Anda di halaman 1dari 90

ANALISIS PENGARUH POSTUR DAN BEBAN KERJA TERHADAP

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA TENAGA KERJA BONGKAR


MUAT (TKBM) DI PT. PELABUHAN INDONESIA 1 (PERSERO) MEDAN

TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

oleh
MUHAMMAD TUAH AFANDI
120403016

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2017

No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 01 Desember 2015; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot


skeletal (rangka). Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam
waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen dan tendon. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu keluhan sementara (reversible) yang merupakan keluhan otot
yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan
tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. Serta keluhan
menetap (persistent) yang merupakan keluhan otot yang bersifat menetap.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena konstraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi
apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15 - 20% dari kekuatan otot
maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20 %, maka peredaran darah
ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya
tenaga yang diperlukan (Tarwaka, 2011). Sehingga dilakukan pengukuran awal
pada tenaga kerja bongkar muat yang hasilnya didapat bahwa bagian tubuh leher,
punggung, pinggang, bokong, pergelangan tangan, dan tangan mengalami
masalah yang serius dengan rata-rata 50% - 60% yang termasuk kategori tinggi
yang harus diperbaiki secepatnya.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan
muskuloskeletal adalah postur kerja yang tidak alamiah seperti punggung terlalu
membungkuk dan kepala terangkat. Beban kerja yang berlebihan yang
mengakibatkan terlalu lama terjadinya peregangan otot dimana peregangan otot
yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui
kekuatan optimum otot, ketegangan otot dapat menyebabkan terjadinya gangguan
sirkulasi darah yang kemudian akan menyebabkan kesemutan atau nyeri pada
otot. Umur merupakan foktor yang menyebabkan keluhan muskuloskeletal, hal ini
terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai
menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat. Jenis kelamin juga
berpengaruh terjadinya keluhan muskuloskeletal berdasarkan bukti dari beberapa
penelitian para ahli. Kemudian faktor ukuran tubuh juga merupakan salah satu
penyebab keluhan muskulokeletal.

Kata kunci: Postur Kerja, Rapid Entire Body Assesment, Work Sampling,
Musculoskeletal Disorder, Nordic Body Map

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Sarjana yang ditulis ini telah mendapatkan bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan hati yang tulus

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT, selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan nasehat selama

penyusunan Tugas Sarjana ini.

2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Said selaku pembimbing lapangan PT. Pelabuhan Indonesia 1

(Persero) yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan

penelitian.

4. Kedua orang tua Penulis, Kamaruddin dan Syamsia yang senantiasa

memberikan doa dan nasehat, abang dan kakak penulis Hendry Naldi Syam,

Rahmi Asmita, Elvin Syah Rian Syah, dan Muhammad Sayuti, serta seluruh

keluarga besar yang telah memberi motivasi dalam penulisan penelitian ini.

5. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan

sebagai bekal untuk penulisan Tugas Sarjana ini.

6. Sahabat yang selalu ada untuk penulis baik senang maupun duka, Muhammad

Adelvryn Pressikhaaf, Muhammad Fakhrin Aqran, Aulia Fadli Sani Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ST, Fahmi Yudha, Muhammad Aulia Azmi, Hery Chanra ST, dan Savudan

Natar Sihombing.

7. Sahabat seperjuangan di rumah, Rian Maulana ST, Zulfirmansyah A.D, Rori

Rumenda, Oka Trijona, Aulia Muhammad Solli, dan Ridho Situmeang ST,

yang memberi masukan dan dukungan.

8. Sahabat laboratorium, Eric Hertanto ST, Rizky Marini Rambe ST, Naomi

Andreina ST, dan Sarah Oktafia.

9. Semua teman angkatan 2012 (DUA BELATI) serta abang kakak senior dan

junior di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak

masukan kepada penulis.

10. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu dan memberikan

dukungan kepada penulis.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian

laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan

terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua

Medan, Februari 2017

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL .................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................. iv

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................. vii

DAFTAR TABEL ................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xiv

I PENDAHULUAN ...................................................................... I-1

1.1. Latar Belakang .................................................................. I-1

1.2. Perumusan Masalah........................................................... I-7

1.3. Tujuan Penelitian............................................................... I-7

1.4. Manfaat Penelitian............................................................. I-8

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ............................................ I-9

1.5.1. Batasan Masalah .................................................... I-9

1.5.2. Asumsi Masalah .................................................... I-10

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................. II-1

2.1. Sejarah Perusahaan............................................................. II-1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ........................................... II-1

2.3. Organisasi dan Manajemen ................................................ II-2

2.3.1. Struktur Organisasi ................................................ II-2

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ...................... II-4

2.3.3. Jam Kerja dan Shift Karyawan .............................. II-9

III LANDASAN TEORI................................................................. III-1

3.1. Keluhan Muskuloskeletal ................................................... III-1

3.1.1. Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan

Muskuloskeletal..................................................... III-2

3.1.2. Langkah-langkah mengatasi Keluhan

Muskuloskeletal..................................................... III-5

3.2. Postur Kerja........................................................................ III-7

3.3. Sikap Kerja yang Tidak Alamiah ....................................... III-8

3.4. REBA (Rapid Entire Body Assesment) .............................. III-11

3.5. Beban Kerja ....................................................................... III-19

3.5.1. Pengambilan Sampel ............................................. III-19

3.5.2. Pengujian Keseragaman Data................................ III-20

3.5.3. Perhitungan Jumlah Pengamatan yang

Diperlukan ............................................................. III-21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.5.4. Pengukuran Akurasi Work Sampling .................... III-22

3.5.5. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu baku dan

Total Waktu Baku ................................................. III-22

3.5.6. Perhitungan Beban Kerja ....................................... III-23

3.6. Penentuan Jumlah Kalori yang Dibutuhkan ........................ III-24

3.7. Koefisien Korelasi ............................................................... III-25

3.8. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Standar

Berdasarkan Waktu Standar ................................................ III-26

IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................. IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ IV-1

4.2. Jenis Penelitian ................................................................. IV-1

4.3. Objek Penelitian ................................................................. IV-2

4.4. Kerangka Konseptual ......................................................... IV-2

4.5. Defenisi Operasional .......................................................... IV-2

4.6. Variabel Penelitian ............................................................. IV-3

4.7. Jenis dan Sumber Data ....................................................... IV-3

4.8. Metode Pengumpulan Data ................................................ IV-3

4.9. Instrumen Penelitian........................................................... IV-4

4.10. Metode Pengolahan Data ................................................... IV-5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.11. Analisis Pemecahan Masalah ............................................. IV-7

4.12. Kesimpulan dan Saran........................................................ IV-8

4.13. Blok Diagram Prosedur Penelitian ..................................... IV-8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.................. V-1

5.1. Postur Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat ......................... V-1

5.2. Beban Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat ......................... V-2

VI ANALISIS HASIL .................................................................... VI-1

6.1. Analisis Pengaruh Postur Kerja terhadap Muskuloskeletal

Disorder ............................................................................. VI-1

6.2. Analisis Pengaruh Beban Kerja berdasarkan Presentase

Waktu Produktif terhadap Muskuloskeletal Disorder ....... VI-2

VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. VII-1

7.1. Kesimpulan ........................................................................ VII-1

7.2. Saran ................................................................................ VII-1

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jam Kerja Karyawan .............................................................. II-4

3.1. Penilaian Batang Tubuh (Trunk)............................................ III-13

3.2. Penilaian Leher (Neck) ........................................................... III-14

3.3. Penilaian Kaki (Legs) ............................................................. III-14

3.4. Penilaian Beban (Load).......................................................... III-15

3.5. Penilaian Lengan Atas (Upper Arm)...................................... III-15

3.6. Skor Lengan Bawah ............................................................... III-16

3.7. Skor Pergelangan Tangan ...................................................... III-16

3.8. Coupling................................................................................. III-17

3.9. Skor Aktivitas ........................................................................ III-17

5.1. Hasil Penilaian Postur Kerja .................................................. V-1

5.2. Hasil Rating Factor Tenaga Kerja Bongkar Muat ................. V-4

5.3. Allowance Tenaga Kerja Bongkar Muat ............................... V-5

5.4. Rekapitulasi Presentase Waktu Produktif Pekerja Bongkar

Muat ....................................................................................... V-6

5.5. Rekapitulasi Waktu Normal, Waktu Baku Dan Total Waktu

Baku Tenaga Kerja Bongkar Muat ........................................ V-7

5.6. Rekapitulasi Perhitungan Beban Kerja untuk Setiap Pekerja

Bongkar Muat ........................................................................ V-8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.1. Kategori Resiko Postur Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat . VI-1

6.2. Kategori Beban Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat.............. VI-2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Faktor Penyebab Musculoskeletal Disorder .......................... I-2

1.2. Tempat Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat Dikapal ............. I-3

1.3. Tempat Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat Didermaga ........ I-3

1.4. Area Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat ............................... I-4

2.1. Struktur Organisasi Pelabuhan Indonesia I ............................ II-4

3.1. Postur Batang Tubuh (Trunk) ................................................ III-13

3.2. Postur Tubuh Bagian Leher (Neck)........................................ III-13

3.3. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs).......................................... III-14

3.4. Ukuran Beban (Load) ............................................................ III-14

3.5. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) .................. III-15

3.6. Postur Lengan Bawah ............................................................ III-16

3.7. Postur Pergelangan Tangan.................................................... III-16

3.8. Lembar pengamatan Rapid Entire Body ............................... III-18

4.1. Lokasi PT. Pelabuhan Indonesia 1 (Persero) Medan ........... IV-1

4.2. Kerangka Konseptual ............................................................ IV-2

4.5. Blok Diagram Prosedur Penelitian......................................... IV-8

5.1. Rekapitulasi REBA Pekerja ................................................... V-2

5.2. Rekapitulasi Perhitungan Beban Kerja Setiap Pekerja ......... V-8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

I. Surat Permohonan Tugas Akhir .......................................... L-1

II. Surat Keputusan Tugas Akhir ............................................. L-2

III. Surat Penjajakan .................................................................. L-3

IV. Surat Balasan dari Perusahaan ............................................. L-4

V. Area Kerja ........................................................................... L-5

VI. Nordic Body Map Questionare ............................................ L-6

VII. Kuesioner Rating Factor ..................................................... L-7

VIII. Lembar Pengamatan Postur Kerja ....................................... L-8

IX. Tabel Allowance .................................................................. L-9

X. Form Asistensi ...................................................................... L-10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Musculoskeletal Disorder (MSDs) atau keluhan muskuloskeletal

didefinisikan sebagai keluhan yang terjadi pada bagian-bagian otot rangka

(skeletal). Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak

dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan

adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,

punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah menurut Tarwaka pada tahun

2011. Berdasarkan penelitian Health and Safety Executive pada tahun 2016 bahwa

MSDs dapat mempengaruhi otot di semua bagian tubuh. MSDs ditimbulkan dari

hasil cedera yang berkelanjutan dalam pekerjaan yang terkait kecelakaan. Selain

itu MSDs dapat berkembang dari ringan sampai parah. Menurut Neville Stanton

bahwa MSDs dimulai dengan ketidaknyamanan operator yang diabaikan dan pada

akhirnya secara bertahap menjadi lebih intens menjadi rasa sakit dan nyeri.

Ketidaknyamanan akan mempengaruhi kinerja kerja, baik dengan mengurangi

kuantitas kerja, mengurangi kualitas pekerjaan dengan meningkatkan kesalahan.

Faktor penyebab MSDs adalah postur kerja yang tidak sesuai, dimana

postur kerja dibentuk oleh tubuh secara alamiah akibat berinteraksi dengan

fasilitas, menurut Farida pada tahun 2015. Beban kerja yang berlebihan juga

merupakan salah satu faktor terjadinya MSDs menurut Prof. Dr. rer. Nat. Alwin

Luttmann pada tahun 2003. Beban kerja adalah perbedaan antara kapasitas atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi, serta faktor

lain yang menyebabkan MSDs adalah umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh,

menurut Tarwaka pada tahun 2011. Sehingga faktor penyebab MSDs dapat dilihat

pada Gambar 1.1.

Postur Kerja Ukuran Tubuh


MSDs

Beban Kerja Umur Jenis Kelamin

Gambar 1.1. Faktor Penyebab Musculoskeletal Disorder

Menurut laporan Menteri Kesehatan (MenKes) Indonesia, bahwa MSDs

berada pada urutan ke-9 dari 10 Besar Kasus Penyakit Rawat Inap Tahun 2014

yaitu sebesar 265.645 jiwa dan berada pada urutan ke-5 dari 10 Besar Biaya

Klaim Penyakit Rawat Inap Tahun 2014 yaitu sebesar Rp.1,9 T, lebih tinggi

daripada penyakit stroke, ginjal dan kemih, infeksi dan parasite, reproduksi wanita

serta penyakit kulit.

Tenaga kerja bongkar muat di Terminal Petikemas Domestik Belawan

(TPKDB) di PT. Pelabuhan Indonesia 1 (persero) Medan melakukan pekerjaan

dalam berbagai posisi/sikap kerja yaitu berdiri atau dinamis. Posisi tubuh saat

bekerja ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan dan fasilitas kerja yang

digunakan. Aktivitas tenaga kerja bongkar muat dilakukan secara berulang-ulang

yaitu memasang dan melepaskan twistlock dan lasing di kontainer dan Valca.

Twistlock adalah alat pengunci kontainer yang diletakkan antara satu kontainer

dengan kontainer yang lainnya. Lasing adalah alat pengunci untuk penutup

kontainer. Berat dari twistlock kurang lebih 3-5 kg dan berat lasing kurang dari 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kg. Tujuan pemasangan twistlock dan lasing adalah untuk menjaga kontainer tetap

aman saat berada dikapal, sedangkan valca berfungsi untuk menutup bagian atas

kapal sehingga diatas valca dapat diletakkan kontainer tambahan. Gambaran

tempat kerja tenaga kerja bongkar muat yang berada dikapal dapat dilihat pada

Gambar 1.2.

Tempat
Container

Gambar 1.2. Tempat Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat Didalam kapal

Tempat kerja tenaga kerja bongkar muat yang berada didermaga dapat

dilihat pada Gambar 1.3.

Valca

Container
Crane

Gambar 1.3. Tempat Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat Didermaga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sehingga, area kerja tenaga kerja bongkar muat ada 2 yaitu dikapal dan

didermaga seperti yang terlihat pada Gambar 1.4.

Area Kerja
TKBM

Gambar 1.4. Area Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat

Menurut Tarwaka bahwa jika pekerjaan dilakukan secara terus-menerus

dengan mengangkat beban lebih dari 3- 5 kg dapat menyebabkan rasa nyeri

(Keluhan Muskuloskeletal). Rasa nyeri dapat bersifat temporer atau sementara

tetapi jika dibiarkan maka rasa sakit akan menjadi permanen seperti yang

dikatakan Neville Stanton.

Menurut Undang-undang No.3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga

kerja menyebutkan bahwa Program Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial

(BPJS) wajib diikuti oleh setiap perusahaan yang memperkejakan tenaga kerja

sebanyak 10 orang atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp. 1 juta

sebulan. Menurut pasal 93 (3) UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 bahwa

gaji tetap diberikan pada pekerja yang sakit untuk 4 bulan pertama, kemudian 4

bulan berikutnya gaji diberikan perusahaan sebesar 75% dari gaji, dan 50% dari

gaji untuk 4 bulan berikutnya, serta 25% dari gaji untuk bulan selanjutnya sampai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terjadinya pemutusan hubungan kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perusahaan akan mengeluarkan uang lebih jika pekerja mengalami masalah

kesehatan. Sehinga perlunya menganalisis postur serta beban kerja. Alternatif

untuk menganalisis penyebab terjadinya MSDs adalah dengan penilaian postur

kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) dan penilain beban kerja

berdasarkan presentase waktu produktif dan skill.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang terdapat pada perusahaan ini adalah pekerja TKBM

mempunyai resiko terkena MSDs, sehimgga jika postur dan beban bermasalah

maka dapat dicari solusinya.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak

permasalahan postur dan beban kerja.

Tujuan khusus penelitian adalah:

1. Mengetahui seberapa besar resiko dari postur kerja yang dilakukan tenaga

kerja bongkar muat.

2. Mengetahui seberapa besar beban kerja dari aktifitas kerja Tenaga Kerja

Bongkar Muat berdasarkan presentase waktu produktif dan skill.

3. Menemukan solusi berupa usulan perbaikan jika memang adanya

permasalahan postur dan beban kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian adalah :

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk memberikan pengalaman

dalam melihat dan mengenal keadaan di lapangan kerja secara langsung

khususnya di lantai produksi, menerapkan teori-teori Teknik Industri

terutama dalam bidang Ergonomi, khususnya dalam penilaian beban serta

postur kerja dan jumlah operator yang dibutuhkan yang telah didapat di

perguruan tinggi ke dalam lingkungan industri secara nyata dalam

menyelesaiakan suatu permasalahan-permasalahan praktis, serta menambah

pengalaman bekerja bagi mahasiswa.

2. Bagi perusahaan

Merupakan masukan untuk mengetahui apa-apa saja yang menyebabkan

Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) mengalami MSDs.

3. Bagi Departemen Teknik Industri

Departemen Teknik Industri dapat lebih dikenal secara luas sebagai forum

disiplin ilmu terapan yang sangat bermanfaat bagi perusahaandan mempererat

kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara dan untuk menambah literatur

perpustakaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

1.5.1. Batasan Masalah

Penelitian dilakukan dalam batasan-batasan tertentu yaitu:

1. Penelitian dilakukan pada 1 Container Crane (CC) kapal yang bersandar di

dermaga sehingga ada 15 tenaga kerja bongkar muat yang diamati.

2. Penelitian dilakukan pada 2 penyebab MSDs yaitu postur dan beban kerja.

3. Penilaian postur kerja dilakukan pada 1 posisi kerja yang beresiko untuk

setiap pekerja.

4. Pengukuran postur kerja dilakukan dengan menggunakan metode Rapid

Entire Body Assesment (REBA).

5. Pengukuran presentase waktu produktif dilakukan dengan menggunakan

Work Sampling.

6. Peneliti tidak membahas berapa total biaya yang harus dikeluarkan

perusahaan.

7. Peneliti tidak membahas riwayat hidup pekerja.

1.5.2. Asumsi Masalah

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan dengan gerakan normal dan tidak berada dalam keadaan

tekanan.

2. Postur kerja pekerja melakukan aktifitas yang sama untuk setiap siklus kerja.

3. Pekerja leluasa bekerja, artinya tempat kerja dan susunan fasilitas kerja tidak

menjadi penghambat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. pekerja tidak mengalami pergantian selama bekerja.

5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan

sesuai standart.

6. Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitan berlangsung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Terminal Peti Kemas Domestik Belawan (TPKDB) merupakan salah satu

unit pelaksana teknis dari PT. Pelabuhan Indonesia I(Persero) yang melaksanakan

pengusahaan dan pelayanan jasa bongkar muat peti kemas yang berlokasi di

daerah Gabion Belawan.

Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan mulai dibangun tahun

2013. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I

ditetapkan struktur organisasi dan manajemen Unit Usaha Terminal Peti Kemas

Domestik. Dengan demikian resmilah Divisi Usaha Terminal Peti Kemas

Domestik Belawan memisahkan diri dari Pelabuhan Cabang Belawan dan berubah

status menjadi pelabuhan cabang atau unit usaha mandiri dari PT. (Persero)

Pelabuhan Indonesia I dengan nama unit Usaha Terminal Peti Kemas Domestik

Belawan (TPKDB).

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Terminal Peti Kemas Domestik Belawan merupakan salah satu unit

pelaksanaan teknis dari PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang melaksanakan

pengusahaan dan pelayanan jasa bongkar muat petikemas antar pulau. PT.

Pelabuhan Indonesia I (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang memiliki kewenangan untuk mengelola pelabuhan umum yang berada pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4 (empat) propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Sumatera Utara,

Propinsi Kepulauan Riau dan Propinsi Riau. Adapun pelabuhan-pelabuhanan

dalan yang diusahakan adalah Pelabuhan Belawan, Dumai, Tanjung Pinang,

Lhokseumawe, Pekanbaru serta Terminal Peti Kemas Domestik Belawan.

Sampai dengan tahun 2013 telah ditetapkan oleh direksi PT. Pelabuhan

Indonesia I (Persero) bahwa divisi Terminal Peti Kemas Domestik Belawan

memisahkan diri dari Pelabuhan Belawan dan memiliki status setingkat cabang

atau unit bisnis yang memiliki nama Unit Usaha Terminal Peti Kemas Domestik

Belawan (TPKDB), hal ini sesuai dengan perkembangan lingkungan internal dan

eksternal PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) serta tuntutan untuk meningkatkan

efektifitas, efisiensi dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh

Terminal Peti Kemas Domestik Belawan.

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi

Organisasi didefinisikan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok

individu yang saling berinteraksi menurut pola terstruktur dengan cara tertentu

sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing,

serta sebagai suatu kesatuan yang mempunyai tujuan tertentu, kemudian

mempunyai batasan-batasan yang jelas sehingga organisasi dapat dipisah secara

tegas dan jelas dengan lingkungannya.

Suatu organisasi memiliki hubungan diantara orang-orang yang

menjalankan aktivitas tersebut. Makin banyak kegiatan yang dilakukan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


suatu organisasi makin komplek pula hubungan-hubungan yang ada. Untuk itu

perlu dibuat suatu bagan yang menggambarkan tentang hubungan tersebut

termasuk hubungan antara masing-masing kegiatan atau fungsi. Bagan yang

dimaksud dinamakan bagan organisasi atau struktur organisasi. Struktur

organisasi ini menjadi dasar suatu organisasi dalam melakukan pembagian

kekuasaan (authority) dan tanggung jawab (responsibility) terhadap tiap anggota

yang ada dalam suatu organisasi.

Bentuk struktur organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)adalah

organisasi garis dan staf. Dalam organisasi garis dan staf secara formil yang

berhak memberikan perintah hanyalah pimpinan, sedang staf hanyalah sebagai

pembantu pimpinan dengan tugas perencanaan, memberikan nasehat dan lain-lain

yang serupa dengan itu. Tetapi dalam organisasi yang besar atau mempunyai

ruang lingkup tugas yang luas, beranekaragam dan kompleks, tidak mungkin lagi

bagi seorang pimpinan mengambil keputusan dan perintah dalam segala hal, oleh

karena itu pimpinan mendelegasikan beberapa wewenangnya kepada staf sesuai

bidang pekerjaannya masing-masing. Dalam hal yang demikian staf

menandatangani keputusan, perintah, instruksi dan lain-lain atas nama pimpinan.

Adapun bagan struktur organisasi di PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I

yang bertipe garis dan staf dapat dilihat pada Gambar 2.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


GENERAL
MANAGER

WAKIL
MANAJEMEN

DIVISI
DIVISI OPERASI DIVISI KOMERSIL DIVISI TEKNIK DIVISI UMUM
KEUANGAN

Dinas Dinas
Dinas Dinas
Perencanaan Dinas Adm. TPP Pengoperasian
Perbendaharaan Kepegawaian
Operasi Alat

Dinas Pelayanan Dinas Peng. Dinas Penyiapan Dinas Akuntansi Dinas Tata Usaha
Operasi Usaha & Promosi Fasilitas Keuangan & Rumah T

Dinas Penyiapan
Alat

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pelabuhan Indonesia I

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan personil yang

memegang jabatan dalam organisasi, dimana masing-masing personil mempunyai

tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang sesuai dengan jabatannya.

Tanggung jawab yang diberikan harus seimbang dengan wewenang yang

diterima. Adapun tugas dan tanggung jawab untuk masing- masing pada bagian

PT. Pelabuhan Indonesia 1 adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. General Manager

Mempunyai tugas poko menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan

mengendalikan operasi kapal dan lapangan, pelayanan operasi CFS serta

pelayanan gate, produksi dan pendapatan, melaksanakan pengembangan

usaha dan promosi, menyiapkan peralatan, mengelola perbengkelan dan

instalasi listrik serta air, keuangan, urusan umum, data dan ir=nformasi serta

melaksanakan perencanaan dan pengawasan mutu pelayanan dalam rangka

pelaksanaan manajemen mutu.

2. Manajer Divisi Operasi

Mempunyai tugas pokok merencanakan dan mengendalikan kegiatan operasi

pelayanan operasi kapal dan lapangan, pelayanan CFS Serta pelayanan Gate.

Manager divisi operasi membawahu dinas-dinas dengan tugas sebagai

berikut:

a. Dinas perencanaan dan pengembangan operasi

Dinas perencanaan dan pengembangan operasi mempunyai tugas pokok

melaksanakan perencanaan dan pengendalian kegiatan operasi kapal dan

lapangan, CFS dan melaksanakan administrasi perencanaan dan pengendalian

operasi, supervisi dan evaluasi kegiatan operasi serta kinerja operasi dan

pengendalian operasi, supervisi dan evaluasi kegiatan operasi serta kinerja

operasi.

b. Dinas Pelayanan Operasi

Dinas pelayanan operasi mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan

operasi kapal dan lapangan, CFS serta pelayanan gate

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Dinas Pengoperasian Peralatan

Dinas Pengoperasian peralatan mempunyai tugas pokok melaksanakan dan

mengendalikan pengoperasian peralatan, instalasi listrik dan air, perangkat

komunikasi dan reefer plug.

3. Mempunyai tugas pokok melaksanakan verifikasi dan penotaan, administrasi

trafik, produksi dan pendapatan pengembangan usaha dan operasi.

Manager divisi komersi membawahi dinas-dinas dengan tugas sebagai

berikut:

a. Dinas Administrasi Trafik, Produksi dan Pendapatan

Dinas Administrasi trafik, produksi dan pendapatan mempunyai tugas pokok

melaksanakan verifikasi, penotaan, administrasi lalu lintas head truck, produksi

dan pendapatan.

b. Dinas Pengembangan Usaha Dan Promosi

Dinas pengembangan usaha dan promosi mempunyai tugas pokok

merencanakan dan melaksanakan pengembangan usaha dan promosi

4. Manajer Divisi Teknik

Mempunyai tugas pokok menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan

mengendalikan kegiatan perawatan, pengadaan, baik peralatan maupun

fasilitas serta instalasi listrik dan air.

Manajer divisi teknik membahwai dinas-dinas dengan tugas sebagai

berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Dinas Penyiapan Peralatan

Dinas penyiapan peralatan mempunyai tugas pokok melaksanakan dan

pengendalian perawatan dan pengadaan peralatan, perangkat komunikasi dan

perbengkelan.

b. Dinas Penyiapan Fasilitas

Dinas penyiapan fasilitas mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan,

pengendalian perawatan dan pembangunan fasilitas, istalasi listrik/air serta

pengendalian AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

5. Manajer Divisi Keuangan

Mempunyai tugas pokok menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan

mengendalikan kegiatan akuntansi keuangan dan perbendaharaan.

Manajer divisi keuangan membawahi dinas-dinas dengan tugas sebagai

berikut:

a. Dinas Akuntansi Keuangan

dinas akuntansi keuangan mempunyai tugas pokok sebagai melaksanakan

pembukuan biaya dan pendapatan, laporan per segmen, analisis dan evaluasi

biaya per unit kegiatan usaha segmen

b. Dinas Perbendaharaan

dinas perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan lalu

lintas keuangan, rekening koran, administrasi barang persediaan, pembukuan

utang piutang penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran kas persediaan,

penyimpanan surat-surat berharga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Manajer Divisi Umum

Mempunyai tugas pokok merencanakan dan melaksanakan administrasi

umum, tata usaha, rumah tangga, kepegawaian serta urusan hokum dan

keamanan.

Manajer divisi umum membawahi dinas-dinas dengan tugas sebagai

berikut:

a. Dinas Kepegawaian

Dinas kepegawaian mempunyai tugas pokok merencanakan dan melaksanakan

administrasi kepegawaian, pengembangan dan pendidikan, kesejahteraan,

kesehatan serta keselamatan kerja karyawan.

b. Dinas tata Usaha dan Rumah Tangga

Dinas tata usaha dan rumah tangga mempunyai tugas pokok melaksanakan dan

mengendalikan administrasi dan perkantoran kerumah tanggaan, pengadaan,

penyaluran, pemeliharaan peralatan kantor dan kendaraan dinas serta

penanganan dan pengkajian masalahan humum serta pengamanan terhadap

daerah kerja.

7. Divisi Pelayanan Kapal

Adapun Tugas dan tanggung jawab divisi pelayanan kapal adalah sebagai

berikut:

a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan labuh,

tambat, pemanduan dan penundaan.

b. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan peyiapan armada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Divisi Pelayanan terminal

Adapun tugas dan tanggung jawab divisi pelayanan terminal adalah

sebagai berikut:

a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan kapal dan

barang dengan pihak internal dan eksternal perusahaan.

b. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan perencanaan dan

pengendalikan operasi, pelayanan operasi, pelayanan pemadam kebakaran

dan rupa-rupa.

2.3.3. Jam Kerja dan Shift Karyawan

PT. Pelabuhan Indonesia I PTKDB menerapkan 3 shift kerja. Adapun

pembagian waktu shift kerja karyawan dapat dilihat padaTabel 2.1.

Tabel 2.1. Jam Kerja Karyawan

Shift 1 Shift 2 Shift 3

01.00-08.00 00.08-17.00 17.00-01.00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai

sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu

yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,

ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan

dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem

muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu:

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot

menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang

apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun perubahan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih

terus berlanjut.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena konstraksi otot yang

berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi

pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi

apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15 - 20% dari kekuatan otot

maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20 %, maka peredaran darah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya

tenaga yang diperlukan.

3.1.1. Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Muskuloskeletal

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan

musculoskeletal adalah sebagai berikut:

1. Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh

pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar

seperti mengangkat beban. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena

pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.

Ketegangan otot dapat menyebabkan terjadinya gangguan sirkulasi darah

yang kemudian akan menyebabkan kesemutan atau nyeri pada otot.

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus

seperti pekerjaan mencangkul. Keluhan otot terjadi karena otot menerima

tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh

kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja yang Tidak Alamiah

Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi

bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah seperti punggung

terlalu membungkuk dan kepala terangkat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Faktor penyebab sekunder

Faktor penyebab sekunder adalah seperti terjadinya tekanan langsung pada

jaringan otot yang lunak seperti pada saat tangan harus memegang alat.

Kemudian terjadinya getaran dengan fekuensi tinggi yang menyebabkan

kontraksi otot bertambah.

5. Penyebab Kombinasi

Penyebab Kombinasi adalah meningkatnya resiko muskuloskeletal karena

adanya resiko lain yang terjadi secara bersamaan seperti melakukan aktivitas

angkat angkut dibawah tekanan panas matahari.

6. Faktor Individu

Faktor individu berupa faktor umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok,

kesegaran jasmani, kekuatan fisik, dan ukuran tubuh.

a. Umur

Chaffin pada tahun 1979 dan Guo et al pada tahun 1995 menyatakan

pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja,

yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35

tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan

bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya,

kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya

keluhan otot meningkat. Sebagai contoh, Betti’e, et al (1989) telah

melakukan studi tentang kekuatan statik otot untuk pria dan wanita

dengan usia antara 20 sampai dengan di atas 60 tahun. Penelitian

difokuskan untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hasil penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menunjukkan bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur

antara 20 - 29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan

bertambahnya umur.

b. Jenis Kelamin

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang

pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan otot skeletal, namun

beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis

kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot.

c. Kebiasaan Merokok

Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok

terhadap resiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli,

namun demikian, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa

meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan

tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi

merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan.

d. Kesegaran Jasmani

Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang

yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk

istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam kesehariannya melakukan

pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, di sisi lain

tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat

dipastikan akan terjadi keluhan otot.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Kekuatan Fisik

Sama halnya dengan beberapa faktor lainnya, hubungan antara kekuatan

fisik dengan resiko keluhan otot skeletal juga masih diperdebatkan.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan, namun penelitian lainnya menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara kekuatan fisik dengan keluhan otot skeletal.

f. Ukuran Tubuh

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa

tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot

skeletal. Vessy et al (1990) menyatakan bahwa wanita yang gemuk

mempunyai resiko dua kali lipat dibandingkan wanita kurus.

3.1.2. Langkah-langkah mengatasi Keluhan Muskuloskeletal

Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health

Administration (OSHA), tindakan ergonomik untuk mencegah adanya sumber

penyakit adalah melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik ( desain stasiun dan alat

kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan organisasi kerja). Langkah preventif

ini dimaksudkan untuk mengeleminir overexertion dan mencegah adanya sikap

kerja tidak alamiah.

1. Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa

alternatif sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini

jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang

mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.

b. Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang

aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur

penggunaan peralatan.

c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan

pekerja, sebagai contoh, memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan

ruang kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran, dsb.

d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko

sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.

2. Rekayasa manajemen

Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai

berikut :

a. Pendidikan dan pelatihan

Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami

lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan

penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan

terhadap resiko sakit akibat kerja.

b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang

Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti

disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber

bahaya.

c. Pengawasan yang intensif

Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara

lebih dini terhadap kumungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.

3.2. Postur Kerja

Beberapa metode telah dikembangkan untuk secara sistematis menilai

postur pekerja saat melakukan pekerjaan. Postur adalah sebuah refleksi

pengamatan dari aktivitas muskuloskeletal, dan metode ini memungkinkan semua

ergonomis untuk menilai risiko dengan pengamatan yang sistematis saja. Ini

berarti bahwa analisis ergonomis dapat dilakukan pada rekaman visual dari tempat

kerja, seperti rekaman video atau foto. Hal ini diasumsikan bahwa setiap segmen

tubuh bergerak melalui berbagai gerakan, yang diistilahkan sebagai "zona netral,"

di mana tekanan anatomi dan strain/ketegangan tidak cukup untuk memulai suatu

proses cedera. Namun, pekerja membuat pergerakan jauh dari zona netral, risiko

cedera lebih besar, terutama ketika pergerakan tersebut sering diulang dan/atau

berkelanjutan untuk waktu yang lama. Metode observasi postural juga

menawarkan keuntungan yang memudahkan pengidentifikasian risiko postur yang

tinggi untuk tindakan korektif, bahkan sebelum pekerja telah terkena selama

waktu cukup untuk mengembangkan signifikan ketidaknyamanan

muskuloskeletal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3. Sikap Kerja yang Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah/postur janggal adalah deviasi/pergeseran dari

gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan

aktifitas dari postur atau posisi normal secara berulang-ulang dalam waktu yang

relatif lama. Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu faktor risiko untuk

terjadinya gangguan, penyakit dan cidera pada sistem musculoskeletal.

1. Pada tangan /pergelangan tangan

a. Jari menjepit adalah posisi jari ketika menjepit objek dengan beban > 0,9

kg.

b. Jari menggenggam adalah posisi jari ketika menggenggan objek dengan

beban > 4,5 kg.

c. Jari menekan adalah penggunaan tekanan satu jari atau lebih terhadap

permukaan suatu objek. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥

10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak ≥ 30 kali per

menit.

d. Deviasi radial adalah postur tangan yang miring ke arah ibu jari. Postur

janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara

berulang-ulang sebanyak ≥ 30 kali per menit.

e. Deviasi ulnar adalah postur tangan yang miring ke arah jari kelingking.

Postur janggal ini diperhatikan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan

secara berulang-ulang sebanyak ≥ 30 kali per menit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


f. Fleksi pergelangan tangan ≥ 45° adalah posisi pergelangan tangan yang

menekuk ke arah telapak tangan, diukur dari sudut yang dibentuk oleh

lengan bawah dan sumbu tangan sebesaar ≥ 45°. Postur janggal ini

dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara berulang-

ulang sebanyak ≥ 30 kali per menit.

2. Pada siku

a. Rotasi lengan

b. Ekstensi penuh adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu lengan

atas dan sumbu lengan bawah ≥ 135°. Durasi untuk posisi janggal pada

siku belum ada standarnya. Frekuensi posisi janggal tersebut dilakukan

secara berulang ≥ 2 kali per menit.

3. Pada bahu yang merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai

penopang otot. Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan

juga dapat mempengaruhi keadaan bahu dikarenakan bahu merupakan tempat

penopang otot-otot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu ditandai dengan

gerakan bahu yang mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri maupun

yang kanan. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan

dilakukan sebanyak ≥ 2 kali per menit.

4. Pada leher

a. Menunduk

Menunduk ke arah depan sehingga sudut yang dibentuk oleh garis

vertikal dengan sumbu ruas tulang leher ≥ 20°. Postur janggal ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara berulang-

ulang sebanyak ≥ 2 kali per menit.

b. Miring

Setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan maupun ke kiri,

tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan

sumbu dari ruas tulang leher. Postur janggal ini dipertahankan dalam

waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak ≥ 2 kali

per menit.

c. Menengadah

Setiap postur dari leher yang mendongak ke atas, tanpa melihat besarnya

sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu dari ruas tulang

leher. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan

dilakukan secara berulang-ulang sebanyak ≥ 2 kali per menit.

d. Rotasi

Setiap gerakan dari leher yang memutar baik ke kanan maupun ke kiri

tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini

dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan secara berulang-

ulang sebanyak ≥ 2 kali per menit.

5. Pada punggung

a. Membungkuk

Adalah posisi badan ke arah depan sehingga antara sumbu badan bagian

atas akan membentuk sudut ≥ 20° dengan garis vertikal. Postur janggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ini dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik dan dilakukan sebanyak ≥ 2

kali per menit.

b. Miring

Adalah penyimpangan tubuh dari garis vertikal, tanpa memperhitungkan

besarnya sudut yang dibentuk. Postur janggal ini dipertahankan dalam

waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan sebanyak ≥ 2 kali per menit.

c. Rotasi Badan

Setiap gerakan dari badan yang memutar, baik ke kanan maupun ke kiri,

tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini

dipertahankan dalam waktu ≥ 10 detik, dan dilakukan sebanyak ≥ 2 kali

per menit.

3.4. Rapid Entire Body Assesment (REBA)

REBA dirancang oleh Lynn Mc Atemney dan Sue Hignett (2000)

sebagai sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko

gangguan tubuh secara keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data

mengenai postur tubuh, kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi,

pengulangan atau pegangan. Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan

sebuah indikasi tingkat risiko dan tingkat keutamaan dari sebuah tindakan yang

harus diambil.

Untuk masing-masing tugas, menilai faktor postur tubuh dengan

penilaian pada masing-masing grup yang terdiri atas dua grup, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Grup A, terdiri atas:

a. Batang tubuh (trunk)

b. Leher (neck)

c. Kaki (legs)

2. Grup B, terdiri atas:

a. Lengan atas (upper arm)

b. Lengan bawah (lower arm)

c. Pergelangan tangan (wrist)

Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala skor postur tubuh dan

suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban atau kekuatan dan

coupling.

REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dalam

sebuah pekerjaan:

1. Keseluruhan bagian badan digunakan.

2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah, atau tidak stabil.

3. Melakukan sebuah pembebanan seperti: mengangkat benda baik secara rutin

ataupun sesekali.

4. Perubahan dari tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sedang

dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA.

1. Grup A, terdiri dari :

a. Batang tubuh (trunk)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.1. Postur Batang Tubuh (Trunk)

Penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Penilaian Batang Tubuh (Trunk)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1 +1 jika batang tubuh

0 - 200 (ke depan dan belakang) 2 berputar/bengkok/bungkuk

<-200 atau 20 - 600 3

>600 4

b. Leher (neck)

Gambar 3.2. Postur Tubuh Bagian Leher (Neck)

Penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.2. Penilaian Leher (Neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0 - 200 1
+1 jika leher berputar/bengkok
0
>20 - ekstensi 2

c. Kaki (legs)

Gambar 3.3. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs)

Penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Penilaian Kaki (Legs)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang
1 +1 jika lutut antara 30-600
(berjalan/duduk)
+2 jika lutut >600
Bertumpu pada satu kaki lurus 2

d. Beban (load)

1 2 3

Gambar 3.4. Ukuran Beban (Load)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Penilaian Beban (Load)

Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0
+1 jika kekuatan cepat
5 - 10 kg 1

>10 kg 2

2. Grup B, terdiri dari:

a. Lengan atas (upper arm)

Gambar 3.5. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm)

Penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Penilaian Lengan Atas (Upper Arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik

>200 (ke belakang) atau 20 - 450 2 +1 jika lengan berputar/bengkok

45 - 900 3 -1 miring, menyangga berat

>900 4 lengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Lengan bawah (lower arm)

Gambar 3.6. Postur Lengan Bawah

Penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Skor Lengan Bawah

Pergerakan Skor

60 - 1000 1

<600 atau >1000 2

c. Pergelangan tangan (wrist)

Gambar 3.7. Postur Pergelangan Tangan

Penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Skor Pergelangan Tangan

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan

>150 (ke atas dan bawah) 2 putaran menjauhi sisi tengah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Coupling

Tabel 3.8. Coupling

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok


Sedang 1
dengan bagian tubuh

Kurang
2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin
baik

Tidak Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada

dapat 3 pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian

diterima tubuh

Skor aktifitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.9. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang

Tindakan menyebabkan jarak yang

Ketidakstabilan +1 besar dan cepat pada postur (tidak

stabil)

Lembar pengamatan Rapid Entire Body Assesment dapat dilihat pada

Gambar 3.8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.8. Lembar pengamatan Rapid Entire Body
No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 01 Desember 2015;
Rev : 0; Halaman : 1 dari 1
Assesment UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5. Beban Kerja

Beban kerja (workload) dapat didefenisikan sebagai suatu perbedaan

antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerja yang harus

dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-

masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat

pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energy yang

berlebihan dan terjadi overstres, sebalikkan intensitas pembebanan yang terlalu

rendah memungkinan rasa bosan dan kejenuhan atau understres. Oleh karena itu

perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan yang optimum yang ada

diantara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu

yang satu dengan yang lainnya. Pekerjaan seperti pekerja yang bekerja

memantau panel control pada suatu ruang operasi otomatisasi, termasuk

pekerjaan yang mempunyai kadar intensitas pembebanan fisik yang rendah,

dengan intensitas pembebanan mental yang tinggi. Sebaliknya pada pekerjaan

yang melakukan aktivitas angkat dan angkut secara manual, intensitas

pembebanan secara fisik tinggi dengan intensitas pembebanan secara mental

mungkin sangat rendah. Pengambilan data aktifitas (work) suatu pekerja dapat di

ambil melalui lembar pengamatan work sampling.

3.5.1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel harus melebihi banyaknya variabel yang akan

diukur pada populasi tersebut. Menurut Slovin, ukuran sampel yang dapat

diambil adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


N
n=
1 + Ne 2 ......................................................(1)

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih dapat ditolerir.

3.5.2. Pengujian Keseragaman Data

Tugas pengukur adalah mendapatkan data yang seragam. Karena

ketidakseragaman dapat datang tanpa disadari maka diperlukan suatu alat yang

dapat mendeteksi hal tersebut. Sekelompok data dikatakan seragam bila berada

di antara kedua batas control yaitu in control dan out of control. Data in control

adalah data yang berada pada batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.

Sedangkan data out of control adalah data yang berada di luar batas kontrol atas

dan batas kontrol bawah.

Data yang diharapkan dari hasil pengamatan akan ditetapkan dalam

sebuah peta kontrol yang memiliki batasan kontrol sebagai berikut :

BKA = +k ………………..…………..(2)

BKB = -k ………………..…………..(3)

= ………………………..…………..(4)

Dimana :

pi = persentase produktif hari ke-i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


= persentase terjadinya kejadian rata-rata, dinyatakan dalam desimal

n = jumlah pengamtan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja

k = harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan

k = 3 (tingkat keyakinan 99%)

= 2 (tingkat keyakinan 95%)

= 1 (tingkat keyakinan 68%)

3.5.3. Perhitungan Jumlah Pengamatan yang Diperlukan

Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dipengaruhi oleh dua

faktor utama yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan dari hasil

pengamatan. Asumsi bahwa terjadinya kejadian seorang operator akan bekerja

atau menganggur mengikuti pola distribusi normal, maka untuk mendapatkan

jumlah pengamatan yang harus dilakukan dapat dicari berdasarkan rumus:

………………………..…………..(5)

Dimana:

N = jumlah pengamatan yang perlu dilakukan

p = persentase produktif

s = tingkat ketelitian

k = harga indeks dari tingkat kepercayaan yang diambil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.4. Pengukuran Akurasi Work Sampling

Akurasi dari hasil work sampling sebaiknya dipertimbangkan untuk

menentukan derajat akurasi dari hasil observasi. Pengukuran yang dilakukan

dengan akurasi sebesar ±5% dapat dianggap memuaskan. Hal ini terkadang

dapat dianggap sebagai standar eror. Rumus yang digunakan untuk menghitung

akurasi dari observasi work sampling adalah sebagai berikut ini.

Sp = k …………………………………..(6)

Dimana :

S = Tingkat akurasi relatif

p = Persentasi hasil aktivitas yang diukur,

merupakan persentasi total hasil pengamatan, ditulis dalam bentuk desimal.

N = Ukuran sampel

k = harga indeks dari tingkat kepercayaan yang diambil

3.5.5. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu baku dan Total Waktu

Baku

Jika pengukuran-pengukuran telah selesai maka data waktu yang telah

memiliki keseragaman data, jumlahnya telah memenuhi syarat yang diinginkan,

maka baru kita dapat menghitung waktu baku. Waktu baku ini sangat diperlukan

untuk :

a. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja)

b. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan atau pekerja.

c. Penjadwalan produksi dan penganggaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan pekerja

yang berprestasi.

e. Indikasi keluaran output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.

Waktu baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang

pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan. Cara mendapatkan waktu baku dari data yang telah terkumpul yaitu:

…….(7)

……………(8)

…………….(9)

3.5.6. Perhitungan Beban Kerja

Perhitungan beban kerja merupakan rasio antara Total Waktu Baku

(TWB) dengan Total Waktu Tersedia (TWT) yang dirumuskan sebagai berikut:

……………..…………..(10)

Ada tiga kondisi beban kerja yang terjadi yaitu beban kerja diatas normal

jika beban kerja >1, normal jika beban kerja = 1 dan beban kerja dibawah normal

jika beban kerja < 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6. Penentuan Jumlah Kalori yang Dibutuhkan

Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara

objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode

pengukuran lansung yaitu dengan mengukur energy yang dikeluarkan (energy

expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat badan kerja

akan semakin banyak energy yang diperlukan atau dikonsumsi. Meskipun metode

dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur

untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal.

Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut

nadi selama bekerja. Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan yang sangat

erat dengan aktifitas fungsi faal manusia lainnya.

Perhitungan beban kerja pada pekerja dilakukan dengan menggunakan

pendekatan fisiologi, yaitu metode penilaian secara tidak langsung yang rumusnya

adalah (Christensen,1991):

Y = 1.80411 − 0.0229038 X + 4.71711 . 10-4 X2 …………..(11)

Dimana:

Y = Energi (kkal/menit)

X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)

Kategori beban kerja berdasarkan konsumsi energi adalah sebagai berikut:

Beban kerja ringan : >200 kcal/jam

Beban kerja sedang : 200 – 350 kcal/jam

Beban kerja berat : 350 – 500 kcal/jam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.7. Koefisien Korelasi

Dalam hal ini kita akan membicarakan masalah pengukuran hubungan

antara dua peubah X dan Y, dan bukan meramalkan nilai Y dari pengetahuan

mengenai peubah bebas X seperti dalam regresi linear. Sebagai misal, bila X

menyatakan besarnya biaya iklan dan Y besarnya penjualan tahunan total.

Perlu diingatkan bahwa koefisien korelsi antara dua peubah adalah suatu

ukuran hubungan linear antara kedua peubah tersebut, sehingga nilai r = 0

berimplikasi tidak adanya hubungan linear, bukan bahwa antara kedua peubah itu

pasti tidak terdapat hubungan. Jadi, bila antara X dan Y terdapat suatu hubungan

kuadratik yang kuat, kita masih akan memperoleh korelasi nol meskipun jelas ada

hubungan tak linear yang kuat antara kedua peubah tersebut.

Ukuran korelasi linear antara dua peubah yang paling banyak digunakan

adalah yang disebut koefisien korelasi momen hasil kali Pearson atau ringkasnya

koefisien korelasi contoh. Sekarang akan diberikan rumus untuk menghitung

koefisien korelasi tersebut dari data hasil pengukuran, meskipun kedua peubahnya

diukur dalam satuan yang berbeda. Jadi, bila X dan Y menyatakan tinggi dan

bobot badan seseorang, maka rumus berikut ini masih dapat memberikan suatu

ukuran hubungan linear antara kedua peubah tersebut.

Ukuran hubungan linear antara linear antara dua peubah X dan Y diduga

dengan koefisien korelasi contoh r, yaitu:

n  X i Yi − ( X i )( Yi )
r= ………..............(12)
n  X 2
i 
− ( X i ) 2 n  Y 2 i − ( Yi ) 2 
Sedangkan rumus regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


n
 n  n 
n XiYi −   Xi   Yi 
b = i =1  i =1  i =1  …………………….….(13)
2
n
 n 
n Xi −   Xi 
2

i =1  i =1 
n n

 Yi − b Xi
i =1 i =1
a= ..................................................(14)
n

Koefisien korelasi disimbolkan “r”. Koefisien korelasi memiliki nilai

antara –1 dan +1 ( -1  r  1 ).

a. Jika koefisien korelasi bernilai positif ( r + ) maka variabel berkorelasi positif,

apabila nilai r mendekati +1 maka semakin kuat hubungan antar variabel,

demikian sebaliknya.

b. Jika koefisien korelasi bernilai negatif ( r - ) maka variabel berkorelasi negatif,

apabila nilai r mendekati –1 maka semakin kuat hubungan antar variabel,

demikian sebaliknya.

c. Jika koefisien korelasi bernilai 0 maka variabelnya tidak ada hubungan.

Jika koefisien korelasi bernilai +1 dan –1 maka hubungan antar variabel

sempurna.

3.8. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Standar Berdasarkan

Waktu Standar

Untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga kerja standar maka harus

dilakukan perhitungan waktu total dalam mengerjakan produk, yaitu:

Wt = Ws x Yi…………….………..…………..(15)

Dimana:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Wt = Waktu total pengerjaan seluruh produk

Ws = Waktu standar

Yi = Jumlah Permintaan produk

Jumlah kebutuhan tenaga kerja standar adalah:

…………………..…..…………..(16)

Dimana :

JKP = Jam kerja work

JTK = Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

PT. Pelabuhan Indonesia 1 (persero) dibagian Terminal Petikemas

Domestik Belawan (TPKDB) yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang mengelola jasa kepelabuhan di Indonesia bagian

barat.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016 - selesai. Lokasi

Terminal Petikemas Domestik Belawan (TPKDB) dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Lokasi PT. Pelabuhan Indonesia 1 (Persero) Medan

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei (Survey

Research), yaitu penelitian yang berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah

terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual

berdasarkan observasi secara langsung dan mengumpulkan data aktual lapangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jadi penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian, dan pengolahan data,

serta analisis pemecahan.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah tenaga kerja bongkar muat yang

bertugas untuk memasang dan melepaskan twistlock dan lasing di kontainer yang

berjumlah 15 orang berjenis kelamin laki-laki.

4.4. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menggambarkan alur berpikir/konsep dalam

menyelesaikan permasalahan, yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Kerangka Konseptual

4.5. Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Postur Kerja adalah posisi gerakan tubuh yang terbentuk secara alamiah

akibat interaksi dengan fasilitas.

2. Beban Kerja adalah perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja

dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.

3. Muskulosletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal (rangka) yang

dirasakan oleh seseorang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.6. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Variabel bebas yaitu postur kerja dan beban kerja.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah MSDs tenaga kerja bongkar muat.

4.7. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengukuran secara langsung

selama penelitian. Data primer pada penelitian adalah keluhan

muskuloskeletal, postur kerja dan beban kerja tenaga kerja bongkar muat.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia oleh pihak lain sehingga

tidak perlu lagi digali secara langsung dan sumbernya oleh peneliti. Data

sekunder pada penelitian adalah struktur organisasi, jam kerja, material yang

digunakan dan lainnya.

4.8. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data di PT. Pelabuhan Indonesia 1 (Persero)

Medan adalah sebagai berikut:

1. Data postur kerja dan beban kerja diperoleh dengan melakukan pengamatan

secara langsung pada area kerja tenaga kerja bongkar muat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Data perusahaan diperoleh dengan mewawancara dan meminta data historis

perusahaan kepada manajer perusahaan.

4.9. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Penunjuk waktu, digunakan untuk melakukan pengukuran waktu kerja

terhadap tenaga kerja bongkar muat yang diamati.

2. Lembar pengamatan Work Sampling digunakan untuk mengetahui banyaknya

work dan idle tenaga kerja bongkar muat.

3. Lembar penilaian Rapid Entire Body Assesment (REBA) untuk mengetahui

skor resiko dari postur kerja tenaga kerja bongkar muat.

4. Lembar penilaian Rating Factor dan allowance untuk menilai tingkat

kemampuan pekerja dan kelonggaran yang diberikan kepada pekerja.

4.10. Metode Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan diolah

sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan. Dalam penelitian ini, ada

beberapa teknik analisis data yang digunakan, yaitu:

1. Perhitungan Rapid Entire Body Assesment (REBA)

Untuk melihat nilai postur tubuh pada saat bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Penetapan jumlah pengamatan

Jumlah pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah jam kerja yang

disesuaikan dengan interval waktu yang ditetapkan, yang hasilnya kemudian

diacak untuk menetapkan waktu pengamatan terpilih.

3. Pengamatan sampling kerja

Pengamatan sampling kerja dilakukan untuk mengetahui aktivitas setiap

operator dalam melakukan kegiatannya. Aktivitas operator dibagi menjadi

dua, yaitu aktifitas produktif (work) dan aktifitas non produktif (idle).

4. Penentuan rating factor dan allowance

Penentuan rating factor dan allowance bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar rating factor dan allowance yang dilakukan operator dalam melakukan

pekerjaannya, sehingga dengan adanya rating factor dan allowance ini dapat

diketahui waktu standar operator dalam menyelesaikan pekerjaannya.

5. Perhitungan produktivitas operator

Perhitungan produktivitas operator dilakukan untuk mengetahui persentase

produktivitas operator.

6. Uji keseragaman data

Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah

dikumpulan telah seragam atau belum yang ditandai dengan tidak adanya data

yang out of control. Uji keseragaman data dilakukan dengan tingkat

kepercayaan 95 % dan tingkat ketelitian 5 %.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Uji kecukupan Data

Uji Kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah pengamatan yang

dilakukan telah mencukupi atau tidak, dimana jika pengamatan yang

seharusnya dilakukan (N’) lebih kecil dari jumlah pengamatan yang telah

dilakukan (N). (N’≤N) maka data telah mencukupi dan pengamatan

dihentikan. Uji kecukupan data dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95 %

dan tingkat ketelitian 5 %.

8. Perhitungan derajat ketelitian dari data pengamatan

Perhitungan derajat ketelitian dari data pengamatan dilakukan untuk

menentukan apakah hasil pengamatan yang didapatkan bisa dikategorikan

cukup teliti. Tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95 % dan tingkat

ketelitian 5 % , cara yang dipakai adalah dengan menghitung harga S.

9. Perhitungan Beban Kerja

Perhitungan waktu standar dilakukan untuk mengetahui berapa waktu

standar, waktu normal yang disesuaikan dengan total waktu pengamatan,

rating factor dan allowance sehingga dapat dihitung besarnya beban kerja

pekerja.

10. Pengujian Korelasi dan Regresi

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara keluhan

muskuloskeletal dengan postur dan beban kerja. Dalam penelitian ini

pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian regresi dan korelasi

yang dilakukan terhadap:

a. Postur kerja terhadap MSDs

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Beban kerja berdasarkan presentase waktu produktif terhadap MSDs.

Uji korelasi dihitung dengan menggunakan rumus:

r= n  X i Yi − ( X i )( Yi ) ……........................(12)
n  X 2
i 
− ( X i ) 2 n  Y 2 i − ( Yi ) 2 
Uji regresi dihitung dengan menggunakan rumus :
n
 n  n 
n XiYi −   Xi   Yi 
b = i =1  i =1  i =1  …………………………….(13)
2
n
 n 
n Xi 2 −   Xi 
i =1  i =1 

n n

 Yi − b Xi
a= i =1 i =1 ………………………………….(14)
n

4.11. Analisis Pemecahan Masalah

Analisa data yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada

permasalahan postur dan beban kerja yang dapat menyebabkan MSDs.

4.12. Kesimpulan dan Saran

Pada tahap akhir dari penelitian ditarik kesimpulan yang didasarkan pada

hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

Selanjutnya diberikan saran yang dianggap penting.

4.13. Blok Diagram Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ditampilkan dalam blok diagram pada Gambar 4.3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MULAI

Studi Pendahuluan
Studi Literatur
1. Kondisi Pabrik
1. Teori Buku
2. Kondisi bagian proses
2. Referensi Jurnal Penelitian
produksi pabrik
3. Langkah-langkah
3. Informasi pendukung
penyelesaian
4. Masalah-masalah

Identifikasi Masalah
Untuk melihat apakah ada permasalahan pada postur dan beban kerja yang
dapat mempengaruhi MSDs.

Pengumpulan Data
1. Data primer
- Hasil penyebaran kuisoner NBM
- Foto Operator
- Hasil pegamatan work dan idle
- Rating Factor
- Allowance
2. Data sekunder
- Uraian tugas pokok pekerja -Jam kerja operator
- Gambaran umum perusahaan -Jumlah hari kerja
- Struktur organisasi perusahaan -Jumlah permintaan produk
- Jumlah pekerja tetap

Pengolahan Data
- Perhitungan nilai postur kerja berdasarkan Rapid Entire Body Assesment.
- Penentuan jumlah pengamatan
- Penentuan kategori work dan idle
- Penentuan rating factor dan allowance
- Perhitungan persentase waktu produktif pekerja
- Uji keseragaman data
- Uji kecukupan data
- Perhitungan beban kerja berdasarkan work sampling.

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 4.3. Blok Diagram Prosedur Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Postur Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat

Peilaian postur kerja dilakukan untuk melihat tingkat resiko gerakan yang

dilakukan oleh pekerja dimana postur kerja tenaga kerja bongkar muat dapat

dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Hasil Penilaian Postur Kerja

Pekerja Skor Kategori Resiko Tindakan


1 4 Sedang Diperlukan tindakan
2 5 Sedang Diperlukan tindakan
3 4 Sedang Diperlukan tindakan
4 4 Sedang Diperlukan tindakan
5 4 Sedang Diperlukan tindakan
6 5 Sedang Diperlukan tindakan
7 5 Sedang Diperlukan tindakan
8 4 Sedang Diperlukan tindakan
9 5 Sedang Diperlukan tindakan
10 5 Sedang Diperlukan tindakan
11 4 Sedang Diperlukan tindakan
12 5 Sedang Diperlukan tindakan
13 4 Sedang Diperlukan tindakan
14 5 Sedang Diperlukan tindakan
15 5 Sedang Diperlukan tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.1. Rekapitulasi REBA Pekerja

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.1. bahwa tenaga kerja bongkar muat 1

s/d 15 memiliki kategori sedang dan memerlukan tindakan.

5.2. Beban Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat

Langkah-langkah penilaian beban kerja berdasarkan presentase waktu

produktif dapat dengan menggunakan metode Workload Analisys (WLA) adalah

sebagai berikut:

1. Pengambilan Data Work dan Idle Tenaga Kerja Bongkar Muat

Data work dan idle pekerja di dapat dari hari pengamatan menggunakan

lembar pengamatan work sampling. Pengamatan dilakukan pada saat jam

kerja tenaga kerja bongkar muat, dimana jam kerja bongkar muat dari pukul

08:00 s/d 12:00 dan 13:00 s/d 17:00 WIB.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Menentukan Jumlah Sampel yang Dibutuhkan

Pengolahan data menggunakan data sampel dari populasi, karena sampel

sudah mengawakili populasi yang ada. Penentuan jumlah sampel dengan

menggunakan rumus nomor 1 yaitu dengan menggunakan metode Solving.

pengamatan dapat dilakukan pada 15 menit dimana dengan rentang setiap 1

menit.

N
n=
1 + Ne 2

Hal ini berarti jumlah sampel yang dibutuhkan 15 data.

3. Pengujian Keseragaman dan Kecukupan Data

Pengujian keseragaman data dilakukan untuk melihat data yang diambil

sudah seragam yang tidak melewati batas-batas kontrol. Pengujian

keseragaman dihitung dengan menggunakan rumus nomor 2 s/d 4. Berikut

contoh perhitungan keseragaman data untuk pekerja 1.

Karena BKA > P > BKB , sehingga (1,1256 > 0,8461 > 0,5665) maka

data seragam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Setelah dilakukan uji keseragaman maka selanjutnya dilakukan uji

kecukupan dari data pengamatan yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%

dan tingkat akurasi. Uji kecukupan data ini digunakan untuk menganalisa jumlah

pengukuran apakah sudah representatif dimana tujuannya untuk membuktikan

bahwa data sampel yang diambil sudah mewakili sampel. Berikut contoh

perhitungan uji kecukupan data pada pekerja 1 dengan harga k adalah 1,96.

N > N’ (15 > 10 ), maka data yang dikumpulkan sudah mencukupi.

4. Data Rating Factor Tenaga Kerja Bongkar Muat

Dalam hal penentuan rating factor digunakan metode Westinghouse, yang

mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan

kewajaran dalam bekerja yaitu: keterampilan, usaha, kondisi kerja dan

konsistensi. Hasil rating factor untuk setiap pekerja adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2. Hasil Rating Factor Tenaga Kerja Bongkar Muat

Pekerja Rating Factor Pekerja Rating Factor


1 1,07 9 1,01
2 1,01 10 1,01
3 1,01 11 1,01
4 1,07 12 1,01
5 1,01 13 1,01
6 1,06 14 1,07
7 1,01 15 1,01
8 1,01

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Penentuan Allowance Tenaga Kerja Bongkar Muat

Allowance tenaga kerja bongkar muat dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Allowance Tenaga Kerja Bongkar Muat

No. Allowance Kondisi Allowance (%)


1 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 10
2 Sikap Kerja Membungkuk 4
3 Gerakan Kerja Normal 0
4 Kelelahan Mata Pandangan yang terputus-putus 2
Keadaan temperatur
5 Normal 3
tempat kerja
6 Keadaan atmosfer cukup 0
Keadaan lingkungan yang Keadaan-keadaan yang luar
7 0
baik biasa (bunyi, kebersihan,dll)
Total 19 %
Sumber : Pengumpulan Data

Hasil perolehan allowance tersebut harus ditambah lagi dengan kelonggaran

untuk kebutuhan pribadi pria sebesar 0%, sehingga diperoleh:

Allowance Total = 19% = 0,19

6. Perhitungan Presentase Waktu Produktif (PWP)

Pehitungan presentase waktu produktif untuk pekerja 1 adalah sebagai

berikut:

Rekapitulasi presentase waktu produktif semua tenaga kerja bongkar muat

dapat dilihat pada Tabel 5.4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.4. Rekapitulasi Presentase Waktu Produktif Pekerja Bongkar Muat

Presentase Waktu Presentase Waktu


Pekerja Pekerja
Produktif Produktif
1 0,8461 9 0,6666
2 0,9333 10 0,6666
3 0,8666 11 1,0000
4 0,7333 12 0,8666
5 0,6666 13 1,0000
6 0,6666 14 0,6666
7 0,6666 15 0,6666
8 0,8666
Sumber : Pengolahan Data

7. Perhitungan Waktu Normal, Waktu Baku dan Total Waktu Baku

Perhitungan waktu normal menggunakan rumus nomor 7. Perhitungan waktu

normal pekerja 1 adalah sebagai berikut:

Perhitungan waktu baku menggunakan rumus nomor 8. Perhitungan waktu

baku pekerja 1 adalah sebagai berikut:

Rekapitulasi perhitungan waktu normal, waktu baku dan total waktu baku

semua tenaga kerja bongkar muat dapat dilihat pada Tabel 5.5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.5. Rekapitulasi Waktu Normal, Waktu Baku Dan Total Waktu Baku

Tenaga Kerja Bongkar Muat

Total
Waktu Waktu
Pekerja Waktu
Normal Baku
Baku
1 0,0442 0,0546 16,7653
2 0,0461 0,0569 17,4562
3 0,0428 0,0528 16,2086
4 0,0383 0,0473 14,5302
5 0,0329 0,0406 12,4679
6 0,0345 0,0426 13,0851
7 0,0329 0,0406 12,4679
8 0,0428 0,0528 16,2086
9 0,0329 0,0406 12,4679
10 0,0329 0,0406 12,4679
11 0,0493 0,0609 18,7037
12 0,0428 0,0528 16,2086
13 0,0493 0,0609 18,7037
14 0,0348 0,0430 13,2086
15 0,0329 0,0406 12,4679
Sumber : Pengolahan Data

8. Perhitungan Beban Kerja Bongkar Muat

Perhitungan beban kerja menggunakan rumus nomor 10. Perhitungan beban

kerja TKBM 1 adalah sebagai berikut :

Beban Kerja = Total Waktu Baku / Total Waktu Tersedia

Beban Kerja = 16,7653 / 480 = 0,0349

Rekapitulasi hasil perhitungan beban kerja untuk setiap tenaga kerja

bongkar muat dapat dilihat pada Tabel 5.6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.6. Rekapitulasi Perhitungan Beban Kerja untuk Setiap Pekerja

Bongkar Muat

Beban
Beban Kerja
Pekerja Keterangan Pekerja Kerja Keterangan
(Orang)
(Orang)
1 0,0349 Ringan 9 0,0260 Ringan
2 0,0364 Ringan 10 0,0260 Ringan
3 0,0338 Ringan 11 0,0390 Ringan
4 0,0303 Ringan 12 0,0338 Ringan
5 0,0260 Ringan 13 0,0390 Ringan
6 0,0273 Ringan 14 0,0275 Ringan
7 0,0260 Ringan 15 0,0260 Ringan
8 0,0338 Ringan
Sumber : Pengolahan Data

Grafik rekapitulasi beban kerja semua tenaga kerja bongkar muat dapat

dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Rekapitulasi Perhitungan Beban Kerja Setiap Pekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan Gambar 5.2. menyimpulkan bahwa beban kerja setiap

tenaga kerja bongkar muat kategori ringan.

Berdasarkan dari perhitungan diatas maka postur kerja dalam kategori

sedang dan beban kerja dalam kategori ringan. Sehingga beban kerja tidak akan

menyebabkan pekerja mengalami Muskuloskeletal, sedangkan postur dapat

menyebabkan keluhan Muskuloskeletal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

ANALISIS HASIL

6.1. Analisis Pengaruh Postur Kerja terhadap Muskuloskeletal Disorder

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis

apakah ada permasalahan postur kerja. Berdasarkan perhitungan pada pengolahan

data, maka diperoleh skor postur kerja dengan menggunakan metode Rapid Entire

Body Assesment (REBA) dengan kategori resiko sebagai berikut:

Tabel 6.1. Kategori Resiko Postur Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat

Pekerja Skor Kategori Resiko Tindakan


1 4 Sedang Diperlukan tindakan
2 5 Sedang Diperlukan tindakan
3 4 Sedang Diperlukan tindakan
4 4 Sedang Diperlukan tindakan
5 4 Sedang Diperlukan tindakan
6 5 Sedang Diperlukan tindakan
7 5 Sedang Diperlukan tindakan
8 4 Sedang Diperlukan tindakan
9 5 Sedang Diperlukan tindakan
10 5 Sedang Diperlukan tindakan
11 4 Sedang Diperlukan tindakan
12 5 Sedang Diperlukan tindakan
13 4 Sedang Diperlukan tindakan
14 5 Sedang Diperlukan tindakan
15 5 Sedang Diperlukan tindakan
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata postur kerja tenaga

kerja bongkar muat adalah tinggi, dimana dalam kategori ini postur kerja tenaga

kerja bongkar muat butuh perbaikan secepatnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6.2. Analisis Pengaruh Beban Kerja berdasarkan Presentase Waktu

Produktif terhadap Muskuloskeletal Disorder

Berdasarkan perhitungan pada pengolahan data, maka diperoleh beban

kerja dengan kategori beban sebagai berikut:

Tabel 6.2. Kategori Beban Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat

Beban
Beban Kerja
Pekerja Keterangan Pekerja Kerja Keterangan
(Orang)
(Orang)
1 0,0349 Ringan 9 0,0260 Ringan
2 0,0364 Ringan 10 0,0260 Ringan
3 0,0338 Ringan 11 0,0390 Ringan
4 0,0303 Ringan 12 0,0338 Ringan
5 0,0260 Ringan 13 0,0390 Ringan
6 0,0273 Ringan 14 0,0275 Ringan
7 0,0260 Ringan 15 0,0260 Ringan
8 0,0338 Ringan
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Penelitian Tesis S-2 Universitas Gajah Mada (UGM) pada program studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan judul “Postur Kerja, Beban Kerja Fisik dan

Keluhan Muskuloskeletal Pekerja pada Instalasi Gizi dan Pemeliharaan Linen Di

Rumah Sakit Jiwa Grahasia Daerah Istimewa Yogyakarta” menyimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara postur kerja dan beban kerja terhadap

MSDs pada pekerja di instalasi gizi dan pemeliharaan linen RSJ Grahasia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Skor postur kerja tenaga kerja bongkar muat rata-rata sedang sehingga butuh

perbaikan.

2. Setiap tenaga kerja bongkar muat memiliki beban kerja ringan.

3. Solusi dari postur kerja dapat diperbaiki dengan membuat tempat peletakan

twistlock.

7.2. Saran

Saran yang diberikan adalah sebagai berikut:

1. Tenaga kerja bongkar muat disarankan untuk mengecak ke dokter guna

untuk mengetahui secara pasti apakah memang adanya penyakit

musculoskeletal disorder.

2. Bagi pekerja agar tetap menjaga disiplin dalam menggunakan APD (Alat

Pelindung Diri) guna meminimalkan resiko kecelakaan kerja.

3. Diperlukan penelitian untuk membuat rancangan tempat peletakan

twistlock.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Farida, dkk. Analisis Postur Kerja Operator pada Stasiun Boiler dengan

Menggunakan Metode RULA Di PT. ABC. Proceeding Seminar Nasional

Perhimpunan Ergonomi Indonesia, Yogyakarta. Hal M-17, 2015

Benjamin Niebel. Method Standards and Work Design. New York : MC Graw

Hill.

Health and Safety Executive. Work-related Musculoskeletal Disorder (WRMSDs)

Statistics. Great Britain. 2016

Jono, Pengukuran Beban Tenaga Kerja Dengan Metode Work

Sampling.Spektrum Industri Vol. 13, no 2 hal 115-228,Yogyakarta. 2015

Mikell P Groover. Work System and The Methods, Measurement, and

Management of Work. Seventh Edition. United States of America : Pearson

Education, Inc, 2007.

Mark Middlesworth, Mark. A Step-by-step Guide Rapid Entire Body Assessment

(REBA). Ergonomi Plus Inc.

Neville A. Stanton, dkk, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods.

Cet. I; New York: CRC PRESS, 2004.

Purnomo, Hari. Penentuan Beban Kerja Pada Front Office Dan Back Office

Perusahaan Perbankan Menggunakan Uji Petik Pekerjaan. Seminar

Nasional IENACO,Yogyakarta. 2015

Lutttmann, Prof. Dr. rer. nat. alwin, Preventing Musculoskeletal Disorder In The

Workplace. New Delhi. India. 2003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rosnani Ginting. 2009.Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Susihono,Wahyu. Evaluasi Beban Kerja dan Keluhan Muskuloskeletal Pekerja di

Perusahaan Pengecoran Logam x Sistem Dapur Induksi, Seminar

Nasional IENACO hal 91-98. 2014

Tarwaka, dkk, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas,

Harapan Press: Surakarta, 2011.

Wignjosoebroto,Sritomo. Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu. Surabaya: PT.Guna

Widya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


AREA KERJA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


NORDIC BODY MAP QUESTIONARE
Anda diminta untuk menilai apa yang anda rasakan pada bagian tubuh yang
ditunjukkan pada gambar. Apakah bagian tubuh pada nomor tersebut terasa sakit
atau tidak sakit dapat di isi dengan mencentang (√) pada kolom yang tersedia.
Sakit
No. Bagian Tubuh Peta Bagian Tubuh
Tidak Ya
0 leher bagian atas
1 leher bagian bawah
2 bahu kiri
3 bahu kanan
4 lengan atas kiri
5 punggung
6 lengan atas kanan
7 pinggang
8 bokong
9 pantat
10 siku kiri
11 siku kanan
12 lengan bawah kiri
13 lengan bawah kanan
14 pergelangan tangan kiri
pergelangan tangan
15
kanan
16 tangan kiri
17 Tangan Kanan
18 Paha Kiri
19 Paha Kanan
20 Lutut Kiri
21 Lutut Kanan
22 Betis Kiri
23 Betis Kanan
24 Pergelangan Kaki Kiri
25 Pergelangan Kaki Kanan
26 Kaki Kiri
27 Kaki Kanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DATA PENGAMATAN RATING FACTOR
TKBM 1

1. Keterampilan (Skill)
a. SUPER SKILL :
1) Bekerja dengan sempurna
2) Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik.
3) Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya
4) Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.
5) Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin
6) Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau
terlihat karena lancarnya.
7) Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang
apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).
8) Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan yang bersangkutan adalah
pekerjaan terbaik.
b. EXCELLENT SKILL :
1) Percaya pada diri sendiri.
2) Tampak cocok dengan pekerjaannya.
3) Terlihat telah terlatih baik.
4) Bekerjanya teliti dengan tidak banyak meakukan pengukuran-pengukuran
atau pemeriksaan-pemeriksaan.
5) Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya tanpa kesalahan.
6) Mengunakan peralatan dengan baik.
7) Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
8) Bekerjanya cepat tapi halus.
9) Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.
c. GOOD SKILL :
1) Kualitas hasil baik.
2) Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja umumnya.
3) Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya
lebih rendah.
4) Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
5) Tidak memerlukan banyak pengawasan.
6) Tiada keragu-raguan.
7) Bekerjanya stabil.
8) Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik.
9) Gerakan-gerakannya cepat.
d. AVERAGE SKILL:
1) Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Gerakan-gerakannya tidak cepat tetapi tidak lambat.
3) Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan.
4) Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5) Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tidak banyak keragu-raguan.
6) Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.
7) Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk
pekerjaannya.
8) Bekerjanya cukup teliti.
9) Secara keseluruhan cukup memuaskan.
e. FAIR SKILL :
1) Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2) Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.
3) Terlihat perancangan-perancangan sebelum melakukan gerakan.
4) Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
5) Tampak seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan
dipekerjaan itu sejak lama.
6) Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak
selalu yakin.
7) Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.
8) Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah.
9) Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.
f. POOR SKILL :
1) Tidak dapat mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
2) Gerakan-gerakannya kaku.
3) Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan.
4) Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.
5) Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
6) Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja.
7) Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
8) Tidak ada kepercayaan pada diri sendiri.
9) Tidak dapat mengambil inisiatif sendiri.

2. Usaha (Effort)
Berikut ini adalah enam kelas usahadengan ciri-cirinya:
a. EXCESSIVE EFFORT:
1) Kecepatannya sangat berlebihan.
2) Usahanya sangat sungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan
kesehatannya.
3) Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari
kerja.
b. EXCELLENT :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1) Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.
2) Gerakan-gerakannya lebih "ekonomis" daripada pekerja-pekerja biasa.
3) Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4) Banyak memberi saran-saran.
5) Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang.
6) Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu kerja.
7) Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
8) Bangga atas kelebihannya.
9) Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
10) Bekerjanya sistematis.
11) Karena lancarnya,perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak
terlihat.
c. GOOD EFFORT :
1) Bekerja berirama.
2) Saat-saat menganggur sangat sedikit,bahkan kadang-kadang tidak ada.
3) Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4) Senang pada pekerjaannya.
5) Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
6) Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu kerja.
7) Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang.
8) Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.
9) Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.
10) Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik.
11) Memelihara dengan baik kondisi peralatan.
d. AVERAGE EFFORT :
1) Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.
2) Bekerja dengan stabil.
3) Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.
4) Setup dilaksanakan dengan baik.
5) Melakukan kegiatan-kegiatan Perencanaan.
e. FAIR EFFORT :
1) Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
2) Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.
3) Kurang sungguh- sungguh.
4) Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya
5) Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
6) Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.
7) Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.
8) Terlampau hati-hati.
9) Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10) Gerakan-gerakannya tidak terencana.
f. POOR EFFORT :
1) Banyak membuang-buang waktu.
2) Tidak memperlihatkan adanya minat kerja.
3) Tidak mau menerima saran-saran.
4) Tampak malas dan bekerja lambat.
5) Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat
dan bahan-bahan.
6) Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
7) Tidak perduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai.
8) Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
9) Setup kerjanya terlihat tidak baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TabelPengamatan Allowance

Kelonggaran (%)
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban
Pria Wanita

A. Tenaga yang dikeluarkan

1 Dapat diabaikan Bekerja dimeja, duduk Tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0

2 Sangat ringan Bekerja dimeja, berdiri 0,00-2,25 kg 6,0-7,5 6,0-7,5

3 Ringan Menyekop, ringan 2,25-9,00 7,5-12,0 7,5-16,0

4 Sedang Mencangkul 9,00-18,00 12,0-19,0 16,0-30,0

5 Berat Mengayun palu yang berat 18,00-27,00 19,0-30,0

6 Sangat berat Memanggul beban 27,00-50,00 30,0-50,0

7 Luar biasa berat Memanggul karung berat Diatas 50 kg

B. Sikap kerja

1 Duduk Bekerja duduk, ringan 0,00-1,0

2 Berdiri diatas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0-2,5

3 Berdiri diatas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat control 2,5-4,0

4 Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depanbadan 2,5-4,0

5 Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 4,0-10,0

C. Gerakan kerja

1 Normal Ayunan bebas dari palu 0

2 Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0-5

3 Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0-5

Pada anggota-anggota
4 Bekerja dengan tangan diatas kepala 5-10
badan terbatas

Seluruh anggota badan


5 Bekerja dilorong pertambangan yang sempit 10-15
terbatas

Pencahayaan Pencahayaan
D Kelelahan mata *
Baik Buruk

1 Pandangan yang terputus-putus Membawa alat ukur 0,0-6,0 0,0-5,0

2 Pandangan yang hampir terus menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6,0-7,5 6,0-7,5

Pandangan terus menerus dengan


3 Pemeriksaan yang sangat teliti 7,5-12,0 7,5-16,0
focus tetap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TabelPengamatan Allowance (Lanjutan)

Kelonggaran (%)
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban
Pria Wanita

Pandangan terus menerus dengan


4 Memeriksa cacat-cacat pada kain 12,0-19,0 16,0-30,0
focus berubah-ubah

Pandangan terus menerus dengan


5 19,0-30,0
konsentrasi tinggi dan focus tetap

Pandangan terus menerus dengan


6 konsentrasi tinggi dan focus berubah- 30,0-50,0
ubah

E Keadaan suhu tempat kerja ** Suhu (0C) Kelelahan manual Berlebihan

1 Beku Di bawah 0 Diatas 10 Diatas 12

2 Rendah 0-13 10-0 12-5

3 Sedang 13-22 5-0 8-0

4 Normal 22-28 0-5 0-8

5 Tinggi 28-36 5-40 8-100

6 Sangat tinggi Diatas 36 Diatas 40 Diatas 100

F Keadaan atmosfer ***

1 Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar 0

2 Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan 0-5

Adanya debu-debuan beracun atau tidak beracun tetapi


3 Kurang baik banyak adanya bau-bauan yang berbahaya yang 5-10
mengaharuskan mengguanakan alat pernapasan

4 Buruk 10-20

G Keadaan lingkungan yang kurang baik

1 Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0

2 Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 0-1

3 Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 1-3

4 Sangat bising 0-5

5 Jika faktor-faktor berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0-5

6 Terasa adanya getaran lantai 5-10

7 Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll) 5-15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai