Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ANTHROPOMETRI DAN APLIKASINYA

Disusun oleh :

Nama : Natalia Oktaviani

NIM : N1A119051

Kelas : 5K

Mata Kuliah : Ergonomi dan Fisiologi Kerja

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan kasih
karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah Ergonomi dan Fisiologi
Kerja dengan judul “Antropometri dan Aplikasinya” dengan tujuan memenuhi tugas
Mata Kuliah Ergonomi dan Fisiologi Kerja tepat pada waktunya.

Pada kesempatan kali ini, saya juga tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terimakasih kepada seluruh pihak yang berkontribusi membantu saya dengan memberi
dukungan moral, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya

Saya selaku Penulis menyadari bahwa penulisan tugas ini masih sangat jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis mengaharpkan kritik serta saran yang
membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun
pihak-pihak yang berkepentingan. Terimakasih.

Sidamanik, 16 Septermber 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................I

DAFTAR ISI...........................................................................................................II

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2

1.3. Tujuan dan Manfaat...................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1. Definisi Antropometri................................................................................3

2.2. Data Antropometri.....................................................................................4

2.3. Kriteria Antropometri................................................................................6

2.4. Alat pengukuran dan Teknik......................................................................7

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Data Antropometri............................9

2.6. Pengukuran dan Dimensi Antropometri..................................................11

2.7. Tahapan Perancangan berdasarkan Antropometri...................................18

2.8. Aplikasi Antropometri.............................................................................19

BAB III..................................................................................................................23

PENUTUP..............................................................................................................23

3.1. Kesimpulan..............................................................................................23

3.2. Saran.........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Antropometri merupakan ilmu yang terkait dengan pengukuran


tubuh. Peran antropometri sangatlah penting dalam menunjang kemajuan
dibidang perancangan baik industri, pakaian, arsitektur dan lain sebagainya.

Antropometri merupakan kumpulan data yang berhubungan dengan


karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran, volume, dan berat) serta penerapan
dari data tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk.

Data antropometri sangat penting digunakan untuk mendapatkan


perancangan yang baik berbasis Human Centered Design. Data antropometri
ini juga dapat digunakan untuk kebutuhan lain misalnya dalam bidang
kesehatan.

Di era yang semakin maju seperti saat ini, terjadi banyak perubahan
baik dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, maupun komposisi etnis dari
masyarakat dapat memungkinkan untuk memicu perubahan dalam distribusi
ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat
perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometri.

Informasi terkait dengan erubahan ini sangatlah diperlukan guna


memaksimalkan upaya penyesuaian rancangan suatu sistem kerja dengan
tujuan dapat menunjang kemudahan dalam pemakaian suatu produk,
kenyamanan dan keamanan dalam suatu lingkup pekerjaan. Dengan ini, kita
dapat melihat bahwa antropometri juga dapat diartikan sebagai suatu ilmu
yang mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi tubuh dengan desain
alat-alat yang akan digunakan oleh manusia.

Desain yang sesuai dengan memanfaatkan data antropometri sangat


bermanfaat bagi para penggunanya karena alat ini disesuaikan dengan

1
kondisi fisik tubuh manusia, dengan harapan setiap kegiatan yang dilakukan
juga akan optimal sehingga meningkatkan efisiensi, efektivitas serta
produktivitas kerja, dimana hal ini merupakan tujuan utama ergonomis di
lingkungan kerja.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apakah definisi dari antropometri?

2) Bagaimana kriteria dari antropometri?

3) Apa saja faktor yang mempengaruhi data antropometri?

4) Bagaimanakah teknik pengukuran dan alat apa yang digunakan?

5) Bagaimanakah tahapan perencanaan antropometri?

6) Bagaimanakah aplikasi atau penerapan data antropometri?

1.3. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui definisi dan konsep antropometri.

2. Untuk memahami terkait dengan kriteria dari antropometri

3. Untuk mengetahui terkait dengan faktor yang mempengaruhi data


antropometri

4. Untuk mengetahui teknik dan alat yang digunakan pada antropometri

5. Untuk memahami tahapan perencanaan antropometri dan penerapannya,

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Antropometri

Istilah antropometri berasal dari dua kata yaitu “anthro” yang


artinya manusia dan “metri” yang artinya ukuran (Susanti, Zadry and
Yuliandra, 2015). Sehingga secara singkat kita dapat mengatakan bahwa
antropometri merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang ukuran-
ukuran manusia. fisik tubuh lainnya relevan dengan desain tentang sesuatu
yang dipakai orang (Tarwaka et al, 2004) dalam (Susanti, Zadry and
Yuliandra, 2015).

Antropometri dapat diartikan secara jelas yaitu merupakan suatu


ilmu yang berkaitan secara khusus menyangkut dimensi tubuh manusia
(Norfiza dan Infi, 2011 : 49) dalam (Hasimjaya, Wibowo and Wondo,
2017). Antropometri sendiri secara luas digunakan sebagai pertimbangan-
pertimbangan ergonomis dalam interaksi manusia. Antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat untuk produk yang
dirancang/ digunakan oleh manusia tersebut (Andhini, 2018). Sedangkan
secara definisi antropometri dapat digunakan sebagai studi yang berkaitan
dengan pengukuran tubuh manusia (Prasetyo and Agri Suwandi, 2011).
Jika kita sedikit meninjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Wicaksono, Kridalukmana
and Windasari, 2016).

Menurut Sutarman (1972), dengan kita mengetahui ukuran


antropometri dari tenaga kerja maka akan dapat dibuat suatu desain alat –
alat kerja yang sepadan atau sesuai bagi tenaga kerja yang akan
menggunakan alat tersebut dengan besar harapan dapat memberi
kenyamanan, Kesehatan, keselamatan serta estetika kerja. Terkait dengan

3
pendapat tersebut, terdapat beberapa hal yang dipertimbangkan dan
melatarbelakangi pendapat tersebut, diantaranya:

1. Manusia berbeda antara satu dengan lainnya, maksudnya ialah


setiap manusia memiliki bentuk tubuh yang berbeda-beda, namun
pada realitanya kebanyakan alat-alat yang digunakan dibuat hanya
berdasarkan satu jenis ukuran tubuh untuk semua orang sehingga
hanya orang-orang dengan bentuk atau ukuran tubuh tertentu yang
dapat menggunakannya.
2. Manusia memiliki keterbatasan. Maksudnya ialah mausia sering
memeiliki keterbataasan tertentu baik secara fsik maupun mental
3. Manusia selalu memiliki ekspektasi terhadap apa yang ada
disekitarnya. Untuk itu, respon yang sifatnya prediksi atau
permintaan sebaiknya selalu dipertimbangkan ketika mendesain alat
dan stasiun kerja untuk menghindarkan terjadinya kesalahan atau
kebigungan pada pekerja atau pengguaan produk.

2.2. Data Antropometri

Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan


dimensi tubuh manusia dimana dimensi-dimensi ini dibagi menjadi
kelompok statistika dan ukuran persentil. Data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan
produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan produk
tersebut. Data yang didapat bisa diaplikasikan paling sering untuk
perancangan area kerja, peralatan kerja dan perancangan produk-produk
konsumtif seperti meja dan kursi.

Antropometri sendiri umumnya terbagi menjadi dua, yaitu


antropometri statis dan antromopetri dinamis. Antropometri statis
merupakan pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada
permukaan tubuh. Sedangkan antropometri dinamis merupakan
pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik Gerakan yang emungkinkan untuk

4
terjadi pada saat seorang pekerja melakukan kegiatan atau pekerjaannya.
(Liliyana, 2007) dalam (Hermawan Prasetyo and Enggar Sari, 2020).

Terdapat berbagai bidang yang termasuk dalam lingkup


antropometri, dimana bidang tersebut meliputi berbagai ukuran tubuh
manusia seperti berat badan, tinggi badan, posisi ketika beridiri, posisi
ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, Panjang tungkai dan lain
sebagainya.

Data antropometri ini sangat penting dalam menentukan alat dan


cara mengoperasikannya, dimana kesesuaian antara antrpometri pekerja
dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat
kelelahan pekerja, kemampuan kerja dan produktivitas kerja.

Antropometri statis disebut dengan antropometri structural,


diantaranya tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu,
tinggi pertengahan Pundak pada posisi duduk, jarak pantat sampai ibu jari
kaki dan tinggi mata pada posisi duduk. Langkah yang dilakukan pada
antropometri statis adalah:

1) Ukur dimensi peralatan yg ditinjau.


2) Tentukan data Anthropometri yg berhubungan dengan dimensi
peralatan.
3) Tentukan populasi pemakai.
4) Ukur dan bandingkan serta lakukan analisa kesesuaian data
dimensional antara peralatan dan pemakai.

Sedangkan antropometri dinamis sering disebut dengan


antropometri fungsional, seperti antropometri dalam posisi tubu
melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam
proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.

5
2.3. Kriteria Antropometri

Penerapan ergonomis dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk


mendapatkan sikap tubuh yang ergonomis dalam bekerja. Dengan sikap
yang ergonomi ini diharapkan efisiensi kerja dan produktivitas meningkat.
Tempat duduk (kursi) harus dibuat sedimikian rupa sehingga memberikan
relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak
menimbulkan penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu
sirkulasi darah dan sensibilitas bagianbagian tersebut (Siswanto, 1995:20
dalam (Hutabarat, 2017)).
Terdapat beberapa kriteria dari ukuran kursi yang ergonomic dan
mengikuti standar antropometri, diantaranya: (Hutabarat, 2017)

1. Tinggi alas duduk


Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian
depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi alas
duduk harus sedikit lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan
telapak kaki.
2. Panjang alas duduk
Diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan
sandaran duduk pada permukaan atas alas duduk sampai kebagian

6
depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan adalah 36 cm. Panjang
alas duduk harus lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan garis
punggung.
3. Lebar alas duduk
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas
duduk harus lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan
adalah 44- 48 cm.
4. Sandaran pinggang
Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah
ujung tulang belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.
5. Sandaran tangan
Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih
lebar dari pinggul dan tidak melebihi lebar bahu). Tinggi Sandaran
adalah setinggi siku. Panjang sandaran tangan sepanjang lengan
bawah. Ukuran yang dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua
sandaran tangan 46-48 cm. Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari
alas duduk. Panjang sandaran tangan 21 cm.
6. Sudut alas duduk
Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan
kemudahan bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan
posisi. Alas duduk hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan-
pekerjaan yang tidak memerlukan sikap sedikit membungkuk ke
depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-5 derajat). Bila
keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat duduk yang
dapat diatur.

2.4. Alat pengukuran dan Teknik

Alat yang paling umum digunakan dalam antromopmetri adalah


kursi antropometri dan antropometer. Anthropometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur jarak, ketinggian dan sudut suatu titik dari
suatu posisi acuan tertentu (Pulat, 1992).

7
Realisasinya, alat ini berguna sebagai alat bantu untuk mendesain
atau mengetahui posisi alat-alat atau instrumen pengendali dari suatu
mesin atau sistem kerja terhadap posisi operatornya (Susanti, Zadry and
Yuliandra, 2015).

Pada beberapa perguruan tinggi, yang banyak digunakan adalah


kursi antropometri yang sudah dirancang menjadi satu kesatuan. Teknik
pengukuran dilakukan dengan cara subjek duduk dan dimensi tubuh yang
dapat di ukur seperti tinggi popliteal, lebar pinggul, tinggi siku duduk,
tinggi mata duduk dan lain-lain. Metode yang lain yang dapat digunakan
adalah dengan menggunakan rekaman video, holography dan
stereophotometry. Beberapa metode terakhir muncul untuk mengatasi
beberapa kelemahan dari pengukuran secara konvensional. Dengan
metoda fotografi dapat disimpan beberapa pengukuran yang telah
dilakukan dan dapat digunakan untuk mengevaluasi tubuh dalam tiga
dimensi (Pulat, 1992 dalam (Susanti, Zadry and Yuliandra, 2015)).

Selain itu, alat lain yang digunakan ialah antropometer.


Antropometer berupa sebuah alat yang terdiri dari sebatang pipa sepanjang
2000 mm, yang tersusun dari empat bagian dengan sebuah pegangan yang

8
dapat digeser ke atas atau kebawah dan sebuah pegangan stabil. Dalam
masing-masing pegangan ini dapat diisi sebatang jarum yang
memungkinkan ukuran dibuat. Pipa memiliki skala dengan ketepatan 1
mm. Atropometer dipergunakan untuk pengukuran panjang seperti tinggi
badan, panjangnya tulang pipa, namun tidak jarang juga dipakai dalam
pengukuran lebar badan menggantikan kaliper lengkung besar
(Antropometri Indonesia, 2013).

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Data Antropometri

Secara umum, manusia memiliki bentuk dan dimensi ukuran tubuh


yang berbeda-beda. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi ukuran
tubuh manusia, adalah (Wignjosoebroto, 1995) dalam (Susanti, Zadry and
Yuliandra, 2015) :

1. Umur

Manusia akan tumbuh bertambah besar seiringan seiring dengan


bertambahnya umur yaitu sejak awal lahir sampai berumur 20 tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di USA diperoleh kesimpulan
bahwa laki-laki tumbuh dan bertambah tinggi sampai umur 21,2 tahun dan
wanita sampai dengan umur 17,3 tahun, meskipun terdapat sekitar 10%

9
yang masih bertambah tinggi hingga umur 23,5 tahun bagi laki-laki dan
21,1 tahun bagi wanita (Roche dan Davila, 1972 dalam Wignjosoebroto,
1995). Setelah mencapai umur tersebut tidak terjadi lagi pertumbuhan,
namun sekitar umur 40 tahunan manusia akan mengalami penurunan
ataupun penyusutan.

2. Jenis kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya lebih besar


dibandingkan wanita, kecuali beberapa bagian tubuh tertentu seperti
pinggul, dan sebagainya.

3. Suku/ bangsa

Setiap suku, bangsa atau kelompok etnik memiliki karakteristik


fisik yang berbeda satu dengan lainnya. Salah satu pengaruhnya yaitu gaya
hidup yang berbeda, jenis makanan dan sebagainya.

4.Posisi tubuh

Sikap atau posisi tubuh berpengaruh terhadap dimensi ukuran


tubuh, sehingga posisi standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.
Posisi tubuh dikenal dua cara pengukurannya yaitu :

a. Pengukuran dimensi struktur tubuh.

b. Pengukuran dimensi fungsional tubuh.

5. Cacat tubuh

Data antropometri khusus diperlukan untuk merancang produk


bagi orang-orang cacat seperti kursi roda, kaki atau tangan palsu, dan lain-
lain.

6. Tebal atau tipisnya pakaian yang dikenakan

Iklim yang berbeda akan mempengaruhi variasi yang berbeda-


beda dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Sehingga dimensi
manusia akan berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat lainnya.

10
7. Kehamilan

Kondisi kehamilan akan mempengaruhi dimensi ukuran dan


bentuk tubuh wanita. Hal tersebut memerlukan perhatian yang khusus
terhadap perancangan produk yang dirancang.

2.6. Pengukuran dan Dimensi Antropometri

Berbagai dimensi tubuh manusia yang sering digunakan dalam berbagai


proses perancangan antara lain: (Purnomo, 2013)
1. Tinggi badan (Tb)
Dimensi ini diukur dari lantai sampai kepala bagian atas secara
vertikal dalam posisi berdiri dengan kepala tegak. Dimensi ini digunakan
untuk perancangan peralatan atau fasilitas yang berbasis vertikal dengan
posisi berdiri. Penggunaan ukuran tinggi badan salah satunya adalah
perancangan tinggi pintu. Rancangan tinggi pintu yang ada telah di
rancang untuk mengakomodasi 99% populasi pengguna. Fungsi lain
adalah digunakan untuk menetapkan tinggi minimal rancangan yang
menimbulkan gangguan kepala seperti tinggi pintu bus, tinggi pintu
pesawat, tinggi cabin pesawat dan sebagainya.
2. Tinggi mata berdiri (Tmb)
Dimensi ini diukur dari lantai sampai mata subjek secara vertikal dalam
posisi berdiri dengan kepala tegak. Dimensi ini digunakan untuk
merancang peralatan yang membutuhkan pandangan lurus ke depan
dalam posisi berdiri. Rancangan peralatan seperti monitor yang
digunakan dengan posisi berdiri merupakan contoh yang menggunakan
dimensi Tmb. Pada prinsipnya rancangan ini untuk mengakomodasi
subjek yang paling pendek agar dapat melihat peralatan tersebut dengan
nyaman.
3. Tinggi bahu berdiri (Tbb)
Dimensi ini diukur dari lantai sampai dengan bahu subjek secara
vertikal dalam posisi berdiri. Titik pengukuran bahu pada acromion

11
yaitu tulang bahu bagian atas, dimana tulang acromion dapat perpindah
tempat mengikuti gerakan rotasi ke atas dan ke bawah. Dimensi ini
digunakan untuk merancang peralatan terkait dengan penggunaan
lengan atas dan bahu. Penggunaan dimensi Tbb dengan pertimbangan
bahwa subjek yang terpendek tidak mengangkat lengan di atas tinggi
bahu dalam menggunakan alat.
4. Tinggi siku berdiri (Tsb)
Dimensi ini diukur dari lantai sampai bagian bawah siku secara vertikal
dalam posisi berdiri. Dimensi ini digunakan untuk merancang
ketinggian maksimum permukaan meja kerja untuk posisi berdiri.
Konsep perancangan ini juga sama dengan konsep perancangan yang
menggunakan Tmb dan Tbb yaitu subjek yang paling pendek dapat
menggunakan peralatan tersebut dengan nyaman tanpa harus
mengangkat siku dalam menggunakannya.
5. Tinggi pinggul (Tp)
Dimensi ini diukur dari lantai sampai pinggul secara vertikal dalam
posisi berdiri. Titik pengukuran tulang pinggul terletak pada tulang
greater trochanter. Pengukuran tinggi pinggul digunakan sebagai dasar
untuk menentukan panjang tungkai. Dimensi ini digunakan untuk
merancang kedalaman peralatan yang menggunakan tungkai seperti
kedalaman pedal gas dan rem pada kokpit mobil serta untuk
menentukan kedalaman kokpit pesawat.
6. Tinggi buku jari berdiri (Tbjb)
Dimensi ini diukur dari lantai sampai metakarpal secara vertikal dalam
posisi berdiri. Titik pengukuran buku jari yaitu buku jari dari jari
tengah. Dimensi ini digunakan untuk merancang peralatan tangan atau
alat bantu yang digunakan untuk posisi berdiri seperti pegangan tangga.
Pheasent and Haslegraf (2006) merekomendasikan rancangan pegangan
tangan, seperti pegangan tangga diperkirakan 10 cm diatas buku jari.
7. Tinggi duduk (Td)

12
Dimensi ini diukur dari permukaan tempat duduk sampai kepala bagian
atas secara vertikal dalam posisi duduk tegak. Dimensi digunakan untuk
merancang ruang kokpit pesawat, kabin mobil, kabin pesawat.
8. Tinggi mata duduk (Tmd)
Dimensi ini diukur dari permukaan tempat duduk sampai mata secara
vertikal dalam posisi duduk. Dimensi ini digunakan untuk merancang
ketinggian monitor atau display yang dioperasikan dengan duduk.
Kenyamanan dalam merancang ketinggian monitor komputer atau
display diupayakan agar kepala tidak menengadah maupun merunduk
terlalu dalam. Dengan demikian dimensi tinggi mata duduk cukup
penting sebagai acuan dalam merancang ketinggian monitor atau
display.
9. Tinggi siku duduk (Tsd)
Dimensi ini diukur dari permukaan tempat duduk sampai bagian bawah
siku secara vertikal dalam posisi duduk. Dimensi ini digunakan untuk
merancang ketinggian sandaran lengan pada kursi. Selain untuk
merancang sandaran lengan, juga dapat digunakan untuk menyesuaikan
rancangan permukaan meja kerja untuk operator duduk.
10. Tinggi bahu duduk (Tbd)
Dimensi ini diukur dari permukaan tempat duduk sampai bahu bagian
atas. Titik pengukuran bahu bagian atas adalah acromion. Dimensi ini
merupakan pusat gerakan rotasi ke atas dan ke bawah yang digunakan
sebagai dasar untuk merancang ketinggian peralatan kerja agar bahu
tidak terangkat.
11. Tinggi popliteal (Tpo)
Dimensi ini diukur dari lantai sampai popliteal (lutut bagian belakang)
secara vertikal dalam posisi duduk. Dimensi ini biasa digunakan untuk
menentukan ketinggian maksimum permukaan tempat duduk. Tinggi
tempat duduk yang dirancang diupayakan agar orang yang mempunyai
Tpo paling pendek dapat menggunakan kursi tersebut dengan nyaman.
12. Tinggi lutut (Tl)

13
Dimensi ini diukur dari lantai sampai lutut bagian atas secara vertikal
dalam posisi duduk. Dimensi Tl ini digunakan sebagai dasar untuk
merancang ketinggian permukaan meja kerja bagian bawah. Agar orang
yang menggunakan meja kerja merasa nyaman, diperlukan kelonggaran
yang cukup untuk ruang gerak kaki.
13. Panjang paha (Pp)
Dimensi ini diukur dari lutut bagian luar sampai pantat secara horisontal
dalam posisi duduk. Penggunaan dimensi ini salah satunya digunakan
sebagai dasar untuk merancang jarak antar kursi seperti kursi bus atau
pesawat. Jarak antar kursi tersebut perlu ditambah dengan kelonggaran
agar lutut tidak menyentuh kursi bagian depan. Jika memungkinkan
dapat digunakan untuk akses keluar masuk.
14. Panjang popliteal-pantat (Ppp)
Dimensi ini diukur dari lutut bagian dalam sampai pantat secara
horisontal dalam posisi duduk. Dimensi ini digunakan untuk merancang
panjang alas kursi. Panjang alas kursi tidak boleh terlalu panjang yang
melebihi panjang popliteal-pantat atau terlalu pendek karena tidak
nyaman untuk digunakan.
15. Lebar bahu (Lb)
Pengukuran lebar bahu terdiri dari dua jenis pengukuran yaitu
pengukuran deltoid dan akromial. Lebar bahu berdasarkan pengukuran
deltoid adalah jarak antara otot deltoid bagian luar kanan dan kiri yang
diukur secara horisontal. Sedangkan lebar bahu berdasarkan pengukuran
akromial adalah jarak antara tulang akromial kanan dan kiri yang diukur
secara horisontal. Dalam perancangan yang sering digunakan adalah
lebar bahu berdasarkan pengukuran deltoid yang merupakan lebar bahu
maksimal karena diukur sisi paling luar dari otot deltoid. Dimensi ini
digunakan untuk merancang lebar pintu atau gang, dan diharapkan
orang yang bahunya paling lebar dapat menggunakan fasilitas tersebut.
16. Lebar pinggul (Lp)
Dimensi ini diukur secara horisontal dari pinggul sisi kanan dan kiri
dalam posisi duduk. Kegunaan pengukuran dimensi ini salah satunya

14
adalah untuk menentukan lebar kursi, dimana orang yang paling besar
pinggulnya dalam populasi pengguna dapat menggunakan kursi
tersebut.
17. Jangkauan vertical duduk (Jvd)
Dimensi ini diukur dari alas duduk sampaimujung jari secara vertikal
dalam posisi duduk. Dimensi ini digunakan untuk merancang tinggi alat
atau kontrol agar mudah dijangkau terutama subjek dengan jangkauan
terpendek pada posisi duduk. Implementasi ini bisa kita lihat pada
stasiun perakitan alat-alat elektronik, dimana obeng digantung diatas
kepala operator. Tinggi obeng tentunya harus mudah dijangkau oleh
operator. Jvd juga digunakan untuk merancang pegangan yang
digunakan dengan menggenggam. Dalam hal ini pengukuran tidak pada
ujung jari melainkan pada pusat genggaman tangan.

Gambar 3. Dimensi tubuh duduk

18. Jangkauan vertical berdiri


Dimensi ini diukur dari lantai sampai ujung jari secara vertikal dalam
posisi berdiri. Dimensi ini digunakan untuk merancang tinggi kontrol
agar mudah dijangkau dalam posisi berdiri, terutama subjek dengan
jangkauan terpendek. Jvb sering digunakan untuk merancang tinggi
tombol atau peralatan yang digunakan pegangan tangan. Dalam hal ini
pengukuran dilakukan pada pusat genggaman tangan.

15
Gambar 4. Dimensi tubuh berdiri

19. Jangkauan horizontal duduk (Jhd) dan jangkauan horizontal berdiri


(Jhb)
Dimensi ini diukur dari tulang akromial sampai ujung jari secara
horisontal dalam posisi duduk maupun dalam posisi berdiri. Dimensi ini
digunakan untuk merancang jarak fasilitas atau alat agar mudah
dijangkau terutama subjek dengan jangkauan terpendek pada posisi
duduk maupun berdiri. Hal ini diharapkan operator dapat
mengoperasikan peralatan dengan nyaman tanpa harus membungkuk
atau memeringkan badan.

Selain pengukuran dimensi seperti yang tertera diatas, terdapat


pengukuran dimensi dinamis. Pengukuran dimensi dinamis atau
fungsional yang sering dilakukan antara lain:

1. Panjang badan tengkurap (Pbt)


Pengukuran panjang badan tengkurap dilakukan dengan cara badan
tengkurap dengan posisi tangan terlentang kedepan dengan posisi kaki
lurus. Panjang badan tengkurap diukur dari tangan (ujung jari tengah

16
atau kepalan tangan, sesuai kebutuhan) sampai dengan ujung jari kaki
secara horisontal.
2. Tinggi badan tengkurap (Tbt)
Pengukuran tinggi badan tengkurap dilakukan dengan cara yang sama
seperti Ptt, namun posisi kepala terangkat keatas maksimal. Tinggi
badan tengkurap diukur dari lantai sampai dengan bagian atas kepala
secara vertikal.

3. Tinggi badan jongkok (Tbj)


Pengukuran tinggi badan jongkok dilakukan pada posisi jongkok
dengan badan tegak. Kaki kanan atau kiri menumpu pada lantai
sedangkan kaki lainya bertumpu pada jari kaki. Tbj diukur dari lantai
sampai kepala bagian atas secara vertikal.

4. Panjang badan merangkak (Pbm)

17
Pengukuran panjang badan merangkak dilakukan dengan posisi badan
merangkak yang ditopang oleh kedua tungkai bawah dan kedua tangan.
Pbm diukur dari kepala bagian depan sampai ujung jari kaki.
5. Tinggi badan merangkak (Tbm)
Tinggi badan merangkak dilakukan dengan cara yang sama seperti Pbm.
Tbm diukur dari lantai sampai kepala bagian atas pada posisi
merangkak.

Terdapat banyak kegunaan ukuran Tbt, Tbj dan Tbm, salah satunya
adalah untuk menentukan tinggi lorong untuk orang yang masuk dengan
kondisi tengkurap, jongkok maupun merangkak. Pengukuran tinggi lorong
didasarkan pada ukuran Tbt, Tbj dan Tbm ditambah dengan kelonggaran.
Selain pengukuran dimensi dinamis tersebut diatas, pengukuran dimensi
dinamis yang terkait dengan perancangan kerja, sering diaplikasikan dalam
perancangan daerah kerja horisontal dan vertikal untuk kerja duduk, kerja
berdiri maupun kerja duduk-berdiri.

2.7. Tahapan Perancangan berdasarkan Antropometri

Terdapat beberapa tahapan dalam Prosedur Perancangan


Berdasarkan Antropometri, diantaranya :

18
1) Menentukan subjek pengguna produk yang dirancang. Faktor-faktor
yang mempengaruhi antrometri menjadi salah satu bahan
pertimbangan.
2) Menentukan dimensi tubuh yang akan diukur dan terkait dengan
produk yang dirancang.
3) Menggunakan basis data yang sudah ada, atau jika belum ada data,
maka lakukan pengukuran dengan pertimbangan seperti pada poin
nomor 1.
4) Menentukan persentase jumlah populasi, jika sedikit maka yang
diakomodasi 100%, jika banyak cukup 95%.
5) Menentukan pendekatan perancangan (individu ekstrim atau dimensi
disesuaikan atau P 50).
6) Menetukan nilai ukuran untuk setiap dimensi yang sudah ditetapkan
pada langkah kedua, hitung nilai persentilnya.
7) Menambahkan besaran kelonggaran. Alasan: Tebaltipisnya pakaian,
pengguna produk cenderung dinamis
8) Memvisualisasikan rancangan
9) Mengevaluasi hasil rancangan. Evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk
prototipe yang disimulasikan pada beberapa pengguna. Umpan balik
yang diharapkan adalah kesesuaian produk dengan memperhatikan
kondisi dinamis pengguna ketika berinteraksi dengan produk tersebut.

2.8. Aplikasi Antropometri

Pada proses perancangan peralatan maupun stasiun kerja,


kesesuaian antara operator dengan rancangan yang dibuat sangatlah
diperlukan. Seorang perancang harus cermat dengan ketelitian yang tinggi
agar rancangan sesuai dengan kebutuhan dengan tujuan untuk
meningkatkan kenyamanan, kesehatan serta produktivitas.

Untuk itu, agar didapat perancangan stasiun kerja yang sesuai


dengan harapan pengguna diperlukan data antrop- ometri yang cukup dan

19
sesuai antara dimensi tubuh dengan rancangan yang dibuat. Kesesuaian
hasil rancangan dengan pengguna menjadikan situasi kerja kondusif
dengan tingkat keluhan minimal.

Data antropometri mempunyai peranan penting dalam rancangan


peralatan, alat ataupun stasiun kerja, dimana jika terdapat ketidaksesuian
data antropometri dalam proses perancangan akan mengakibatkan rasa
tidak nyaman bagi pekerja yang menggunakan rancangan tersebut.
Dampak lain adalah terjadi gangguan muskuloskeletal bahkan sampai
pada cedera atau kecelakaan kerja.

Aplikasi data antropometri yang sesuai baik dari pengukuran


langsung ataupun dari data terdahulu diharapkan kemudian dapat
menghasilkan rancangan yang benar-benar sesuai dengan pengguna.

Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan


dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, berikut terdapat
beberapa sarana/ rekomendasi yang bisa diberikan sesuai langkah-langkah
sebagai berikut (Nurmianto, 2003) dalam (Hutabarat, 2017) :

1) Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh mana


yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rencana
tersebut.
2) Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan
tersebut, dalam hal ini perlu juga diperhatikan apakah harus
menggunakan data dimensi tubuh statis ataukah data dimensi tubuh
dinamis.
3) Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,
diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk
tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “segmentasi pasar” seperti
produk mainan anak- anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.
4) Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan
tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang
fleksibel (adjustabel) ataukah ukuran rata-rata.

20
5) Pilih presentase populasi yang harus diikuti 90th, 95th, 99th ataukah
nilai persentil yang lain yang dikehendaki
6) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya
pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai.
Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran
(allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuan akibat
tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian
sarung tangan dan lain-lain.

Terdapat juga prosedur yang dapat diikuti dalam penerapaan data


antropometri pada proses perancangan, yaitu (Pulat, 1992; Wickens, et al.,
2004) dalam (Purnomo, 2013):

1) Tentukan populasi pengguna rancangan produk atau stasiun kerja.


Orang yang berbeda pada kelompok umur akan berbeda karakteristik
fisik dan kebutuhannya.
2) Tentukan dimensi tubuh yang diperkirakan penting dalam perancangan
(Sebagai contoh tinggi mata duduk, tinggi jari kaki, lebar pinggul, tinggi
popliteal dan sebagainya). Misalnya untuk perancangan pintu masuk ha-
rus dipertimbangkan tinggi badan dan lebar bahu maksimal dari peng-
guna. Sedangkan rancangan tempat duduk harus mengakomodasikan
lebar pinggul pengguna.
3) Pilihlah persentase populasi untuk diakomodasikan dalam perancangan.
Hal yang tidak mungkin bahwa suatu rancangan dapat mengakomodasi
100% populasi pengguna, karena variasi finansial dan ekonomi serta
keterbatasan dalam perancangan.
4) Untuk masing-masing dimensi tubuh tentukan nilai persentil yang
relevan dengan melihat tabel antropometri. Jika nilai persentil pada
tabel tidak tersedia maka gunakan nilai rerata (mean) dan simpang baku
(standard deviation) dimensi dari data antropometri.
5) Berikan kelonggaran pada data yang ada jika diperlukan. Pakaian meru-
pakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat

21
kelonggaran. Kelonggaran perlu juga dilakukan untuk perlengkapan
seperti sepatu, sarung tangan, masker dan penutup kepala.
6) Gunakan mock-ups atau simulators untuk melakukan uji rancangan.
Para perancang perlu untuk mengevaluasi apakah rancangan sesuai
dengan kebutuhan atau tidak. Untuk itu dapat menggunakan mock-ups
atau simulators dalam menguji rancangan dengan mengambil sampel
pengguna untuk melakukan simulasi.

Selain itu, data antropometri yang dikumpulkan dapat


diaplikasikan secara luas dalam berbagai bidang perancangan, antara lain
(Wignjosoebroto, 1995) dalam (Susanti, Zadry and Yuliandra, 2015):

1. Perancangan area kerja (work station, interior mobil, dan lain- lain).
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools)
dan sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/ meja,
meja komputer, dan lain-lain.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik seperti pelayanan publik, ruangan
kerja, dan sebagainya.

22
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Antropometri merupakan biang ilmu yang berkaitan dengan


pengukuran dimensi tubuh mausia, dimana antropometri sendiri terbagi
menjadi antropometri statis (structural) dan antropometri dinamis
(fungsional).

Data antropometri berperan penting dalam rancangan peralatan, alat


ataupun stasiun kerja, dimana jika terdapat ketidaksesuian data antropometri
dalam proses perancangan akan mengakibatkan rasa tidak nyaman bagi
pekerja yang menggunakan rancangan tersebut.

Aplikasi dari antropometri sendiri berguna untuk melihat stasiun


kerja maupun produk dengan olahan data antropometri yang telah ada.
Aplikasi data antropometri yang sesuai baik dari pengukuran langsung
ataupun dari data terdahulu diharapkan kemudian dapat menghasilkan
rancangan yang benar-benar sesuai dengan pengguna.

3.2. Saran

Peranan antropometri sangatlah penting sehingga diharapkan


kedepannya ilmu dan penelitian serta pengetahuan terkait antropometri dapat
lebih berkembang lagi dan dapat lebih diterapkan dalam kehidupan terutama
dilingkungan kerja.

Saat ini, informasi atau pengetahuan tentang antropometri masih


cukup asing sehingga diperlukan pengenalan khusus terkait bidang ini agar
masyarakat juga dapat mengerti dan merasakan manfaat dari bidang ini.
Besar harapan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk
mendapatkan informasi lebih terkait dengan antropometri dan aplikasinya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andhini, V. (2018) ‘Hubungan Antropometri Dengan Kursi Kerja Di Kantor


Pelayanan Perbendaharaan Negara Mojokerto’, The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 7(2), p. 200. doi:
10.20473/ijosh.v7i2.2018.200-209.

Antropometri Indonesia (2013) Antropometri Indonesia, Antropometri Indonesia.


Available at:
https://www.antropometriindonesia.org/index.php/detail/sub/3/3/0/alat_uk
ur_antropometri (Accessed: 15 September 2021).

Hasimjaya, J., Wibowo, M. and Wondo, D. (2017) ‘Kajian Antropometri &


Ergonomi Desain Mebel Pendidikan Anak Usia Dini 3-4 Tahun di
Siwalankerto’, Intra, 5(2), p. 11. Available at:
http://publication.petra.ac.id/index.php/desain-interior/article/view/5858.

Hermawan Prasetyo, Y. and Enggar Sari, W. (2020) Antropometri Dan Ergonomi


Hunian Sederhana. Edited by F. Yolanda. Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.

Hutabarat, Y. (2017) Dasar - dasar Pengetahuan Ergonomi. Media Nusa


Creative.

Prasetyo, E. and Agri Suwandi (2011) ‘Rancangan Kursi Operator SPBU Yang
Ergonomis Dengan Menggunakan Pendekatan Antropometri’, Universitas
Katolik Parahyangan. Available at:
http://dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4898111002151066575114Nove
mber2017.pdf.

Purnomo, H. (2013) Antropometri dan Aplikasinya, Graha Ilmu. Graha Ilmu.

Susanti, L., Zadry, H. and Yuliandra, B. (2015) Pengantar Ergonomi Industri,


Andalas University Press. Andalas University Press.

Wicaksono, N. B., Kridalukmana, R. and Windasari, I. P. (2016) ‘Sistem


Informasi Antropometri Terintegrasi Dengan Sistem Tertanam Sebagai
Pengukur Berat Dan Tinggi Balita’, Jurnal Teknologi dan Sistem

24
Komputer, 4(1), p. 187. doi: 10.14710/jtsiskom.4.1.2016.187-201.

25

Anda mungkin juga menyukai