Anda di halaman 1dari 71

PRE PLANNING STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)

SESI 1 : MENGENAL HALUSINASI Di RUANGAN DOLOK SANGGUL


RSJ. PROF. Dr.M. ILDREM

DISUSUN OLEH :

ANDIKA SETIAWAN (P07520520001)


ANGGITA YANSARI MANALU (P07520520002)
PUTRI WIDYA NINGRUM (P07520520018)
SAPRUL SIMANJUNTAK (P07520520020)
YESSENIA IMELDA HUTABARAT (P07520520023)

DOSEN PEMBIMBING :
Ramlan, SKM, M.Kes
NIP : 196507091986031005
Ns Tiur R. Sitohang, S.Kep.M.Kep
NIP : 198309132009032003

CLINICAL INSTRUCTUR
Sunarti S.Kep, Ns
NIP : 196602241988032001

PRODI KEPERAWATAN TAPANULI TENGAH


POLTEKKES KEMENKES MEDAN
T.A 2022/202
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan Judul :
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANGAN ANGGREK/SIBAYAK
RUMAH SAKIT JIWA Prof. Dr. MUHAMMAD ILDREM MEDAN
TAHUN 2022

Penyusun :

ANDIKA SETIAWAN (P07520520001)


ANGGITA YANSARI MANALU (P07520520002)
PUTRI WIDYA NINGRUM (P07520520018)
SAPRUL SIMANJUNTAK (P07520520020)
YESSENIA IMELDA HUTABARAT (P07520520023)

Mengesahkan :

Clinical Instructural

Sunarti S. Kep,Ners
NIP. 196602241988032001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

RAMLAN, SKM.M.Kes Ns Tiur R. Sitohang, S.Kep.M.Kep


NIP. 1965070919860310005 NIP.19830913200903200

Kaprodi D-III
Keperawatan Tap.Tengah

RAMLAN, SKM.M.Kes
NIP. 1965070919860310005
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha esa, atas rahmat dan Karunia-Nya yang
telah diberikan kepada penulis, sehingga laporan studi kasus dengan judul “Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi PendengaranDi Ruangan Anggrek/Sibayak Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan ” dapat diselesaikan dengan baik. Laporan studi kasus
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai kemampuan
kompetensi Praktek Klinik Keperawatan Jiwa di Rumah Sakit. Kami mendapat banyak
arahan, bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak dalam menyusun, membuat dan
menyelesaikan laporan kasus.
Kami menyadari bahwa laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan untuk itu
kami berharap tanggapan dan kritikan serta saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan Laporan Studi Kasus ini. Akhir kata, kami mengharapkan agar
laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua, semoga tuhan yang maha esa
memberikan Rahmat dan Hidayah kepada kita semua. Amin.

i
DAFTARISI
KataPengantar.................................................................................................................i
DaftarIsi.............................................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. RumusanMasalah.....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BABII TINJAUAN TEORITIS
A. KonsepDasar Halusinasi
1. PengertianHalusinasi...........................................................................................3
2. ProsesTerjadinyaHalusinasi................................................................................3
3. MekanismeKopingHalusinasi...........................................................................4
4. RentangResponHalusinasi..................................................................................6
5. TandadangejalaHalusinasi................................................................................8
6. PenatalaksanaanHalusinasi.................................................................................9
B. KonsepAsuhan Keperawatan Halusinasi.
1. PengkajianKeperawatan.....................................................................................11
2. DiagnosaKeperawatan........................................................................................16
3. IntervensiKeperawatan........................................................................................16
4. Implementasi Keperawatan.................................................................................19
5. EvaluasiKeperawatan.........................................................................................19
BAB III TINJAUAN KASUS
1. PengkajianKeperawatan.....................................................................................21
2. DiagnosaKeperawatan........................................................................................30
3. IntervensiKeperawatan........................................................................................31
4. Implementasi Keperawatan.................................................................................37
5. EvaluasiKeperawatan.........................................................................................37
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................................46
B. Saran............................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................48

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat berkembangsecara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa memiliki rentan grespon adaptif yang merupakan sehat
jiwa, masalah psikososial, dan respon maladaptif yaitu gangguan jiwa (UU No. 18
Tahun2014).
Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa kronik (Mirza,dkk,2015). Skizofrenia
merupakan gangguan mental dengan ciri utama gejala psikotik, dan gejala tersebut dapat
menyebabkan penderita sikzofrenia mengalami penurunan kualitas hidup, fungsi sosial, dan
pekerjaan. Hasil survey WorldHealt Organization (WHO 2013) menyatakan saat ini
diperkirakan sekitar 26juta orang di dunia akan mengalami skizofrenia. Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (2013) diperkirakan sekitar 400 ribu orang yang mengalami
skizofrenia (Riskesdas, 2013).
Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala negatif dan gejala positif. Gejala
negatif yaitu menarik diri, tidak ada atau kehilangan dorongan atau kehendak. Gejala positif
yaitu halusinasi, waham, pikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku yang aneh (Videbeck,
2008). Dari gejala tersebut, halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, lebih
dari 90% pasienskizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 2013).
Halusinasi merupakan terganggunya persepsi dari panca indera seseorang dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunialuar), dimana
klien memberi persepsi tentang lingkungan tanpa adanya suatu objek (Yosep, 2013).
Sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa yaitu halusinasi
dengar, 20% mengalami halusinasi penglihatan dan 10% mengalami halusinasi penghidu,
pengecap, perabaan. Halusinasi dapat mengancam dan menakutkan bagi klien walaupun klien
lebih jarang melaporkan halusinasi sebagai pengalaman yang menyenangkan. Mula - mula
klien merasakan halusinasi sebagai pengalaman nyata, tetapi kemudian dalam proses penyakit
tersebut, dia dapat mengakuinya sebagai halusinasi (Videbeck, 2008).
Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa sebab,
bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak

1
jelas, maka perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang
tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik
pada asuhan klien. Peran perawat dalam menangani halusinasi antara lain melakukan
penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan melatih keluarga
untuk merawat klien dengan halusinasi. Menurut Keliat (2007) Strategi pelaksanaan pada
klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan klienmenghardik
halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap denganorang lain saat halusinasi
muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untukmencegahhalusinasi (Afnuhazi, 2015).

B. RUMUSANMASALAH
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi di RS Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem ?

C. TUJUAN
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasidi RS Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Laporan Pendahuluan Halusinasi

A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam
Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi
yang tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera
tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu
yang nyata ada oleh klien.

B. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor yang
menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan
ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami

3
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin,
serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia
antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu
melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil
jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan
irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya
latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas
sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja,
stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,

4
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.

5
C. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda rentang
respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia 2015. Ini merupakan
persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan
perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun
stimulus tersebut tidak ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus
yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi
yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang
diterimanya,rentang respon tersebut sebagai berikut:
Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis  Kadang-  Waham


 Persepsi akurat kadang proses  Halusinasi
 Emosi pikir terganggu  Sulit berespons
konsisten (distorsi  Perilaku
dengan pikiran disorganisasi
pengalaman  Ilusi  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Menarik diri
 Hubungan  Reaksi emosi
sosial harmonis >/<
 Perilaku tidak
biasa
i. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %

6
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998) dalam
Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien

7
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat
Penglihatan membahayakan.

Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
Penciuman yang menakutkan seperti monster.

Membau bau-bau seperti bau


darah, urine, fases umumnya
baubau yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penciuman biasanya
Pengecapan sering akibat stroke, tumor, kejang
/ dernentia.

Perabaan Merasa mengecap rasa seperti rasa


darah, urine, fases.

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan


tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda
Sinestetik mati atau orang lain.

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


Kinestetik darah divera (arteri), pencernaan
makanan.

Merasakan pergerakan sementara


berdiri tanpa bergerak

E. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya Stuart
& Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi fase halusinasi dalam 4 fase
berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan
dirinya. Semakin berat fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan
makin dikendalikan oleh halusinasinya.
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien
1 2 3
Fase 1 : Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
Comforting- emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
ansietas tingkat kesepian, rasa bersalah, sesuai, menggerakkan
sedang, secara dan takut serta mencoba bibir tanpa
umum, halusinasi untuk berfokus pada menimbulkan suara,
bersifat penenangan pikiran untuk pergerakan mata yang
8
menyenangkan mengurangi cepat, respon verbal
ansietas. Individu mengetahui

9
bahwa pikiran dan yang lambat, diam
pengalaman sensori yang dan dipenuhi oleh
dialaminya tersebut dapat sesuatu yang
dikendalikan jika mengasyikkan.
ansietasnya bias diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem
Condemning- menjijikkan dan syaraf otonom yang
ansietas tingkat menakutkan, klien mulai menunjukkan ansietas,
berat, secara lepas kendali dan mungkin seperti peningkatan
umum, halusinasi mencoba untuk menjauhkan nadi, pernafasan, dan
menjadi dirinya dengan sumber yang tekanan darah;
menjijikkan dipersepsikan. Klien penyempitan
mungkin merasa malu karena kemampuan
pengalaman sensorinya dan konsentrasi, dipenuhi
menarik diri dari orang lain. dengan pengalaman
(Psikotik ringan) sensori dan kehilangan
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang
tingkat berat, halusinasi dan menyerah diberikan halusinasinya
pengalaman sensori pada halusinasi tersebut. Isi daripada menolaknya,
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, kesukaran berhubungan
dapat berupa permohonan. dengan orang lain,
Klien mungkin mengalarni rentang perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
halusinasi menjadi jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
lebih rumit, melebur perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
dalam halusinasinya berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
(Psikotik Berat) halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.
F. Penatalaksanaan Medis

10
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan keperawatan untuk
membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina hubungan saling
percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting dijalin sebelum
mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien harus difasilitasi untuk merasa
nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya agar informasi tentang halusinasi
yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara konprehensif. Untuk itu perawat harus
memperkenalkan diri, membuat kontrak asuhan dengan klien bahwa keberadaan
perawat adalah betul-betul untuk membantu klien. Perawat juga harus sabar,
memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat
menceritakan halusinasinya. Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien
walaupun pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi perawat.
Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan selanjutnya adalah
membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi halusinasi, waktu, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi, dan perasaan
klien saat halusinasi muncul). Setelah klien menyadari bahwa halusinasi yang
dialaminya adalah masalah yang harus diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih
bagaimana cara yang bisa dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses
ini dimulai dengan mengkaji pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa
usaha yang klien lakukan untuk mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan
efektifitas cara tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika
cara yang dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang bisa
dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :

1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien harus
berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien dilatih
untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk
dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi,
jelaskan cara- cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara pertama yaitu menghardik halusinasi:

11
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat ketidakseimbangan
neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu, klien perlu diberi
penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana
mengkonsumsi obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara
optimal. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam
pemberian obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang
mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan
dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal. Pengaruh
sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah
mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa
mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi
sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis), sekalipun klien
pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga
tentang cara penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis
begitu klien kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala – gejala lain yang biasanya
terdapat pada penderita skizofrenia, manik depresi, gangguan personalitas,
psikosa involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan intramuskuler. Dosis
permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga mencapai
300 mg perhari. Dosis ini dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat
dilakukan satu kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila
gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan
sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:

12
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma, keracunan
alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang hipersensitif terhadap
derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik, mulut
kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada wanita, hiperpireksia atau
hipopireksia, gejala ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk penderita non psikosa
dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena
depresi susunan syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan
perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali
menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la tourette pada anak
– anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15 mg untuk
keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg intramuskuler setiap 1 – 8
jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson, hipersensitif
terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, gejala
ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang jarang adalah nausea,
diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik. Efek
samping yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya
adalah bila klien memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul
kelemahan otot atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi
pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia.
Cara pemberian:

13
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah ( 12,5 mg )
diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan 25 mg dan
interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali suntikan, tergantung dari
respon klien. Bila pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya
peningkatan perlahan – lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap fluphenazine
atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala
– gejala sesuai dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ;
hentikan obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan
levarteronol hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008)dalam Pambayun
(2015).

3. Berinteraksi dengan orang lain.


Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya. Dengan
meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi
persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal
jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian
klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien
mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:

4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian. Kebanyakan


halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan
baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu
dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam
menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor
pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk
melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu
melaksanakan aktivitas terjadwal:

ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH
14
1. DS:
Pasien mengatakan sering mendengar Gangguan persepsi sensori:
bisikan suara saat ingin tidur dan halusinasi pendengaran
sholat, isi suara tersebut yaitu
menyuruh untuk sholat, suara tersebut
kadang muncul kadang tidak, suara
itu muncul lamanya biasa 5 detik
DO:
Klien saat interaksi kadang
ketawa sendiri dan sering mondar-
mandir,
kadang bicara sendiri.
2. DS:
Pasien mengatakan tidak suka Isolasi sosial : menarik diri
bergaul, di rumah pasien sering
melamun, berdiam diri dan tidak
mau bergaul dengan orang lain.
DO:
Kontak mata kurang saat diajak
berinteraksi

Pohon Masalah

Akibat
Resiko menyiderai diri, orang lain dan
Core (Masalah

Utama) Penyebab Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan persepsi sensori :
halusinasi
2. Isolasi social : menarik diri Isolasi sosial : menarik diri

15
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Dx Perencanaan
Tgl Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx Keperawatan
Gangguan TUM: Klien Setelah1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling
sensori dapat mengontrol menunjukkan tanda – percaya dengan
persepsi: halusinasi yang tanda percaya kepada menggunakan prinsip
halusinasi dialaminya perawat : komunikasi terapeutik
(lihat/dengar/p Tuk 1 : 1. Ekspresi wajah :
enghidu/raba/k Klien dapat bersahabat. a. Sapa klien dengan
ecap) membina 2. Menunjukkan rasa ramah baik verbal
hubungan saling senang. maupun non verbal
percaya 3. Ada kontak mata. b. Perkenalkan nama,
4. Mau berjabat tangan. nama panggilan dan
5. Mau menyebutkan tujuan perawat
nama. berkenalan
6. Mau menjawab salam. c. Tanyakan nama lengkap
7. Mau duduk dan nama panggilan
berdampingan dengan yang disukai klien
perawat. d. Buat kontrak yang jelas
8. Bersedia e. Tunjukkan sikap jujur
mengungkapkan dan menepati janji setiap
masalah yang kali interaksi
dihadapi. f. Tunjukan sikap empati
dan menerima apa
adanya
g. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien
h. Tanyakan perasaan
klien dan masalah yang
dihadapi klien
i. Dengarkan dengan
penuh perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : Setelah 1x interaksi klien 2.1. Adakan kontak sering
Klien dapat menyebutkan : dan singkat secara
mengenal 1. Isi bertahap
halusinasinya 2. Waktu 2.2. Observasi tingkah laku
3. Frekunsi klien terkait dengan
4. Situasi dan kondisi halusinasinya (*
yang menimbulkan dengar
halusinasi /lihat /penghidu /raba
/kecap), jika
menemukan klien yang
sedang halusinasi:
1. Tanyakan apakah
klien mengalami
sesuatu ( halusinasi
dengar/ lihat/
16
penghidu /raba/
kecap
)
2. Jika klien
menjawab ya,
tanyakan apa

17
yang sedang
dialaminya
3. Katakan bahwa
perawat percaya
klien mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (
dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
4. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal
yang sama.
5. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.3 Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien
:
1. Isi, waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam
atau sering dan
kadang – kadang )
2. Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
2. Setelah 1x interaksi 2.4Diskusikan dengan klien
klien menyatakan apa yang dirasakan jika
perasaan dan responnya terjadi halusinasi dan beri
saat mengalami kesempatan untuk
halusinasi : mengungkapkan
 Marah perasaannya.
 Takut 2.3. Diskusikan dengan
 Sedih klien apa yang
 Senang dilakukan untuk
 Cemas mengatasi perasaan
 Jengkel tersebut.
2.4. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien

18
menikmati
halusinasinya.

TUK 3 : 3.1. Setelah 1x interaksi 3.1. Identifikasi bersama


Klien dapat klien menyebutkan klien cara atau
mengontrol tindakan yang tindakan yang
halusinasinya biasanya dilakukan dilakukan jika terjadi
untuk mengendalikan halusinasi (tidur,
halusinasinya marah, menyibukan
3.2. Setelah 1x interaksi diri dll)
klien menyebutkan 3.2. Diskusikan cara
cara baru mengontrol yang digunakan
halusinasi klien,
 Jika cara yang
3.3. Setelah 1x interaksi digunakan adaptif
klien dapat memilih beri pujian.
dan memperagakan  Jika cara yang
cara mengatasi digunakan
halusinasi maladaptif
(dengar/lihat/penghidu/ diskusikan kerugian
raba/kecap ) cara tersebut
3.3. Diskusikan cara baru
3.4. Setelah 1x interaksi untuk memutus/
klien melaksanakan mengontrol timbulnya
cara yang telah halusinasi :
dipilih untuk j. Katakan pada diri
mengendalikan sendiri bahwa ini tidak
halusinasinya nyata ( “saya tidak
3.5. Setelah 1x pertemuan mau dengar/ lihat/
klien mengikuti penghidu/ raba /kecap
terapi aktivitas pada saat halusinasi
kelompok terjadi)
k. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggot
a keluarga) untuk
menceritakan tentang
halusinasinya.
l. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari
yang telah di susun.
m. Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa
jika sedang
berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan
dan latih untuk
mencobanya.

19
3.5 Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dipilih dan dilatih.
3.6. Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih , jika berhasil beri
pujian
3.7. Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas
kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi
TUK 4 : 4.1. Setelah 1x 4.1 Buat kontrak dengan
Klien dapat pertemuan keluarga, keluarga untuk
dukungan dari keluarga menyatakan pertemuan ( waktu,
keluarga dalam setuju untuk tempat dan topik )
mengontrol mengikuti pertemuan 4.2 Diskusikan dengan
halusinasinya dengan perawat keluarga ( pada saat
4.2. Setelah 1x interaksi pertemuan keluarga/
keluarga menyebutkan kunjungan rumah)
pengertian, tanda dan n. Pengertian halusinasi
gejala, proses o. Tanda dan gejala
terjadinya halusinasi halusinasi
dan tindakan untuk p. Proses terjadinya
mengendali kan halusinasi
halusinasi q. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
r. Obat- obatan
halusinasi
s. Cara merawat anggota
keluarga yang
halusinasi di rumah (
beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian
bersama, memantau
obat – obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi )
t. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah
sakit dan bagaimana
cara mencari bantuan
jika
halusinasi tidak tidak
dapat diatasi di
rumah

20
TUK 5 : 1.2 Setelah 1x interaksi 5.1 Diskusikan dengan klien
Klien dapat klien menyebutkan; tentang manfaat dan
memanfaatkan 2. Manfaat minum obat kerugian tidak minum
obat dengan baik 3. Kerugian tidak minum obat, nama , warna,
obat dosis, cara , efek terapi
4. Nama,warna,dosis, dan efek samping
efek terapi dan efek penggunan obat
samping obat
4.2 Setelah 1x interaksi
klien 5.2 Pantau klien
mendemontrasikan saat penggunaan
penggunaan obat obat
dgn benar 5.3 Beri pujian jika
4.3 Setelah 1x interaksi klien menggunakan
klien menyebutkan obat dengan benar
akibat berhenti minum 5.4 Diskusikan akibat
obat tanpa konsultasi berhenti minum obat
dokter tanpa konsultasi
dengan dokter
5.5 Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal – hal yang
tidak di
inginkan .

21
Isolasi Sosial TUM: Klien dapat
berinteraksi 1. Setelah1X interaksi 1.1.Bina hubungan saling
dengan orang lain klien menunjukkan tanda- percaya dengan:
tanda percaya kepada / • Beri salam setiap
TUK: terhadap perawat: berinteraksi.
1. Klien dapat o Wajah cerah, • Perkenalkan nama,
membina tersenyum nama panggilan perawat
hubungan saling o Mau berkenalan dan tujuan perawat
percaya o Ada kontak mata berkenalan
o Bersedia • Tanyakan dan panggil
menceritakan perasaan nama kesukaan klien
o Bersedia • Tunjukkan sikap jujur
mengungkapkan dan menepati janji
masalahnya setiap kali berinteraksi
o Bersedia • Tanyakan perasaan klien
mengungkapkan dan masalah yang
masalahnya dihadapi kllien
• Buat kontrak interaksi
yang jelas
• Dengarkan dengan
penuh perhatian ekspresi
perasaan klien

22
2. Klien mampu 2.Setelah 1 x interaksi 2.1 Tanyakan pada klien
menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang:
penyebab menarik minimal satu penyebab • Orang yang tinggal
diri menarik diri dari: serumah / teman
o diri sendiri sekamar klien
o orang lain • Orang yang paling dekat
o lingkungan dengan klien di rumah/
di ruang perawatan
• Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
• Orang yang tidak dekat
dengan klien di
rumah/di
3. Klien mampu 3. Setelah1x interaksi 3.1. Tanyakan pada klien
menyebutkan dengan klien dapat tentang :
keuntungan menyebutkan keuntungan • Manfaathubungan
berhubungan berhubungan sosial, sosial.
sosial dan misalnya • Kerugian menarik diri.
kerugian menarik o banyak teman 3.2. Diskusikan bersama
diri. o tidak kesepian klien tentang manfaat
o bisa diskusi berhubungan sosial dan
o saling menolong, kerugian menarik diri.
dan kerugian menarik diri, 3.3. Beri pujian terhadap
misalnya: kemampuan
o sendiri klien mengungkapkan
o kesepian perasaannya.
o tidak bisa diskusi
4.1 Observasi perilaku klien
4. Klien dapat 4. Setelah 1x interaksi saat berhubungan sosial
melaksanakan klien dapat melaksanakan .
hubungan hubungan sosial secara 4.2 Beri motivasi dan bantu
sosial secara bertahap dengan: klien untuk berkenalan /
bertahap o Perawat berkomunikasi dengan :
o Perawat lain • Perawat lain
o Klien lain • Klien lain
• Kelompok
23
24
6. Klien 6.1. Setelah 1X 6.1. Diskusikan pentingnya
mendapat pertemuan keluarga dapat peran serta keluarga
dukungan menjelaskan tentang : sebagai pendukung
keluarga oPengertian menarik diri untuk mengatasi prilaku
dalam oTanda dan gejala menarik menarik diri.
memperluas diri 6.2. Diskusikan potensi
hubungan oPenyebabdan akibat keluarga untuk
sosial menarik diri membantu klien
oCara merawat klien mengatasi perilaku
menarik diri menarik diri
6.3. Jelaskan pada keluarga
tentang :
• Pengertian menarik diri
• Tanda dan gejala
menarik diri
• Penyebab dan akibat
menarik diri
• Cara merawat klien
menarik diri
6.4. Latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri.

25
Implementasi Evaluasi
Data : S:
DS : Pasien mengatakan sering Pasien mengatakan mendengar suara atau
mendengar bisikan suara saat ingin bisikan yang isinya pasien disuruh untuk
tidur dan sholat, isi suara tersebut yaitu sholat. Pasien mendengar suara tersebut saat
menyuruh untuk sholat, suara tersebut ingin sholat dan tidur, suara tersebut bisa
kadang muncul kadang tidak, suara itu muncul sehari bisa 3 x dan lamanya -/+ 5
muncul lamanya biasa 5 detik. detik. Respon pasien untuk mengontrol
DO : Klien saat interaksi kadang halusinasinya dengan berkluyuran dan
ketawa sendiri dan sering berbicara sendiri.
mondar- mandir, kadang bicara Pasien mengatakan mau diajarkan
sendiri. mengontrol halusinasinya dengan cara
Tx : menghardik, dan prasaan pasien setelah di
1. Membina hubungan ajarkan sedikit lebih nyaman
saling percaya O:
2. Membantu klien untuk pasien tampak tenang, kontak mata sedikit
dalam mengenal menurun, bicara kurang jelas, pasien mau di
halusinasinya ( isi, situasi, ajak komunikasi, pasien tampak
frekuensi, durasi, dan mempraktikan cara mengontrol halusinasinya
respon) secara mandiri dengan baik
3. Membantu klien untuk A:
mengontrol halusinasinya Halusinasi dengar
dengan cara pertama yaitu P:
menghardik. Mengahardik setiap mendengar suara palsu.
RTL: Mengajarkan pasien untuk
menghardik suara palsu.
Membuat kontrak waktu
untuk pertemuan SP II

26
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruangan Rawat : anggrek/sibayak


Tanggal Dirawat : 30-09-2022

I. Identitas Klien
Inisial/nama : Tn. M
Tanggal pengkajian :06-10-2022
Umur :43 Tahun 3 Bulan 18 Hari
RM No. : 04.76.12
Informan : klien dan status pasien

II. Alasan Masuk :


Pasien datang marah-marah, meresahkan masyarakat, tifak bisa tidur, dan berbicara serta
tertawa sendiri.

III. Faktor Predisposisi


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa
lalu? (🗸) Ya (-) Tidak
2. Pengobatannya:
(-) Berhasil (-) Kurang Berhasil (-) Tidak Berhasil
3. Trauma: Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya Fisik (-) (-) (-) (-) (-) (-)


Aniaya seksual (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Penolakan (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Kekerasan dalam keluarga (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Tindakan Kriminal (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Jelaskan No.1,2,3 : klien sebelum nya pernah di rawat namun tidak rutin minum obat
sehinngga kembali di rawat.

27
4. Adakah anggota keluarga yang menggalami gangguan
jiwa : (-) Ya (🗸) Tidak
Hubungan keluarga : klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan
jiwa
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : klien mengatakan tidak ada
pengalaman masalalu yang menyenangkan

IV. Fisik
1. Tanda Vital :
TD : 116/59
mmHg N : 70 x/i
S : 36°C
RR : 20 x/i

2. Ukur :
TB: 158cm
BB: 50kg

3. Keluhan Fisik :□ Ya (🗸)


Tidak Jelaskan : tidak ada masalah

28
V. Psikososial
1. Genogram :

Jelaskan : klien anak ke dua dari 3 bersaudara dan memiliki 2 orang anak 1 laki laki
dan 1 perempuan
2. Konsep diri :
a. Gambaran Diri : klien menyukai semua anggota tubuh.
b. Identitas :klien merasa yakin terhadap kemapuaannya sendiri
c. Peran :klien berperan sebagai ayah bagi anak-anaknya.
d. Ideal Diri : klien ingin cepat sembuh dan pulang
e. Harga diri :klien merasa malu dengan ke adaannya, karena dia di rawat di
rumah sakit jiwa
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah

29
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien tidak
mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien mengatakan semenjak
sakit klien jadi merasa malu karena sakitnya
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial
4. Spritual :
a. Nilai dan keyakinan :klien beragama muslim
b. Kegiatan ibadah : klien tidak ada mengikuti kegiatan ibadah selama di
rawat di RSJ
Masalah Keperawatan : Defisit Spiritual

VI. Status Mental


1. Penampilan
(🗸) Tidak Rapi □ Penggunaan pakaian tidak sesuai
□ Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : klien tampak kurang rapi dan kuku nya terlihat kotor
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan:
🗌Cepat 🗌Keras □ Gagap □Inkoheren □Apatis □Lambat
□Membisu □ Tidakmampumemulaipembicaraan
Jelaskan :klien mampu menjawab pertnyaan perawat dengan lambat
namun masih dapat di pahami
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
3. Aktivitas Motorik
🗌Lesu □Tegang □Gelisah □Apatis
□Tik □Grimasen □Tremor □Komplusif
Jelaskan:klien tampak gelisah
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
4. Alam Perasaan:
□Sedih □Ketakutan □Putus Asa □Gembira berlebihan
🗌 Khawatir
Jelaskan :klien sudah mampu menerima keadaan nya saat ini.

30
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
5. Interaksi selama wawancara:
□Bermusuhan□Tidak Kooperatif □Mudah Tersinggung
□Kontak Mata Kurang □Defensif □Curiga
Jelaskan : klien koperatif saat di ajak wawancara
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
6. Persepsi
(🗸)Pendengaran□Penglihatan □Perabaan □Pengecapan□Penghirupan🗌
Penciuman
Jelaskan :klien tampak berbicara sendiri, klien mendengar suara suara seperti ada
yang berbisik di telinganya untuk membayar utang ketika dia sedang sendirian dan
merasakan ketakutan
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
7. Proses Berpikir
□Surkumstansial □Tangensial □Kehilangan asosiasi
□Flight of Ideals□Blocking□Pengulangan pembicaraanpersevarasi
Jelaskan: klien mampu menjawab apa yang di tanya dengan baik.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
8. Tingkat Kesadaran
□Binggung □Sedasi □Stupor
Disorientasi: □Waktu □Tempat □Orang
Jelaskan : klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengan wktu,
orang dan tempat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
9. Memori
□Gangguan Daya Ingat Jangka Panjang
□Gangguan Daya IngatJangka Pendek
🗌Gangguan Daya Saat Ini
□Konfabulasi
Jelaskan:klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang baru
terjadi.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
□Mudah Beralih □Tidak mampuBerkonsentrasi

31
□Tidak mampu BerhitungSederhana
Jelaskan: mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana tanpa bantuan orang
lain.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
11. Kemampuan Penilaian
□Gangguan Ringan □Gangguan Bermakna
Jelaskan: klien dapat membedakan hal yang baik dan buruk.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
12. Daya tilik Diri
□Mengingkari penyakit yang diderita
□Menyalahkan hal-haldi luar dirinya
Jelaskan: klien menyadari penyakitnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada

VII.Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Ya Tidak Ya Tidak
Makanan (🗸) □ Pakaian/berhias (🗸) □
BAB/BAK (🗸) □ Transportasi (🗸) □
Keamanan (🗸) □ Tempat Tinggal □ □
Perawatan kesehatan (🗸) □ Uang □ □
Jelaskan:klien mampu memenuhi kebutuhannya
2. Kegiatan hidup sehari – hari
a. Perawatan Diri
Bantuan Minimal Bantuan Total
Mandi(🗸) □
BAK/BAB (🗸) □
Kebersihan (🗸) (🗸)
Ganti Pakaian (🗸) □
Makanan 🗌 □
Jelaskan: klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari
b. Nutrisi
Ya Tidak
Apakah Anda puas dengan pola makan anda? (🗸) □

32
Apakah Anda makan memisahkan diri? □
(🗸) Frekuensi
makan/hari : 3kali
Frekuensi kudapan per/hari : 1 Kali
Nafsu makan : (🗸) Meningkat 🗌Menurun □Berlebih□Sedikit – sedikit
Berat Badan :
Diet Khusus :
Jelaskan:tidak ada masalah
c. Tidur
Ya Tidak
o Apakah ada masalah? □ (🗸)
o Apakah anda merasa segar setelah bangun tidur?(🗸) □
o Apakah ada kebiasaan tidur siang? 🗌 (🗸)
o Apa yang menolong anda untuk tidur ………………………….
o Waktu tidur malam, jam : 19.00, Waktu bangun, jam : 05.00

Beri Tanda🗸sesuai dengan keadaan klien :


Sulit untuk tidur □ Terbangun saat tidur □
Bangun terlalu pagi □ Gelisah saat tidur □
Somnabolisme □ Berbicara dalam tidur □
Jelaskan : tidak ada masalah

3. Kemampuan klien dalam hal :


Ya Tidak
 Mengantisipasi kebutuhan sendiri (🗸) □
 Membantu keputusan berdasarkan keinginan sendiri (🗸) □
 Mengatur pengunaan obat (🗸) □
 Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) (🗸) □
Jelaskan:klien mampu mmelakukan kegiatan

4. Klien memiliki sistem pendukung


Ya Tidak Ya Tidak
Keluarga (🗸) Teman Sejawat □ □
33
Profesionalisme/terapis □ Kelompok Sosial □ □
Jelaskan:klien mengatakan keluarga sangat mendukung untuk kesembuhan pasien

VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan


🗌 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada masalah

🗌 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : tidak ada masalah


(🗸) Masalah dengan pendidikan, spesifik : klien belum
menyelesaikan study S1
🗌 Masalah dengan pekerjaan, spesifik : tidak ada masalah
🗌 Masalah dengan perumahan, spesifik : klien suka marah marah dengan istri dan
anaknya karena tidak memiliki uang
(🗸) Masalah dengan ekonomi, spesifik : pendapatan ekonomi yang
menurun
(🗸) Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : klien pernah
mengidap penyakit TB dan memiliki riwayat DM
IX. Aspek Medik
Diagnosa Medik :
Skizofrenia Paranoia
Terapi Medik :
1. Lodomer injeksi S.pro injeksi/
2. Diphenhidramin injeksi 5mg/ml S.pro injeksi/
3. Risperidon 2 ml S 2 dd Tab I/
4. Klozapine 25 ml S 1 dd Tab I/
5. Trihexyphenidil 2 ml S 2dd Tab I/

Masalah Keperawatan
 Halusinasi Pendengaran
 Harga Diri Rendah
 Isolasi Sosial
 Defisit Perawatan Diri

34
A. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH KEPERAWATAN


1 DS : Halusinasi pendengaran
klien mengatakan mendengar suara-suara
bisikan.

DO :
Klien tampak berbicara dan senyum-
senynum sendiri.
TD : 116/59
mmHg HR : 70 x/i
RR : 20 x/i
T : 36°C
2 DS : Gangguan konsep diri : HDR
klien merasa tidak percaya diri, dan klien
merasa malu dan merasa dirinya tidak ada
gunanya bisanya hanya menyusahkan
keluarga saja.

DO :
klien tampak malu, dan menunduk.
3 DS : Gangguan isolasi sosial: menarik diri
1. Klien mengatakan malu dan males
berinteraksi dengan orang lain
2. Klien memilih memendam masalahnya
sendiri

DO :
Klien lebih sering menyendiri dan jarang
mengikuti kegiatan diruangan

4 DS: Defisit Perawatan Diri


Klien mengatakan mandi satu kali sehari

DO :
Klien tampak kurang rapi dan kuku nya
terlihat kotor

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi : halusinansi pendengaran


2. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Gangguan isolasi sosial: menarik diri
4. Gangguan : Defisit Perawatan Diri

35
C. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Gangguan persepsi Tujuan Sp 1 :
sensori halusinasi 1. Klien dapat membina hubungan saling 1. Identifikasi halusinasi: isi,
pendengaran percaya frekuensi, waktu terjadi,
2. Mengenal halusinasi dan mampu situasi pencetus, perasaan,
mengontrol halusinasi dengan respon
menghardik 2. Jelaskan cara mengontrol
3. Mengontrol halusinasi dengan enam halusinasi: hardik, obat,
benar minum obat bercakap-cakap, melakukan
4. Mengontrol halusinasi dengan kegiatan
bercakap- cakap 3. Latih cara
5. Mengontrol halusinasi dengan aktivitas mengontrol halusinasi
sehari-hari dg menghardik
Kriteria Hasil : 4. Masukan pada jadual
 Ekspresi wajah bersahabat, kegiatan untuk latihan
menunjukkan rasa senang, ada kontak menghardik
mata,mau berjabat tangan,mau
menyebutkan nama,mau menjawab Sp 2:
salam,klien mau duduk berdampingan 1. Evaluasi kegiatan
dengan perawat, mau mengutarakan menghardik. Beri pujian
masalah yang dihadapinya 2. Latih cara mengontrol
Klien dapat menyebutkan waktu,isi,dan halusinasi dengan obat
frekuensi timbulnya halusinasi (jelaskan 6 benar: jenis,
 Klien dapat mengungkapkan bagaimana guna, dosis, frekuensi, cara,
perasaannya terhadap halusinasi tersebut kontinuitas minum
obat)
 Klien dapat mendemonstrasikan cara 3. Masukkan pada jadual
menghardik/mengusir/tidak kegiatan untuk latihan
memedulikan halusinasinya menghardik dan minum obat
 Klien dapat mengikuti aktivitas
kelompok Sp 3:
 Klien dapat mendemostrasikan 1. Evaluasi kegiatan
latihan menghardik & obat.
kepatuhan minumobat untuk mencegah
Beri pujian
halusinasi 2. Latih cara mengontrol
halusinasi dg bercakap-cakap
saat terjadi halusinasi
3. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat
dan bercakap-cakap

Sp 4 :
1. Evaluasi kegiatan latihan
menghardik & obat &
bercakap-cakap. Beri pujian
36
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dg melakukan
kegiatan harian (mulai 2
kegiatan)
3. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan
kegiatan
harian
Harga Diri Rendah Tujuan Sp 1:
1. Klien dapat membina hubungan 1. Identifikasi kemampuan
saling percaya melakukan kegiatan dan
2. Klien menyebutkan aspek positif aspek positif pasien (buat
yang dimiliki klien daftar kegiatan)
3. Klien menyebutkan kemampuan positif 2. Bantu pasien menilai
yang dimiliki nya yang dapat kegiatan yang dapat dilakukan
dilaksanakan 4.Klien dapat merencanakan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang kegiatan) : buat daftar
dimilikinya kegiatan yang dapat dilakukan
5.Melatih klien sesuai dengan kegiatan saat
yang dipilih berdasarkan yang sudah ini
direncanakan 3. Bantu pasien memilih salah
Tujuan : satu kegiatan yang dapat
Keluarga Mampu : dilakukan saat ini untuk dilatih
1.Mengenal masalah harga diri rendah 4. Latih kegiatan yang dipilih
2.Mengambil keputusan unutuk merawat (alat dan cara melakukannya)
harga diri rendah 5. Masukan pada jadual
3.Merawat harga diri rendah kegiatan untuk latihan dua kali
4.Memodifikais lingkungan yang per hari
mendukung meningkatkan harga diri
pasien Sp 2:
5.Menilai perkembangan perubahan 1. Evaluasi kegiatan pertama
kemampuan pasien yang telah dilatih dan
Memanfaatkan fasilitas pelayanan berikan pujian
kesehatan 2. Bantu pasien memilih
kegiatan kedua yang
akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua
kedua (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan: dua
kegiatan masing2 dua kali per
hari

Sp 3:
1. Evaluasi kegiatan
pertama dan kedua yang
telah dilatih dan berikan
pujian
2. Bantu pasien memilih
37
kegiatan ketiga yang akan
dilatih

38
3. Latih kegiatan ketiga
(alat dan cara)
4. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan: tiga
kegiatan, masing-masing dua
kali per hari

Sp 4:
1. Evaluasi kegiatan
pertama, kedua, dan ketiga
yang telah dilatih dan
berikan
pujian
2. Bantu pasien memilih
kegiatan keempat yang
akan dilatih
3. Latih kegiatan keempat (alat
dan cara)
4. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan:
empat
kegiatan masing-masing dua
kali per hari
Isolasi sosial Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan Sp 1:
saling percaya 1. Identifikasi penyebab
2. Menyadari isolasis sosial isolasi sosial: siapa yang
yang dialaminya serumah, siapa yang dekat,
3. Berinteraksi secara bertahap yang tidak dekat, dan apa
dengan anggota keluarga dan sebabnya
lingkungan sekitarnya 2. Keuntungan punya
4. Berkomunikasi daat melakukan teman dan bercakap-cakap
kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial 3. Kerugian tidak punya
teman dan tidak bercakap-
cakap
Kriteria Hasil 4. Latih cara berkenalan
1.Menjelaskan penyebab pasien tidak mau dengan pasien dan perawat atau
berinteraksi dengan orang lain tamu
2.Menyebutkan keuntungan bergaul 5. Masukan pada jadual
dengan orang lain kegiatan untuk latihan
3. Menyebutkan kerugian tidak berkenalan
bergaul dengan orang lain
4. Memperagakan cara berkenalan dengan Sp 2 :
orang lain, perawat, keluarga dan 1. Evaluasi kegiatan
tetangga 5.Berkomunikasi dengan berkenalan (berapa orang).
keluarga saat melakukan kegiatan sehari- Beri pujian
hari 6.Berkomunikasi saat melakukan 2. Latih cara berbicara
kegiatan sosial saat melakukan kegiatan
7.Menyampaikan perasaan setelah harian (latih 2
interaksi dengan oranglain kegiatan)
8.Mempunyai jadwal bercakap-cakap 3. Masukkan pada jadual
39
dengan oranglain kegiatan untuk latihan
berkenalan 2- 3 orang pasien,
perawat dan tamu, berbicara
saat melakukan kegiatan harian

40
9.Merasakan manfaat latihan berinteraksi Sp 3:
dalam mengatasi isolasi sosial 1. Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan (berapa orang) &
bicara saat melakukan dua
kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian
(2 kegiatan
baru)
3. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
berkenalan 4-5 orang, berbicara
saat melakukan 4 kegiatan
harian

Sp 4:
1. Evaluasi kegiatan
latihan berkenalan, bicara
saat melakukan empat
kegiatan harian. Beri
pujian
2. Latih cara bicara sosial:
meminta sesuatu, menjawab
pertanyan
3. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
berkenalan >5 orang, orang
baru, berbicara saat
melakukan
kegiatan harian dan sosialisasi

41
Defisit perawatan Sp 1:
diri 1. Identifikasi masalah
perawatan diri: kebersihan
diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK
2. Jelaskan pentingnya
kebersihan diri
3. Jalaskan cara dan
alat kebersihan diri
4. Latih cara menjaga
kebersihan diri: mandi dan
ganti pakaian, sikat gigi, cuci
rambut, potong
kuku
5. Masukan pada jadual
kegiatan untuk latihan mandi,
sikat gigi (2 kali per hari), cuci
rambut (2 kali per minggu),
potong kuku (satu kali per
minggu)

Sp 2:

42
1. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri. Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat
untuk berdandan
3. Latih cara berdandan setelah
kebersihan diri: sisiran, rias
muka untuk perempuan; sisiran,
cukuran untuk pria
4. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk kebersihan
diri dan berdandan

Sp 3:
1. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri dan berdandan.
Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat
makan dan minum
3. Latih cara makan
dan minum yang baik
4. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
kebersihan diri, berdandan dan
makan & minum yang baik

Sp 4:
1. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri, berdandan,
makan & minum. Beri pujian
2. Jelaskan cara BAB dan BAK
yang baik
3. Latih BAB dan BAK
yang baik
4. Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
kebersihan diri,
berdandan, makan &
minum dan
BAB&BAK
D. IMPLEMENTASI

NO HARI / DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


TANGGAL
1 Selasa / 04 Gangguan SP1P S:
persepsi : 1.Mengidentifikasi halusinasi: isi, 1.Klien mengatakan
oktober 2022
halusinansi frekuensi, waktu terjadi, situasi sudah mampu
pendengaran pencetus, perasaan dan respon.
menghardik dengan cara
Hasil : Klien mengatakan
halusinasinya biasa terdengar dengan menutup telinga sambil
suara bisikan, suara tersebut datang mengatakan pergi pergi
saat klien sedang sendiri. Suara
43
bisikan
itu tidak jelas bunyinya 1-2 kali dan

44
klien menutup telinga lalu tidur untuk saya tidak mau
menghilangkan suara tersebut. dengar kamu suara
palsu.
2. Menjelaskan cara mengontrol O :
halusinasi: menghardik, meminum
1. Klien kooperatif,
obat, bercakap- cakap, dan melakukan
kegiatan. klien tampak menutup
Hasil : Klien mengerti apa yang di telinga saat menghardik
sampaikan halusinasi. Klien tampak
mudah beralih.
3. Melatih cara mengontrol A:
halusinasi denganmenghardik.
Halusinasi Pendengaran
Hasil : Klien mau berlatih mengontrol
halusinasi (+)
P:
4. Memasukkan dalam jadwal 1. Evaluasi SP1P
kegiatan untuk latihan menghardik. cara menghardik
Hasil : Klien setuju dan 2. SP2P : Ajarkan
memasukkannya di jadwal klien cara mengontrol
Harian
halusinasi dengan
minum obat
Rabu / 05 SP2P S:
1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1.Klien mengatakan
oktober 2022
menghardik. Beri pujian sudah mampu
Hasil : Klien mampu melakukan SP1P
menghardik halusinasi.
yaitu dengan cara menghardik
2.Klien mengatakan
2. Melatih cara mengontrol halusinasi saat halusinasinya mulai
dengan minum obat saat terjadi timbul, klien segera
halusinasi meminum obatnya.
Hasil : klien sudah mengkonsumsi O :
obatnya yang sudah diambil di Rumah 1.Klien tampak
sakit.
mampu mengontrol
3. Menjelaskan 6 benar : Jenis, guna, halusinasi dengan
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat
minum obat) Hasil:Klien mengatakan 6 benar.
obatnya ada 2 macam yaitu HLP 1,5 2.Klien tampak sudah
Mg(1-0-0), Clozapine 25 mg(0-0-1/2), mengkonsumsi obat
Klien meminum obat secarateratur dan dengan jenis obat
biasanya juga pasien lupa
HLP 1,5 Mg(1-0-0),
meminumnya sesekali
dan Clozapine 25
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan mg(0- 0-1/2),
untuk latihan menghardik dan minum A :
obat. Hasil :Klien setuju dan Halusinasi Pendengaran
memasukkannya ke jadwal harian (+)
P:
1.Evaluasi SP1,2P
cara mengontrol
45
haluinasi

46
2.Lanjutkan SP3P:
Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
dengan bercakap- cakap.

Kamis / 06 SP3P S:
1.Mengevaluasi kegiatan latihan 1.Klien mengatakan
oktober 2022
mengahardik dan minum obat. sudah mampu
Berikan pujian
mengontrol halusinasi.
Hasil : Klien mampu melakukan SP2P
yaitu dengan cara minum obat 2.Klien mencari teman
2.Melatih cara mengontrol halusinasi untuk bercakap-
dengan cara bercakap-cakap. cakap atau
Hasil: Klien mampu bercakap- cakap berbincang- bincang
dengan keluarganya dengan keluarganya di
3.Memasukkan pada jadwal kegiatan rumah O :
untuk latihan menghardik, minum
1. Tampak klien dapat
obat dan bercakap-cakap.
Hasil : Klien setuju mengontrol halusinasi
danmemasukkannya ke jadwal dengan benar.
harian 2. Klien nampak
bercakap-cakap dengan
saudaranya dan
dengan anggota
keluarganya yang
lain. A :
Halusinasi Pendengaran
(+)
P:
1.Evaluasi SP 1,2,3 P
cara mengontrol
halusinasi
2.Lanjutkan SP4 P:
Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
dengan melakukan
kegiatan harian

Jumat / 07 SP4P S:
1.Mengevaluasi kegiatan menghardik, 1.Klien mengatakan
oktober 2022
minum obat dan bercakap-cakap. sudah mampu
Berikan pujian
mengontrol halusinasi.
Hasil : Klien mampu melakukan SP3P
yaitu mengontrol halusinasi dengan 2.Klien mengatakan
bercakap-cakap dan melakukan dapat mengontrol
kegiatan harian.

47
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan
halusinasi dengan melakukan kegiatan melakukan kegiatan
harianHasil:Klien mampu melakukan harian
kegiatan harian yaitu dengan O:
merapikan tempat tidur dan menyapu
1. Klien tampak
3. Mengajarkan kegiatan harian (mulai sudah mampu
2 kegiatan) mengontrol halusinasi
Hasil : klien mau dan bersedia 2. Klien mampu
melakukan kegiatan harian melakukan kegiatan
yaitu merapikan tempat
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan
tidur dan membersihkan
untuk latihan menghardik, minum
obat, bercakap-cakap dan melakukan dengan menyapu
kegiatan harian Hasil : Klien setuju A:
dan memasukkannya ke jadwal harian Halusinasi Pendengaran
(+)
P : Evaluasi Sp1234 cara
mengontrol halusinasi
2 Selasa / 04 Gangguan konsep Sp 1 : S:
diri : HDR 1. Identifikasi beratnya masalah risiko  Klien menjawab
oktober 2022
bunuh diri: isarat, ancaman, salam dan
percobaan (jika percobaan segera mengatakan
rujuk) selamat
2. Identifikasi benda-benda pagi,menyebutkan
berbahaya dan mengankannya nama dan alamat
(lingkungan aman untuk pasien) O:
3. Latihan cara mengendalikan diri  Klien mau
dari dorongan bunuh diri: buat berjabat tangan
daftar aspek positif diri sendiri,  Klien mau
latihan afirmasi/berpikir aspek duduk
positif yang dimiliki berdampingan
4. Masukan pada jadual dengan perawat
latihan berpikir positif 5 kali  Klien mau
per hari mengutarakan
masalahnya
A : SP 1
tercapai Pp :
Lanjutkan SP 2
adakan kontrak waktu
pertemuan berikutnya.
Pk :
Anjurkan klien untuk
dapat menyapa perawat
jika bertemu dan
percaya jika perawat
akan membantu masalah
yang
dihadapi
48
49
Rabu / 05 Sp2: Sp2:
1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Evaluasi kegiatan
oktober 2022
dalam membimbing pasien keluarga dalam
melaksanakan kegiatan pertama membimbing pasien
yang dipilih dan dilatih pasien. Beri melaksanakan kegiatan
pujian pertama yang dipilih dan
2. Bersama keluarga melatih pasien dilatih pasien. Beri
dalam melakukan kegiatan kedua pujian
yang dipilihpasien 2. Bersama keluarga
3. Anjurkan membantu pasien melatih pasien dalam
sesuai jadual dan memberi pujian melakukan kegiatan
kedua yang
dipilihpasien
3. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dan
memberi pujian
Kamis / 06 Sp3: 1. Evaluasi kegiatan berpikir S:
positif tentang diri, keluarga dan  Klien mengatakan
oktober 2022
lingkungan. Beri pujian. Kaji cara penilaian
risiko bunuh diri positif tidak boleh
2. Diskusikan harapan dan masa depan berfikir jelek
3. Diskusikan cara mencapai terhadap orang
harapan dan masa depan lain,sopan santun
4. Latih cara-cara mencapai dan ramah yang
harapan dan masa depan secara diutamakan.
bertahap (setahap demi setahap) O:
5. Masukkan pada jadwal latihan  Klien dapat
berpikir positif tentang diri, keluarga mengungkapkan
dan lingkungan dan tahapan perasaannya
kegiatan yang dipilih A : SP 3 teratasi
sebagian P:
-lanjutkan SP 4
-Anjurkan klien untuk
mempertahankan
hubungan saling
percaya berinteraksi
secara
terarah.
Jumat / 07 Sp4: S:
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif  Klien mengatakan
oktober 2022
tentang diri, keluarga dan lingkungan perasaannya lebih
serta kegiatan yang dipilih. Beri baik dari hari
pujian kemarin.
2. Latih tahap kedua  Klien mengatakan
kegiatan mencapai masa masih mengingat
depan sp1 yaitu cara
3. Masukkan pada jadwal latihan berkenalan dengan
berpikir positif tentang diri, perawat yang lain.
keluarga dan lingkungan, serta  Klien mengatakan
kegiatan yang dipilih untuk mau kenalan
50
persiapan masa depan. dengan klien
yang lain.

51
O:
 Klien lebih
kooperatif dari
sebelumnya.
 Kontak mata ada
 Klien tidak bisa
fokus dengan
klien lain
karena lebih
terbiasa dengan
perawat.
A:
klien mampu mengulangi
sp1,2 dan 3
P:
-Evaluasi sp1,2 dan 3
-Ulangi tindakan
yang belum optimal.
3 Selasa / 04 Gangguan isolasi SP 1: S : klien merasa
sosial: menarik 1. Identifikasi halusinasi: isi, senang saat
oktober 2022
diri frekuensi, waktu terjadi, mau diajak
situasi pencetus, perasaan, berkenanlan dengan
respon orang lain.
2. Jelaskan cara mengontrol O : Klien mampu
halusinasi: hardik, obat, melakukan cara
bercakap- cakap, melakukan berkenanlan dengan
kegiatan satu orang
3. Latih cara mengontrol halusinasi A : Isolasi sosial
dg menghardik (+) P : klien
4. Masukan pada jadual berkenalan dengan
kegiatan untuk latihan satu denga teman
menghardik yang ada
di yayasan
pemenang jiwa

Rabu / 05 SP 2 : S:
1. Evaluasi kegiatan menghardik. klien mengatakan mau
oktober 2022
Beri pujian berkenalan dengan
2. Latih cara mengontrol halusinasi perawat M dan teman
dengan obat (jelaskan 6 benar: yang lain.
jenis,
guna, dosis, frekuensi, O:
cara, kontinuitas minum
52
obat)

53
3. Masukkan pada jadual kegiatan Klien mampu
untuk latihan menghardik dan melakukan cara
minum obat berkenanlan dengan satu
dan dua orang

A:
Isolasi sosial (+)

P:
klien berkenalan dengan
satu ruangan dikamarnya
dan memasukkan
dalamjadwal kegiatan
harian.
Kamis / 06 SP 3: S:
1. Evaluasi kegiatan klien mengatakan mau
oktober 2022
latihan menghardik & obat. berkenalan dengan
Beri pujian teman yang lain.
2. Latih cara mengontrol halusinasi
dg bercakap-cakap saat terjadi O:
halusinasi Klien mampu
3. Masukkan pada jadual kegiatan melakukan cara
untuk latihan menghardik, minum berkenanlan dengan dua
obat dan bercakap-cakap orang atau lebih

A:
Isolasi sosial (+)

P:
klien berkenalan dengan
satu ruangan
dikamarnya
dan memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian.
Jumat / 07 SP 4 : S:
1. Evaluasi kegiatan latihan klien merasa senang.
oktober 2022
menghardik & obat & bercakap-
cakap. Beri pujian O:
2. Latih cara mengontrol halusinasi Klien menggunakan obat
dg melakukan kegiatan harian (mulai dengan patuh
2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadual kegiatan A:
untuk latihan menghardik, minum Isolasi sosial (+)
obat, bercakap-cakap dan
kegiatan harian P:
melatih cara minum
obat secara teratur,

54
4 Selasa / 04 Defisit perawatan Sp 1: S : Klien mengatakan
1. Identifikasi masalah perawatan malas untuk menyisir
oktober 2022 diri
diri: kebersihan diri, berdandan, rambutnya, Klien
makan/minum, mengatakan malas
BAB/BAK untuk mencuci
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri rambutnya O :
Tampak rambut klien

55
3. Jalaskan cara dan alat kusut, tampak ada
kebersihan diri ketombe, klien mengerti
4. Latih cara menjaga kebersihan cara untuk mencuci
diri: mandi dan ganti pakaian, sikat rambut
gigi, cuci rambut, potong A: Klien dapat
kuku melakukan kegiatan
5. Masukan pada jadual kegiatan tetapi dengan
untuk latihan mandi, sikat gigi (2 bantuan P :
kali per hari), cuci rambut (2 kali per Optimalkan SP 1,
minggu), potong kuku (satu kali per lanjutkan SP 2
minggu)

Rabu / 05 Sp 2: S : Klien
1. Evaluasi kegiatan kebersihan mengatakan nyaman
oktober 2022
diri. Beri pujian dengan penampilan
2. Jelaskan cara dan alat saat ini
untuk berdandan O : Klien tampak masih
3. Latih cara berdandan setelah kusut, tampak klien
kebersihan diri: sisiran, rias muka sudah bercukur, tetapi
untuk perempuan; sisiran, dengan bantuan petugas
cukuran untuk pria A : Depisit perawatan
4. Masukkan pada jadual kegiatan diri : berhias diri masih
untuk kebersihan diri dan ada, Klien dapat
berdandan melakukan kegiatan
dengan bantuan
P : Optimalkan SP 2
dan lanjutkan SP 3
Kamis / 06 Sp 3: S : Klien mengatakan
1. Evaluasi kegiatan kebersihan sudah bisa
oktober 2022
diri dan berdandan. Beri pujian melakukan cara
2. Jelaskan cara dan alat makan makan yang baik dan
dan minum benar
3. Latih cara makan dan minum O : Klien tampak bisa
yang baik mempraktekk an cara
4. Masukkan pada jadual kegiatan makan yang baik dan
untuk latihan kebersihan diri, benar A : Klien mampu
berdandan dan makan & minum melakukan kegiatan
yang baik dengan baik tanpa
arahan
P : Optimalkan SP 3
dan lanjut SP 4
Jumat / 07 Sp 4: S : Klien mengatakan
1. Evaluasi kegiatan kebersihan mengetahui cara
oktober 2022
diri, berdandan, makan & minum. BAB/BAK yang benar
Beri pujian O : Klien tampak rapi
2. Jelaskan cara BAB dan BAK dan bersih, klien dapat
yang baik menyebutkan alat dan
3. Latih BAB dan BAK yang baik cara BAB/BAK yang
4. Masukkan pada jadual benar
kegiatan untuk latihan kebersihan A : Klien bisa melakukan
diri, kegiatan yang
56
berdandan, makan & minum dilatih denan baik
dan BAB&BAK

57
P : Optimalkan SP 4
dan evaluasi kembali SP
1, 2
dan 3

58
BAB III
PEMBAHASAN

Setelah selesai melakukan Asuhan Keperawatan Pada TN.M Dengan Gangguan


Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruangan anggrek / sibayak Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan. Disini penulis akan membahas kesenjangan yang
terdapat pada teoritis dengan tinjauan kasus. Pembahasan akan mencakup Pengkajian,
Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi kesehatan .tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai kebutuhan dengan kebutuhan individu.
Hasil pengkajian yang ditemukan pada klien bahwa klien dibawa ke RSJ Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Medan karena Klien Klien suka membawa benda – benda disekitarnya,
meresahkan warga, suka berbicara sendiri dan suka mengganggu orang lain. Pada saat
pengkajian ditemukan data subjektif : Pasien mengatakan mendengar bisikan yang
menyuruhnya untuk melakukan sesuatu. Data objektif : Klien tampak berbicara sendiri.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia terhadap status kesehatan atau resiko perubahan dari kelompok dimana perawat
secara accontabilitas dapat mengidentifikasi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurun, membatasi, dan berubah.
Setelah penulis melakukan pengkajian dan analisa data pada TN.M dapat ditemukan
masalah keperawatan yaitu :
1. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Gangguan konsep diri : HDR
3. Gangguan isolasi sosial
Berdasarkan diagnosis yang ada diteori peneliti menemukan kesenjangan bahwa tidak semua
diagnosis yang ada dalam teori muncul dalam kasus yang dialami klien diagnosis yang tidak
muncul pada klien adalah : Resiko perilaku kekerasan, Isolasi sosial.

59
C. Perencanaan Keperawatan
Pada praktik tindakan keperawatan dengan kasus gangguan persepsisensori halusinasi
pendengaran ditemukan pada beberapa bagian, seperti pada tujuan umumnya yang pada
teorinya terdapat lima tujuan seperti klien dapat membina hubungan saling percaya, klien
dapat mengenal halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya dan klien dapat
dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya dan klien dapat memanfaatkan obat
dengan baik.
Pada tindakan keperawatan intervensi pertama yaitu pasien dapat membina hubungan
saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan tujuan klien dapat
membina hubungan saling percaya dan pada intervensi ini telah dilakukan tindakan
keperawatan yaitu sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan
nama lengkap, nama panggilan, hobbi, tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi
pasien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien, buat kontrak yang jelas
mengenai topik, waktu pertemuan dan tempat pertemuan, beri perhatian kepada pasien dan
perhatikan kebutuhan dasar pasien.
Pada intervensi kedua yaitu bantu pasien mengenal halusinasi dengan mengetahui isi,
waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus dengan tujuan pasien dapat mengenali halusinasi
yang dialaminya. Pada intervensi kedua ini dilakukan tindakan keperawatan seperti tanyakan
apakah pasien saat sedang sendirian, atau sedang tidur pernah melihat atau mendengar
sesuatu, tanyakan isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi
pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang. Dan diskusikan dengan pasien apa
yang dirasakan jika terjadi halusinasi, diskusikan dengan pasien apa yang dilakukan untuk
mengatasi perasaan tersebut serta jelaskan tentang dampak yang akan dialami jika pasien
menikmati halusinasinya dan ikutkan pasien dalam terapi aktifitas kelompok persepsi sensori
halusinasi.
Pada intervensi ketiga yaitu mengidentifikasi bersama klien cara atau tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi. Intervensi ini memiliki tujuan agar pasien bisa dapat
mengontrol halusinasinya, tindakan keperawatan yang dilakukan seperti diskusikan cara baru
untuk memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi dengan cara menjelaskan cara
menghardik halusinasi, peragakan cara menghardik, minta pasien memperagakan ulang,
pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien dan memasukan intervensi ini
kejadwal kegiatan pasien dan ikutkan pasien dalam terapi aktifitas kelompok persepsi sensori
halusinasi.
Pada intervensi empat yaitu diskusikan dengan pasien tentangmanfaat dan kerugian
60
tidak minum obat. Dengan tujuan intervensi pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik,
tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu jelaskan pada pasien tentang nama obat, warna

61
obat, bentuk obat, cara minum obat, waktu minum obat, berapa kali sehari, kegunaan obat
dan efek samping obat dan jelaskan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi.
Setelah rencana dibuat selanjutnya dilakukan implementasi keperawatan yang
mengacu pada rencana tindakan yang telah dibuat. Perencanaan yang dibuat sesuai dengan
kesenjangan perencanaan antara teori dan kasus disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan
klien.
D. Implementasi
Adapun tindakan keperawatan yang dilaksanakan untukdiagnose pertama yaitu
melalui: SP dengan SP I beberapa di antaranya yaitu membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi jenis halusinasi klien, mengidentifikasi isi halusinasi klien, memberikan
waktu halusinasi klien, mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien, mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan klien
cara pertama menghardik halusinasi, menganjurkan klien untuk memasukkan cara
menghardik kedalam kegiatan harian dengan Assesment SP I masalah teratasi
SP II beberapa di antaranya yaitu membina hubungan saling percaya: salam
terapeutik, menanyakan kepada klien masih ingat tidak dengan perawat, menanyakan
perasaan klien saat ini, mengevaluasi kembali cara menghardik halusinasi, memberikan
pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum obat ( jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat) memasukan ke jadwal kegiatan harian klien dengan assessment SP
II masalah teratasi.
SP III yaitu menanyakan kembali pada klien apakah masih ingat nama perawat,
menanyakan perasaan klien, mengevaluasi kembali cara mengontrol halusinasi dengan cara
meghardik dan 6 benar minum obat, melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan teman, dilaksanakan satu kali interaksi dengan assisment menganjurkan klien
memasukkan kegiatan harian untuk mengendalikan halusinasi dengan assesment SP III
teratasi.
SP IV yaitu menanyakan kembali pada klien apakah masih ingat nama perawat
menanyakan perasaan klien, mengevaluasi kembali cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, 6 benar minum obat dan bercakap-cakap dengan teman kamar, dan melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan, memberikan pujian atas keberhasilan tindakan yang dilakukan
klien dan menganjurkan klien memasukkan aktivitas kedalam jadwal harian yang
dilaksanakan 1 kali interaksi assisment SP 4 masalah teratasi.
E. Evaluasi
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada TN.M dengan gangguan
62
sensori persepsi halusinasi pendengaran Di Ruangan anggrek / sibayak Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan dengan menerapkan strategi pelakasanaan dimana
implementasinya

63
yaitu melatih klien menghardik halusinasi, 6 benar minum obat, melatih bercakap-cakap
dengan orang lain dan melatih klien melakukan aktivitas sehari-hari.
Evaluasi dari strategi pelaksanaan pada TN.M berhasil dimana klien mengatakan
dapat mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, 6 benar minum obat, dengan
bercakap- cakap dan dengan melakukan kegiatan harian. Sehingga apabila implentasinya ini
diberikan secara terjadwal akan memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membantu pasien
untuk melatih mengontrol halusinasi dan kembali kerealitas hidupnya.
Proses keperawatan ini bertujuan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah pasien sehingga pasien dapat pulih dan kembali dimasyarakat.
Aktivitas dalam jadwal harian adalah aktivitas yang dilakukan oleh pasien setiap harinya
yang dilakukan terjadwal seperti kebersihan diri, membersihkan ruangan atau melakukan
perkerjaan dengan bekerja, bercakap-cakap dengan temannya dan minum obat.

64
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran pada kasus karya ilmiah akhir ini maka dapat disimpulkan:
1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2022 yang merupakan tahap awal dari
proses keperawatan. Hasil pengkajian didapatkan pada Tn.I data subjektifnya Klien
mengatakan mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya pada
dirinya seperti menyayat tangannya. Data objektifnya Klien tampak berbicara sendiri
2. Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada Tn.I yaitu gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn.I yaitu mengajarkan klien
pelaksanaan SP1-SP4 halusinasi untuk mengontrol halusinasi.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan pada Tn.I dengan halusinasi pendengaran telah disesuaikan
dengan intervensi yang dibuat penulis. Penulis melaksanakan SP1-SP4 yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, minum obat dengan 6 benar, bercakap-
cakap dan melakukan kegiatan harian.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.I yaitu klien dapat
menerapkan strategi pelaksanaan dalam hal tahu cara mengontrol halusinasi dengan
strategi pelaksanaan yang pertama yaitu tahu cara menghardik halusinasi, didukung
dengan tetap patuh mengkonsumsi obat secara benar dan tepat, bisa melakukan kontak
dengan keluarga atau orang lain dengan bercakap-cakap dan bisa dengan mengerjakan
aktivitas kegiatan harian.

65
B. Saran
Adapun saran pada kasus karya ilmiah akhir ini terkait dengan kasus gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut:
1. Bagi perawat atau tenaga medis yaitu agar tetap melakukan strategi pelaksanaan keluarga
pada pasien dan penderita gangguan persepsi sensori halusinasi, agar dapat sesering
mungkin melakukan kunjungan rumah untuk dapat mengontrol pasien dengan gangguan
jiwa yang ada Di Ruangan Mawar Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Medan
2. Bagi pengembang dan studi kasus selanjutnya yaitu agar dapat menggunakan hasil studi
kasus ini sebagai dasar pengembangan strategi-strategi lainnya, khususnya dalam
menangani pasien gangguan persepsi sensori halusinasi.
3. Bagi klien yaitu diharapkan untuk dapat terus berlatih dan mandiri dalam melakukan
strategi pelaksanaan untuk mengendalikan halusinasi terkhususnya minum obat
meskipun ada dan tanpa ada keluarga di rumah serta menerapkan strategi pelaksanaan
yang telah diberikan oleh penulis sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah dibuat
bersama.

66
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2010. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi I. Jakarta: EGC
Dalami, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Farida dan Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes, 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional
2018, badan peneliti & pengembangan Depkes RI. Jakarta.
Keliat, B.A Dkk, (2014). Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta : EGC
Manurung, S. 2011. Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media.
Muhit, A (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakara:
ANDI
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 3
Skizofrenia hal.137: Jogyakarta. MediAction.
Rahayu, D.R. 2016. Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Rasmun. 2009. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan; Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans
Info Media.
Trimeilia (2011) asuhan keperawatan klien Halusinasi Jakarta : Trans Info Media
Wawan dan Dewi. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati.2015.
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Yosep dan Sutini,
T. 2014.

67

Anda mungkin juga menyukai