Anda di halaman 1dari 15

PENYELESAIAN KONFLIK DALAM KELUARGA DENGAN

PSIKOLOGI KELUARGA
Makalah ini diajukan untuk tugas mata kuliah Psikologi Keluarga
Dosen Pengampuh:
Dr. Asriati, MA.

Disusun Oleh Kelompok 8 :

Abdul Basit : 201110052

Aji Firmansyah : 201110065

Lalu Haeril Umami : 201110050

Ahmad Muhayi Supardin : 201110048

Muhammad Syafiq Arkan : 201110049

Muhammad Irfan Zidni Fauzi : 201110051

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA
1444 H/ 2023 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puja dan puji syukur kepada Allah SWT, kami panjatkan atas
limpahan Rahmat, Hidayah serta Inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan karya ilmiah
berupa makalah yang singkat dan sederhana ini. Sholawat serta salam mudah-mudahan
tetap tercurah kepada junjungan kita yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kita kepada jalan yang lurus yang diridhoi oleh Allah SWT dengan
ajarannya agama Islam.

Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Asriati,
MA, Dosen Mata Kuliah Psikologi Keluarga dengan judul Penyelesaian Konflik Dalam
Keluarga Dengan Psikologi Keluarga, Fakultas Syariah Program Studi Al-Ahwal Al-
syakhsiyyah Universitas PTIQ Jakarta. Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dosen, yang selalu
kami harapkan keberkahannya dan semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini masih belum sempurna, untuk itu perlu masukan dari semua pihak
terutama Ibu Dr. Asriati, MA. dan teman-teman mahasiswa lainnya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penyusun sendiri umumnya para
pembaca makalah ini, apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini Penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima Kasih.

Jakarta Selatan, 25 Mei 2023

Kelompok Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i


DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................iii
A. Latar belakang ............................................................................................................iii
B. Rumusan masalah ......................................................................................................iv
C. Tujuan Masalah ..........................................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................1
A. Penyebab Konflik Dalam Keluarga ...........................................................................1
B. Perbedaan Konflik Keluarga dan Lingkungan ...........................................................3
a. Konflik Keluarga .................................................................................................3
b. Konflik Lingkungan .............................................................................................3
c. Perbedaan Keduanya ............................................................................................4
C. Penyelesaian Konflik Keluarga Dengan Psikologi Keluarga ....................................6
D. Contoh Kasus .............................................................................................................7
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................9
A. KESIMPULAN ..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konflik dalam keluarga adalah suatu fenomena yang tidak dapat dihindari
dalam interaksi manusia. Ketika individu dengan latar belakang, nilai-nilai, dan
harapan yang berbeda-beda berkumpul dalam satu unit keluarga, perbedaan pendapat
dan kepentingan sering kali muncul. Konflik dapat muncul dalam berbagai bentuk,
seperti perselisihan kecil sehari-hari hingga masalah serius yang mempengaruhi
kesejahteraan anggota keluarga. Psikologi keluarga merupakan suatu pendekatan yang
dapat membantu memahami dan mengatasi konflik keluarga secara efektif.
Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat yang memiliki peran penting
dalam membentuk individu dan menyediakan lingkungan yang sehat untuk
pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga. Namun, seperti halnya hubungan
manusia lainnya, konflik dalam keluarga merupakan hal yang tidak dapat dihindari.
Konflik dapat muncul dari perbedaan pendapat, kebutuhan yang tidak terpenuhi,
perbedaan nilai dan keyakinan, atau bahkan dari perubahan dalam dinamika keluarga
seperti pernikahan, perceraian, kelahiran, atau kematian. Konflik yang tidak ditangani
dengan baik dapat menyebabkan stres, ketegangan, dan ketidakharmonisan dalam
keluarga, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis
dan fisik anggota keluarga.
Psikologi keluarga merupakan bidang studi yang mengkaji hubungan dan
dinamika keluarga serta memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kehidupan keluarga. Psikologi keluarga memberikan kerangka kerja
dan strategi untuk memahami dan mengatasi konflik dalam keluarga dengan cara yang
efektif. Melalui pendekatan ini, anggota keluarga dapat belajar untuk berkomunikasi
secara efektif, mengelola emosi, memahami perbedaan, dan mengembangkan
keterampilan penyelesaian konflik yang sehat. Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
psikologi keluarga, keluarga dapat membangun hubungan yang harmonis,
mempromosikan kesejahteraan psikologis, dan mencapai perubahan yang positif.
Meskipun penyelesaian konflik dalam keluarga menjadi hal yang sangat
penting, tidak jarang keluarga menghadapi tantangan dalam menghadapi dan
menyelesaikan konflik secara efektif. Beberapa tantangan yang mungkin timbul

iii
termasuk kurangnya keterampilan komunikasi yang baik, kurangnya kesadaran akan
peran psikologi keluarga dalam penyelesaian konflik, ketidakmampuan untuk
mengelola emosi dengan baik, atau ketidakmampuan untuk melihat konflik sebagai
peluang untuk pertumbuhan dan perubahan. Oleh karena itu, penting untuk memahami
latar belakang masalah dan melihat bagaimana psikologi keluarga dapat berperan dalam
mengatasi tantangan tersebut.
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki peran psikologi keluarga dalam
penyelesaian konflik dalam keluarga. Dengan memperdalam pemahaman tentang
konflik keluarga dan bagaimana psikologi keluarga dapat digunakan sebagai alat untuk
mengatasi konflik tersebut, diharapkan makalah ini dapat memberikan
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang pentingnya penyelesaian konflik dalam keluarga dan peran psikologi
keluarga dalam mencapai tujuan tersebut. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah
untuk memberikan panduan dan saran kepada keluarga dalam mengatasi konflik yang
muncul dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Penyebab Konflik Dalam Keluarga?
2. Apa Perbedaan Konflik Keluarga dan Lingkungan ?
3. Bagaimana Penyelesaian Konflik Keluarga Dengan Psikologi Keluarga?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Penyebab Konflik Dalam Keluarga.
2. Untuk mengetahui Perbedaan Konflik Keluarga dan Lingkungan.
3. Untuk mengetahui Penyelesaian Konflik Keluarga Dengan Psikologi Keluarga.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyebab Konflik Dalam Keluarga


Keluarga adalah lingkungan sosial yang kompleks di mana hubungan antara
anggota keluarga sering kali tidak terhindarkan dari konflik. Konflik dalam keluarga
dapat merusak keseimbangan, kebahagiaan, dan stabilitas rumah tangga. Agar dapat
menyelesaikan konflik dengan efektif, penting untuk memahami penyebab-penyebab
yang mendasarinya. Dalam makalah kali ini, kita akan menjelajahi beberapa faktor
utama yang menyebabkan konflik dalam keluarga.
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan konflik dalam keluarga.
Beberapa penyebab umum meliputi:
1. Perbedaan Nilai dan Harapan
Salah satu penyebab utama konflik dalam keluarga adalah perbedaan nilai dan
harapan antara anggota keluarga. Setiap individu membawa latar belakang,
pengalaman, dan keyakinan yang berbeda ke dalam keluarga. Nilai-nilai yang
berbeda, seperti agama, budaya, atau pendidikan, dapat menciptakan konflik ketika
anggota keluarga memiliki harapan yang bertentangan atau menghadapi konflik
nilai yang fundamental. Misalnya, konflik dapat timbul jika salah satu anggota
keluarga menginginkan pendidikan yang lebih tradisional bagi anak-anak
sementara yang lain mendorong kebebasan dan eksplorasi.
2. Komunikasi yang Kurang Efektif
Komunikasi yang buruk atau kurang efektif merupakan faktor yang sering kali
menyebabkan konflik dalam keluarga. Ketika anggota keluarga tidak mampu
mengungkapkan perasaan, kebutuhan, atau harapan mereka secara jelas dan
terbuka, mungkin terjadi kesalahpahaman, ketidakpuasan, atau penumpukan emosi
negatif. Kurangnya komunikasi yang efektif juga dapat menyebabkan anggota
keluarga merasa diabaikan, tidak didengar, atau tidak dihargai. Hal ini dapat
memicu ketegangan dan konflik yang lebih besar dalam keluarga.
3. Perbedaan Peran dan Tanggung Jawab
Perbedaan dalam pemahaman dan pelaksanaan peran dan tanggung jawab dalam
keluarga juga dapat menjadi sumber konflik. Setiap anggota keluarga memiliki
peran dan tanggung jawab yang berbeda, seperti peran sebagai pasangan, orangtua,

1
atau saudara. Ketika anggota keluarga memiliki harapan atau persepsi yang
berbeda tentang bagaimana peran tersebut harus dilaksanakan, konflik dapat
muncul. Misalnya, konflik bisa terjadi jika salah satu pasangan merasa bahwa
tanggung jawab rumah tangga tidak dibagi secara adil atau jika ada perbedaan
pendapat tentang cara mendidik anak.
4. Ketidakseimbangan Kekuasaan
Ketidakseimbangan kekuasaan dalam keluarga juga dapat menyebabkan konflik.
Ketika ada anggota keluarga yang memiliki dominasi atau kontrol yang tidak
seimbang atas keputusan-keputusan penting atau sumber daya keluarga, hal ini
dapat menciptakan ketidakpuasan, ketidakadilan, dan rasa frustrasi.
5. Perbedaan Harapan dan Pengharapan
Perbedaan harapan dan pengharapan yang tidak terpenuhi juga dapat menyebabkan
konflik dalam keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki harapan dan keinginan
tertentu terkait dengan hubungan, pengasuhan anak, atau pencapaian individu.
Ketika harapan tersebut tidak terpenuhi, misalnya dalam hal karier, pendidikan,
atau perencanaan masa depan, dapat timbul ketidakpuasan, kekecewaan, atau
konflik antara anggota keluarga.
6. Masalah Keuangan
Permasalahan keuangan sering kali menjadi penyebab konflik dalam keluarga.
Ketidaksepakatan tentang pengelolaan uang, kebijakan belanja, atau prioritas
keuangan dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan antara pasangan atau
anggota keluarga lainnya. Ketika terjadi ketidakseimbangan dalam pemenuhan
kebutuhan keuangan atau kurangnya komunikasi terkait dengan keuangan, konflik
dapat timbul dan dapat berdampak serius pada hubungan dan stabilitas keluarga.
7. Kurangnya Kesadaran Diri dan Keterampilan Penyelesaian Konflik
Kurangnya kesadaran diri dan kurangnya keterampilan penyelesaian konflik juga
dapat menjadi penyebab konflik dalam keluarga. Beberapa anggota keluarga
mungkin tidak menyadari pola perilaku atau kecenderungan mereka yang dapat
memicu konflik. Selain itu, jika anggota keluarga tidak memiliki keterampilan
yang cukup untuk mengelola emosi, berkomunikasi dengan efektif, atau mencari
solusi yang adil, konflik akan lebih sulit untuk diatasi.
8. Tuntutan Eksternal
Tuntutan eksternal seperti pekerjaan yang menekan, stres, atau tekanan sosial juga
dapat berkontribusi pada konflik dalam keluarga. Ketika anggota keluarga
2
mengalami tekanan eksternal yang tinggi, mereka mungkin lebih rentan terhadap
konflik, ketegangan, atau emosi yang tidak terkendali. Hal ini dapat mengganggu
keseimbangan dan kualitas hubungan keluarga.

Konflik dalam keluarga adalah hal yang wajar dan dapat terjadi di mana saja.
Penting untuk memahami akar permasalahan yang mendasarinya agar konflik dapat
diatasi dengan efektif. Perbedaan nilai dan harapan, komunikasi yang kurang efektif,
perbedaan peran dan tanggung jawab, ketidakseimbangan kekuasaan, perbedaan
harapan dan pengharapan, masalah keuangan, kurangnya kesadaran diri, keterampilan
penyelesaian konflik, serta tuntutan eksternal, semuanya merupakan faktor yang dapat
menyebabkan konflik dalam keluarga.

B. Perbedaan Konflik Keluarga dan Lingkungan


a. Konflik Keluarga
Konflik dalam keluarga adalah konflik yang terjadi antara anggota keluarga,
termasuk antara pasangan, orangtua dan anak, atau saudara-saudara. Konflik dalam
keluarga sering kali berkaitan dengan hubungan intim dan dinamika interaksi antara
anggota keluarga. Beberapa penyebab konflik dalam keluarga termasuk perbedaan
nilai dan harapan, komunikasi yang buruk, perbedaan peran dan tanggung jawab,
serta masalah keuangan.
Dampak konflik dalam keluarga dapat meliputi keretakan hubungan, kurangnya
kepuasan dan kebahagiaan, perpecahan keluarga, dan dampak negatif pada
kesejahteraan fisik dan mental anggota keluarga. Konflik dalam keluarga juga dapat
berdampak pada perkembangan dan kesejahteraan anak-anak yang ada di
dalamnya.
Strategi penyelesaian konflik dalam keluarga meliputi komunikasi yang efektif,
pemahaman saling, mencari titik temu dalam perbedaan, manajemen emosi, dan
jika diperlukan, mencari bantuan profesional seperti konselor keluarga.
Penyelesaian konflik dalam keluarga membutuhkan kesadaran, komitmen, dan
kerja sama dari semua anggota keluarga yang terlibat.
b. Konflik Lingkungan
Konflik dalam lingkungan merujuk pada konflik yang terjadi antara individu
atau kelompok dalam konteks sosial yang lebih luas, seperti di tempat kerja,
komunitas, atau masyarakat. Konflik dalam lingkungan dapat berkaitan dengan
3
perselisihan kepentingan, perbedaan pendapat, persaingan, atau masalah sumber
daya.
Dampak konflik dalam lingkungan dapat mencakup gangguan hubungan
antarindividu, polarisasi kelompok, penurunan produktivitas, ketegangan sosial,
atau bahkan konflik berskala besar seperti konflik politik atau etnis yang dapat
berujung pada kekerasan.
Penyelesaian konflik dalam lingkungan melibatkan negosiasi, mediasi, atau
arbitrase. Hal ini melibatkan identifikasi masalah, pembentukan solusi yang adil
dan saling menguntungkan, serta menciptakan mekanisme penyelesaian sengketa
yang efektif. Selain itu, penting untuk membangun pemahaman, toleransi, dan
kerjasama antara individu dan kelompok yang terlibat dalam konflik. Proses
penyelesaian konflik dalam lingkungan juga dapat melibatkan penerapan kebijakan
atau regulasi yang mengatur hubungan antarindividu atau kelompok.
c. Perbedaan Keduanya
Konflik keluarga dan konflik dalam lingkungan sosial memiliki karakteristik
yang berbeda. Berikut adalah beberapa perbedaan antara keduanya:
1. Intensitas dan Durasi
Konflik dalam keluarga cenderung lebih intens dan berlangsung dalam jangka
waktu yang lebih lama daripada konflik di lingkungan sosial. Konflik keluarga
melibatkan ikatan emosional yang kuat antara anggota keluarga, sehingga
dapat berdampak jangka panjang jika tidak diselesaikan dengan baik.
2. Keterlibatan Emosional
Konflik dalam keluarga umumnya lebih terkait dengan keterlibatan emosional
yang mendalam. Anggota keluarga sering kali memiliki ikatan emosional yang
erat, sehingga konflik dapat memicu perasaan sakit hati, cemas, atau
kekecewaan yang lebih dalam daripada konflik di lingkungan sosial.
3. Sifat Privat
Konflik dalam keluarga umumnya bersifat lebih privat dan terjadi di dalam
ruang privasi keluarga. Sementara itu, konflik di lingkungan sosial cenderung
lebih terlihat oleh orang-orang di sekitar dan dapat mempengaruhi hubungan
antara individu dengan orang lain di luar keluarga.
4. Tingkat Keterikatan
Konflik keluarga melibatkan anggota keluarga yang memiliki hubungan darah
atau ikatan keluarga yang kuat. Dalam konflik keluarga, hubungan tersebut
4
dapat memberikan tekanan dan dampak psikologis yang lebih besar
dibandingkan dengan konflik di lingkungan sosial. Konflik keluarga sering
kali melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena keluarga adalah
lingkungan utama di mana individu tumbuh dan berkembang.

Meskipun konflik dalam keluarga dan konflik dalam lingkungan terrbagi


beberapa karakteristik umum, ada perbedaan penting yang membedakan keduanya.
1. Ruang Lingkup
Konflik dalam keluarga terjadi di dalam lingkungan keluarga yang lebih
terbatas, melibatkan anggota keluarga yang memiliki hubungan intim dan erat
satu sama lain. Sementara itu, konflik dalam lingkungan terjadi dalam
lingkungan sosial yang lebih luas, melibatkan individu atau kelompok yang
mungkin memiliki hubungan yang lebih permukaan atau bersifat profesional.
2. Faktor Pemicu
Konflik dalam keluarga sering kali dipicu oleh dinamika interpersonal,
perbedaan nilai, komunikasi yang buruk, atau masalah yang spesifik dalam
keluarga itu sendiri. Di sisi lain, konflik dalam lingkungan dapat dipicu oleh
perbedaan kepentingan, persaingan, masalah sumber daya, atau faktor-faktor
eksternal seperti politik atau lingkungan.
3. Dampak
Konflik dalam keluarga memiliki dampak yang lebih intim dan pribadi, karena
melibatkan hubungan antara anggota keluarga yang saling bergantung satu
sama lain. Dampaknya dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan
mempengaruhi stabilitas keluarga secara keseluruhan. Sementara itu, konflik
dalam lingkungan dapat memiliki dampak yang lebih luas dan melibatkan
lebih banyak orang, terutama jika melibatkan kelompok atau komunitas yang
lebih besar.
4. Penyelesaian
Meskipun strategi penyelesaian konflik dalam keluarga dan konflik dalam
lingkungan dapat memiliki persamaan, seperti komunikasi yang efektif dan
mencari solusi bersama, penyelesaian konflik dalam lingkungan seringkali
melibatkan proses yang lebih formal, seperti mediasi atau arbitrase. Di sisi
lain, penyelesaian konflik dalam keluarga seringkali melibatkan kerjasama dan
komitmen antara anggota keluarga yang terlibat.

5
C. Penyelesaian Konflik dalam Keluarga dengan Psikologi Keluarga
Psikologi keluarga menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk
memahami dan mengatasi konflik dalam keluarga. Berikut adalah beberapa strategi
yang dapat digunakan untuk penyelesaian konflik dalam keluarga:
1. Komunikasi Efektif
Komunikasi yang baik dan terbuka merupakan kunci dalam penyelesaian konflik
keluarga. Penting bagi anggota keluarga untuk belajar mendengarkan dengan
empati, berbicara dengan jujur, dan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan
mereka dengan cara yang konstruktif.
2. Pemahaman dan Empati
Mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang perspektif dan pengalaman
anggota keluarga lainnya dapat membantu mengurangi konflik.
Mempertimbangkan sudut pandang orang lain dengan empati dapat membantu
menciptakan rasa saling pengertian dan kebersamaan.
3. Kompromi dan Negosiasi
Penting untuk belajar mengidentifikasi kepentingan bersama dan mencari solusi
yang memuaskan bagi semua pihak. Melalui kompromi dan negosiasi yang adil,
keluarga dapat menemukan kesepakatan yang menguntungkan semua anggota
keluarga.
4. Manajemen Emosi
Konflik dalam keluarga sering kali melibatkan emosi yang kuat. Mengelola emosi
dengan baik, seperti mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
mengontrol kemarahan, dan menghindari perilaku yang merusak, dapat membantu
mengatasi konflik dengan lebih efektif.
5. Konseling Keluarga
Jika konflik dalam keluarga terus berlanjut dan sulit untuk diatasi, meminta
bantuan profesional dalam bentuk konseling keluarga bisa menjadi pilihan yang
baik. Konselor keluarga dapat membantu anggota keluarga dalam
mengidentifikasi masalah inti, memperbaiki komunikasi, dan membangun
hubungan yang lebih sehat.

6
D. Contoh Kasus
Kasus berikut ini adalah contoh yang menggambarkan konflik dalam keluarga
dan bagaimana penyelesaiannya menggunakan pendekatan psikologi keluarga:
Keluarga Smith terdiri dari pasangan suami istri, John dan Lisa, serta dua anak
mereka, Emma dan Ethan. John adalah tipe yang bekerja keras dan memprioritaskan
karier, sementara Lisa adalah ibu rumah tangga yang berfokus pada pengasuhan anak.
Konflik mulai muncul ketika Lisa merasa diabaikan dan tidak mendapatkan dukungan
emosional dari John. Dia merasa bahwa peran dan kontribusinya sebagai ibu dan istri
tidak dihargai. Lisa mulai merasa cemas dan stres, yang mengakibatkan ketegangan
dalam hubungan keluarga.
Dalam hal ini, pendekatan psikologi keluarga dapat membantu keluarga Smith
mengatasi konflik mereka. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:
1. Meningkatkan Komunikasi
John dan Lisa perlu membangun komunikasi yang lebih baik dan terbuka. Mereka
dapat mengadakan waktu khusus untuk berbicara satu sama lain tanpa gangguan.
Selama percakapan, mereka harus saling mendengarkan dengan empati dan
berbicara secara jujur tentang perasaan dan kebutuhan mereka.
2. Mencari Pemahaman
John dan Lisa harus berusaha memahami perspektif dan pengalaman masing-
masing. Dengan saling mengerti, mereka dapat menghindari kesalahpahaman dan
menemukan cara untuk saling mendukung.
3. Menetapkan Prioritas Bersama
Pasangan tersebut perlu mencari titik temu dalam hal prioritas dan peran di dalam
keluarga. Mereka dapat menyusun rencana yang memungkinkan mereka berdua
merasa dihargai dan terlibat secara seimbang dalam tugas-tugas rumah tangga serta
pengasuhan anak.
4. Mengelola Emosi
John dan Lisa perlu belajar mengelola emosi mereka dengan baik. Mereka dapat
mencari metode penyelesaian konflik yang konstruktif, seperti mengekspresikan
perasaan mereka secara positif dan menghindari mengucapkan kata-kata yang
menyakitkan. Jika diperlukan, mereka juga bisa memanfaatkan teknik relaksasi
atau meditasi untuk meredakan stres dan ketegangan.
5. Menggunakan Sumber Daya Luar

7
Jika upaya penyelesaian konflik secara mandiri tidak berhasil, keluarga Smith
dapat mencari bantuan profesional dalam bentuk konseling keluarga. Konselor
keluarga dapat membantu mereka menggali lebih dalam masalah yang mendasari
konflik, membantu memperbaiki pola komunikasi, dan memberikan strategi
penyelesaian yang lebih efektif.

Melalui pendekatan psikologi keluarga ini, John dan Lisa dapat memahami satu
sama lain, memperbaiki komunikasi, dan bekerja sama untuk menyelesaikan konflik
yang ada. Dengan penanganan yang tepat, mereka dapat membangun hubungan yang
lebih sehat dan harmonis dalam keluarga.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyelesaian konflik dalam keluarga dengan pendekatan psikologi keluarga
melibatkan komunikasi yang efektif, saling memahami, manajemen emosi, dan bantuan
profesional jika diperlukan. Dalam studi kasus keluarga Smith, John dan Lisa berhasil
mengatasi konflik mereka melalui upaya bersama, komunikasi yang lebih baik, dan
dukungan dari konselor keluarga.
Setiap keluarga memiliki dinamika dan tantangan unik, dan penyelesaian
konflik dapat bervariasi. Dengan memahami dinamika keluarga dan menerapkan
prinsip-prinsip psikologi, konflik dapat diatasi dengan cara yang konstruktif dan
memperkuat hubungan antaranggota keluarga. Namun, dengan kesadaran, komitmen,
dan upaya yang konsisten, konflik dalam keluarga dapat diatasi dan hubungan keluarga
dapat berkembang menjadi lebih sehat dan harmonis.
Psikologi keluarga memberikan wawasan tentang faktor penyebab konflik
dalam keluarga, seperti perbedaan nilai, komunikasi yang buruk, dan peran yang tidak
jelas. Dengan pemahaman yang mendalam tentang dinamika ini, keluarga dapat
mengidentifikasi akar masalah dan merumuskan strategi penyelesaian yang efektif.
Pentingnya komunikasi yang efektif dalam keluarga adalah hal yang di
tekankan Psikologi keluarga. Dalam mengatasi konflik, anggota keluarga perlu belajar
mendengarkan dengan empati, mengungkapkan perasaan dengan jelas, dan mencari
titik temu dalam perbedaan pendapat. Komunikasi yang baik memungkinkan setiap
anggota keluarga merasa didengar dan dihargai.
Penyelesaian konflik dalam keluarga dengan psikologi keluarga membutuhkan
komitmen dan kerjasama dari semua anggota keluarga yang terlibat. Semua pihak harus
bersedia bekerja sama, menghargai perspektif masing-masing, dan berkomitmen untuk
merencanakan tindakan yang mempromosikan kesejahteraan dan keharmonisan
keluarga.
Penting untuk diingat bahwa penyelesaian konflik adalah proses yang
berkelanjutan dan perlu dijaga dengan baik. Dengan adanya komunikasi yang terbuka,
saling pengertian, dan upaya yang berkelanjutan, keluarga dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung, penuh kasih, dan harmonis bagi semua anggota keluarga.

9
DAFTAR PUSAKA

Ginting, A. M. Psikologi Keluarga: Dinamika Keluarga dalam Upaya Mewujudkan


Kesejahteraan Keluarga. (Jakarta: Penerbit Refika Aditama.2009)
Maryati, S. (2014). Dinamika Konflik dalam Keluarga dan Upaya Penyelesaiannya. Jurnal
Harmoni Sosial, 5(1), 42-54.
Rachmawati, A. D. (2012). Penyelesaian Konflik dalam Keluarga dengan Pendekatan
Psikologi Keluarga. Jurnal Penelitian Humaniora, 17(1), 1-15.
Setiawan, M. A., & Hidayat, R. (2017). Peran Komunikasi dalam Penyelesaian Konflik dalam
Keluarga. Jurnal Ilmu Komunikasi, 15(1), 35-46.
Soetjiningsih, H. Psikologi perkembangan anak dan remaja. (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
2013)
Suryani, A. (2011). Konflik dalam Keluarga: Pengertian, Jenis, dan Penyelesaiannya. Jurnal
Ners dan Kebidanan Indonesia, 4(1), 15-20.
Yusuf, A. M., & Sudrajat, M. (2018). Penyelesaian Konflik dalam Keluarga dengan
Pendekatan Psikologi Keluarga. Jurnal Bina Praja: Journal of Home
Affairs Governance, 10(1), 1-12.

10

Anda mungkin juga menyukai