Dosen Pengampu:
Lestari S.Kep,Ns,M.Kep
Oleh
Kelompok 2 Kelas 2A
NAMA PENYUSUN
MIRNAWATI MELISA MARPAUNG P07520221027
MITA MENEMIA SITANGGANG P07520221028
MITHA FARADINA SIGALINGGING P07520221029
MUHAMMAD RIDWAN TOGUAN LUBIS P07520221030
NELFI ADILLAH SK P07520221031
NISA APRIANA BR SEMBIRING P07520221032
NURHAYATI GULTOM P07520221033
NURUL HIDAYAH HARAHAP P07520221034
PENNY NOVITA SIREGAR P07520221035
PUTRI NADIYAH EL SYA'WANAH SIREGAR P07520221036
RENITA THERESYA BR PURBA P07520221037
RIZKON FADILAH P07520221039
RUTH SUHENI SEPTIANA ROULI SINAGA P07520221040
RUTH VERNANDA SIMATUPANG P07520221041
SEPTIANI ASTRIA NINGSIH LINGGA P07520221042
SISKA APSARI NAPITUPULU P07520221043
STHEPANY IRMAYANTY SITUMEANG P07520221044
SUSY AFRYANTY BUTARBUTAR P07520221045
SYAUQI BILIENDRI P07520221046
THERESIA BENEDICTA LAUDIA GULTOM P07520221047
WINA BR GINTING P07520221048
YUNITA INDAH SARI SIRINGO –RINGO P07520221049
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat dan rahmat dan hidayahnyalah
akhirnya makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK”dapat penulis
selesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan,
oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki
makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. mudah-mudahan penulisan makalah ini ada manfaatnya
khususnya bag penulis dan umumnya bagi pembaca.
BAB II
ISI
3. Patofisiolgis
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapasan meningen yaitu pada bagian
paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam piamater. Cairan
serebrospinalis meupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknoid yang
dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian dialirkan melalui system ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk kedalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara
misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan
arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan.
Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan aksudat
dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada ruang
subaraknoid yang pada akhirnya data menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang
terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf cranial dan perifer. Makin
bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial Tarwoto, 2013).
Otak dan medulla spnalis dilindung oleh lapis meningitis : duramater, araknoid,
dan paimater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir melalui
ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF
diabsobsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari meningitis.
Cara masuknya organisme penyebab meningitis dapat terjadi akibat trauma
penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat
terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar. Masuknya
mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalu ruang subaraknoid dapat
menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan ventrikel.
Eksudat yang dihasilakan dapat menyebar melalui saraf cranial dan spinal sehingga
menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat aliran normal cairan
serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013).
4. Manifestasi klinik
Tarwoto (2013) mengatakan manifestasi klnik pada meningitis bakteri
diantaranya :
a. Demam, merupakan gejala awal
b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum
e. Pada keadaaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan
koma.
Sedangkan menurut (idago, dk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis meliputi :
a. Sakit kepala
b. Mual muntah
c. Demam
d. Sakit dan nyeri secara umum
e. Perubahan tingkat kesadaran
f. Bingung
g. Perubahan pola nafas
h. Ataksia
i. Kaku kuduk
j. Petechia rash (bintik-bintik merah)
k. Kejang (fokal, umum)
l. Opistotonus
m. Nistagmus
n. Ptosis
o. Gangguan pendengaran
p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif
q. Fotophobia
5. Komplikasi
Komplikasi pada meningitis, yaitu ;
a. Peningkatan tekanan intrakanial
b. Hydrosephalu : penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga meningkatkan
tekanan pada otak.
c. Infark serebral : kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai oksigen, karena
terhambatnya aliran darah ke daerah tersebut.
d. Ensepatilis : peradangan pada jaringan otak dan eningen akibat virus, bakteri, dan
jamur.
e. Syndrome of inappropriate ecrection of antidiuretic hormone
f. Abses otak : infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah didalam otak
serta pembengkakan.
g. Kejang : gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan tubuh yang tidak
terkendali dan hilangnya kesadaran.
h. Endokarditis : infeksi pada endoardium yaitu lapisan bagian dalam jantung.
i. Pneumonia : infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara disalah satu
atau kedua paru-paru yang dapat berisi cairan.
j. Syok sepsis : infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan darah
yang sangat rendah.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan penyakit meningitis (Hudak dan Gallo, 2012):
a. Fungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :
1) Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari 100/mm3 (normal :
< 6/ µL).
2) Pewarnaan CSS.
3) Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bacterial dan pada
meningitis dengan penyebab virus kadar glukosa biasana normal. (normal kadar
gluksa cairan otak 2/3 dari nilai serum glukosa).
4) Protein, tinggi (bacterial, tubercular, infeksi congenital) dan pada meningitis virus
protein sedikit meningkat).
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit dan trombosit,
protombin dan tromboplastin parsial, pemeriksaan leukosit diperlukan untuk
menentukan kemungkinan adanya infeksi bakteri berat dan leucopenia
mungkin merupakan tanda prognosis yang buruk terutama pada penyakit
akibat meningokokus dan pneumokokus. Sama halnya dengan memanjangnya
waktu protombin dan tromboplastin parsial yang disertai trombosit openia
menunjukkan koagulasi intravaskuler deseminata. (leukosit normal : 5000 –
10000/mm3, trombosit normal : 150.000 – 400.000/mm3, b normal pada
perempuan : 12-14 gr/dl, pada laki-laki : 14-18gr/dl).
2) Pemeriksaan glukosa darah. (Glukosa darah normal<200gr/dl)
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Meningitis purulenta
a) Pemberian cairan secara intravena untuk menghindari kekurangan
cairan/elektrolit akibat muntah-muntah atau diare.
b) Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus, diberikan
diazepam 0,5 mg/kg BB/ kali intravena, dan dapat di ulang
dengan dosis yang sama 15 menit kemudian. Bila kejang belum
berhenti, ulangan pemberian diazepam berikutnya (yang ketiga
kali) dengan dosis yang sama diberikan secara intramuskular.
c) Setelah kejang dapat di atasi, diberikan fenobarbital dosis awal
untuk neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg dan di atas
1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk pengobatan rumat diberikan
fenobarbital dengan dosis 8-9 mg/kg BB/hari di bagi dalam 2
dosis, diberikan selama 2 hari.
d) Berikan ampisisilin intravena sebanyak 400 mg/kg BB/ hari di
bagi dalam 6 dosis di tambah kloramfenikol 100 mg/Kg BB/hari
intravena dibagi dalam 4 dosis. Pada hari ke-10 pengobatan di
lakukan pungsi lumbal ulangan dan bila ternyata menunjukkan
hasil yang normal pengobatan tersebut di lanjutkan 2 hari lagi.
Tetapi jika masih belum normal pengobatan di lanjutkan dengan
obat yang sama seperti di atas atau di ganti dengan obat yang
sesuai dengan hasil biakan dan uji resisten kuman.
b) Breathing
Isap lendir sampai bersih
c) Circulation
Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
(berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap
sadar).
4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengopservasi respon
klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data (Rohmah & Walid, 2012)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah & Walid, 2012)