa sekitar sepertiga ketidakhadiran saat bekerja berkaitan
dengan kesehatan yang disebabkan oleh MSDs (Yosineba et al., 2020).
Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi keluhan MSDs diantaranya
beban kerja yang berlebih, frekuensi/ pengulangan, waktu paparan, postur kerja,
jumlah beban mekanis, kualitas risiko (intensitas kekuatan yang tinggi,
pengulangan, pengerahan tenaga besar, peregangan otot, kondisi lingkungan dan
psikososial yang tidak baik). Terdapat banyak penelitian mengenai keterkaitan
antara faktor-faktor tersebut dengan MSDs. Namun, penelitian yang benar-benar
mengaitkan antara MSDs dengan pekerjaan tertentu masih terbatas dan belum
konsisten (Yosineba et al., 2020).
Oleh sebab itu, faktor risiko terjadinya MSDs perlu diukur dan dikendalikan
agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, salah satunya dengan
menciptakan stasiun kerja yang ergonomi. Untuk menciptakan stasiun kerja yang
ergonomi, diperlukan data antropometri pekerja, yang hal tersebut dapat diukur
dengan menggunakan alat bernama kursi antropometri.
Pada praktikum ini akan melakukan pengukuran antropometri pada
mahasiswa Fakultas Kesehatan masyarakat, Universitas Sriwijaya, serta melakukan
pembahasan terkait hasil pengukuran tersebut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Ergonomi & Antropometri


Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata yaitu
“ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Ergonomi adalah
suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Di Indonesia memakai istilah
ergonomic dan di beberapa negara seperti di Skandinavia menggunakan istilah
“Bioteknologi” sedangkan di negara Amerika menggunakan istilah “Human
Engineering” atau “Human Factors Engineering”. Penerapan ergonomi menjadi
keharusan, karena setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan secara tidak
ergonomis dapat mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja meningkat, kinerja menurun yang berakibat kepada
penurunan produktivitas kerja,efisiensi dan daya kerja (Dewi, 2020).
Antropometri adalah suatu studi tentang pengukuran yang sistematis dari
fisik tubuh manusia, terutama mengenai dimensi bentuk dan ukuran tubuh yang
dapat digunakan dalam klasifikasi dan perbandingan antropoligis. Antropometri
merupakan kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik
tubuh manusia (ukuran, volume dan berat), serta penerapan dari data tersebut untuk
perancangan fasilitas kerja atau produk. Data antropometri diperlukan untuk
perancangan sistem kerja yang baik. Dengan demikian, diperlukan keseragaman
atau standar pengumpulan data antropometri pekerja diolah secara statistik sebelum
digunakan sebagai dasar perancangan sarana dan prasarana kerja (Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, 2018).

2.2. Jenis Antropometri


Adapun jenis antropometri apabila ditinjau dari cara mengukurannya, yaitu:
(Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, 2018).
1. Antropometri Statis
Antropometri statis (meliputi; antropometri posisi berdiri, posisi
duduk, antropometri kepal kaki, tangan, dst) merupakan ukuran tubuh
dan karakteristik tubuh dalam keadaan diam (statis) untuk posisi yang
telah ditentukan. Contoh: tinggi badan, lebar bahu dil.

3
2. Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis (jangkauan, fleksi/ekstensi, sudut puntir,
dst) mrupakan ukuran tubuh atan karakteristik tubuh dalam keadaan
bergerak, atau pengukuran yang memperhatikan gerakan-gerakan yang
mungkin terjadi pada saat pekerja melaksanakan aktivitas kerja. Contoh:
putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan kaki.

2.3. Alat Ukur Antropometri


Berbagal alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi tubuh
manusia atau antropometri antara lain adalah sebagai berikut : (Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, 2018).
1. Stiding Weight Scale, yaitu untuk mengukur berat badan dan tinggi
badan secara manual.
2. Digital Weight Scale, yaitu untuk mengukur berat badan dengan hasil
baca secara digital.
3. Metal Height Scale, yaitu alat pengukur tinggi badan yang praktis
dengan ujung atas ditempel di tembok.
4. Anthropometer Set, yaitu serangkaian antropometer yang dapat
dirangkai untuk mengukur antropometri.
5. Antropometer Bone Capiler, untuk mengukur lebar dan tebal dari bagian
tubuh tertentu.
6. Sliding Capiler, untuk mengukur lebar dan tebal dari bagian tubuh
lertentu.
7. Goniometer; untuk mengukur sudut persendian.
8. Inclinometer, untuk mengukur gerakan persendian.
9. Bangku atau kursi dengan ukuran 10 x 40 x 40 sentimeter tanpa
sandaran pinggang dan sandaran tangan.

2.4. Faktor Mempengaruhi Pengukuran Antropometri


Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengukuran
antropometri antara lain: : (Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia,
2018).

4
1. Umur
Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir
hingga kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.
Pada saat umur tersebut ukuran tubuh manusia tetap dan cenderung
untuk menyusut setelah kurang lebih berumur 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan ukuran tinggi badan seseorang karena
rata-rata pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar
dan tinggi dibandingkan dengan perempuan, kecuali dibagian dada dan
pinggul. Secara umum wanita juga hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3
dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki. Wanita mempunyai
VO2 max 15-30% lebih rendah dari laki-laki, sehingga menyebabkan
persentase lemak tubuh wanita lebih tinggi dan kadar Hb darah lebih
rendah daripada laki-laki. Di samping itu, wanita juga mempunyai
tenaga aerobik maksimum sebesar 2,4 L/menit, sedangkan pada laki-
laki sedikit lebih tinggi vaitu 3,0 L/menit.
3. Berat.Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
gambaran massa jaringan, termasuk airan tubuh. Berat badan sangat
peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penvakit infeksi
maupun konsumsi makanan yang menurun.
4. Suku bangsa
Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi
tubuhnva. Pada umumnva orang eropa merupakan etnis kaukasoid
berbeda dengan orang indonesia yang merupakan etnis mongoloid.
Kecenderungan dimensi tubuh manusia yang termasul, etnis kaukasoid
lebih panjang bila dibandingkan dengan dimensi tubuh manusia yang
termasuk etnis mongoloid.
5. Jenis pekeriaan atau latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, di mana bila otot tersebut sering
dipekerjakan akan mengakibatkan otot tersebut bertambah lebih besar.

5
Misalnya dimensi seorang buruh pabrik, dimensi seorang binaragawan
dan sebagainya.

2.5. Faktor Bahaya Ergonomi


Faktor bahaya ergonomi adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
Tenaga Kerja, yang disebabkan oleh : (Kementerian Ketenagakerjaan Republik
Indonesia, 2018).
1. Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat
melakukan pekerjaan.
2. Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan
antropometri Tenaga Kerja.
3. Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja.

2.6. Pengendalian Faktor Bahaya Ergonomi


Adapun tindakan pengendalian dari bahaya ergonomi, yaitu : (Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, 2018).
1. Menghindari posisi kerja yang janggal
2. Memperbaiki cara kerja dan posisi kerja
3. Mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja, bahan,
desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja
4. Memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja,
dan peralatan kerja
5. Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat
6. Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik;
dan/atau g. menggunakan alat bantu.

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
Adapun alat yang diperlukan untuk melakukan pengukuran antropometri
yaitu Kursi Antropometri.

Gambar 3.1
Kursi Antropometri

3.1.2. Bahan
-

7
3.2. Prosedur Kerja
3.2.1. Cara Menggunakan Alat
Adapun cara menggunakan Kursi Antropometri yaitu sebagai berikut :

Mengisi data nomor, suku,


Menyiapkan peserta umur (tahun), jenis kelamin
yang diukur (p/L), dan berat badan (Kg)
peserta.

Melakukan pengukuran berdiri, yang meliputi pengukuran tinggi


tubuh (cm), tinggi mata badan (cm), tinggi bahu (cm), tinggi siku
(cm), tinggi ujung jari (cm), tinggi tulang ruas (cm), tinggi pinggul
(cm), tinggi genggam tangan (cm), tinggi pergelangan tangan (cm),
tinggi jangkauan tangan (cm), tinggi pinggang (cm), lebar pingul
berdiri (cm), panjang siku ke pergelangan tangan (cm).

Melakukan pengukuran duduk yang meliputi, tinggi popliteal duduk


(cm), lebar kepala (cm), lebar bahu atas (cm), lebar bahu duduk
(cm), lebar pinggul duduk (cm), panjang genggam tangan (cm),
panjang rentangan siku (cm), panjang rentangan tangan (cm), tinggi
genggam keatas duduk (cm), tinggi duduk tegak (cm), tinggi mata
duduk (cm), tinggi siku duduk (cm), panjang bahu ke siku (cm),
tebal paha duduk (cm), panjang lengan bawah duduk (cm), panjang
lengan bawah duduk (cm), panjang paha duduk (cm).

Melakukan pengukuran wajah,


yang meliputi panjang kepala (cm),
tinggi kepala (cm), tinggi dagu
mata (cm) dan lebar mata ke mata
(cm).

Gambar 3.2
Cara Menggunakan Alat Kursi Antropometri

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum

Gambar 4.1 Gambar 4.3


Proses Pengukuran Antropometri Proses Pengukuran Antropometri

Gambar 4.2 Gambar 4.4


Proses Pengukuran Antropometri Proses Pengukuran Antropometri

9
Tabel 4.1
Hasil Pengukuran Antropometri Pengukuran Berdiri
No. Gambar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Alat Ukur No. 1 1-B 1-B 3 3 3 3 1-A 3 1 3 4 R1
TBB TMB TBH TSB TUJ TTR TPL TGG TGT TJT TPG LPB PST
Panjang
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Lebar
Umur Sex BB Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Siku Ke
No NIM Suku Mata Ujung Tulang Genggam Pergelangan Jangkauan Pingul
(th) (P/L) (Kg) Tubuh Bahu Siku Pinggul Pinggang Pergelangan
Badan Jari Ruas Tangan Tangan Tangan Berdiri
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Tangan
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
(cm)
1 10011381924142 Jawa 20 P 39 155,6 147,2 139,5 101,2 61,3 68,9 88,6 188 77 200,8 91,2 11,5 20,5

Sumber : Data Primer Hasil Pengukuran

Tabel 4.2
Hasil Pengukuran Antropometri Pengukuran Duduk
No. Gambar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Alat Ukur No. 6 4 4 4 4 5 4 4 1-A-X 1-X 1-B-X 3-X 3-X
TPD LKP LBA LBD LPD PGD PRS TSD TGD TDT TMD TBD TSD
Tinggi
Tinggi Lebar Lebar Lebar Panjang Panjang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Umur Sex BB Lebar Genggam
No NIM Suku Poplitel Bahu Bahu Pinggul Genggam Reantangan Duduk Duduk Mata Bahu Siku
(th) (P/L) (Kg) Kepala Ke Atas
Tubuh Atas Duduk Duduk Tangan Tangan Tegak Tegak Duduk Duduk Duduk
(cm) Duduk
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
(cm)
1 10011381924142 Jawa 20 P 39 37,4 13 21 25,8 13,1 55,5 67,3 145 114,1 80,8 41,3 53,5 26,8

Sumber : Data Primer Hasil Pengukuran

10
Tabel 4.3
Hasil Pengukuran Antropometri Pengukuran Duduk
No. Gambar 14 15 16 17
Alat Ukur No. R2 3-X 5 9
BKS THD PLB PPD
Panjang
Panjang Tebal Panjang
Umur Sex BB Lengan
No NIM Suku Bahu ke Paha Paha
(th) (P/L) (Kg) Bawah
Siku Duduk Duduk
Duduk
(cm) (cm) (cm)
(cm)
1 10011381924142 Jawa 20 P 39 26,7 12,2 38,5 49,6

Sumber : Data Primer Hasil Pengukuran

Tabel 4.4
Hasil Pengukuran Antropometri Pengukuran Wajah
No. Gambar 1 2 3 4
Alat Ukur No. 2 8 8 7
PKH TKP TDM LMM
Lebar
Tinggi
Umur Sex BB Panjang Tinggi Mata
No NIM Suku Dagu
(th) (P/L) (Kg) Kepala Kepala ke
Mata
(cm) (cm) Mata
(cm)
(cm)
1 10011381924142 Jawa 20 P 39 24,5 19 10 6

Sumber : Data Primer Hasil Pengukuran

11
4.2. Pembahasan
Telah diselenggarakan praktikum pengukuran antropometri pada
mahasiswa Fakultas Kesehatan masyarakat, Universitas Sriwijaya dengan
menggunakan alat Kursi Antropometri pada hari Senin, tanggal 26 September 2022
pada Pk.11.00 – 12.30 WIB yang berlokasi di ruang Laboratorium Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan masyarakat, Universitas Sriwijaya. Pada
praktikum ini mengangkat judul “Praktikum Kursi Antropometri”. Tujuan dari
praktikum ini yaitu melakukan pengukuran antropometri untuk mengetahui dimensi
bentuk dan ukuran tubuh mahasiswa Fakultas Kesehatan masyarakat, Universitas
Sriwijaya, serta data tersebut dapat digunakan untuk. Sehingga dari hasil
pengukuran tersebut dapat digunakan untuk perancangan fasilitas kerja atau produk
dengan desain yang lebih ergonomis.
Ergonomi merupakan suatu aturan atau norma dalam sistem kerja.
Penerapan ergonomi menjadi suatu keharusan, sebab setiap aktivitas atau pekerjaan
yang dilakukan secara tidak ergonomis dapat mengakibatkan ketidaknyamanan, ,
kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat, kinerja menurun yang berakibat
kepada penurunan produktivitas kerja, efisiensi dan daya kerja. Salah satu faktor
dari tidak diterapkannya ergonomi yaitu desain alat kerja dan tempat kerja yang
tidak sesuai dengan antropometri tenaga kerja. Antropometri merupakan suatu studi
tentang pengukuran yang sistematis dari fisik tubuh manusia, terutama mengenai
dimensi bentuk dan ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam klasifikasi dan
perbandingan antropoligis. Data dari pengukuran antropometri dapat digunakan
untuk perancangan fasilitas kerja atau produk dengan desain yang lebih ergonomis.
Apabila pekerja bekerja dengan kondisi fasilitas ataupun stasiun kerja yang tidak
ergonomis, maka dapat berdampak serius terhadap kondisi kesehatannya. Adapun
beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menghindari posisi
kerja yang janggal, memperbaiki cara kerja dan posisi kerja, mendesain kembali
atau mengganti tempat kerja, objek kerja, bahan, desain tempat kerja, dan peralatan
kerja, memodifikasi tempat kerja, objek kerja, bahan, desain tempat kerja, dan
peralatan kerja, mengatur waktu kerja dan waktu istirahat, serta melakukan
pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik dan/atau menggunakan
alat bantu.

12
Dalam praktikum pengukuran antropometri ini menggunakan alat bernama
kursi antropometri. Kursi antropometri merupakan sebuah alat yang berfungsi
untuk mengukur antopometri. Kursi ini telah dilengkapi berbagai alat pengukuran,
mulai dari kepala, wajah, hingga kaki, sehingga pengukuran pun dapat dilakukan
dengan lebih mudah dengan hasil yang lebih akurat. Sebelum melakukan
pengukuran, pastikan seluruh fungsi pengukuran dapat beroperasi dengan baik.
Setelah semuanya sudah dipastikan dengan baik, maka pengukuran dapat
dilakukan. Untuk memulai pengukuran, langkah pertama yaitu menyiapkan peserta
yang diukur. Selanjutnya yaitu mengisi data nomor, suku, umur (tahun), jenis
kelamin (p/L), dan berat badan (Kg) peserta. Setelah itu, melakukan pertama, yaitu
pengukuran berdiri, yang meliputi pengukuran tinggi tubuh (cm), tinggi mata badan
(cm), tinggi bahu (cm), tinggi siku (cm), tinggi ujung jari (cm), tinggi tulang ruas
(cm), tinggi pinggul (cm), tinggi genggam tangan (cm), tinggi pergelangan tangan
(cm), tinggi jangkauan tangan (cm), tinggi pinggang (cm), lebar pingul berdiri (cm),
panjang siku ke pergelangan tangan (cm). Sesudahnya dapat melakukan
pengukuran duduk yang meliputi, tinggi popliteal duduk (cm), lebar kepala (cm),
lebar bahu atas (cm), lebar bahu duduk (cm), lebar pinggul duduk (cm), panjang
genggam tangan (cm), panjang rentangan siku (cm), panjang rentangan tangan
(cm), tinggi genggam keatas duduk (cm), tinggi duduk tegak (cm), tinggi mata
duduk (cm), tinggi siku duduk (cm), panjang bahu ke siku (cm), tebal paha duduk
(cm), panjang lengan bawah duduk (cm), panjang lengan bawah duduk (cm),
panjang paha duduk (cm). setelah pengukuran duduk dan berdiri selesai, maka
dapat melakukan pengukuran wajah, yang meliputi panjang kepala (cm), tinggi
kepala (cm), tinggi dagu mata (cm) dan lebar mata ke mata (cm). Sesudah itu, maka
dapat berlanjut ke peserta selanjutnya dengan cara pengukuran yang sama. Dalam
pengukuran antropometri, pastikan bahwa pengukuran dilakukan dengan benar dan
tepat, hindari pembacaan hasil pengukuran yang keliru, serta terapkan langkah-
langkah yang sudah tertera dalam pedoman pengukuran antropometri yang ada.
Pedoman pengukuran antropometri sudah tersedia dengan jelas dan detail
dalam lampiran Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No.5 tahun 2018

13
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Di dalam lampiran tersebut
termemuat terkait definisi dari antropometri, standar dan cara pengukuran
antropometri yang tepat, berbagai alat yang digunakan untuk mengukur
antropometri, pengolahan dan penggunaan data antropometri dan aplikasi data
antropometri dalam perancangan produk dan fasilitas kerja.
Setelah dilakukan pengukuran, maka diperoleh hasil sebagai berikut
pengukuran berdiri, yang meliputi untuk pengukuran tinggi tubuh sebesar 155,6
cm, tinggi mata badan sebesar 147,2 cm, tinggi bahu sebesar 139,5 cm, tinggi siku
sebesar 101,2 cm, tinggi ujung jari sebesar 61,3 cm, tinggi tulang ruas sebesar 68,9
cm, tinggi pinggul sebesar 88,6 cm, tinggi genggam tangan sebesar 188 cm, tinggi
pergelangan tangan sebesar 77 cm, tinggi jangkauan tangan sebesar 200,8 cm,
tinggi pinggang sebesar 91,2 cm, lebar pingul berdiri sebesar 11,5 cm, panjang siku
ke pergelangan tangan sebesar 20,5 cm. Sesudahnya dapat melakukan pengukuran
duduk yang meliputi, tinggi popliteal duduk sebesar 37,4 cm, lebar kepala sebesar
13 cm, lebar bahu atas sebesar 21 cm, lebar bahu duduk sebesar 25,8 cm, lebar
pinggul duduk sebesar 13,1 cm, panjang genggam tangan sebesar 55,5 cm, panjang
rentangan siku sebesar 67,3 cm, panjang rentangan tangan sebesar 145 cm, tinggi
genggam keatas duduk sebesar 114,1 cm, tinggi duduk tegak sebesar 80,8 cm,
tinggi mata duduk sebesar 41,3 cm, tinggi siku duduk sebesar 53,5 cm, panjang
bahu ke siku sebesar 26,8 cm, tebal paha duduk sebesar 26,7 cm, panjang lengan
bawah duduk sebesar 12,2 cm, panjang lengan bawah duduk sebesar 38,5 cm,
panjang paha duduk sebesar 49,6 cm. setelah pengukuran duduk dan berdiri selesai,
maka dapat melakukan pengukuran wajah, yang meliputi panjang kepala sebesar
24,5 cm, tinggi kepala sebesar 19 cm, tinggi dagu mata sebesar 10 cm, dan lebar
mata ke mata sebesar 6 cm. Data Antropometri tersebut dapat digunakan sebagai
landasan dalam perancangan suatu fasilitas ataupun stasiun kerja yang ergonomis
sesuai dengan kondisi pekerja. Namun demikian, dalam pengukuran antropometri
tersebut masih kurang akurat, dikarenakan ada beberapa pengukuran yang
pembacaan hasilnya cenderung keliru.

14
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Ergonomi merupakan suatu keharusan di tempat kerja, sebab setiap
pekerjaan yang dilakukan secara tidak ergonomis dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja, yang berakibat
kepada penurunan produktivitas dan efisiensi kerja. Salah satu faktor
ergonomi yaitu desain alat kerja dan tempat kerja yang tidak sesuai
dengan antropometri tenaga kerja. Antropometri merupakan suatu studi
tentang pengukuran yang sistematis dari fisik tubuh manusia, terutama
mengenai dimensi bentuk dan ukuran tubuh yang dapat digunakan
dalam klasifikasi dan perbandingan antropoligis. Data dari pengukuran
antropometri dapat digunakan untuk perancangan fasilitas kerja atau
produk dengan desain yang lebih ergonomis.
2. Hasil pengukuran menggunakan kursi antropometri yaitu :
a. Pengukuran berdiri, yang meliputi pengukuran tinggi tubuh sebesar
155,6 cm, tinggi mata badan sebesar 147,2 cm, tinggi bahu sebesar
139,5 cm, tinggi siku sebesar 101,2 cm, tinggi ujung jari sebesar
61,3 cm, tinggi tulang ruas sebesar 68,9 cm, tinggi pinggul sebesar
88,6 cm, tinggi genggam tangan sebesar 188 cm, tinggi pergelangan
tangan sebesar 77 cm, tinggi jangkauan tangan sebesar 200,8 cm,
tinggi pinggang sebesar 91,2 cm, lebar pingul berdiri sebesar 11,5
cm, panjang siku ke pergelangan tangan sebesar 20,5 cm.
b. Pengukuran duduk yang meliputi, tinggi popliteal duduk sebesar
37,4 cm, lebar kepala sebesar 13 cm, lebar bahu atas sebesar 21 cm,
lebar bahu duduk sebesar 25,8 cm, lebar pinggul duduk sebesar 13,1
cm, panjang genggam tangan sebesar 55,5 cm, panjang rentangan
siku sebesar 67,3 cm, panjang rentangan tangan sebesar 145 cm,
tinggi genggam keatas duduk sebesar 114,1 cm, tinggi duduk tegak
sebesar 80,8 cm, tinggi mata duduk sebesar 41,3 cm, tinggi siku

15
duduk sebesar 53,5 cm, panjang bahu ke siku sebesar 26,8 cm, tebal
paha duduk sebesar 26,7 cm, panjang lengan bawah duduk sebesar
12,2 cm, panjang lengan bawah duduk sebesar 38,5 cm, panjang
paha duduk sebesar 49,6 cm.
c. Pengukuran wajah, yang meliputi panjang kepala sebesar 24,5 cm,
tinggi kepala sebesar 19 cm, tinggi dagu mata sebesar 10 cm, dan
lebar mata ke mata sebesar 6 cm.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, N. F. (2020). Identifikasi Risiko Ergonomi Dengan Metode Nordic Body Map
Terhadap Perawat Poli RS X. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 2(2), 125–
134.
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. (2018). Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Lingkungan Kerja. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja, 567, 1–69.
https://indolabourdatabase.files.wordpress.com/2018/03/permenaker-no-8-
tahun-2010-tentang-apd.pdf
Permenaker. (2018). Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5/2018 K3 Lingkungan
Kerja. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 5 Tahun
2018, 5, 11. https://jdih.kemnaker.go.id/keselamatan-kerja.html
Saefudin, & Devianita, E. (2021). Usulan Pengendalian Bahaya Kebisingan Area Sub
Assy Siren Di Pt . Sumber Mas Autorindo Noise Hazard Control in Sub Assy
Siren Area Pt . Program Studi Teknik Industr, 03(1), 38–46.
Septianto, A., & Wahyu. (2021). Analisa Perbaikan Postur Kerja Pekerja Dalam Ilmu
Ergonomi Menggunakan Metode Workplace Ergonomics Risk Assessment
(WERA) dan Standard Nordic Questionnaire (SNQ). Ergonomi Dan K3, 6(1),
1–8.
Wijaya, K. (2019). Identifikasi Risiko Ergonomi dengan Metode Nordic Body Map
Terhadap Pekerja Konveksi Sablon Baju. Seminar Dan Konferensi Nasional
IDEC, 2–3.
Yosineba, T. P., Bahar, E., & Adnindya, M. R. (2020). Risiko Ergonomi dan Keluhan
Musculoskeletal Disorders ( MSDs ) pada Pengrajin Tenun di Palembang
kuesioner Nordic Body Map dan variabel bebas dinilai dengan cara observasi
postur Upper Limb Assesment ( RULA ). hidup dan produktivitas kerja . WHO
juga merupakan masalah yang cukup berdampak pada MSDs , tetapi
pekerjaan mekanik pada otot , ligamen , dan. 7(1).

17

Anda mungkin juga menyukai