TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
oleh
MUHAMMAD TUAH AFANDI
120403016
No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 01 Desember 2015; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Kata kunci: Postur Kerja, Rapid Entire Body Assesment, Work Sampling,
Musculoskeletal Disorder, Nordic Body Map
dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan hati yang tulus
1. Ibu Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT, selaku Dosen Pembimbing yang
2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri
penelitian.
memberikan doa dan nasehat, abang dan kakak penulis Hendry Naldi Syam,
Rahmi Asmita, Elvin Syah Rian Syah, dan Muhammad Sayuti, serta seluruh
keluarga besar yang telah memberi motivasi dalam penulisan penelitian ini.
6. Sahabat yang selalu ada untuk penulis baik senang maupun duka, Muhammad
Natar Sihombing.
Rumenda, Oka Trijona, Aulia Muhammad Solli, dan Ridho Situmeang ST,
8. Sahabat laboratorium, Eric Hertanto ST, Rizky Marini Rambe ST, Naomi
9. Semua teman angkatan 2012 (DUA BELATI) serta abang kakak senior dan
10. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,
laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan
Penulis
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
Muskuloskeletal..................................................... III-2
Muskuloskeletal..................................................... III-5
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TABEL HALAMAN
5.2. Hasil Rating Factor Tenaga Kerja Bongkar Muat ................. V-4
TABEL HALAMAN
6.1. Kategori Resiko Postur Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat . VI-1
GAMBAR HALAMAN
1.2. Tempat Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat Dikapal ............. I-3
1.3. Tempat Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat Didermaga ........ I-3
3.5. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) .................. III-15
LAMPIRAN HALAMAN
PENDAHULUAN
(skeletal). Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak
dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah menurut Tarwaka pada tahun
2011. Berdasarkan penelitian Health and Safety Executive pada tahun 2016 bahwa
MSDs dapat mempengaruhi otot di semua bagian tubuh. MSDs ditimbulkan dari
hasil cedera yang berkelanjutan dalam pekerjaan yang terkait kecelakaan. Selain
itu MSDs dapat berkembang dari ringan sampai parah. Menurut Neville Stanton
bahwa MSDs dimulai dengan ketidaknyamanan operator yang diabaikan dan pada
akhirnya secara bertahap menjadi lebih intens menjadi rasa sakit dan nyeri.
Faktor penyebab MSDs adalah postur kerja yang tidak sesuai, dimana
postur kerja dibentuk oleh tubuh secara alamiah akibat berinteraksi dengan
fasilitas, menurut Farida pada tahun 2015. Beban kerja yang berlebihan juga
merupakan salah satu faktor terjadinya MSDs menurut Prof. Dr. rer. Nat. Alwin
Luttmann pada tahun 2003. Beban kerja adalah perbedaan antara kapasitas atau
lain yang menyebabkan MSDs adalah umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh,
menurut Tarwaka pada tahun 2011. Sehingga faktor penyebab MSDs dapat dilihat
berada pada urutan ke-9 dari 10 Besar Kasus Penyakit Rawat Inap Tahun 2014
yaitu sebesar 265.645 jiwa dan berada pada urutan ke-5 dari 10 Besar Biaya
Klaim Penyakit Rawat Inap Tahun 2014 yaitu sebesar Rp.1,9 T, lebih tinggi
daripada penyakit stroke, ginjal dan kemih, infeksi dan parasite, reproduksi wanita
dalam berbagai posisi/sikap kerja yaitu berdiri atau dinamis. Posisi tubuh saat
bekerja ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan dan fasilitas kerja yang
yaitu memasang dan melepaskan twistlock dan lasing di kontainer dan Valca.
Twistlock adalah alat pengunci kontainer yang diletakkan antara satu kontainer
dengan kontainer yang lainnya. Lasing adalah alat pengunci untuk penutup
kontainer. Berat dari twistlock kurang lebih 3-5 kg dan berat lasing kurang dari 4
aman saat berada dikapal, sedangkan valca berfungsi untuk menutup bagian atas
tempat kerja tenaga kerja bongkar muat yang berada dikapal dapat dilihat pada
Gambar 1.2.
Tempat
Container
Gambar 1.2. Tempat Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat Didalam kapal
Tempat kerja tenaga kerja bongkar muat yang berada didermaga dapat
Valca
Container
Crane
Area Kerja
TKBM
tetapi jika dibiarkan maka rasa sakit akan menjadi permanen seperti yang
(BPJS) wajib diikuti oleh setiap perusahaan yang memperkejakan tenaga kerja
sebanyak 10 orang atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp. 1 juta
gaji tetap diberikan pada pekerja yang sakit untuk 4 bulan pertama, kemudian 4
bulan berikutnya gaji diberikan perusahaan sebesar 75% dari gaji, dan 50% dari
gaji untuk 4 bulan berikutnya, serta 25% dari gaji untuk bulan selanjutnya sampai
kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) dan penilain beban kerja
mempunyai resiko terkena MSDs, sehimgga jika postur dan beban bermasalah
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak
1. Mengetahui seberapa besar resiko dari postur kerja yang dilakukan tenaga
2. Mengetahui seberapa besar beban kerja dari aktifitas kerja Tenaga Kerja
1. Bagi Mahasiswa
postur kerja dan jumlah operator yang dibutuhkan yang telah didapat di
2. Bagi perusahaan
Departemen Teknik Industri dapat lebih dikenal secara luas sebagai forum
perpustakaan.
2. Penelitian dilakukan pada 2 penyebab MSDs yaitu postur dan beban kerja.
3. Penilaian postur kerja dilakukan pada 1 posisi kerja yang beresiko untuk
setiap pekerja.
Work Sampling.
perusahaan.
1. Penelitian dilakukan dengan gerakan normal dan tidak berada dalam keadaan
tekanan.
2. Postur kerja pekerja melakukan aktifitas yang sama untuk setiap siklus kerja.
3. Pekerja leluasa bekerja, artinya tempat kerja dan susunan fasilitas kerja tidak
menjadi penghambat.
5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan
sesuai standart.
unit pelaksana teknis dari PT. Pelabuhan Indonesia I(Persero) yang melaksanakan
pengusahaan dan pelayanan jasa bongkar muat peti kemas yang berlokasi di
ditetapkan struktur organisasi dan manajemen Unit Usaha Terminal Peti Kemas
Domestik Belawan memisahkan diri dari Pelabuhan Cabang Belawan dan berubah
status menjadi pelabuhan cabang atau unit usaha mandiri dari PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia I dengan nama unit Usaha Terminal Peti Kemas Domestik
Belawan (TPKDB).
pengusahaan dan pelayanan jasa bongkar muat petikemas antar pulau. PT.
yang memiliki kewenangan untuk mengelola pelabuhan umum yang berada pada
Sampai dengan tahun 2013 telah ditetapkan oleh direksi PT. Pelabuhan
memisahkan diri dari Pelabuhan Belawan dan memiliki status setingkat cabang
atau unit bisnis yang memiliki nama Unit Usaha Terminal Peti Kemas Domestik
Belawan (TPKDB), hal ini sesuai dengan perkembangan lingkungan internal dan
individu yang saling berinteraksi menurut pola terstruktur dengan cara tertentu
organisasi garis dan staf. Dalam organisasi garis dan staf secara formil yang
yang serupa dengan itu. Tetapi dalam organisasi yang besar atau mempunyai
ruang lingkup tugas yang luas, beranekaragam dan kompleks, tidak mungkin lagi
bagi seorang pimpinan mengambil keputusan dan perintah dalam segala hal, oleh
yang bertipe garis dan staf dapat dilihat pada Gambar 2.1.
WAKIL
MANAJEMEN
DIVISI
DIVISI OPERASI DIVISI KOMERSIL DIVISI TEKNIK DIVISI UMUM
KEUANGAN
Dinas Dinas
Dinas Dinas
Perencanaan Dinas Adm. TPP Pengoperasian
Perbendaharaan Kepegawaian
Operasi Alat
Dinas Pelayanan Dinas Peng. Dinas Penyiapan Dinas Akuntansi Dinas Tata Usaha
Operasi Usaha & Promosi Fasilitas Keuangan & Rumah T
Dinas Penyiapan
Alat
tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang sesuai dengan jabatannya.
diterima. Adapun tugas dan tanggung jawab untuk masing- masing pada bagian
instalasi listrik serta air, keuangan, urusan umum, data dan ir=nformasi serta
pelayanan operasi kapal dan lapangan, pelayanan CFS Serta pelayanan Gate.
berikut:
operasi, supervisi dan evaluasi kegiatan operasi serta kinerja operasi dan
operasi.
berikut:
dan pendapatan.
berikut:
perbengkelan.
berikut:
pembukuan biaya dan pendapatan, laporan per segmen, analisis dan evaluasi
b. Dinas Perbendaharaan
umum, tata usaha, rumah tangga, kepegawaian serta urusan hokum dan
keamanan.
berikut:
a. Dinas Kepegawaian
Dinas tata usaha dan rumah tangga mempunyai tugas pokok melaksanakan dan
daerah kerja.
Adapun Tugas dan tanggung jawab divisi pelayanan kapal adalah sebagai
berikut:
sebagai berikut:
dan rupa-rupa.
LANDASAN TEORI
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai
sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu
yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan
dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
Walaupun perubahan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih
terus berlanjut.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena konstraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15 - 20% dari kekuatan otot
seperti mengangkat beban. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena
2. Aktivitas Berulang
Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
jaringan otot yang lunak seperti pada saat tangan harus memegang alat.
5. Penyebab Kombinasi
adanya resiko lain yang terjadi secara bersamaan seperti melakukan aktivitas
6. Faktor Individu
a. Umur
Chaffin pada tahun 1979 dan Guo et al pada tahun 1995 menyatakan
pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja,
bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya,
melakukan studi tentang kekuatan statik otot untuk pria dan wanita
bertambahnya umur.
b. Jenis Kelamin
c. Kebiasaan Merokok
terhadap resiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli,
d. Kesegaran Jasmani
f. Ukuran Tubuh
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa
penyakit adalah melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik ( desain stasiun dan alat
kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan organisasi kerja). Langkah preventif
1. Rekayasa Teknik
penggunaan peralatan.
2. Rekayasa manajemen
berikut :
bahaya.
ergonomis untuk menilai risiko dengan pengamatan yang sistematis saja. Ini
berarti bahwa analisis ergonomis dapat dilakukan pada rekaman visual dari tempat
kerja, seperti rekaman video atau foto. Hal ini diasumsikan bahwa setiap segmen
tubuh bergerak melalui berbagai gerakan, yang diistilahkan sebagai "zona netral,"
di mana tekanan anatomi dan strain/ketegangan tidak cukup untuk memulai suatu
proses cedera. Namun, pekerja membuat pergerakan jauh dari zona netral, risiko
cedera lebih besar, terutama ketika pergerakan tersebut sering diulang dan/atau
tinggi untuk tindakan korektif, bahkan sebelum pekerja telah terkena selama
muskuloskeletal.
gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan
aktifitas dari postur atau posisi normal secara berulang-ulang dalam waktu yang
relatif lama. Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu faktor risiko untuk
a. Jari menjepit adalah posisi jari ketika menjepit objek dengan beban > 0,9
kg.
c. Jari menekan adalah penggunaan tekanan satu jari atau lebih terhadap
menit.
d. Deviasi radial adalah postur tangan yang miring ke arah ibu jari. Postur
e. Deviasi ulnar adalah postur tangan yang miring ke arah jari kelingking.
menekuk ke arah telapak tangan, diukur dari sudut yang dibentuk oleh
lengan bawah dan sumbu tangan sebesaar ≥ 45°. Postur janggal ini
2. Pada siku
a. Rotasi lengan
b. Ekstensi penuh adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu lengan
atas dan sumbu lengan bawah ≥ 135°. Durasi untuk posisi janggal pada
3. Pada bahu yang merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai
penopang otot. Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan
penopang otot-otot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu ditandai dengan
gerakan bahu yang mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri maupun
yang kanan. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan
4. Pada leher
a. Menunduk
vertikal dengan sumbu ruas tulang leher ≥ 20°. Postur janggal ini
b. Miring
Setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan maupun ke kiri,
tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan
sumbu dari ruas tulang leher. Postur janggal ini dipertahankan dalam
per menit.
c. Menengadah
Setiap postur dari leher yang mendongak ke atas, tanpa melihat besarnya
sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu dari ruas tulang
d. Rotasi
Setiap gerakan dari leher yang memutar baik ke kanan maupun ke kiri
tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini
5. Pada punggung
a. Membungkuk
Adalah posisi badan ke arah depan sehingga antara sumbu badan bagian
atas akan membentuk sudut ≥ 20° dengan garis vertikal. Postur janggal
b. Miring
c. Rotasi Badan
Setiap gerakan dari badan yang memutar, baik ke kanan maupun ke kiri,
tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini
per menit.
sebagai sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko
mengenai postur tubuh, kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi,
sebuah indikasi tingkat risiko dan tingkat keutamaan dari sebuah tindakan yang
harus diambil.
penilaian pada masing-masing grup yang terdiri atas dua grup, yaitu:
b. Leher (neck)
c. Kaki (legs)
Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala skor postur tubuh dan
suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban atau kekuatan dan
coupling.
sebuah pekerjaan:
ataupun sesekali.
>600 4
b. Leher (neck)
0 - 200 1
+1 jika leher berputar/bengkok
0
>20 - ekstensi 2
c. Kaki (legs)
Posisi normal/seimbang
1 +1 jika lutut antara 30-600
(berjalan/duduk)
+2 jika lutut >600
Bertumpu pada satu kaki lurus 2
d. Beban (load)
1 2 3
<5 kg 0
+1 jika kekuatan cepat
5 - 10 kg 1
>10 kg 2
>900 4 lengan
Pergerakan Skor
60 - 1000 1
Kurang
2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin
baik
diterima tubuh
stabil)
Gambar 3.8.
antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerja yang harus
dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-
rendah memungkinan rasa bosan dan kejenuhan atau understres. Oleh karena itu
diantara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu
yang satu dengan yang lainnya. Pekerjaan seperti pekerja yang bekerja
mungkin sangat rendah. Pengambilan data aktifitas (work) suatu pekerja dapat di
diukur pada populasi tersebut. Menurut Slovin, ukuran sampel yang dapat
diambil adalah:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
ketidakseragaman dapat datang tanpa disadari maka diperlukan suatu alat yang
dapat mendeteksi hal tersebut. Sekelompok data dikatakan seragam bila berada
di antara kedua batas control yaitu in control dan out of control. Data in control
adalah data yang berada pada batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.
Sedangkan data out of control adalah data yang berada di luar batas kontrol atas
BKA = +k ………………..…………..(2)
BKB = -k ………………..…………..(3)
= ………………………..…………..(4)
Dimana :
faktor utama yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan dari hasil
………………………..…………..(5)
Dimana:
p = persentase produktif
s = tingkat ketelitian
dengan akurasi sebesar ±5% dapat dianggap memuaskan. Hal ini terkadang
dapat dianggap sebagai standar eror. Rumus yang digunakan untuk menghitung
Sp = k …………………………………..(6)
Dimana :
N = Ukuran sampel
3.5.5. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu baku dan Total Waktu
Baku
maka baru kita dapat menghitung waktu baku. Waktu baku ini sangat diperlukan
untuk :
yang berprestasi.
pekerjaan. Cara mendapatkan waktu baku dari data yang telah terkumpul yaitu:
…….(7)
……………(8)
…………….(9)
(TWB) dengan Total Waktu Tersedia (TWT) yang dirumuskan sebagai berikut:
……………..…………..(10)
Ada tiga kondisi beban kerja yang terjadi yaitu beban kerja diatas normal
jika beban kerja >1, normal jika beban kerja = 1 dan beban kerja dibawah normal
Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara
objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode
expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat badan kerja
akan semakin banyak energy yang diperlukan atau dikonsumsi. Meskipun metode
dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur
untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal.
nadi selama bekerja. Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan yang sangat
pendekatan fisiologi, yaitu metode penilaian secara tidak langsung yang rumusnya
adalah (Christensen,1991):
Dimana:
Y = Energi (kkal/menit)
antara dua peubah X dan Y, dan bukan meramalkan nilai Y dari pengetahuan
mengenai peubah bebas X seperti dalam regresi linear. Sebagai misal, bila X
Perlu diingatkan bahwa koefisien korelsi antara dua peubah adalah suatu
berimplikasi tidak adanya hubungan linear, bukan bahwa antara kedua peubah itu
pasti tidak terdapat hubungan. Jadi, bila antara X dan Y terdapat suatu hubungan
kuadratik yang kuat, kita masih akan memperoleh korelasi nol meskipun jelas ada
Ukuran korelasi linear antara dua peubah yang paling banyak digunakan
adalah yang disebut koefisien korelasi momen hasil kali Pearson atau ringkasnya
koefisien korelasi tersebut dari data hasil pengukuran, meskipun kedua peubahnya
diukur dalam satuan yang berbeda. Jadi, bila X dan Y menyatakan tinggi dan
bobot badan seseorang, maka rumus berikut ini masih dapat memberikan suatu
Ukuran hubungan linear antara linear antara dua peubah X dan Y diduga
n X i Yi − ( X i )( Yi )
r= ………..............(12)
n X 2
i
− ( X i ) 2 n Y 2 i − ( Yi ) 2
Sedangkan rumus regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
i =1 i =1
n n
Yi − b Xi
i =1 i =1
a= ..................................................(14)
n
antara –1 dan +1 ( -1 r 1 ).
demikian sebaliknya.
demikian sebaliknya.
sempurna.
Waktu Standar
Wt = Ws x Yi…………….………..…………..(15)
Dimana:
Ws = Waktu standar
…………………..…..…………..(16)
Dimana :
METODOLOGI PENELITIAN
Domestik Belawan (TPKDB) yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Terminal Petikemas Domestik Belawan (TPKDB) dapat dilihat pada Gambar 4.1.
terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual
Objek penelitian yang diamati adalah tenaga kerja bongkar muat yang
bertugas untuk memasang dan melepaskan twistlock dan lasing di kontainer yang
1. Postur Kerja adalah posisi gerakan tubuh yang terbentuk secara alamiah
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah MSDs tenaga kerja bongkar muat.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengukuran secara langsung
muskuloskeletal, postur kerja dan beban kerja tenaga kerja bongkar muat.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia oleh pihak lain sehingga
tidak perlu lagi digali secara langsung dan sumbernya oleh peneliti. Data
sekunder pada penelitian adalah struktur organisasi, jam kerja, material yang
1. Data postur kerja dan beban kerja diperoleh dengan melakukan pengamatan
Pada tahap ini, data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan diolah
sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan. Dalam penelitian ini, ada
dua, yaitu aktifitas produktif (work) dan aktifitas non produktif (idle).
besar rating factor dan allowance yang dilakukan operator dalam melakukan
pekerjaannya, sehingga dengan adanya rating factor dan allowance ini dapat
produktivitas operator.
Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah
dikumpulan telah seragam atau belum yang ditandai dengan tidak adanya data
seharusnya dilakukan (N’) lebih kecil dari jumlah pengamatan yang telah
rating factor dan allowance sehingga dapat dihitung besarnya beban kerja
pekerja.
r= n X i Yi − ( X i )( Yi ) ……........................(12)
n X 2
i
− ( X i ) 2 n Y 2 i − ( Yi ) 2
Uji regresi dihitung dengan menggunakan rumus :
n
n n
n XiYi − Xi Yi
b = i =1 i =1 i =1 …………………………….(13)
2
n
n
n Xi 2 − Xi
i =1 i =1
n n
Yi − b Xi
a= i =1 i =1 ………………………………….(14)
n
Pada tahap akhir dari penelitian ditarik kesimpulan yang didasarkan pada
hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya.
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
1. Kondisi Pabrik
1. Teori Buku
2. Kondisi bagian proses
2. Referensi Jurnal Penelitian
produksi pabrik
3. Langkah-langkah
3. Informasi pendukung
penyelesaian
4. Masalah-masalah
Identifikasi Masalah
Untuk melihat apakah ada permasalahan pada postur dan beban kerja yang
dapat mempengaruhi MSDs.
Pengumpulan Data
1. Data primer
- Hasil penyebaran kuisoner NBM
- Foto Operator
- Hasil pegamatan work dan idle
- Rating Factor
- Allowance
2. Data sekunder
- Uraian tugas pokok pekerja -Jam kerja operator
- Gambaran umum perusahaan -Jumlah hari kerja
- Struktur organisasi perusahaan -Jumlah permintaan produk
- Jumlah pekerja tetap
Pengolahan Data
- Perhitungan nilai postur kerja berdasarkan Rapid Entire Body Assesment.
- Penentuan jumlah pengamatan
- Penentuan kategori work dan idle
- Penentuan rating factor dan allowance
- Perhitungan persentase waktu produktif pekerja
- Uji keseragaman data
- Uji kecukupan data
- Perhitungan beban kerja berdasarkan work sampling.
SELESAI
Peilaian postur kerja dilakukan untuk melihat tingkat resiko gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dimana postur kerja tenaga kerja bongkar muat dapat
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.1. bahwa tenaga kerja bongkar muat 1
sebagai berikut:
Data work dan idle pekerja di dapat dari hari pengamatan menggunakan
kerja tenaga kerja bongkar muat, dimana jam kerja bongkar muat dari pukul
menit.
N
n=
1 + Ne 2
Karena BKA > P > BKB , sehingga (1,1256 > 0,8461 > 0,5665) maka
data seragam.
kecukupan dari data pengamatan yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%
dan tingkat akurasi. Uji kecukupan data ini digunakan untuk menganalisa jumlah
bahwa data sampel yang diambil sudah mewakili sampel. Berikut contoh
perhitungan uji kecukupan data pada pekerja 1 dengan harga k adalah 1,96.
konsistensi. Hasil rating factor untuk setiap pekerja adalah sebagai berikut:
Allowance tenaga kerja bongkar muat dapat dilihat pada Tabel 5.3.
berikut:
Rekapitulasi perhitungan waktu normal, waktu baku dan total waktu baku
semua tenaga kerja bongkar muat dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Total
Waktu Waktu
Pekerja Waktu
Normal Baku
Baku
1 0,0442 0,0546 16,7653
2 0,0461 0,0569 17,4562
3 0,0428 0,0528 16,2086
4 0,0383 0,0473 14,5302
5 0,0329 0,0406 12,4679
6 0,0345 0,0426 13,0851
7 0,0329 0,0406 12,4679
8 0,0428 0,0528 16,2086
9 0,0329 0,0406 12,4679
10 0,0329 0,0406 12,4679
11 0,0493 0,0609 18,7037
12 0,0428 0,0528 16,2086
13 0,0493 0,0609 18,7037
14 0,0348 0,0430 13,2086
15 0,0329 0,0406 12,4679
Sumber : Pengolahan Data
Bongkar Muat
Beban
Beban Kerja
Pekerja Keterangan Pekerja Kerja Keterangan
(Orang)
(Orang)
1 0,0349 Ringan 9 0,0260 Ringan
2 0,0364 Ringan 10 0,0260 Ringan
3 0,0338 Ringan 11 0,0390 Ringan
4 0,0303 Ringan 12 0,0338 Ringan
5 0,0260 Ringan 13 0,0390 Ringan
6 0,0273 Ringan 14 0,0275 Ringan
7 0,0260 Ringan 15 0,0260 Ringan
8 0,0338 Ringan
Sumber : Pengolahan Data
Grafik rekapitulasi beban kerja semua tenaga kerja bongkar muat dapat
sedang dan beban kerja dalam kategori ringan. Sehingga beban kerja tidak akan
ANALISIS HASIL
data, maka diperoleh skor postur kerja dengan menggunakan metode Rapid Entire
Tabel 6.1. Kategori Resiko Postur Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata postur kerja tenaga
kerja bongkar muat adalah tinggi, dimana dalam kategori ini postur kerja tenaga
Beban
Beban Kerja
Pekerja Keterangan Pekerja Kerja Keterangan
(Orang)
(Orang)
1 0,0349 Ringan 9 0,0260 Ringan
2 0,0364 Ringan 10 0,0260 Ringan
3 0,0338 Ringan 11 0,0390 Ringan
4 0,0303 Ringan 12 0,0338 Ringan
5 0,0260 Ringan 13 0,0390 Ringan
6 0,0273 Ringan 14 0,0275 Ringan
7 0,0260 Ringan 15 0,0260 Ringan
8 0,0338 Ringan
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Penelitian Tesis S-2 Universitas Gajah Mada (UGM) pada program studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan judul “Postur Kerja, Beban Kerja Fisik dan
terdapat hubungan yang signifikan antara postur kerja dan beban kerja terhadap
MSDs pada pekerja di instalasi gizi dan pemeliharaan linen RSJ Grahasia
7.1. Kesimpulan
1. Skor postur kerja tenaga kerja bongkar muat rata-rata sedang sehingga butuh
perbaikan.
3. Solusi dari postur kerja dapat diperbaiki dengan membuat tempat peletakan
twistlock.
7.2. Saran
musculoskeletal disorder.
2. Bagi pekerja agar tetap menjaga disiplin dalam menggunakan APD (Alat
twistlock.
Ariani, Farida, dkk. Analisis Postur Kerja Operator pada Stasiun Boiler dengan
Benjamin Niebel. Method Standards and Work Design. New York : MC Graw
Hill.
Purnomo, Hari. Penentuan Beban Kerja Pada Front Office Dan Back Office
Lutttmann, Prof. Dr. rer. nat. alwin, Preventing Musculoskeletal Disorder In The
Widya.
1. Keterampilan (Skill)
a. SUPER SKILL :
1) Bekerja dengan sempurna
2) Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik.
3) Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya
4) Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.
5) Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin
6) Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau
terlihat karena lancarnya.
7) Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang
apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).
8) Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan yang bersangkutan adalah
pekerjaan terbaik.
b. EXCELLENT SKILL :
1) Percaya pada diri sendiri.
2) Tampak cocok dengan pekerjaannya.
3) Terlihat telah terlatih baik.
4) Bekerjanya teliti dengan tidak banyak meakukan pengukuran-pengukuran
atau pemeriksaan-pemeriksaan.
5) Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya tanpa kesalahan.
6) Mengunakan peralatan dengan baik.
7) Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
8) Bekerjanya cepat tapi halus.
9) Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.
c. GOOD SKILL :
1) Kualitas hasil baik.
2) Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja umumnya.
3) Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya
lebih rendah.
4) Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
5) Tidak memerlukan banyak pengawasan.
6) Tiada keragu-raguan.
7) Bekerjanya stabil.
8) Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik.
9) Gerakan-gerakannya cepat.
d. AVERAGE SKILL:
1) Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
2. Usaha (Effort)
Berikut ini adalah enam kelas usahadengan ciri-cirinya:
a. EXCESSIVE EFFORT:
1) Kecepatannya sangat berlebihan.
2) Usahanya sangat sungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan
kesehatannya.
3) Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari
kerja.
b. EXCELLENT :
Kelonggaran (%)
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban
Pria Wanita
B. Sikap kerja
2 Berdiri diatas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0-2,5
3 Berdiri diatas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat control 2,5-4,0
C. Gerakan kerja
Pada anggota-anggota
4 Bekerja dengan tangan diatas kepala 5-10
badan terbatas
Pencahayaan Pencahayaan
D Kelelahan mata *
Baik Buruk
2 Pandangan yang hampir terus menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6,0-7,5 6,0-7,5
Kelonggaran (%)
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban
Pria Wanita
4 Buruk 10-20