PROPOSAL PENELITIAN
KERJASAMA
RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN
DENGAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT (LPPM) UNSYIAH
TAHUN 2016
2
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Kegiatan : Analisis Faktor Kepatuhan Petugas Dalam
Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada RSUD dr.
Zainoel Abidin 2016
Peneliti/Pelaksana
Nama Lengkap : Ns. Devi Yanti, S. Kep
NIP : 19770820 200312 2 007
Tempat Tugas : Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Anggota Peneliti (1)
Nama Lengkap : dr. Azzaki Abubakar, Sp.PD-KGEH
NIP : 19710729 200112 1 002
Tempat Tugas : Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Anggota Peneliti (2)
Nama Lengkap : Zahrul Fuadi, SKM, M.Kes
NIP : 19731222 199603 1 001
Tempat Tugas : Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Anggota Peneliti (3)
Nama Lengkap : Yenni Harianthy, S. Kep
NIP : 19820104 200504 2 001
Tempat Tugas : Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Anggota Peneliti (4)
Nama Lengkap : Ns. Rosa Galica Gita Gressia, S. Kep
NIK : 000 000 704
Tempat Tugas : Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Anggota Peneliti (5)
Nama Lengkap : dr. Shefina Pyeloni Harnold
NIK : 000 000 561
Tempat Tugas : Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Institusi Mitra (jika ada)
Nama Institusi Mitra :
Alamat :
Penanggung Jawab :
Tahun Pelaksana : Tahun 2016
Biaya Keseluruhan : Rp. 29.977.000,-
PROPOSAL PENELITIAN
Kategori : Tahun
: 2016
Instansi : Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Nama Ketua : Ns. Devi Yanti, S. Kep
I. KETERANGAN UMUM
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C Tujuan Penelitian........................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 36
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan khususnya pasal 165 : “Pengelola tempat kerja wajib melakukan
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di rumah sakit
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah
satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja
sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK) di rumah sakit dapat dihindari (Kemenkes RI tentang
standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit, 2010).
Secara global, WHO (2000) mencatat dari 35 juta pekerja kesehatan, 3 juta
terpajan pathogen darah (2 juta terpajan virus HBV; 0,9 juta terpajan virus
HBC dan 170.000 terpajan virus HIV/AIDS), lebih dari 90% terjadi di negara
berkembang dan 8-12% umumnya petugas rumah sakit sensitive terhadap
lateks. Selain itu ILO (2000) mencatat bahwa kematian akibat penyakit
menular yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi pada laki-laki dengan
jumlah kasus 108.256 dan perempuan 517.404 kasus.
Berdasarkan Kemenkes Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang
standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit mencatat bahwa gaya
berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20 kg. Keluhan subyektif
low back pain didapat pada 83.3% pekerja. Penderita terbanyak 30-49 : 63%
6
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan
psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada
manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Besarnya angka kecelakaan kerja di dunia yang dikutip dari berbagai
maka harus diselenggarakan pengendalian risiko berupa eliminasi, substitusi,
teknik, administratif dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Berbagai
upaya untuk mencegah kecelakaan kerja dan melindungi tenaga kesehatan
dengan penggunaan APD namun masih seringkali ditemukan tenaga kesehatan
yang tidak patuh dalam menggunakan APD. Menurut Sari (2012)
menyebutkan dalam penelitiannya bahwa 26,3 % tenaga kerja yang jarang
menggunakan APD pernah mengalami kecelakaan kerja saat bekerja. Hal ini
berarti kepatuhan dalam menggunakan APD juga memiliki hubungan untuk
terjadinya kecelakaan kerja.
Alat pelindung diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh
tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja (Barbara, 2001). Universal
precaution merupakan upaya pencegahan penularan penyakit dari tenaga
kesehatan dan sebaliknya, hal ini didasari penyebaran penyakit infeksius
melalui medium cairan tubuh dan darah. Pemakaian alat pelindung diri
merupakan upaya untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja yang
optimal. Kepatuhan penggunaan APD di rumah sakit dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, motivasi, keterbatasan alat, dan juga sikap dan
perilaku dari petugas rumah sakit itu sendiri.
Kepatuhan petugas tidak hanya bersumber dari motivasi individu itu
sendiri untuk menggunakan APD, keterbatasan jumlah alat pelindung diri
yang disediakan oleh rumah sakit juga bisa meningkatkan jumlah resiko
seorang tenaga kesehatan tertular oleh penyakit. Disamping dua faktor lainya,
sikap dan perilaku yang dimiliki oleh masing- masing individu juga akan
mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam penggunaan APD.
8
B. Rumusan Masalah
Bagaimana analisis faktor kepatuhan petugas dalam penggunaan alat
pelindung diri pada RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2016?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisis faktor kepatuhan petugas dalam
penggunaan alat pelindung diri pada RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor kepatuhan petugas radiologi dalam
penggunaan alat pelindung diri pada RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh 2016.
b. Untuk mengetahui faktor kepatuhan petugas laboratorium dalam
penggunaan alat pelindung diri pada RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh 2016.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pelindung tidak kedap air dan gaun pelindung kedap air, serta gaun
pelindung steril dan non-steril. Gaun pelindung steril digunakan oleh tim
bedah serta asistennya pada saat melakukan pembedahan (Dirjen P2MPL,
2010).
Gaun pelindung dipakai ketika, misalnya saat membersihkan luka,
melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase, mengganti pembalut,
membuang cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan/WC/toilet,
mengganti pembalut, menangani pasien dengan perdarahan massif,
melakukan tindakan bedah, dan tindakan lain yang mengindikasikan
terjadinya paparan terhadap darah/cairan tubuh dalam waktu yang lama
dan dalam jumlah yang banyak (Dirjen P2MPL, 2010).
Dalam memakai gaun bedah, teknik yang digunakan adalah teknik
tanpa singgung. Yaitu dengan mengusakan agar bagian luar gaun tidak
bersinggungan langsung dengan kulit tubuh pemakai. Gaun bedah dapat
dipakai sendiri oleh pemakai atau dipakaikan oleh orang lain.
5. Gaun Pelindung
Berdasarkan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, gaun pelindung
digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam
lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui droplet/airborne. Pemakaian gaun pelindung
terutama adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari
sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai
menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus mengenakan
gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk ,merawat pasien karena
ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi
atau ekskresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun
sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah
gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan
bagian yang potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah
berpindah organisme. Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat bekerja
18
4. Overall/
seragam
5. Apron kedap
air
6. Sepatu boot
8 Instalasi Petugas Pencucian Ruang 1. Baju Pedoman
laundry laundry linen pencucian pelindung/ manajemen linen di
infeksius seragam rumah sakit, Depkes
2. Apron (2004)
3. Sarung
tangan
4. Sepatu boot
9 IPSL Petugas Penanganan Teater 1. Sarung SK Direktur tentang
cleaning ruang operasi operasi tangan daftar area berisiko
service yang 2. Masker di RSUD dr. Zainoel
terepapar Abidin
cairan tubuh
10 Instalasi gizi Petugas gizi Persiapan Ruang 1. Seragam Pedoman pelayanan
dan persiapan 2. Apron gizi rumah sakit,
pengelolaan pengelolaan 3. Topi Kemenkes (2013)
makanan makanan 4. Pelindung
kaki yang
tidak licin
5. Sarung
tangan
plastik
D. Definisi Kepatuhan
Menurut Soraona (1993) Kepatuhan merupakan ketaatan atau
ketidaktaatan pada perintah, aturan dan disiplin. Perubahan sikap dan perilaku
individu dimuai dari tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian, internalisasi.
Sedangkan menurut Kelman (1985). Kepatuhan dimulai dari individu
mematuhi. Dimulai dari individu yang mematuhi anjuran tanpa kerelaan
karena takut hukuman atau sanksi. Tahap identifikasi adalah kepatuhan karena
merasa diawasi. Jadi pengukuran kepatuhan melalui identifikasi adalah
sementara dan kembali tidak patuh lagi bila sudah merasa tidak diawasi lagi.
Tahap internalisasi adalah tahap individu melakukan sesuatu karena
memahami makna, mengetahui pentingnya tindakan untuk penggunaan APD
secara rasional. Jadi kepatuhan dapat diukur dari individu yang mematuhi atau
23
Adapun langkah-langkahnya :
a. Eliminasi, yaitu menghilangkan sama sekali bahaya yang ada.
b. Substitusi, bila eliminasi tidak dapat dilakukan maka upaya yang
harus dilakukan adalah mengganti dengan sesuatu yang kurang
berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.
c. Pengendalian rekayasa, merupakan pilihan yang dilakukan setelah
substitusi dimana dengan memanfaatkan pengetahuan dibidang
rekayasan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko seperti
modifikasi alat dan ventilasi, pengamanan dan lain-lain.
d. Pengendalian administratif, resiko dapat dikurangi dengan
menerapkan prosedur dan institusi kerja seperti :
1) Membuat persyaratan terhadap pembelian obat
2) Mengurangi waktu pemaparan
3) Pengaturan shif kerja
e. Alat pelindung diri, merupakan tahap terakhir dari hirarki
pengendalian bila upaya lainnya tidak memenuhi tujuan
menghilangkan ataupun mengurangi resiko secara maksimal.
Kewajiban tenaga kerja dan pengusaha yang berkaitan dengan alat
pelindung diri diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja dimana terdapat pasal 9, 12 yaitu :
a. Pasal 9 ayat 1, menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan
menunjukkan dan menjelaskan pada tenaga kerja baru tentang alat-alat
pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
b. Pasal 9 ayat 2, menyebutkan bahwa pengurus hanya dapat
mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memenuhi syarat 3 diatas.
c. Pasal 12 sub C, menyebutkan bahwa dengan peraturan perundang-
undangan diatur kewajiban dan atau hak untuk memakai alat
pelindung diri yang diwajibkan.
d. Pasal 12 sub C, menyebutkan bahwa tenaga kerja berhak menyatakan
keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-syarat K3 serta alat-alat
32
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Faktor kepatuhan
petugas area berisiko
dalam menggunakan Kepatuhan petugas dalam
APD : menggunakan APD
1. Pengetahuan
2. Ketersediaan APD
3. Peraturan
B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana faktor kepatuhan petugas kesehatan dalam pemakaian alat
pelindung diri (APD) di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun
2016?
2. Bagaimana faktor kepatuhan petugas radiologi dalam penggunaan alat
pelindung diri pada RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2016.
3. Untuk mengetahui faktor kepatuhan petugas laboratorium dalam
penggunaan alat pelindung diri pada RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh 2016.
4. Untuk mengetahui faktor kepatuhan petugas farmasi dalam penggunaan
alat pelindung diri pada RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2016.
5. Untuk mengetahui faktor kepatuhan petugas di ruang perawatan isolasi
penyakit menular dalam penggunaan alat pelindung diri pada RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh 2016.
34
C. Definisi Operasional
Cara Skala
No Variable Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur
ukur ukur
1. Kepatuhan petugas Merupakan Alat yang Angket Lembar Ordinal Patuh
dalam penggunaan berfungsi untuk observasi
alat pelindung diri melindungi petugas dalam bentuk Tidak patuh
kesehatan dalam checklist
memberikan
pelayanan seperti
masker, sarung
tangan, gaun/appron,
pelindung
kepala/safety helmet,
sepatu pelindung,
penutup telinga, kaca
mata pelindung
ukur ukur
2 Faktor kepatuhan Merupakan faktor Angket Lembar Ordinal
petugas area yang mempengaruhi kuesioner
berisiko dalam perilaku petugas dengan skala
menggunakan APD dalam menggunakan dichotomous
APD yang terdiri dari choice
pengetahuan,
ketersediaan alat dan
peraturan.
a Pengetahuan Merupakan faktor Angket Lembar Ordinal Tinggi
yang berasal dari kuesioner
dalam diri individu dengan skala Rendah
dalam bentuk dichotomous
informasi yang choice
diketahui petugas
area berisiko tentang
alat pelindung diri
yang dapat
mempengaruhi
kepatuhan petugas
area berisiko.
b Ketersediaan Merupakan faktor Angket Lembar Ordinal Tersedia
APD pemungkin yang kuesioner
dapat mempengaruhi dengan skala Kurang
kepatuhan petugas dichotomous tersedia
area berisiko dalam choice
bentuk ketersediaan
alat pelindung diri
yang sesuai dengan
prosedur tindakan
pada masing-masing
area.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Sedangkan
desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang berarti setiap
subjek penelitian diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo,
2005, p. 145).
Daftar sampel area berisiko di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
D. Analisa Data
1. Univariat
Analisa univariat menggunakan metode statistik deskriptif untuk
masing-masing variabel penelitian. Analisis ini dilakukan terhadap tiap
variabel dari penelitian, umumnya analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentasi dari tiap variabel atau subvariabel. Untuk melihat
distribusi frekuensi antara variabel dependen dan variabel independen.
Untuk menilai keseluruhan jawaban responden maka akan ditetukan nilai
∑x
x= n
Keterangan :
x = nilai rata-rata
Σx = jumlah nilai dari data responden
n = sampel
Setelah diolah, selanjutnya data yang telah dimasukkan ke dalam
tabel distribusi frekuensi ditemukan presentase perolehan (P) untuk tiap-
tiap kategori dengan menggunakan rumus (Budiarto, 2002, p.37) yaitu:
fi
×100 %
= n
p
Keterangan:
P = Persentase
fi = Frekuensi Teramati
n = Jumlah Populasi
39
E. Jadwal Penelitian
Tabel rincian penjadwalan kegiatan survei kepatuhan petugas dalam pemakaian
Alat Pelindung Diri (APD) di RSUD dr. Zainoel Abidin :
Bulan
No Uraian Pekerjaan
Mei Juni Juli Agsts Sept
1. Persiapan Penelitian
2. Pengambilan Sampel
3. Analisa Data
4. Penyusunan Laporan
5. Publikasi Hasil Penelitian
6. Pengawasan
40
DAFTAR PUSTAKA
Elvia, Nova, 2013. Gambaran Pola Konsumsi Pangan dan Pola Penyakit Pada
Usia Lanjut Di Wilayah Kerja Puskesmas Tapaktuan Kecamatan
Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara