Disusun Oleh:
KELOMPOK 10
Kelas: B (Semester 4)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................iv
C. TUJUAN PEMBAHASAN..................................................................................iv
BAB II..............................................................................................................................1
PEMBAHASAN...............................................................................................................1
A. Mengapa Banyak Suami-Isteri Tidak Mampu Menyelesaikan Perselisihan
Mereka..........................................................................................................................1
B. Penasehat Perkawinan (Marriage Counseling)......................................................3
C. Kesulitan-Kesulitan dan Kemungkinan Kesalahan-Kesalahan dalam Penasehat
Perkawinan....................................................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................11
KESIMPULAN..............................................................................................................11
DAFTAR ISI..................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi
kemampuan untuk mengatasinya tidak selalu benar dan tepat, karena itu harus ada
usaha-usaha untuk memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga dalam
menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam keluarga itu sendiri maupun dari
luar. Usaha itu harus dimulai oleh keluarga itu sendiri atau oleh seorang ahli yang
dapat membantu mengatasi persoalan keluarga bila masalah keluarga itu
memerlukan orang lain untuk membantu penyelesaian konflik dalam keluarga.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan edukasi dan pemahaman
tentang bagaimana peran penasehat perkawinan guna meminimalisir terjadinya
permasalahan yang terjadi pada masa perkawinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengapa Banyak Suami-Isteri Tidak Mampu Menyelesaikan
Perselisihan Mereka.
Tema kita selalu berkisar disekitar perkawinan yang berhasil dan yang
dilanda derita perselisihan. Telah berulang -ulang dikemukakan bahwa faktor
yang paling penting dalam soal suksesnya atau gagalnya hubungan suami isteri
itu ialah adanya secara cukup dan tidak adanya persamaan -persamaan atau
kecocokan (kompatibilitas).
Soalnya mereka ini memiliki kecocokan dalam beberapa hal yang pokok
(iman, pandangan hidup). Mereka itu berahklak dan mencintai satu sama lain.
Asset-asset (hal-hal yang dimiliki secara positif) ini oleh mereka dijadikan
pangkalan, modal dan pegangan dalam membentuk dan mengembangkan
hubungan mereka dan dijadikan modal dan pedoman untuk memikirkan,
merundingkan, mendesain dan mengembangkan cara-cara untuk menghadapi
dan menggarap kesulitan-kesulitan yang mereka duga mungkin sekali akan
terjadi, karena mereka mengetahui bahwa "conflict is inherent in marital life".
Tetapi mereka juga tahu bahwa konflik itu mesti diselesaikan dan
mereka sebagai orang cerdas yakin bahwa konflik-konflik itu pada umumnya
dapat dipecahkan dan di selesaikan . Mereka mengerti bahwa kehidupan dunia
dan hidup dalam masyarakat ini penuh dengan persoalan dan kesulitan, tetapi
manusia itu oleh penciptanya telah diberi akal, dan cita-cita. Dengan akal ini
telah dikonsipiir, suatu sistim penyelesaian yang disebut Problim Solving. Yang
tidak sanggup mengambil manfaatnya atau tidak cukup memiliki kekerasan hati
untuk menempuh jalan perjuangan ini, mereka tentu tidak akan dapat keluar
dari kesulitan-kesulitan mereka, sehingga perkawinan mereka menjadi tidak
berhasil. Padahal macam dan isi kesulitan mereka itu, pada pokoknya mungkin
saja sama dengan yang dialami oleh rekannya yang berhasil itu. Yaitu yang
berhasil karena mau dan pandai memperoleh ilmu problem solving dan tekun
memanfaatkannya.
ltulah sebab utama yang menjadikan banyak suami dan istri sampai
berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan mereka yang telah merupakan suatu
konflik. Padahal mereka sebenarnya tidak ada maksud untuk membubarkan
persekutuan mereka dan tetap berkeinginan untuk terus melanjutkan ikatan
cinta-kasih mereka. Hanya mereka tidak mengerti bagaimana caranya dan apa
yang mereka harus perbuat. Inilah saatnya mereka harus diberitahu bahwa
harapan masih ada dan masih ada satu jalan yang dapat ditempuh. yaitu pergi
kepada seorang panasehat perkawinan. Hendaknya ada teman-teman atau
kerabat sendiri yang mendorong mereka untuk mencani ”professional
assistance” itu.
b. Diusahakan pula untuk mengetahui apa yang selama ini oleh suami dan
istri itu telah dilakukan untuk menyelesaikan perselisihannya, dan
mengapa mereka itu gagal.
1. Kesulitan-kesulitan
a. Kesulitan pertama yang mungkin dihadapi oleh counselor ialah bahwa
suami istri yang bersengkatan itu benar-benar tidak cocok atau terlalu
jauh berbeda ( incompatible ) dalam sejumlah perkara yang sangat
fundamental.
b. Counselor juga akan repot bilamana suami dan istri yang berselisih itu
menderita neuroses atau “mental deficienciens” lainnya, mereka terlebih
dahulu atau sekaligus mereka itu harus dibikin “tenang “ hal mana tentu
tidak mudah. Atau salah satu atau keduanya terlalu egosentris, tidak
bertanggu jawab banyak menuntut ( demading ) terlalu menggantukan
diri pada yang lain ( dependent ) selalu dalam ketakutan ( fearfull )
bersikaf suka atau mudah memusuhi atau menyerang yang lain ( hostile
dan agresif ), mudah tersinggung ( erotic ) atau menunjukan sifat
kekanak-kenakkan lainnya.
c. Suami atau istri atau kedua - duanya terlalu rendah sehingga tidak dapat
diajak untuk tingkat kecerdasannya kesulitan mereka.
d. Mereka duhulu kawinnya itu bukan karena alasan atau untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan konsepsi menginginkan perkawinan yang
berhasil sebagaimana dipaparkan dalam bab pertama dari naskah ini .
Sehingga tidak pernah berusaha untuk membina dan malahan tidak
memerlukan kerukunan dan keserasian .
e. Kesulitan mereka bersumber dalam hubungan seks mereka yang
ternyata tidak dapat berfungsi , dan salah seorang mereka tetap tidak
mau menerima situasi ini . Sebenarnya bila benar - benar diperiksa "
kerusakan " atau disorder " dibidang seks ini mungkin masih dapat
dihilangkan , karena tidak semua infortensi dan frigidity tidak dapat
diobati
f. Kesulitan mereka itu semata - mata atau terutama karena persoalan
ekonomi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi dalam negara pada
umumnya .
2. Kesalahan - Kesalahan
Dalam melakukan tugas yang begitu berat dan rumit, para counselor
mungkin saja membuat kesalahan kesalahan. Kesalahan - kesalahan ini
mengenai beberapa soal dan terjadi dalam bermacam bentuk . . Penulis ,
menyebut disini beberapa kesalahan yang bersifat fundamentil conselor tidak
atau kurang mengikuti cara penyelesaian menurut apa yang oleh penulis
dinamakan metode " problem solving " umpamanya:
KESIMPULAN
Banyaknya kasus yang terjadi di Indonesia pada konteks pasca pernikahan
merupakan cikal bakal dari ketidakcocokan. Hal tersebut dapat diakibatkan dari
berbagai aspek, seperti perbedaan pendapat ataupun visi. Adanya Marriage Counseling
merupakan salah satu usaha yang dapat menekan jumlah masalah pernikahan di
Indonesia, dengan tidak melupakan kesalahan-kesalahan yang perlu dihindari ketika
pelaksanaan Marriage Counseling, sehingga pelaksanaanya dapat benar-benar
berdampak konkrit.
DAFTAR ISI