Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA l

Peran perawat jiwa dan kolaborasi interdisiplin dalam kesehatan &


keperawatan jiwa

Disusun oleh :
Nama : HAMDANI
Nim : 2114201020

Prodi : S1 KEPERAWATAN

Dosen Pengampu : Ns. Amelia Susanti,


M.Kep, Sp. Kep J

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


2022/2023

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT memberikan rahmat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Jiwa 1
yang berjudul
“Peran Perawat Jiwa dan Kolaborasi Interdisiplin dalam kesehatan Keperawatan
Jiwa”.
Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
kriteria matakuliah. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan kita
tercinta Rasulullah SAW,keluarga, para sahabat serta seluruh kaum muslimin
yang tetap teguh dalam ajaran beliau.Kami menyadari bahwa makalah ini masih
ada kekurangan disebabkan oleh kedangkalan dalam memahami teori,
keterbatasan keahlian. Semoga segala bantuan,dorongan, dan petunjuk serta
bimbingan yang telah diberikan kepada kami dapat bernilai ibadah disisi Allah
SWT. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua,khususnya bagi penulis sendiri.

Padang, 6 Oktober 2022


DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i


Kata
Pengantar ....................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................... iii

BAB I.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................
BAB II. Pembahasan
2.1 Definisi kesehatan jiwa ..................................................................................
2.2 Peran perawat .................................................................................................
2.3 pengertian kolaborasi interdisiplin ..................................................................
2.4 Elemen kolaborasi interdisiplin .......................................................................
2.5 Manfaat kolaborasi interdisiplin ..................................................................
2.6 Hambatan kolaborasi interdisiplin ..................................................................
BAB III. Penutup
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................
3.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
Negara- negara maju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan
tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berperilaku yang
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.Kesehatan jiwa
merupakan bagian dari kesehatan jiwa menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari
gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta
mampu menangani tantangan hidup. Secara medis,kesehatan jiwa
diterjemahkan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, dan emosional yangoptimal dari seseorang.Perkembangan tersebut
berjalan selaras dengan keadaan orang lain.Himpitan hidup yang semakin berat
dialami hampir oleh semua kalangan masyarakat sehingga dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan jiwa. Pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif yaitu
pelayanan yang difokuskan pada pelayanan kesehatan jiwa primer,sekunder dan
tersier. Dan pelayanan kesehatan jiwa yang holistic yaitu pelayanan yang
difokuskan pada aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual dengan perawatan
mandiri individu dan keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari perawat jiwa?


2. Bagaimana Peran dari Perawat jiwa?
3. Apa dan Bagaimana dengan Kolaborasi Interdisiplin pada kesehatan dan
Keperawatan Jiwa?
1.3 Tujuan Penulisan

Agar pembaca dapat memahami tentang keperawatan kesehatan jiwa, mulai dari
pengertian, peran perawat jiwa itu sendiri dan bagaimana kolaborasi
interdisiplin pada keperawatan jiwa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi kesehatan Jiwa


Keperawatan jiwa merupakan merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang
perilaku manusia, psikososial, bio-psiko dan teori-teori kepribadian,dimana
penggunaan diri perawat itu sendiri secara terapeutik sebagai alat atau
instrumen yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
(Erlinafsiah,2010)

2.2 Peran Perawat Jiwa


Perawat jiwa memiliki peran dalam tingkat pelayanan kesehatan jiwa yaitu:
1. Peran dalam prevensi primer.
● Memberikan penyuluhan tentang prinsip.
● prinsip sehat jiwa.
● Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan,
dan pendidikan.
● Memberikan pendidikan kesehatan.
● Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa terjadi.
● Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri di masa
mendatang.
● Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga dan
meningkatkan fungsi kelompok.
● Aktif dalam kegiatan masyarakat & politik yang berkaitan dengan
kesehatan jiwa.2.

2. Peran dalam prevensi sekunder


● Melakukan skrining & pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
● Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan.
● Memberikan konsultasi.
● Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada berbagai
tingkat usia.
● Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yang telah
teridentifikasi masalah yang dialaminya penanganan di rumah.
● Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RSU.
● Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
● Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.
● Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.

3. Peran dalam prevensi tersier


● Melaksanakan latihan vokasional & rehabilitasi.
● Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari fasilitas
kesehatan jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke
komunitas.
● Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat siang)
pada klien
Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan
spesifik,aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi
diantaranya adalah:
1. Peran pelaksana pelayanan yaitu perawat memberikan pelayanan dan
asuhan keperawatan jiwa pada individu, keluarga, dan komunitas. Dalam
menjalankan perannya perawat menggunakan konsep perilaku manusia,
perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan
jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga
dan komunitas Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara
komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu
pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan dan tindakan
keperawatan dan melaksanakan tindakan serta evaluasi terhadap tindakan
tersebut.
2. Peran perawat pelaksana pendidikan Perawat memberi pendidikan
kesehatan jiwa kepada individu,keluarga dan komunitas agar mampu
melakukan perawatan pada diri sendiri,anggota keluarga dan anggota
masyarakat lain.Pada akhirnya diharapkan setiap anggota masyarakat
bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa.
3. Peran perawat sebagai pengelola 2000 keperawatan Perawat harus
menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
mengelola asuhan keperawatan jiwa.
Dalam melaksanakan perannya ini perawat diminta menerapkan teori
manajemen dan kepemimpinan, menggunakan berbagai strategi perubahan yang
diperlukan, berperan serta dalam aktivitas pengelolaan kasus dan
mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan.
4. Peran perawat sebagai pelaksana penelitian Perawat mengidentifikasi
masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan menggunakan hasil
penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan
mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

2.3 Fungsi Perawat


Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung
dan asuhan keperawatan secara tidak langsung. Fungsi tersebut dapat dicapai
melalui aktivitas perawat jiwa, yaitu:
1. memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan perasaan aman, nyaman
baik fisik,mental,dan sosial sehingga dapat membantu penyembuhan
pasien.
2. Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam
membantu mengatasi segera dan tidak ditunda sehingga tidak terjadi
penumpukkan masalah.
3. Sebagai model peran yaitu perawat dalam memberikan bantuan kepada
pasien menggunakan diri sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku
yang ditampilkan oleh perawat.
4. Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal
yang sangat penting. Dalam hal ini perawat perlu memasukkan
pengkajian biologi secara menyeluruh dalam evaluasi pasien jiwa untuk
mengidentifikasi adanya penyakit fisik sedini mungkin sehingga dapat
diatasi dengan cara yang tepat.
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien,
keluarganya komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa,
gangguan jiwa,ciri-ciri sehat jiwa, penyebab gangguan jiwa, ciri-ciri
gangguan jiwa, fungsi dan tugas keluarga, dan upaya perawatan pasien
gangguan jiwa.
6. Sebagai perantara sosial yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak
pasien, keluarga dan masyarakat dalam memfasilitasi pemecahan masalah
pasien
7. Kolaborasi dengan tim lain adalah perawat membantu pasien
mengadakan kolaborasi dengan petugas kesehatan lain yaitu dokter jiwa,
perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas), pekerja sosial,
psikolog, dll.
8. Memimpin dan membantu tenaga keperawatan adalah pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan jiwa didasarkan pada manajemen
keperawatan kesehatan jiwa. Kesembilan, menggunakan sumber di
masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental.

2.4 Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa


Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh sekelompok tim kesehatan profesional (perawat,
dokter,tim kesehatan lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa)
yang mempunyai hubungan yang jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa,
tindakan-tindakan medis,dorongan moral dan kepedulian khususnya kepada
pasien sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi adanya kontribusi
dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien
sakit jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh Karena itu tim kolaborasi
interdisiplin hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab
dan saling menghargai antar sesama anggota tim.Secara integral, pasien adalah
anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan
menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.Tercapainya tujuan
kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat
anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan
nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasien lah yang dapat dijadikan
pusat dari anggota tim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam
menentukan tindakan-tindakan yang telah ditentukan. Apabila pasien sakit jiwa
tidak memiliki keluarga terdekat, maka disinilah peran perawat dibutuhkan
sebagai pusat anggota tim.Karena perawatan yang paling sering berkomunikasi
dan kontak langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping pasien
selam 24 jam sehingga perawatlah yangmengetahui semua masalah pasien dan
banyak kesempatan untuk memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang
baik.Perawat adalah anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin
tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai
penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.Dokter
memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.
Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian
obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya
sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.

2.5 Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif


Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan
kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi
interdisiplin yang efektif meliputi kerjasama, asertivitas, tanggung jawab,
komunikasi, kewenangan dan koordinasi seperti skema dibawah ini.
1. Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk
memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
2. Ketegasan penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat
mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa
pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.
3. Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari
hasil konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
4. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk
membagi informasi penting mengenai perawatan pasien sakit jiwa dan
issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis.
5. Pemberian pertolongan artinya masing-masing anggota dapat
memberikan tindakan pertolongan namun tetap mengacu pada aturan-
aturan yang telah disepakati.
6. Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas
kompetensinya.
7. Koordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan
pasien sakit jiwa, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang
berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.
8. Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan
memiliki tujuan untuk kesehatan pasien sakit jiwa.
Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika:
● Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama.
● Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya.
● Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik.
● Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang
tergabung dalam tim.

2.6 Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa


Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, kontribusi praktisi
profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada
pasien.Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan
profesional untuk masalah-masalah dalam tim daripada menyalahkan seseorang
atau atau menghindari tanggung jawab.Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin
dalam pelayanan keperawatan jiwa antara lain :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional untuk pasien sakit jiwa.
2. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efisiensi sumberdaya.
3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas.
4. Meningkatnya kohesifitas antar profesional.
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional.
6. Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang
lain.

2.7 Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam


Keperawatan Jiwa
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah. Ada
banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi :
1. Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim.
2. Struktur organisasi yang konvensional.
3. Konflik peran dan tujuan.
4. Kompetisi interpersonal.
5. Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka
keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu
dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih
berkuasa diatas yang lainnya.Masing-masing profesi memiliki kompetensi
profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Kolaborasi yang efektif antara anggota
tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa yang
berkualitas.Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisadikembangkan dengan
mudah dalamkeperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antar anggota
interdisiplin, meliputi ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota
tim,struktur organisasi yang konvensional, konflik peran dan tujuan, kompetensi
interpersonal,status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri.

3.2 Saran
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun
materi yang kami uraikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan makalah
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai