PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen : Barnas
Disusun oleh:
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada alloh swt, karena telah
melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan dan terima kassih juga kepada
dosen mata kuliah “ PSIKOLOGI SOSIAL ” yang telah membimbing kami sehingga makalah
yang berjudul “ ATRIBUSI SOSIAL “ dapat selesai.
Terima kasih juga kepada teman-teman yang teelah berkontribusi dengan memberikan
idee-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan rapih dan baik.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan, wawasan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahmi bhwwa makalah ini msih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yng bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDHULUAN
Kajian tentang atribusi telah banyak dilakukan oleh para ahli. Mereka mengatakan setiap
individu pada dasarnya berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan
dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan
masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata lain seseorang
itu selalu berusaha untuk mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara-cara tertentu.
Misalkan kita melihat ada seseorang melakukan pencurian. Sebagai manusia, kita ingin
mengetahui penyebab kenapa dia sampai berbuat demikian. Terdapat dua fokus perhatian dalam
mencari penyebab suatu kejadian yakni sesuatu di dalam diri atau sesuatu di luar diri.
Apakah orang tersebut melakukan pencurian karena sifat dirinya yang memang suka
mencuri, ataukah karena faktor di luar dirinya, dia mencuri karena dipaksa situasi, misalnya
karena dia harus punya uang untuk membiayai pengobatan anaknya yang sakit keras. Bila kita
(individu) melihat/menyimpulkan bahwa seseorang itu melakukan suatu tindakan karena sifat-
sifat kepribadiannya (suka mencuri) maka kita (individu) tersebut melakukan atribusi internal
(internal attribution). Tetapi jika kita (individu) melihat atau menyimpulkan bahwa tindakan
yang dilakukan oleh seseorang dikarenakan oleh tekanan situasi tertentu (misalnya mencuri
untuk beli obat) maka kita melakukan atribusi eksternal (external attribution).
Beragam teori dan pendapat dari tokoh psikologi yang mengamati kondisi jiwa manusia
terhadap respon yang diterima dan diamati kemudian tersimpulkan pada sebuah aksi dan
diwujudkan dalam proses belajar. Salah satu teori yang digunakan dalam proses belajar adalah
teori atribusi yang diharapkan dapat menjelaskan penyebab dari suatu kejadian. Memahami
sebuah kondisi emosional atau kejiwaan seseorang dapat bermanfaat dalam beberapa hal. Akan
tetapi hal ini hanya langkah pertama dalam pembahasan psikologi.
Biasanya kita ingin memahami hal tersebut lebih jauh agar dapat mengetahui sifat-sifat
individu yang bersifat tetap dan mengetahui penyebab di balik perilaku mereka. Dengan kata
lain, kita hanya sekedar ingin mengetahui bagaimana seseorang berbuat, namun lebih jauh lagi
kita ingin mengetahui mengapa mereka berbuat demikian. Penyebab dari suatu kejadian proses
dimana kita mencari informasi ini disebut dengan atribusi (attribution). Karena atribusi adalah
proses yang kompleks, sederetan teori telah lahir demi menjelaskan berbagai proses lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian atribusi sosial?
2. Bagaimana teori-teori atribusi sosial dalam kehidupan?
3. Bagaimana aplikasi teori atribusi dalam kehidupan sosial?
4. Apa bias dalam atribusi sosial?
5. Apa macam atribusi sosial?
6. Apa kesalahan atribusi sosial?
3. Teori atribusi internal dan eksternal dari Kelly (1972; Kelly & Michela, 1980)
Menurut teori ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menetapkan apakah perilaku
beratribusi internal atau eksternal, yaitu:
Konsensus. Consensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau
peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu perilaku
cenderung dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama. Makin banyak yang
melakukannya, makin tinggi consensus, dan sebaliknya.
Konsistensi. Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau
peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung
melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama. Kalau “ya”,
konsistensinya tinggi, kalau “tidak”, konsistensinya rendah
Distingsi atau kekhususan. Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap
berbagai stimulus atau peristiwa yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan
cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang berbeda-beda. Bila
seseorang memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus yang berbeda-beda, maka dapat
dikatakan orang yang bersangkutan memiliki distingsi yang rendah
2. Bias Self-Serving
Ada kecenderungan umum pada setiap orang untuk menghindari celaan karena
kesalahannya. Sayangnya cara yang dipilih untuk menghindari keadaan itu sering tidak tepat,
yaitu dengan menimpakan pada situasi di luar dirinya. Seorang yang gagal menjadi juara sering
menimpakan kesalahan pada panitia atau arena. Sedangkan bila mendapat keberhasilan dia lebih
menekankan bahwa hal itu adalah karena kemampuannya.
6. Bias Egosentris
Sering dijumpai pula bahwa orang menilai dengan menggunakan dirinya sebagai
referensi, atau beranggapan bahwa orang pada umumnya akan berbuat seperti dirinya. Apabila
standar diri ini diterapkan dalam memberi atribusi, maka bias sulit untuk dihindarkan.[8]
2. Atribusi Eksternal
Jika perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di luar diri orang
yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat
saja karena ada masalah dengan lingkungannya, orang tuanya bercerai, hubungan yang jelek
dengan orang tua, ditekan oleh teman-teman, ataupun gurunya yang tidak menarik.[9]
A. KESIMPULAN
Atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku
tertentu. Menurut Myers (1996), kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh
kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik
perilaku orang lain. Attribution theory (teori sifat) merupakan posisi tanpa perlu disadari pada
saat melakukan sesuatu menyebabkan orang-orang yang sedang menjalani sejumlah tes bisa
memastikan apakah perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan orang lain dapat
merefleksikan sifat-sifat karakteristik yang tersembunyi dalam dirinya, atau hanya berupa reaksi-
reaksi yang dipaksakan terhadap situasi tertentu.
Teori-teori atribusi diantaranya:
1. Teori Correspondent Inference (penyimpulan terkait)
2. Teori sumber perhatian dalam kesadaran (conscious resources)
Aplikasi teori atribusi meliputi:
1. Atribusi dan Depresi
2. Atribusi dan Prasangka
Bias atribusi diantaranya:
1. Bias Fundamental Attribution
2. Bias Self-Serving
3. Efek Pelaku – Pengamat
4. Bias Egosentris
Atribusi terbagi menjadi dua macam antara lain:
1. Atribusi Internal
2. Atribusi Eksternal
Kesalahan dalam atribusi yaitu:
1. Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental error)
2. Efek pelaku pengamat
3. Pengutamaan diri sendiri (self-serving biss).
DAFTAR PUSTAKA