Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalh yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Post Operasi Apendisitis” makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan luka.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan oleh pihak
tertentu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Risma D. Manurung, S.Pd, S.Kep, Ns, M.Biomed, selaku dosen mata kuliah
keperawatan luka prodi S.Tr keperawatan tingkat 2 Poltekkes Kemenkes Medan.
2. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa/I S.Tr Keperawatan tingkat 2 yang telah ikut serta
membantu secara moril maupun materil untuk menyelesaikan makalah asuhan
keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya serta
jauh dari kesempurnaan. Dan penulis berharap agar makalh ini dapat diterima dan bergunan
bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharpakn adanya kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.
MEDAN, 2022
PENULIS
DAFTAR ISI
MAKALAH..............................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................5
1.3. TUJUAN PENULIS........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1. Pengertian..................................................................................................................................6
2.2. Klasifikasi....................................................................................................................................6
2.3. Macam-Macam Apendektomi....................................................................................................7
2.4. Etiologi........................................................................................................................................8
2.5. Patofisiologi................................................................................................................................8
2.6. Pathway......................................................................................................................................9
2.7. Manifestasi Klinis........................................................................................................................9
2.8. Penetapan Penunjang...............................................................................................................10
2.9. Penatalaksanaan.......................................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................12
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN...................................................................................................12
3.2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................................14
3.3. Intervensi..................................................................................................................................15
3.4. Implementasi Keperawatan......................................................................................................15
3.5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................................................16
3.6. Integritas Kulit..........................................................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................................................19
4.1. Kesimpulan...............................................................................................................................19
4.2. Saran.........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada kasus apendisitis biasanya dilakukan tindakan operasi (apendiktomi) yang dapat
menimbulkan respons berupa nyeri. Rasa nyeri tersebut biasanya timbul setelah operasi.
Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi, walaupun
apendisitis dapat terjadi setiap usia, namun paling sering pada orang dewasa muda, sebelum
era antibiotik, angka mortalitas penyakit ini tinggi. Apendisitis biasanya dilakukan Tindakan
operasi (apendiktomi) yang merupakan suatu ancaman potensial atau actual kepada integritas
seseorang baik bio-psiko-sosial yang dapat menimbulkan respons berupa nyeri. Rasa nyeri
tersebut biasanya timbul setelah operasi.
Nyeri merupakan sensasi objektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual dan potensial. Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada
pasien pembedahan. Pembedahan mengalami suatu tindakan merupakan suatu peristiwa yang
bersifat bifasik terhadap tubuh manusia yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Lama
waktu pemulihan pasien post operasi normalnya terjadi hanya dalam satu sampai dua jam
(Potter & Perry, 2005). Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus
atau periumbilikus yang disertai dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan. Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi,
tetapi kadang-kadang terjadi diare. mual, dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit
belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen
bawah akan semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan
satu titik dengan nyeri maksimal.
Nyeri yang dirasakan individu setelah dilakukan tindakan operasi dapat mempengaruhi
persepsi individu terhadap kesembuhannya. Peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang tepat dan penanganan segera dapat mengurangi nyeri yang ditimbulkan
setelah tindakan operasi. Penanganan nyeri bisa dilakukan secara farmakologis dan non
farmakologis. Penanganan nyeri secara farmakologis yaitu kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesik dan anestesi. Sedangkan secara non farmakologis yaitu dengan masase,
kompres dingin dan panas, hipnosis, guided imagery, teknik relaksasi.
Junk food yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan, seperti obesitas (kegemukan), diabetes (kencing manis), hipertensi (tekanan darah
tinggi), aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), penyakit jantung koroner, usus buntu
(appendisitis) stroke, kanker dan lain-lain.
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks (umbai cacing) yang berbahaya jika
tidak ditangani dengan segera dimana dapat terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan
pecahnya lumen usus. Menurut WHO (World Health Organisation) menjelaskna bahwa
angka kejadian Apendisitis cukup tinggi didunia dengan angka mortalitas sebanyak 21.000
jiwa, dimana angka mortalitas pada laki-laki sekitar 12.000 jiwa dan sekitar 10.000 jiwa pada
perempuan WHO juga menyebutkan bahwa insiden pada tahun 2014 apendisitis menempati
ututan ke delapan sebagai penyebab utama kematian di dunia. Departement Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 2016 tentang kejadian apendisitis di Indonesia mencapai
591.819 orang dan meningkat, pada tahun 2017 sebesar 596.132 orang. Apendisitis ini dapat
ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang terjadi. Insiden
tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insiden pada pria dengan
perbandingan 1.4 lebih banyak dari pada Wanita.
Masalah keperawatan yang akan muncul pada kasus preoperative appendisitis yaitu nyeri
akut, hipertermia, dan ansietas, sedangkan masalah keperawatan yang akan muncul pada
kasus post operatif appendisitis yaitu nyeri akut, resiko infeksi, resiko hypovolemia. Sebelum
dilakukan pembedahan perawat perlu memprioritaskan tindakan keperawatan yang dilakukan
yaitu dengan mengurangi nyeri, mencegah terjadinya komplikasi pre operatif, dan
memberikan informasi tentang kondisi atau prognosis dan kebutuhan pengobatannya,
terutama yang akan menjalani tindakan operasi agar tidak menimbulkan kecemasan bagi
klien.
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Apendisitis adalah suatu peradangan apendiks vermiformis (usus buntu) akut yang
merupakan jenis yang umum dari abdomen akut dan umumnya disebabkan oleh adanya
sumbatan pada lemen apendiks. Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai
jari, yang melekat pada secum tepat dibawah katup ileocecal. Apendisitis adalah suatu
peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang berlokasi dekat katup ileocecal.
Apendisitis adalah kondisi infeksi yang terjadi diumbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan tindakan laporotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian
cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan syok ketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur. Apendisitis terjadi jika ada sisa-sisa makanan yang terjebak dan tidak dapat
keluar dari umbai cacing (apendiks), sehingga lama kelamaan umbai cacing tersebut akan
membusuk dan akan timbul peradangan hingga menjalar ke usus buntu. Apabila umbai
cacing tersebut tidak segera di buang dengan cara operasi, maka umbai cacing lama
kelamaan akan pecah. Masa peradangan usus buntu tersebut ditandai dengan adanya
nanah.
Apendektomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan prosedur
atau pendekatan endoskopi. Apendektomi adalah operasi yang dilakukan pada penderita
usus buntu. Ketika diagnosis apendisitis telah dibuat atau memang dicurigai maka perlu
diadakan operasi apendektomi. Apendektomi harus dilakukan beberapa jam setelah
diagnosis ditegakan dan biasanya dikerjakan melalui insisi kuadran kanan-bawah.
2.2. Klasifikasi
Menurut (Wedjo, 2019), klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis
akut dan apendisitis kronik.
1. Apendisitis Akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat, disertai maupun
tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala apendisitis akut ialah nyeri samar
dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus.
Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun. Dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam
dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Apendisitis akut
dibagi menjadi :
(a) Apendisitis Akut Sederhana
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan obstruksi.
Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi peningkatan
tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks menebal,
edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus,
mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam ringan.
(b) Apendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan menimbulkan trombosis.
Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme
yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding apendiks menimbulkan infeksi
serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.
Apendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen
terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal.
(c) Apendisitis Akut Gangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu
sehingga terjadi infark dan gangren. Selain didapatkan tanda- tanda supuratif,
apendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding apendiks berwarna
ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada apendisitis akut gangrenosa
terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang purulent.
(d) Apendisitis Infiltrat Apendisitis Infiltrat adalah proses radang apendiks yang
penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan
peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat eat satu
dengan yang lainnya
(e) Apendisitis Abses
Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nnanah (pus),
biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrosekal, subsekal dan
pelvikal.
(f) Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya
Riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik
adalah fibrosis menyeluruh dinding.Apendisitis kronik memiliki semua gejala
Riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks
secara mikroskopik (fibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial
atau luemen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan
infiltasi sel inflamasi kronik), dan keseluruhan menghilang setelah apendiktomi.
2.4. Etiologi
Etiologi apendisitis yaitu sebagai berikut (Marilynn E. Doenges, 2018):
1) Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan keras (biji-
bijian) yang masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa keluar lagi.Setelah isi usus
tercemar dan usus meradang timbullah kuman-kuman yang dapat memperparah
keadaan tadi.
2) Mucus maupun feses kemudian mengeras seperti batu (fekalit) lalu menutup lubang
penghubung antara apendiks dengan caeceum.
3) Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktorpencetus
disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks dan cacing askaris.
4) Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan makanan yang rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendiksitis. Konstipasi akan
menarik bagian intrasekal, yang berakibat timbulnya tekanan intrasekal dan terjadi
penyumbatan sehingga meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon.
5) Apendisitis disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga karena gaya
hidup manusia yang kurang dalam mengkonsumsi makanan tinggi serat.
2.5. Patofisiologi
Apendiks adalah kantong yang berbentuk seperti slang yang terikat pada
sekum ileosekal. Biasanya terletak di regio iliaka dextra, pada area yang disebut
sebagai titik McBurney. Fungsi apendiks tidak sepenuhnya dipahami, meskipun
mungkin berfungsi sebagai sebuah reservoir untuk bakteri usus yang penting.
Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel
limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya,
atau neoplasma.
Obstruksi lumen proksimal apendiks jelas terlihat pada Sebagian besar
apendiks yang mengalami inflamasi akut. Obstruksi sering kali disebabkan oleh
fecalith, atau massa feses yang keras. Penyebab obstruktif lain mencakup kalkulus
atau batu, benda asing, inflamasi, tumor, parasite (mis., cacing jarum/cacing kerawit),
atau edema jaringan limfoid. Setelah obstruksi, apendiks mengalami distensi akibat
cairan yang disekresikan oleh mukosanya. Tekanan dalam lumen apendiks meningkat,
mengganggu suplai darah dan menyebabkan inflamasi, edema, ulserasi, dan infeksi
(Priscilla LeMone, 2015).
Kejadian terjadi sangat cepat, prosesnya berlangsung sekitar 1-3 hari.
a. Apendiks menjadi tersumbat feses, benda asing, atau tumor.
b. Obstruksi, seiring dengan sekresi mukus berlanjut, menyebabkan dinding
apendiks menjadi terdistensi.
c. Suplai darah ke dinding apendiks menurun, menyebabkan iskemia dan akumulasi
toksin.
d. Dinding apendiks mulai robek, dan bakteri normal yang ditemukan di dalam usus
menyerang apendiks yang meluruh.
e. Menimbulkan nekrosis dan perforasi apendiks
f. Perforasi dapat menyebarkan infeksi ke seluruh abdomen, menyebarkan infeksi ke
seluruh abdomen, menyebabkan peritonitis.
Pathway
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanan pada yang dilakukan pada klien apendisitis yaitu penatalaksanaan
medis dan penatalaksanaan keperawatan :
1. Penatalaksanaan medis
a. Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose apendisitis telah
ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi.
b. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pembedahan dilakukan.
c. Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
d. Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang harus dilakukan adalah
operasi membuang apendik (apendiktomi). Penundaan apendiktomi dengan cara
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses
apendiks dilakukan drainage.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendiktomi.
Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik
laparoskopi sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit,
pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah.
Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan
waktu operasi. Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien
dengan akut abdomen, terutama pada Wanita
b. Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah deficit volume
cairan, mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh
gangguan potensial atau aktual pada saluran gastrointestinal, mempertahankan
integritas kulit dan mencapai nutris yang optimal.
c. Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai jalur Intra
Vena berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila terbukti ada ileus
paralitik), jangan berikan laksatif.
d. Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik narkotik sesuai
program, berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi, dan lakukan perawatan
luka.
e. Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda-tanda
obstruksi usus halus, hemoragi sekunder atau abses sekunder. Jadi berdasarkan
pembahasan diatas, tindakan yang dapat dilakukan terbagi dua yaitu tindakan
medis yang mengacu pada Tindakan pembedahan/apendictomy dan pemberian
analgetik, dan tindakan keperawatan yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan
klien sesuai dengan kebutuhan klien untuk menunjang proses pemulihan.
BAB III
3.3. Intervensi
Intervensi Keperawatan Nanda NIC-NOC 2016
NO DIAGNOSA NOC (Nursing Outcome NIC (Nursing
KEPERAWATAN Clasification) Intervention
Clasification)
1. Kerusakan integritas NOC : Pressure ulcer prevention
kulit berhubungan a. Tissue integrity : skin wound care :
kulit yang and mucous 1. Anjurkan pasien
berhubungan dengan b. Wound healing : untuk memakai
robekan luka operasi, Primary and pakaian longgar
terputusnya ujung secondary intention 2. Jaga kulit agar tetap
saraf ditandai dengan Kriteria Hasil : kering dan bersih
terdapat lesi, oedema, a. Perfusi jaringan 3. Mobilisasi pasien
luka robekan operasi normal setiap 2 jam sekali
b. Tidak ada tanda-tanda 4. Oleskan lotion atau
infeksi minyak/baby oil
c. Ketebalan dan tekstur pada daerah yang
jaringan normal tertekan
d. Menunjukkan 5. Monitor kulit
pemahaman dalam adanya kemerahan
proses perbaikan kulit atau tidak
dan mencegah 6. Monitor status
terjadinya cidera nutrisi pasien
berulang 7. Observasi luka
e. Menunjukkan 8. Ajarkan keluarga
terjadinya proses tentang luka dan
penyembuhan luka perawatan luka
9. Cegah kontaminasi
feses dan urin
10. Lakukan teknik
perawatan luka
dengan prinsip steril
11. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
12. Hindari kerutan
pada tempat tidur
untuk mencegah
luka tekan
(decubitus)
1. Mengurangi frekuensi mandi, jangan terlalu sering mandi, karena kalau terlalu
sering basah maka akan susah keringnya atau bila perlu dilap saja dengan
menggunakan air hangat untuk mandi.
2. Meningkatkan integritas kulit dengan menghindari dari cubitan dan garukan
3. Masase dengan lembut kulit sehat disekitar yang sakit. Jangan dilakukan pada area
yang kemerahan.
4. Hindari kontak dengan kain atau selimut yang terbuat dari wol, pakailah yang
bersih, tidak ketat dan menyerap keringat
5. Memperlihatkan obat dan kosmetik. Hindari penggunaan zat-zat kimia kosmetik
dan obat-obatan yang terlalu keras terhadap kulit
6. Jaga keseimbangan berat badan, orang yang mempunyai berat badan lebih, apalagi
sangat gemuk lebih banyak berkeringat dan mempunyai gesekan pada lipatan kulit
yang memicu jamur kulit
7. Beri obat sesuai indikasi seperti antihistamin dan salep Tidak menggaruk kulit
yang sakit. Jangan menggaruk kulit, menggaruk eksim hanya akan memperburuk
keadaan, karena kulit akan terinfeksi bakteri-bakteri yang ada didalam. Lukanya
sudah mengering maka warna kulit akan tampak berbeda. Sebaiknya guntinglah
kuku pada orang yang mempunyai penyakit eksim agar luka tidak terinfeksi oleh
kuman.
3.7. Integritas Luka
A. Definisi
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik, atau gigitan hewan. Salah satu penangan gangguan integritas kulit adalah
dengan melakukan perawatan luka. Perawatan luka adalah tindakan untuk merawat luka dan
melakukan pembalut dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan
mempercepat proses penyembuhan luka pada gangguan keutuhan jaringan (luka).
Perawatan luka merupakan suatu teknik aseptik yang bertujuan membersihkan luka
dari debris untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Prosedur mengganti balut luka
adalah dengan mengganti balutan yang telah kotor atau sudah waktunya untuk diganti yang
baru. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah infeksi, mempercepat proses penyembuhan dan
memberikan rasa amam nyaman pada pasien.
B. Fase Penyembuhan
Fase penyembuhan luka, antara lain :
1. Kenali gejala – gejala luka
2. Bersihkan area luka menggunakan Nacl
3. Hindari kontak dengan penyebab luka
4. Pakai pelembab secara teratur
5. Kurang keinginan untuk menggaruk
C. Indikasi Perawatan Luka
Indikasi perawatan luka, yaitu :
1. Luka Bersih
a. Luka bersih tidak terkontaminasi dan luka steril
b. Balutan kotor dan basah akibat eksternal ada rembesan atau eksudat
c. Ingin mengkaji keadaan luka
Mempercepat debrademen jaringan nekrotik
2. Luka kotor
a. Pasien yang luka decubitus
b. Pasien yang luka gangrene
c. Pasien dengan luka venous
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi
lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun. Apendiksitis terbagi menjadi 2 yaitu
apendiksitis akut dan apendisitis kronik. Apendiksitis akut dapat disebabkan oleh trauma, misalnya
pada kecelakaan atau operasi, tetapi tanpa lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan
apendiks. Apendiksitis kronik biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks. Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa apendiks mengalami bendungan.
4.2. Saran
Kepada seluruh pembaca baik mahasiswa maupun dosen pembimbing untuk melakukan kebiasaan
hidup sehat, karena pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan
tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah
satu penyakit yang timbul pada sistem pencernaan adalah apendisitis.
DAFTAR PUSTAKA
Hanifah, E. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendiktomi Dengan Masalah
Nyeri Akut Di Ruang Melati RSUD Bungil Pasuruan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang.
Priscilla LeMone, D. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Wedjo, M. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. R.L Dengan Apendisitis Akut di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD). Kupang: Ilmu Kesehatan Kemenkes Kupang.