Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PRAKTIKUM KURSI ANTROPOMETRI

Laporan Ini Dibuat Sebagai Syarat


Dalam Mata Kuliah Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat

OLEH
Nama : Eprilia Annisya Putri
NIM : 10011382025175
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen : Mona Lestari, S.KM., M.KKK.
Poppy Fujianti, S.KM., M.Sc.
Asisten : Dita Farica

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Kursi Antropometri ..................................................................................... 3
2.2 Pengertian Ergonomi ................................................................................... 3
2.3 Pengertian Antropometri ............................................................................. 4
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri ............................. 5
2.5 Dimensi Pengukuran Antropometri ............................................................ 7
2.6 Pedoman Kursi Ergonomis.......................................................................... 9
2.7 Risiko Ergonomi ....................................................................................... 10
2.8 Upaya Pegendalian Ergonomi ................................................................... 11
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ......................................................... 12
3.1 Alat dan Bahan .......................................................................................... 12
3.1.1 Alat ..................................................................................................... 12
3.1.2 Bahan .................................................................................................. 12
3.2 Prosedur Kerja ........................................................................................... 12
3.2.1 Cara Kerja .......................................................................................... 12
3.3 Evaluasi Desain Produk ............................................................................ 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 14
4.1 Hasil Praktikum ......................................................................................... 14
4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran .......................................................... 14
4.1.2 Dimensi Kursi .................................................................................... 14
4.1.3 Hasil Pengukuran ............................................................................... 14
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 16
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 19
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
LAMPIRAN ......................................................................................................... 21

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Desain Kursi Ergonimis ........................................................................ 10
Tabel 4.1 Persentil Tubuh dengan Pengukuran Antropometri Duduk……..14
Tabel 4.2 Evaluasi Kursi Kuliah ........................................................................... 15
Tabel 4.3 Perbandingan Ukuran Kursi Setelah Evaluasi ...................................... 15

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Dimensi Pengukuran Antropometri Anggota Tubuh .......................... 7
Gambar 2.2 Dimensi Pengukuran Antropometri Kepala dan Muka ....................... 8
Gambar 3.1 Kursi Ergonomi……………………………………………………..12
Gambar 3.2 Flowchrart Pengukuran Antropometri Berdiri ................................. 12
Gambar 3.3 Flowchrart Pengukuran Antropometri Duduk .................................. 13
Gambar 3.4 Flowchrart Pengukuran Antropometri Duduk .................................. 13
Gambar 3.5 Flowchart Evaluasi Desain Produk ................................................... 13
Gambar 4.1 Dimensi dan Ukuran Kursi………………………………………….14

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Faktor yang penting yang menunjukkan karakteristik masyarakatindustri y
ang hidup di negara maju adalah banyaknya orang yang hidupdalam lingkungan
fisik yang merupakan hasil budidaya manusia. Hal ini akan kontras sekali dengan
kehidupan masa lampau disaat kebanyakan dari mereka masih hidup dalam
lingkungan alam yang asli. Perubahan waktu secara perlahan-lahan telah merubah
manusia dan keadaan. Disini manusia berusahamengadaptasikan dirinya menurut
situasi dan kondisi lingkungannya. Banyak bukti yang menunjukkan perubahan
manusia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang ada di sekitar
lingkungannya serta ditunjukkan oleh perkembangan kebudayaan dari waktu ke
waktu. Manusia melakukan perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai
adalah untuk memudahkan di dalam penggunaannya (Hutabarat, 2017).
Disiplin keilmuwan ini lahir dan berkembang pada sekitar pertengahan
abad ke-20 yang berkaitan dengan perancangan peralatan kerja serta
memperhatikan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya yang dikenal dengan
nama ergonomi. Didalam ergonomic ini akan dipelajari tentang pengaruh
kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan peralatan teknologi. Dalam
ergonomi juga akan mempelajari akibat jasmani, kejiwaan dan sosial dari produk
buatan manusia serta lingkungan kerjanya untuk mempelajari manusia sebagai
faktor utama dalam merencanakan peralatan. Dalam perencanaan peralatan ini
seperti bidang ilmu pendukung yang berupa antropometri kedokteran biologi,
psikologi, dan lainnya. Semua ini sangat membantu kita dalam merencanakan
kenyamanan dalam bekerja (Fitri, 2018).
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang membuat manusia
merasa nyaman dalam bekerja sehingga produktivitas kerja dapat meningkat. Salah
satu ilmu ergonomi adalah antropometri. Antropometri adalah cabang ilmu
ergonomi yang membahas tentang dimensi tubuh manusia. Hasil dari pengukuran
antropometri ini digunakan dalam merancang suatu sistem kerja maupun desain
peralatan untuk memudahan pemakaian, menunjang keamanan dan kenyamanan
dari suatu pekerjaan. Hasil dari pengukuran ini juga kemudian dapat diaplikasikan

1
pada sistem kerja yang melibatkan manusia saat melakukan interaksi dengan
komponen sistem kerja tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
Melalui pendekatan antropometri dapat diperoleh rancangan sistem kerja yang lebih
ergonomis yang disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia, sehingga diperoleh
suatu sistem kerja yang mendukung pekerja untuk beraktivitas secara lebih efektif
dan efisien (Utami, 2017).
Terdapat beberapa masalah kesehatan yang timbul dari hasil penerapan
ergonomi yang kurang tepat di industri, yang semuanya dirangkum ke dalam
Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan muskuloskeletal merupakan suatu
gangguan yaitu berupa rasa nyeri pada otot skeletal (otot rangka) yang dapat
diakibatkan karena pembebanan otot statis yang berat dan berulang serta dalam
waktu yang cukup lama. Keluhan muskuloskeletal yang timbul dan dirasakan oleh
pekerja memiliki tingkatan dari ringan hingga sangat sakit. MSDs dapat menjadi
suatu permasalahan penting karena dapat menyebabkan antara lain waktu kerja
yang hilang, menurunkan produktivitas kerja, penanganannya membutuhkan biaya
yang tinggi, meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan. Faktor penyebab MSDs
terdiri dari 3 faktor yaitu faktor pekerjaan meliputi faktor yang berasal dari
pekerjaan itu sendiri seperti postur tubuh, beban, frekuensi dan durasi paparan.
Faktor individu pekerjaan yaitu berupa usia, lama kerja, jenis kelamin, kesehatan
jasmani, antropometri dan status gizi. Sedangkan faktor lingkungan kerja yaitu area
kerja, tekanan, pencahayaan, getaran dan suhu (Fitri, 2018).
Untuk melakukan pengukuran ergonomi dari tubuh pekerja biasanya
menggunakan alat ukur kursi antropometri. Pengukuran Antropometri dapat
digunakan untuk merancang sistem kerja, stasiun kerja, fasilitas, desain produk
yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Salah satu alat yang digunakan
adalah kursi Antropometri. Kursi Antropometri memiliki beberapa macam tipe.
Ada kursi antropometri yang mengguanakan material kayu, besi ataupun stainless
steel. Terdapat juga kursi antropometri yang mempunyai sistem pembacaan ukuran
manual dan sistem pembacaan ukuran secara digital (Barir, 2020). Laporan ini
berisikan materi mengenai ergonomi, hasil praktikum, pengukuran menggunakan
alat, dan evaluasi kursi kelas di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya dengan menggunakan alat Kursi Antropometri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kursi Antropometri


Prinsip ergonomi yaitu pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat
kerja. Menurut Baiduri dalam diklat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi
adalah bekerja dalam posisi/postur normal, mengurangi beban kerja, menempatkan
peralatan agar slalu berada dalam jangkauan, bekerja sesuai dengan ketinggian
dimensi tubuh, mengurangi gerakan berulang dan berlebih, meminimalisasi
gerakan statis, mencakup titik beban, mencakup jarak ruang, menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman, melakukan olahraga dan peregangan ringan saat
bekerja, membuat agar display dan contoh mudah dimengerti, dan mengurangi
stress kerja (Auliaurrahman, 2018).
Kursi Antropometri merupakan kursi khusus yang dirancang untuk
pengukuran dimensi tubuh posisi duduk. Kursi ini dirancang dengan tujuan
memberikan kemudahan dan kenyamanan pada saat praktikum ergonomi,
khususnya untuk pengukuran antropometri posisi duduk. Kursi antropometri adalah
kursi yang berfungsi untuk mengukur dimensi tubuh manusia, kursi antropometri
yang diciptakan dengan tujuan untuk mengukur 34 dimensi tubuh manusia. Kursi
antropometri dipakai untuk mengukur data-data antropometri manusia dalam posisi
duduk. Data yang diperoleh biasanya dipakai untuk merancang kursi dan ketinggian
meja kerja serta untuk perancangan fasilitas kerja yang berhubungan dengan
manusia pemakainya. Orang yang akan diukur data antropometrinya harus duduk
di kursi ini ini (Hasimjaya, Wibowo and Wondo, 2017).
2.2 Pengertian Ergonomi
Secara etiomologi, ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon yang
berarti kerja dan nomo yang berarti peraturan atau hukum. Pengertian ergonomi
adalah peraturan tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk sikap kerja.
Pengertian ergonomi sebagai salah satu cabang keilmuan yang sistematis untuk
memanfaatkan informasiinformasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia dalam merancang suatu sistem kerja yang baik untuk mencapai tujuan
yang diinginkan melalui pekerjaan yang efektif, efisien, aman dan nyaman
(Ginting, 2010).

3
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun dalam
beraktifitas maupun dalam beristirahat atas dasar kemampuan dan keterbatasan
manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lelbih baik lagi. Dalam dunia kerja ergonomi memiliki peran yang besar
dan semua bidang pekerjaan memerlukan ergonomi. Ergonomi yang diterapkan di
dunia kerja membuat pekerja merasa nyaman dalam melakukan pekerjaan. Dengan
adanya rasa nyaman tersebut maka akan bermanfaat pada produktifitas kerja yang
diharapkan dan mampu membuatnya meningkat (Suhardi,2018).
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik
fisik maupun mental sehingga kualitas kerja secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Utami, 2017) :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja
fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produksi.
3. Meciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang
tinggi.
2.3 Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata lain yaitu “Anthropos” yang berarti manusia
dan “Metron” yang berarti pengukuran, dengan demikian antropometri mempunyai
arti sebagai pengukuran tubuh manusia. Antropometri adalah satu kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran,
bentuk dan kekuatan serta penerapandari data tersebut untuk penanganan masalah
desain. Sedangkan Sanders and Mc. Cormick (2015) menyatakan bahwa

4
antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh
lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Dengan
mengetahui ukuran dimensi tubuh pekerja, dapat dibuat rancangan peralatan kerja,
stasiun kerja dan produk yang sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga dapat
menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan kerja (Utami, 2017).
Keunggulan antropometri antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan
dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Relatif tidak membutuhkan
tenaga ahli. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat
di daerah setempat. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan, dapat mendeteksi
atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat
mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada ambang
batas yang jelas. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu
atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dapat digunakan untuk penapisan
kelompok yang rawan gizi (Istiany et al, 2013).
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik
dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas
pengukuran antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan
ini terjadi karena latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan
pengukuran (Istiany et al, 2013).
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengukuran antropometri terdapat
bermacam – macam. Selain itu juga, terdapat perbedaan antara satu populasi dengan
populasi yang lain adalah dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Paramita,
2015) :
1. Umur
Antropometrinya akan cenderung terus meningkat sampai batas
usia dewasa. Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak
lahir hingga kira – kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk
wanita. Pada saat umur tersebut ukuran tubuh manusia tetap dan
cenderung untuk menyusut setelah kurang lebih berumur 60 tahun.

5
2. Jenis Kelamin.
Jenis Kelamin menetukan ukuran tinggi badan seseorang karena
rata – rata pria pada umurnnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar
dan tinggi dibandingkan dengan perempuan, kecuali bagian dada dan
pinggul. Secara urnurn wanita juga hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3
dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki. Wanita mempunyai
V02 max 15-30% lebih rendah dari laki-Iaki, sehingga menyebabkan
persentase lemak tubuh wanita lebih tinggi dan kadar Hb darah lebih
rendah dari pada laki-Iaki. Di sarnping itu, wanita juga mernpunyai
tenaga aerobik maksimum sebesar 2,4 L/menit, sedarigkan pada laki-
laki sedikit lebih tinggi yaitu 3,0 L/menit
3. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
garnbaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat
peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena pcnvakit infeksi
maupun konsurnsi makanan yang menurun.
4. Suku bangsa (Ethnic Variability)
Variasi diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi
hal yang tidak kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah
angka migrasi dari satu negara ke negara yang lain. Suatu contoh
sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya jumlah penduduk yang
migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan
angkatan kerja (industrial workforce), maka akan mempengaruhi
antropometri secara nasional.
5. Jenis Pekerjaan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering
dipekerjakan akun mengakibatkan otot tersebut bertambah lebih besar.
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam
seleksi karyawan/stafnya. Seperti misalnya: buruh dermaga/pelabuhan
adalah harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.

6
2.5 Dimensi Pengukuran Antropometri
Untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bias diaplikasikan
dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka diperlukan
beberapa dimensi pengukuran pada setiap bagian tubuh. Terdapat 2 bagian tubuh
yang diukur, yaitu pengukuran antropometri anggota tubuh dan pengukuran
antropometri pada kepala dan muka (Utami, 2017).
1. Pengukuran antropometri anggota tubuh.

Gambar 2.1 Dimensi Pengukuran Antropometri Anggota Tubuh


Keterangan :
(1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung
kepala).
(2) Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
(3) Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
(4) Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
(5) Tinggi kepala tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak.
(6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat
duduk/pantat sampai dengan kepala).
(7) Tinggi mata dalam posisi duduk.
(8) Tinggi bahu dalam posisi duduk.
(9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
(10) Tebal atau lebar paha.
(11) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.
(12) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan
bagian belakang dari lutut atau betis.
(13) Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri atau duduk.

7
(14) Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai
dengan paha.
(15) Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
(16) Lebar pinggul atau pantat
(17) Lebar dari dada dalam keadaan membusung.
(18) Lebar perut.
(19) Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari
(20) Jari dalam posisi siku tegak lurus
(21) Lebar kepala
(22) Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan
ujung jari.
(23) Lebar telapak tangan.
(24) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar
(25) Lebar kesamping kiri
(26) kanan (tidak ditunjukan dalam gambar).
(27) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur
darilantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus
keatas(vertikal).
(28) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti
halnya no.24 tetapi dalam posisi duduk.
(29) Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu
sampai ujung jari tangan.
2. Pengukuran Antropometri Kepala dan Muka

Gambar 2.2 Dimensi Pengukuran Antropometri Kepala dan Muka

8
Keterangan:
(1) Panjang kepala.
(2) Lebar kepala
(3) Diameter maksimum dari dagu.
(4) Dagu ke puncak kepala.
(5) Telinga ke puncak kepala.
(6) Telinga ke belakang kepala.
(7) Antara dua telinga.
(8) Mata ke puncak kepala.
(9) Mata ke belakang kepala.
(10) Antara dua pupil kepala.
(11) Hidung ke puncak kepala.
(12) Hidung ke belakang kepala.
(13) Mulut ke puncak kepala.
(14) Lebar mulut.
2.6 Pedoman Kursi Ergonomis
Ternpat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja
dengan sikap duduk mendapatkan kenyarnanan dan tidak mengalami penekanan –
penekanan pada bagian tubuh. Untuk mendesain kursi data antropometri yang
digunakan adalah (Permenaker No 5, 2018):
a. Rentang panggul/lebar pinggul menggunakan persentil 95 (95%- ilel)
b. Rentang bahu/lebar bahu menggunakan persentil 95 (95%-ile)
c. Tinggi siku pada posisi duduk menggunakan persentil 50 (50%-ile)
(tidak mengganggu akses kursi ke dalam meja)
d. Tinggi lipatan dalam lutut (tinggi popliteal) menggunakan persentil 5
(5%-ile)
e. Tinggi bahu posisi duduk menggunakan persentil 95 (95%-ile)
f. Jarak duduk pantat hingga lipatan dalam lutut (popliteal) menggunakan
persentil 5 (5%-ile)
Demi mendapatkan kenyamanan, kursi kerja harus di desain sesuai dengan
standar yang berlaku. Penetapan desain kursi ergonomis diatur dalam
PERMENAKER No. 5 Tahun 2018 tentang K3 lingkungan kerja.

9
Tabel 2.1 Desain Kursi Ergonimis
No Tempat Duduk Kriteria
1 Tinggi Kursi - Tinggi tungkai bawah 5%-ile bila tidak
menggunakan injakan kaki.
- Tinggi tungkai bawah 95%-ile bila
menggunakan injakan kaki.
2 Panjang Kursi Panjang tungkai atas 5%-ile
3 Lebar Kursi - Lebar pinggul 95%-ile bila kursi tidak
menggunkan sandaran tangan.
- lebar bahu 95%-ile bila kursi menggunakan
sandara tangan.
4 Sandaran punggung Tinggi bahu duduk 5%-ile. Bentuk sesuai
struktur tulang belakang;
5 Sandaran tangan Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan
lebih besar dari lebar pinggul dan tidak melebihi
lebar bahu.
- Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku
95%-ile
- Panjang sandaran tangan adalah panjang
lengan bawah 95%-ile
- Jarak antara tepi dalarn kedua sandaran
tangan adalah lebar bahu 95%-ile
6 Sudut alas duduk Sudut alas duduk adalah horizontal dan khusus
pada pekerjaan yang tidak memerlukan scdikit
membungkuk ke depan alas duduk miring ke
belakang, lebar pinggul 95%-ile
7 Tingg kursi dapat disetel Ukuran rentang tinggi tungkai bawah antara
5%- ile s/d 95%-ile.
Sumber : Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja
2.7 Risiko Ergonomi
Tujuan ergonomi antara lain untuk membuat seseorang merasa nyaman saat
melakukan pekerjaannya sehingga dapat terhindar dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Hal ini tentu menguntungkan tempat kerja karena angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang menurun, akan menurunkan biaya
penanganannya. Selain itu, jika seseorang dapat bekerja dengan nyaman, secara
tidak langsung produktivitasnya akan meningkat yang kemudian akan diikuti
dengan peningkatan kesejahteraan, baik kesejahteraan fisik, mental maupun sosial.
Jika faktor ergonomi diabaikan, maka akan meningkatkan faktor risiko terjadinya
MSDs (Musculoskeletal disorders), yaitu gangguan fungsi pada otot, ligamen, saraf

10
dan tendon, sendi serta tulang belakang, Hal ini dapat terjadi jika saat bekerja
melakukan tindakan-tindakan tidak ergonomis dalam waktu yang lama. Selain itu,
beberapa dampak ergonomi yang sering terjadi, antara lain (Sandiago, 2018):
1. Sakit punggung dan leher. Postur tubuh yang buruk dan tekanan pada
tulang belakang dapat menyebabkan sakit punggung dan leher.
2. Gangguan pada saraf. Gerakan yang berulang-ulang dapat
menyebabkan gangguan pada saraf dan menyebabkan kesemutan atau
kebas pada tangan dan lengan.
3. Gangguan pada otot. Tekanan pada otot dan gerakan yang berulang-
ulang dapat menyebabkan gangguan pada otot, seperti carpal tunnel
syndrome.
2.8 Upaya Pegendalian Ergonomi
Risiko ergonomi dapat berdampak merugikan bagi kesehatan dan
produktivitas pekerja. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memerhatikan
ergonomi pada tempat kerja. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah (Fitri,
2018):
1. Memberikan lingkungan kerja yang sesuai.
2. Mengajarkan teknik kerja yang benar.
3. Mendorong istirahat secara teratur.
4. Desain kembali cara kerja untuk mengurangi jumlah pengulangan
gerakan atau meningkatkan waktu jeda antara ulangan, atau
menggilirnya dengan pekerjaan lain.
5. Mengurangi gaya yang diperlukan untuk melakukan kerja, mendesain
kembali cara kerja, menambah jumlah pekerja pada pekerjaan tersebut,
menggunakan peralatan mekanik.
6. Mendesain cara kerja dan peralatan yang dipakai hingga postur tubuh
selama kerja lebih nyaman.
7. Mendesain cara kerja untuk menghindari terlalu lama bertahan pada
satu postur, memberi kesempatan untuk mengubah posisi.
8. Memperbaiki peralatan yang ada untuk menghilangkan tekanan, atau
memberikan bantalan.
9. Mengisolasi tangan dari getaran.

11
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Kursi Ergonomi

Gambar 3.1 Kursi Ergonomi


3.1.2 Bahan
-
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Cara Kerja
1. Pengukuran Berdiri

Siapkan peserta yang Isi data nomor, suku, umur (tahun), jenis
diukur kelamin (p/L) dan Berat badan (kg)

Lakukan pengukuran berdiri, yairu Tinggi tubuh (cm), Tinggi mata badan
(cm), Tinggi bahu (cm), Tinggi siku (cm), Tinggi ujung jari (cm),Tinggi
tulang ruas (cm), Tinggi pinggul (cm), Tinggi genggam tangan (cm),
Tinggi pergelangan tangan (cm), Tinggi, jangkauan tangan (cm), Tinggi
pinggang (cm), Lebar pinggul berdiri (cm), Panjang siku ke pergelangan
tangan (cm

Gambar 3.2 Flowchrart Pengukuran Antropometri Berdiri

12
2. Pengukuran Duduk

Isi data nomor, suku, umur (tahun),


Siapkan peserta jenis kelamin (p/L) dan Berat badan
yang diukur
(kg)

Lakukan pengukuran duduk yaitu, Tinggi popliteal duduk (cm),


Lebar kepala (cm), Lebar bahu atas (cm), Lebar bahu duduk (cm),
Lebar pinggul duduk (cm), Panjang genggam tangan (cm), Panjang
rentangan siku (cm), Panjang rentangan tangan (cm), Tinggi
genggam keatas duduk (cm) Tinggi duduk tegak (cm), Tinggi mata
duduk (cm), Tinggi mata duduk (cm), Tinggi siku duduk (cm),
Panjang bahu ke siku (cm), Tebal paha duduk (cm), Panjang lengan
bawah duduk (cm), Panjang paha duduk (cm)

Gambar 3.3 Flowchrart Pengukuran Antropometri Duduk

3. Pengukuran Wajah

Isi data nomor, suku, umur (tahun),


Siapkan peserta jenis kelamin (p/L) dan Berat badan
yang diukur
(kg)

Lakukan pengukuran wajah yaitu, Panjang Kepala (cm), Tinggi


Kepala (cm), Tinggi dagu mata (cm), Lebar mata ke mata (cm)

Gambar 3.4 Flowchrart Pengukuran Antropometri Duduk

3.3 Evaluasi Desain Produk

Menentukan Menentukan
Menentukan
dimensi penting persentase data
populasi pengguna
dalam perancangan yang digunakan
produk
produkk dalam perancangan.

Menentukan nilai
Memberikan Menggunakan
persentil yang
kelonggaran pada simulator untuk
relevan dengan
data yang menguji desain
masing-masing
diperlukan produk
dimensi.

Gambar 3.5 Flowchart Evaluasi Desain Produk

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran
Hari/Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2023
Waktu : 13.00 WIB s.d Selesai
Tempat : Laboratorium K3
4.1.2 Dimensi Kursi

Gambar 4.1 Dimensi dan Ukuran Kursi

4.1.3 Hasil Pengukuran


Tabel 4.1 Persentil Tubuh dengan Pengukuran Antropometri Duduk
Dimensi Dimensi Standar Persentil
Kode Mean 5th 50th 95th
Kursi Tubuh Deviasi
A D10 TBD 60,075 4,229 53,119 60,075 67,031
B D11 TSD 26 5,75 16,55 26 35,45
C D14 PPD 46,125 1,92 42,96 46,125 49,28
D D16 TPD 38,37 9,97 21,97 38,37 54,77
E D17 LBD 39,25 2,21 35,62 39,25 42,88
F D19 LPD 29,07 4,49 21,69 29,07 36,45
G D23 PLB 53,53 15,93 28,22 53,53 78,84
Sumber : Praktikum Laboratorium K3

14
Tabel 4.2 Evaluasi Kursi Kuliah
Keterangan
Persentil Ukuran
Penggunaan Allowance Ukuran
Dimensi Benda yang Total
Dimensi Dimensi (cm) (cm)
Digunakan (cm)
Kursi Tubuh
A D10 Tinggi Bahu 50-th 2,5 42,5 45
Duduk
B D11 Tinggi Siku 95-th 0,5 24,5 25
Duduk
C D14 Panjang Paha 50-th - 40 40
Duduk
D D16 Tinggi Popliteal 95-th 0,4 40,2 40,6
Duduk
E D17 Lebar Bahu 50-th 3 40 43
Duduk
F D19 Lebar Pinggul 95-th - 36 36
Duduk
G D23 Panjang Lengan 50-th - 55 55
Bawah
Sumber : Praktikum Laboratorium K3

Tabel 4.3 Perbandingan Ukuran Kursi Setelah Evaluasi


Ukuran Produk (cm)
Produk Bagian Produk Alasan
Sebelum Sesudah
Tinggi Sandaran Kursi 37,5 45 Terlalu rendah sehingga
dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman.
Tinggi Meja dari Alas 23,5 25 Terlalu rendah sehingga
Tempat Duduk dapat berpengaruh pada
postur tubuh.
Panjang Alas Duduk 38 40 Kurang Panjang sedikit
sehingga dapat
menimbulkan sedikit
ketidaknyamanan.
Kursi Tinggi Alas Kursi ke 43 40,6 Terlalu tinggi sehingga
Bawah dapat mempengaruhi
postur tubuh.
Lebar Sisi Belakang 40 43 Kurang lebar sehingga
Kursi Bagian Bahu menimbulkan rasa tidak
nyaman
Lebar Alas Duduk 36 36 Sudah Cukup
Panjang Sandaran 58 55 Terlalu Panjang, dapat
Tangan/Alas Meja mempengaruhi postur
tubuh.
Sumber : Praktikum Laboratorium K3

15
4.2 Pembahasan
Ilmu ergonomi dapat membantu tercapainya sistem kerja yang produktif dan
memiliki kualitas kerja yang baik disertai dengan rasa kenyamanan, kemudahan,
dan juga efisiensi kerja tanpa mengabaikan segi kesehatan dan keselamatan kerja.
Dalam mencapai tujuan dari ilmu ergonomi, terdapat cabang ilmu antropometri
dimana membahas tentang karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Dengan hal ini maka dapat mempermudah dalam membuat rancangan peralatan
kerja, stasiun kerja dan produk yang sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga
dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan kerja.
Praktium kali ini dilalksanakan pada Laboratorium K3 menggunakan alat
kursi antropometri. Kursi antropometri adalah kursi yang berfungsi untuk
mengukur dimensi tubuh manusia, kursi antropometri yang diciptakan dengan
tujuan untuk mengukur 36 dimensi tubuh manusia. Data yang diperoleh dipakai
untuk merancang kursi dan ketinggian meja kerja serta untuk perancangan fasilitas
kerja yang berhubungan dengan manusia pemakainya. Praktikum kali ini juga
membahas seputaran tentang ilmu ergonomi.
Praktikum kali ini mengukur 36 dimensi tubuh yang dapat diukur
menggunakan kursi antropometri. Pada praktikum kali ini dilakukan guna
mengevaluasi kursi kelas sehingga ada 7 dimensi tubuh yang digunakan untuk
evaluasi. Dimensi yang digunakan adalah D10 (tinggi bahu duduk), D11 (tinggi
siku duduk), D14 (Panjang paha duduk), D16 (tinggi popliteal duduk), D17 (Lebar
bahu duduk), D19 (lebar pinggul duduk) dan D23 (Panjang lengan bawah). Sampel
yang diukur diwajibkan untuk mengisi data identitas sampel. Pengukuran dilakukan
sesuai dengan petunjuk yang berlaku dibawah bimbingan asisten laboratorium.
Setelah melakukan pengukuran, maka dilakukan perhitungan (Lampriran 1) untuk
mendapatkan nilai rata-rata, standar deviasi dan nilai persentil 5-th, 50-th, dan 95-
th. Perhitungan berguna untuk pertimbangan dalam mengevaluasi kursi kelas.
Selain mengukur dimensi tubuh, dalam praktikum kali ini juga mengukur dimensi
benda (Gambar 4.1). Untuk dimensi A berukuran 37,5 cm, dimensi B berukuran
23,5 cm, dimensi C berukuran 38 cm, dimensi D berukuran 43 cm, dimensi E
berukuran 40 cm, dimensi F berukuran 36 cm, dan dimensi G berukuran 58 cm.

16
Pada dimensi D10 (tinggi bahu duduk) didapatkan nilai rata-rata 60,075 cm
dengan standari deviasi 4,229 cm. Dalam mengevaluasi kursi, dimensi tubuh D10
dijadikan patokan untuk dimensi A pada benda. Persentil yang digunakan dalam
dimensi ini adalah persentil 50-th dimana sebanyak 50% orang dari sampel
memiliki postur tubuh yang tinggi. Tinggi sandaran benda hanya berkisar 37,5 cm
sehingga ini dianggap terlalu rendah sehingga perlu dilkukan evaluasi dimana yang
awalnya hanya 37,5 cm menjadi 45 cm.
Pada dimensi D11 (tinggi siku duduk) didapatkan nilai rata-rata 26 cm
dengan standari deviasi 5,75 cm. Dalam mengevaluasi kursi, dimensi tubuh D11
dijadikan patokan untuk dimensi B pada benda. Persentil yang digunakan dalam
dimensi ini adalah persentil 95-th dimana sebanyak 95% orang dari sampel
memiliki postur tinggi siku saat posisi duduk yang sama. Tinggi meja dari tempat
duduk hanya berkisar 23,5 cm sehingga ini dianggap terlalu pendek karna dapat
mempengaruhi postur tubuh penggunanya. Maka dari itu perlu dilkukan evaluasi
dimana yang awalnya hanya 23,5 cm menjadi 25 cm.
Pada dimensi D14 (Panjang paha duduk) didapatkan nilai rata-rata 46,125
cm dengan standari deviasi 1,92 cm. Dalam mengevaluasi kursi, dimensi tubuh D14
dijadikan patokan untuk dimensi C pada benda. Persentil yang digunakan dalam
dimensi ini adalah persentil 50-th dimana sebanyak 50% orang dari sampel
memiliki panjang paha yang sama. Panjang alas duduk hanya berkisar 38 cm
sehingga ini dianggap sedikit kurang panjang jika dibandingkan dengan rata-rata
hasil dimensi D14. Maka dari itu perlu dilkukan evaluasi dimana yang awalnya
hanya 38 cm menjadi 40 cm.
Pada dimensi D16 (tinggi popliteal duduk) didapatkan nilai rata-rata 38,37
cm dengan standari deviasi 9,97 cm. Dalam mengevaluasi kursi, dimensi tubuh D16
dijadikan patokan untuk dimensi D pada benda. Persentil yang digunakan dalam
dimensi ini adalah persentil 95-th dimana sebanyak 95% orang dari sampel
memiliki postur tinggi popliteal duduk yang sama. Tinggi alas duduk ke kursi
bawah hanya berkisar 43 cm sehingga ini dianggap terlalu tinggi karna dapat
mempengaruhi kenyamanan penggunanya. Maka dari itu perlu dilkukan evaluasi
dimana yang awalnya hanya 43 cm menjadi 40,6 cm. Hal ini dilakukan agar
menciptakan kenyamanan bagi penggunanya.

17
Pada dimensi D17 (lebar bahu duduk) didapatkan nilai rata-rata 39,25 cm
dengan standari deviasi 2,21 cm. Dalam mengevaluasi kursi, dimensi tubuh D17
dijadikan patokan untuk dimensi E pada benda. Persentil yang digunakan dalam
dimensi ini adalah persentil 50-th dimana sebanyak 50% orang dari sampel
memiliki lebar bahu yang sama. Lebar sisi belakang sandaran kursi hanya berkisar
40 cm sehingga ini dianggap sedikit kurang lebar jika dibandingkan dengan rata-
rata hasil dimensi D17. Maka dari itu perlu dilkukan evaluasi dimana yang awalnya
hanya 40 cm menjadi 43 cm.
Pada dimensi D19 (lebar pinggul duduk) didapatkan nilai rata-rata 29,07 cm
dengan standari deviasi 4,49 cm. Dalam mengevaluasi kursi, dimensi tubuh D19
dijadikan patokan untuk dimensi F pada benda. Persentil yang digunakan dalam
dimensi ini adalah persentil 95-th dimana sebanyak 95% orang dari sampel
memiliki postur lebar pinggul duduk yang sama. Lebar alas duduk berkisar 36 cm
sehingga ini dianggap sudah pas karna sudah dapat memberikan kenyamanan bagi
pengguna, terlebih bagi pengguna yang memiliki postur tubuh yang lebih besar.
Pada dimensi D23 (lebar bahu duduk) didapatkan nilai rata-rata 53,53 cm
dengan standari deviasi 15,93 cm. Dalam mengevaluasi kursi, dimensi tubuh D23
dijadikan patokan untuk dimensi G pada benda. Persentil yang digunakan dalam
dimensi ini adalah persentil 50-th dimana sebanyak 50% orang dari sampel
memiliki panjang lengan yang sama. Panjang sandaran tangan (alas meja) kursi
hanya berkisar 58 cm sehingga ini dianggap sedikit terlalu panjang jika
dibandingkan dengan rata-rata hasil dimensi D23. Maka dari itu perlu dilkukan
evaluasi dimana yang awalnya hanya 58 cm menjadi 55 cm.
Untuk dampak negatif yang ditimbulkan dari posisi tubuh yang tidak
ergonomis contohnya seperti Cumulative Trauma Disorder (CTD) dapat
diterjemahkan sebagai kerusakan trauma kumulative. Penyakit ini timbul karena
terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk
kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit. Pencegahan postur tubuh
yang tidak ergonomis dapat dilakukan dengan desain kembali cara kerja untuk
mengurangi jumlah pengulangan gerakan atau meningkatkan waktu jeda antara
ulangan, atau menggilirnya dengan pekerjaan lain dan memperbaiki peralatan yang
ada untuk menghilangkan tekanan, atau memberikan bantalan.

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan
bahwa :
1. Terdapat 36 dimensi tubuh yang dapat diukur menggunakan kursi
antropometri dimana 7 dimensi tubuh diantaranya digunakan untuk
mengevaluasi kursi kerlas.
2. Tujuh dimensi tubuh yang digunakan adalah D10 (tinggi bahu duduk),
D11 (tinggi siku duduk), D14 (Panjang paha duduk), D16 (tinggi
popliteal duduk), D17 (Lebar bahu duduk), D19 (lebar pinggul duduk)
dan D23 (Panjang lengan bawah).
3. Hasil pengukuran dimensi benda (kursi) adalah dimensi A berukuran
37,5 cm, dimensi B berukuran 23,5 cm, dimensi C berukuran 38 cm,
dimensi D berukuran 43 cm, dimensi E berukuran 40 cm, dimensi F
berukuran 36 cm, dan dimensi G berukuran 58 cm.
4. Hasil rata-rata perhitungan 7 dimensi tubuh yang digunakan adalah
dimensi D10 (tinggi bahu duduk) didapatkan nilai rata-rata 60,075 cm,
dimensi D11 (tinggi siku duduk) didapatkan nilai rata-rata 26 cm,
dimensi D14 (Panjang paha duduk) didapatkan nilai rata-rata 46,125 cm,
dimensi D16 (tinggi popliteal duduk) didapatkan rata-rata 38,37 cm,
dimensi D17 (lebar bahu duduk) didapatkan nilai rata-rata 39,25 cm,
dimensi D19 (lebar pinggul duduk) didapatkan nilai rata-rata 29,07 cm,
dimensi D23 (lebar bahu duduk) didapatkan nilai rata-rata 53,53 cm.
5. Perubahan ukuran dilakukan pada 6 dimensi benda yaitu dimensi A,
dimensi B, dimensi C, dimensi D, dimensi E, dimensi G dengan 1
dimensi tetap yaitu dimensi F.
6. Untuk dampak negatif yang ditimbulkan dari posisi tubuh yang tidak
ergonomis contohnya seperti Cumulative Trauma Disorder (CTD).
7. Pencegahan postur tubuh yang tidak ergonomis dapat dilakukan dengan
desain kembali cara kerja untuk mengurangi jumlah pengulangan
gerakan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Auliaurrahman, A. S. (2018) ‘Hubungan Penerapan Ergonomi Dengan
Produktivitas Kerja Pada Karyawan Bagian Office Berdasarkan Jenis
Kelamin Di Rumah Sakit Grha Permata Ibu Depok Tahun 2018’. Available
at: https://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/view/4612/pdf
Fitri, M. O. (2018) ‘Aplikasi Monitoring Perkembangan Status Gizi Anak Dan
Balita Secara Digital Dengan Metode Antropometri Berbasis Android’,
Jurnal Instek, 2(2), pp. 140–149.
Hasimjaya, J., Wibowo, M. and Wondo, D. (2017) ‘5858-11042-1-Sm’, 5(2), pp.
449–459.
Hestanto (2022) Ergonomika | hestanto personal website. Available at:
https://www.hestanto.web.id/ergonomi/ (Accessed: 5 October 2022).
Hutabarat, dr. i. yulianus (2017) Dasar-Dasar Ergonomi, BUKU DASAR DASAR
ERGONOMI.
Paramita, C. P. (2012) ‘Perancangan Kursi Masinis yang Ergonomis pada KRL
Commuter Jabodetabek dengan Menggunakan Virtual Human Modelling’,
Journal UI, p. 105.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
Tentang keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan kerja (2018)
‘Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2018’, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018, 5, pp. 1–258. Available at:
https://jdih.kemnaker.go.id/keselamatan-kerja.html.
Sandiago, D. (2018) ‘Ergonomi Pada Pekerja’, Integration of Climate Protection
and Cultural Heritage: Aspects in Policy and Development Plans. Free and
Hanseatic City of Hamburg, 26(4), pp. 1–37.
Utami, N. W. A. (2017) ‘Modul Antopometri’, Diklat/Modul Antopometri, 006, pp.
4–36. Available at:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/c5771099d6b4662d
9ac299fda52043c0.pdf.

20
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Pengukuran Dimensi Tubuh

Standar Percentil
Dimensi Rata-Rata
Deviasi 5-th 50-th 95-th

D10 x̄ =
Σxᵢ
̄ x̄−x)²
Σ( x̄ - 1,645σX 60,075 x̄ + 1,645σX
n σ=√ = 60,075– 1,645
240,3 n−1 = 60,075 + 1,645
= (4,229)
4 53,665 (4,229)
=60,075 =√ = 53,119
4−1 = 92,199
= 4,229

D11 x̄ =
Σxᵢ
̄ x̄−x)²
Σ( x̄ - 1,645σX 26 x̄ + 1,645σX
n
104
σ=√ = 26 – 1,645 (5,75) = 26 + 1,645
n−1
= 4
99,5 = 16,55 (5,75)
= 26 = √4−1 = 35,45
= 5,75

D14 x̄ =
Σxᵢ
̄ x̄−x)²
Σ( x̄ - 1,645σX 46,125 x̄ + 1,645σX
n
184,5
σ=√ = 46,125 – 1,645 = 46,125 + 1,645
n−1
=
4
11,17 (1,92) (1,92)
= 46,125 = √ 4−1 = 42,96 = 49,28
= 1,92

D16 x̄ =
Σxᵢ
̄ x̄−x)²
Σ( x̄ - 1,645σX 38,37 x̄ + 1,645σX
n σ=√ = 37,38 – 1,645 = 37,38 + 1,645
153,5 n−1
= 4 (9,97) (9,97)
298,66
= 38,37 =√ = 21,97 = 54,77
4−1
= 9,97

D17 x̄ =
Σxᵢ
̄ x̄−x)²
Σ( x̄ - 1,645σX 39,25 x̄ + 1,645σX
n σ=√ = 39,25 – 1,645 = 39,25 + 1,645
157 n−1
= 4 (2,21) (2,21)
14,74
= 39,25 = √ 4−1 = 35,62 = 42,88
= 2,21
D19 x̄ =
Σxᵢ
̄ x̄−x)²
Σ( x̄ - 1,645σX 29,07 x̄ + 1,645σX
n σ=√ = 29,07 – 1,645 = 29,07 + 1,645
116,3 n−1
= 4 (4,49) (4,49)
60,65
= 29,07 = √ 4−1 = 21,69 = 36,45
= 4,49

D23 x̄ =
Σxᵢ
̄ x̄−x)²
Σ( x̄ - 1,645σX 53,53 x̄ + 1,645σX
n σ=√ = 53,53 – 1,645 = 53,53 + 1,645
160,6 n−1
= 4 (15,93) (15,93)
719,96
= 53,53 =√ = 28,22 = 78,84
4−1
= 15,93

21
Lampiran 2 Proses Pengukuran

Pengukuran Dimensi Tubuh

Pengukuran Dimensi Benda

22
Lampiran 3 Hasil Pengukuran

Hasil Praktikum Kelompok 1

Hasil Praktikum Kelompok 2

23
Hasil Praktikum Kelompok 3

Hasil Praktikum Kelompok 4

24
Lampiran 4 Evaluasi Desain Kursi

Sebelum Evaluasi Sesudah Evaluasi

25

Anda mungkin juga menyukai