Anda di halaman 1dari 11

VISI DAN MISI

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MEDAN

VISI

Menjadi Perawat Ahli Dengan Keunggulan Keperawatan Luka Di Tingkat Nasional Tahun
2024

MISI

1. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan


keunggulan keperawatan luka pada tatanan klinik dan komunitas
2. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat khususnya
keperawatan luka bekerjasama dengan lintas program dan sektorat
3. Meningkatkan mutu SDM khususnya keperawatan luka melalui pendidikan
berkelanjutan maupun kegiatan ilmiah
4. Membentuk karakter mahasiswa yang peduli, beretika dan bermoral.
NAMA PENYUSUN

1. NAMA : AYU APRILIA BR.GINTING


TEMPAT TANGGAL LAHIR : SINAR GUNUNG, 01 APRIL 2003
NIM : P07520221011
KELAS : 2A S.Tr KEPERAWATAN

2. NAMA : IRENE TESSALONIKA SITUMORANG


TEMPAT TANGGAL LAHIR : SEI KARANG, 29 AGUSTUS 2002
NIM : P07520221021
KELAS : 2A S.Tr KEPERAWATAN

3. NAMA : RENITA THERESYA BR.PURBA


TEMPAT TANGGAL LAHIR : JAKARTA, 2 JULI 2003
NIM : P07520221037
KELAS : 2A S.Tr KEPERAWATAN

4. NAMA : RUTH SUHENI SEPTIANA ROULI SINAGA


TEMPAT TANGGAL LAHIR : MEDAN, 1 SEPTEMBER 2003
NIM : P07520221040
KELAS : 2A S.Tr KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis
mampu menyelesaikan penyusunan modul “Pelayanan Kesehatan Primer.” Penulis
menyadari betul, bahwa tantangan profesi perawat di masa mendatang sangatlah berat apalagi
dengan adanya era globalisasi yang menuntut perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan
yang professional, memiliki daya saing, dan kritis terhadap perkembang ilmu pengetahuan
dan teknologi, khususnya dalam bidang keperawatan, baik tingkat nasional maupun global.

Dalam rangka mengembangkan pengetahuan mahasiswa, keberadaan modul sangat


diperlukan sebagai penunjang nilai dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar Asuhan
Keperawatan Keluarga. Modul ini berisi tentang teori pelayanan kesehatan primer, ruang
lingkup pelayanan Kesehatan primer, tinjauan pelayanan kesehatan primer, elemen kesehatan
pelayanan primer, tanggung jawab perawat dalam kesehatan primer dan implementasi
kesehatan primer (PHC) melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa. Maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Soep, S.Kp, M.Kes, selaku dosen mata kuliah keperawatan keluarga Prodi S.Tr
Keperawatan tingkat 2 Poltekkes Kemenkes Medan
2. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/I S.Tr Keperawatan tingkat 2 yang telah ikut serta
membantu untuk menyelesaikan modul ini.

Dengan terbitnya modul ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi semua
kalangan akademis atau praktisi keperawatan, khususnya mahasiswa. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa meridhoi segala Langkah kita. Aaamiin.

Medan, 30 Agustus 2022

Penyusun

Kelompok 1
MODUL 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sebelum deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Perawatan Kesehatan Utama
(PHC). Indonesia telah mengembangkan berbagai bentuk puskesmas di beberapa
daerah. Berdasarkan penelitian pada tahun 1976 diketahui bahwa 200 masyarakat
kegiatan kesehatan berbasis (CBCH) telah diterapkan dan dilaksanakan dalam
masyarakat.
Seiring waktu, Puskesmas telah berkembang pesat dalam berbagai bentuk
CBCH dan salah satu itu di catat sebagai posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
Aktivitas itu meliputi lima program utama, yaitu keluarga perencanaan, kesehatan ibu
dan anak, perbaikan gizi, imunisasi dan diare pencegahan. Selain posyandu, ada
rumah sakit bersalin desa (VMH) yang dikelola oleh bidan desa sebagai cara untuk
membuat kesehatan ibu dan anak dekat dengan masyarakat jasa.
CBCH dapat tumbuh secara progresif karena didukung oleh pusat kesehatan.
Namun, CBCH pergi ke penurunan Ketika krisis moneter pada tahun 1997 meledak
yang mengakibatkan multi-dimensi krisis, krisis menciptakan reformasi total dalam
banyak aspek, termasuk di sector Kesehatan. Ini telah benar-benar mengubah model
perencanaan, yang sebelumnya adalah sentralisasi menjadi tergantung pada masing-
masing kabupaten. Banyak perhatian lebih pada pemerintah daerah aspek kuratif
daripada promotive dan tindakan pencegahan. Setelah euforia demokrasi berakhir,
semua sektor termasuk Kesehatan mulai menghidupkan Kembali dan merevisi
prioritas mereka untuk skala yang lebih baik.
Primary Health Care (PHC) diperkenalkan oleh World Health Organization
(WHO) sekitar tahun 70-an, dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga)
strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral, partisipasi masyarakat, dan penerapan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat.
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu,
keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan
definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa
Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak pertama
perorangan atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan. Menurut Menkes, dalam
mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI mengadopsi nilai
inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus diterapkan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif,
dan bersih.
Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan, yaitu :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani;
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Di Indonesia,
penyelenggaraan PHC dilaksanakan di Puskesmas dan jaringan yang berbasis
komunitas dan partisipasi masyarakat, yaitu Poskesdes dan Posyandu yang ada di
setiap wilayah kecamatan dan kelurahan.
Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu
program yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk
meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan. Program
ini memungkinkan jamu yang merupakan obat-obat herbal tradisional yang sudah
lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia, dapat teregister dan memiliki izin edar
sehingga dapat diintegrasikan di dalam pelayanan kesehatan formal. Menkes
menambahkan, untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan PHC bagi masyarakat,
diperlukan kerjasama baik lintas sektoral maupun regional, khususnya di kawasan
Asia Tenggara.

1.2. DESKRIPSI MODUL


Modul ini akan memberikan pengetahuan tentang :
A. Pengertian pelayanan Kesehatan primer dan tujuan
B. Ruang lingkup pelayanan Kesehatan primer
C. Tinjauan Primary Healthy Care (PHC)
D. Elemen Kesehatan pelayanan primer
E. Tanggung jawab perawat dalam Kesehatan primer
F. Implementasi PHC melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)

1.3. TUJUAN
Tim kesehatan diadakan untuk masyarakat. Masyarakat mempunyai kebutuhan akan
kesehatan dan merupakan tugas tim kesehatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sasaran
tim kesehatan masyarakat, yang bekerja dari suatu pangkalan tentunya untuk membantu
masyarakat mencapai dan memelihara kesehatan melalui perawatan kesehatan primer atau
essensial. Seringkali, tim kesehatan hanya memperhatikan mereka yang datang ke pusat
masyarakat namun tidak memperhatikan mereka yang butuh pelayanan kesehatan namun
tidak bisa memiliki akses untuk memperoleh pelayanan tersebut. Perawatan kesehatan primer
adalah suatu konsep yang rumit yang menuntut penggunaan seefisien mungkin berbagai
sumber daya, yang hampir selalu terbatas serta melakukan pilihan dan menentukan prioritas.
Dalam modul ini, penyusun melakukan pengkajian secara tim dalam menganalisis
kesehatan primer untuk mengahadapi masalah kurang gizi, penyediaan air, dan kemampuan
masyarakat dalam memperbaiki dan meningkatkan status kesehatan mereka. Modul ini bukan
hanya sebagai penunjang nilai untuk mata kuliah keperawatan keluarga namun juga sebagai
pedoman dalam penerapan konsep perlayanan kesehatan primer.
LATAR BELAKANG PHC
Pelayanan Kesehatan primer (primary health care-PHC) merupakan hasil pengkajian, pemikiran,
dan pengalaman dalam pembangunan Kesehatan di banyak negera yang diawali dengan kampanye
massal di tahun 1950 an terhadap pemberantasan penyakit menular. Pada waktu itu, banyak negara
tidak mampu mengatasi dan menanggulangi wabah penyakit TBC, campak, diare, dan lain
sebagainya. Pada 1960, teknologi kuratif dan preventif dalam struktur pelayanan Kesehatan telah
mengalami kemajuan sehingga muncul pemikiran untuk mengembangkan konsep upaya dasar
Kesehatan. Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan mengungkapkan bahwa banyak
negara tidak puas terhadap system Kesehatan yang dijalankan dan banyak hal mengenai kurangnya
pemerataan pelayanan Kesehatan di daerah-daerah pedesaan. Pada 1977, siding Kesehatan sedunia
(World Health Essembly) ke-30 menghasilkan kesepakatan atau “Kesehatan bagi Semua Tahun 2000”
dengan sasaran utamanya adalah tercapainya derajat Kesehatan yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif, baik secara sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal
tersebut diperlukan perubahan orientasi dalam pembangunan Kesehatan yang meliputi perubahan-
perubahan berikut.

1. Pelayanan kuratif ke promotif dan preventif.


2. Daerah perkotaan ke pedesaan.
3. Golongan mampu ke golongan masyarakat berpenghasilan rendah.
4. Kampanye massal ke upaya Kesehatan terpadu.

Selanjutnya, pada Konferensi Internasional 1978 di Alma Alta (Uni Soviet) 12 september 1978
ditentukan tujuan agar menemukan titik temu dengan PHC. Resolusi ini di kenal dengan Health for
All by the Year 2000 (HFA 2000) atau Kesehatan bagi semua tahun 2000. Resolusi ini merupakan
target resmi dari bangsa-bangsa yang bergabung dengan WHO. Dalam konferensi tersebut,
Indonesia juga ikut menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global dengan menyatakan
bahwa untuk mencapai HFA 2000 kuncinya adalah PHC. Bentuk operasional dari PHC di Indonesia
adalah Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Pemimpin perawat yang menjadi kunci
dalam mencetuskan usaha perawatan PHC adalah Dr. Amelia Maglacas pada tahun 1986. Setelah
diidentifikasi tujuan HFA dan atrategis PHC untuk merealisasikan tujuan, WHO membuat indicator
global untuk pemantauan dan evaluasi yang dicapai tentang sehat untuk semua pada tahun 1986.
Indicator tersebut adalah :

1. Perkembangan sosial dan ekonomi.


2. Penyediaan pelayanan Kesehatan status Kesehatan.
3. Kesehatan sebagai objek atau bagian dari perkembangan sosial ekonomi.

DEFINISI PHC

1. PHC adalah pelayanan Kesehatan pokok berdasarkan metode serta teknologi praktis dan
ilmiah yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta biaya yang dapat dijangkau oleh
masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan dalam semangat
untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).
2. Menurut Deklarasi Alma Alta 1978, “primary health care is essential health care, based on
practical, scientifically sound socially acceptable methods and technology made universally
accessible to individuals and families in the community, through their full participation and
at a cost that the community and the country can afford to maintain at every stage of their
development, in the spirit of self reliance and self determination”. “it forms and integral part
both of the country’s health system, of which it is the central function and its main focus, and
of the overall social and economic development of the community. It is the first level of
contact of individuals, the family and community with the national health system bringing
health care as close as possible to where people live and work, and constitutes the first
element of a continuing health care process”.

TUJUAN PHC

Tujuan umum

Tujuan umum PHC adalah mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan sehingga tercapai tingkat kepuasan masyarakat yang menerima pelayanan.

Tujuan khusus

1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani.


2. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani.
3. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani.
4. Pelayanan harus secara meksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya lain
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

UNSUR DAN PRINSIP DASAR PHC

Unsur

Berikut adalah tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC.

1. Mencakup upaya-upaya dasar Kesehatan.


2. Melibatkan peran serta masyarakat.
3. Melibatkan kerja sama lintas sectoral.

PRINSIP DASAR

Berikut adalah lima prinsip dasar dalam PHC.

1. Pemerataan upaya Kesehatan.


2. Penekanan pada upaya preventif
3. Menggunakan teknologi tepat guna.
4. Melibatkan peran serta masyarakat.
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi.

FUNGSI, CIRI-CIRI, PROGRAM, RUANG LINGKUP/ELEMEN, DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM
PHC

Fungsi

PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi berikut :


1. Pemeliharaan kesehatan.
2. Pencegahan penyakit.
3. Diagnosis dan pengobatan.
4. Pelayanan tindak lanjut.
5. Pemberian sertifikat.

Ciri-ciri

1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat.


2. Pelayanan yang menyeluruh.
3. Pelayanan yang terorganisasi.
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat.
5. Pelayanan yang berkeseimbangan.
6. Pelayanan yang progesif.
7. Pelayanan berorientasi kepada keluarga.
8. Pelayanan tidak berorientasi pada salah satu aspek saja.

Program

1. Asuransi kesehatan.
2. Pos obat desa (POD).
3. Tanaman obat keluarga (Toga).
4. Pos kesehatan.
5. Pondok bersalin desa (Polindes).
6. Tenaga kesehatan sukarela.
7. Kader kesehatan.
8. Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, dan industri rumah tangga).

RUANG LINGKUP/ELEMEN PHC

Pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki delapan elemen berikut.

1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan, cara pencegahan penyakit, serta


pengendaliannya.
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi.
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
4. Kesehatan ibu dan anak, termasuk KB.
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama.
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemis setempat.
7. Pengobatan penyakit umum dan rudapaksa (perkosaan).
8. Penyediaan obat-obat esensial.
MODUL 2
PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Setelah pembelajaran, mahasiswa mampu :
1) Memahami pengertian dari pelayanan Kesehatan primer
2) Mengetahui tujuan pelayanan Kesehatan primer
3) Memahami tentang ruang lingkup pelayanan Kesehatan primer

Proses pembelajaran pada topik ini dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran teori
dan
Aplikatif praktek yang mengacu pada Sistem Kredit Semester (SKS) dengan langkah-
langkah sebagai berikut :

2.1. PENGERTIAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


Pelayanan Kesehatan Primer adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum, baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya serta biaya yang dapat dijangkau oleh
masyarakat dan negara untuk memeliharan setiap tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri
(self determination)
Pelayanan Kesehatan Primer, merupakan pengkajian, pemikiran dan
pengalaman dalam pembangunan kesehatan di banyak negara terkhusus nya
Indonesia yang diawali dengan kampanye masal pada tahun 1950an dalam
pemberantasan penyakit menular. Pada tahun 1960, teknologi kuratif dan
preventif mengalami kemajuan oleh sebab itu, pemikiran untuk mengembangkan
konsep upaya dasar kesehatan agar tercapainya derajat kesehatan yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai