Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB II

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Restu Fauziyah
2. Sofia Seftriani
3. Hasma Dian taufik
4. H. Ajud

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


KELAS TRANSFER CIMACAN
STIKES BUDI LUHUR CIMAHI TAHUN 2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di
sekitarnya yang terdiri lebih dari 100 jenis. Salah satu jenis dari penyakit reumatik
adalah Rheumatoid Arthritis (Nainggolan,2009). Rheumatoid Arthritis (RA)
adalah penyakit autoimun progresif dengan inflamasi kronik yang menyerang
sistem muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan sistem tubuh secara
keseluruhan, yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi
jaringan sinovial yang disertai gangguan pergerakan diikuti dengan kematian
prematur (Mclnnes,2011).
Dalam ilmu penyakit dalam Harrison edisi 18, insidensi dan prevalensi
RAbervariasi berdasarkan lokasi geografis dan berbagai grup etnik yang berkaitan
dengan susunan genetik. Prevalensi tertinggi dilaporkan pada masyarakat asli
Amerika, Yakima, Pima, dan suku-suku Chippewa di Amerika Utara sebesar 7%.
Namun prevalensi RA di dunia relatif konstan yaitu berkisar antara 0,5-1%
(Suarjana,2009). Estimasi prevalensi RA untuk negara dengan pendapatan rendah
dan menengah berdasarkan meta-analisis adalah di Asia Tenggara sebesar 0,4%,
Mediterania Timur sebesar 0,37%, Eropa sebesar 0,62%, dan Amerika sebesar
1,25%. Prevalensi pada laki-laki lebih rendah yaitu 0,16% dibandingkan wanita
yaitu 0,75% dan dinyatakan signifikan secara statistik. Sekitar 2,6 juta laki-laki
dan 12,21 juta wanita menderita RA pada tahun 2000 kemudian
meningkatmenjadi 3,16 juta laki-laki dan 14,87 juta wanita yang menderita RA
pada tahun 2010 (Rudan dkk, 2015).
Data epidemiologi di Indonesia tentang penyakit RA masih terbatas. Data
terakhir dari Poliklinik Reumatologi RSCM Jakarta menunjukkan bahwa jumlah
kunjungan penderita RA selama periode Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203
dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien. Nainggolan (2009)
memaparkan bahwa provinsi Bali memiliki prevalensi penyakit rematik di atas
angka nasional yaitu 32,6%, namun tidak diperinci jenis rematik secara detail.
Walaupun penyebab RA masih belum diketahui secara pasti, namun banyak
faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian RA. Diantaranya adalah
faktor genetik, usia lanjut, jenis kelamin perempuan, faktor sosial ekonomi, faktor
hormonal, etnis, dan faktor lingkungan seperti merokok, infeksi, faktor diet,
polutan, dan urbanisasi (Tobon et al,2009).
Telah diketahui bahwa RA adalah penyakit kronik dan fluktuatif sehingga
apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan cepat akan menyebabkan
kerusakan sendi yang progresif, deformitas, disabilitas, dan kematian. Menurut
Fuch dan Edward, hanya 15% pasien RA yang memperoleh pengobatan secara
medis yang mengalami remisi atau berfungsi normal setelah 10 tahun sejak awal
onset dan hanya 17% dengan tanpa disabilitas. Prognosis RA sendiri dievaluasi
dari berbagai parameter seperti level remisi, status fungsional, dan derajat
kerusakansendi(Sumariyono,2010).

B. Tujuan Penulisan
a. Umum
Mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Rheumatoid arthrities

b. Khusus
1. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan Rheumaoid arthrieties
2. Mampu merumuskan diagnosa pada pasien dengan rheumatoid arthrieties
3. Mampu merumuskan intervensi paada pasien dengan Rhematoid arthrieties

C. Manfaat Penelitian
a. Bagi institusi pendidikan, sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan
b. Bagi Rumah sakit, sebagai bahan masukkan untuk meningkatkan tindakan
implementasi.
c. Bagi responden, misalnya dapat diterapkan dalam keluarga atau sebagai bahan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Rheumatoid Artritis


1. Rheumatoid artritis
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron yang berarti sendi.
Kedua itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan
Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram
(1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung
sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial. Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini  juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
(www.medicastore.com)
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan
pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
2. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGc dan faktor Reumatoid 
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
e. Jenis Kelamin. Perempuan lebih mudah terkena AR dari pada laki-laki. Perbandingannya
adalah 2-3:1.
f. Umur.  Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun.
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid
juvenil) 3. Riwayat Keluarga. Jika terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka resiko
terjadinya penyakit ini lebih tinggi. 4. Merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko
terkena artritis reumatoid.

3. Manifestasi Klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli
artritis rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi
tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki,
sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifatbilateral/simetris.
Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut rheumatoid
arthritis mono-artikular (Chairuddin, 2003).
a. Stadium awal Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan
anemia. Gejala lokal yang berupa pembengkakan, nyeri dan ganggun
gerak padasendi matakarpofalangeal. Pemeriksaan fisik : tenosinofitas
pada daerah ekstensor pergelangantangan fleksor jari-jari. Pada sendi
besar (misalnya sendi lutut) gejala peradangan lokal berupa
pembengkakan nyeri serta tand-tanda efusi sendi.
b. Stadium lanjut Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen,
selanjutnya timbul/ketidak stabilan sendi akibat rupture tendo/ligament
yang menyebabkan deformitas rheumatoid yang khas berupa deviasi ulnar
jari-jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan
kaki.

4. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
a. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
b. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
c. Probable Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
d. Possible Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan. Jika ditinjau
dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1) Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.

5. Fathway
Reaksi faktor r dengan antibody. Metabolik, nfeksi dengan kecerendungan virus

Reaksi peradangan

Nyeri

Sinovial menebal

Panus

Infiltrasi ke dalam os. Subcondria

Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis

Kekakuan sendi

Gangguan mobilitas fisik

Gangguan nutrisi
6. Pemeriksaan penunjang

a. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan leukositosis,
Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
b. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan
c. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
d.  Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
e. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
f. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
g. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
h. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya
6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler
pada foto rontgen
i. Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis
Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat
palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium
menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4
menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat
menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang
keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X
dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya.
Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi
yang terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Artitis Reumatoid


1. Pengkajian
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat
progresif yang cenderung untuk menjadi kronis dan mengenai sendi dan
jaringan lunak, penyakit ini lebih sering menyerang wanita dibanding laki-
laki. Penyakit ini menyerang semua orang dan ras, kejadian pada wanita
yang berumur 60 tahun enam kali lipat lebih besar dibandingkan dengan
wanita usia muda, dan ditemukan di seluruh dunia. Perbandingan antara
wanita dan pria sebesar 3:1. Pekerjaan yang melakukan beban berat lebih
sering mengalami penyakit artritis reumatoid (Yafrinal Siregar,2016)
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada lansia mengeluh nyeri
di area lutut, pergelangan tangan Sakit atau radang dan terkadang bengkak
dibagian persendiaan pergelangan jari, tangan, kaki, bahu, lutut,
pinggang,punggung dan sekitar leher( Marwis ,2018)
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Meliput penyakit yang di derita saat ini. Klien RA mengeluh nyeri di
daerah persendian dan pergelangan tangan dan kaki, mengalami bengkak
diarea persendian, dan kekakuan di persendian. Dengan adanya nyeri di
pergelangan dan kekakuan sendi membuat klien untuk melakukan
pengobatan (marwis 2018)
c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Beberapa lansia dahulu memiliki penyakit yang berhubungan dengan
system muskuluskeletal sebelumnya (Marwis, 2018)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Artritis Rheumatoid yang disebabkan karena penyakit autoimun seperti
arthritis, lupus, ankylosing spondylitis, dan arthritis psoriasis merupakan
kelompok penyakit yang unsur genetikanya menonjol. Artinya penyakit ini
sangat bisa diturunkan dari keluarga yang memilikinya.. ( Marwis ,2018)
e. Riwayat Psikososial Spiritual
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya
aspek body image dan harga diri klien
f. Pemeriksaan Fisik
1) Integumen
Inspeksi: kulit kepala dan rambut menipis warna menjadi kelabu, kulit
mengkerut dan keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik,
pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas, kifosis, persendian
membesar dan kaku ( Aspiani 2014).
Palpasi: CRT kurang dari 2 detik , Berkurangnya elastisitas kulit.
Hemopietik Inspeksi : Pada lansia akan terjadi peningkatan vikositas
plasma darah yang menyebabkan resiko tersumbatnya pembuluh darah.
Selain itu terjadi peningkatan pada resitensi pembuluh darah perifer
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. (Udjianti, 2011).
2) Kepala
Inspeksi : Neoropati pada saraf ini menyebabkan sakit kepala pada
penderita Artritis Rheumatoid (Susilowati, 2014)persebaran rambut
merata, mengalami perubahan warna rambut menjadi putih, tidak ada
edema
3) Mata
Inspeksi: Pada pemeriksaan mata tidak ada perubahan pada
lansia dengan Artritis Rheumatoid. Perubahan pada lansia umunya
Menurunya lapang pandang, kekeruhan pada lensa menjadi katarak,
hilangnya daya akomodasi,menurunnya daya membedakan warna
biru/hijau ( Aspiani 2014)
4) Telinga
Inspeksi: Pada pemeriksaan telinga tidak ada perubahan pada
lansia dengan Artritis Rheumatoid. Perubahan pada lansia umunya
Presbiakusis,membrane timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis, terjadinya pengumpulan cerumen ( Aspiani 2014)
5) Hidung
Inspeksi: tidak ada pernafasaan cuping hidung, tidak ada
sianosis secara khusus perubahan sistem penciuman pada lansia yang
terjadi karena proses penuaan adalah mengalami penurunan atau
kehilangan sensasi penciuman sehingga terjadinya penurunan
sensivitas bau
6) Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi: pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada data
perubahan. Perubahan pada lansia Kehilangan gigi: penyebab
utuama adanya periodontal Disease, Indra pengecap menurun:
adanya iritasi yang kronis dan selaput lendir, atropi indra
pengecauup (±80%), hilangnya sensifitas dari indra pengecap di
lidah teruutama rasa manis bdan asin, hilangnya sensifitas dari saraf
pengecap tentang rasa asin, asam, pahit., Esofagus melebar. (
Aspiani 2014)
7) Leher
Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis tidak
mengalami kekakuan
Palpasi: Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada
pembendungn vena jugularis , terdapat nyeri tekan (Aspiani 2014)
8) Payudara
9) Sistem Pernafasan
Inspeksi: tidak sesak, tidak ada retrekasi otot bantu nafas, pada
lansia umumnya Menurunya aktivitas dari silia, paru-paru
kehilangan elastisitas, Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan
dan menjadi kaku, kemampuan untuk batuk berkurang, ( aspiani
2014)
Palpasi : vocal premitus getaran kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler
10) Kardiovaskuler
tidak ada pembengkakan pada organ, tidak ada edema, Elastisitas
dinding aorta menurun, Katup jantung menebal dan menjadi kaku,
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahunya,
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, Tekanan darah meninggi
akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer (
Aspiani, 2014)
11) Gastro Intestinal
Inspeksi: Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid abdomen
tampak simetris
Palpasi: Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada nyeri
pada abdomen
Perkusi: Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid terdapat suara
tympani
Auskultasi : Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid peristaltik
15x/menit (Putra, 2019). Secara khusus perubahan sistem
gastrointestinal pada lansia yang terjadi karena proses penuaan
adalah sensitivitas akan rasa lapar menurun, peristaltik lemah dan
biasanya menimbulkan konstipasi (Muhit, 2016) Perubahan yang
terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar
menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah (Azizah dan Lilik M,
2011)
12) Perkemihan
Inspeksi: Pada Klien dengan Artritis Rheumatoid biasanya tidak
akan mengalami peningkatan/penurunan BAK. pada lansia umunya
Kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin
menurun proteinuria BUN meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningtkat ( Aspiani, 2014)

13) Sistem Reproduksi


Pada penderita Arritis Rheumtoid tidak ada gatal, kemrahan maupun
perubahan-perubahanPada lansia umunya Vagina yang makin menua
sexual intercourse masih membutuhkannya, tidak ada batasan umur
tertentu, Mengecilnya ovary dan uterus. Pada laki-laki testis masih
menghasilkan spermatozoa, Dorongan seksualitas menetap sampai usia
di atas 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik), Produksi estrogen pada
progesterone oleh ovarium menurun saat menopause, Pembesaran
prostat ±75% dialami oeloh pria usia diatas 65 tahun ( Aspiani , 2014)

14) Muskuluskeletal
Inspeksi: Pada penderita Artritis Rheumatoid terjadi nyeri sendi,
kekuaan, bengkak persendian, kelemahan otot,dan masalah dalam
berjalan
Palpasi: Pada penderita Artritis Rheumatoid terjadi nyeri tekan
di area persendian Secara khusus perubahan sistem muskuluskeletal
pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah tulang
kehilangan kepadatan, semakin rapuh, persendian mengalami
kekakuan dan nyeri, otot akan mengalami kelemahan sehinggan
kesulitan untuk berdiri dan berjalan
15) Sistem Saraf Pusat
Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya), Cepat menurunya hubungan
persarafan. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stress. Mengecilnya saraf panca indra:
berkurangnya penglihatan, berkurangnya pendengaran,
mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap
perubhan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Berkurangnya sensitivue terhadap sentuhan. ( Aspiani , 2014)
16) Sistem Endokrin
Produksi dari semua hormone menurun, Fungsi parathyroid dan
sekresinya tidak berubah, Pituitary, Menurunya aktivitas tiroid,
menurunya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunya daya
pertukaran zat, Menurunya produksi aldosterone, Menurunya
seksresi hormone kelamin, misalnya: progesterone, estrogen, dan
testosterone ( Aspiani , 2014)
g. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


1. DS : Klien mengatakan Reaksi faktor r dengan 1.Nyeri
mengeluh nyeri pada antibody. Metabolik, nfeksi
persendian, terasa nyeri saat dengan kecerendungan virus
posisi duduk ke posisi ↓
berdiri, nyeri seperti Reaksi peradangan
tertusuk-tusuk, munculnya ↓
secara tiba-tiba dengan skala Nyeri
nyeri 4 ↓
Sinovial menebal
DO : ↓
1) Klien tampak Panus
menyeringai ↓
2) Klien terlihat memegangi Infililtrasi ke dalam os
pergelangan tangan subcondria
3) TTV : ↓
TD : 140/100 mmHg Hambatan nutrisi pada
N : 78x/mnt kartigalo artikularis
RR : 19x/mnt ↓
S : 35,5 oC Kekakuan sendi

2. Gangguan nutrisi
2. DS : Klien mengatakan Gangguan mobilitas fisik
tidak nafsu makan karena ↓
tidak nyaman bergerak dan Gangguan nutrisi
turun 10 kg kali ini
DO :
1) Klien tampak kurus
2) Klien tampak lemas
3) klien tidak menghabiskan
porsi makanannya 3.Gangguan mobilitas fisik

3. DS : Klien mengatakan
tidak bisa bergerak dengan
nyaman kadang perlu
membutuhkan orang lain
untuk mobilisasi
DO :
1) Klien tampak memegang
tangannya
2) Klien tampak lemas
3) Klien saat berdiri
memegang penyangga

h. Diagnosis Keperawatan
Menurut SDKI (2017)
a. nyeri akut
Adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusaakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan
b. Gangguan nutrisi
Ketidakmampuan menelan makanan, Ketidakmampuan
mencerna makanan, Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
Peningkatan kebutuhan metabolisme, Faktor ekonomi (mis, finansial
tidak mencukupi) Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk
makan)
c. Gangguan mobilitas fisik
Keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri,Kerusakan integritas struktur tulang Perubahan
metabolisme,Ketidakbugaran fisik,Penurunan kendali otot, Penurunan
massa otot, Penurunan kekuatan otot, Keterlambatan perkembangan,
Kekakuan sendi Kontraktur Malnutrisi Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuskuler

i. Perencanaan Keperawatan
1) MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
2) Observasi
a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
j. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
k. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
l. Fasilitasi istirahat dan tidur
m. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
n. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
o. Jelaskan strategi meredakan nyeri
p. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
q. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
r. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
3) Edukasi

1. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

1. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)


a. Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4) Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu
7) Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
c. Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
e. Observasi
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
4) Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
f. Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
2) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
g. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2) Anjurkan melakukan ambulasi dini
3) Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Keluhan Utama
Nyeri kaki puggung lutut dan pergelangan tangan
2. Riwayat Kesehatan sekarang
Nyeri sendi
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Nyeri di bagian lutut
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu kandung memiliki nyeri yang sama
5. Riwayat Psikososial Spiritual
Pasien merasakan tidak tenang dan tak enak makan
6. Pemeriksaan Fisik
Integumen
Inspeksi: kulit kepala dan rambut menipis warna menjadi kelabu,
kulit mengkerut dan keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik,
pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas,
Kepala
Inspeksi warna rambut menjadi putih, tidak ada edema
Mata
Inspeksi: Pada pemeriksaan mata tidak ada perubahan pada
lansia dengan Artritis Rheumatoid. Perubahan pada lansia umunya
Menurunya lapang pandang, kekeruhan pada lensa menjadi katarak,
Telinga
Inspeksi: Pada pemeriksaan telinga tidak ada perubahan pada
lansia dengan Artritis Rheumatoid. Perubahan pada lansia umunya
Presbiakusis, membrane timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis, terjadinya pengumpulan cerumen ( Aspiani 2014)
Hidung
Inspeksi: tidak ada pernafasaan cuping hidung, tidak ada
sianosis Secara khusus perubahan sistem penciuman pada lansia yang
terjadi karena proses penuaan adalah mengalami penurunan atau
kehilangan sensasi penciuman sehingga terjadinya penurunan
sensivitas bau
Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi: pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada data
perubahan
Leher
Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis tidak
mengalami kekakuan
Palpasi: Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada
pembendungn vena jugularis , terdapat nyeri tekan (Aspiani 2014)
Payudara
Palpasi: Pada lansia dengan biasanya tampak warna
hitam/coklat pada lipatan payudara
Inspesksi: Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada
nyeri tekan
Pernafasan
Inspeksi: tidak sesak, tidak ada retrekasi otot bantu nafas, pada
lansia umumnya Menurunya aktivitas dari silia, paru-paru
kehilangan elastisitas
Palpasi: vocal premitus getaran kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler Kardiovaskuler tidak ada pembengkakan pada
organ, tidak ada edema, Elastisitas dinding aorta menurun.
Gastro Intestinal
Inspeksi: abdomen tampak simetris
Palpasi :tidak ada nyeri pada abdomen
Perkusi : terdapat suara tympani
Auskultasi: Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid peristaltik
15x/menit
Perkemihan
Inspeksi : urine tampak kuning
Sistem Reproduksi
Pada penderita Arritis Rheumtoid tidak ada gatal, kemrahan maupun
perubahan-perubahanPada lansia umunya Vagina yang makin menua
sexual intercourse masih membutuhkannya, tidak ada batasan umur
tertentu, Mengecilnya ovary dan uterus. Pada laki-laki testis masih
menghasilkan spermatozoa, Dorongan seksualitas menetap sampai usia
di atas 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik), Produksi estrogen pada
progesterone oleh ovarium menurun saat menopause, Pembesaran
prostat ±75% dialami oeloh pria usia diatas 65 tahun ( Aspiani , 2014)
Muskuluskeletal
Inspeksi: Pada penderita Artritis Rheumatoid terjadi nyeri sendi,
kekuaan, bengkak persendian, kelemahan otot,dan masalah dalam
berjalan
Palpasi: Pada penderita Artritis Rheumatoid terjadi nyeri tekan
di area persendian Secara khusus perubahan sistem muskuluskeletal
pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah tulang
kehilangan kepadatan, semakin rapuh, persendian mengalami
kekakuan dan nyeri, otot akan mengalami kelemahan sehinggan
kesulitan untuk berdiri dan berjalan
Sistem Saraf Pusat Berat otak. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
Sistem Endokrin
Produksi dari semua hormone menurun, Fungsi parathyroid dan
sekresinya tidak berubah, Pituitary, Menurunya aktivitas tiroid,

7. Perencanaan Keperawatan Tabel

Diagnosa Tujuan intervensi implementasi


1.Nyeri Setelah -Kaji keluhan -Mengkaji
berhubungan dilakukan nyeri keluhan nyeri
dengan reaksi tindakan 3x24 -Dorong untuk -Mendorong
faktor antibodi jam diharapkan sering untuk sering
tidak ada mengubah mengubah posisi
keluhan nyeri posisi - Mengajurkan
DS: Pasien dengan kriteria -Anjurkan pasien untuk
mengatakan hasil: pasien untuk mandi air hangat
nyeri pada menunjujan mandi air -Memberikan
bagian lengan nyeri hilang hangat relaksasi otot
menjalar ke terkontrol -berikan progresif
lutut terlihat rileks relaksasi otot
progresif
DO: pasien
terlihat
memegang lutut Setelah -Kaji dengan -Mengkaji adanya

dan meringis dilakukan adanya alergi alergi makanan

kesakitan tindakan 3x24 makanan


jam diharapkan - Kolaborasi -Mengkolaborasi

nafsu makan dengan ahli dengan ahli gizi

bertambah gizi
2. Gangguan dengan kriteria -Menganjurkan
-anjurkan
nutrisi kurang hasil makan sedikit tapi
makan sedikit
dari kebutuhan Berat badan sering
tapi sering
tubuh bertambah
berhubungan sesuai yang
denga proses dibutuhkan
penyakit

DS: Pasien
mengatakan
tidak bisa
makan enak
karena
terganggu

DO: Pasien
terlihat kurus
dan lemas dan
tidak
menghabiskan
porsi makanan
nya
Setelah -Monitor
dilakukan kondisi umum
intervensi selama - Memonitor

keperawatan mobilisasi kondisi umum

selama 3x24 jam -Fasilitas selama mobilisasi


3.Gangguan dengan kriteria melakukan -Memfasilitasi
mobilitas fisik hasil pergerakan melakukan
berhubungan -Ajarkan pergerakan
dengan 1. Kemampuan mobilisasi -Mengajarkan
deformitas meningkatkan sederhana mobilisasi
skletal nyeri pergerakan yang harus sederhana yang
penurunn ekstermitas dilakukan harus dilakukan
kekuatan otot 2. Kemampuan
dalam
DS:
meningkatkan
Pasien
kekuatan otot
mengaakan
3. Kemampuan
sering mengalami
dalam
sakit dari tangan
merentang gerak
hingga ke lutut
(ROM)
hingga
menghambat
dalam
beraktivitas
DO:
-Pasien terlihat
selalu memegang
lutut dan
kesulitan berjalan

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas beberapa kesenjangan yang terjadi antara teori dan
aplikasi dengan masalah Arthritis Rheumatoid pada pada Dalam pembahasan ini penulis
menggunakan pendekatan proses pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Penulis akan menjabarkan kembali mulai dari pengkajian sampai
evaluasi.

1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian tanda dan gejala RA yang dirasakan oleh Ny.R
yaitu nyri pada seluruh persendian yang sudah dirasakan lebih dari 4 bulan dan
semakin memberat. Keluhan disertai adanya panas badan yang tidak terlalu tinggi,
berkurangmya nafsu makandan badan teras lemah. Sejak 2 minggu yang lalu klien
merasakan cepat merasa cape bila berjalan. Keluhan awalnya hanya nyeri
dipergelangan tangan lama kelamaan hampir seluruh persendiaan terasa sakit, lebih
dai 1 bulan sering terjadi kekakuan dipagi hari salama lebih dari 1 jam pada lutut,
berat badan turun > 10 kg dalam 2 bulan. Sedangkan menurut teori (Smeltzer & Bare,
2002) gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energy, kurangnya nafsu makan,
demam, nyeri otot, sendi dan kekakuan. Otot dan kekakuan sendi biasanya paling
sering dipagi hari. Pada tinjauan kasus terdapat kesenjangan yaitu dalam kasus
terdapat kehilangan energy karena klien dalam keadaan umum lemah dan tampak
lemas, kemudian kurangnya nafsu makan tampak karena dilihat da penurunan berat
badan, klien tampak ada demam karena ada peningkatan kenaikan suhu tubuh.
Disamping itu juga menurut teori manifestasi klinis dalam RA sangat bervariasi
dan biasanya mencerminkan stadium serta berat penyakitnya. Rasa nyeri
pembengkakan, panas, dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik
untuk RA. Pada tinjauan kasus klien hanya merasakan nyeri dan kaku pada sendi.pada
tahap ini klien masuk kedalam stadium sinovitis. Sedangkan dalam teori yaitu pada
stadium senovitis ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak
dan kekakuan. Pada tinjauan kasus dan teori terdapat kesenjangan yaitu dalam
tinjauan kasus hanya seperti nyeri dan kekakuan tidak terdapat bengkak, hiperemi,
edema pada saat dikaji.
Sedangkan penyebab RA pada Ny.R yaitu nyeri dipergelangan tangan lama
kelamaan hampir seluruh persendiaan. Sedangkan dalam teori (Amin dan Hardi 2015)
penyebab RA adalah infeksi, usia, endokrin, autoimun, gangguan metabolic, faktor
genetik. Terdapat kesenjangan antara kasus dan teori. Faktor penyebab dalam teori
berjumlah enam sedangkan pada tinjauan kasus yang dikelola ada 2 dan itupun tidak
termasuk kedalam teori penyebab RA.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan, maka penulis
dapat menentukan diagnosa keperawatan. Akhirnya dapat diperoleh 1 diagnosa
berdasarkan scoring, yaitu: Resiko hambatan mobilitas fisik pada pasien Ny. R
Sedangkan diagnosa yang terdapat diteori adalah:
Nyeri akut
Hambatan mobilitas fisik
Gangguan citra tubuh
Defisit perawatan diri

Terdapat kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus karena diagnosa yang
muncul hanya satu. Untuk menentukan diagnosa penulis mengambil diagnosa
prioritas berdasarkan dengan keluhan yang dirasakan klien saat itu juga.

3. Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan, tahapan berikutnya adalah membuat
perencanaan keperawatan. Dari mulai penentuan diagnosa, penulis sudah
memprioritaskan masalah sesuai dengan yang dikeluhkan oleh ny. R dan yang
mengancam nyawa klien. Sedangkan dalam penetapan tujuan dari kriteria hasil,
penulis berdasarkan atas standar asuhan keperawatan, demikian pula dalam membuat
rencana tindakan. Dalam membuat perencanaan penulis tidak mendapatkan hambatan
apapun.
Pada diagnosa tersebut penulis mengambil 1 diagnosa keperawatan yaitu,
Resiko hambatan mobilitas fisik pada pasien Ny. R yang menderita Arthritis
Rheumatoid. Perawat merencanakan untuk mengadakan penyuluhan tentang masalah
Arthritis Rheumatoid mulai dari pengertian sampai dengan manfaat sarana fasilitas
kesehatan. Penulis juga mendemonstasikan cara kompres hangat. Keluarga
mengatakan setuju dengan rencana tindakan lainnya yang bersifat anjuran dan
motivasi. Faktor pendukung untuk mengadakan rencana tindakan tersebut adalah
Ny.R mempunyai rasa ingin sembuh yang tinggi, sedangkkan faktor penghambat
untuk rencana tindakan yaitu kurangnya motivasi keluarga dan kurang pengetahuan
keluarga tentang penyakit Arthritis Rheumatoid.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya, pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah dibuat dan tetap mempertahankan prioritas diagnosa.
Faktor pendukung terlaksananya implementasi keperawatan pada pasien Ny.R yaitu
tingginya rasa ingin sembuh dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang penyakit
Arthritis Rheumatoid.
Tidak ada kendala pada saat tindakan keperawatan berlangsung, setelah
melakukan implementasi yang telah direncanakan penulis meninggalkan media
seperti leaflet pada keluarga dengan harapan keluarga dapat membacanya. Tidak ada
hambatan untuk melakukan Intervensi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria hasil dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan
rencana tindakan. Keberhasilan evaluasi didasarkan pada keefektifan intervensi yang
dilakukan perawat dan keluarga. Keefektifan intervensi dapat dilihat dari respon
keluarga dan hasil disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Dalam
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan perawat menggunakan metode
observasi secara langsung, wawancara, dan pemeriksaan fisik.
Faktor pendukung yang mempunyai keberhasilan asuhan keperawatan yaitu
adanya motivasi yang tinggi dari Ny.R sendiri, sedangkan tidak faktor penghambat.
Dalam hal ini penulis berpesan kepada keluarga agar semua rencana tindakan yang
telah dilakukan tidak berhenti sampai disini tetapi harus dipraktekan kapanpun
walaupun penulis sudah tidak lagi dilingkungan keluarga Ny.R

BAB V
PENUTUP
Simpulan
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara
langsung pada klien dengan diagnosa medis Artritis Rheumatoid di desa Wonodadi maka
penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dan meningkatkan
mutu asuhan keperawatan pada klien Artritis rheumatoid. Rheumatoid Arthritis (RA) adalah
penyakit autoimun progresif dengan inflamasi kronik yang menyerang sistem
muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang
ditandai dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang disertai
gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur. Terdapat banyak faktor risiko
terjadinya RA diantaranya ada yang bersifat tidak dapat dimodifikasi (genetik, ras, jenis
kelamin, dan usia) dan yang dapat dimodifikasi (gaya hidup, infeksi, dan bentuk tubuh).
Manifestasi klinis RA dapat berupa keluhan umum, kelainan sendi, dan kelainan diluar sendi.
Dengan penegakkan diagnosis berdasarkan kriteria ARA tahun 1987 ataupun ACR tahun
2010 dimana meliputi dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pennjang.
Pada pasien Ny. R 54 tahun ini didapatkan tanda tanda yang serupa dengan manifestasi klinis
artritis yang mengarah ke diagnosis rheumatoid arthritis dengan pemeriksaan fisik dan
penunjang yang mendukung. Berdasarkan prosedur penatalaksanaan RA, saat ini pasien
menjalani perawatan dan mendapatkan terapi suportif dan medikamentosa untuk
menghilangkan inflamasi dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut.

Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan yang baik dan
keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai pengetahuan,
keterampilan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan tim kesehatan klainnya
dengan memberikan asuhan keperawatan pada klien Artritis Rhuematoid .
3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang profesional alangkah baiknya
memberikan informasi tentang bahaya penyakit Artritis Rheumatoid .
4. Pendidikan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik secara
formal dan informal khususnya pengetahuan dalam bidang pengetahuan ilmu kesehatan.
5. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara
komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani (2014. Buku Ajar Asuhan keperawatan Gerontik.Jakarta Trans Medika Bawarodi, F.,
Rottie, J., & Malara, R. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan
Penyakit Rematik Di Wilayah Puskesmas Beo Kabpaten Talaud. E-Journal Keperawatan (e-
Kp), 5(1). https://doi.org/10.4018/978-1-4666-2673-7.
Budi, S. Herman. (2013). Pokok Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Timur 2013. (& N.
Puspasari, Eds.) (Vol. 84). Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes. Retrieved
Dinda Eka, (2019). Aplikasi Parutan Jahe pada Lansia dengan Nyeri Kronik
RhuemtoidArtritisShttp://eprintslib.ummgl.ac.id/813/1/16.0601.0066_BA B%20I_BAB
%20II_BAB%20III_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.
Ferawati. (2017). Efektifitas Kompres Jahe Merah Hangat dan Kompres Serai Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Arthritis Rematoid pada Lanjut Usia Di DesaMojoranu
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Keshatan MAKIA, 5(1),
Haryono dan Setianingsih, (2013). Musuh-Musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun.
Jatirejo : Gosyen Publising
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and
classification 2018-2020. Jakarta: EGC
Hembing, Wijayajusuma, M. 2013. Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Heming.
Jakarta: Puspa Swara
Huda, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA. Yogyakarta: Mediaction.
Marnis 2018. Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Arthritis Reumatoid Di Wilayah
Kerja Puskesmas Baung-barung Belantai Kabupaten Pesisir
SelatanTahun2018.http://repo.stikesperintis.ac.id/171/1/53%20MARNIS.
Mujahidullah Khalid. (2012). Keperawatn Gerontik. Jogjakarta : Pustaka Pelajar
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. (M. Ester, D. Yulianti, & I. Parulian, Eds.) (4th ed.). Jakarta: EGC
Simanjuntak, E. E. (2016). Pengaruh rutinitas senam rematik terhadap penurunan tingkat
nyeri pada lansia yang menderita rematik di panti sosial tresna werdha budi luhur jambi tahun
2015. Scientia Journal, 5(01), 20–24
Yafrinal Siregar,2016: Gambaan Faktor-faktor yang Berhubungan Dengn Kejadian Arthritis
Rheumatoid Pada Lansi Di Panti Jompo Guna Budi Bakti Medan Tahun 2014. Jurnal ilmiah
keperawatan imilda . di akses tanggal 20 januari 2021
Wahyuni, (2016). Hubungan Perilaku Hidup Sehat Dengan Kekambuha Penyakit Rheumatic
Pada Lanjut Usia di Puskesmas Lendah I Lendah Kulon Progo Yogyakarta. Naskah
Publikasi. 1-9.

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)


PENYULUHAN KESEHATAN

Bidang Studi : S1 Keperawatan


Bahasan : Artritis Rheumatoid
Hari, Tanggal :
Waktu Pertemuan : 10 menit
Tempat :

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan oleh mahasiswa selama 30 menit diharapkan
peserta para tamu dan dapat memahami tentang Artritis Rheumatoid

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan olehmahasiswa selama 10 menit diharapkan
dapat memahami :
1. Pengertian Artritis Rheumatoid
2. Etiologi dari Artritis Rheumatoid
3. Komplikasi dari Artritis Rheumatoid
4. Pencegahan dari Artritis Rheumatoid
5. Pengobatan dari Artritis Rheumatoid

III. MATERI PEMBELAJARAN


1. Pengertian Hipertensi
2. Tanda dan gejala dari Hipertensi
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Penyebab Hipertensi
4. Pencegahan dari Hipertensi
5. Pengobatan dari Hipertensi
IV. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab

V. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Leaflet

VI. KEGIATAN
pelaksanaan pelaksanaan penyuuhan
penyuluhan kesehatan
kesehatan kapada
keluarga binaan
Waktu Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta
penyuluhan
4 Pendahuluan a) Membuka acara Menjawab salam
5 Kegiatan Inti a) Mengenali Menyampaikan
menit dengan
menit kemampuan pengetahuan tentang
mengucapkan
Keluarrga Binaan materi penyuluhn
salam kepada
tentangmateri
keluaga binaan
yang akandi
b) Memperkenalkan Mempehatikan
sampaikan
diri keluarga penyuluhan
b) Memberi Mendengarkan
binaan
penjelasan penyuluh
c) Menyampaikan Mendengarkan
tentang mater menyampaikan materi
topik maksud dan penyuluh
yang akandi
tujuan menyampaiakn topic
sampaikan
penyuluhan dan tujuan
kepada keluaga
kesehatan kapada
binaan dengan
keluarga binaan
leafleat
d) Kontrak waktu Menyetujui
c) Memberikan Bertanya tentang materi
untuk kesepakatan waktu
kesempatan yang telah di berikan
kesepakatan
kepada keluarga
binaan untuk
bertanya
d) Memberikan Menjawab pertanyaan
pertanyaan kepda
sasaran tentang
materi yang akan
di berikan
1 a) Menyimpulkan Memperhatikan
menit dan penjelasan pengajar
mengklarifikasi
MATERI

A. Pengertian Artritis Rheumatoid

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non- bakterial

yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta

jaringan ikat sendi secara simetris. Persendian yang paling sering terkena adalah

sendi tangan, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya

bersifat simetris atau bilateral, tetapi kadang juga bisa terjadi pada satu sendi saja

yang disebut dengan Arthritis Rheumatoid mono-artikular (Huda & Kusuma,

2015). Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit peradangan kronis pada sendi

yang tidak diketahui penyebabnya dengan manifestasi seperti kelelahan, malaise,

dan kekakuan pada pagi hari. Rheumatoid Arthritis (RA) dapat menyebabkan

kerusakan pada sendi dan sering menyebabkan morbiditas bahkan dapat

menyebabkan kematian yang cukup besar (Zairin, 2016).

1. Tanda dan gejala dari Artritis Rheumatoid


Pada usia lanjut sebab-sebab gangguan Rematik atau pada system

musculoskeletal dapat di kelompokan sebagiai berikut:

1. Mekanik : penyakit sendi degeneratife (osteoarthritis), Sterosis spinal.

2. Metabolic: Osteoporosis,myxedema, penyakit paget.

3. Berkaitan dengan penyakit keganasan: artropati kasino matosa atau

neurimiopati dan dermatomyosistis, osteoatropati hipertropika.

4. Pengaruh obat : Diuretika dapt menimbulkan GOUT, Lupus eritronatosis

sistemik

5. Radang : polymyalgia Reumatika, temporal (giant cell), atritis gout.

Adapun beberapa faktor yang resiko yang diketahui adalah:

1. Usia lebih dari 40 tahun


2. Jenis kelamin, wanita yang lebih sering

3. Kegemukan dan penyakit metabolik

4. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

5. Kelainan pertumbuhan

6. Kepadatan tulang dan lain-lain

2. Komplikasi dari Artritis Rheumatoid


Komplikasi Rheumatoid Arthritis menurut Simanjuntak (2016), adalah :
a. Deformitas (pembesaran) pada bagian sendi.
b. Sendi yang terserang penyakit Rheumatoid Arthritis bisa menjadi cacat dan akan
menghambat kegiatan sehari-hari.
c. Neuropati perifer mempengaruhi saraf yang paling sering terjadi pada tangan dan
kaki mengakibatkan kesemutan, mati rasa, bahkan seperti rasa terbakar.
d. Osteoporosis.
e. Sendi menjadi kaku.

3. Penatalakasanaan Artritis Rhuematoid


a. Penanganan mandiri
Penanganan yang dapat dilakukan di rumah untuk mengurangi gejala rheumatoid
arthritis adalah:
1). Membatasi aktivitas dan beristirahat.
Mengompres area yang nyeri dengan es yang dibalut kain, selama 20 menit.
Menggunakan sepatu dengan sol khusus.
Mengonsumsi makanan yang mengandung omega 3, seperti ikan salmon, ikan
tuna, atau biji-bijian, serta makanan kaya antioksidan, seperti keledai atau
brokoli.
Melibatkan herba yang bisa dimanfaatkan sebagai obat rematik alami, seperti
kunyit, bawang putih, kayu manis, dan jahe, dalam makanan sehari-hari.
Obat-obatan
Obat yang dapat diberikan antara lain:
1. Obat antirematik (disease-modifying antirheumatic drugs)
Contoh obat ini antara
lain methotrexate, leflunomide, hydroxylchloroquine, sulfasalazine,
adalimumab, etanercept, atau infliximab.
2. Obat antiinflamasi nonsteroid
Contoh obat jenis ini adalah meloxicam, diclofenac, ibuprofen,
dan etodolac.
3. Obat kortikosteroid Contoh obat ini adalah prednisone dan
methylprednisolone
4. Terapi khusus untuk rheumatoid arthritis
5. Di samping pemberian obat, terapi khusus juga bisa dilakukan untuk menjaga
kelenturan sendi, sehingga penderita dapat kembali menjalani aktivitas.
Terapi khusus ini berupa:
Fisioterapi
Terapi ini dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot dan fleksibilitas
sendi.
Terapi okupasi
Terapi ini diberikan untuk membantu penderita menjalani aktivitas sehari-
hari.

Anda mungkin juga menyukai