Anda di halaman 1dari 54

MATERI KAJIAN

RUTIN
MINGGUAN
JILID 1

1
PERTEMUAN 1
DARIMANA KITA BERASAL
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Tiga pertanyaan  Bagi kita yang telah memiliki akal yang sempurna, pertanyaan awal
mendasar dan mendasar yang penting kita ajukan dan penting diperoleh
jawabannya adalah:
o Darimana kita berasal
o Untuk apa kita hidup di dunia
o Akan kemana kita setelah kita meninggal dunia
 Jawaban yang benar dan memuaskan terhadap 3 pertanyaan
tersebut akan menjadi landasan, panduan dan tujuan yang jelas
bagi kita untuk melangkah dalam kehidupan ini
2 Darimana manusia  Jawaban seorang muslim biasanya: Dari Allah
berasal?  Kenapa kita beriman kepada Allah?
 Jawaban kita biasanya karena:
1. Orang tua kita muslim
2. Ajaran orang tua atau guru kita
3. Dinyatakan oleh Al Quran
 Lantas bagaimana dengan orang-orang kafir yang orang
tua/gurunya juga sama-sama kafir & tidak percaya kepada al
Quran? Bagaimana caranya mereka bisa beriman kepada Allah?
 Jika ada orang beriman karena
melihat/mendengar/merasakan/mengalami keajaiban, bagaimana
dengan orang lain yang tidak
melihat/mendengar/merasakan/mengalami keajaiban tersebut?
 Oleh karena itu, agar adil, beriman kepada Allah harus
menggunakan standar umum yang dimiliki oleh manusia
(muslim/non muslim) yaitu AKAL
3 Darimana kita 1. Ada dengan sendirinya?
berasal? 2. Berasal dari evolusi kera?
3. Ada yang menciptakan?
4 Ada dengan  Tidak mungkin. Mengapa?
sendirinya?  Karena setiap benda yang ada di sekeliling kita, pasti ada yang
membuatnya
 Kita bisa menyaksikan, setiap bayi manusia pasti dilahirkan oleh
seorang ibu manusia. Sang bayi tidak akan bisa apa-apa bahkan bisa
meninggal dunia jika tidak ada yang merawat atau memberikannya
makanan/minuman
 Pertanyannya kemudian, apakah manusia pertama ada yang
melahirkan atau ada dengan sendirinya?
5 Sebagian orang  Teori ini keliru, karena:
menyatakan, 1. Tidak ada bukti penemuan fosil-fosil makhluk separuh manusia
manusia berasal dan separuh kera
dari evolusi kera. 2. Fosil tengkorak dari satu ras berbeda dengan fosil tengkorak dari
Benarkah? ras yang lain
3. Pada penggalian sebuah gua di Spanyol ditemukan fosil seorang
anak yang hidup 800 ribu tahun yang lalu. Wajah anak ini
memiliki bentuk serupa dengan anak-anak masa kini
4. Teori evolusi tidak dapat menjawab pertanyaan, “Mengapa
suatu saat kera berkaki empat memutuskan untuk berjalan
hanya dengan dua kaki?” Makhluk hidup akan menghabiskan
energi 2x lebih banyak jika mereka mencoba berjalan berbeda
dari postur alamiahnya
5. Kera tidak mempunyai akal, sementara manusia memiliki akal
6. Evolusi menolak adanya pencipta
 Kesimpulannya, manusia pasti ada yang menciptakan dalam
bentuk yang sempurna dan bukan berasal dari evolusi kera

2
6 Lantas bagaimana  Kalau boneka katak pasti ada yang membuat, maka seekor katak
cara mudah pun pasti ada yang menciptakan
membuktikan  Kalau gedung tinggi pasti ada yang membuat, maka gunung yang
keberadaan menjulang tinggi pun pasti ada yang membuat
Pencipta?  Kalau rumah yang kita tinggali pasti ada yang membuat, maka bumi
yang kita tinggali pun pasti ada yang membuat
 Kesimpulannya: matahari, bulan, planet-planet, gunung-gunung,
lautan, dsb meniscayakan adanya Pencipta
7 Pencipta juga Terbit dan tenggelamnya matahari, adanya siang dan malam, siklus air
Pengatur di bumi (air laut dipanaskan matahari, naik ke langit menjadi awan,
digiring angin ke daratan, turun hujan, mengalir lagi ke laut melalui
sungai), sistem sirkulasi darah dalam tubuh kita (komponen dasar:
jantung, pembuluh darah, darah), sinyal lapar dan haus, rasa sakit dsb
menunjukkan adanya Pencipta dan Pengatur
8 Kemungkinan awal 1. Diciptakan yang lain
adanya Pencipta 2. Menciptakan dirinya sendiri
3. Azali (tidak berawal, tidak berakhir, tidak mempunyai keterbatasan
dan tidak membutuhkan yang lain) & wajibul wujud (wajib adanya)
9 Pencipta,  Ini kemungkinan yang batil (tidak dapat diterima oleh akal)
diciptakan yang  Sebab, jika ia diciptakan oleh yang lain maka ia adalah makhluk dan
lain? bersifat terbatas, yaitu membutuhkan yang lain untuk
mengadakannya
10 Pencipta,  Ini pun kemungkinan yang batil
menciptakan  Sebab, dengan demikian ia akan menjadi makhluk dan Khaliq pada
dirinya sendiri? saat yang bersamaan. Jelas ini tidak dapat diterima oleh akal
11 Pencipta, azali &  Pencipta harus bersifat azali
wajibul wujud?  Jika Dia bersifat tidak azali, tentu Dia membutuhkan yang lain. Bila
demikian, berarti Dia makhluk (bukan pencipta)
 Inilah kemungkinan yang shahih (benar) bahwa Pencipta bersifat
azali dan wajibul wujud
12 Apakah Pencipta  Kalau Pencipta sama dengan makhluk maka pencipta itu lemah dan
sama dengan terbatas
makhluk?  Pencipta yang bisa terindra, Pencipta yang zatnya sama dengan
makhluk, Pencipta yang membutuhkan kepada yang lain, maka
Pencipta ini pasti lemah dan terbatas
 Jadi, Pencipta tidak boleh sama dengan makhluk
13 Apakah Pencipta  Pencipta itu harus esa, tidak boleh berbilang
boleh lebih dari  Kalau berbilang, akan ada perselisihan
satu?  Keluarga/kelompok/masyarakat/negara yang dipimpin oleh 2 atau
lebih pemimpin akan mengalami perselisihan/perpecahan. Lantas
bagaimana jika di dunia ini dunia ada tuhan lebih dari satu?
14 Apa  Sifat-sifat Pencipta yang kita cari:
kesimpulannya?  Pencipta itu wajib adanya
 Jumlahnya hanya satu
 Dzat-Nya berbeda dengan makhluk
 Untuk semua manusia, bukan Pencipta yang khusus untuk kaum
(etnis) tertentu saja (Yahudi)
 Tidak bergantung kepada apapun
 Pemilik kekuasaan dan kedaulatan tertinggi
 Hanya dengan konsep ketuhanan saja, konsep yang ditawarkan oleh
agama Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dsb tertolak
 Dan ternyata, konsep ketuhanan yang ditawarkan oleh Islam adalah
yang paling sesuai dengan apa yang kita cari/simpulkan diatas
15 Kesesuaian sifat ُ‫﴾ َوﻟَ ْﻢ ﯾَﻜُﻦ ﻟﱠﮫ‬٣﴿ ‫﴾ ﻟَ ْﻢ ﯾَﻠِ ْﺪ َوﻟَ ْﻢ ﯾُﻮﻟَ ْﺪ‬٢﴿ ‫ﺼ َﻤ ُﺪ‬ ‫﴾ ﱠ‬١﴿ ‫ﷲُ أَ َﺣ ٌﺪ‬
‫ﷲُ اﻟ ﱠ‬ ‫ﻗُﻞْ ھُﻮَ ﱠ‬
Pencipta dengan
Quran surat Al- ﴾٤﴿ ‫ُﻛﻔُﻮًا أَ َﺣ ٌﺪ‬
Ikhlas ayat 1-4 Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tiada
pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"

3
16 Kesesuaian sifat ‫ﻟ َۡﻮ ﻛَﺎنَ ﻓِﯿ ِﮩ َﻤﺎٓ ءَاﻟِﮭَﺔٌ إ ﱠِﻻ ٱ ﱠ ُ ﻟَﻔَ َﺴ َﺪﺗَﺎ‬
Pencipta dengan “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
Quran surat Al- keduanya itu telah rusak binasa.“ (TQS Al Anbiya, 21:22)
Anbiya ayat 22
17 Perintah berpikir  Akidah Islam dibangun dengan landasan akal
pada Al Quran  Cara pembuktian adanya pencipta diatas, sejalan dengan ayat-ayat
Al Quran yang memerintahkan manusia untuk melakukan renungan
mengenai kejadian manusia, alam dan kehidupan
 Al Quran mengajak manusia untuk mengamati segala apa yang ada
di sekelilingnya untuk membuktikan adanya Allah SWT, Pencipta
Yang Maha Pengatur
18 Penciptaan manusia  Allah SWT berfirman:
َ‫اﻹ ْﻧ َﺳﺎنُ ِﻣ ﱠم ُﺧﻠِق‬
ِ ْ ِ‫َﻓ ْﻠ َﯾ ْﻧظُر‬
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan?” (QS. At-Thariq, 86:5
 Keajaiban sel telur dan sperma
o Untuk mencapai pembuahan, dua unsur penting yang harus
ada adalah sel telur dan sperma
o Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita.
Setiap bulan wanita akan melepaskan satu sel telur yang sudah
matang dari salah satu ovarium yang dimiliki wanita. Proses ini
disebut ovulasi. Setelah sel telur dilepaskan, sel telur akan
melewati tuba falopi (saluran yang menghubungkan ovarium
dengan rahim) yang memiliki panjang sekitar 10 cm menuju
rahim Anda
o Sel telur ini rata-rata dapat bertahan hidup sampai 24 jam
semenjak dilepaskan. Sehingga, pada waktu ini, sel sperma
harus membuahi sel telur agar terjadi konsepsi atau
kehamilan. Jika tidak ada sperma yang membuahi sel telur,
maka sel telur akan hancur dan terjadilah menstruasi
o Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel telur setiap
bulan, pria dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma
o Rata-rata pria menghasilkan kira-kira 525 miliar sel sperma
selama seumur hidup dan mengeluarkannya setidaknya satu
miliar per bulan.
o Seorang pria dewasa yang sehat dapat melepaskan antara 40
juta sampai 1,3 miliar sel sperma dalam sekali pancaran
o Namun, walaupun pria mampu melepaskan sebanyak 40 juta
sampai 1,3 miliar sel sperma dalam sekali pancaran, hanya satu
sperma yang mampu mencapai sel telur wanita
 Belum pernah ada 1 laboratorium yang berhasil memproduksi
sperma ataupun sel telur
 Rahim adalah tempat pengembangan janin satu-satunya setelah
sebelumnya terjadi pembuahan antara sel telur oleh sperma
19 Beragamnya bahasa  Allah SWT berfirman:
dan warna kulit ‫ض َواﺧْ ﺗ َِﻼفُ أَﻟْﺳِ َﻧ ِﺗ ُﻛ ْم‬ ِ ْ‫ت َو ْاﻷَر‬ ِ ‫َﺎوا‬
َ ‫َوﻣِنْ آﯾَﺎ ِﺗ ِﮫ ﺧَ ﻠْقُ اﻟ ﱠﺳﻣ‬
َ‫ت ﻟِ ْﻠ َﻌﺎﻟِﻣِﯾن‬
ٍ ‫ك َﻵﯾَﺎ‬
َ ِ‫َوأَﻟ َْوا ِﻧ ُﻛ ْم ۚ إِنﱠ ﻓِﻲ َٰذﻟ‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Ar-Rum, 30:22)
 Anda pasti pernah berpikir mengapa setiap orang memiliki warna
kulit yang berbeda-beda?
 Ada orang yang memiliki kulit putih, kulit hitam, kulit kuning, kulit
merah, maupun kulit sawo matang, seperti kebanyakan orang di
Indonesia.
 Semua warna kulit tersebut ternyata disebabkan oleh adanya
pigmen melanin yang terkandung dalam tubuh manusia. Pigmen
melanin berfungsi melindungi sel-sel kulit agar tidak rusak terkena
4
paparan sinar ultraviolet matahari. Semakin banyak kandungan
pigmen melanin dalam tubuh seseorang, maka warna kulitnya akan
semakin hitam. Sebaliknya, semakin sedikit kandungan pigmen
melanin dalam tubuh seseorang, maka warna kulitnya akan semakin
putih.
 Anak-anak yang nenek moyangnya berasal dari daerah sekitar
khatulistiwa, yang banyak memperoleh sinar matahari, terlahir
dengan lebih banyak pigmen melanin dalam tubuhnya, sehingga
kulitnya akan berwarna lebih gelap.
 Sementara itu, anak-anak yang nenek moyangnya berasal dari
daerah sub tropis atau kutub, yang lebih sedikit memperoleh sinar
matahari, terlahir dengan lebih sedikit pigmen melanin dalam
tubuhnya, sehingga kulitnya akan berwarna lebih terang.
 Jadi, anda sudah tahu kan mengapa setiap orang memiliki warna
kulit yang berbeda-beda?
 Manusia yang tinggal di daerah khatulistiwa/ekuator akan
mempunyai warna kulit yang gelap. Misalnya orang-orang di daerah
Afrika dan Papua.
 Lho tapi kok orang Australia putih-putih? Ya karena mereka bukan
penduduk asli, mereka baru beberapa ratus tahun pindah dari Eropa
ke Australia. Yang sudah beribu tahun hidup disana adalah suku
Aborigin.
 Setelah melihat pola pigmentasi kulit manusia di seluruh dunia,
dapat disimpulkan bahwa seseorang berkulit gelap di daerah tropis
yang memiliki radiasi UV tinggi, bila bermigrasi ke utara ke daerah
dingin yang memiliki radiasi UV rendah, kulit mereka akan berubah
dari gelap hitam menjadi terang putih pada keturunannya setelah
20.000 tahun menetap secara turun temurun disana.
 Jadi sesungguhnya, semua manusia modern itu dibalik kulitnya yang
berwarna-warni adalah sama. DNA kita menunjukkan bahwa kita
berasal dari kelompok gen yang sama. Jika kita melihat DNA sendiri,
kita semua, orang Australia, Indonesia, Asia, Afrika dan Eropa,
ditemukan mitokondria (mtDNA) yang sama dalam diri kita semua.
 Sangatlah jelas bahwa untuk membuat manusia menjadi berbeda-
beda warna kulitnya, ternyata Sang Pencipta dengan mudahnya
memerintahkan bintang dan matahari untuk mengeluarkan sinar
ultravioletnya dengan intensitas yang berbeda-beda pada setiap
daerah, sesuai dengan posisi bujur dan lintangnya.
20 Penciptaan Unta  Allah SWT berfirman:
ْ‫اﻹﺑِلِ َﻛﯾْفَ ُﺧﻠِﻘَت‬
ِ ْ ‫ظرُونَ إِﻟَﻰ‬
ُ ‫أَﻓ ََﻼ َﯾ ْﻧ‬
”Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan.”
(QS. Al-Ghasyiyah, 88:17)
 Gurun pasir memiliki cuaca yang panas dengan suhu 50 derajat
celcius
 Di gurun pasir terdapat badai pasir yang bisa menelan apa saja yang
dilaluinya dan sangat mengganggu pernafasan
 Di gurun pasir pun terdapat makanan dan air dalam jumlah sedikit
 Unta mampu berjalan sejauh 50 mil (sekitar 80 km, jarak Sumedang
- Subang) sehari, dengan kondisi bertahan tanpa makan dan minum
selama 5 hari. Itu artinya dia mampu menempuh 250 mil (sekitar
400 km) tanpa bekal makan dan minum. Dan jarak itu sama dengan
jarak antara Mekah dan Madinah atau jarak antara Sumedang dan
Yogyakarta.
 Unta mampu meminum air sebanyak 1/3 berat badannya dalam
waktu sepuluh menit. Ini berarti 130-200 liter dalam sekali minum
(1 drum).
 Tempat penyimpanannya adalah punuk unta. Sekitar 40 kilogram
lemak tersimpan di sini.

5
 Kebanyakan makanan di gurun pasir adalah kering dan berduri.
Namun sistem pencernaan pada unta telah diciptakan sesuai
dengan kondisi yang sulit ini. Gigi dan mulut binatang ini telah
dirancang untuk memungkinkannya memakan duri tajam dengan
mudah.
 Angin gurun yang muncul tiba-tiba biasanya menjadi pertanda
kedatangan badai pasir. Butiran pasir menyesakkan nafas dan
membutakan mata.
 Tapi, Allah telah menciptakan sistem perlindungan khusus pada
unta sehingga ia mampu bertahan terhadap kondisi sulit ini.
Kelopak mata unta melindungi matanya dari debu dan butiran pasir.
 Namun, kelopak mata ini juga transparan atau tembus cahaya,
sehingga unta tetap dapat melihat meskipun dengan mata tertutup.
Bulu matanya yang panjang dan tebal khusus diciptakan untuk
mencegah masuknya debu ke dalam mata.
 Terdapat pula disain khusus pada hidung unta. Ketika badai pasir
menerpa, ia menutup hidungnya dengan penutup khusus.
 Salah satu bahaya terbesar bagi kendaraan yang berjalan di gurun
pasir adalah terperosok ke dalam pasir. Tapi ini tidak terjadi pada
unta, sekalipun ia membawa muatan seberat ratusan kilogram,
karena kakinya diciptakan khusus untuk berjalan di atas pasir.
Telapak kaki yang lebar menahannya dari tenggelam ke dalam pasir,
dan berfungsi seperti pada sepatu salju.
 Kaki yang panjang menjauhkan tubuhnya dari permukaan pasir yang
panas membakar di bawahnya.
 Tubuh unta tertutupi oleh rambut lebat dan tebal. Ini
melindunginya dari sengatan sinar matahari dan suhu padang pasir
yang dingin membeku setelah matahari terbenam. Beberapa bagian
tubuhnya tertutupi sejumlah lapisan kulit pelindung yang tebal.
 Lapisan-lapisan tebal ini ditempatkan di bagian-bagian tertentu
yang bersentuhan dengan permukaan tanah saat ia duduk di pasir
yang amat panas. Ini mencegah kulit unta agar tidak terbakar.
Lapisan tebal kulit ini tidaklah tumbuh dan terbentuk perlahan-
lahan; tapi unta memang terlahir demikian. Disain khusus ini
memperlihatkan kesempurnaan penciptaan unta.
21 Al Quran  Konsep pencipta dan cara membuktikan adanya pencipta menurut
memberikan Al Quran, adalah konsep yang rasional (masuk akal) dan tidak
jawaban yang terbantahkan
memuaskan  Al Quran memperkenalkan Pencipta manusia, alam semesta dan
kehidupan bernama Allah SWT
 Allah SWT merupakan Zat yang hakiki (nyata ada), bukan sekedar
hayalan
 Keberadaan-Nya dapat dijangkau dan diindera melalui keberadaan
makhluk-Nya, meski mustahil untuk menjangkau dan melihat Zat-
Nya
22 Pertanyaan  Setelah ada kesesuaian sifat-sifat Pencipta yang kita cari dengan
berikutnya, sifat-sifat pencipta yang ada di dalam Al-Quran, juga sejalannya cara
benarkah Al-Quran membangun keimanan terhadap adanya pencipta dengan ayat-ayat
Wahyu Allah? di dalam al-Quran, pertanyaan selanjutnya:
 Apakah Al-Qur'an benar- benar wahyu/firman Allah?
 Atau merupakan karangan manusia?
 Atau merupakan karangan pembawanya yang bernama
Muhammad?
 InsyaAllah kita bahas di pertemuan selanjutnya

6
PERTEMUAN 2
MEMBUKTIKAN KEBENARAN AL-QURAN
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Kemungkinan asal-  Kalau kita mempelajari Al-Quran, kita akan menemukan fakta dan
usul Al-Quran informasi bahwa:
1. Al-Qur'an berbahasa Arab asli (fushah).
2. Diturunkan di Arab.
3. Dibawa (diucapkan) oleh Muhammad.
 Maka ada beberapa kemungkinan sumber atau asal-usul Al- Qur'an
ini:
1. Karangan Bangsa Arab
2. Buatan Muhammad
3. Firman Allah SWT
2 Isi Al-Quran  Pada saat orang Arab menyembah patung dan tuhan-tuhan yang
banyak yang banyak, Al-Quran menentang penyembah patung dan tuhan-tuhan
bertentangan yang banyak.
dengan budaya  Coba kita fikir, budaya Arab memaklumkan (terbiasa dengan) zina,
bangsa Arab miras, judi, riba, pelecehan wanita.
 Ternyata Al-Quran mengharamkannya.
 Mana ada manusia berkumpul untuk membuat peraturan yang
menyusahkan atau mencela diri mereka sendiri?
 Mana ada sekelompok orang yang bersepakat untuk menyerang,
membantah dan menjelek-jelekkan perilaku dan kebiasaan-
kebiasaan mereka sendiri?
 Berarti, Al-Quran bertentangan dengan budaya Arab.
3 Suku Quraisy  Perlu kita ketahui bahwa Al-Quran adalah berbahasa Quraisy asli
penolak pertama (bahasa suku sekitar Ka'bah), bukan bahasa arab suku yang lain.
Al-Quran  Dan ternyata orang- orang Quraisylah yang pertama menolak Al-
Quran.
 Bahkan dengan sadis mereka menentang Al-Quran.
 Mereka menangkap dan menyerang orang-orang yang menyiarkan
Al-Quran.
 Mana mungkin malah mereka yang membuat Al-Quran.
 Arab Quraisy seharusnya kita sebut sebagai musuh pertama dan
utama Al-Quran, bukan malah kita sebut sebagai bangsa pengarang
Al-Quran.
4 Tantangan Al-  Al-Quran menantang orang Arab untuk membuat 10 surat yang bisa
Quran kepada menyamai Al-Quran:
bangsa Arab ‫ﺖ َوٱ ْدﻋُﻮا۟ َﻣ ِﻦ‬
ٍ ‫أَ ْم ﯾَﻘُﻮﻟُﻮنَ ٱ ْﻓﺘَ َﺮ ٰ ﮫُ ۖ ﻗُﻞْ ﻓَﺄْﺗُﻮا۟ ﺑِ َﻌ ْﺸ ِﺮ ُﺳ َﻮ ٍر ﱢﻣ ْﺜﻠِ ِﮫۦ ُﻣ ْﻔﺘَ َﺮ َٰﯾ‬
َ‫ﺻ ِﺪﻗِﯿﻦ‬ َٰ ‫ٱ ْﺳﺘَﻄَ ْﻌﺘُﻢ ﻣﱢﻦ دُو ِن ٱ ﱠ ِ إِن ﻛُﻨﺘُ ْﻢ‬
"Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al
Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah
sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan
panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain
Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar"." (QS. Hud [11] :
13)
 Ketika bangsa Arab tidak ada satu pun yang sanggup memenuhi
tantangan Al-Quran, tantangannya pun diturunkan:
‫ﺐ ﱢﻣﻤﱠﺎ ﻧَ ﱠﺰ ْﻟﻨَﺎ َﻋﻠ َٰﻰ َﻋ ْﺒ ِﺪﻧَﺎ ﻓَﺄْﺗُﻮا۟ ﺑِﺴُﻮ َر ٍة ﻣﱢﻦ ﱢﻣ ْﺜﻠِ ِﮫۦ‬
ٍ ‫َوإِن ﻛُﻨﺘُ ْﻢ ﻓِﻰ رَ ْﯾ‬
َ‫ﺻ ِﺪﻗِﯿﻦ‬ َٰ ‫َوٱ ْدﻋُﻮا۟ ُﺷﮭَ َﺪآ َءﻛُﻢ ﻣﱢﻦ دُو ِن ٱ ﱠ ِ إِن ﻛُﻨﺘُ ْﻢ‬
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu
selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (QS. Al-Baqarah [2]
: 23)

7
 Namun, sampai saat ini orang-orang Arab tak ada yang bisa
memenuhi tantangan itu.
 Jadi, Al-Quran jelas bukan buatan bangsa Arab.
5 Contoh tandingan Suatu ketika, Amr bin al-‘Ash, sebelum masuk Islam, pernah diutus
Al- Quran kepada Musailamah al-Kadzdzab. Musailamah lalu bertanya, “Apa yang
saat ini turun kepada sahabatmu (Muhammad) di Makkah?”
Amr menjawab, “Sesungguhnya baru saja turun kepada Muhammad
satu surah yang ringkas tetapi padat isinya.”
“Apa itu?” tanya Musailamah lagi.
Amr kemudian membaca surat al-‘Ashr:
‫ إ ﱠِﻻ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آَ َﻣﻨُﻮا َو َﻋ ِﻤﻠُﻮا‬. ‫اﻹ ْﻧﺴَﺎنَ ﻟَﻔِﻲ ُﺧ ْﺴ ٍﺮ‬ ِ ْ ‫ إِنﱠ‬. ‫َوا ْﻟﻌَﺼْ ِﺮ‬
‫ﺼ ْﺒ ِﺮ‬
‫ﻖ وَ ﺗَ َﻮاﺻَﻮْ ا ﺑِﺎﻟ ﱠ‬
‫ت َوﺗَ َﻮاﺻَﻮْ ا ﺑِﺎ ْﻟ َﺤ ﱢ‬ ِ ‫اﻟﺼﱠﺎﻟِ َﺤﺎ‬
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr [103]: 1-3)
Musailamah lalu berpikir sejenak. Ia kemudian berkata, “Sesungguhnya
kepadaku juga baru saja turun wahyu yang serupa.”
“Apa itu?” tanya Amr.
Musailamah lalu membaca, “Yaa wabr, yaa wabr. Innamaa anta
udzunaani wa shadr. Wa saa’iruka haqr[un] faqr (Hai kelinci, hai kelinci.
Engkau hanyalah binatang yang memiliki dua telinga dan dada,
sementara di sekelilingmu ada lubang kecil).”
Setelah itu Musailamah bertanya, “Amr, bagaimana pendapatmu?”
“Demi Allah, engkau pasti tahu, bahwa aku tahu, sesungguhnya engkau
ini pendusta!” jawab Amr. (Ibn Katsir, Tafsir al Qur’an al-‘Azhiim, I/203)
6 Testimoni Walid  Walid bin Mughirah adalah tokoh sastrawan Quraisy.
bin Mughirah  Dia pernah berkata:
“Aku adalah orang yang paling tahu tentang syair Arab. Tak ada
yang lebih pandai tentang hal itu kecuali aku. Sungguh apa yang
dibaca Muhammad itu bukanlah ucapan manusia. Dia itu tinggi, tak
ada yang lebih tinggi darinya.” (Taqiyuddin an-Nabhani, asy-
Syakhsiyyah al-Islamiyyah, II, hal. 148)
7 Muhammad  Muhammad adalah seorang yang buta huruf hingga akhir hayatnya.
seorang buta  Buta huruf bukan berarti bodoh! Rumitnya huruf Arab dan minimnya
huruf media tulis waktu itu membuat buta huruf adalah biasa.
 Adalah hal yang lumrah bila seorang menjadi buta huruf Arab pada
waktu itu.
 Yang tidak lumrah adalah: seorang buta huruf bisa membuat untaian
kata yang hebat dan sebanyak Al-Quran. Mana mungkin?
 Seorang penyair saja membutuhkan ilmu syair, membaca syair-syair
lain, mencatat inspirasinya ketika mendapat inspirasi, menata kata-
kata, mengutak-atik rima dan menuliskannya.
 Dan semuanya itu, adalah aktifitas seorang yang bisa baca tulis.
 Bagaimana mungkin seorang buta huruf bisa mengarang untaian
kalimat sehebat dan sebanyak Al-Quran!
8 Gaya bahasa  Kenyataan lainnya, yang keluar dari lisan Muhammad bukan cuma
hadist berbeda Al-Quran, tapi juga hadist.
dengan Al-Quran  Nah, antara hadist dan Al-Quran itu beda jauh. Beda apanya?
 Beda gaya bahasa dan ungkapan-ungkapannya.
 Hadist itu lugas dan biasa, sedangkan Al-Quran adalah indah dan
dahsyat.
 Bahkan bisa dikatakan gaya hadist adalah gaya bahasa orang yang
awam. Bahasanya orang Arab kebanyakan.

8
 Sedang Al-Quran itu untaian kata yang agung, indah dan dahsyat.
Ungkapan-ungkapannya pun hebat.
 Dan antara hadist dengan Al-Quran konsisten dalam gayanya masing-
masing. Hadist begitu-begitu saja.
 Al-Quran pun konsisten dengan keindahan dan keagungannya. Dan
perbedaan antara keduanya juga konsisten.
 Tidak ada kemiripan dari gaya bahasanya.
 Sampai-sampai tidak ada kemiripan sama sekali dalam gaya bahasa
antara ayat-ayat awal dengan hadist akhir-akhir masa hidup
Muhammad saw, atau sebaliknya.
 Nah, mana mungkin seorang manusia bisa konsisten berbicara
dengan dua gaya bahasa ini.
 Sepandai-pandainya seseorang membuat dua gaya bahasa, pasti
akan terjadi kemiripan di suatu waktu.
 Padahal Al-Quran dan hadist, keduanya keluar dari lisan Muhammad
berangsur-angsur selama 23 tahun.
 Dan keduanya konsisten dalam beda gaya bahasa.
9 Informasi-  Banyak sekali di dalam Al-Quran (perihal dan kejadian) yang tak
informasi yang pernah terjadi di hadapan Muhammad.
disampaikan  Ayat-ayat tentang sejarah umat masa lalu, juga kejadian masa yang
Muhammad akan datang.
 Malah banyak sekali yang baru terjadi atau terungkap makna dan
kebenarannya pada jaman ini.
 Peristiwa ini terjadi persis seperti yang diramalkan Muhammad,
seolah-olah ia sedang membaca masa depan dari sebuah buku yang
terbuka.
 Darimana Muhammad dapat cerita-cerita itu?
 Darimana Muhammad tahu tentang cerita Nabi-nabi masa lalu? Nabi
Adam, Nabi Nuh, Nabi Isa, Nabi Musa dan Nabi Harun?
 Dari mana Muhammad dapat ide cerita tentang Maryam, Luqman,
Ashaabul Kahfi, Qorun dan Dzulqornain?
 Di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat tentang alam dan ilmu
pengetahuan, misalnya proses terjadinya hujan dan proses
kehamilan dan lain-lain.
 Juga, di dalam Al-Qur'an bisa kita temui ayat-ayat tentang tata surya
sedemikian detail.
 Ayat-ayat itu dahulu hanya dihafal dan ditulis begitu saja laksana
untaian kata yang indah. Kemudian terungkap maknanya dengan
ilmu pengetahuan saat ini. Bagaimana dan darimana Muhammad
belajar semua itu?!
10 Yahudi dan Kisah  Di Makkah tidak ada orang Yahudi dan Nasrani, namun kontak antara
Nabi Musa as kaum Musyrik dengan Ahli Kitab, dan mereka juga bertetangga
dengan Ahli Kitab di Madinah, Khaibar dan Najran membuat orang-
orang Quraisy berhubungan dan banyak mengetahui akidah dan
mazhab mereka.
 Kaum musyrik pun banyak bertanya tentang agama yang dibawa
Muhammad saw kepada orang-orang Yahudi, dan orang-orang
Yahudi membekali mereka dengan pengetahuan untuk mereka
tanyakan dan jadikan ujian bagi mereka terhada Muhammad saw.
 Di dalam Al-Quran, kisah Nabi Musa as telah dinyatakan sebagai
contoh di dalam lebih dari 20 surat, dan ungkapan Yaa Banii Israa’il
telah dinyatakan sebanyak 44 kali.
 Muhammad saw menyampaikan kisah Nabi Musa as sejak dibuang
ibundanya sampai ibundanya diberi ilham agar meletakkannya dalam
peti kemudian melemparkannya ke sungai (Nil), kemudian
ditemukan keluarga Fir'aun, supaya menjadi musuh dan ancaman
bagi mereka. Bagaimana Musa as diasuh dan tumbuh dalam asuhan
Fir'aun hingga beliau membunuh seorang etnik Koptik, lalu keluar
dengan ketakutan ke Madyan, serta kehidupannya bersama Nabi
Syu'aib as dan kisahnya mempersunting anak perempuan Nabi
9
Syu'aib; beliau bekerja pada Nabi Syu'aib selama 10 tahun dan
kembali ke Mesir; beliau menyaksikan api yang keluar dari pohon,
serta seruan Tuhan semesta alam kepadanya, kemudian beliau
dikirim kepada Fir'aun; beliau lalu meminta kepada Tuhannya agar
ditemani oleh saudaranya, Nabi Harun as, serta perdebatan beliau
dengan Fir'aun dan bagian-bagian lain yang terperinci yang tertulis
dalam kitab Taurat mereka.
 Ini merupakan sesuatu yang tidak diketahui oleh bangsa Arab, dan
hanya diketahui oleh orang yang telah menelaah kitab-kitab mereka
secara mendalam; sesuatu yang bisa menjadi bukti kepada mereka
dan umat manusia, bahwa orang yang membawa informasi-informasi
seperti ini, sementara dia tidak pernah menelaahnya, bahkan dia
tidak pemah mengetahui kitab tersebut atau bisa menulis dengan
tangannya, pasti dia telah mendapatkannya dari Dzat yang Maha
Tahu.
11 Ayat-ayat Al-  Banyak sekali penjelasan di dalam Al-Quran tentang realitas-realitas
Quran yang yang terbukti belakangan memang benar penjelasan itu sesuai
terbukti sesuai dengan realitas yang sebenarnya, diantaranya:
realitas terkini o Terjadinya hujan
o Proses pembentukan manusia
o Pembuatan sarang lebah dan produksi madu
o Pemimpin para semut
 Semua itu menunjukkan bahwa Al-Quran berasal dari Zat Pencipta
manusia, bukan berasal dari Muhammad yang tidak dapat membaca
dan tidak dapat menulis.
12 Pembentukan  Kalau al-Qur'an buatan Muhammad, darimana ia bisa tahu proses
awan hujan terjadinya hujan seperti ayat berikut ini?
menurut Al Quran ‫ﷲ ﯾُزْ ﺟِﻲ ﺳَﺣَ ﺎﺑًﺎ ُﺛ ﱠم ﯾ َُؤﻟﱢفُ َﺑ ْﯾ َﻧ ُﮫ ُﺛ ﱠم ﯾَﺟْ َﻌﻠ ُ ُﮫ ُرﻛَﺎﻣًﺎ َﻓﺗَرَ ى‬
َ ‫أَﻟَ ْم ﺗَرَ أَنﱠ ﱠ‬
ْ‫اﻟ َْودْ قَ ﯾَﺧْ ُر ُج ﻣِنْ ﺧ َِﻼﻟِ ِﮫ َو ُﯾﻧَزﱢ ُل ﻣِنَ اﻟ ﱠﺳﻣَﺎ ِء ﻣِنْ ِﺟﺑَﺎلٍ ﻓِﯾﮭَﺎ ﻣِن‬
‫ﺑَرَ ٍد َﻓﯾُﺻِ ﯾبُ ِﺑ ِﮫ ﻣَنْ َﯾﺷَﺎ ُء َوﯾَﺻْ رِ ﻓُ ُﮫ ﻋَنْ ﻣَنْ َﯾﺷَﺎ ُء‬
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian
menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan
keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-
butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan
seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es
itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari
siapa yang dikehendaki-Nya. (QS An-Nur, 24:43)
 Para ahli cuaca mengetahui rincian pembentukan awan, strukturnya
dan cara kerjanya setelah melalui berbagai macam penelitian,
pengamatan menggunakan alat-alat canggih. Mereka baru bisa
menceritakan proses tersebut dengan bantuan alat-alat moderen
seperti pesawat, satelit, komputer, balon udara dan peralatan
lainnya. Mereka harus mempelajari angin serta arah pergerakannya.
Mereka harus mengukur kelembaban udara dan variasinya serta
menentukan jenis dan keragaman tekanan udara.
 Para ilmuwan telah mempelajari berbagai jenis awan dan menyadari
bahwa awan pembawa hujan terbentuk dengan sistem dan urutan
tertentu. Bentuknya pun tertentu dan terkait dengan jenis angin dan
tipe awan.
 Salah satu awan pembawa hujan adalah awam CUMULONIMBUS.
Ahli cuaca telah mempelajari pembentukan jenis awan ini dan
bagaimana ia menghasilkan hujan, es, serta petir.
 Para ahli cuaca telah menemukan bahwa awan cumulonimbus yang
menghasilkan hujan es ini dapat mencapai ketinggian hingga 7
sampai 9 kilometer.
 Dapat kita bayangkan bahwa awan ini memang ukurannya benar-
benar seperti gunung sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat Al
Qur'an di atas.

10
 Awan didorong oleh angin: Awan cumulonimbus mulai terbentuk
ketika angin mendorong beberapa awan kecil (awan cumulus) ke
daerah tempat berkumpulnya awan-awan ini.
 Penyatuan: Kemudian awan-awan kecil ini bergabung, menyatu dan
membentuk awan yang lebih besar.
 Penumpukan: Ketika awan-awan kecil ini bersatu, dorongan ke atas
pada bagian dalam awan yang semakin besar ini meningkat.
Dorongan ke atas pada bagian tengah awan lebih kuat dibandingkan
dengan pada bagian pinggir. Alhasil tubuh awan ini tumbuh semakin
besar secara vertikal, sehingga seolah-olah awan ini ditumpuk-
tumpuk. Pertumbuhan ke atas ini menjadikan tubuh awan mencapai
daerah yang lebih dingin pada lapisan atmosfer atas. Di sanalah
tetesan-tetesan air dan butiran es terbentuk dan mulai tumbuh
semakin besar. Ketika butiran air dan es ini telah lebih besar dan
berat dibandingkan dengan dorongan ke atas yang menyangga
mereka, jatuhlah air dan es ini sebagai gerimis, hujan ataupun hujan
es.
13 Proses  Allah SWT berfirman:
pembentukan ‫ﻄﻔَﺔً ﻓِﻲ‬ ْ ُ‫ ﺛُ ﱠﻢ ﺟَ َﻌ ْﻠﻨَﺎهُ ﻧ‬. ٍ‫اﻹ ْﻧﺴَﺎنَ ﻣِﻦْ ﺳ َُﻼﻟَ ٍﺔ ﻣِﻦْ طِﯿﻦ‬ ِ ْ ‫َوﻟَﻘَ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ‬
manusia
ْ ‫ ﺛُ ﱠﻢ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟﻨﱡ‬. ‫ﻗَ َﺮا ٍر َﻣﻜِﯿ ٍﻦ‬
‫ﻄﻔَﺔَ َﻋﻠَﻘَﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ ا ْﻟ َﻌﻠَﻘَﺔَ ﻣُﻀْ َﻐﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ‬
، ‫ا ْﻟﻤُﻀْ َﻐﺔَ ِﻋﻈَﺎﻣًﺎ ﻓَ َﻜﺴَﻮْ ﻧَﺎ ا ْﻟ ِﻌﻈَﺎ َم ﻟَﺤْ ﻤًﺎ ﺛُ ﱠﻢ أَ ْﻧ َﺸﺄْﻧَﺎهُ َﺧ ْﻠﻘًﺎ آ َﺧ َﺮ‬
َ‫ﷲُ أَﺣْ ﺴَﻦُ ا ْﻟ َﺨﺎﻟِﻘِﯿﻦ‬
‫ك ﱠ‬ َ ‫ﻓَﺘَﺒَﺎ َر‬
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati [berasal] dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani [yang disimpan] dalam tempat yang kokoh [rahim]. Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
[berbentuk] lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik." (QS. Al-Mu’minun, 23:12-14)
 Ayat-ayat ini menjelaskan sifat rinci tentang proses pembentukan
janin dalam rahim ibunya, proses perubahan dari satu keadaan ke
keadaan lain, realitas bahwa manusia asalnya diciptakan dari tanah
dan karenanya manusia mengandung unsur-unsur yang terdapat di
dalam tanah.
 Semua itu tidak diketahui kecuali pada zaman sekarang ini.
 Hal itu tidak diketahui oleh Muhammad yang ummi, juga tidak
diketahui oleh bangsanya dan bangsa-bangsa lainnya.
 Bahkan penelitian tentang ilmu kandungan dan kebidanan saat al-
Quran diturunkan belum terjamah sama sekali.
 Hal ini merupakan satu perkara dari banyak perkara yang
menunjukkan bahwa penjelasan tentang realitas tersebut tidak
mungkin bersumber kecuali dari Zat Yang Mahamengetahui lagi
Mahamenyingkap (al-‘Alim al-Khabir) yang telah menciptakan
manusia.
14 Pembuatan sarang  Allah SWT berfirman:
lebah dan produksi ِ‫ك إِﻟَﻰ اﻟﻧﱠﺣْ لِ أَ ِن ا ﱠﺗ ِﺧذِي ﻣِنَ ا ْﻟ ِﺟﺑَﺎلِ ُﺑﯾُوﺗًﺎ َوﻣِنَ اﻟﺷﱠﺟَ ر‬ َ ‫َوأ َْوﺣَ ٰﻰ رَ ﱡﺑ‬
madu
، ‫ت ﻓَﺎﺳْ ﻠُﻛِﻲ ُﺳ ُﺑ َل رَ ﺑﱢكِ ُذﻟ ًُﻼ‬ِ ‫ ُﺛ ﱠم ُﻛﻠِﻲ ﻣِنْ ُﻛ ﱢل اﻟ ﱠﺛﻣَرَ ا‬. َ‫َو ِﻣﻣﱠﺎ ﯾَﻌْ رِ ﺷُون‬
‫ إِنﱠ ﻓِﻲ‬، ِ‫ﯾَﺧْ ُر ُج ﻣِنْ ُﺑطُو ِﻧﮭَﺎ ﺷَرَ ابٌ ﻣُﺧْ َﺗﻠِفٌ أَﻟ َْوا ُﻧ ُﮫ ﻓِﯾ ِﮫ ﺷِ ﻔَﺎ ٌء ﻟِﻠﻧﱠﺎس‬
َ‫ك َﻵ َﯾ ًﺔ ﻟِﻘ َْومٍ َﯾ َﺗ َﻔ ﱠﻛرُون‬
َ ِ‫َٰذﻟ‬
"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang
di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-
buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan
(bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
11
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang
yang memikirkan." (QS. An-Nahl, 16: 68-69)
 Allah SWT menunjukkan seruan pertama kali kepada lebah dalam
bentuk umum, kemudian mengkhususkan seruan kepada lebah
betina dan menjelaskan bahwa Dia mengilhamkan kepada mereka
(lebah betina) untuk mendirikan sarang-sarang lebah,
mengumpulkan sari bunga-bungaan dalam pohon dan memproduksi
madu.
 Perintah ittakhidzi, kuli, dan fasluki merupakan perintah untuk
muannats (manusia perempuan atau hewan betina). Jadi, betina-
betina itulah yang melakukan semua itu.
 1 koloni lebah berisi sekitar 20.000 hingga 60.000 lebah pekerja dan
hanya mempunyai 1 ratu saja. Semua lebah pekerja adalah betina
yang hidupnya hanya sekitar 6 minggu. Lebah betina mengurusi
semua pekerjaan dalam koloni lebah.
 Usia ratu lebah mencapai 5 tahun. Menurut peneliti, rahasia panjang
umur ratu lebah karena mengkonsumsi Royal Jelly (susu ratu lebah).
Tugas ratu lebah hanyalah bertelur saja. Tugas terberatnya adalah
ketika musim panas tiba, dimana dia harus bertelur sebanyak 2.500
telur dalam sehari.
 Lebah jantan/drone tidak mempunyai pekerjaan lain selain kawin.
 Lebah jantan: sekali mengawini ratu lebah langsung mati. Lebah
betina pekerja: sekali menyengat langsung mati. Lebah ratu: bisa
hidup 30 kali lebih lama dari lebah pekerja.
 Hasil penelitian para ilmuwan, bahan baku yang diperlukan lebah
untuk membuat sarang berbentuk segitiga maupun persegi lebih
banyak dibandingkan berbentuk segi enam, sehingga segi enam
merupakan bentuk paling ideal untuk sarang lebah.
 Sarang berbentuk segi enam merupakan sarang terluas dengan
bahan baku terkecil.
 Para ilmuwan meneliti struktur sempurna sarang lebah ini memiliki
perhitungan matematis mengagumkan yang dilakukan sedemikian
rupa dan sangat kompleks. Ini adalah desain yang membutuhkan
kejelian matematika paling rumit.
 Mereka memulai membangun sel-sel tempat penyimpanan madu
dari sudut-sudut yang berbeda, seterusnya hingga pada akhirnya
mereka bertemu di tengah.
 Setelah pekerjaan usai, tidak nampak adanya ketidakserasian
ataupun tambal sulam pada sel-sel tersebut.
 Manusia tak mampu membuat perancangan yang sempurna ini
tanpa perhitungan geometris yang rumit; akan tetapi lebah
melakukannya dengan sangat mudah.
15 Pemimpin para  Allah SWT berfirman:
semut ‫ﺣَ ﺗ ٰﱠﻰ إِ َذا أَﺗ َْوا َﻋﻠ َٰﻰ َوا ِد اﻟ ﱠﻧﻣْلِ ﻗَﺎﻟَتْ َﻧ ْﻣﻠَ ٌﺔ ﯾَﺎ أَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟﻧﱠﻣْ ُل ادْ ُﺧﻠ ُوا‬
َ‫َﻣ َﺳﺎ ِﻛ َﻧ ُﻛ ْم َﻻ ﯾَﺣْ طِ َﻣ ﱠﻧ ُﻛ ْم ُﺳﻠَ ْﯾﻣَﺎنُ َو ُﺟﻧُو ُدهُ َو ُھ ْم َﻻ َﯾ ْﺷ ُﻌرُون‬
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor
semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar
kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka
tidak menyadari" (QS. An-Naml,27:18)
 Disini Allah SWT menjelaskan bahwa yang mengeluarkan perintah
bagi semut-semut untuk masuk ke tempat-tempat mereka adalah
namlatun, yaitu semut betina.
 Dan tidak pernah diketahui pada masa yang lalu bahwa semut-semut
betina itulah yang memerintah dan melarang.
 Bahkan mana semut jantan dan mana semut betina masih sulit
dibedakan.
 Hal ini pun tidak diketahui kecuali pada zaman sekarang.

12
 Dan sulit diterima pikiran jernih bila dikatakan bahwa semua itu
berasal dari seorang manusia, sebab kenyataan menunjukkan bahwa
realitas-realitas tadi baru diketahui oleh manusia jauh belasan abad
setelah Al-Quran diturunkan.
 Kenyataan ini pun merupakan salah satu bukti yang menunjukkan
bahwa pernyataan tadi tidak bersumber kecuali dari Zat Yang
Mahatahu terhadap makhluk-makhluk-Nya dan hanya berasal dari
Zat yang telah menciptakan makhluk-makhluk itu, yakni berasal dari
Allah SWT.
16 Apa  Informasi-informasi masa lalu yang terbukti oleh sejarah maupun
kesimpulannya? informasi-informasi yang berkesesuaian dengan ilmu pengetahuan
modern hanya bisa dikabarkan oleh Sang Pencipta yang tahu
segalanya.
 Al-Quran terbukti bukan buatan bangsa Arab juga terbukti bukan
buatan Muhammad.
 Sehingga jelas Al-Quran adalah Wahyu/Firman Allah SWT.

13
PERTEMUAN 3
KONSEKUENSI IMAN TERHADAP AL-QURAN
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Setelah terbukti Al 1. Mengimani seluruh isi Al Quran
Quran adalah Firman 2. Tunduk dan patuh terhadap seluruh perintah Allah dan Rasulullah
Allah, apa saw
konsekuensinya?
2 Tentang iman  Iman adalah pembenaran yang pasti sesuai dengan fakta
berdasarkan dalil (at-tashdîq al-jâzim muthâbiq li al-wâqi’ ‘an dalîl).
 Pembenaran yang pasti (at-tashdîq al-jâzim) berarti keyakinan yang
pasti yang tidak mengandung rayb (keraguan) dan tidak dimasuki
syakk (kebimbangan).
 Sesuai dengan fakta artinya bahwa fakta-fakta yang terindera
membenarkannya dan tidak menentangnya.
 Dan hingga pembenaran yang pasti itu sesuai fakta maka harus
berangkat dari dalil yang dipastikan kebenarannya baik apakah dalil
ini: berupa dalil aqli (rasional) yakni hasil pembahasan rasional (aqliy)
pada fakta-fakta yang terindera seperti pembahasan pada makhluk-
makhluk yang terindera untuk berargumentasi bahwa Allah SWT
adalah Penciptanya.
 Atau dengan membahas kalamullah yang telah diturunkan –al-Quran
al-karim- untuk berargumentasi bahwa al-Quran itu adalah
kalamullah SWT dan bukan ucapan manusia.
 Dan berikutnya berargumentasi bahwa Muhammad yang datang
membawa kalamullah itu adalah rasul dari sisi Allah.
 Atau dalil itu berupa dalil naqli yakni melalui penukilan yang
dipastikan berasal dari Allah SWT di dalam kitab-Nya yang mulia atau
berasal dari Rasul-Nya saw dalam haditsnya yang mutawatir berasal
dari beliau saw.
 Inilah iman. Dan dengan makna ini, iman itu lawan dari kufur. Selain
orang mukmin adalah orang kafir secara pasti dan tidak ada setengah
mukmin setengah kafir.
3 Bagaimana sikap kita  Perkara-perkara ghaib adalah perkara-perkara yang tidak bisa
terhadap perkara- diindera.
perkara ghaib yang  Perkara-perkara ghaib yang diinformasikan oleh Al Quran, wajib bagi
ada dalam Al Quran? kita untuk mengimaninya.
 Perkara-perkara ghaib yang wajib diimani:
a. ‘Asma wa sifat Allah
b. Keberadaan para nabi dan rasul sebelum Muhammad saw beserta
kitab suci mereka
c. Keberadaan malaikat-malaikat Allah SWT, juga keberadaan jin
d. Taqdir, yaitu catatan (ilmu Allah) yang menyeluruh tentang segala
sesuatu
e. Keberadaan Hari Akhir (Hari Kiamat, Hari Kebangkitan, Hari
Perhitungan, Surga, Neraka dan lain sebagainya)
 Allah SWT berfirman:
‫ﱠل َﻋﻠَﻰ َرﺳُﻮﻟِ ِﻪ‬
َ ‫َﺎب اﻟﱠﺬِي ﻧَـﺰ‬
ِ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا آ ِﻣﻨُﻮا ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوَرﺳُﻮﻟِ ِﻪ وَاﻟْ ِﻜﺘ‬
‫َل ِﻣ ْﻦ ﻗَـ ْﺒ ُﻞ َوَﻣ ْﻦ ﻳَ ْﻜﻔ ُْﺮ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوَﻣ َﻼﺋِ َﻜﺘِ ِﻪ َوُﻛﺘُﺒِ ِﻪ َوُر ُﺳ ِﻠ ِﻪ‬
َ ‫َﺎب اﻟﱠﺬِي أَﻧْـﺰ‬
ِ ‫وَاﻟْ ِﻜﺘ‬
‫ﺿ ﱠﻞ ﺿ ََﻼ ًﻻ ﺑَﻌِﻴﺪًا‬
َ ‫وَاﻟْﻴـَﻮِْم ْاﻵ ِﺧ ِﺮ ﻓَـ َﻘ ْﺪ‬
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-
Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya. (QS an-Nisa’, 4:136)

14
4 Kenapa harus beriman
terhadap seluruh isi al ‫ َ ﻤَﺎ َﺟﺰَا ُء ﻣَﻦْ َ ْﻔﻌ َُﻞ‬،‫َﺎب َو ﺗَ ْ ُﻔ ُﺮوْنَ ﺑِﺒَﻌ ٍْﺾ‬
ِ ‫ﻜﺘ‬ِ ْ‫أَ َ ﺘُ ْﺆ ِﻣﻨُﻮْنَ ﺑِﺒَﻌ ِْﺾ اﻟ‬
Quran?
‫ذ َِﻚ ِﻣﻨْ ُ ْﻢ إ ِّﻻ ﺧِ ﺰ ٌّْي ِ ا ْ َﻴَﺎ ِة ا ُّ ْﻴَﺎ َو ﻳَ ْﻮ َم اﻟْ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ ﻳُ َﺮ ُّدوْنَ إِ َ أَ َّّﺷ ِّﺪ‬
َ‫ﷲ ﺑِﻐَﺎﻓِﻞٍ َ َﻤّﺎ َ ْﻌ َﻤﻠُﻮْن‬
ُ ‫َاب َو ﻣَﺎ ا‬
ِ ‫اﻟْ َﻌﺬ‬
“Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab dan ingkar terhadap
sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian
di antaramu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada
hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Dan
Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (TQS al-Baqarah [2]: 85)
‫ﺖ أَ ْ ﻤَﺎ ُ ُﻬ ْﻢ ﻫ َْﻞ ُ ْ َﺰوْنَ إِﻻ‬
ْ ‫وَا ِﻳﻦَ ﻛَﺬ ﺑُﻮا ﺑِﺂَﻳَﺎﺗِﻨَﺎ َو ِﻟﻘَﺎ ِء ْاﻵَﺧِ َﺮ ِة َﺣﺒ َِﻄ‬
َ‫ﻣَﺎ َ ﻧُﻮا َ ْﻌ َﻤﻠُﻮن‬
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan
akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan (amal-amal baik) mereka.
Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan
(mendustakan ayat-ayat Kami dan maksiyat).” (TQS al-A’raf [7]: 147)
‫إِن ا ِﻳﻦَ ﻳَ ْ ُﻔﺮُونَ ﺑِﺎ ِ َورُﺳُ ِﻠ ِﻪ َو ُ ِﺮ ﺪُ ونَ أَنْ ُ ﻔَﺮ ﻗُﻮا َ ْ َ ا ِ َورُﺳُ ِﻠ ِﻪ‬
َ ْ َ ‫َو َﻘُﻮ ُﻮنَ ﻧُ ْﺆﻣِﻦُ ﺑِﺒَﻌ ٍْﺾ َوﻧَ ْ ُﻔ ُﺮ ﺑِ َﺒﻌ ٍْﺾ َو ُ ِﺮ ﺪُ ونَ أَنْ َﺘﺨِ ﺬُوا‬
‫ِﻚ ُﻫ ُﻢ اﻟْ َ ﻓِﺮُونَ َﺣﻘﺎ ۚ◌ َوأَ ْ ﺘَ ْﺪﻧَﺎ ِﻠْ َ ﻓِ ِﺮ ﻦَ َﻋﺬَاﺑًﺎ‬
َ ٰ َ ‫ أُو‬. ‫ِﻴﻼ‬
ً َ‫َذٰ َِﻚ ﺳ‬
‫ُ ﻬِﻴﻨًﺎ‬
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan
rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang
sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara
yang demikian (iman atau kafir) merekalah orang-orang yang kafir
sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir itu siksaan yang menghinakan.” (TQS al-Nisa' [4]: 150-152)
Konsekuensinya, ayat-ayat al quran harus diimani semuanya:
Ayat yang mewajibkan hukuman jilid bagi pezina, (QS al-Nur [24]: 2),
potong tangan bagi pencuri (QS al-Maidah [5]: 38), dan qishash bagi
pembunuh (QS al-Baqarah [2]: 178), harus diimani sebagaimana ayat
yang memerintahkan shalat, zakat, (QS al-Baqarah [2]: 43), dan puasa (QS
al-Baqarah [2]: 183). Demikian juga dengan ayat yang mewajibkan jihad
(QS al-Baqarah [2[: 216), menerapkan hukum Allah (QS al-Maidah [5]:
49), dan menaati ulil amri yang Muslim (QS al-Nisa' [4]: 59)

Abu Hurairah berkata, "Tatkala Rasululah saw wafat dan Abu Bakar
diangkat menjadi khalifah sesudahnya, serta beberapa orang Arab
kembali kafir, Umar berujar kepada Abu Bakar, "Bagaimana engkau
memerangi manusia padahal Rasulullah saw telah bersabda 'Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan
Laa-ilaaha-illallah, barangsiapa mengucapkan Laa-ilaaha ilallah,
berarti ia telah menjaga darah dan jiwanya dariku kecuali karena
alasan yang dibenarkan, dan hisabnya ada pada Allah, ' Lantas Abu
Bakar berkata, "Demi Allah, sungguh akan aku perangi siapa saja yang
memisahkan antara shalat dan zakat, sesungguhnya zakat adalah hak
harta, demi Allah, kalaulah mereka mencegahku dari membayar unta
yang pernah mereka bayarkan kepada Rasulullah saw, niscaya
kuperangi karena mencegahnya." Lantas Umar berkata, "Demi Allah,
tiba-tiba tak ada pendapat lain selain aku melihat bahwa Allah telah
melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi, aku sadar bahwa dia
adalah benar." (HR Bukhari No. 6741)

15
5 Kenapa harus beriman
dan taat kepada ‫ﻮل ا ِ وَﺧَ ﺎ َ َﻢ‬
َ ُ‫ﻣَﺎ َ نَ ُ َﻤﺪٌ أَﺑَﺎ أَﺣَﺪٍ ﻣِﻦْ ِرﺟَﺎ ِﻟ ُ ْﻢ َوﻟَ ٰ ِ ﻦْ رَﺳ‬
Muhammad saw?
‫ا ِﻴ َ ۗ◌ َو َ نَ ا ُ ﺑِ ُ ﻞ َ ْ ٍء َﻋﻠِﻴﻤًﺎ‬
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (TQS.al-Ahzab [33]: 40)
‫ﷲ‬
ِ ‫ع ﺑِﺈِذْنِ ا‬
َ ‫ﻻ ِ ُﻄَ ﺎ‬
َّ ِ‫َوﻣَﺎ أَرْﺳَ ﻠْﻨَﺎ ﻣِﻦْ رَﺳُ ﻮْلٍ إ‬
“Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan untuk ditaati seizin
Allah.” (TQS an-Nisa’ [4]: 64)
‫ﻮل ﻓَﺨُ ﺬُو ُه َوﻣَﺎ َﻬَﺎ ُ ْﻢ َ ﻨْ ُﻪ ﻓَﺎﻧ َﺘﻬُﻮا‬
ُ ُ‫َوﻣَﺎ آﺗَﺎ ُ ُﻢ ا ﺮﺳ‬
“Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (TQS. Al-Hasyr [59]: 7)
َ ‫َوﻣَﺎ ﻳَﻨﻄِ ُﻖ ﻋ َِﻦ ا ْ َﻬﻮَى إِنْ ُﻫ َﻮ إِﻻ َو ْ ٌ ﻳُﻮ‬
“Dan dia tidaklah berbicara dari dorongan hawa nafsunya, akan tetapi
ucapannya tiada lain adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.”
(TQS. An Najm [53]: 3-4)
‫ﻚ َﻻ ﻳُ ْﺆ ِﻣﻨُﻮنَ ﺣَ ٰ ُ َﻜ ﻤُﻮكَ ِﻴﻤَﺎ ﺷَ ﺠَ َﺮ ﺑَ ْﻨَ ُﻬ ْﻢ ُﻢ َﻻ َ ِ ﺪُ وا‬
َ ‫ﻓ ََﻼ َو َر‬
‫ْﺖ َو ُﺴَ ﻠﻤُﻮا َﺴْ ﻠِﻴﻤًﺎ‬
َ ‫ِ أَ ْﻔُﺴِ ِﻬ ْﻢ ﺣَ َﺮﺟًﺎ ِﻤﺎ ﻗ ََﻀﻴ‬
 “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (TQS An-Nisa’[4]:
65)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir diceritakan bahwa ada dua orang lelaki
melaporkan persengketaan yang terjadi diantara keduanya kepada
Rasulullah Saw. Maka Rasulullah saw memutuskan perkara untuk
kemenangan orang (pihak) yang benar dan mengalahkan pihak yang
salah. Maka orang yang dikalahkan berkata, "Aku kurang puas." Lalu
lawannya berkata, "Apa lagi kemauanmu?" ia menjawab, "Mari kita
berangkat menuju Abu Bakar As-Siddiq," lalu keduanya pergi menghadap
Abu Bakar. Maka berkatalah orang yang menang, "Sesungguhnya kami
telah mengadukan perkara kami kepada Nabi Saw., dan Nabi Saw.
memutuskan untuk kemenanganku." Abu Bakar menjawab, "Kamu
berdua harus mengikuti apa yang telah diputuskan oleh Rasulullah Saw."
Tetapi orang yang dikalahkan menolak dan masih kurang puas. Maka Abu
Bakar ra memberikan sarannya agar keduanya pergi kepada Umar Ibnul
Khattab. Sesampainya di tempat Umar Ibnul Khattab, orang yang menang
mengatakan, "Sesungguhnya kami telah mengadukan perkara kami
kepada Nabi saw, dan beliau memutuskan untuk kemenanganku atas dia,
tetapi dia ini menolak dan kurang puas." Lalu Umar bertanya kepada
pihak yang kalah, "Apakah memang benar demikian?" Dan pihak yang
kalah mengatakan hal yang sama. Maka Umar masuk ke dalam
rumahnya, lalu keluar lagi seraya membawa sebilah pedang di tangannya
yang dalam keadaan terhunus, lalu ia langsung memenggal kepala pihak
yang menolak lagi tidak puas dengan keputusan Nabi saw hingga mati
seketika itu juga. Maka Allah SWT menurunkan firman-Nya: “Maka demi
Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman…”
6 Kenapa harus tunduk
dan patuh terhadap ‫َات‬
ِ ‫ﻳَﺎ َ ﻬَﺎ ا ِﻳﻦَ آ َ َﻣﻨُﻮا ا ْد ُﺧﻠُﻮا ِ ا ﺴ ﻠْﻢِ َ ﻓ ًﺔ و ََﻻ ﺗَ ِﺒﻌُﻮا ﺧُﻄُ ﻮ‬
seluruh perintah Allah
dan Rasulullah saw? ٌ ‫ا ﺸ ﻴْﻄَ ﺎنِ إِﻧ ُﻪ ﻟَ ُ ْﻢ ﻋَﺪُ و ُﻣ ِﺒ‬
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan.

16
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al Baqarah
[2]: 208)
‫َوﻣَﺎ َ نَ ِ ُﻤ ْﺆﻣ ٍِﻦ و ََﻻ ُ ْﺆ ِﻣﻨَ ٍﺔ إِذَا ﻗَ َ ا ُ َورَﺳُ ﻮ ُ ُ أَ ْﺮا ً أَن ﻳَ ُﻮنَ َ ُﻬ ُﻢ‬
ً ‫ﻻ ﻣ ِﺒ ﻨﺎ‬
ً ‫ا ْ ِ َ َ ُة ﻣِﻦْ أَ ْ ِﺮ ِﻫ ْﻢ َوﻣَﻦ َ ﻌ ِْﺺ ا َ َورَﺳُ ﻮ َ ُ َ َﻘ ْﺪ َﺿﻞ َﺿ َﻼ‬
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-
Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (TQS. Al Ahzab
[33]: 36)
‫إِ ﻤَﺎ َ نَ ﻗَﻮ َْل ا ْ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِﻨ َ إِذَا ُدﻋُﻮا إِ َ ا ِ َورَﺳُ ﻮ ِ ِ ِ َﺤْ ُ َﻢ ﺑَ ْﻨَ ُﻬ ْﻢ أَن‬
َ‫ِﻚ ُﻫ ُﻢ ا ْ ُﻤ ْﻔﻠِﺤُ ﻮن‬
َ َ ‫َ ﻘُﻮ ُﻮا ﺳَ ِﻤ ْﻌﻨَﺎ َوأ ََﻃ ْﻌﻨَﺎ َوأُ ْو‬
“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk
kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan
keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan,
“Kami mendengar dan kami taat.” Dan hanya merekalah orang-orang
yang berbahagia.” (TQS an-Nur [21]: 51)
7 Mengapa kita harus  Ittiba’ adalah menempuh jalan orang yang (wajib) diikuti dan
ittiba kepada melakukan apa yang dia lakukan. [I’Iamul Muwaqqi’in 2/171]
Rasulullah saw?  Seorang muslim wajib ittiba’ kepada Rasulullah saw dengan
menempuh jalan yang beliau tempuh dan melakukan apa yang beliau
lakukan.
 Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫ﷲ ُ َوﯾَﻐْ ﻔِرْ َﻟ ُﻛ ْم‬
‫ﷲ ﻓَﺎ ﱠﺗ ِﺑﻌُوﻧِﻲ ﯾُﺣْ ِﺑ ْﺑ ُﻛ ُم ﱠ‬
َ ‫ﻗُ ْل إِنْ ُﻛ ْﻧ ُﺗ ْم ُﺗ ِﺣﺑﱡونَ ﱠ‬
‫ﷲ ُ ﻏَ ﻔُو ٌر رَ ﺣِﯾ ٌم‬‫ُذﻧُو َﺑ ُﻛ ْم ۗ◌ َو ﱠ‬
"Katakanlah jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.“ (QS. Ali Imran, 3:31)
َ‫ﻮل ۖ◌ ﻓَﺈِن ﺗَﻮَﻟﻮْا ﻓَﺈِن ا َ َﻻ ُ ِﺐ اﻟْ َ ﻓِ ِﺮ ﻦ‬
َ ُ‫ﻗ ُْﻞ أَﻃِ ﻴﻌُﻮا ا َ وَا ﺮﺳ‬
Katakanlah : “Taatilah Allah dan RasulNya. Jika kalian berpaling,
maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang
kafir’’. ( QS. Ali Imran, 3:32)
 Ayat ini mengandung makna, jika seseorang menyalahi perintah
Rasul-Nya atau tidak berittiba’ kepada Rasulullah saw, maka dia telah
kufur; dan Allah tidak menyukai orang yang memiliki sifat demikian,
meskipun dia mengaku dan mendakwahkan kecintaannya kepada
Allah, sampai ia mengikuti Rasulullah saw.
 Seandainya Nabi Musa as ditakdirkan hidup pada zaman Nabi
Muhammad saw, maka dia wajib ittiba’ kepada Nabi Muhammad.
Demikian juga dengan Nabi Isa ketika turun ke bumi pada akhir
zaman nanti, maka Nabi Isa wajib ittiba` kepada Nabi Muhammad
saw.
 Ketika Umar bin Khaththab ra memegang dan membaca lembaran
Taurat, maka Rasulullah saw bersabda :
“Apakah engkau merasa ragu, wahai Umar bin Khaththab? Demi
yang diri Muhammad berada di tanganNya, seandainya Nabi Musa
itu hidup, maka tidak boleh bagi dia, melainkan harus mengikuti
aku”. (HR Ahmad, ad Darimi dan Ibnu Abi ‘Ashim)
 “Suatu saat, Umar bin Khaththab menghadap Rasulullah dan berkata,
‘Wahai Rasulullah, aku memerintahkan saudaraku, seorang Yahudi
Bani Quraizhah untuk menuliskan seluruh isi Taurat. Kali ini, aku ingin
mengklarifikasi (apakah benar atau salah) kepadamu.’ Rasul
langsung berubah wajahnya tanda tidak setuju dan bersabda, ‘Jika
Musa masih ada, lalu kau mengikutinya dengan meninggalkan
ajaranku, tentu kau akan tersesat.’ Kemudian, turunlah kedua ayat
ini (QS Ali Imran 81-82).” (HR. Abdurrazaq)

17
8 Bagaimana kalau  Allah Azza wa Jalla berfirman:
menyalahi perintah
Rasulullah saw? ‫ﺤ َﺬ ِر ا ِﻳﻦَ ُ َﺎ ِﻟﻔُﻮنَ َ ﻦْ أَ ْ ِﺮهِ أَن ﺗ ُِﺼﻴﺒَ ُﻬ ْﻢ ﻓِﺘْﻨَ ٌﺔ أَ ْو ﻳ ُِﺼﻴﺒَ ُﻬ ْﻢ‬
ْ َ‫ﻓَﻠْﻴ‬
‫َاب أَ ِ ٌﻢ‬
ٌ ‫َﻋﺬ‬
Maka hendaklah (berhati-hati) orang-orang yang menyalahi perintah
Rasulullah, takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
(Qs. An-Nuur, 24:63)
 Al Hafizh Ibnu Katsir menerangkan: “Menyalahi perintah Rasulullah
saw, yaitu menyalahi jalan hidup beliau saw, manhaj (cara
beragama), sunnah, syariatnya. Maka seluruh perkataan dan seluruh
amal, harus ditimbang dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah
saw. Apa yang sesuai dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah
saw, maka akan diterima oleh Allah. Dan apa yang tidak sesuai
dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah saw, maka akan ditolak
oleh Allah, siapapun yang melakukan perkataan dan perbuatan itu,
serta apapun perkataan dan perbuatan itu. Meskipun dia ulama, atau
seorang yang alim, jika perkataan dan perbuatannya menyelisihi
perkataan dan perbuatan Rasulullah saw, maka ia wajib ditolak
dengan dasar hadits:
‫ﻼ ﻟَ َْﺲ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ أَ ْ ُﺮﻧَﺎ َ ُﻬ َﻮ رَد‬
ً ‫ﻣَﻦْ َﻋﻤ َِﻞ َ َﻤ‬
Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka
amalan tersebut tertolak.
 Orang yang tidak berittiba’ kepada Rasulullah saw, mengingkarinya
dan menolaknya, akan terjatuh pada kekufuran, baik kufur yang
besar (akbar) ataupun kufur yang kecil (ashghar), atau kemunafikan,
atau bid’ah; dan ini merupakan pengaruh dari perbuatan dosa dan
maksiat; maksiat kepada Rasulullah saw memiliki pengaruh yang
besar terhadap hati manusia, berupa kekufuran, kemunafikan,
bid’ah; atau fitnah yang besar di dunia, yaitu berupa ancaman
dibunuh, diberi hukuman had ataupun di penjara oleh Ulil Amri.
[Tafsir Ibnu Katsir, III/338]
9 Untuk apa  Allah SWT berfirman:
kita hidup di dunia ini?
‫اﻹﻧْسَ إ ﱠِﻻ ﻟِﯾَﻌْ ُﺑدُو ِن‬
ِ ْ ‫َوﻣَﺎ ﺧَ ﻠَﻘْتُ ا ْﻟﺟِنﱠ َو‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Ad-Dzariyat, 51:56)
 Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, maksud Allah dalam
firman-Nya itu adalah: “Sesungguhnya Aku ciptakan mereka
hanyalah untuk Aku perintahkan mereka beribadah kepada-Ku,
bukan karena Aku butuh mereka.
 Ibnu Katsir mengutip Ali bin Tholhah yang mengatakan: illa liya’
buduuni artinya adalah kecuali agar mereka mengakui peribadatan
kepada-Ku, dengan pilihan maupun terpaksa.
 Allah SWT menciptakan jin dan manusia hanya untuk satu tujuan,
yakni beribadah kepada -Nya dalam segala bentuknya, baik yang
bersifat khusus (ibadah mahdloh) maupun ibadah secara umum,
yakni ketataan dan ketundukan kepada-Nya, serta keterikatan
(iltizam) dengan seluruh apa yang Dia syariatkan di dalam agama
Islam dalam seluruh aspek kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan publik.
 Visi orang-orang Islam yang memiliki tujuan hidup hanya untuk
beribadah kepada Allah SWT adalah menjadi ahli ibadah yang
terbaik, yang dalam bahasa Al-Quran disebut ibadurrahman, para
hamba Allah yang Mahapengasih.
10 Jadi, kenapa kaum  Shalat subuh 2 rakat, duhur 4 rakaat, ashar 4 rakaat, maghrib 3
mukmin rakaat dan isya 4 rakaat?
melaksanakan hal-hal  Bulan Ramadhan berpuasa?
berikut?  Haji ke Baitullah?
 Babi tidak dimakan?
 Kalau kentut yang dibasuh dalam wudhu bukan tempat keluar
kentut?

18
 Mencari nafkah dengan jalan yang halal?
 Menikah dengan orang yang dihalalkan oleh syariah?
 Jawabannya, karena semua itu adalah konsekuensi iman terhadap
Al-Quran
 Dan konsekuensi iman kita terhadap Al-Quran adalah menaati
seluruh perintah dan menjauhi seluruh larangan Allah dan Rasul-
Nya
11 Lantas, apa  Iman terhadap Al Quran harus totalitas
kesimpulannya?  Pengingkaran terhadap salah satu ayat dapat menyebabkan
pelakunya jatuh kepada kekufuran dan hukuman yang berat
 Tunduk dan patuh terhadap seluruh perintah Allah dan Rasulullah
saw adalah sebuah kewajiban

19
PERTEMUAN 4
KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Setiap makhluk yang  Allah SWT berfirman:
bernyawa akan mati
َ‫ت ۖ ﺛُ ﱠﻢ إِﻟَ ْﯿﻨَﺎ ﺗُﺮْ ﺟَ ﻌُﻮن‬
ِ ْ‫ﺲ ذَاﺋِﻘَﺔُ ا ْﻟﻤَﻮ‬
ٍ ‫ﻛُﻞﱡ ﻧَ ْﻔ‬
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya
kepada Kami kamu dikembalikan.” [QS. al-‘Ankabût [29]:57]
 Kapan waktunya seseorang akan berhadapan dengan kematian?
Wallahu a’lam
 Adanya kematian yang waktu kedatangannya penuh misteri
semestinya membuat kita berpikir secara serius:
1. Apa yang harus kita lakukan sebelum kematian itu datang kepada
kita?
2. Bolehkan kita berleha-leha dan berbuat semau kita dalam hidup
ini?
3. Ketika kematian datang kepada kita, apakah kita harus dalam
keadaan taat atau boleh dalam keadaan maksiyat kepada Allah
SWT?
4. Setelah kita mati, apakah hidup kita berakhir tanpa ada apa-apa
lagi, atau kata “kepada Kami kamu dikembalikan” itu artinya kita
akan otomatis masuk surganya Allah SWT?
2 Kebangkitan dan  Allah SWT menegaskan bahwa setelah mati, kita pasti akan
pembalasan dibangkitkan:
‫َز َﻋ َﻢ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ َﻛﻔَﺮُوا أَن ﻟﱠﻦ ﯾُ ْﺒ َﻌﺜُﻮا ۚ ﻗُﻞْ ﺑَﻠ َٰﻰ َو َرﺑﱢﻲ ﻟَﺘُ ْﺒ َﻌﺜُﻦﱠ ﺛُ ﱠﻢ‬
‫ﷲ ﯾَ ِﺴﯿ ٌﺮ‬
ِ ‫ﻚ َﻋﻠَﻰ ﱠ‬ َ ِ‫ﻟَﺘُﻨَﺒﱠﺆُنﱠ ﺑِﻤَﺎ َﻋ ِﻤ ْﻠﺘُ ْﻢ ۚ َو َٰذﻟ‬
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak
dibangkitkan. Katakanlah, “Tidak demikian. Demi Tuhanku, kalian
benar-benar pasti dibangkitkan, kemudian akan diberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Hal demikian adalah
mudah bagi Allah.” [QS. At –Taghaabun [64]: 7]
 Jadi, kita itu pasti dibangkitkan. Dan bukan hanya sekedar akan hidup
lagi, kemudian otomatis masuk surganya Allah SWT, tapi kita akan
diberikan berita tentang apa-apa yang telah kita kerjakan selama di
dunia ini
 Dan tidak sampai kepada pemberitaan saja, Allah SWT mengatakan
bahwa kita akan diberikan balasan atas apa-apa yang telah kita
kerjakan tersebut:
. َ‫ث إِﻟ َٰﻰ رَ ﺑﱢﮭِﻢۡ ﯾَﻨ ِﺴﻠُﻮن‬ ِ ‫َوﻧُﻔِﺦَ ﻓِﻰ ٱﻟﺼﱡ ﻮ ِر ﻓَﺈِذَا ھُﻢ ﻣﱢﻦَ ۡٱﻷ َۡﺟﺪَا‬
ُ‫ﻗَﺎﻟُﻮ ْا ﯾَ ٰـﻮَﯾۡ ﻠَﻨَﺎ ﻣ َۢﻦ ﺑَ َﻌﺜَﻨَﺎ ﻣِﻦ ﻣ ۡﱠﺮﻗَ ِﺪﻧَ ۜﺎ ھَ ٰـﺬَا ﻣَﺎ َو َﻋ َﺪ ٱﻟﺮ ۡﱠﺣ َﻤـٰﻦ‬
ۡ‫ﺻﯿۡ َﺤ ً۟ﺔ َوٲ ِﺣ َﺪ ً۟ة ﻓَﺈِذَا ھُﻢ‬َ ‫ إِن َ ﺎﻧ َۡﺖ إ ﱠِﻻ‬. َ‫ق ٱﻟۡ ﻤ ُۡﺮ َﺳﻠُﻮن‬ َ ‫ﺻ َﺪ‬َ ‫َو‬
َ‫ ﻓَﭑﻟۡ ﯿ َۡﻮ َم َﻻ ﺗُﻈۡ ﻠَ ُﻢ ﻧَﻔۡ ﺲٌ۟ ﺷَﯿۡ ـًٔ۟ﺎ وَ َﻻ ﺗ ُۡﺠﺰَ ۡون‬. َ‫ﻀﺮُون‬ َ ‫َﺟ ِﻤﯿ ٌ۟ﻊ ﻟﱠﺪَﯾۡ ﻨَﺎ ﻣ ُۡﺤ‬
َ‫إ ﱠِﻻ ﻣَﺎ ُﻨﺘُﻢۡ ﺗَﻌۡ َﻤﻠُﻮن‬
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan
segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka. Mereka
berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami
dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Dzat) Yang
Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya). Tidak adalah teriakan
itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua
dikumpulkan kepada Kami. Maka pada hari itu seseorang tidak akan
dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa
yang telah kamu kerjakan.” (QS. Yaasiin [36]: 51-54)
3 Bagaimana gambaran  Allah SWT berfirman:
manusia ketika
mendapatkan
َ‫ ﻛُﻞﱡ أ ُ ﱠﻣ ٍﺔ ﺗُ ْﺪﻋَﻰ إِﻟَﻰ ِﻛﺘَﺎﺑِﮭَﺎ ا ْﻟﯿَﻮْ َم ﺗُﺠْ ﺰَ وْ ن‬. ً‫َوﺗَ َﺮى ُﻛ ﱠﻞ أ ُ ﱠﻣ ٍﺔ َﺟﺎﺛِﯿَﺔ‬
pemberitaan terhadap َ‫ﻣَﺎ ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ﺗَ ْﻌ َﻤﻠُﻮْ ن‬
amal mereka di dunia? “Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap
umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu
20
kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.” (QS.
Al-Jaatsiyaat [45]: 28)
 Amal-amal manusia ketika di duinia baik kecil maupun besar
semuanya tercatat dalam buku catatan amal. Allah SWT berfirman:
‫ َوﻛُﻞﱡ ﺻَ ِﻐ ْﯿ ٍﺮ وَ َﻛﺒِ ْﯿ ٍﺮ ُﻣ ْﺴﺘَﻄَ ٌﺮ‬. ‫َوﻛُﻞﱡ ﺷَﻲْ ٍء ﻓَ َﻌﻠُﻮْ هُ ﻓِﻲ اﻟﺰﱡ ﺑُ ِﺮ‬
“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-
buku catatan (yang ada di tangan Malaikat). Dan segala (urusan)
yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.” (QS. Qomar [54] 52-
53)
 Orang-orang yang meyakini akan adanya penghisaban amal
sehingga dia taat kepada aturan Allah, maka dia akan mendapatkan
kitab catatan amal dari sebelah kanan, ridha Allah dan surga yang
penuh dengan kenikmatan. Allah SWT berfirman:
‫ إِﻧﱢﻰ‬. ۡ‫ﻓَﺄَﻣﱠﺎ ﻣ َۡﻦ أ ُوﺗِ َﻰ ِﻛﺘَ ٰـﺒَﮫُ ۥ ﺑِﯿَﻤِﯿﻨِ ِﮫۦ ﻓَﯿَﻘُﻮ ُل ھَﺎٓ ُؤ ُم ٱﻗۡ َﺮءُو ْا ِﻛﺘَ ٰـﺒِﯿَﮫ‬
‫ ﻓِﻰ ﺟَ ﻨﱠ ٍﺔ‬. ‫ﺿﯿَ ۟ ٍﺔ‬ ِ ‫ ﻓَﮭُﻮَ ﻓِﻰ ﻋِ ﯿ َﺸ ۟ ٍﺔ رﱠا‬. ۡ‫ﻖ ِﺣﺴَﺎﺑِﯿَﮫ‬ ٍ ‫ظَﻨَﻨﺖُ أَﻧﱢﻰ ُﻣﻠَ ٰـ‬
‫ﻋَﺎﻟِﯿَ ۟ ٍﺔ‬
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari
sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku
[ini]". Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan
menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam
kehidupan yang diridhai. Dalam surga yang tinggi.” (QS. Al-Haqqah
[69]:19-22)
 Sementara orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, maka dia
akan mendapatkan kitab catatan amal dari sebelah kirinya dan
dimasukkan ke dalam neraka yang penuh siksa. Allah SWT berfirman:
ۡ‫ َوﻟَﻢ‬. ۡ‫َوأَﻣﱠﺎ ﻣ َۡﻦ أ ُوﺗِ َﻰ ِﻛﺘَ ٰـﺒَﮫُ ۥ ﺑِ ِﺸﻤَﺎﻟِِۦﮫ ﻓَﯿَﻘُﻮ ُل ﯾَ ٰـﻠَﯿۡ ﺘَﻨِﻰ ﻟَﻢۡ أ ُوتَ ِﻛﺘَ ٰـﺒِﯿَﮫ‬
. ‫ َﻣﺎٓ أَﻏۡ ﻨ َٰﻰ َﻋﻨﱢﻰ ﻣَﺎﻟِﯿ َۡۜﮫ‬. َ‫ﺿﯿَﺔ‬ ِ ‫ﺖ ٱﻟۡ ﻘَﺎ‬ ِ َ‫ ﯾَ ٰـﻠَﯿۡ ﺘَﮩَﺎ ﻛَﺎﻧ‬. ۡ‫أَدۡ ِر ﻣَﺎ ِﺣﺴَﺎﺑِﯿَﮫ‬
‫ ﺛُ ﱠﻢ ﻓِﻰ‬. ُ‫ﺻﻠﱡﻮه‬ َ ‫ ﺛُ ﱠﻢ ٱﻟۡ ﺠَ ﺤِﯿ َﻢ‬. ُ‫ ُﺧﺬُوهُ ﻓَ ُﻐﻠﱡﻮه‬. ۡ‫ﻚ َﻋﻨﱢﻰ ﺳُﻠۡ ﻄَ ٰـﻨِﯿَﮫ‬ َ َ‫ھَﻠ‬
ِ ‫ إِﻧﱠﮫُ ۥ ﻛَﺎنَ َﻻ ﯾ ُۡﺆﻣِﻦُ ﺑِﭑ ﱠ‬. ُ‫ِﺳﻠۡ ِﺴﻠَ ۟ ٍﺔ ذ َۡر ُﻋﮭَﺎ ﺳَﺒۡ ﻌُﻮنَ ذِرَ ا ً۟ﻋﺎ ﻓَﭑﺳۡ ﻠُﻜُﻮه‬
ِ‫ٱﻟۡ َﻌﻈِﯿﻢ‬
“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah
kirinya, maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak
diberikan kepadaku kitabku [ini]. Dan aku tidak mengetahui apa hisab
terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan
segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfa’at
kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku" [Allah berfirman]:
"Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya." Kemudian
masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh
hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang
Maha Besar.” (QS. Al-Haqqah [69]:25-33)
4 Bagaimana dengan  Allah SWT berfirman:
orang-orang yang
beriman tapi
‫ﺿﯿَ ٍﺔ ۟ َوأَﻣﱠﺎ ﻣ َۡﻦ َﺧﻔ ۡﱠﺖ‬ِ ‫ﻓَﺄَﻣﱠﺎ ﻣَﻦ ﺛَﻘُﻠ َۡﺖ َﻣ َﻮٲزِﯾﻨُﮫُ ﻓَﮭُ َﻮ ﻓِﻰ ﻋِﯿ َﺸ ۟ ٍﺔ رﱠا‬
timbangan ‫ﻚ ﻣَﺎ ِھﯿَﮫۡ ﻧَﺎ ٌر َﺣﺎ ِﻣﯿَ ُۢﺔ‬ َ ٰ ‫َﻣ َﻮٲزِﯾﻨُﮫُ ﻓَﺄ ُ ﱡﻣﮫُ ۥ ھَﺎ ِوﯾَ ٌ۟ﺔ َو َﻣﺎٓ أَدۡ َر‬
kebaikannya lebih “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan [kebaikan]nya,
sedikit dibanding maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun
timbangan amal orang-orang yang ringan timbangan [kebaikan]nya, maka tempat
buruknya? kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah
neraka Hawiyah itu? [Yaitu] api yang sangat panas.” (QS. Al-Qoriah
[101]: 6-11)
 Kebaikan yang dimaksud bukan sekedar apa yang dipandang baik
oleh manusia karena apa yang dipandang baik oleh manusia belum
tentu baik dalam pandangan Allah SWT. Kebaikan yang dimaksud
disini adalah amal sholeh, yaitu amal yang dilakukan ikhlas semata
karena Allah dan benar sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah saw
 Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu beramal sholeh,
mengikhlaskan setiap amal karena Allah dan menstandarkan amal-

21
amal kita kepada standar Islam agar nanti di hari hisab kita bisa
selamat
5 Berapa lama kita akan َ‫ﻟَ ِﻜ ِﻦ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ اﺗﱠﻘَﻮْ ْا َرﺑﱠﮭُ ْﻢ ﻟَﮭُ ْﻢ َﺟﻨﱠﺎتٌ ﺗَﺠْ ﺮِي ﻣِﻦ ﺗَﺤْ ﺘِﮭَﺎ اﻷَ ْﻧﮭَﺎ ُر َﺧﺎﻟِﺪِﯾﻦ‬
hidup di akhirat?
‫ﷲِ ﺧَ ْﯿ ٌﺮ ﻟﱢﻸَ ْﺑ َﺮا ِر‬
ّ ‫ﷲِ وَ ﻣَﺎ ﻋِﻨ َﺪ‬
ّ ‫ﻓِﯿﮭَﺎ ﻧُ ُﺰﻻً ﻣﱢﻦْ ﻋِ ﻨ ِﺪ‬
Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka
surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di
dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa
yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti .” (QS.
Ali Imron [3]: 198)
َ‫ت َوا ْﻟ ُﻜﻔﱠﺎ َر ﻧَﺎ َر َﺟﮭَﻨﱠ َﻢ َﺧﺎﻟِﺪِﯾﻦَ ﻓِﯿﮭَﺎ ھِﻲ‬
ِ ‫َو َﻋ َﺪ ﷲ ا ْﻟ ُﻤﻨَﺎﻓِﻘِﯿﻦَ َوا ْﻟ ُﻤﻨَﺎﻓِﻘَﺎ‬
‫ﷲُ َوﻟَﮭُ ْﻢ َﻋﺬَابٌ ﱡﻣﻘِﯿ ٌﻢ‬ ّ ‫َﺣ ْﺴﺒُﮭُ ْﻢ َوﻟَ َﻌﻨَﮭُ ُﻢ‬
“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan
orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di
dalamnya. cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati
mereka, dan bagi mereka azab yang kekal .” (QS. at-Taubah [9]: 68)
6 Apakah sama lama  Allah SWT berfirman:
waktu di dunia dengan
lama waktu di akhirat?
َ‫َوإِنﱠ ﯾَﻮْ ﻣًﺎ ﻋِ ْﻨ َﺪ َرﺑﱢﻚَ َﻛﺄَﻟْﻒِ َﺳﻨَ ٍﺔ ِﻣﻤﱠﺎ ﺗَ ُﻌﺪﱡون‬
“Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun
menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj [22]: 47)
 Allah SWT juga berfirman:
َ‫ﺗَﻌۡ ُﺮ ُج ٱﻟۡ َﻤﻠَ ٰـ ٓ ِٕ َﺔُ َوٱﻟﺮﱡ و ُح إِﻟَﯿۡ ِﮫ ﻓِﻰ ﯾ َۡﻮ ۟ ٍم ﻛَﺎنَ ﻣِﻘۡ ﺪَا ُرهُ ۥ ﺧَﻤۡ ﺴِ ﯿﻦَ أَﻟۡ ﻒ‬
‫َﺳﻨَ ۟ ٍﺔ‬
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik [menghadap] kepada Tuhan dalam
sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’arij [70]: 4)
7 Bagaimana gambaran “Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan
para penghuni surga? mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka
kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan
serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-
Nya.” (QS. Ali Imran [3]: 15)
“Dan [di dalam surga itu] ada bidadari-bidadari yang bermata jeli,
laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS al-Waqi’ah [56]: 22-23)
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka [bidadari-bidadari] dengan
langsung. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta
lagi sebaya umurnya, [Kami ciptakan mereka] untuk golongan kanan”
(QS al-Waqi’ah [56]: 35-37)
“(Itulah) Jannah ‘Adn, tempat mukim mereka, bersama orang-orang
shalih dari bapak, istri, dan anak cucu mereka. Sementara itu, para
malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu, (sambil berucap):
‘Sejahtera atas kalian seluruhnya karena kesabaran kalian’. Maka,
alangkah baiknya tempat berakhir itu.” (QS. Ar-Ra’ad [13]: 23-24)
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada
Tuhannyalah mereka melihat.” (QS al-Qiyamah [75]: 22-23)
“Sungguh para penduduk surga itu dalam kesibukan yang
menyenangkan.” (QS. Yaasiin [36]: 55)
“Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari
apa yang mereka inginkan.” (QS al-Waqiah [56]: 20-21)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan
(yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air. Dan (mendapat) buah-
buahan dari (macam-macam) yang mereka inginkan. (Dikatakan kepada
mereka): "Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS al-Mursalaat [77]: 41-43)
“Di dalam Surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang
campurannya adalah jahe.” (QS al-Insan [76]: 17)
“Jannah (Surga) yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa
yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan
baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-

22
sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-
sungai dari madu yang disaring.” (QS. Muhammad [47]: 15)
“Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan
dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan
memberikan kepada mereka minuman yang bersih.” (QS. al-Insan [76]:
21)
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan
mengerjakan amal yang shalih ke dalam surga-surga yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan
gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah
sutera.” (QS al-Hajj [22]: 23)
”Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari
sutera.” (QS ar-Rahman [55]: 54)
“Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata.”
(QS al-Waqi’ah [56]: 15)
8 Bagaimana gambaran “Dan wajah - wajah di hari itu akan bermuram durja.” (QS. al-Qiyamah
para penghuni [75]: 24)
neraka? “Ketika (itu) belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya
mereka diseret. (Kemudian mereka dimasukan) ke dalam api yang sangat
panas, lalu mereka dibakar di dalam api (yang menyala-nyala).” (QS. Al-
Mu’min [40]: 71-72)
“Pakaian mereka adalah dari aspal panas (TER) dan muka mereka
ditutup oleh api neraka.” (QS. Ibrahim [14]: 50)
“Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari
api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala
mereka.” (QS. al-Hajj [22]: 19)
“Sesungguhnya (ahli jahanam) kepadanya akan ditumpahkan air yang
sangat mendidih ke atas kepala mereka, sampai-sampai itu
menghancurkan tubuh bagian dalam mereka dan mengeluarkan segala
organ bagian dalam. Setelah itu (tubuh rusak tersebut) diciptakan
kembali (untuk selanjutnya menerima siksaan yang berulang-ulang.” (HR.
Ahmad, Tirmidzi, Al-Hakim dari Abi Hurairah)
“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri,
yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS. al-
Ghasiyyah [88]: 6-7)
“Sesungguhnya pohon zaqqum itu. Makanan orang yang banyak
berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut,
Seperti mendidihnya air yang amat panas.” (QS. al-Dukhan [44]: 43-46)
“Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang
pedih.” (QS. Al-Muzzammil [73]: 113)
“Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air
nanah. Diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya
dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi
dia tidak juga mati, dan di hadapannya masih ada azab yang berat.”
(QS. Ibrahim [14]: 16-17)
“Orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air
yang mendidih sehingga memotong ususnya.” (QS. Muhammad [47]: 15)
“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada
selimut (api neraka).” (QS. Al-A’raf [7]: 41)
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, maka
kelak akan Kami masukan mereka ke dalam jahannam. Setiap kali kulit
mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain (baru)
supaya mereka merasakan adzab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.” (QS. An-Nisaa’ [4]: 56)
Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah saw bersabda: “Apabila penduduk
surga telah memasuki surga dan penduduk neraka memasuki
neraka, maka didatangkan kematian lalu diletakkan diantara surga dan
23
neraka kemudian disembelih kemudian diserukan oleh penyeru: Wahai
penduduk surga tiada kematian lagi dan wahai penduduk neraka tiada
kematian lagi. Penduduk surga semakin bertambah kegembiraan mereka
dan penduduk neraka semakin bertambah kesedihan mereka”. (HR.
Bukhari dan Muslim)
"Seringan-ringannya siksa pada Hari Kiamat ialah orang yang padanya
diletakkan dua bara api di bawah tumitnya yang mampu mendidihkan
otaknya. Pada saat itu ia merasa bahwa tidak seorangpun yang lebih
berat siksaan yang diterimanya dibandingkan dengan orang lain.
Padahal sesungguhnya itulah siksa seringan-ringannya" (HR. Bukhari
Muslim)
“Jarak antara dua ujung pundak orang kafir di dalam neraka sejauh
perjalanan 3 hari yang ditempuh penunggang kuda yang larinya cepat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
“Gigi geraham atau gigi taring orang kafir (penghuni neraka) seperti
gunung Uhud, sementara tebal kulitnya sejauh perjalanan 3 hari.” (HR.
Muslim)
9 Allah mengabarkan ‫ إ ﱠِﻻ‬. َ‫ ﺛُ ﱠﻢ َردَدۡ ﻧَ ٰـﮫُ أَﺳۡ ﻔَﻞَ َﺳ ٰـﻔِﻠِﯿﻦ‬. ‫ﻟَﻘَﺪۡ َﺧﻠَﻘۡ ﻨَﺎ ۡٱﻹِﻧ َﺴـٰﻦَ ﻓِﻰٓ أ َۡﺣ َﺴ ِﻦ ﺗَﻘۡ ﻮ ۟ ٍِﯾﻢ‬
bahwa manusia
diciptakan dalam ٍ۟‫ﺖ ﻓَﻠَﮭُﻢۡ أ َۡﺟ ٌﺮ ﻏَﯿۡ ُﺮ ﻣَﻤۡ ﻨُﻮن‬ ِ ‫ﺼ ٰـﻠِ َﺤ ٰـ‬
‫ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَا َﻣﻨُﻮ ْا َو َﻋ ِﻤﻠُﻮ ْا ٱﻟ ﱠ‬
wujud terbaik tapi “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
nanti akan sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
dimasukkan ke dalam serendah-rendahnya [neraka], kecuali orang-orang yang beriman dan
yang paling rendah mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-
yaitu neraka. Lantas putusnya.” (QS. At-Tiin [95]:3-5)
apa yang harus kita “Rasulullah SAW suatu hari duduk-duduk (bersama para shahabat). Di
lakukan? tangan beliau ada sepotong kayu, lalu dengan kayu tersebut beliau
menggores-gores (tanah). Lalu nabi mengangkat kepala dan berkata :
“Setiap kalian yang bernyawa sudah ditetapkan tempatnya di jannah
(surga) dan jahannam”. Para shahabat terkejut lalu bertanya : “Kalau
demikian ya Rasulullah apa gunanya kita beramal? Apakah tidak lebih
baik kita bertawakal saja (kepada taqdir)? Beliau menjawab : “Jangan!
Tetaplah beramal, setiap orang akan dimudahkan oleh Allah jalan yang
sudah ditentukan baginya.” Kemudian beliau membaca ayat:
‫َى‬
ٰ ‫ ﻓَ َﺴﻨُﯿَ ﱢﺴ ُﺮهُ ۥ ﻟِﻠۡ ﯿُﺴۡ ﺮ‬. ‫ق ﺑِﭑﻟۡ ﺤُﺴۡ ﻨ َٰﻰ‬
َ ‫ﺻ ﱠﺪ‬
َ َ‫ و‬. ‫ﻓَﺄَﻣﱠﺎ ﻣ َۡﻦ أَﻋۡ ﻄ َٰﻰ َوٱﺗﱠﻘ َٰﻰ‬
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa”. “Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)”.
“Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. (QS. Al
Lail [92]: 5-7)
10 Apa kesimpulannya? 1. Kematian itu pasti terjadi, bisa datang kepada kita kapan saja dan
dimana saja
2. Kehidupan (kebangkitan) setelah kematian itu pasti adanya dan
pertanggungjawaban atas amal-amal kita itu pasti akan
diberlakukan
3. Penting bagi kita untuk masuk ke dalam golongan orang yang
beriman dan senantiasa beramal soleh agar bisa husnul khatimah
dan nanti bisa masuk surga yang penuh kenikmatan
4. Penting juga bagi kita agar tidak menanggalkan keimanan kita dan
menjauhi larangan Allah sehingga kita dijauhkan dari su’ul khatimah
dan tidak dimasukkan ke dalam neraka yang penuh siksa
5. Jangan pernah menyepelekan dosa (baik besar ataupun kecil) karena
khawatir dosa itu akan menambah berat timbangan keburukan kita
dan tidak mendapat pengampunan dari Allah SWT
6. Terakhir, jangan menyepelekan siksa neraka karena siksa neraka
sangatlah menyakitkan, waktunya sangatlah lama, bahkan bisa
selamanya. Naudzubillah…

24
PERTEMUAN 5
COBAAN: TANDA CINTA ALLAH KEPADA HAMBA-NYA
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Mengapa materi ini  Ada orang yang hijrah ke jalan Islam, kemudian mendapat
perlu kita bahas? cobaan, dia merasa tidak kuat dan akhirnya keluar dari jalan
Islam.
 Ada juga orang yang hijrah ke jalan Islam, kemudian mendapat
cobaan, dia sabar dan istiqomah, akhirnya husnul khotimah.
 Mudah-mudahan kita yang sedang berupaya untuk hijrah dan
taat kepada Allah ketika mendapat cobaan bisa sabar, istiqomah
dan meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin…
2 Kenapa mereka bisa  Bisa karena perbedaan pemahaman
berbeda sikap dan  Bisa juga karena perbedaan tingkat kesabaran
pilihan hidup?
3 Bentuk cinta manusia  Dia akan memenuhi apapun yang diinginkan oleh orang yang
kepada manusia dicintainya.
 Dia akan melakukan apa saja untuk memenuhi permintaan
orang yang dicintainya.
 Dia akan memberikan yang terbaik dalam memenuhi
permintaan orang yang dicintainya.
4 Jika Allah mencintai Rasulullah saw bersabda:
hamba-nya ‫ﷲ ﻋَزﱠ َوﺟَ ﱠل إِ َذا أَﺣَ بﱠ ﻗ َْوﻣًﺎ ا ْﺑ َﺗﻼَ ُھ ْم‬
َ ‫إِنﱠ ﱠ‬
“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan
memberikan cobaan kepada mereka.“ (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
5 Bentuk cinta allah  Allah SWT berfirman:
kepada hamba-nya ِ‫ص ﻣﱢنَ ۡٱﻷ َۡﻣ َوٲل‬
۟ ٍ ۡ‫َوﻟَﻧَﺑۡ ﻠ َُو ﱠﻧﻛُم ِﺑﺷ َۡﻰ ٍ۟ء ﻣﱢنَ ٱﻟۡ ﺧَ ۡوفِ َوٱﻟۡ ﺟُوعِ َوﻧَﻘ‬
‫ت‬
ِ ‫َو ۡٱﻷَﻧﻔُسِ َوٱﻟ ﱠﺛﻣَرَ ٲ‬
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan.” (QS. Al-Baqarah, 2:155)
 Allah SWT juga berfirman:
‫ﻟَﺗُﺑۡ ﻠَوُ نﱠ ﻓِﻰٓ أ َۡﻣ َوٲﻟِ ُمۡ َوأَﻧﻔُﺳِ ُمۡ َوﻟَﺗ َۡﺳ َﻣﻌُنﱠ ﻣِنَ ٱﻟﱠذِﯾنَ أ ُوﺗُو ْا‬
‫ٱﻟۡ ِﻛ َﺗـٰبَ ﻣِن ﻗَﺑۡ ﻠِ ُمۡ َوﻣِنَ ٱﻟﱠذِﯾنَ أَﺷۡ رَ ﻛ ُٓو ْا أَ ً۟ذى َﻛﺛِﯾرً۟ ا‬
"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan
dirimu. Dan [juga] kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari
orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-
orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak
yang menyakitkan hati.” (QS. Ali ‘Imrân [3]: 186)
6 Bersyukurlah  Karena cobaan itu menunjukkan bahwa:
 Allah mencintai hamba-Nya.
 Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya.
 Kebaikan seperti apa?
7 Disegerakan hukuman  Rasulullah saw bersabda:
di dunia ‫ َوإِ َذا أَرَ ا َد‬، ‫ﷲ ُ ِﺑ َﻌ ْﺑ ِد ِه اﻟْﺧَ ﯾْرَ ﻋَ ﺟﱠ َل ﻟَ ُﮫ ا ْﻟ ُﻌﻘُو َﺑ َﺔ ﻓِﻲ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ‬‫إِ َذا أَرَ ا َد ﱠ‬
‫ك َﻋ ْﻧ ُﮫ ِﺑ َذ ْﻧ ِﺑ ِﮫ ﺣَ ﺗﱠﻰ ﯾ َُواﻓِﻲَ ِﺑ ِﮫ ﯾ َْو َم ا ْﻟ ِﻘﯾَﺎ َﻣ ِﺔ‬
َ ‫ﷲ ُ ﺑِﻌَ ْﺑ ِد ِه اﻟﺷﱠرﱠ أَ ْﻣ َﺳ‬
‫ﱠ‬
“Ketika Allah menginginkan hamba-Nya suatu kebaikan, maka
disegerakan hukumannya di dunia. Kalau Allah menginginkan
hamba-Nya suatu kejelekan, maka dosanya ditahan sampai
dibalas nanti di hari kiamat.” (HR. Tirmizi)
8 Cobaan menimpa bisa  Allah SWT berfirman:
jadi karena dosa kita ‫ﺻﺎ َﺑ ُﻛ ْم ﻣِنْ ﻣُﺻِ ﯾ َﺑ ٍﺔ َﻓ ِﺑﻣَﺎ َﻛ َﺳﺑَتْ أَ ْﯾدِﯾ ُﻛ ْم‬
َ َ‫َوﻣَﺎ أ‬
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu (dosa) sendiri.” (QS. Asy
Syura: 30)

25
 Musibah dan cobaan boleh jadi disebabkan dosa-dosa yang
pernah kita perbuat baik itu kekufuran, kesyirikan, dosa besar
dan maksiat lainnya.
 Oleh karena itu kita perlu untuk introspeksi diri. Barangkali:
 Ada kewajiban yang dilalaikan
 Ada keharaman yang dikerjakan
 Dan tentu kita harus melakukan:
 Taubat (menyesal, membaca istighfar, tidak mengulangi
kesalahan)
 Memperbaiki apa yang harus diperbaiki
9 Jalan menuju surga  Bagi orang-orang yang telah berhijrah dari kekufuran kepada
keimanan, dari kemaksiyatan kepada ketaatan, ingat bahwa:
Jalan menuju surga tidak semulus dan seringan yang kita
bayangkan.
 Allah SWT berfirman:
‫أَمۡ ﺣَ ﺳِ ﺑۡ ﺗُمۡ أَن ﺗ َۡد ُﺧﻠُو ْا ٱﻟۡ ﺟَ ﱠﻧ َﺔ َوﻟَﻣﱠﺎ َﯾ ۡﺄ ِﺗﻛُم ﱠﻣ َﺛ ُل ٱﻟﱠذِﯾنَ ﺧَ ﻠ َۡو ْا ﻣِن‬
‫ﻗَﺑۡ ﻠِﻛُم ﱠﻣﺳﱠﺗۡ ُﮩ ُم ٱﻟۡ َﺑ ۡﺄ َﺳﺎ ٓ ُء َوٱﻟﺿﱠرﱠ ٓا ُء َوزُﻟۡ زِ ﻟ ُو ْا ﺣَ ﺗ ٰﱠﻰ َﯾﻘُو َل ٱﻟرﱠ ﺳُو ُل‬
ٌ۟‫َﺻرَ ٱ ﱠ ِ ﻗَرِ ﯾب‬
ۡ ‫َﻻ إِنﱠ ﻧ‬ ٓ َ ‫َﺻ ُر ٱ ﱠ ِ أ‬ۡ ‫َوٱﻟﱠذِﯾنَ ءَا َﻣﻧُو ْا َﻣ َﻌ ُﮫ ۥ َﻣﺗ َٰﻰ ﻧ‬
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu [cobaan] sebagaimana halnya orang-
orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan [dengan
bermacam-macam cobaan] sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah
itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah, 2:214)
10 Semakin kuat iman, Rasulullah saw bersabda:
akan semakin diuji Ahmad telah mengeluarkan dengan jalan Mus’ab bin Sa'id dari
ayahnya, ia berkata, Aku berkata, “Wahai Rasulullah saw., siapa
manusia yang paling berat cobaannya?” Rasulullah saw. bersabda:
Para Nabi, kemudian orang-orang yang shalih, kemudian generasi
setelahnya, dan generasi setelahnya lagi. Seseorang akan diuji
sesuai dengan kadar agamanya. Apabila ia kuat dalam agamanya,
maka ujian akan semakin ditambah. Apabila agamanya tidak kuat,
maka ujian akan diringankan darinya. Tidak henti-henti ujian
menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi ini
dengan tidak memiliki kesalahan sedikit pun.
11 Cobaan, meninggikan  Rasulullah saw bersabda:
derajat atau ُ‫ﷲ‬
‫ﷲ َﻣﻧْزِ ﻟَ ٌﺔ ﻟَ ْم َﯾ ْﺑﻠ ُﻐْ ﮭَﺎ ﺑِﻌَ َﻣﻠِ ِﮫ ا ْﺑﺗ ََﻼهُ ﱠ‬
ِ ‫إِنﱠ ا ْﻟ َﻌ ْﺑ َد إِ َذا َﺳ َﺑﻘَتْ ﻟَ ُﮫ ﻣِنْ ﱠ‬
menghapus dosa
‫ﻓِﻲ ﺟَ َﺳ ِد ِه أ َْو ﻓِﻲ ﻣَﺎﻟِ ِﮫ أ َْو ﻓِﻲ َوﻟَ ِد ِه‬
“Sesungguhnya seorang hamba ketika didahului kedudukan di
sisi Allah, dimana amalannya tidak sampai (kepadaNya), maka
Allah akan mengujinya di badan atau harta atau anaknya.” (HR.
Abu Dawud)
 Rasulullah saw bersabda:
‫ﷲُ ِﺑﮭَﺎ َدرَ ﺟَ ًﺔ‬
‫ﻣَﺎ ﯾُﺻِ ﯾبُ ا ْﻟﻣ ُْؤﻣِنَ ﻣِنْ ﺷ َْو َﻛ ٍﺔ َﻓﻣَﺎ ﻓ َْو َﻗﮭَﺎ إ ﱠِﻻ رَ َﻓ َﻌ ُﮫ ﱠ‬
‫ أ َْو ﺣَ ﱠط ﻋَ ْﻧ ُﮫ ِﺑﮭَﺎ ﺧَ طِ ﯾ َﺋ ًﺔ‬،
“Tidaklah seorang mukmin terkena duri dan lebih dari itu
melainkan Allah akan mengangkat derajat dengannya. Atau
dihapuskan kesalahannya dengannya.” (HR. Bukhori dan
Muslim)
 Rasulullah saw bersabda:
"Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit,
kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan,
hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan
menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR.
Bukhari & Muslim)
 Rasulullah saw bersabda:
26
“Cobaan senantiasa akan menimpa seorang Mukmin, keluarga,
harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam
keadaan tidak mempunyai dosa.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
 Rasulullah saw bersabda:
‫ﯾض‬
ِ ِ‫ﯾ ََو ﱡد أَھْ ُل ا ْﻟ َﻌﺎ ِﻓ َﯾ ِﺔ ﯾ َْو َم ا ْﻟ ِﻘﯾَﺎ َﻣ ِﺔ أَنﱠ ُﺟﻠ ُو َد ُھ ْم ﻗُرِ ﺿَتْ ﺑِﺎ ْﻟ َﻣﻘَﺎر‬
‫ب أَھْ لِ ا ْﻟ َﺑﻼَ ِء‬
ِ ‫ِﻣﻣﱠﺎ ﯾَرَ ْونَ ﻣِنْ ﺛ ََوا‬
“Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-
potong dengan gunting ketika di dunia, karena mereka melihat
betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di
dunia.” (HR. Baihaqi)
 Sebagian ulama salaf berkata:
“Kalau bukan karena musibah-musibah yang kita alami di dunia,
niscaya kita akan datang pada Hari Kiamat dalam keadaan
bangkrut.”
12 Besarnya pahala sesuai Rasulullah saw bersabda:
dengan besarnya ujian ‫إِنﱠ ﻋِ َظ َم اﻟْﺟَ زَ ا ِء ﻣَﻊَ ﻋِ ظَمِ ا ْﻟ َﺑﻼَ ِء‬
“Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian.“
(HR. Tirmidzi)
13 Kebaikan dibalik 1. Diampuni dosa
cobaan 2. Diangkat derajat
14 Penghilang  Musibah dapat menghilangkan sikap sombong, ujub dan
kesombongan takabur.
 Betapa banyak manusia sombong, ujub dan takabur, saat
ditimpa musibah, ia baru mulai menyadari dirinya serba lemah
dan tak berdaya.
 Saat itu hilanglah kesombongannya.
15 Menguatkan kesabaran Sabar berarti menahan hati dan lisan dari berkeluh kesah serta
menahan anggota badan dari perilaku emosional seperti
menampar pipi dan merobek baju.
16 Sabar di awal musibah  Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih
dulu di awal musibah.
 Dari Anas ra., ia berkata:
Suatu ketika Nabi saw. menghampiri seorang wanita yang
menangis di dekat kuburan, kemudian Nabi bersabda,
“Bertakwalah engkau kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita
itu berkata, “Engkau tidak tertimpa musibah seperti aku.”
Wanita itu tidak mengenal Rasulullah saw. Kemudian dikatakan
kepada wanita itu bahwa yang berkata tadi adalah Rasulullah
saw. Wanita itu lalu mendatangi rumah Nabi saw. tapi ia tidak
menemukan penjaga pintu, sehingga ia masuk ke rumah Nabi
dan berkata, “Aku tidak mengenal engkau.” Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya kesabaran itu pada saat pertama
kali ditimpa musibah.” (Mutafaq ‘alaih)
17 Perintah bersabar  Allah SWT berfirman:
َ ‫ٱﺻ ِﺑرُو ْا َو‬
‫ﺻﺎ ِﺑرُو ْا‬ ۡ ‫َﯾ ٰـٓﺄ َ ﱡﯾﮭَﺎ ٱﻟﱠذِﯾنَ ءَا َﻣﻧُو ْا‬
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu” (QS. Ali ‘Imrân, 3:200)
 Allah SWT juga berfirman:
َ‫ﺻﻠ َٰو ِة إِنﱠ ٱ ﱠ َ ﻣَﻊ‬
‫ٱﺳ َﺗﻌِﯾﻧُو ْا ﺑِﭑﻟﺻﱠﺑۡ رِ َوٱﻟ ﱠ‬
ۡ ‫َﯾ ٰـٓﺄ َ ﱡﯾﮭَﺎ ٱﻟﱠذِﯾنَ ءَا َﻣﻧُو ْا‬
َ‫ﺻ ٰـﺑِرِ ﯾن‬
‫ٱﻟ ﱠ‬
”Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah, 2:153)
18 Kabar gembira untuk  Allah SWT berfirman:
orang yang sabar َ‫ﺻ ٰـﺑِرِ ﯾن‬
‫َو َﺑﺷﱢرِ ٱﻟ ﱠ‬
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.” (QS. al-Baqarah, 2:155)

27
 Allah SWT juga berfirman:
‫ﺻ ٰـ ِﺑرُونَ أ َۡﺟرَ ھُم ﺑِﻐَ ﯾۡ رِ ِﺣ َﺳﺎ ٍ۟ب‬
‫إ ﱠﻧﻣَﺎ ﯾ َُوﻓﱠﻰ ٱﻟ ﱠ‬
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. az-Zumar, 39:10)
19 Keutamaan sabar  Al Auza’i mengatakan, “Pahala bagi orang yang bersabar tidak
bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan
mendapatkan ketinggian derajat.”
 As Sudi mengatakan, “Balasan orang yang bersabar adalah
surga.” [Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/117,
Muassasah Qurthubah]
20 Jenis-jenis Sabar dan Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata:
pahalannya “Sabar itu ada tiga yaitu sabar dalam musibah, sabar dalam taat,
dan sabar dalam menjauhi maksiat. Barangsiapa bersabar dalam
musibah sehingga dikembalikannya dalam keadaan baik atas apa
yang menimpa dirinya (ia ridho atas bala’ yang diberikan-Nya),
maka Allah akan menulis baginya 300 derajat yang tiap-tiap
derajat jaraknya antara langit dengan bumi. Dan barangsiapa
bersabar dalam melaksanakan taat, maka Allah akan
menuliskannya 600 derajat, tiap dua derajat jaraknya antara langit
dunia dengan Sidratul Muntaha. Dan barangsiapa yang bersabar
dalam menjauhi maksiat, maka Allah tulis baginya 900 derajat
yang jarak dua derajatnya seperti ‘Arasy dua kali.” (HR. Abu Dunya
dan Abu Syaikh, Al-Firdaus bi Ma’tsuur al-Khittab)
21 Sabar itu wajib Rasulullah saw bersabda:
‫ َﻓﻣَنْ ﺻَ ﺑَرَ َﻓﻠَ ُﮫ‬، ‫ﷲ ﻋَزﱠ َوﺟَ ﱠل إِ َذا أَﺣَ بﱠ ﻗ َْوﻣًﺎ ا ْﺑ َﺗﻼَ ُھ ْم‬
َ ‫إِنﱠ ﱠ‬
‫ َوﻣَنْ ﺟَ زِ عَ َﻓﻠَ ُﮫ اﻟْﺟَ زَ ُع‬،ُ‫ﺻ ْﺑر‬ ‫اﻟ ﱠ‬
“Sesungguhnya Allah Azza wajalla jika mencintai suatu kaum,
maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka.
Barangsiapa yang sabar, maka dia berhak mendapatkan (pahala)
kesabarannya. Dan barangsiapa marah, maka dia pun berhak
mendapatkan (dosa) kemarahannya.” (HR. Ahmad)
22 Ridho terhadap qodho Rasulullah saw bersabda:
،‫ َﻓﻣَنْ رَ ﺿِ ﻲَ َﻓﻠَ ُﮫ اﻟرﱢ ﺿَﻰ‬، ‫ﷲ إِ َذا أَﺣَ بﱠ ﻗ َْوﻣًﺎ ا ْﺑ َﺗﻼَ ُھ ْم‬
َ ‫إِنﱠ ﱠ‬
ُ ْ‫َوﻣَنْ ﺳَ ِﺧ َط َﻓﻠَ ُﮫ ا ْﻟﺳُﺧ‬
‫ط‬
“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum Dia akan menguji
mereka, siapa yang ridha maka baginya keridhaan (Allah) dan
siapa yang murka maka baginya kemurkaan (Allah)."(HR. Tirmidzi)
23 Musibah:  Allah SWT berfirman:
qodho Allah SWT ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺻﺎبَ ﻣِنْ ﻣُﺻِ ﯾ َﺑ ٍﺔ إ ﱠِﻻ ِﺑﺈِذْ ِن ﱠ‬
َ َ‫ﻣَﺎ أ‬
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali
dengan ijin Allah” (QS. at-Taghâbun, 64: 11)
 Ketika menafsirkan QS. at-Taghâbun ayat 11, Imam Ibnu Katsîr
rahimahullâh berkata:
“Seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa
musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh SWT,
kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala
dari Allâh SWT), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada
ketentuan Allâh SWT tersebut, maka Allâh SWT akan
memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan
musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan
keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Allâh
SWT akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan
sesuatu yang lebih baik baginya.” (Tafsîr Ibnu Katsîr (8/137))
24 Doa dari Rasulullah saw Ummu Salamah -salah satu istri Nabi saw- berkata bahwa beliau
pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia
mengucapkan:

28
‫ اﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠم ْأﺟُرْ ﻧِﻰ ﻓِﻰ ﻣُﺻِ ﯾ َﺑﺗِﻰ َوأَﺧْ ﻠِفْ ﻟِﻰ‬. َ‫إِﻧﱠﺎ ِ ﱠ ِ َوإِ ﱠﻧﺎ إِﻟَ ْﯾ ِﮫ رَ ا ِﺟﻌُون‬
‫ﺧَ ﯾْرً ا ِﻣ ْﻧﮭَﺎ‬
“Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii
wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan
akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap
musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih
baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya
dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah
(suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang
Rasulullah saw perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami
yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah saw.” (HR.
Muslim)

29
PERTEMUAN 6
SEPUTAR REZEKI
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Definisi rezeki  Secara bahasa razaqa artinya a’thâ (memberi) dan ar-
secara bahasa rizqu artinya al-‘atha’ (pemberian). (al-Azhari, Ash-Shihah fî al-
Lughah; Zainuddin ar-Razi, Mukhtâr ash-Shihah; Ibn faris, Maqâyîs
al-Lughah. Semuanya pada bagian razaqa).
 Menurut ar-Razi dan al-Baydhawi, secara bahasa ar-rizqu juga
berarti al-hazhzhu (bagian/porsi), yaitu nasib (bagian) seseorang
yang dikhususkan untuknya tanpa orang lain.
 Karena itu, Abu as-Saud mengartikan ar-rizqu dengan al-hazhzhu al-
mu’thâ (bagian/porsi yang diberikan). (ar-Razi, Tafsîr ar-Râzî; al-
Baydhawi, Tafsîr al-Baydhâwî; Abu as-Sa’ud, Tafsîr Abû as-Sa’ûd.
Semuanya pada tafsir QS 2: 3).
 Menurut Ibn Abdis Salam dalam tafsirnya, asal dari ar-
rizqu adalah al-hazhzhu (bagian/porsi). Karena itu, apa saja yang
dijadikan sebagai bagian/porsi (seseorang) dari pemberian Allah
adalah rizq[an].
 Selain itu, ar-rizqu juga diartikan apa saja yang bisa dimanfaatkan.
 Dari semuanya itu, ar-rizqu bisa diartikan sebagai: bagian/porsi dari
pemberian Allah kepada seorang hamba berupa apa saja yang bisa
dimanfaatkan sebagai bagian/porsi yang dikhususkan untuknya.
2 Penunjukkan  Ayat-ayat tentang rezeki lebih banyak menunjuk pada harta baik
makna ayat-ayat berupa barang maupun jasa yang bisa dimanfaatkan untuk
rezeki memenuhi aneka kebutuhan manusia.
 Konteks ayat-ayat bahwa Allah meluaskan dan menyempitkan
rezeki juga lebih menunjuk pada konotasi harta.
 Itu pula yang diindikasikan oleh ayat-ayat yang mengaitkan rezeki
dengan konsumsi dan infak (pembelanjaan), karena konsumsi dan
infak hanya terkait dengan harta.
3 Rezeki halal dan  Rezeki berbeda dengan kepemilikan.
rezeki haram  Kepemilikan adalah penguasaan sesuatu dengan tata cara yang
diperbolehkan syariah untuk menguasai harta.
 Jadi, rezeki itu mencakup rezeki yang halal maupun yang haram.
 Inilah yang menjadi pendapat Ahlus Sunnah sebagaimana yang
ditegaskan oleh Imam al-Qurthubi. Semuanya dikatakan sebagai
rezeki. Harta yang diambil penjudi dari lawannya dalam perjudian
adalah rezeki. Sebab, rezeki yang halal ataupun haram itu adalah
harta yang diberikan oleh Allah ketika seseorang berbuat untuk
melangsungkan kondisi yang di dalamnya bisa diperoleh rezeki.
(Lihat al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, QS 2: 3; an-
Nabhani, Asy-Syakhshiyah al-Islâmiyah, 1/112, Dar al-Ummah, cet. vi
(mu’tamadah). 2003)
4 Rezeki yang  Rezeki bukan hanya yang secara riil dimanfaatkan (dinikmati) oleh
dimanfaatkan dan seseorang.
yang tidak  Ayat-ayat al-Quran menunjukkan bahwa rezeki manusia adalah apa
dimanfaatkan saja yang ia kuasai baik yang ia manfaatkan maupun tidak (Lihat QS
al-Baqarah [2]: 57, 60; an-Nisa’ [4]: 5; ar-Ra’d [13]: 26; al-Hajj [22]:
34).
 Ayat-ayat itu jelas memutlakkan rezeki untuk menyebut semua
yang dikuasai baik dimanfaatkan (secara riil) maupun tidak. Tidak
bisa dikhususkan pada apa yang dimanfaatkan (secara riil) saja tanpa
ada ayat yang mengkhususkannya, karena ayat-ayat tersebut
bersifat umum dan penunjukannya juga umum.
5 Tentang  Jika orang mencuri, menilap atau merampas harta orang lain, tidak
mengambil rezeki dikatakan ia mengambil rezeki orang itu. Namun, ia mengambil
orang lain rezkinya dari orang itu.

30
 Tidak ada seorang pun yang mengambil rezeki orang lain,
melainkan seseorang mengambil rezekinya dari pihak lain.
6 Rezeki dan Usaha  Banyak orang menduga, merekalah yang mendatangkan rezeki
mereka sendiri. Mereka menganggap kondisi-kondisi mereka meraih
harta—barang atau jasa–sebagai sebab datangnya rezeki; meskipun
mereka menyatakan, bahwa Allahlah yang memberikan rezeki.
Profesi atau usaha yang dicurahkan mereka anggap sebagai sebab
datangnya rezeki.
 Fakta yang ada sebenarnya cukup jelas menunjukkan kesalahan
anggapan itu. Banyak orang yang telah berusaha dengan segenap
tenaga dan pikirannya, tetapi rezeki tidak datang, bahkan tidak
jarang justru merugi. Sebaliknya, sangat banyak fakta bahwa rezeki
datang kepada seseorang tanpa dia melakukan usaha apapun.
 Ini menunjukkan bahwa usaha bukan sebab bagi datangnya rezeki.
Rezeki tidak berada di tangan manusia. Allahlah yang menentukan
rezeki itu datang kepada manusia dan Dia memberinya kepada
manusia menurut kehendak-Nya.
7 Rezeki semata di  Banyak ayat al-Quran menegaskan secara pasti bahwa rezeki semata
tangan Allah dan ada di tangan Allah dan Allahlah yang memberi rezeki (QS al-
Allahlah yang Baqarah [2]: 172, 212, 254; Ali Imran [3]: 27, 37; al-An’am [6]: 142;
memberi rezeki al-‘Ankabut [29]: 60; ar-Rum [30]: 40; dsb).
 Dia meluaskan dan menyempitkan rezeki seseorang sesuai dengan
kehendakNya (QS ar-Ra’d [13]: 26; al-Isra’ [17]: 30; al-Qashshash
[28]: 82; al-‘Ankabut [29]: 62; ar-Rum [30]: 37; Saba’ [34]: 36; az-
Zumar [39]: 52; asy-Syura [42]: 12).
 Sesuai kehendak-Nya, Dia memberi rezeki kepada seseorang dari
arah yang tidak disangka-sangka. Karena itu, Allah SWT berfirman
(artinya): Mintalah rezeki itu di sisi Allah (TQS al-‘Ankabut [29]: 17)
 Jadi, rezeki semata di tangan Allah dan hanya Allahlah yang
memberi rezeki.
 Ini adalah keyakinan yang harus diimani dan mengingkarinya
berarti kufur.
8 Upaya mencari  Adapun dari sisi amal, Allah SWT mewajibkan hamba-Nya untuk
rezeki berusaha dan berikhtiar melangsungkan kondisi-kondisi yang di
dalamnya rezeki bisa datang.
 Namun, pada saat yang sama, ia harus paham bahwa usaha, ikhtiar
dan kondisi itu bukan sebab bagi datangnya rezeki.
 Allah tidak menanyakan tentang datang dan tidaknya rezeki, tetapi
Allah akan menanyakan usaha dan amal hamba untuk mencari
rezeki.
 Karenanya, Allah menjelaskan mana yang halal dan yang tidak.
 Rezeki setiap hamba telah dijamin oleh Allah. Allah pun telah
menetapkan kadar dan takaran bagian atau porsi rezeki tiap
hamba (Lihat: QS Hud [11]: 6).
 Imam Muslim meriwayatkan dari Ibn Mas’ud bahwa pada usia
kandungan 120 hari, Allah mengutus malaikat untuk menuliskan
beberapa ketetapan atas janin itu, termasuk ketetapan rezeki dan
ajalnya.
 Para ulama menjelaskan, yaitu ketetapan sedikit dan banyaknya
rezeki.
 Sedikit dan banyaknya rezeki atau kaya dan miskinnya seorang
hamba tidak akan dihisab oleh Allah karena itu semata adalah
ketetapan Allah.
 Allah SWT meluaskan dan menyempitkan rezeki seorang hamba
sesuai kehendak-Nya. Itu adalah ujian bagi hamba (QS al-Fajr [89]:
15-16).
 Kaya dan miskin tidak bersifat baik atau buruk dengan sendirinya;
juga tidak menentukan mulia dan hinanya seseorang. Namun, kaya
dan miskin itu menjadi baik atau buruk, memuliakan atau
menghinakan, ditentukan oleh penyikapan terhadapnya.
31
 Rezeki seorang hamba telah dijamin oleh Allah. Porsi dan
takarannya juga telah ditetapkan. Jika hamba itu memintanya
dengan jalan yang halal ataupun dengan jalan yang haram, Allah
berikan.
 Namun, Allah akan menanyai tatacara perolehan dan
pembelanjaan harta itu:
ُ‫ﻻَ ﺗَﺰُو ُل ﻗَ َﺪﻣَﺎ َﻋ ْﺒ ٍﺪ ﯾَﻮْ َم ا ْﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ َﺣﺘﱠﻰ ﯾُ ْﺴﺄ َ َل ﻋَﻦْ ُﻋ ْﻤ ِﺮ ِه ﻓِﯿﻤَﺎ أَ ْﻓﻨَﺎه‬
ْ‫َوﻋَﻦْ ِﻋ ْﻠ ِﻤ ِﮫ ﻓِﯿﻤَﺎ ﻓَ َﻌ َﻞ وَ ﻋَﻦْ ﻣَﺎﻟِ ِﮫ ﻣِﻦْ أَﯾْﻦَ ا ْﻛﺘَ َﺴﺒَﮫُ َوﻓِﯿﻤَﺎ أَ ْﻧﻔَﻘَﮫُ َوﻋَﻦ‬
ُ‫ِﺟ ْﺴ ِﻤ ِﮫ ﻓِﯿﻤَﺎ أَ ْﺑﻼَه‬
“Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada Hari Kiamat
hingga ia ditanya: umurnya dia habiskan untuk apa; ilmunya
diamalkan untuk apa; hartanya dari mana ia peroleh dan
dibelanjakan untuk apa; dan tubuhnya digunakan untuk apa.” (HR
at-Tirmidzi)
 Seret atau tertundanya rezeki hendaknya tidak membuat seseorang
tergesa-gesa lalu memintanya kepada Allah dan mencarinya dengan
jalan yang haram. Rasul saw berpesan:
‫ إِنﱠ ﻧَ ْﻔﺴًﺎ ﻻَ ﺗَﻤُﻮْ تُ ﺣَ ﺘﱠﻰ ﺗَ ْﺴﺘَ ْﻜ ِﻤ َﻞ‬: ْ‫س ﻧَﻔَﺚَ ﻓِﻲْ رَوْ ﻋِﻲ‬ ِ ‫إِنﱠ رُوْ َح ا ْﻟﻘُ ْﺪ‬
‫ﺐ وَ ﻻَ ﯾَﺤْ ِﻤﻠَﻨﱠ ُﻜ ْﻢ اِ ْﺳﺘِ ْﺒﻄَﺎ ُء‬
ِ َ‫رِزْ ﻗُﮭَﺎ ﻓَﺎﺗﱠﻘُﻮْ ا ﷲَ َوأَﺟْ ِﻤﻠُﻮْ ا ﻓِﻲْ اﻟﻄﱠﻠ‬
‫ك ﻣَﺎ ِﻋ ْﻨ َﺪهُ إِﻻﱠ‬ ُ ‫ﻄﻠُﺒُﻮْ هُ ﺑِ َﻤﻌَﺎﺻِﻲْ ﷲِ ﻓَﺈ ِنﱠ ﷲَ ﻻَ ﯾُ ْﺪ َر‬ْ َ‫ق أَنْ ﺗ‬ ِ ْ‫اﻟﺮﱢز‬
‫ﺑِﻄَﺎ َﻋﺘِ ِﮫ‬
“Malaikat Jibril membisikkan di dalam hatiku, bahwa suatu jiwa
tidak akan mati hingga telah sempurna rezekinya. Karena itu,
bertakwalah kepada Allah dan carilah (rezeki) dengan cara yang
baik—halal, proporsional dan tidak tersibukkan dengannya—dan
hendaklah tertundanya (lambatnya datang) rezeki tidak
mendorong kalian untuk mencarinya dengan kemaksiatan kepada
Allah, karena sesungguhnya keridhaan di sisi Allah tidak akan bisa
diraih kecuali dengan ketaatan kepada-Nya.” (HR Abu Nu’aim, al-
Baihaqi dan al-Bazar dari Ibn Mas’ud)
 Keimanan tentang rezeki itu menjadi salah satu kunci seorang tidak
akan tersibukkan dengan dunia, tidak menjadi pemburu harta, bisa
bersikap zuhud, giat beramal, berdakwah amar makruf nahi
mungkar dan ketaatan pada umumnya.
 Imam Hasan al-Bashri (L.21 H, W.110 H) pernah ditanya tentang
rahasia zuhudnya. Beliau menjawab, “Aku tahu rezekiku tidak akan
bisa diambil orang lain. Karena itu, hatikupun jadi tenteram. Aku
tahu amalku tidak akan bisa dilakukan oleh selainku. Karena itu,
aku pun sibuk beramal. Aku tahu Allah selalu mengawasiku. Karena
itu, aku malu jika Dia melihatku di atas kemaksiatan. Aku pun tahu
kematian menungguku. Karena itu, aku mempersiapkan bekal
untuk berjumpa dengan-Nya.”
9 Peringatan bagi  Rasulullah saw bersabda:
pemburu dunia َ‫ﷲ ُ َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ أَﻣْ رَ هُ َوﺟَ ﻌَ َل َﻓﻘْرَ هُ َﺑﯾْن‬
‫ﻣَنْ ﻛَﺎﻧَتْ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ َھ ﱠﻣ ُﮫ ﻓَرﱠ قَ ﱠ‬
‫َﻋ ْﯾ َﻧ ْﯾ ِﮫ َوﻟَ ْم َﯾﺄْ ِﺗ ِﮫ ﻣِنْ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ إِﻻﱠ ﻣَﺎ ُﻛﺗِبَ ﻟَ ُﮫ َوﻣَنْ ﻛَﺎﻧَتْ اْﻵﺧِرَ ةُ ِﻧ ﱠﯾ َﺗ ُﮫ‬
‫ﷲ ُ ﻟَ ُﮫ أَﻣْرَ هُ َوﺟَ َﻌ َل ﻏِ ﻧَﺎهُ ﻓِﻲ َﻗ ْﻠ ِﺑ ِﮫ َوأَ َﺗ ْﺗ ُﮫ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ َوھِﻲَ رَ اﻏِ َﻣ ٌﺔ‬
‫ﺟَ ﻣَﻊَ ﱠ‬
”Siapa saja yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, Allah
mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinannya
selalu membayang di pelupuk kedua matanya; tidak akan datang
kepadanya bagian dari dunia kecuali yang telah ditetapkan
untuknya. Siapa saja yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya,
Allah menghimpunkan untuknya urusannya dan menjadikan
kekayaannya ada di dalam hatinya, dan dunia mendatanginya,
sementara dunia itu remeh dan rendah.” (HR Ibn Majah, Ahmad, al-
Baihaqi, Ibn Hibban, ad-Darimi dll)
 Konsekuensi bagi orang yang menjadikan dunia sebagai tujuannya:

32
1. Allah menceraiberaikan urusannya. Maknanya, urusannya yang
sudah terhimpun diceraiberaikan oleh Allah.
2. Allah menjadikan kemiskinannya terus membayang di pelupuk
kedua matanya. Maknanya, Allah mencabut rasa qanâ’ah dari
hatinya sehingga ia tidak pernah merasa cukup atas rezeki yang
ia peroleh. Orang yang mengejar dunia itu ibarat orang yang
meminum air laut. Makin banyak ia minum, rasa hausnya tidak
hilang malah makin haus hingga makin bernafsu pula ia minum.
3. Tidak akan datang bagian dari dunia kepadanya kecuali apa
yang telah ditetapkan untuknya. Maknanya, bagian rezeki tiap
orang telah ditetapkan oleh Allah. Bagaimanapun kerasnya
seseorang berusaha mencari tambahan, hal itu tidak bisa
menambah apa yang telah ditetapkan untuknya. Karena itu,
orang tipe pemburu dunia ini akan merasa kelelahan di dunia
karena selalu mengejar rezeki itu.
 Konsekuensi bagi orang yang menjadikan akhirat sebagai niat dan
tujuannya:
1. Allah menghimpunkan untuknya urusannya yang tercerai
berai. Maknanya, Allah menjadikannya terhimpun dengan
menyiapkan atau lebih tepatnya memudahkan sebab-sebabnya
dari sisi yang tidak dia sangka.
2. Allah menjadikan kekayaannya ada di dalam
hatinya. Maknanya, Allah menjadikannya qanâ’âh dengan
merasa cukup dan berkecukupan sehingga dia
tidak ngoyo kepayahan memburu rezeki dan mengejar dunia.
3. Dunia datang kepadanya sebagai sesuatu yang rendah dan
remeh serta tunduk mengikutinya. Artinya, dunia yang telah
ditetapkan untuknya mendatanginya dan tidak berubah
menjadi tuan yang menguasai dan mengendalikan dirinya.
Sebaliknya, dunia yang datang itu, di tangannya tetap menjadi
alat untuk mencapai tujuannya, yaitu akhirat.
 Alhasil, rezeki yang sudah ditetapkan untuk hamba pasti akan
datang kepadanya. Hanya saja, hamba diperintahkan untuk
berusaha mencarinya dengan cara yang tidak bertentangan dengan
syariat.
 Bagi pencari dunia, mencari rezeki menjadi tujuannya. Yang dicari
dari mengumpulkan harta adalah kelegaan hidup. Pencari dunia bisa
malah merugi dunia dan akhirat. Di dunia kepayahan dan kesusahan
terus mencari dan mengejar harta. Ia tidak merasakan kelegaan
hidup. Meski berlimpah harta, ia akan terus merasa kurang. Karena
disibukkan mengejar harta, ia mengabaikan akhirat sehingga akhirat
pun luput darinya dan tidak bisa ia raih.
 Sebaliknya, bagi pencari akhirat, mencari rezeki itu dilakukan dalam
rangka ketaatan menjalankan perintah Allah, bukan dengan tujuan
semata mencari rezeki (QS al-Qashash [28]:77).
 Mencari rezeki tetap dia lakukan secara halal; tidak melalaikannya
dari perintah-perintah Allah, amar makruf nahi mungkar dan
dakwah untuk memurnikan ketaatan kepada-Nya; tidak
menghabiskan sebagian besar waktu dan tidak menjadi sesuatu
yang paling dominan dalam hidupnya. Mencari rezeki bukan misi
hidupnya.
 Dalam hal ini, Allah memperingatkan kita di dalam sebuah hadis
qudsi:
‫ك‬
َ ‫ك ِﻏﻨًﻰ َوأَ ُﺳ ﱠﺪ ﻓَ ْﻘ َﺮ‬ َ ‫ﺻ ْﺪ َر‬
َ ‫ﻸ‬ ْ ‫ﯾَﺎ اِﺑْﻦَ آ َد َم ﺗَﻔَ ﱠﺮ ْغ ﻟِ ِﻌﺒَﺎ َدﺗِﻲ أَ ْﻣ‬
َ‫َوإِﻻﱠ ﺗَ ْﻔ َﻌﻞْ َﻣﻸَتُ ﯾَ َﺪﯾْﻚَ ُﺷ ْﻐﻼً َوﻟَ ْﻢ أَ ُﺳ ﱠﺪ ﻓَ ْﻘ َﺮك‬
”Wahai anak Adam, luangkan waktu untuk ibadah (menjalankan
ketaatan) kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi hatimu dengan
kaya dan menyempitkan kefakiranmu. Jika tidak, Aku akan
memenuhi kedua tanganmu dengan kesibukan (mengejar harta)

33
dan tidak akan menyempitkan kefakiranmu.” (HR at-Tirmidzi, Ibn
Majah, Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi dan Ibn Hibban)

SAMPAINYA RIZKI KEPADA KITA

USAHA SESUAI SYARIAT USAHA TIDAK SESUAI SYARIAT TANPA USAHA

(Bisa) Dapat (Bisa) Tidak dapat (Bisa) Dapat (Bisa) Tidak dapat (Bisa) Dapat

Amalnya Amalnya bernilai Amalnya Amalnya (Bisa) Tidak


bernilai pahala pahala bernilai dosa bernilai dosa Dapat

Hartanya jadi Hartanya jadi Tidak bernilai


harta halal harta haram pahala/dosa

RENUNGAN BAHAYA HARTA HARAM:


 Dari Abu Bakr Ash Shiddiq ra, ia berkata,

‫ت َﻓﺎﻟﻧﱠﺎ ُر أ َْوﻟَﻰ ِﺑ ِﮫ‬


ِ ْ‫ﻣَنْ َﻧﺑَتَ ﻟَﺣْ ُﻣ ُﮫ ﻣِنَ اﻟﺳﱡﺣ‬
“Siapa yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan yang tidak halal, maka neraka pantas untuknya.”
(HR. Ibnu Hibban 11: 315, Al Hakim dalam mustadroknya 4: 141)
 Imam Ahmad telah mengeluarkan di dalam Musnad-nya dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata:
Rasulullah saw bersabda:

‫ﺻدﱠقُ ِﺑ ِﮫ‬ َ ‫ َو َﻻ َﯾ َﺗ‬،ِ‫ك ﻟَ ُﮫ ﻓِﯾﮫ‬


َ َ‫ َﻓ ُﯾ ْﻧﻔِقَ ِﻣ ْﻧ ُﮫ َﻓ ُﯾﺑَﺎر‬،‫َﺎﻻ ﻣِنْ ﺣَ رَ ا ٍم‬
ً ‫َواﻟذي ﻧﻔﺳﻲ ﺑﯾده… َﻻ ﯾَﻛْ ﺳِ بُ َﻋ ْﺑ ٌد ﻣ‬
َ‫ﷲ َﻋزﱠ َوﺟَ ﱠل َﻻ ﯾَﻣْ ﺣُو اﻟ ﱠﺳﯾﱢﺊ‬ َ ‫ إِنﱠ ﱠ‬، ِ‫ك ﺧَ ﻠْفَ َظﮭْرِ ِه إ ﱠِﻻ ﻛَﺎنَ زَ ا َدهُ إِﻟَﻰ اﻟﻧﱠﺎر‬ ُ ‫ َو َﻻ َﯾ ْﺗ ُر‬،ُ‫َﻓ ُﯾ ْﻘ َﺑ َل ِﻣ ْﻧﮫ‬
َ‫ إِنﱠ اﻟْﺧَ ﺑِﯾثَ َﻻ َﯾ ْﻣﺣُو اﻟْﺧَ ﺑِﯾث‬،ِ‫ َوﻟَﻛِنْ ﯾَﻣْ ﺣُو اﻟ ﱠﺳﯾﱢﺊَ ﺑِﺎﻟْﺣَ َﺳن‬،ِ‫ﺑِﺎﻟ ﱠﺳ ﱢﯾﺊ‬
“Demi Zat yang jiwaku ada di genggaman tangan-Nya… tidaklah seorang hamba mendapatkan
harta dari yang haram lalu dia membelanjakannya dan dia diberkahi di dalamnya, dan tidak pula
dia sedekahkan dan diterima darinya, dan tidak pula dia tinggalkan di belakangnya kecuali
menjadi bekalnya ke neraka. Sesungguhnya Allah azza wa jalla tidak menghapus keburukan
dengan keburukan akan tetapi Dia menghapus keburukan dengan kebaikan, sesungguhnya
keburukan tidak menghapus keburukan”.

CATATAN:
 Jika laki-laki muslim yang telah baligh hanya mengandalkan sampainya rizki dengan tanpa upaya
dan meningalkan kewajiban mencari rizki tanpa udzur syarie, maka diamnya dia dinilai dosa.
 Jika ada rizki berupa harta yang sampai kepada seseorang tapi kemudian diketahui bahwa harta
tersebut adalah harta hasil curian, maka harta itu haram dimiliki dan wajib dikembalikan kepada
pemiliknya.

34
PERTEMUAN 7
TENTANG AJAL
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Definisi ajal  Secara bahasa kata ajal berasal dari kata: ajila–ya‘jalu–ajal[an].
 Menurut al-Khalil al-Farahidi dalam Kitâb al-‘Ayn dan ash-Shahib
ibn ‘Abad di dalam Al-Muhîth fî al-Lughah, dikatakan ajila asy-
syay‘u ya‘jalu wahuwa âjilun artinya naqîdu al-‘âjil (lawan dari
segera).
 Dengan demikian, al-ajal (bentuk pluralnya al-âjalu) secara
bahasa artinya terlambat atau tertunda.
 Selain itu, secara bahasa, kata ajal juga memiliki beberapa makna
sebagai berikut:
 Ghâyah al-waqti fî al-mawti wa mahalu ad-dayn wa
nahwuhu (akhir waktu pada kematian dan jatuh tempo utang
dan semacamnya) (Al-Azhari, Tahdzîb al-Lughah).
 Muddah asy-syay‘i (jangka waktu sesuatu) (Ibn Manzhur, Lisân
al-‘Arab; al-Jauhari, Ash-Shihah fî al-Lughah).
 Muddatuhu wa waqtuhu al-ladzî yahillu fîhi (jangka waktunya
dan waktu saat sesuatu itu berlalu) (Al-Fayumi, Mishbâh al-
Munîr).
 Jangka waktu yang ditetapkan untuk sesuatu atau perbuatan
(Rawas Qal’ahji, Mu’jam Lughah al-Fuqahâ’).
 Waktu yang ditetapkan untuk habisnya sesuatu (Abu Hilal al-
‘Askari, al-Furûq al-Lughawiyah).
 Dari sini ajal al-insân (ajal manusia) adalah akhir kehidupan
seseorang atau habisnya umur seseorang. Artinya, saat ajal
seseorang itu tiba, saat itu pulalah kematian datang
menjemputnya.
 Di dalam al-Quran kata ajal dan bentukannya disebutkan sekitar
55 kali. Di antaranya dalam arti jangka waktu (misal: QS al-
Baqarah [2]: 231, 232, 234, 235; al-A’raf [7]: 135); umur (misal; QS
al-A’raf [7]: 34; Yunus [10]: 11, 49); akhir umur/akhir
kehidupan (misal: QS an-Nahl [16]: 61; Fathir [35]: 45).
2 Sebab kematian:  Ayat-ayat al-Quran yang qath’i tsubut dan qath’i
datangnya ajal dilalah menyatakan secara pasti bahwa Allah SWT sajalah Zat
Yang Menghidupkan dan Mematikan.
 Allah SWT berfirman:
ُ‫ﷲُ ﯾُﺤْ ﯿِﻲ وَ ﯾُﻤِﯿﺖ‬
‫َو ﱠ‬
Allah menghidupkan dan mematikan (QS Ali Imran [3]: 156).
 Al-Quran juga menegaskan hal ini pada banyak ayat lainnya (lihat:
QS al-Baqarah [2]: 73, at-Tawbah [9]: 116, Yunus [10]: 56, al-Hajj
[22]: 6, al-Mu’minun [23]: 80, al-Hadid [57]: 2).
 Allah SWT telah menetapkan ajal bagi tiap-tiap umat maupun
individu.
 Kematian, yaitu datangnya ajal, telah ditentukan waktunya
sebagai suatu ketetapan dari Allah yang tidak bisa dimajukan
maupun dimundurkan.
 Allah SWT berfirman:
‫ﷲِ ِﻛﺘَﺎﺑًﺎ ﻣُﺆَ ﺟﱠﻼ‬
‫ﺲ أَنْ ﺗَﻤُﻮتَ إِﻻ ﺑِﺈ ِ ْذ ِن ﱠ‬
ٍ ‫َوﻣَﺎ ﻛَﺎنَ ﻟِﻨَ ْﻔ‬
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin
Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya (QS Ali
Imran [3]: 145).
َ‫ﻖ ﻣِﻦْ أ ُ ﱠﻣ ٍﺔ أَ َﺟﻠَﮭَﺎ َوﻣَﺎ ﯾَ ْﺴﺘَﺄْ ِﺧ ُﺮون‬
ُ ِ‫ﻣَﺎ ﺗَ ْﺴﺒ‬
Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan
tidak pula dapat memundurkannya (QS al-Hijr [15]: 5; al-
Mu’minun [23]: 43)

35
 Pernyataan senada antara lain terdapat dalam: QS Yunus [10]: 49;
an-Nahl [16]: 61 dan QS al-Munafiqun [63]: 11.
 Jadi, datangnya ajal atau datangnya kematian adalah sesuatu
yang pasti (QS al-‘Ankabut [29]: 5).
3 Manusia tidak bisa lari  Karena kematian adalah pasti datangnya maka manusia tidak
dari kematian akan bisa lari menghindar darinya.
 Allah SWT menegaskan:
‫ﻗُﻞْ إِنﱠ ا ْﻟﻤَﻮْ تَ اﻟﱠﺬِي ﺗَﻔِﺮﱡ ونَ ِﻣ ْﻨﮫُ ﻓَﺈِﻧﱠﮫُ ﻣُﻼﻗِﯿ ُﻜ ْﻢ‬
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya
tetap akan menemui kalian.” (QS al-Jumu’ah [62]: 8).
 Allah SWT juga menegaskan:
‫ج ُﻣ َﺸﯿﱠ َﺪ ٍة‬
ٍ ‫أَ ْﯾﻨَﻤَﺎ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮا ﯾُ ْﺪ ِر ُﻛ ُﻜ ُﻢ ا ْﻟﻤَﻮْ تُ َوﻟَﻮْ ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ﻓِﻲ ﺑُﺮُو‬
Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian
kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (QS
an-Nisa’[4]: 78).
 Ayat ini menegaskan, jika orang berupaya menghindar dari
kematian—dengan jalan membentengi diri dari apa saja yang dia
sangka menjadi sebab datangnya kematian seakan dia
berlindung dalam benteng yang tinggi lagi sangat kokoh
sekalipun—maka hal itu tidak akan bisa menghindarkannya dari
kematian.
 Semua yang disangka sebagai sebab maut itu baik berupa sakit,
perang, dsb, sejatinya bukanlah sebab maut.
 Semua itu hanyalah kondisi yang didalamnya kadang terjadi
kematian, namun kadang juga tidak.
 Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa satu-satunya sebab
kematian adalah datangnya ajal, yaitu habisnya jangka waktu
yang ditetapkan untuk manusia; atau datangnya batas akhir
umur manusia. Ketika itulah, Allah SWT mematikannya dengan
mengutus Malaikat Maut untuk mencabut ruh dari jasad (QS as-
Sajdah [32]: 11).
4 Ajal tidak dapat  Masalah ajal ini persis seperti masalah rezeki.
dimajukan dan tidak  Ajal dan umur tiap orang telah ditetapkan oleh Allah.
dapat dimundurkan  Allah SWT juga menegaskan tidak akan memajukan atau
menangguhkan ajal seseorang.
 Allah tidak akan menambah atau mengurangi jatah umur
seseorang.
 Dalam QS al-Munafiqun [63]: 11, Allah mengungkapkan dengan
kata lan yang merupakan penafian selama-lamanya (Lihat pula:
QS Fathir [35]: 11).
 Datangnya ajal adalah pasti, tidak bisa dimajukan ataupun
dimundurkan.
 Berjihad, berdakwah, amar makruf nahi mungkar, mengoreksi
penguasa, dsb, tidak akan menyegerakan ajal atau mengurangi
umur.
 Begitu pula berdiam diri, tidak berjihad, tidak berdakwah, tidak
mengoreksi penguasa, tidak beramar makruf nahi mungkar, dan
tidak melakukan perbuatan yang disangka berisiko mendatangkan
kematian, sesungguhnya tidak akan bisa memundurkan kematian
dan tidak akan memperpanjang umur.
 Semua itu jelas dan tegas dinyatakan oleh ayat-ayat al-Quran
seperti di atas.
5 Apakah silaturahmi  Nabi saw bersabda:
dapat menambah ُ‫ﻣَﻦْ َﺳ ﱠﺮهُ أَنْ ﯾُ ْﺒ َﺴﻂَ ﻟَﮫُ رِزْ ﻗُﮫُ أَوْ ﯾُ ْﻨ َﺴﺄ َ ﻟَﮫُ ﻓِﻰ أَﺛَ ِﺮ ِه ﻓَ ْﻠﯿَﺼِﻞْ َرﺣِ َﻤﮫ‬
umur (menunda ajal)?
Siapa saja yang suka dilapangkan rezekinya dan ditambah
umurnya hendaklah ia bersilaturahmi (HR al-Bukhari, Muslim,
Abu dan Ahmad).

36
 Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pertambahan umur
bukanlah penundaan ajal. Yang bertambah tidak lain adalah
keberkahan umurnya dalam ketaatan kepada Allah.
 Bisa juga maknanya adalah bukan pertambahan umur biologis,
tetapi umur sosiologis, yakni peninggalan, jejak atau atsar al-
‘umri-nya yang terus mendatangkan manfaat dan pahala setelah
kematian biologisnya.
 Abu Darda menuturkan bahwa Rasul saw. pernah bersabda:
‫ َوإِﻧﱠﻤَﺎ ِزﯾَﺎ َدةُ ا ْﻟ ُﻌ ْﻤ ِﺮ ﺑِﺎﻟ ﱡﺬ ِرﯾﱠ ِﺔ‬،‫إِنﱠ ﷲَ ﻻَ ﯾُ َﺆ ِﺧ ُﺮ ﻧَ ْﻔﺴًﺎ إِذَا ﺟَ ﺎ َء أَ َﺟﻠُﮭَﺎ‬
‫ ﻓَﯿَ ْﻠ ِﺤﻘَﮫُ ُدﻋَﺎ ُؤھُ ْﻢ‬،ِ‫ ﻓَﯿَ ْﺪﻋُﻮْ نَ ﻟَﮫُ ﻣِﻦْ ﺑَ ْﻌ ِﺪه‬،َ‫اﻟﺼﱠﺎﻟِ َﺤ ِﺔ ﯾَﺮْ ُزﻗُﮭَﺎ ا ْﻟ َﻌ ْﺒﺪ‬
‫ﻚ ِزﯾَﺎ َدةُ ا ْﻟ ُﻌ ْﻤ ِﺮ‬
َ ِ‫ ﻓَ َﺬﻟ‬،ِ‫ﻓِﻲْ ﻗَ ْﺒ ِﺮه‬
Sesungguhnya Allah tidak akan mengakhirkan (kematian)
seseorang jika telah datang ajalnya. Sesungguhnya
bertambahnya umur itu dengan keturunan salih yang Allah
karuniakan kepada seorang hamba, lalu mereka mendoakannya
sesudah kematiannya sehingga doa mereka menyusulinya di
kuburnya. Itulah pertambahan umur (HR Ibn Abi Hatim dikutip
oleh al-Hafizh Ibn Katsir di dalam tafsirnya QS Fathir: 11).
 Selain anak salih, hadis lain menyatakan bahwa ilmu yang
bermanfaat, sedekah jariah dan sunnah hasanah juga akan
memperpanjang umur sosiologis seseorang. Pelakunya, meski
telah mati secara biologis, seakan ia tetap hidup dan beramal
dengan semua itu serta mendapat pahala karenanya.
6 Tidak perlu takut akan  Tidak ada gunanya lari dari maut. Maut juga tidak selayaknya
datangnya kematian ditakuti karena pasti datangnya.
 Sikap takut akan mati dan berupaya lari dari maut yang pasti
datang bisa dikatakan sebagai sikap bodoh dan upaya yang sia-
sia.
 Yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri menyongsong
datangnya maut dan memelihara diri supaya maut itu datang
dalam kondisi kita sedang menunaikan ketaatan sehingga kita
mendapatkan husnul khatimah. Inilah sikap cerdas dan upaya
yang berdaya guna.
 Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak dan
paling baik persiapannya dalam menyongsong datangnya maut.
 Ibn Umar meriwayatkan, Rasul saw. pernah ditanya, siapakah
Mukmin yang paling cerdas? Beliau menjawab:
‫ت ِذ ْﻛﺮًا َوأَﺣْ َﺴﻨُﮭُ ْﻢ ﻟَﮫُ اِ ْﺳﺘِ ْﻌﺪَادًا ﻗَﺒْﻞَ أَنْ ﯾَ ْﻨ ِﺰ َل ﺑِ ِﮭ ْﻢ‬
ِ ْ‫أَ ْﻛﺜَ ُﺮھُ ْﻢ ﻟِ ْﻠﻤَﻮ‬
‫س‬
ِ ‫ﻚ ﻣِﻦْ ْاﻷَ ْﻛﯿَﺎ‬ َ ِ‫أ ُوْ ﻟَﺌ‬
Mereka yang paling banyak mengingat maut dan paling baik
persiapannya untuk menghadapi maut itu sebelum turun kepada
mereka. Mereka itulah yang termasuk mukmin yang paling
cerdas (HR Ibn Majah, al-Hakim, al-Baihaqi, Abu Nu’aim dan ath-
Thabrani).
7 Optimal beramal soleh  Pernahkan kita menghitung berapa lama waktu yang kita gunakan
ketika ajal menjemput untuk maksiat, dan berapa yang kita gunakan untuk taat?
kita  Padahal, kita hitung atau tidak, yang pasti Allah Maha Tahu, dan
Malaikat pun telah mencatatnya, sehingga kita pun tak kuasa
untuk mengelaknya. (QS. Maryam [19]: 93-100)
 Andai saja Allah memberikan umur kepada kita 60 tahun, tiap hari
kita gunakan bekerja selama 8 jam, maka kita telah
menghabiskan 20 tahun umur kita untuk bekerja. Jika 8 jam kita
gunakan untuk tidur tiap hari, maka 20 tahun pula umur kita kita
habiskan di tempat tidur. Maka, sudah dua pertiga umur kita
habis untuk bekerja dan tidur. Sisanya, sepertiga lagi, selama 20
tahun, kita gunakan untuk makan, santai, dan lain-lain.
Pertanyaannya, lalu berapa waktu yang kita berikan untuk Allah?

37
 Itulah mengapa al-Junaid bin Muhammad, salah seorang shalihin
membaca tasbih sebanyak 30.000 kali. Ketika kematian
menjemputnya, beliau sedang membaca al-Qur’an, saat itu
sedang sakaratul maut. Putranya yang tengah menungguinya
bertanya, “Ayah membaca al-Qur’an, padahal Ayah sedang sibuk
menjemput kematian?” Beliau menjawab, “Apakah ada di dunia
ini yang lebih membutuhkan amal shalih ketimbang ayah?”
 Dalam kitabnya, Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, Ibn Rajab
menuturkan, bahwa Khalid bin Ma’dan membaca tasbih dalam
sehari hingga 100.000 kali.
 Masya Allah, begitulah orang-orang shalih menjaga waktunya.
8 Menghisab diri  Hidup adalah rangkaian waktu. Tiap detik, menit, jam dan hari
sebelum nanti dihisab yang hilang telah mengurangi tenggat waktu yang Allah berikan
kepada kita. Itu artinya, semakin hari ajal kita semakin dekat.
 Karena itu, ‘Umar bin al-Khatthab mengingatkan:
‫َﺣﺎ ِﺳﺒُﻮْ ا أَ ْﻧﻔُ َﺴ ُﻜ ْﻢ ﻗَ ْﺒ َﻞ أَنْ ﺗُﺤَ ﺎ َﺳﺒُﻮْ ا‬
“Hitunglah amal perbuatan kalian, sebelum kalian dimintai
pertanggungjawab [oleh Allah].”
 Maka, rangkaian waktu yang kita lalui lebih berharga ketimbang
emas, perak, kedudukan atau apapun yang kita miliki.
 Jika kita tidak bisa mengisinya dengan benar, sesuai dengan
perintah dan larangan Allah, pada akhirnya kita menyesal.
 Karena perbuatan yang begitu banyak dalam hidup kita, ternyata
tak satupun yang diterima oleh Allah SWT. Allah memberikan
gambaran itu pada amal perbuatan orang Kafir:
ً‫ ﺗَﺼْ ﻠَﻰ ﻧَﺎرًا َﺣﺎ ِﻣﯿَﺔ‬. ٌ‫ﺻﺒَﺔ‬
ِ ‫ﻋَﺎ ِﻣﻠَﺔٌ ﻧَﺎ‬
“[Orang Kafir] telah bekerja keras lagi kepayahan, tetapi
memasuki neraka yang sangat panas.” [QS. al-Ghasyiyah: 3-4]
9 Bahagia ketika amal  Ketika amal kita diterima oleh Allah, karena kita persembahkan
diterima Allah hanya untuk-Nya, dan kita lakukan semata untuk memenuhi
perintah dan larangan-Nya, saat itulah kita merasakan
kebahagiaan yang tiada tara saat di dunia.
 Hidup kita, yang tak lain merupakan rangkaian waktu itu menjadi
begitu bermakna. Begitu pun saat kita menghadap-Nya, semua
yang kita lakukan bisa kita pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Bahkan, kita pun dirindukan-Nya.
 Seperti itulah yang dialami Sa’ad bin Mu’adz, sahabat Nabi yang
mulia. Umurnya tidak panjang, hanya sekitar 30 tahunan. Dalam
waktu yang tidak kurang dari 6 tahun, dia habiskan waktunya
untuk Islam, dia berikan segalanya untuk Allah dan Rasul-Nya,
saat ajal menjemputnya, Allah pun memberikan kemuliaan yang
tiada tara. Kematiannya dirindukan oleh Allah, membuat
singgasana-Nya bergoncang.
 Abu Hurairah juga demikian. Beliau ditakdirkan Allah hanya
bersama Nabi saw. tidak kurang dari 3 tahun. Tetapi, dalam
waktu 3 tahun itu, beliau gunakan untuk Islam.Tidak kurang dari 4
karung hadits Nabi dia berhasil kumpulkan. Dia gunakan
malamnya, saat orang lain lelap dalam tidur, untuk belajar dan
menghapal. Itulah umur dan waktu yang berkah dalam
kehidupan. Tidak banyak dan tidak panjang, tetapi di sana Allah
berikan kebaikan yang berlimpah.
10 Kesempatan emas  Allah SWT memberikan kesempatan emas itu kepada kita, jika
untuk meraih pahala kita sadar.
berlipat ganda  Dengan shalat berjamaah, nilai sekali shalat kita akan
dilipatgandakan menjadi 27 kali. Artinya, jika dalam sehari
semalam kita shalat rawatib 5 kali, ditambah 12 kali shalat
sunahnya, hanya bisa mengumpulkan 17 point, namun dengan
shalat berjamaah, point kita bertambah, menjadi 152 point ((5 x
27) + 17). Berarti sehari, point kita sama dengan 8-9 hari. Belum

38
lagi, jika itu semua dilakukan di masjid, maka tiap langkah kaki
kita akan menaikkan derajat kita dan merontokkan dosa kita.
 Dengan shalat di Masjid Nabawi, tiap shalat kita mendapatkan
1.000 point. Jika kita bisa meraih 152 point di luar Masjid Nabawi,
maka di masjid Nabi ini kita bisa mendapatkan 152.000 point. Itu
artinya, nilai kita sehari beribadah di sana, sama dengan 24
tahun. Lalu bagaimana kalau itu kita lakukan di Masjidil Haram?
Maka, point yang kita peroleh sama dengan 2.483 tahun.
 Dengan shalat Dhuha tiap pagi, kita pun menutup 360 sendi, yang
harus kita tutup dengan sedekah. Mulai dari mengeluarkan kata-
kata yang baik, membantu orang yang membutuhkan, memberi
minum orang lain, membuang duri di jalan, dan sebagainya.
Semuanya itu, ternyata Allah cukupkan dengan mengerjakan
shalat Dhuha, 6 rakaat. Bahkan, dengannya Allah menjamin akan
mencukupkan semua urusan kita di hari itu.
 Begitu juga dengan dakwah, menyampaikan hidayah kepada
seseorang. Ketika orang tersebut mendapatkan hidayah Allah,
dari yang asalnya non-Muslim menjadi Muslim, yang asalnya tidak
shalat kemudian akhirnya rajin mengerjakan shalat, yang asalnya
tidak berhijab menjadi berhijab dan taat, maka orang yang
mengantarkan mereka mendapatkan hidayah itu diganjar oleh
Allah dengan kebaikan yang tak terhingga. Lebih baik daripada
terbitnya matahari dan bulan.
11 Meraih berkah dengan  Allah SWT memberikan jalan, agar umur, waktu dan hidup kita
mengabdi kepada menjadi berkah.
Allah  Tiap rangkaian waktu kita lalui dengan penuh hikmah. Tiap detik,
menit, jam dan hari yang hilang dari kita, dilipatgandakan oleh
Allah kebaikannya, karena berkah.
 Berkah, karena tiap rangkaian waktunya merupakan bentuk
pengabdian hamba kepada Rabb-Nya.
 Saat ajal yang pasti itu tiba, kita pun menghadap-Nya dengan
senyuman. Begitulah jiwa orang-orang Mukmin yang shalih dan
shalihah:
ً‫ﺿﯿﱠﺔ‬
ِ ْ‫ﺿﯿَﺔً ﻣَﺮ‬
ِ ‫ﻚ َرا‬ ِ ‫ﻄ َﻤﺌِﻨﱠﺔُ اِرْ ِﺟﻌِ ﻲْ إِﻟَﻰ رَ ﺑﱢ‬
ْ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱠﺘُﮭَﺎ اﻟﻨﱠﻔْﺲُ ا ْﻟ ُﻤ‬
! ْ‫ﻓَﺎ ْد ُﺧﻠِﻲْ ﻓِﻲْ ِﻋﺒَﺎدِيْ َوا ْد ُﺧﻠِﻲْ ﺟَ ﻨﱠﺘِﻲ‬
“Wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah menghadap kepada
Rabb-Mu dengan penuh kerelaan, dan mendapatkan ridha [dari-
Nya]. Masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku, dan
masuklah ke dalam surga-Ku.” [Q.s. al-Fajr: 27-30]
 Semoga Allah memberkati umur dan waktu kita, menerima amal
kita, menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang ketika ajal
kita tiba, kita termasuk hamba-hamba-Nya yang menghadap
kepada-Nya dengan husnul khatimah, dengan penuh kerelaan
dan mendapatkan ridha-Nya. Amin ya Mujibas Sailin.

39
PERTEMUAN 8
HIDAYAH
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Definisi hidayah secara  Hidâyah berasal dari kata hadâ–yahdî–hud[an] wa hady[an] wa
bahasa dan ‘urf hidy[an] wa hidâyat[an]
 Hudâ dan hidâyah secara bahasa artinya ar-rasyâd
(bimbingan/tuntunan) wa ad-dalâlah (petunjuk)
 Juga dikatakan, hadaytuhu ath-tharîqa wa al-bayta hidâyat[an],
artinya ‘arraftuhu (aku memberitahunya)
 Menurut al-Azhari di dalam Tahdzîb al-Lughah menukil Abu al-
‘Abbas dari Ibn al-A’rabi dan menurut Ahmad bin Muhammad al-
Fayumi di dalam Mishbâh Al-Munîr, hidâyah juga berarti al-
bayân (penjelasan)
 Dengan demikian, hidâyah secara bahasa artinya bimbingan,
penerangan, petunjuk dan penjelasan
 Al-Hudâ atau al-hidâyah juga adalah lawan dari adh-
dhalâl (kesesatan)
 Secara ‘urf, adh-dhalâl adalah penyimpangan dari jalan yang bisa
mengantarkan pada tujuan yang diinginkan, atau penyimpangan
dari jalan yang seharusnya
 Karena itu, al-hudâ atau al-hidâyah secara ‘urf bisa diartikan
sebagai jalan yang bisa mengantarkan pada tujuan yang
diinginkan, atau jalan yang seharusnya
2 Definisi hidayah secara  Secara syar’i jalan yang dimaksud adalah jalan yang benar (tharîq
syar’i al-haqq) dan jalan yang lurus (tharîq al-mustaqim), yaitu Islam
dan keimanan terhadapnya
 Dengan demikian, secara syar’i, al-huda atau al-hidâyah adalah
mendapat petunjuk atau terbimbing pada Islam dan beriman
terhadapnya
2 Macam-macam  Di dalam al-Quran, kata hadâ dan turunannya dinyatakan
hidayah sebanyak 316 kali di 96 surat. Dari semua ayat itu bisa disarikan,
hidayah yang diberikan oleh Allah kepada manusia di dunia ada
tiga macam:
1. Hidâyah al-Khalq (hidayah penciptaan). Intinya, Allah telah
menciptakan dalam diri manusia secara built in adanya fitrah
berupa gharîzah at-tadayyun (naluri beragama), kebutuhan
dan pengakuan kepada al-Khâliq (QS. Al-Ankabut,29:65; QS
az-Zumar,39:8); dan qâbiliyah (kesediaan) untuk cenderung
pada kebaikan maupun keburukan.
ِ‫َوھَﺪَﯾۡ ﻨَ ٰـﮫُ ٱﻟﻨ ۡﱠﺠﺪَﯾۡ ﻦ‬
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.”(QS al-
Balad [90]: 10)
‫ ﻓَﺄ َﻟۡ ﮭَ َﻤﮭَﺎ ﻓُﺠُﻮ َرھَﺎ وَ ﺗَﻘۡ ﻮَ ٰ ﮭَﺎ‬. ‫ﺲ وَ ﻣَﺎ َﺳ ﱠﻮ ٰ ﮭَﺎ‬
ٍ ۟ ۡ‫َوﻧَﻔ‬
“Dan jiwa serta penyempurnaannya [ciptaannya], maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu [jalan] kefasikan dan
ketakwaannya.” (QS. asy-Syams [91]: 7-8)
Allah juga menciptakan akal atau kemampuan berpikir untuk
memahami dan membedakan yang baik dari yang
buruk. Orang yang tidak memperoleh hidayah jenis ini, yaitu
orang yang tidak sempurna atau tidak waras akalnya, tidak
akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah
2. Hidâyah al-Irsyâd wa al-Bayân (hidayah petunjuk/bimbingan
dan penjelasan), yaitu berupa penjelasan, petunjuk dan
bimbingan yang diberikan Allah dengan risalah yang dibawa
oleh Rasul. Didalamnya terdapat penjelasan tentang keimanan
dan kekufuran, kebaikan dan keburukan, ketaatan dan
kemaksiatan, petunjuk akan jalan hidup yang diridhai Allah dan

40
yang tidak, serta akibat dari masing-masingnya baik di dunia
maupun diakhirat. Di sinilah al-Quran disebut petunjuk dan
Rasul adalah orang yang memberi petunjuk yaitu yang
menyampaikan risalah, menjelaskannya dan menuntun serta
membimbing ke jalan Allah.
‫ﻚ رُو ً۟ﺣﺎ ﻣ ۡﱢﻦ أَﻣۡ ِﺮﻧَﺎ ﻣَﺎ ﻛُﻨﺖَ ﺗَﺪۡ رِى ﻣَﺎ‬ َ ۡ‫ﻚ أ َۡو َﺣﯿۡ ﻨَﺎٓ إِﻟَﯿ‬
َ ِ‫َو َﻛﺬَٲﻟ‬
‫ٱﻹﯾ َﻤـٰﻦُ َوﻟَ ٰـﻜِﻦ ﺟَ ﻌَﻠۡ ﻨَ ٰـﮫُ ﻧُﻮ ً۟را ﻧﱠﮩۡ ﺪِى ﺑِ ِﮫۦ ﻣَﻦ ﻧﱠ َﺸﺎٓ ُء‬ ِ ۡ ‫ٱﻟۡ ِﻜﺘَـٰﺐُ وَ َﻻ‬
‫ﺻ َﺮٲ ٍ۟ط ﻣﱡﺴۡ ﺘَﻘ ۟ ٍِﯿﻢ‬
ِ ‫ﻚ ﻟَﺘَﮩۡ ﺪِىٓ إِﻟ َٰﻰ‬َ ‫ﻣ ِۡﻦ ﻋِ ﺒَﺎ ِدﻧَﺎ َوإِﻧﱠ‬
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu [Al
Qur’an] dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui apakah Al Kitab [Al Qur’an] dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al
Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang
Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.” (QS asy-Syura [42]: 52)
َ‫ﻻ أُﻧﺰِلَ َﻋﻠَﯿۡ ِﮫ ءَاﯾَ ٌ۟ﺔ ﻣﱢﻦ ﱠرﺑﱢۦۤ ِﮫ إِﻧﱠ َﻤﺎٓ أَﻧﺖ‬ ٓ َ ‫َوﯾَﻘُﻮ ُل ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ َﻛﻔَﺮُو ْا ﻟ َۡﻮ‬
‫ﻣُﻨ ِﺬ ٌ۟ر َوﻟِ ُﻜ ﱢﻞ ﻗ َۡﻮمٍ ھَﺎ ٍد‬
“Orang-orang yang kafir berkata: ‘Mengapa tidak diturunkan
kepadanya [Muhammad] suatu tanda [kebesaran] dari
Tuhannya?’. Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi
peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang
memberi petunjuk.”(QS. ar-Ra’d [13]: 7)
3. Hidâyah at-Tawfîq (Hidayah Taufik). Tawfîq (taufik) kepada
hidayah hanya berasal dari Allah.
ُ‫ﻗَﺎ َل ﯾَ ٰـﻘ َۡﻮمِ أَ َرءَﯾۡ ﺘُﻢۡ إِن ﻛُﻨﺖُ َﻋﻠ َٰﻰ ﺑَﯿﱢﻨَ ۟ ٍﺔ ﻣﱢﻦ ﱠرﺑﱢﻰ َو َر َزﻗَﻨِﻰ ﻣِﻨۡ ﮫ‬
‫ر ِۡزﻗًﺎ َﺣ َﺴ ً۟ﻨﺎ وَ َﻣﺎٓ أُرِﯾ ُﺪ أ َۡن أ ُ َﺧﺎﻟِﻔَﻜُﻢۡ إِﻟ َٰﻰ َﻣﺎٓ أَﻧۡ ﮭَ ٰ ُﻢۡ ﻋَﻨۡ ﮫُ إ ِۡن‬
‫ﺻﻠَ ٰـ َﺢ ﻣَﺎ ٱﺳۡ ﺘَﻄَﻌۡ ﺖُ وَ ﻣَﺎ ﺗ َۡﻮﻓِﯿﻘِﻰٓ إ ﱠِﻻ ﺑِﭑ ﱠ ِ َﻋﻠَﯿۡ ِﮫ‬ ۡ ‫ٱﻹ‬ِ ۡ ‫أُرِﯾ ُﺪ إ ﱠِﻻ‬
ُ‫ﺗَﻮَ ﻛﱠﻠۡ ﺖُ َوإِﻟَﯿۡ ِﮫ أُﻧِﯿﺐ‬
“Syu’aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-
Nya aku daripada-Nya rezki yang baik [patutkah aku menyalahi
perintah-Nya]? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu
[dengan mengerjakan] apa yang aku larang. Aku tidak
bermaksud kecuali [mendatangkan] perbaikan selama aku
masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufiq bagiku
melainkan dengan [pertolongan] Allah. Hanya kepada Allah
aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS
Hud [11]: 88)
Hidayah taufik inilah yang dinafikan dari Rasul saw.
‫ﻚ َﻻ ﺗَﮩۡ ﺪِى ﻣ َۡﻦ أ َۡﺣﺒَﺒۡ ﺖَ َوﻟَ ٰـﻜِﻦﱠ ٱ ﱠ َ ﯾَﮩۡ ﺪِى ﻣَﻦ ﯾَ َﺸﺎٓ ُء َوھُ َﻮ‬
َ ‫إِﻧﱠ‬
َ‫أَﻋۡ ﻠَ ُﻢ ﺑِﭑﻟۡ ﻤُﮭۡ ﺘَﺪِﯾﻦ‬
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS
al-Qashash: 56)
 Taufik itu bukanlah penciptaan hidayah dari tidak ada menjadi ada
dalam diri manusia. Taufik kepada hidayah itu adalah penyiapan
sebab-sebab hidayah untuk manusia
 Taufik berkaitan dengan sebab-sebab hidayah, atau sifat-sifat
hidayah, yang jika seseorang menyifati diri dengannya maka ia
akan mendapat petunjuk (hidayah)
 Allah tidak memberikan taufiknya secara paksa kepada manusia;
melainkan ketika manusia sudah menerima hidâyah al-khalq,
menggunakan gharîzah tadayun-nya dan menggunakan akalnya;

41
lalu sampai padanya hidâyah al-irsyâd wa al-bayân melalui
Rasul, pewaris Rasul, kaum Muslim atau sarana lainnya;
kemudian ia memahaminya dan menerima hujah risalah itu,
maka Allah akan memberinya taufik dan memudahkannya
memahami hidayah dan mengambilnya serta hidup dengannya
 Allah SWT berfirman:
‫َواﻟﱠﺬِﯾﻦَ ا ْھﺘَﺪَوْ ا َزا َدھُ ْﻢ ھُﺪًى َوآﺗَﺎھُ ْﻢ ﺗَ ْﻘ َﻮاھُ ْﻢ‬
“Orang-orang yang mencari petunjuk, Allah menambah mereka
petunjuk dan memberi mereka (balasan) ketakwaannya.” (QS
Muhammad [47]: 17)
‫َواﻟﱠﺬِﯾﻦَ َﺟﺎھَﺪُوا ﻓِﯿﻨَﺎ ﻟَﻨَ ْﮭ ِﺪﯾَﻨﱠﮭُ ْﻢ ُﺳﺒُﻠَﻨَﺎ‬
“Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami.” (QS al-‘Ankabut [29]: 69)
 Ketika seseorang berusaha mencari dan menjemput hidayah,
Allah memberinya taufik sehingga ia mendapat hidayah
3 Penisbatan hidayah  Allah SWT tidak memaksa seseorang untuk mendapat
dan kesesatan hidayah. Allah juga tidak memaksa seseorang untuk sesat. Tidak
ada orang yang dari sana-nya ditakdirkan mendapat hidayah atau
sebaliknya (tersesat)
 Memang ada sejumlah ayat yang menisbatkan hidayah dan
kesesatan kepada Allah semata, misalnya:
‫ﺻ َﺮٲ ٍ۟ط ﻣﱡﺴۡ ﺘَﻘ ۟ ٍِﯿﻢ‬
ِ ‫ُﻀﻠِﻠۡ ﮫُ َوﻣَﻦ ﯾَ َﺸ ۡﺄ ﯾ َۡﺠﻌَﻠۡ ﮫُ َﻋﻠ َٰﻰ‬
ۡ ‫ﻣَﻦ ﯾَ َﺸﺈ ِ ٱ ﱠ ُ ﯾ‬
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah [kesesatannya], niscaya
disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah [untuk
diberi-Nya petunjuk], niscaya Dia menjadikannya berada di atas
jalan yang lurus.” (QS al-An’am [6]: 39)
‫ﺻﺪُو ِرھِﻢ ﻣ ۡﱢﻦ ِﻏ ﱟ۟ﻞ ﺗ َۡﺠﺮِى ﻣِﻦ ﺗ َۡﺤﺘِ ِﮩ ُﻢ ۡٱﻷَﻧۡ ﮩَ ٰـ ُﺮ‬ ُ ‫ﻧَﺰَﻋۡ ﻨَﺎ ﻣَﺎ ﻓِﻰ‬
‫ﻻ أ َۡن ھَ َﺪ ٰ ﻨَﺎ‬ ٓ َ ‫ى ﻟ َۡﻮ‬َ ‫َوﻗَﺎﻟُﻮ ْا ٱﻟۡ ﺤَﻤۡ ُﺪ ِ ﱠ ِ ٱﻟﱠﺬِى ھَ َﺪ ٰ ﻨَﺎ ﻟِﮭَ ٰـﺬَا َوﻣَﺎ ُﻛﻨﱠﺎ ﻟِﻨَﮩۡ ﺘَ ِﺪ‬
ُ‫ﻖ َوﻧُﻮدُوٓ ْا أَن ﺗِﻠۡ ُﻜ ُﻢ ٱﻟۡ َﺠﻨﱠﺔ‬ ‫َت ُر ُﺳ ُﻞ َرﺑﱢﻨَﺎ ﺑِﭑﻟۡ َﺤ ﱢ‬ ۡ ‫ٱ ﱠ ُ ﻟَﻘَﺪۡ َﺟﺎٓء‬
َ‫أ ُورِﺛۡ ﺘُﻤُﻮھَﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨﺘُﻢۡ ﺗَﻌۡ َﻤﻠُﻮن‬
“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam
dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan
mereka berkata: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki
kami kepada [surga] ini. Dan kami sekali-kali tidak akan
mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.
Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa
kebenaran’. Dan diserukan kepada mereka: ‘Itulah surga yang
diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu
kerjakan’.” (QS al-A’raf [7]: 43)
Juga QS al-An’am [6]: 125, Yunus [10]: 35; ar-Ra’d [13]: 27; an-
Nahl [16]: 93; al-Kahfi [18]: 17; al-Qashash [28]: 56 dan Fathir [35]:
8
 Redaksi ayat-ayat ini maknanya jelas bahwa yang melakukan
hidayah dan penyesatan adalah Allah, bukan hamba. Ini artinya
bahwa seorang hamba tidaklah mendapat petunjuk karena dirinya
sendiri melainkan jika Allah menunjukinya, dan sebaliknya jika
Allah menyesatkannya, ia tersesat
 Namun, dengan menghimpun ayat-ayat tentang hidayah dan
kesesatan, dan memahaminya secara tasyrî’i, akan tampak jelas
bahwa makna ayat-ayat itu bukanlah penisbatan hidayah dan
kesesatan dari sisi melangsungkan hidayah dan kesesatan, tetapi
maksudnya adalah penisbatan dalam hal penciptaan. Artinya,
Allah sajalah yang menciptakan hidayah dan kesesatan itu.
Namun, penciptaan itu bukan berarti paksaaan dari Allah kepada
hamba untuk mendapat petunjuk atau tersesat
 Pengalihan makna penisbatan ini karena adanya indikasi-indikasi:

42
1. Pertama, ada sejumlah ayat yang menisbatkan hidayah,
kesesatan dan penyesatan kepada hamba, misalnya
‫ِﻻ‬
ٓ ‫ﻀﻠﱡﻮنَ إ ﱠ‬
ِ ُ‫ﻀﻠﱡﻮﻧَﻜُﻢۡ َوﻣَﺎ ﯾ‬
ِ ُ‫ﺐ ﻟ َۡﻮ ﯾ‬
ِ ‫َودﱠت طﱠﺎٓ ِٕﻔَ ٌ۟ﺔ ﻣ ۡﱢﻦ أَھۡ ﻞِ ٱﻟۡ ِﻜﺘَ ٰـ‬
َ‫أَﻧﻔُ َﺴﮭُﻢۡ َوﻣَﺎ ﯾَﺸۡ ُﻌﺮُون‬
“Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal
mereka [sebenarnya] tidak menyesatkan melainkan dirinya
sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.” (QS Ali Imran [3]: 69)
Lihat juga QS al-Maidah [5]: 105; al-An’am [6]: 144; al-A’raf
[7]: 38; Yunus [10]: 88, 108; Thaha [20]: 85; asy-Syu’ara’ [26]:
99; Saba’ [34]: 50; a-Zumar [39]: 41; Fushshilat [41]: 29 dan
Nuh [71]:27) dan setan
‫ﺿﻠَ ٰـ َۢﻼ ﺑَﻌِ ﯿ ً۟ﺪا‬
َ ۡ‫ﻀﻠﱠﮭُﻢ‬
ِ ُ‫َوﯾُﺮِﯾ ُﺪ ٱﻟﺸﱠﯿۡ ﻄَـٰﻦُ أَن ﯾ‬
“Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka [dengan]
penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS an-Nisa’ [4]: 60)
Redaksi ayat-ayat ini jelas menunjukkan bahwa manusialah
yang melangsungkan hidayah dan kesesatan sehingga dia
menyesatkan dirinya dan orang lain, dan setan juga
menyesatkan manusia. Ayat-ayat ini mengalihkan makna
penisbatan hidayah dan kesesatan kepada Allah dari
penisbatan pelangsungan hidayah dan kesesatan kepada
makna penisbatan penciptaan
2. Kedua: banyak ayat menyatakan bahwa Allah memberikan
pahala kepada orang yang mendapat petunjuk dan
menjatuhkan siksa kepada orang yang tersesat serta
menghisab perbuatan manusia. Apabila pelangsungan hidayah
dan kesesatan dinisbatkan kepada Allah, artinya Allah yang
memaksa manusia untuk mendapat hidayah atau tersesat, lalu
Allah menimpakan siksa kepada orang yang tersesat dan
menyiksa orang kafir, fasik, munafik dan pelaku maksiyat. Ini
jelas merupakan kezaliman. Mahasuci Allah dari yang
demikian, sekali-kali Dia tidaklah menzalimi hamba-Nya (QS 41:
17)
 Dengan menghimpun semua ayat tersebut jelaslah bahwa Allah
sematalah yang menciptakan hidayah dan kesesatan. Sebaliknya,
hambalah yang menempuh ihtidâ’ (mencari petunjuk) sehingga
ia mendapat hidayah, dan hambalah yang
menempuh idhlâl (menempuh kesesatan dan penyesatan)
sehingga ia tersesat dan bisa menyesatkan diri dan orang lain
 Seperti itulah kehendak dan keinginan (masyî‘ah wa irâdah) Allah
SWT dalam hal ini. Allah SWT berfirman:
‫ﯾُﻀِﻞﱡ ﻣَﻦْ ﯾَﺸَﺎ ُء وَ ﯾَ ْﮭﺪِي ﻣَﻦْ ﯾَﺸَﺎ ُء‬
“Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi
petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS an-Nahl [16]: 93)
 Maksud ayat ini bukanlah bahwa seseorang mendapat petunjuk
karena paksaan dari Allah dan seseorang tersesat karena paksaan
dari Allah. Maksudnya bukanlah bahwa Allah memaksa seseorang
untuk sesat dan memaksa seseorang untuk mendapat
petunjuk. Akan tetapi, maknanya adalah bahwa menurut
kehendak dan keinginan (masyî‘ah wa irâdah) Allah, seseorang
yang mencari petunjuk akan mendapat petunjuk dan siapa yang
menempuh kesesatan akan tersesat. Jadi orang mendapat
petunjuk maupun tersesat, semua itu sesuai dengan masyî‘ah wa
irâdah Allah itu
4 Kesimpulan  Allah telah menciptakan dalam diri manusia qâbiliyah (kesediaan
atau kapasitas) untuk kebaikan maupun keburukan
 Allah juga telah menjelaskan jalan kebaikan atau jalan hidayah
maupun jalan keburukan atau jalan kesesatan (QS al-Balad [90]:
10; asy-Syams [91]: 7-8)

43
 Lalu Allah membebaskan manusia untuk memilih jalan hidayah
atau jalan kesesatan itu
ٓ‫ﻖ ﻣِﻦ ﱠرﺑﱢﻜُﻢۡ ﻓَﻤَﻦ َﺷﺎٓ َء ﻓَﻠۡ ﯿ ُۡﺆﻣِﻦ َوﻣَﻦ َﺷﺎٓ َء ﻓَﻠۡ ﯿَﻜۡ ﻔ ُۡﺮ إِﻧﱠﺎ‬
‫َوﻗُ ِﻞ ٱﻟۡ ﺤَ ﱡ‬
‫أَﻋۡ ﺘَﺪۡ ﻧَﺎ ﻟِﻠﻈﱠ ٰـﻠِﻤِﯿﻦَ ﻧَﺎرًا أَ َﺣﺎطَ ﺑِﮩِﻢۡ ُﺳ َﺮا ِدﻗُﮭَﺎ َوإِن ﯾَﺴۡ ﺘَﻐِ ﯿﺜُﻮ ْا ﯾُﻐَﺎﺛُﻮ ْا‬
‫َت ﻣ ُۡﺮﺗَﻔَﻘًﺎ‬ ۡ ‫ﺑِ َﻤﺎٓ ٍ۟ء ﻛَﭑﻟۡ ﻤُﮭۡ ﻞِ ﯾَﺸۡ ﻮِى ٱﻟۡ ُﻮﺟُﻮهَ ﺑِﺌۡ ﺲَ ٱﻟ ﱠﺸ َﺮابُ َو َﺳﺎٓء‬
“Dan katakanlah: ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin [beriman] hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin [kafir] biarlah ia kafir’. Sesungguhnya
Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS al-Kahfi
[18]: 29)
 Jika orang mencari dan menjemput hidayah, yaitu
mengupayakan sifat-sifat hidayah ada dalam dirinya atau
memilih jalan hidayah, maka Allah memberinya taufik sehingga
ia mendapat hidayah dan Allah menambah hidayah kepadanya
 Sebaliknya, jika orang mencari dan menjemput kesesatan atau
memilih jalan kesesatan maka ia akan tersesat, Allah tidak
memberinya taufik, bahkan Allah akan menambah kesesatannya
 Selama sifat-sifat yang bertentangan dengan hidayah masih
bercokol maka Allah tidak akan memberikan hidayah taufik
 Di sinilah Allah menyatakan tidak akan memberi hidayah kepada
orang kafir (QS 2: 264), orang fasik (QS 61: 5), orang zalim (QS 2:
258), orang yang sesat (QS 16: 37) dan orang yang melampaui
batas lagi berdusta (QS 40: 28)

44
PERTEMUAN 9
BERSEGERA MELAKSANAKAN SYARIAT
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Mengapa harus  Allah SWT berfirman:
bersegera ?
ُ‫ﺿﮭَﺎ ٱﻟ ﱠﺴ َﻤ ٰـ َﻮٲت‬
ُ ‫َوﺳَﺎ ِرﻋُﻮٓ ْا إِﻟ َٰﻰ ﻣَﻐۡ ﻔِ َﺮ ۟ ٍة ﻣﱢﻦ ﱠرﺑﱢ ُﻢۡ َوﺟَ ﻨﱠ ٍﺔ ﻋ َۡﺮ‬
َ‫َو ۡٱﻷ َۡرضُ أ ُ ِﻋﺪ ۡﱠت ﻟِﻠۡ ُﻤﺘﱠﻘِﯿﻦ‬
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (TQS. Ali ‘Imrân
[3]: 133)
 Dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan dari Usamah ibn Zaid, dia
berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Demi Tuhan Ka'bah
(Allah), surga adalah cahaya yang memancar, harum semerbak,
istana megah, sungai yang tersusun, buah yang masak, istri
yang cantik, perhiasan berlimpah, tempat yang abadi, bumi
kesentausaan, camilan dan sayuran hijau, kesenangan dan
kenikmatan, dan tempat yang tinggi menjulang."
 Ibnu Abu Dunya menuturkan darí Abu Hurairah bahwa Rasulullah
s.a.w. bersabda, "Tanah surga berwarna putih, halamannya
berupa batuan marmer. la dikelilingi kesturi seperti tuangan
pasir. Didalamnya terdapat sungai-sungai yang tersusun.
Disana penghuni surga dari tingkatan yang rendah dan tinggi
bersua lalu saling berkenalan. Allah lalu menghembuskan angin
rahmat, lalu tersebarlah wangi kesturi. Seorang laki-laki pulang
menemui istrinya dalam keadaan yang semakin anggun dan
wangi.“
2 Bagaimana sikap  Allah SWT berfirman:
seorang mukmin
terhadap syariat?
ۡ‫إِﻧﱠﻤَﺎ ﻛَﺎنَ ﻗ َۡﻮ َل ٱﻟۡ ﻤ ُۡﺆ ِﻣﻨِﯿﻦَ إِذَا ُدﻋُﻮٓ ْا إِﻟَﻰ ٱ ﱠ ِ وَ َرﺳُﻮﻟِ ِﮫۦ ﻟِﯿ َۡﺤ ُﻜ َﻢ ﺑَﯿۡ ﻨَﮭُﻢ‬
َ‫ﻚ ھُ ُﻢ ٱﻟۡ ﻤُﻔۡ ﻠِﺤُﻮن‬َ ِٕ ٓ ‫أَن ﯾَﻘُﻮﻟُﻮ ْا َﺳﻤِﻌۡ ﻨَﺎ َوأَطَﻌۡ ﻨَﺎ َوأ ُوْ ﻟَ ٰـ‬
Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka
dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka, ialah ucapan, “Kami mendengar
dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (TQS. an-Nûr [24]: 51)
2 Teladan bersegeranya  Bersegera menjemput syahid
para shahabat Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah saw. pada
melaksanakan syariat perang Uhud, “Tahukah Engkau dimana tempatku jika aku
terbunuh?” Rasulullah bersabda, “Engkau akan berada di
surga.” Mendengar sabda Rasulullah saw. tersebut, maka laki-laki
itu serta merta melemparkan buah-buah kurma yang ada di
tangannya, kemudian ia maju untuk berperang hingga terbunuh
di medan perang. (HR. Bukhari Muslim)
 Bersegera berpindah arah kiblat
Ketika Rasulullah datang ke Madinah, maka Rasulullah saw shalat
menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas
bulan; dan Beliau lebih menyukai untuk menghadap Ka’bah.
Kemudian Allah SWT menurunkan firman-Nya, “Sungguh Aku
telah melihat bolak-baliknya wajahmu ke Langit agar Aku
menghadapkanmu ke Kiblat yang kamu sukai.” Maka Nabi saw
pun shalat menghadap ke Ka’bah. Pada saat itu ada seorang laki-
laki yang shalat Ashar bersama beliau saw, kemudian ia keluar
menuju kaum Anshar, dan berkata dirinya bersaksi bahwa ia
shalat bersama Nabi saw dan beliau menghadap ke Ka’bah. Maka
kaum Anshar pun mengubah arah Kiblat mereka (menghadap
ke Ka’bah) padahal mereka sedang ruku shalat Ashar. (HR.
Bukhari)
 Bersegera meninggalkan daging keledai
45
Kami ditimpa kelaparan pada beberapa malam saat perang
Khaibar, dan kami menemukan keledai kampung, kemudian kami
menyembelihnya. Maka ketika kuali telah mendidih, mendadak
berteriak juru bicara Rasulullah saw., “Matikanlah kuali itu dan
kalian jangan makan daging keledai jinak itu sedikit pun.”
Abdullah berkata; Kami pada saat itu mengatakan,
“Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang memakan keledai jinak
itu hanya karena belum dibagi lima (karena harta rampasan
perang).” Tapi sahabat yang lain berkata, “Keledai jinak itu
diharamkan secara mutlak.” Kemudian aku bertanya kepada Sa'id
bin Jubair, dan ia menjawab, “Keledai jinak itu diharamkan secara
mutlak.” (HR. Bukhari)
 Bersegera meninggalkan bangkai
Hibbah bin Hajar mengatakan, bahwa kami bersama Rasulullah
saw ketika aku sedang memasak daging bangkai. Tidak lama
kemudian, Allah menurunkan ayat ini (QS Al Maidah,5:3) yang
isinya adalah mengharamkan bangkai. Seketika aku
menumpahkan periuk yang berisi bangkai itu. (HR Ibnu Mandah)
 Bersegera meninggalkan khamr
Suatu hari aku memberi minum kepada Abû Thalhah al-Anshary,
Abû Ubaidah bin al-Jarrah, dan Ubay bin Ka’ab dari Fadhij, yaitu
perasan kurma. Kemudian ada seseorang yang datang, ia berkata,
“Sesungguhnya khamr telah diharamkan.” Maka Abû Thalhah
berkata, “Wahai Anas, berdirilah dan pecahkanlah kendi itu!”
Anas berkata, “Maka aku pun berdiri mengambil tempat
penumbuk biji-bijian milik kami, lalu memukul kendi itu pada
bagian bawahnya, hingga pecahlah kendi itu.” (HR. Bukhari)
 Bersegera menceraikan wanita kafir
Telah sampai berita kepada kami, ketika Allah SWT menurunkan
firman-Nya (al-Mumtahanah [60]: 10), yang memerintahkan
kaum Muslim untuk mengembalikan kepada orang-orang Musyrik
apa yang telah mereka berikan kepada istri-istri mereka yang
telah hijrah dan Allah telah menentukan hukum kepada kaum
Muslim agar mereka tidak menahan tali perkawinan dengan
wanita-wanita kafir: bahwasanya Umar telah menceraikan dua
orang perempuan. (HR. Bukhari)
 Bersegera mengenakan kerudung
Al-Bukhâri meriwayatkan dari ‘Aisyah ra. berkata: Semoga Allah
merahmati kaum Wanita yang hijrah pertama kali, ketika Allah
menurunkan firman-Nya, “Dan hendaklah mereka mengenakan
kain kerudung mereka diulurkan ke kerah baju mereka.” (TQS. an-
Nûr [24]: 31). Maka kaum wanita itu merobek kain sarung
mereka (untuk dijadikan kerudung) dan menutup kepala mereka
dengannya.
 Bersegera menanggalkan kain sutra
Ibnu Ishak berkata, “Al-Asy’ats bin Qais telah mendatangi
Rasulullah saw. bersama delegasi dari Bani Kindah.” Az-Zuhry
telah menceritakan kepadaku bahwa al-Asy’ats bin Qais datang
bersama delapan puluh orang Bani Kindah yang berkendaraan.
Kemudian mereka masuk menemui Rasulullah saw. di Masjid
beliau. Mereka mengikat rambut mereka yang ikal dan memakai
celak mata serta memakai jubah bagus yang dilapisi sutra. Ketika
mereka masuk menemui Rasulullah saw., beliau saw. berkata
kepada mereka, “Apakah kalian sudah masuk Islam?” Mereka
menjawab, “Benar.” Rasul saw. berkata, “Kenapa sutra itu masih
melekat di leher kalian?” Az-Zuhry berkata, “Maka mereka pun
merobek-robek sutra tersebut dan melemparkannya.”
 Antara bulan madu dan jihad
Handzalah bin Abî Amir ra telah mendengar seruan perang
Uhud. Maka dia pun bergegas menyambut panggilan itu, dan

46
mati syahid dalam perang Uhud tersebut. Ibnu Ishak berkata;
Rasulullah saw. bersabda, “Sesunguhnya sahabat (Handzalah)
dimandikan oleh Malaikat, maka tanyakanlah bagaimana kabar
keluarganya?” Maka aku pun (Ibnu Ishak) bertanya kepada
istrinya. Dia pada malam itu adalah pengantin baru. Istrinya
berkata, “Ketika mendengar panggilan untuk berperang, suamiku
keluar padahal dalam keadaan junub.” Rasulullah saw. bersabda,
“Begitulah ia telah dimandikan oleh Malaikat.”
 Bersegera meninggalkan sewa lahan pertanian
Kami pada masa Nabi membajak tanah, kemudian
menyewakannya dengan (mendapat bagi hasil) sepertiga atau
seperempatnya dan makanan tertentu. Pada suatu hari datanglah
kepada kami salah seorang pamanku, ia berkata, “Rasulullah saw.
telah melarang suatu perkara yang dulu telah memberikan
manfaat (duniawi) bagi kita. Tapi taat kepada Allah dan Rasul-
Nya jauh lebih bermanfaat bagi kita. Beliau telah melarang kita
membajak tanah kemudian menyewakannya dengan imbalan
sepertiga atau seperempat, dan makanan tertentu. Rasulullah
saw. memerintahkan pemilik tanah agar mengolahnya atau
menanaminya sendiri. Beliau tidak menyukai penyewaan tanah
dan yang selain itu.” (HR. Ahmad)

47
PERTEMUAN 10
TAKUT YANG HARUS KITA TUMBUHKAN
NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Takut kepada siapa?  Takut kepada manusia, takut kepada jin, takut hijrah, takut
berjuang, takut kehilangan jabatan, takut tidak mendapatkan rizki,
dll. Itukah yang perlu kita takuti?
 Allah SWT berfirman:
‫ﻓ ََﻼ ﺗَﺧْ ﺷَوُ ا اﻟﻧﱠﺎسَ َواﺧْ ﺷ َْو ِن‬
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, [tetapi]
takutlah kepada-Ku. (QS. Al-Maidah, 5:44)
 Dzat yang paling berhak kita takuti, Allah SWT. Allah pemilik langit
dan bumi, penguasa hari pembalasan.
 Kita adalah hamba Allah (pelayan Allah). Agar aman (Allah ridha),
tugas kita taat dan patuh sepenuhnya kepada Allah.
 Rasulullah saw bersabda:
Demi kemulian-Ku, Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut
dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut
kepadaKu di dunia, maka Aku akan memberikannya rasa aman di
hari kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku
akan memberikan rasa takut kepadanya di hari kiamat. (HR. Ibnu
Hibban dalam kitab Shahih-nya)
 Pertanyaannya kemudian, ketakutan apa saja yang harus kita
tumbuhkan sehingga di akhirat kita bisa mendapatkan keamanan
di sisi Allah SWT?
2 (1) Takut mati dalam  Bahaya mati dalam kekufuran. Allah SWT berfirman:
keadaan kafir atau ِ ‫ك َﻋﻠَ ْﯾ ِﮭ ْم ﻟَﻌْ َﻧ ُﺔ ﱠ‬
‫ﷲ‬ َ ‫إِنﱠ اﻟﱠذِﯾنَ َﻛ َﻔرُوا َوﻣَﺎﺗُوا َو ُھ ْم ُﻛﻔﱠﺎ ٌر أ ُو َٰﻟ ِﺋ‬
syirik
‫ ﺧَ ﺎﻟِدِﯾنَ ﻓِﯾﮭَﺎ ۖ◌ َﻻ ﯾُﺧَ ﻔﱠفُ َﻋ ْﻧ ُﮭ ُم‬. َ‫َوا ْﻟﻣ ََﻼ ِﺋ َﻛ ِﺔ َواﻟﻧﱠﺎسِ أَﺟْ َﻣ ِﻌﯾن‬
َ‫ا ْﻟ َﻌ َذابُ َو َﻻ ُھ ْم ُﯾ ْﻧ َظرُون‬
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam
keadaan kafir, mereka itu mendapati laknat Allah, para Malaikat
dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak
akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka
diberi tangguh.” [QS. Al-Baqarah, 2:161-162)
 Kekayaan yang tidak berguna. Allah SWT berfirman:
‫ض ﺟَ ﻣِﯾ ًﻌﺎ َو ِﻣ ْﺛ َﻠ ُﮫ َﻣ َﻌ ُﮫ‬ ِ ْ‫إِنﱠ اﻟﱠذِﯾنَ َﻛ َﻔرُوا ﻟ َْوأَنﱠ ﻟَ ُﮭم ﻣﱠﺎﻓِﻲ ْاﻷَر‬
. ‫ب ﯾ َْومِ ا ْﻟ ِﻘﯾَﺎ َﻣ ِﺔ ﻣَﺎ ُﺗﻘُ ﱢﺑ َل ِﻣ ْﻧ ُﮭ ْم َوﻟَ ُﮭ ْم َﻋ َذابٌ أَﻟِﯾ ُم‬
ِ ‫ﻟِ َﯾ ْﻔ َﺗدُوا ِﺑ ِﮫ ﻣِنْ َﻋ َذا‬
‫ﯾُرِ ﯾدُونَ أَن ﯾَﺧْ ُرﺟُوا ﻣِنَ اﻟﻧﱠﺎرِ َوﻣَﺎھُم ﺑِﺧَ ﺎرِ ﺟِﯾنَ ِﻣ ْﻧﮭَﺎ َوﻟَ ُﮭ ْم‬
‫َﻋ َذابٌ ﱡﻣﻘِﯾ ٌم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka
mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai
yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu
dari adzab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima
dari mereka, dan mereka beroleh adzab yang pedih. Mereka ingin
keluar dari neraka padahal mereka sekali-sekali tidak dapat keluar
daripadanya, dan mereka beroleh adzab yang kekal”. (QS. Al-
Maidah:36-37)
 Bahaya mati dalam kesyirikan. Allah SWT berfirman:
َ‫ك َوﻟَ َﺗﻛُوﻧَنﱠ ﻣِنَ اﻟْﺧَ ﺎﺳِ رِ ﯾن‬
َ ُ ‫ﻟَﺋِنْ أَﺷْرَ ﻛْتَ ﻟَﯾَﺣْ َﺑطَنﱠ ﻋَ َﻣﻠ‬
“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Az Zumar: 65)
Allah SWT juga berfirman:
‫ﷲ ُ َﻋ َﻠ ْﯾ ِﮫ اﻟْﺟَ ﱠﻧ َﺔ َو َﻣﺄ َْواهُ اﻟﻧﱠﺎ ُر َوﻣَﺎ‬
‫إِ ﱠﻧ ُﮫ ﻣَنْ ُﯾﺷْرِ كْ ﺑِﺎ ﱠ ِ َﻓﻘَدْ ﺣَ رﱠ َم ﱠ‬
ٍ‫ﺻﺎر‬َ ‫ﻟِﻠظﱠﺎﻟِﻣِﯾنَ ﻣِنْ أَ ْﻧ‬
48
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72)
 Bahaya kekufuran dan kesyirikan. Allah SWT juga berfirman:
‫ب َوا ْﻟ ُﻣﺷْرِ ﻛِﯾنَ ﻓِﻲ ﻧَﺎرِ ﺟَ َﮭ ﱠﻧ َم‬ ِ ‫إِنﱠ اﻟﱠذِﯾنَ َﻛ َﻔرُوا ﻣِنْ أَھْ لِ ا ْﻟ ِﻛﺗَﺎ‬
‫ك ُھ ْم ﺷَرﱡ ا ْﻟﺑَرِ ﱠﯾ ِﺔ‬َ ‫ﺧَ ﺎﻟِدِﯾنَ ﻓِﯾﮭَﺎ أ ُو َﻟ ِﺋ‬
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-
orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka
kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”
(QS. Al Bayyinah: 6)
3 (2) Takut mati dalam  Rasulullah saw bersabda:
keadaan bermaksiyat ِ‫َوإِ ﱠﻧﻣَﺎ اﻷَﻋْ ﻣَﺎ ُل ﺑِﺎﻟْﺧَ َواﺗِﯾم‬
(su’ul khatimah)
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR.
Bukhari)
 Amalan yang dimaksud di sini adalah amalan shalih, bisa juga
amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang
dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya.
 Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’ mengatakan: “Amalan akhir
manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan
dibalas. Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka
ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya, siapa yang
berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad.”
 Dalam kitab ‘Alamaatu Husnul Khotimah wa Su’uha terbitan Darul
Qosim diceritakan beberapa kisah kisah su’ul khotimah,
diantaranya:
1. Ada seorang pedagang kain yang biasa menjual kain. Tatkala
sakratul maut ia bukan menyebut kalimat yang mulia “laa
ilaha illallah”, namun yang ia sebut adalah, “Ini kain baru, ini
kain baru. Ini pas untukmu. Kain ini amat murah.” Akhirnya
ia pun mati setelah mengucapkan kalimat semacam itu.
2. Ada juga orang yang kesehariannya sibuk bermain catur.
Ketika sakratul maut, ia diperintahkan untuk menyebut
kalimat “laa ilaha illallah”. Namun apa yang ia katakan kala
maut menjemput? Ia malah mengucapkan, “Skak!” Lalu ia
pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. Mati bukan
menyebut kalimat tahlil, namun menyebut kata “skak”.
3. Ada pula orang yang kesehariannya biasa menegak arak
(khomr). Ketika maut menjemput, ia ingin ditalqinkan
(dituntun baca kalimat tahlil, laa ilaha illallah). Namun apa
yang ia ucapkan? Ia malah berkata saat sakratul maut, “Mari
tuangkan arak untukku, minumlah!” Lantas ia pun mati
dalam keadaan seperti itu.
 Pengaruh teman bergaul yang buruk semasa hidup. Ulama tabi’in,
Mujahid rahimahullah berkata, “Barangsiapa mati, maka akan
datang di hadapan dirinya orang yang satu majelis (setipe)
dengannya. Jika ia biasa duduk di majelis orang yang selalu
menghabiskan waktu dalam kesia-siaan, maka itulah yang akan
menjadi teman dia tatkala sakratul maut. Sebaliknya jika di
kehidupannya ia selalu duduk bersama ahli dzikir (yang senantiasa
mengingat Allah), maka itulah yang menjadi teman yang akan
menemaninya saat sakratul maut.” (Tadzkiroh, Al Qurthubi, Asy
Syamilah, 1/38)
 Akibat maksiat dan godaan syaithon. Ibnu Katsir rahimahullah
berkata, “Sesungguhnya dosa, maksiat dan syahwat adalah sebab
yang dapat menggelincirkan manusia saat kematiannya,
ditambah lagi dengan godaan syaithon. Jika maksiat dan godaan
syaithon terkumpul, ditambah lagi dengan lemahnya iman, maka
sungguh amat mudah berada dalam su’ul khotimah (akhir hidup

49
yang jelek).”
(Al Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, 9/184)
 Su’ul khotimah karena dosa besar dan maksiyat. Ibnu Katsir
rahimahullah menjelaskan: “Su’ul khotimah (akhir hidup yang
jelek) tidaklah terjadi pada orang yang secara lahir dan batin itu
baik dalam bermuamalah dengan Allah. Begitu pula tidak akan
terjadi pada orang yang benar perkataan dan perbuatannya.
Su’ul khotimah akan mudah terjadi pada orang yang rusak
batinnya dilihat dari i’tiqod (keyakinannya) dan rusak lahiriahnya
yaitu pada amalannya. Su’ul khotimah lebih mudah terjadi pada
orang yang terus menerus dalam dosa besar dan lebih menyukai
maksiat. Akhirnya ia terus menerus dalam keadaan berlumuran
dosa semacam tadi sampai maut menjemput sebelum ia
bertaubat.” (Al Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, 9/184)
 Yang termasuk 10 dosa besar:
1. Syirik (Menyekutukan Allah SWT)
2. Berputus asa dari mendapatkan rahmat Allah SWT
3. Merasa aman dari ancaman Allah SWT
4. Berbuat durhaka kepada kedua orang tua
5. Membunuh
6. Menuduh wanita baik-baik berbuat zina
7. Memakan riba
8. Lari dari medan pertempuran
9. Memakan harta anak yatim
10.Berbuat zina
4 (3) Takut amal kita  Allah SWT berfirman:
tidak diterima ‫ﻟِ َﯾ ْﺑﻠ َُو ُﻛ ْم أَ ﱡﯾ ُﻛ ْم أَﺣْ ﺳَنُ ﻋَ ﻣ ًَﻼ‬
“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya.” (QS. Al Mulk: 2)
 Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata:
“Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak sesuai
dengan ajaran Nabi saw, amalan tersebut tidak akan diterima.
Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran
beliau saw namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan
diterima. Amalan barulah diterima jika terdapat syarat ikhlas dan
showab. Amalan dikatakan ikhlas apabila dikerjakan semata-
mata karena Allah. Amalan dikatakan showab apabila sesuai
dengan ajaran Nabi saw.”
 Ketika kita ikhlas dalam beramal, yakni beramal semata-mata
karena Allah, berarti kita harus benar-benar menunjukkan bahwa
amal Anda semata-mata dipersembahkan hanya untuk-Nya, bukan
untuk selain-Nya.
 Pertanyaannya: Apakah sesuatu yang dipersembahkan hanya
untuk Allah itu cukup yang biasa-biasa saja, minimalis, dan
terkesan ‘asal-asalan’? Ataukah sesuatu yang dipersembahkan
khusus untuk Allah itu sesuatu yang berkualitas, istimewa dan
optimal?
 Ketika seseorang mempersembahkan sesuatu yang khusus bagi
orang yang dicintainya; ia tentu akan mempersembahkan yang
terbaik dan istimewa untuknya; bukan yang biasa-biasa saja,
apalagi yang berkualitas buruk.
 Demikian pula seseorang yang ikhlas, yang mempersembahkan
amalnya hanya untuk Allah, Penciptanya; ia hanya akan
mempersembahkan amalan terbaik dan istimewa untuk-Nya.
 Ikhlas, tidak riya. Riya’ adalah melakukan suatu amalan agar orang
lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya.
 Rasulullah saw bersabda:
“Maukah kamu kuberitahu tentang sesuatu yang menurutku lebih
aku khawatirkan terhadap kalian daripada (fitnah) Al masih Ad
Dajjal? Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik
50
khafi (yang tersembunyi), yaitu ketika seseorang berdiri
mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya karena mengetahui
ada orang lain yang memperhatikannya“. (HR. Ahmad)
 Amal tidak berbalas karena riya. Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik
kecil, yaitu riya’. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari
Kiamat tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia,
“Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepada
mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi
mereka?” (HR Ahmad)
 Bahaya riya. Rasulullah saw bersabda:
“Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan
syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri
dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan
(Aku tidak terima) amal kesyirikannya.” (HR Muslim)
 Pujian untuk hamba-Nya. Rasulullah saw pernah ditanya, “Apa
pendapatmu tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian
dia mendapat pujian dari manusia?”, Beliau menjawab, “Itu
adalah kebaikan yang disegerakan bagi seorang mukmin.“ (HR.
Muslim)
 Berpenampilan indah. Nabi saw bersabda, “Tidak akan masuk
surga seseorang yang dalam hatinya terdapat sifat sombong
walau sebesar dzarrah (semut kecil).” Lantas ada seseorang yang
berkata, “Sesungguhnya ada orang yang suka berpenampilan
indah (bagus) ketika berpakaian atau ketika menggunakan alas
kaki.” Nabi saw menjawab, “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah
dan menyukai keindahan. Yang dimaksud sombong adalah
menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim)
 Beramal sesuai tuntunan Rasul saw. Rasulullah saw bersabda:
‫ﻣَنْ َﻋ ِﻣل َ َﻋ َﻣﻼً َﻟﯾْسَ َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ أَ ْﻣ ُرﻧَﺎ َﻓﮭ َُو رَ ﱞد‬
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami,
maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)
5 (4) Takut amal kita  Sum’ah adalah melakukan suatu amalan agar orang lain
habis karena sum'ah mendengar apa yang kita lakukan, sehinga pujian dan ketenaran
pun datang.
 Bahaya sum’ah. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadikan ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak
menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir”. (QS. Al-
Baqarah, 2:264)
 Rasulullah saw bersabda:
َ ‫ َو‬، ‫ ﺳَ ﻣﱠﻊَ ﷲُ ِﺑ ِﮫ َﻣ َﺳﺎﻣِﻊَ ﺧَ ْﻠ ِﻘ ِﮫ‬، ‫ﻣَنْ َﺳﻣﱠﻊَ اﻟﻧﱠﺎسَ ﺑِﻌَ َﻣﻠِ ِﮫ‬
ُ‫ﺻﻐﱠرَ ه‬
ُ‫َوﺣَ ﻘﱠرَ ه‬
“Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain
(agar orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya
di telinga-telinga hambaNya, Allah rendahkan dia dan
menghinakannya”. (HR Thabrani)

6 (5) Takut amal sholeh  Allah SWT berfirman:
kita ‫ ﻧَﺎ ٌر‬. ‫ك ﻣَﺎ ِھ َﯾ ْﮫ‬
َ ‫ َوﻣَﺎ أَدْ رَ ا‬. ‫ َﻓﺄ ُ ﱡﻣ ُﮫ ھَﺎوِ َﯾ ٌﺔ‬. ‫َوأَﻣﱠﺎ ﻣَنْ ﺧَ ﻔﱠتْ ﻣ ََوازِ ﯾ ُﻧ ُﮫ‬
jumlahnya sedikit
‫ﺣَ ﺎ ِﻣ َﯾ ٌﺔ‬

51
“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan
[kebaikan]nya, maka tempat kembalinya adalah neraka
Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? [Yaitu]
api yang sangat panas.” (QS. Al-Qariah, 101:6-11)
 Fokus kita:
1. Memperbanyak mengerjakan amal sholeh
2. Mengerjakan amal-amal sholeh yang berat timbangannya
3. Mengerjakan amal sholeh yang terus mendatangkan pahala
walaupun kita sudah meninggal dunia
7 (6) Takut siksa allah  Panasnya api neraka. Dari Abu Hurairah ra. menyatakan bahwa
di neraka Rasulullah SAW bersabda, ”Api yang biasa kalian nyalakan
merupakan sebagian dari tujuh puluh bagian panasnya neraka
jahanam”. “Ya Rasulullah, demi Allah sungguh api dunia ini benar-
benar cukup panas,” ungkap para sahabat. Nabi Muhammad SAW
melanjutkan “Tetapi sungguh api neraka jahanam enam puluh
sembilan kali lebih panas dibandingkan api dunia, yang masing-
masing bagian sama panasnya dengan api di dunia.”
(HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
 Siksa neraka teringan. Rasulullah saw bersabda:
"Seringan-ringannya siksa pada Hari Kiamat ialah orang yang
padanya diletakkan dua bara api di bawah tumitnya yang mampu
mendidihkan otaknya. Pada saat itu ia merasa bahwa tidak
seorangpun yang lebih berat siksaan yang diterimanya
dibandingkan dengan orang lain. Padahal sesungguhnya itulah
siksa seringan-ringannya" (HR. Bukhari Muslim)
 Panas dan dingin yang sangat. Rasulullah saw bersabda:
“Neraka mengadu kepada Rabb-nya, ia berkata, ‘Rabb-ku,
sebagian dariku menghancurkan sebagian yang lainnya. Allah
berfirman kepada neraka, ‘Jika demikian maka engkau dapat
bernafas dua kali: satu nafas di musim dingin dan satu nafas di
musim panas.’ Maka itulah panas yang paling panas dan dingin
yang paling dingin.” (HR. Bukhari dan Muslim)
8 (7) Takut amal kita  Bahaya maksiyat dalam kesendirian. Dari Tsauban ra., dari Nabi
habis karena saw., beliau bersabda: Aku akan memberitahukan beberapa kaum
maksiyat dalam dari umatku. Di hari kiamat mereka datang dengan membawa
kesendirian kebaikan seperti gunung Tihamah yang putih. Tapi Allah
menjadikannya bagaikan debu yang bertebaran. Tsauban
berkata, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah sifat mereka dan
jelaskanlah keadaan mereka agar kami tidak termasuk bagian dari
mereka sementara kami tidak mengetahuinya.” Rasulullah saw.
bersabda, “Ingatlah!, mereka adalah bagian dari saudara kalian
dan dari ras kalian. Mereka suka bangun malam sebagaimana
kalian, tapi mereka adalah kaum yang jika tidak dilihat oleh siapa
pun ketika menghadapi perkara yang diharamkan Allah, maka
mereka melanggarnya.” (HR. Ibnu Majah)
 Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan dalam Az-Zawajir ‘an Iqtiraf Al-
Kabair (2: 764) mengenai dosa besar no. 356, “Termasuk dosa
besar adalah dosa yang dilakukan oleh orang yang
menampakkan keshalihan, lantas ia menerjang larangan Allah.
Walau dosa yang diterjang adalah dosa kecil dan dilakukan di
kesepian. Ada hadits dari Ibnu Majah dengan sanad berisi perawi
tsiqah (kredibel) dari Tsauban ra, dari Nabi saw, beliau bersabda,
“Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada
hari kiamat dengan banyak kebaikan …” Karena kebiasaan orang
shalih adalah menampakkan lahiriyah. Kalau maksiat dilakukan
oleh orang shalih walaupun sembunyi-sembunyi, tentu
mudharatnya besar dan akan mengelabui kaum muslimin.
Maksiat yang orang shalih terjang tersebut adalah tanda
hilangnya ketakwaan dan rasa takutnya pada Allah.”

52
 Bahaya maksiyat berjamaah. Yang dimaksud dalam hadits
Tsauban dengan bersendirian dalam maksiat pada Allah tidak
berarti maksiat tersebut dilakukan di rumah seorang diri, tanpa
ada yang melihat. Bahkan boleh jadi maksiat tersebut dilakukan
dengan jama’ahnya atau orang yang setipe dengannya.
 Maksiyat ketika ada kesempatan. Syaikh Al-Albani menyatakan
bahwa yang dimaksud dalam hadits bukanlah melakukan maksiat
sembunyi-sembunyi. Namun ketika ada kesempatan baginya
untuk bermaksiat, ia menerjangnya. (Silsilah Al-Huda wa An-
Nuur no. 226)
 Menganggap remeh dosa menyebabkan terhapus pahala. Syaikh
Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi berkata, “Ada orang yang
melakukan maksiat sembunyi-sembunyi namun penuh penyesalan.
Orang tersebut bukanlah orang yang merobek tabir untuk
menerjang yang haram. Karena asalnya orang semacam itu
mengagungkan syari’at Allah. Namun ia terkalahkan dengan
syahwatnya. Adapun yang bermaksiat lainnya, ia melakukan
maksiat dalam keadaan berani (menganggap remeh dosa, pen.).
Itulah yang membuat amalannya terhapus.” (Syarh Zaad Al-
Mustaqni’, no pelajaran 332)
9 (8) Takut amal kita  Orang yang bangkrut. Rasulullah saw bertanya kepada para
habis diambil orang shahabat: “Apakah kalian tahu siapa muflis (bangkrut) itu?” Para
yang kita dzalimi sahabat menjawab,”Muflis (orang yang bangkrut) itu adalah yang
tidak mempunyai dirham maupun harta benda.” Tetapi Nabi saw
berkata: “Muflis dari umatku ialah, orang yang datang pada hari
Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika
di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain,
makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain
(tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari
kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya,
maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian
dia akan dilemparkan ke dalam neraka”. (HR. Muslim)
 Rasulullah saw bersabda:
‫ ﻓِﻲ‬،‫ َﻛﺣُرْ َﻣ ِﺔ ﯾ َْو ِﻣ ُﻛ ْم َھ َذا‬،ْ‫إِنﱠ ِدﻣَﺎ َء ُﻛ ْم َوأَﻣْ َواﻟَ ُﻛ ْم ﺣَ رَ ا ٌم َﻋﻠَ ْﯾ ُﻛم‬
‫ ﻓِﻲ َﺑﻠَ ِد ُﻛ ْم َھ َذا‬،‫َﺷﮭْرِ ُﻛ ْم َھ َذا‬
“ Sesungguhnya darah dan harta kalian (kaum muslimin) itu
haram (untuk dirampas) seperti sucinya hari ini, di bulan ini (haji
ini), dan di negeri kalian ini (Makkah).” (HR. Muslim, Abu Dawud,
dan an-Nasai)
 Rasulullah saw juga bersabda:
‫ا ْﻟﻣُﺳْ ﻠِ ُم ﻣَنْ َﺳﻠِ َم ا ْﻟﻣُﺳْ ﻠِﻣُونَ ﻣِنْ ﻟِ َﺳﺎ ِﻧ ِﮫ َو َﯾ ِد ِه‬
“Seorang muslim (yang hakiki) adalah orang yang kaum muslimin
terhindar dari (kejahatan) lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari
Muslim)
10 (9) Takut tertipu  Wajib lebih utama daripada sunnah. Imam Suyuthi membawakan
amalan kaedah dalam masalah ini,
ِ‫ﺿ ُل ﻣِنَ اﻟ ﱠﻧﻔْل‬
َ ‫اﻟﻔَرْ ضُ أَ ْﻓ‬
“Amalan wajib lebih utama daripada amalan sunnah.”
 Bahaya sibuk dengan yang sunnah, lalai dengan yang wajib. Ibnu
Hajar mengatakan,
ْ‫ﻣَنْ َﺷ َﻐﻠَ ُﮫ ا ْﻟﻔَرْ ضُ ﻋَنْ اﻟ ﱠﻧﻔْلِ َﻓﮭ َُو ﻣَﻌْ ذُو ٌر َوﻣَنْ َﺷ َﻐ َﻠ ُﮫ اﻟ ﱠﻧ ْﻔ ُل ﻋَن‬
‫ض َﻓﮭ َُو ﻣَﻐْ رُو ٌر‬ ِ ْ‫ا ْﻟﻔَر‬
“Siapa yang tersibukkan dengan yang wajib dari yang sunnah
dialah orang yang patut diberi udzur. Sedangkan siapa yang
tersibukkan dengan yang sunnah sehingga melalaikan yang
wajib, maka dialah orang yang benar-benar tertipu.” (Fath Al-Bari,
11: 343)
 Prioritas amal:
53
1. Laksanakan yang wajib
2. Perbanyak yang sunnah
3. Kurangi yang mubah
4. Jauhi yang makruh
5. Tinggalkan yang haram
 Jangan sampai kita sibuk mengerjakan yang haram, bahkan
sebagian besar hidup kita habis didalamnya, sementara kita
memandangnya bukan sebagai keharaman. Hidup menumpuk
dosa, mati masuk neraka, disiksa untuk waktu yang sangat lama.
Naudzubillah…
11 (10) Takut terlena  Allah SWT berfirman:
dengan dunia ‫ﷲ ﺣَ قﱞ ﻓَﻼ َﺗﻐُرﱠ ﱠﻧ ُﻛ ُم اﻟْﺣَ ﯾَﺎةُ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ َوﻻ‬ ِ ‫ﯾَﺎ أَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟﻧﱠﺎسُ إِنﱠ َوﻋْ َد ﱠ‬
‫َﯾﻐُرﱠ ﱠﻧ ُﻛ ْم ﺑِﺎ ﱠ ِ ا ْﻟ َﻐرُو ُر‬
“Wahai para manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar,
maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayai
kalian, dan janganlah sekali-kali (syaitan) yang pandai menipu,
memperdayakan kalian dari Allah.” (QS. Faathiir: 5)
 Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
‫اﻋْ ﻠَﻣُوا أَ ﱠﻧﻣَﺎ اﻟْﺣَ ﯾَﺎةُ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ ﻟَﻌِبٌ َو َﻟﮭْوٌ َوزِ ﯾ َﻧ ٌﺔ َو َﺗﻔَﺎ ُﺧ ٌر َﺑ ْﯾ َﻧ ُﻛ ْم َو َﺗﻛَﺎ ُﺛ ٌر‬
‫ث أَﻋْ ﺟَ بَ ا ْﻟ ُﻛﻔﱠﺎرَ َﻧﺑَﺎ ُﺗ ُﮫ ُﺛ ﱠم َﯾﮭِﯾ ُﺞ‬ ٍ ‫ﻓِﻲ ْاﻷَﻣْ َوالِ َو ْاﻷ َْو َﻻ ِد ۖ◌ َﻛ َﻣﺛَلِ َﻏ ْﯾ‬
‫َﻓﺗَرَ اهُ ﻣُﺻْ َﻔ ًّرا ُﺛ ﱠم َﯾﻛُونُ ُﺣ َطﺎﻣًﺎ ۖ◌ َوﻓِﻲ ْاﻵﺧِرَ ِة َﻋ َذابٌ َﺷدِﯾ ٌد‬
ِ‫ﷲ َورِ ﺿْ َوانٌ ۚ◌ َوﻣَﺎ اﻟْﺣَ ﯾَﺎةُ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ إ ﱠِﻻ َﻣﺗَﺎ ُع ا ْﻟ ُﻐرُور‬ ِ ‫َوﻣَﻐْ ﻔِرَ ةٌ ﻣِنَ ﱠ‬
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-
megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-
tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia
Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
(QS. al-Hadîd, 57:20]
 Fitnah dunia dan wanita. Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, dari Nabi
saw, beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau,
dan sesungguhnya Allâh menjadikan kamu sebagai khalifah di
dunia ini, lalu Dia akan melihat bagaimana kamu berbuat. Maka
jagalah dirimu dari (keburukan) dunia, dan jagalah dirimu dari
(keburukan) wanita, karena sesungguhnya penyimpangan
pertama kali pada Bani Isrâil terjadi berkaitan dengan wanita.”
(HR Muslim)
 Kenikmatan dunia dan akhirat. Rasulullah saw bersabda:
– ‫ﷲ ﻣَﺎ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ ﻓِﻰ اﻵﺧِرَ ِة إِﻻﱠ ِﻣ ْﺛ ُل ﻣَﺎ ﯾَﺟْ ﻌَ ُل أَﺣَ ُد ُﻛ ْم إِﺻْ َﺑ َﻌ ُﮫ َھ ِذ ِه‬ِ ‫َو ﱠ‬
‫َوأَﺷَﺎرَ ﯾَﺣْ ﯾَﻰ ﺑِﺎﻟ ﱠﺳﺑﱠﺎ َﺑ ِﺔ – ﻓِﻰ ا ْﻟ َﯾ ﱢم َﻓ ْﻠ َﯾ ْﻧظُرْ ِﺑ َم ﯾَرْ ِﺟ ُﻊ‬
“Demi Allâh, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan
seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari
tangannya ini –perawi bernama Yahya menunjuk jari telunjuk- ke
lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang didapat pada jari
tangannya”. (HR Muslim)
 Terakhir, jangan sampai kita terlena oleh dunia, karena khawatir
ketika kita sedang asyik mengejar dunia (dengan jalan maksiyat
atau tanpa kita kaitkan dengan perintah agama), atau asyik
menikmati dunia (di jalan yang haram atau terlepas dari ketaatan
kepada Allah SWT), tahu-tahu malaikat maut datang menjemput
kita. Naudzubillah…

54

Anda mungkin juga menyukai