Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Restu Fauziyah
2. Sofia Seftriani
3. Hasma Dian taufik
4. H. Ajud
A. Latar Belakang
Penyakit reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di
sekitarnya yang terdiri lebih dari 100 jenis. Salah satu jenis dari penyakit reumatik
adalah Rheumatoid Arthritis (Nainggolan,2009). Rheumatoid Arthritis (RA)
adalah penyakit autoimun progresif dengan inflamasi kronik yang menyerang
sistem muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan sistem tubuh secara
keseluruhan, yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi
jaringan sinovial yang disertai gangguan pergerakan diikuti dengan kematian
prematur (Mclnnes,2011).
Dalam ilmu penyakit dalam Harrison edisi 18, insidensi dan prevalensi
RAbervariasi berdasarkan lokasi geografis dan berbagai grup etnik yang berkaitan
dengan susunan genetik. Prevalensi tertinggi dilaporkan pada masyarakat asli
Amerika, Yakima, Pima, dan suku-suku Chippewa di Amerika Utara sebesar 7%.
Namun prevalensi RA di dunia relatif konstan yaitu berkisar antara 0,5-1%
(Suarjana,2009). Estimasi prevalensi RA untuk negara dengan pendapatan rendah
dan menengah berdasarkan meta-analisis adalah di Asia Tenggara sebesar 0,4%,
Mediterania Timur sebesar 0,37%, Eropa sebesar 0,62%, dan Amerika sebesar
1,25%. Prevalensi pada laki-laki lebih rendah yaitu 0,16% dibandingkan wanita
yaitu 0,75% dan dinyatakan signifikan secara statistik. Sekitar 2,6 juta laki-laki
dan 12,21 juta wanita menderita RA pada tahun 2000 kemudian
meningkatmenjadi 3,16 juta laki-laki dan 14,87 juta wanita yang menderita RA
pada tahun 2010 (Rudan dkk, 2015).
Data epidemiologi di Indonesia tentang penyakit RA masih terbatas. Data
terakhir dari Poliklinik Reumatologi RSCM Jakarta menunjukkan bahwa jumlah
kunjungan penderita RA selama periode Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203
dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien. Nainggolan (2009)
memaparkan bahwa provinsi Bali memiliki prevalensi penyakit rematik di atas
angka nasional yaitu 32,6%, namun tidak diperinci jenis rematik secara detail.
Walaupun penyebab RA masih belum diketahui secara pasti, namun banyak
faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian RA. Diantaranya adalah
faktor genetik, usia lanjut, jenis kelamin perempuan, faktor sosial ekonomi, faktor
hormonal, etnis, dan faktor lingkungan seperti merokok, infeksi, faktor diet,
polutan, dan urbanisasi (Tobon et al,2009).
Telah diketahui bahwa RA adalah penyakit kronik dan fluktuatif sehingga
apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan cepat akan menyebabkan
kerusakan sendi yang progresif, deformitas, disabilitas, dan kematian. Menurut
Fuch dan Edward, hanya 15% pasien RA yang memperoleh pengobatan secara
medis yang mengalami remisi atau berfungsi normal setelah 10 tahun sejak awal
onset dan hanya 17% dengan tanpa disabilitas. Prognosis RA sendiri dievaluasi
dari berbagai parameter seperti level remisi, status fungsional, dan derajat
kerusakansendi(Sumariyono,2010).
B. Tujuan Penulisan
a. Umum
Mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Rheumatoid arthrities
b. Khusus
1. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan Rheumaoid arthrieties
2. Mampu merumuskan diagnosa pada pasien dengan rheumatoid arthrieties
3. Mampu merumuskan intervensi paada pasien dengan Rhematoid arthrieties
C. Manfaat Penelitian
a. Bagi institusi pendidikan, sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan
b. Bagi Rumah sakit, sebagai bahan masukkan untuk meningkatkan tindakan
implementasi.
c. Bagi responden, misalnya dapat diterapkan dalam keluarga atau sebagai bahan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Manifestasi Klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli
artritis rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi
tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki,
sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifatbilateral/simetris.
Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut rheumatoid
arthritis mono-artikular (Chairuddin, 2003).
a. Stadium awal Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan
anemia. Gejala lokal yang berupa pembengkakan, nyeri dan ganggun
gerak padasendi matakarpofalangeal. Pemeriksaan fisik : tenosinofitas
pada daerah ekstensor pergelangantangan fleksor jari-jari. Pada sendi
besar (misalnya sendi lutut) gejala peradangan lokal berupa
pembengkakan nyeri serta tand-tanda efusi sendi.
b. Stadium lanjut Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen,
selanjutnya timbul/ketidak stabilan sendi akibat rupture tendo/ligament
yang menyebabkan deformitas rheumatoid yang khas berupa deviasi ulnar
jari-jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan
kaki.
4. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
a. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
b. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
c. Probable Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
d. Possible Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan. Jika ditinjau
dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1) Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
5. Fathway
Reaksi faktor r dengan antibody. Metabolik, nfeksi dengan kecerendungan virus
↓
Reaksi peradangan
↓
Nyeri
↓
Sinovial menebal
↓
Panus
↓
Infiltrasi ke dalam os. Subcondria
↓
Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis
↓
Kekakuan sendi
↓
Gangguan mobilitas fisik
↓
Gangguan nutrisi
6. Pemeriksaan penunjang
a. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan leukositosis,
Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
b. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan
c. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
d. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
e. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
f. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
g. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
h. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya
6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler
pada foto rontgen
i. Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis
Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat
palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium
menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4
menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat
menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang
keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X
dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya.
Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi
yang terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
14) Muskuluskeletal
Inspeksi: Pada penderita Artritis Rheumatoid terjadi nyeri sendi,
kekuaan, bengkak persendian, kelemahan otot,dan masalah dalam
berjalan
Palpasi: Pada penderita Artritis Rheumatoid terjadi nyeri tekan
di area persendian Secara khusus perubahan sistem muskuluskeletal
pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah tulang
kehilangan kepadatan, semakin rapuh, persendian mengalami
kekakuan dan nyeri, otot akan mengalami kelemahan sehinggan
kesulitan untuk berdiri dan berjalan
15) Sistem Saraf Pusat
Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya), Cepat menurunya hubungan
persarafan. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stress. Mengecilnya saraf panca indra:
berkurangnya penglihatan, berkurangnya pendengaran,
mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap
perubhan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Berkurangnya sensitivue terhadap sentuhan. ( Aspiani , 2014)
16) Sistem Endokrin
Produksi dari semua hormone menurun, Fungsi parathyroid dan
sekresinya tidak berubah, Pituitary, Menurunya aktivitas tiroid,
menurunya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunya daya
pertukaran zat, Menurunya produksi aldosterone, Menurunya
seksresi hormone kelamin, misalnya: progesterone, estrogen, dan
testosterone ( Aspiani , 2014)
g. Analisa Data
3. DS : Klien mengatakan
tidak bisa bergerak dengan
nyaman kadang perlu
membutuhkan orang lain
untuk mobilisasi
DO :
1) Klien tampak memegang
tangannya
2) Klien tampak lemas
3) Klien saat berdiri
memegang penyangga
h. Diagnosis Keperawatan
Menurut SDKI (2017)
a. nyeri akut
Adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusaakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan
b. Gangguan nutrisi
Ketidakmampuan menelan makanan, Ketidakmampuan
mencerna makanan, Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
Peningkatan kebutuhan metabolisme, Faktor ekonomi (mis, finansial
tidak mencukupi) Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk
makan)
c. Gangguan mobilitas fisik
Keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri,Kerusakan integritas struktur tulang Perubahan
metabolisme,Ketidakbugaran fisik,Penurunan kendali otot, Penurunan
massa otot, Penurunan kekuatan otot, Keterlambatan perkembangan,
Kekakuan sendi Kontraktur Malnutrisi Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuskuler
i. Perencanaan Keperawatan
1) MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
2) Observasi
a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
j. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
k. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
l. Fasilitasi istirahat dan tidur
m. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
n. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
o. Jelaskan strategi meredakan nyeri
p. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
q. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
r. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
3) Edukasi
1. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
TINJAUAN KASUS
1. Keluhan Utama
Nyeri kaki puggung lutut dan pergelangan tangan
2. Riwayat Kesehatan sekarang
Nyeri sendi
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Nyeri di bagian lutut
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu kandung memiliki nyeri yang sama
5. Riwayat Psikososial Spiritual
Pasien merasakan tidak tenang dan tak enak makan
6. Pemeriksaan Fisik
Integumen
Inspeksi: kulit kepala dan rambut menipis warna menjadi kelabu,
kulit mengkerut dan keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik,
pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas,
Kepala
Inspeksi warna rambut menjadi putih, tidak ada edema
Mata
Inspeksi: Pada pemeriksaan mata tidak ada perubahan pada
lansia dengan Artritis Rheumatoid. Perubahan pada lansia umunya
Menurunya lapang pandang, kekeruhan pada lensa menjadi katarak,
Telinga
Inspeksi: Pada pemeriksaan telinga tidak ada perubahan pada
lansia dengan Artritis Rheumatoid. Perubahan pada lansia umunya
Presbiakusis, membrane timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis, terjadinya pengumpulan cerumen ( Aspiani 2014)
Hidung
Inspeksi: tidak ada pernafasaan cuping hidung, tidak ada
sianosis Secara khusus perubahan sistem penciuman pada lansia yang
terjadi karena proses penuaan adalah mengalami penurunan atau
kehilangan sensasi penciuman sehingga terjadinya penurunan
sensivitas bau
Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi: pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada data
perubahan
Leher
Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis tidak
mengalami kekakuan
Palpasi: Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada
pembendungn vena jugularis , terdapat nyeri tekan (Aspiani 2014)
Payudara
Palpasi: Pada lansia dengan biasanya tampak warna
hitam/coklat pada lipatan payudara
Inspesksi: Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada
nyeri tekan
Pernafasan
Inspeksi: tidak sesak, tidak ada retrekasi otot bantu nafas, pada
lansia umumnya Menurunya aktivitas dari silia, paru-paru
kehilangan elastisitas
Palpasi: vocal premitus getaran kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler Kardiovaskuler tidak ada pembengkakan pada
organ, tidak ada edema, Elastisitas dinding aorta menurun.
Gastro Intestinal
Inspeksi: abdomen tampak simetris
Palpasi :tidak ada nyeri pada abdomen
Perkusi : terdapat suara tympani
Auskultasi: Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid peristaltik
15x/menit
Perkemihan
Inspeksi : urine tampak kuning
Sistem Reproduksi
Pada penderita Arritis Rheumtoid tidak ada gatal, kemrahan maupun
perubahan-perubahanPada lansia umunya Vagina yang makin menua
sexual intercourse masih membutuhkannya, tidak ada batasan umur
tertentu, Mengecilnya ovary dan uterus. Pada laki-laki testis masih
menghasilkan spermatozoa, Dorongan seksualitas menetap sampai usia
di atas 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik), Produksi estrogen pada
progesterone oleh ovarium menurun saat menopause, Pembesaran
prostat ±75% dialami oeloh pria usia diatas 65 tahun ( Aspiani , 2014)
Muskuluskeletal
Inspeksi: Pada penderita Artritis Rheumatoid terjadi nyeri sendi,
kekuaan, bengkak persendian, kelemahan otot,dan masalah dalam
berjalan
Palpasi: Pada penderita Artritis Rheumatoid terjadi nyeri tekan
di area persendian Secara khusus perubahan sistem muskuluskeletal
pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah tulang
kehilangan kepadatan, semakin rapuh, persendian mengalami
kekakuan dan nyeri, otot akan mengalami kelemahan sehinggan
kesulitan untuk berdiri dan berjalan
Sistem Saraf Pusat Berat otak. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
Sistem Endokrin
Produksi dari semua hormone menurun, Fungsi parathyroid dan
sekresinya tidak berubah, Pituitary, Menurunya aktivitas tiroid,
bertambah gizi
2. Gangguan dengan kriteria -Menganjurkan
-anjurkan
nutrisi kurang hasil makan sedikit tapi
makan sedikit
dari kebutuhan Berat badan sering
tapi sering
tubuh bertambah
berhubungan sesuai yang
denga proses dibutuhkan
penyakit
DS: Pasien
mengatakan
tidak bisa
makan enak
karena
terganggu
DO: Pasien
terlihat kurus
dan lemas dan
tidak
menghabiskan
porsi makanan
nya
Setelah -Monitor
dilakukan kondisi umum
intervensi selama - Memonitor
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas beberapa kesenjangan yang terjadi antara teori dan
aplikasi dengan masalah Arthritis Rheumatoid pada pada Dalam pembahasan ini penulis
menggunakan pendekatan proses pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Penulis akan menjabarkan kembali mulai dari pengkajian sampai
evaluasi.
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian tanda dan gejala RA yang dirasakan oleh Ny.R
yaitu nyri pada seluruh persendian yang sudah dirasakan lebih dari 4 bulan dan
semakin memberat. Keluhan disertai adanya panas badan yang tidak terlalu tinggi,
berkurangmya nafsu makandan badan teras lemah. Sejak 2 minggu yang lalu klien
merasakan cepat merasa cape bila berjalan. Keluhan awalnya hanya nyeri
dipergelangan tangan lama kelamaan hampir seluruh persendiaan terasa sakit, lebih
dai 1 bulan sering terjadi kekakuan dipagi hari salama lebih dari 1 jam pada lutut,
berat badan turun > 10 kg dalam 2 bulan. Sedangkan menurut teori (Smeltzer & Bare,
2002) gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energy, kurangnya nafsu makan,
demam, nyeri otot, sendi dan kekakuan. Otot dan kekakuan sendi biasanya paling
sering dipagi hari. Pada tinjauan kasus terdapat kesenjangan yaitu dalam kasus
terdapat kehilangan energy karena klien dalam keadaan umum lemah dan tampak
lemas, kemudian kurangnya nafsu makan tampak karena dilihat da penurunan berat
badan, klien tampak ada demam karena ada peningkatan kenaikan suhu tubuh.
Disamping itu juga menurut teori manifestasi klinis dalam RA sangat bervariasi
dan biasanya mencerminkan stadium serta berat penyakitnya. Rasa nyeri
pembengkakan, panas, dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik
untuk RA. Pada tinjauan kasus klien hanya merasakan nyeri dan kaku pada sendi.pada
tahap ini klien masuk kedalam stadium sinovitis. Sedangkan dalam teori yaitu pada
stadium senovitis ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak
dan kekakuan. Pada tinjauan kasus dan teori terdapat kesenjangan yaitu dalam
tinjauan kasus hanya seperti nyeri dan kekakuan tidak terdapat bengkak, hiperemi,
edema pada saat dikaji.
Sedangkan penyebab RA pada Ny.R yaitu nyeri dipergelangan tangan lama
kelamaan hampir seluruh persendiaan. Sedangkan dalam teori (Amin dan Hardi 2015)
penyebab RA adalah infeksi, usia, endokrin, autoimun, gangguan metabolic, faktor
genetik. Terdapat kesenjangan antara kasus dan teori. Faktor penyebab dalam teori
berjumlah enam sedangkan pada tinjauan kasus yang dikelola ada 2 dan itupun tidak
termasuk kedalam teori penyebab RA.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan, maka penulis
dapat menentukan diagnosa keperawatan. Akhirnya dapat diperoleh 1 diagnosa
berdasarkan scoring, yaitu: Resiko hambatan mobilitas fisik pada pasien Ny. R
Sedangkan diagnosa yang terdapat diteori adalah:
Nyeri akut
Hambatan mobilitas fisik
Gangguan citra tubuh
Defisit perawatan diri
Terdapat kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus karena diagnosa yang
muncul hanya satu. Untuk menentukan diagnosa penulis mengambil diagnosa
prioritas berdasarkan dengan keluhan yang dirasakan klien saat itu juga.
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan, tahapan berikutnya adalah membuat
perencanaan keperawatan. Dari mulai penentuan diagnosa, penulis sudah
memprioritaskan masalah sesuai dengan yang dikeluhkan oleh ny. R dan yang
mengancam nyawa klien. Sedangkan dalam penetapan tujuan dari kriteria hasil,
penulis berdasarkan atas standar asuhan keperawatan, demikian pula dalam membuat
rencana tindakan. Dalam membuat perencanaan penulis tidak mendapatkan hambatan
apapun.
Pada diagnosa tersebut penulis mengambil 1 diagnosa keperawatan yaitu,
Resiko hambatan mobilitas fisik pada pasien Ny. R yang menderita Arthritis
Rheumatoid. Perawat merencanakan untuk mengadakan penyuluhan tentang masalah
Arthritis Rheumatoid mulai dari pengertian sampai dengan manfaat sarana fasilitas
kesehatan. Penulis juga mendemonstasikan cara kompres hangat. Keluarga
mengatakan setuju dengan rencana tindakan lainnya yang bersifat anjuran dan
motivasi. Faktor pendukung untuk mengadakan rencana tindakan tersebut adalah
Ny.R mempunyai rasa ingin sembuh yang tinggi, sedangkkan faktor penghambat
untuk rencana tindakan yaitu kurangnya motivasi keluarga dan kurang pengetahuan
keluarga tentang penyakit Arthritis Rheumatoid.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya, pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah dibuat dan tetap mempertahankan prioritas diagnosa.
Faktor pendukung terlaksananya implementasi keperawatan pada pasien Ny.R yaitu
tingginya rasa ingin sembuh dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang penyakit
Arthritis Rheumatoid.
Tidak ada kendala pada saat tindakan keperawatan berlangsung, setelah
melakukan implementasi yang telah direncanakan penulis meninggalkan media
seperti leaflet pada keluarga dengan harapan keluarga dapat membacanya. Tidak ada
hambatan untuk melakukan Intervensi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria hasil dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan
rencana tindakan. Keberhasilan evaluasi didasarkan pada keefektifan intervensi yang
dilakukan perawat dan keluarga. Keefektifan intervensi dapat dilihat dari respon
keluarga dan hasil disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Dalam
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan perawat menggunakan metode
observasi secara langsung, wawancara, dan pemeriksaan fisik.
Faktor pendukung yang mempunyai keberhasilan asuhan keperawatan yaitu
adanya motivasi yang tinggi dari Ny.R sendiri, sedangkan tidak faktor penghambat.
Dalam hal ini penulis berpesan kepada keluarga agar semua rencana tindakan yang
telah dilakukan tidak berhenti sampai disini tetapi harus dipraktekan kapanpun
walaupun penulis sudah tidak lagi dilingkungan keluarga Ny.R
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara
langsung pada klien dengan diagnosa medis Artritis Rheumatoid di desa Wonodadi maka
penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dan meningkatkan
mutu asuhan keperawatan pada klien Artritis rheumatoid. Rheumatoid Arthritis (RA) adalah
penyakit autoimun progresif dengan inflamasi kronik yang menyerang sistem
muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang
ditandai dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang disertai
gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur. Terdapat banyak faktor risiko
terjadinya RA diantaranya ada yang bersifat tidak dapat dimodifikasi (genetik, ras, jenis
kelamin, dan usia) dan yang dapat dimodifikasi (gaya hidup, infeksi, dan bentuk tubuh).
Manifestasi klinis RA dapat berupa keluhan umum, kelainan sendi, dan kelainan diluar sendi.
Dengan penegakkan diagnosis berdasarkan kriteria ARA tahun 1987 ataupun ACR tahun
2010 dimana meliputi dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pennjang.
Pada pasien Ny. R 54 tahun ini didapatkan tanda tanda yang serupa dengan manifestasi klinis
artritis yang mengarah ke diagnosis rheumatoid arthritis dengan pemeriksaan fisik dan
penunjang yang mendukung. Berdasarkan prosedur penatalaksanaan RA, saat ini pasien
menjalani perawatan dan mendapatkan terapi suportif dan medikamentosa untuk
menghilangkan inflamasi dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut.
Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan yang baik dan
keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai pengetahuan,
keterampilan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan tim kesehatan klainnya
dengan memberikan asuhan keperawatan pada klien Artritis Rhuematoid .
3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang profesional alangkah baiknya
memberikan informasi tentang bahaya penyakit Artritis Rheumatoid .
4. Pendidikan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik secara
formal dan informal khususnya pengetahuan dalam bidang pengetahuan ilmu kesehatan.
5. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara
komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani (2014. Buku Ajar Asuhan keperawatan Gerontik.Jakarta Trans Medika Bawarodi, F.,
Rottie, J., & Malara, R. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan
Penyakit Rematik Di Wilayah Puskesmas Beo Kabpaten Talaud. E-Journal Keperawatan (e-
Kp), 5(1). https://doi.org/10.4018/978-1-4666-2673-7.
Budi, S. Herman. (2013). Pokok Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Timur 2013. (& N.
Puspasari, Eds.) (Vol. 84). Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes. Retrieved
Dinda Eka, (2019). Aplikasi Parutan Jahe pada Lansia dengan Nyeri Kronik
RhuemtoidArtritisShttp://eprintslib.ummgl.ac.id/813/1/16.0601.0066_BA B%20I_BAB
%20II_BAB%20III_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.
Ferawati. (2017). Efektifitas Kompres Jahe Merah Hangat dan Kompres Serai Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Arthritis Rematoid pada Lanjut Usia Di DesaMojoranu
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Keshatan MAKIA, 5(1),
Haryono dan Setianingsih, (2013). Musuh-Musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun.
Jatirejo : Gosyen Publising
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and
classification 2018-2020. Jakarta: EGC
Hembing, Wijayajusuma, M. 2013. Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Heming.
Jakarta: Puspa Swara
Huda, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA. Yogyakarta: Mediaction.
Marnis 2018. Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Arthritis Reumatoid Di Wilayah
Kerja Puskesmas Baung-barung Belantai Kabupaten Pesisir
SelatanTahun2018.http://repo.stikesperintis.ac.id/171/1/53%20MARNIS.
Mujahidullah Khalid. (2012). Keperawatn Gerontik. Jogjakarta : Pustaka Pelajar
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. (M. Ester, D. Yulianti, & I. Parulian, Eds.) (4th ed.). Jakarta: EGC
Simanjuntak, E. E. (2016). Pengaruh rutinitas senam rematik terhadap penurunan tingkat
nyeri pada lansia yang menderita rematik di panti sosial tresna werdha budi luhur jambi tahun
2015. Scientia Journal, 5(01), 20–24
Yafrinal Siregar,2016: Gambaan Faktor-faktor yang Berhubungan Dengn Kejadian Arthritis
Rheumatoid Pada Lansi Di Panti Jompo Guna Budi Bakti Medan Tahun 2014. Jurnal ilmiah
keperawatan imilda . di akses tanggal 20 januari 2021
Wahyuni, (2016). Hubungan Perilaku Hidup Sehat Dengan Kekambuha Penyakit Rheumatic
Pada Lanjut Usia di Puskesmas Lendah I Lendah Kulon Progo Yogyakarta. Naskah
Publikasi. 1-9.
V. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Leaflet
VI. KEGIATAN
pelaksanaan pelaksanaan penyuuhan
penyuluhan kesehatan
kesehatan kapada
keluarga binaan
Waktu Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta
penyuluhan
4 Pendahuluan a) Membuka acara Menjawab salam
5 Kegiatan Inti a) Mengenali Menyampaikan
menit dengan
menit kemampuan pengetahuan tentang
mengucapkan
Keluarrga Binaan materi penyuluhn
salam kepada
tentangmateri
keluaga binaan
yang akandi
b) Memperkenalkan Mempehatikan
sampaikan
diri keluarga penyuluhan
b) Memberi Mendengarkan
binaan
penjelasan penyuluh
c) Menyampaikan Mendengarkan
tentang mater menyampaikan materi
topik maksud dan penyuluh
yang akandi
tujuan menyampaiakn topic
sampaikan
penyuluhan dan tujuan
kepada keluaga
kesehatan kapada
binaan dengan
keluarga binaan
leafleat
d) Kontrak waktu Menyetujui
c) Memberikan Bertanya tentang materi
untuk kesepakatan waktu
kesempatan yang telah di berikan
kesepakatan
kepada keluarga
binaan untuk
bertanya
d) Memberikan Menjawab pertanyaan
pertanyaan kepda
sasaran tentang
materi yang akan
di berikan
1 a) Menyimpulkan Memperhatikan
menit dan penjelasan pengajar
mengklarifikasi
MATERI
yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. Persendian yang paling sering terkena adalah
sendi tangan, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya
bersifat simetris atau bilateral, tetapi kadang juga bisa terjadi pada satu sendi saja
2015). Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit peradangan kronis pada sendi
dan kekakuan pada pagi hari. Rheumatoid Arthritis (RA) dapat menyebabkan
sistemik
5. Kelainan pertumbuhan