MENINGITIS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
WATAMPONE
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat dan
karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing, dan teman-teman semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan medical bedah Program Studi
D3 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
1. Latar Belakang
Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan otak. Penyakit
infeksi otak bermacam-macam seperti Meningitis, Meningoensefalitis, dan Abses serebri.
Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan piamater
(leptomeningens) disebut meningitis. Meningitis merupakan peradangan pada meningen
yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2018).
Batticaca (2018) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput otak
merupakan infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid,
ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla sipinalis. Kuman-kuman dapat
masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain,
sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal.
Oragnisme yang merupakan penyebab umum meningitis meliputi Neisseria
meningitis (meningitis meningokok), Haemopbilus influenzae, dan Streptococcus
pneumoniae (organism ini biasanya terdapat di nasofaring). Organisme penyebab
meningitis yang sering menyerang bayi (sampai usia 3 bulan) adalah Escberichid coli dan
Listeria monocytogenes. Berdasarkan penyebabnya, meningitis dapat dibagi menjadi
meningitis aseptik (aseptic meningitis) yang disebabkan oleh virus, dan meningitis
bakterial (bacterial meningitis) yang disebabkan oleh berbagai bakteri (Batticaca, 2018).
BAB II
KONSEP MEDIK
A. Definisi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang
disebut meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid
dan plamater (leptomeningens) disebut meningitis.Peradang pada bagian
duramater disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri,
virus, jamur atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis
disebabkan bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane
yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2018).
Batticaca (2018), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi
pada meningen otak dan medulla spinalis, gangguan ini biasanya merupakan
komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti pneumonia, endokarditis, atau
osteomielitis.
B. Etiologi
Widagdo, dkk (2018), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh
berbagai macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis
(Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien
memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak
atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis.
a) Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan
Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dan
dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang
lainnya merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri dari
bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan
didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental
sehingga dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla
spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan
dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang
subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan
tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial
dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat
lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.
b) Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini
terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi
measles, mumps, herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada
umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan
meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam virus
tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah
metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan perubahan produksi
enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan
kemungkinan kelainan neurologi.
C. Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu
pada bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian
dalam piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada
dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian
dialirkan melalui system ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui
beberapa cara misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat
tembus pada CSF dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen
mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk
memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini
yang dapat menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya
dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh
terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat
meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2018).
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater,
araknoid dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang
mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak
dan medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari
meningintis.
Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada
blood brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur
pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila
adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar. Masuknya
mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat
menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan
ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf kranial dan
spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat
aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk,
2018)
D. Manifestasi Klinis
Tarwoto (2018) mengatakan manifestasi klinik pada meningitis bakteri
diantaranya :
a) Demam, merupakan gejala awal
b) Nyeri kepala
c) Mual dan muntah
d) Kejang umum
e) Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai
dengan koma
E. Komplikasi
Tarwoto (2018), dampak masalah yang ditimbulkan pada pasien meningitis
berupa:
a) Peningkatan tekanan intrakranial
b) Hyrosephalus
c) Infark serebral
d) Abses otak
e) Kejang
f) Pneumonia
g) Syok sepsis
h) Defisit intelektual
F. Test Diagnostik
Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallo, 2018) :
a) Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar
glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
b) Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
c) Kultur urim, untuk menetapkan organisme penyebab
d) Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
e) MRI, CT-scan/ angiorafi
G. Penatalaksanaan Medis
Tarwoto ( 2018), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu :
1) Penatalaksanaan umum
a) Pasien diisolasi
b) Pasien diistirahatkan/ bedrest
c) Kontrol hipertermi dengan kompres
d) Kontrol kejang
e) Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2) Pemberian antibiotik
a) Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
b) Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol,
Sefalosporin.
c) Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat
memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian (Muttaqin,
2008).
1) Identitas
a) Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
b) Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, prkerjaan dan alamat.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit kepala,
mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien
secara PQRST.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernah kah pasien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat
trauma kepala. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada pasien
terutama jika ada keluhan batuk produktif dan pernah mengalami
pengobatan obat anti tuberkulosa yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam keluarga
yang pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat memacu
terjadinya meningitis
3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis biasanya
bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa
b) Tanda-tanda vital
- TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau
meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK ( N
= 90- 140 mmHg).
- Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
- Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan
lebih meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
- Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh
lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).
c) Pemeriksaan head-to-toe
- Kepala
Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
- Mata
Nerfus II, III, IV, VI : Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis
yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
- Hidung
Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman
- Telinga
Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya tuli
konduktif dan tuli persepsi.
- Mulut
Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
- Leher
Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis.
Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis.
Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan
menelan kurang baik Nerfus
XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku kuduk
- Dada
Paru I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan
pola nafas
Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan sama
P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan meningitis tuberkulosa.
- Jantung
I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial
midklavikula sinistra RIC IV.
P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC
4-5 midklavikula.
A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
- Ekstremitas
Biasanya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada
sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum
sehingga menggangu ADL.
- Rangsangan Meningeal
a. Kaku kuduk Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesulitan karena adanya spasme otot-otot .Fleksi menyebabkan
nyeri berat.
b. Tanda kernig positif Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadaan fleksi kea rah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan
sempurna.
c. Tanda Brudzinski Tanda ini didapatkan jika leher pasien
difleksikan, terjadi fleksi lutut dan pingul: jika dilakukan fleksi
pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, gerakan yang
sama terlihat pada sisi ekstermitas yang berlawanan.
d) Pola kehidupan sehari-hari
- Aktivitas/Istirahat
Biasanya pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu tubuh
- Eliminasi
Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran urine,
hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah
jantung ke ginjal.
- Makanan/Cairan
Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual dan
muntah disebabkan peningkatan asam lambung. Pemenuhan nutrisi
pada pasien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
- Hygiene
Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri
karena penurunan kekuatan otot.
B. Diagnosis
1. Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, ronchi
3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan dengan pola
nafas abnormal
4. Resiko infeksi b.d penyakit kronis
5. Resiko cidera b.d perubahan fungsi kognitif
6. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan dibuktikan dengan
berat badan menurun, otot pengunyah lemah
7. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d trauma/perdarahan
8. Hipertermi b.d proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal.
9. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
dibuktikan dengan kekuatan otot menurun
10. Defisit perawatan diri b.d kelemahan dibuktikan dengan tidak mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri.
C. Intervensi
D. Implementasi
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produksi sisa
tubuh, reduksi atau peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian
tingkat nutrisi, pemeliharaan keseimbangan cairan dn elektrolit serta
pemeliharaan kesehatan dan tidak ada komplikasi.
E. Evaluasi
Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu mencapai masa penyembuhan tepat
waktu, mempertahankan tingkat kesadaran, tidak mengalami kejang, melaporkan
nyeri berkurang, mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional
optimal kekuatan, serta tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
Batticaca, fransisca B. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Hudak & Gallo. 2018. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin,Arif 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan.Jakarta : Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Widago, wahyu., Toto Suharyanto, S. Kep, Ns., Ratna Aryani, S. Kep, Ns. 2018. Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan
(KDT)