Anda di halaman 1dari 25

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KEADAAN

BENCANA
(untuk memenuhi salah satu tugas komunikasi keperawatan)

Disusun Oleh :
1. Fahri prasetya
2. Nyimas ayu singgih
3. Siti Jaetun
4. Vina Handika Pratiwi
5. Saeful Basriedi
6. Rima Fatimah Zahra
7. Restu Fauziyah Rahayu
8. Asep Hendra Permana
9. Yenti Mulyanti
10. Andri Irawan

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
yang berlimpah kami telah mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul “
komunikasi terapeutik pada pasien keadaan bencana “ untuk memenuhi tugas
makalah mata kuliah komunikasi keperawatan.
Alhamdulillah kami telah menyelesaikan makalah komunikasi
keperawatan, makalah ini ditulis dan diperoleh dari beberapa sumber, tidak lupa
kami ucapkan terimaksih kepada dosen pembimbing mata kuliah komunikasi
keperawatan atas bimbingan, sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua dalam memahami peran perawat dalam komunikasi terapeutik pada
pasien keadaan bencana.
kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Maka, kami mengharapkan adanya masukan, pendapat, kritik maupun saran dari
pembimbing,.

Cianjur, 10 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
A. KONSEP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL................................................4

B. KONSEP PENGETAHUAN DAN SIKAP........................................................5

C. KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN..........................................................5

D. PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL.......................................7

E. TEORI MODEL KEPERAWATAN TERKAIT PENELITIAN.......................8

F. KERANGKA TEORI PENELITIAN.................................................................9

BAB III........................................................................................................................13
RENCANA KEGIATAN............................................................................................13
A. Tema.................................................................................................................13

B. Kegiatan Pembelajaran.....................................................................................13

BAB IV........................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15

B. Saran.................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mungkin lepas dari
berkomunikasi. Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus
dan berarti dalam hubungan antar manusia. Salah satu kajian ilmu
komunikasi adalah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan
timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang
dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau
partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan
memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar
tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat
ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Komunikasi merupkan aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
Komunikasi yang diterapkan perawat kepada pasien merupkan
komunikasi terapeutikyang mempunyai tujuan untuk kesembuhan
pasien.
Seorang perawat penting sekali untuk menguasai kemampuan
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik jika dikuasai dengan
baik oleh seorang perawat, maka ia akan lebih mudah menjalin
hubungan saling percaya dengan pasien. Tak hanya hal itu saja,
dengan kemampuan komunikasi terapeutik yang baik maka perawat
dapat mengatasi masalah legal, memberikan kepuasan profesional
dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan citra perawat.
Komunikasi yang baik dari seorang perawat, khususnya
komunikasi terapeutik, dapat memberikan kepercayaan diri pasien.
Dalam hal ini ditekankan bahwa seorang perawat harus mampu
berbicara banyak serta bisa menunjukkan kesan low profile pada
pasiennya. Dalam tulisan ini, kami membahas mengenai komunikasi
terapeutik yang meliputi teknik komunikasi terpeutik dan hubungan
terapeutik pada keadaan bencan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi terapeutik ?
2. Bagaimana prinsip komunikasi terapeutik ?
3. Apa saja komponen komunikasi terapeutik ?
4. Bagaimana tindakan atau sikap yang dilakukan ketika
menunjukkan kehadiran secara fisik ?
5. Apa saja hambatan dalam komunikasi terapeutik ?
6. Apa saja tahapan komunikasi terapeutik ?
7. Apa teknik komunikasi terapeutik ?
8. Bagaimana hubungan komunikasi terapeutik pada keadaan
bencana ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik.
2. Mengetahui prinsip komunikasi terapeutik.
3. Mengetahui komponen komunikasi terapeutik.
4. Mengetahui tindakan atau sikap yang dilakukan ketika
menunjukkan kehadiran secara fisik.
5. Mengetahui hambatan dalam komunikasi terapeutik.
6. Mengetahui tahapan komunikasi terapeutik.
7. Mengetahui teknik komunikasi terapeutik.
8. Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik pada keadaan
bencana.
D. Manfaat
1. Perawat dapat menjelaskan dan mengimplementasikan teknik
teknik dalam melakukan komunikasi terapeutik
2. Dapat mengetahui hubungan komunikasi terpeutik pada keadaan
bencana
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komununikasi terapeutik adalah proses dimana perawat
menggunakan pendekatan terencana dalam mempelajari kliennya
(Keltner, Schwecke, dan Bostrom, dalam Potter & Perry, 2005).
Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara
perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung perawat
berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan
pertukaran informasi yang efektif (Videback,2008)
B. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
1. Hubungan perawat dan klien yang saling menguntungkan
2. Menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,
memahami perasaan dan prilaku klien
3. Menjaga harga diri
4. Menciptakan hubungan saling percaya (trust)
C. Komponen komunikasi terapeutik
1. Empati
2. Kepercayaan
3. Kejujuran
4. Keterbukaan diri
5. Mendengarkan aktif
D. Tindakan atau Sikap yang Dilakukan Ketika Menunjukkan
Kehadiran Secara Fisik
Tindakan atau sikap yang dilakukan ketika menunjukkan kehadiran
fisik (Egan,1998 dalam Kozier,Et.Al, 2004) yaitu :
1. Berhadapan dengan lawan bicara
2. Sikap tubuh terbuka (tidak bersilangan)
3. Menunduk/memposisikan tubuh kearah lawan bicara atau lebih
dekat dengan lawan bicara
4. Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural
5. Bersikap tenang
E. Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik
Hambatan dalam komunikasi terapeutik (Delaune & Ladner, 2002)
yaitu :
1. Perbedaan bahasa
Ketidakmampuan klien untuk berkomunikasi secara efektif
dengan petugas kesehatan dapat mempengaruhi respon klien
terhadap intervensi
2. Perbedaan budaya
Perawat harus menyadari pola interaksi tipikal pada
berbagai budaya. Setiap budaya menggunakan bahasa yang
berbeda beda.
3. Gender
Pengiriman, penerimaan, dan penafsiran pesan dapat bervariasi
anatara pria dan wanita.
F. Tahapan komunikasi terapeutik
1. Prainteraksi
Fase prainteraksi mirip dengan tahap perencanaan sebelum
melakukan wawancara. Biasanya perawat memiliki informasi
tentang klien sebelum bertatap muka yang pertama kali. Informasi
tersebut dapat meliputi nama klien, alamat, usia, riwayat medis,
dan riwayat social. Tugas perawat pada fase prainteraksi yaitu :
2. Meninjau data pengkajian dan pengetahuan
Meninjau data pengkajian dan pengetahuan seperti
melihat informasi dasar tentang klien fungsinya adalah untuk
melihat hambatan atau kendala komunikasi yang mungkin terjadi.
Hambatan atau kendala komunikasi yang mungkin terjadi ini
dapat menjadi masalah potensial
3. Memikirkan area masalah potensial
Area masalah potensial dapat diprediksi berdasarkan
kendala dan hambatan komunikasi yang mungkin terjadi. Kendala
tersebut meliputi deficit bahasa, deficit sensorik, gangguan kognitif
dan deficit structural. Keterampilan perawat yang dibutuhkan pada
fase pra interaksi adalah mengumpulkan data yang terorganisir,
menyadari keterbatasan yang ada dan mencari bantuan sesuai
kebutuhan :
a. Tahap Orientasi
Pada fase ini disebut juga fase perkenalan atau fase
prabantuan. Fase ini merupakan fase mengenal satu sama lain
dan membina rasa percaya.
Kendala pada fase orientasi bisa berupa perilaku resitif.
Perilaku resitif merupakan bentuk perilaku yang dapat
menghambat keterlibatan, kerjasama, atau perubahan. Perilaku
resitif ini dapat diatasi dengan menunjukkan sikap aring, minat
yang tulus, serta kompetensi. Kendala fase orientasi dapat
disebabkan oleh beberapa factor misalnya :
b. Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan untuk meminta bantuan
c. Ketergantungan rasa takut untuk mengungkapkan dan
menghadapi perasaan yang ada
d. Ansietas tentang ketidaknyamanan yang dirasakan dalam
mengubah pola perilaku.
G. Tugas perawat dalam fase orientasi/perkenalan :
1. membuka hubungan
a. baik klien maupun perawat mengidentifikasi satu sama lain
dengan menggunakan nama.
b. saat hendak mengawali interaksi, penting bagi perawat
menjelaskan perannya kepada klien agar klien memperoleh
gambaran tentang proses interaksi tersebut.
c. saat klien mengawali hubungan, perawat perlu membantu klien
mengungkapkan masalah dan alasannya mencari bantuan.
d. pertanyaan yang samar dan terbuka seperti “bagaimana
perasaan Anda hari ini?”
2. mengklarifikasi masalah
Karena pada awalnya klien mungkin tidak melihat masalah
dengan jelas, tugas utama perawat adalah mengklarifikasi
masalah tersebut.
3. membuat dan memformulasikan kontrak
Perawat dan klien membangun tingkat kepercayaan dan
kesepakatan yang diungkapkan secara verbal tentang:
a. Lokasi, frekuensi dan lamanya pertemuan
b. Keseluruhan tujuan dari hubungan tersebut
c. Bagaimana hal-hal yang sifatnya rahasia akan ditangani
d. Tugas-tugas yang akan dituntaskan
e. Durasi dan indikasi untuk mengakhiri pertemuan tersebut
4. Hasil yang diharapkan pada fase orientasi:
a. Menumbuhkan kepercayaan (memahami dan menghormati
keyakinan dan nilai budaya mereka, menghargai kerahasiaan
klien)
b. Memandang perawat sebagai tenaga profesional yang
kompeten untuk memberikan bantuan
c. Memandang perawat sebagai pribadi yang jujur, terbuka dan
peduli dengan kesejahteraan mereka
d. Merasa nyaman berbicara
e. Memahami tujuan hubungan
5. Tahap kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik.
Tujuan : tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien Tahap kerja hubungan
perawat-klien biasanya dibagi menjadi dua subfase : indentifikasi
masalah dan eksploitasi. Identifikasi masalah pada tahap kerja:
a. Menerapkan active listening
b. Membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi
c. Bagaimana cara mengatasi masalahnya
d. Mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang
telah dipilih

Eksploitasi pada tahap kerja :

a. Perawat memandu klien mengkaji perasaan dan responnya


b. Mendorong perkembangan kesadaran diri
c. Dibangun rasa saling percaya antara perawat dan klien
d. Menyimpulkan percakapannya dengan klien

Kendala dalam tahap kerja

1. Transferen : klien biasanya secara tidak sadar memindahkan


perasaannya terhadap individu yang berartu dalam hidupnya
kepada perawat
2. Kontertransferen : respon perawat dipengaruhi kebutuhan dan
konflik pribadi yang tidak disadari

Tahap terminasi
1. Tahap terakhir
2. Klien ada yang menghindar ada yang tidak
3. Rencanakan dari awal
4. Jangan mengakhiri relasi secara tiba-tiba
Tahap-tahap terminasi yaitu :
1. Terminasi sementara : akhir dari tiap pertemuan perawat-klien
2. Terminasi akhir :
- Terjadi ketika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara keseluruhan
- Melakukan evaluasi objektif
- Melakukan evaluasi subjektif
- Menyepakati tingkat lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan
- Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya

Fokus dari analisa diri perawat dalam komunikasi terapeutik


Analisa diri dalam komunikasi terapeutik : proses stimulasi
untuk menentukan keberhasilan setiap tindakan yang
dilakukan oleh perawat. Harus dilakukan setiap waktu karena
erat kaitannya dengan kesadaran diri perawat yang
merupakan evaluasi dari apa yang telah dilakukan perawat
terhadap kliennya. Terbagi dalam 6 aspek, yaitu :
1. Kesadaran diri
2. Klarifikasi nilai
3. Eksplorasi keadaan
4. Role model
5. Altruisme
6. Etik dan tanggung jawab

Kesadaran diri
a. Akan membuat perawat dapat menerima perbedaan dan
keunikan klien
b. Perlu ditingkatkan agar penggunaan diri secara
terapeutik dapat lebih efektif
c. Jendela johari (johari window) adalah konsep
komunikasi yang diperkenalkan oleh joseph luth dan
harry ingram menggambarkan tingkat saling pengertian
antar orang yang berinteraksi mengenai perilaku, pikiran
dan perasaan
1. Terbuka-umum : diketahui oleh diri sendiri dan orang
lain
2. Buta-tidak sadar : hanya diketahui oleh orang lain
3. Tersembunyi-tersendiri : hanya diketahui oleh diri
sendiri
4. Tidak diketahui : tidak diketahui oleh siapapun

d. 3 prinsip yang dapat diambil dari johari window, yaitu :


1) Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran
yang lain
2) Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti
komunikasinya buruk atau kesadaran dirinya kurang
(perilaku dan perasaan rendah)
3) Kuadran 1 paling besar pada individu yang
mempunyai kesadaran diri yang tinggi.

e. Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui 3 cara (Stuart


& Sundeen,1987), yaitu
1) Mempelajari diri sendiri :
Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran,
perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang
menyenangkan, hubungan interpersonal dan
kebutuhan pribadi
a. Belajar dari orang lain : kesediaan dan keterbukaan
menerima umpan balik dari orang lain akan
meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri.
Dikarenakan banyak sekali sifat dan perilaku yang
tidak kita sadari tetapi orang lain melihat atau
merasakannya.
b. Membuka diri : untuk ini harus ada teman intim
yang dapat dipercaya untuk menceritakan hal yang
merupakan rahasia. Sehingga seseorang akan
merasa aman ketika berinteraksi karena tidak ada
sesuatu yang disembunyikan.
Eksplorasi perasaan

- Yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang muncul


sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang lain
- Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaan dirinya dan
mengontrolnya agar dapat berkomunikasi dengan klien secara
maksimal
Klarifikasi nilai
- Klarifikasi nilai bermanfaat bagi perawat untuk memahami dirinya
sendiri dan nilai-nilai pribadinya
- Proses klarifikasi nilai terdiri dari tiga langkah : memilih, menilai, dan
mengambil tindakan
Role model
a. Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan
memuaskan kehidupan pribadi, tidak didominasi oleh konflik serta
adaptasi yang sehat
b. Ciri perawat yang dapat menjadi role model adalah puas akan
hidupnya, tidak didominasi oleh stress, mampu mengembangkan
kemampuan, dan adaptif
Altruisme
a. Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri
b. Altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan social
yang dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan
kesejahteraan
Etik dan tanggung jawab
a. Kode untuk perawat umumnya menyampaikan penguatan nilai
hubungan perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian pelayanan
yang merupakan rujukan untuk kesejahteraan pasien dan tanggung
jawab social
b. Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab
untuk merubah perilaku
Sikap dalam komunikasi terapeutik, Sikap atau cara untuk menghadirkan
diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik
(egan,)
 Sikap berhadapan
 Sikap mempertahankan kontak mata
 Sikap membungkuk ke arah klien atau pasien
 Sikap mempertahankan sikap terbuka
 Sikap tetap rileks
Sikap atau cara lain yang dapat dilakukan dalam komunikasi terapeutik
1. Sikap kesejatian
2. Sikap hormat
3. Sikap empati
4. Sikap konkret
Sikap terapeutik melalui perilaku non verbal (stuar dan sundeen (1998))
1. Isyarat vokal
2. Isyarat tindakan
3. Isyarat obyek
4. Ruang memberikan isyarat
5. Sentuhan
H. Tahapan komunikasi terapeutik
1. Prainteraksi
Fase prainteraksi mirip dengan tahap perencanaan sebelum
melakukan wawancara. Biasanya perawat memiliki informasi
tentang klien sebelum bertatap muka yang pertama kali. Informasi
tersebut dapat meliputi nama klien, alamat, usia, riwayat medis,
dan riwayat social. Tugas perawat pada fase prainteraksi yaitu :
a. Meninjau data pengkajian dan pengetahuan
Meninjau data pengkajian dan pengetahuan seperti melihat
informasi dasar tentang klien fungsinya adalah untuk melihat
hambatan atau kendala komunikasi yang mungkin terjadi.
Hambatan atau kendala komunikasi yang mungkin terjadi ini
dapat menjadi masalah potensial
b. Memikirkan area masalah potensial
Area masalah potensial dapat diprediksi berdasarkan
kendala dan hambatan komunikasi yang mungkin terjadi.
Kendala tersebut meliputi deficit bahasa, deficit sensorik,
gangguan kognitif dan deficit structural.
Keterampilan perawat yang dibutuhkan pada fas pra
interaksi adalah mengumpulkan data yang terorganisir,
menyadari keterbatasan yang ada dan mencari bantuan sesuai
kebutuhan
1) Tahap Orientasi
Pada fase ini disebut juga fase perkenalan atau fase
prabantuan. Fase ini merupakan fase mengenal satu sama
lain dan membina rasa percayaKendala pada fase orientasi
bisa berupa perilaku resitif. Perilaku resitif merupakan
bentuk perilaku yang dapat menghambat keterlibatan,
kerjasama, atau perubahan. Perilaku resitif ini dapat
diatasi dengan menunjukkan sikap aring, minat yang tulus,
serta kompetensi. Kendala fase orientasi dapat disebabkan
oleh beberapa factor misalnya :
a. Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan untuk meminta
bantuan
b. Ketergantungan rasa takut untuk mengungkapkan dan
menghadapi perasaan yang ada
c. Ansietas tentang ketidaknyamanan yang dirasakan
dalam mengubah pola perilaku.
2. Tugas perawat dalam fase orientasi/perkenalan :
a. membuka hubungan
1) baik klien maupun perawat mengidentifikasi satu sama
lain dengan menggunakan nama.
2) saat hendak mengawali interaksi, penting bagi perawat
menjelaskan perannya kepada klien agar klien
memperoleh gambaran tentang proses interaksi tersebut.
3) saat klien mengawali hubungan, perawat perlu
membantu klien mengungkapkan masalah dan alasannya
mencari bantuan.
4) pertanyaan yang samar dan terbuka seperti “bagaimana
perasaan Anda hari ini?”
b. mengklarifikasi masalah

Karena pada awalnya klien mungkin tidak melihat


masalah dengan jelas, tugas utama perawat adalah
mengklarifikasi masalah tersebut.

c. membuat dan memformulasikan kontrak


Perawat dan klien membangun tingkat kepercayaan dan
kesepakatan yang diungkapkan secara verbal tentang:
- Lokasi, frekuensi dan lamanya pertemuan
- Keseluruhan tujuan dari hubungan tersebut
- Bagaimana hal-hal yang sifatnya rahasia akan ditangani
- Tugas-tugas yang akan dituntaskan
- Durasi dan indikasi untuk mengakhiri pertemuan tersebut
Hasil yang diharapkan pada fase orientasi:
a. Menumbuhkan kepercayaan (memahami dan
menghormati keyakinan dan nilai budaya mereka,
menghargai kerahasiaan klien)
b. Memandang perawat sebagai tenaga profesional yang
kompeten untuk memberikan bantuan
c. Memandang perawat sebagai pribadi yang jujur,
terbuka dan peduli dengan kesejahteraan mereka
d. Merasa nyaman berbicara
e. Memahami tujuan hubungan

d. Tahap kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik Tujuan : tahap ini perawat dan klien
bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien
Tahap kerja hubungan perawat-klien biasanya
dibagi menjadi dua subfase : indentifikasi masalah dan
eksploitasi
 Indentifikasi masalah pada tahap kerja
1. Menerapkan active listening
2. Membantu klien untuk mendefinisikan masalah
yang dihadapi
3. Bagaimana cara mengatasi masalahnya
4. Mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan
masalah yang telah dipilih
 Eksploitasi pada tahap kerja
1. Perawat memandu klien mengkaji perasaan dan
responnya
2. Mendorong perkembangan kesadaran diri
3. Dibangun rasa saling percaya antara perawat dan
klien
4. Menyimpulkan percakapannya dengan klien
 Kendala dalam tahap kerja
1. Transferen : klien biasanya secara tidak sadar
memindahkan perasaannya terhadap individu
yang berartu dalam hidupnya kepada perawat
2. Kontertransferen : respon perawat dipengaruhi
kebutuhan dan konflik pribadi yang tidak disadari
 Tahap terminasi
a. Tahap terakhir
b. Klien ada yang menghindar ada yang tidak
c. Rencanakan dari awal
d. Jangan mengakhiri relasi secara tiba-tiba
Tahap-tahap terminasi yaitu :
 Terminasi sementara : akhir dari tiap pertemuan
perawat-klien
 Terminasi akhir :
1. Terjadi ketika perawat telah menyelesaikan
proses keperawatan secara keseluruhan
2. Melakukan evaluasi objektif
3. Melakukan evaluasi subjektif
4. Menyepakati tingkat lanjut terhadap
interaksi yang telah dilakukan
5. Membuat kontrak untuk pertemuan
berikutnya
Fokus dari analisa diri perawat dalam komunikasi
terapeutik Analisa diri dalam komunikasi terapeutik : proses
stimulasi untuk menentukan keberhasilan setiap tindakan yang
dilakukan oleh perawat. Harus dilakukan setiap waktu karena erat
kaitannya dengan kesadaran diri perawat yang merupakan evaluasi
dari apa yang telah dilakukan perawat terhadap kliennya. Terbagi
dalam 6 aspek, yaitu :
1. Kesadaran diri
2. Klarifikasi nilai
3. Eksplorasi keadaan
4. Role model
5. Altruisme
6. Etik dan tanggung jawab

 Kesadaran diri
a. Akan membuat perawat dapat menerima perbedaan dan
keunikan klien
b. Perlu ditingkatkan agar penggunaan diri secara terapeutik
dapat lebih efektif
c. Jendela johari (johari window) adalah konsep komunikasi
yang diperkenalkan oleh joseph luth dan harry ingram
menggambarkan tingkat saling pengertian antar orang yang
berinteraksi mengenai perilaku, pikiran dan perasaan
1) Terbuka-umum : diketahui oleh diri sendiri dan orang
lain
2) Buta-tidak sadar : hanya diketahui oleh orang lain
3) Tersembunyi-tersendiri : hanya diketahui oleh diri
sendiri
4) Tidak diketahui : tidak diketahui oleh siapapun
3 prinsip yang dapat diambil dari johari window, yaitu :
1. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain
2. Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau
kesadaran dirinya kurang (perilaku dan perasaan rendah)
3. Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran
diri yang tinggi

Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui 3 cara (Stuart & Sundeen,1987),


yaitu
a. Mempelajari diri sendiri :
Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku,
termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan interpersonal
dan kebutuhan pribadi
b. Belajar dari orang lain : kesediaan dan keterbukaan menerima umpan
balik dari orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri
sendiri. Dikarenakan banyak sekali sifat dan perilaku yang tidak kita
sadari tetapi orang lain melihat atau merasakannya.
c. Membuka diri : untuk ini harus ada teman intim yang dapat dipercaya
untuk menceritakan hal yang merupakan rahasia. Sehingga seseorang
akan merasa aman ketika berinteraksi karena tidak ada sesuatu yang
disembunyikan.
Eksplorasi perasaan
- Yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang muncul sebelum
dan sesudah berinteraksi dengan orang lain
- Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaan dirinya dan
mengontrolnya agar dapat berkomunikasi dengan klien secara maksimal
Klarifikasi nilai

- Klarifikasi nilai bermanfaat bagi perawat untuk memahami dirinya


sendiri dan nilai-nilai pribadinya
- Proses klarifikasi nilai terdiri dari tiga langkah : memilih, menilai, dan
mengambil tindakan
Role model
- Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan
memuaskan kehidupan pribadi, tidak didominasi oleh konflik serta
adaptasi yang sehat
- Ciri perawat yang dapat menjadi role model adalah puas akan
hidupnya, tidak didominasi oleh stress, mampu mengembangkan
kemampuan, dan adaptif
Altruisme
- Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri
- Altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan social
yang dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan
kesejahteraan
Etik dan tanggung jawab
- Kode untuk perawat umumnya menyampaikan penguatan nilai
hubungan perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian
pelayanan yang merupakan rujukan untuk kesejahteraan pasien dan
tanggung jawab social
- Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung
jawab untuk merubah perilaku
Sikap dalam komunikasi terapeutik
Sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat
memfasilitasi komunikasi yang terapeutik.
 Sikap berhadapan
 Sikap mempertahankan kontak mata
 Sikap membungkuk ke arah klien atau pasien
 Sikap mempertahankan sikap terbuka
 Sikap tetap rileks
Sikap atau cara lain yang dapat dilakukan dalam komunikasi terapeutik
 Sikap kesejatian
 Sikap hormat
 Sikap empati
 Sikap konkret
Sikap terapeutik melalui perilaku non verbal (stuar dan sundeen (1998))
 Isyarat vokal
 Isyarat tindakan
 Isyarat obyek
 Ruang memberikan isyarat
 Sentuhan

I. Hubungan Komunikasi Terapeutik pada Keadaan Bencana


Komunikasi terapeutik pada keadaan bencana dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu ;
1. Verbal
Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan
ringkas, kata mudah dimengerti. Komunikasi verbal merupaka
komunikasi yang dilakukan melalui kata-kata. Pada saat keadaan
bencana komunikasi verbal digunakan kepada para korban dan kepada
sesama tim medis. Komunikasi terapeutik kepada para korban
bencana misalnya pada saat penggolongan triase. Salah satu tim dari
triase memanggil korban bencana yang dapat berjalan agar menuju ke
sumber suara atau bendera hijau yang ada di tenda triase. Contohnya:
“Pengumuman kepada para korban bencana alam yang dapat
mendengar suara saya dan masih mampu berjalan silakan menuju ke
sumber suara.”. Komunikasi verbal juga dapat digunakan kepada para
korban yang tergeletak, misalnya : “Bapak, Apa bapak dapat
mendengar suara saya ?”.
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak
melibatkan bicara,komunikasi non verbal disampaikan melalui
sentuhan, symbol, dan stimulus.
Pada saat keadaan bencana komunikasi non verbal juga
dilakukan kepada para korban bencana serta kepada para anggota tim
medis. Kepada para korban, komunikasi non verbal dilakukan kepada
korban yang tidk merespon dengan komunikasi verbal. Sedangkan
komunikasi non verbal kepada sesama anggota tim medis dapat
berupa pemberian symbol bendera yang berwarna merah, kuning,
hijau, dan hitam yang digunakan sebagai symbol untuk menentukan
penggolongan cedera korban dan memudahkan anggota tim medis
untuk mengetahui kemana korban harus dibawa.
Jadi kita sebagai penlong memberikan pertolongan dengan
prisnsip dasar komunikasi terapeutik dan juga dalam keadaan
bencana di sini memerlukan tindakan yang cepat benar dan tepat yang
bisa disampaikan melalui komunikasi verbal dan non verbal. Tindakan
yang cepat benar dan tepat ini harus dilakukan dengan baik
dikaranakan situasi kondisi yang gawat darurat pada saat terjadi
bencana. Disini komunikasi verbal dan non verbal dilakukan untuk
menggolongkan dengan tepat korban yang memiliki tingkat cidera
yang berbeda beda. Contohnya seperti menggunakan bendera merah
kuning hijau dan hitam untuk membantu dalam komunikasi agar
mempermudah penolong dalam mengamankan dan juga memberikan
pertolongan kepada korban.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa ;

1. Teknik komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat berupa


Mendengarkan (lestening), Bertanya (question), Penerimaan,
Mengulangi (restating), Klarifikasi (clarification), Refleksi
( reflection ), Memfokuskan (focusing) , Diam ( silence ),
Memberikan Informasi ( informing ), Menyimpulkan
(summerizing), Eksplorasi atau Menempatkan kejadian secara
berurutan, Membagi Persepsi (Sharing perception), Memberikan
kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan,
Menganjurkan untuk Melanjutkan Pembicaraan , Menyatakan
hasil observasi, Humor, Menawarkan Diri, Memberikan
Penghargaan, Asertif
2. Jadi kita sebagai penlong memberikan pertolongan dengan
prisnsip terapeutik dan juga dalam keadaan bencana di sini
memerlukan tindakan yang cepat benar dan tepat yang bisa
disampaikan melalui komunikasi verbal dan non verbal. Tindakan
yang cepat benar dan tepat ini harus dilakukan dengan baik
dikaranakan situasi kondisi yang gawat darurat pada saat terjadi
bencana. Disini komunikasi verbal dan non verbal dilakukan
untuk menggolongkan dengan tepat korban yang memiliki
tingkat cidera yang berbeda beda.
Daftar Pustaka
Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan.Bandung: PT Refika aditama

Fatmawati, Siti, Musliha.2010.komunikasi Keperawatan Plus Materi Komunikasi


Terapeutik. Yogjakarta : Nuha Medika

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34273/3/Chapter%20II.pdf

https://id.scribd.com/document/386993426/komunikasi-terapeutik-BENCANA

Anda mungkin juga menyukai