Anda di halaman 1dari 4

PPK-SMF/Bagian Penyakit Dalam RSUZA/FK Unsyiah Psikosomatik

SINDROM HIPERVENTILASI
NAMA SINDROM HIPERVENTILASI (ICD X : R06.4)
PENYAKIT

DEFINISI Hiperventilasi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi ventilasi


berlebihan yang mengakibatkan turunnya PaCO2. Ketika hiperventilasi
berlangsung lama (kronis) atau terjadi episode berulang dan berkaitan dengan
gejala somatik (respirasi, neurologis, intestinal) ataupun psikologis (ansietas),
maka kumpulan gejala ini dinamakan sindrom hiperventilasi.
ANAMNESIS Cari factor pencetus :
1. Fisiologis : setelah berolahraga, nyeri, dispnea, pireksia, efek progesteron
pada wanita hamil.
2. Organik : asma, pireksia, obat / alkohol, hipertiroid, gagal jantung,
emboli paru, hipertensi pulmonal, alveolitis fibrosa, gangguan metabolik
(contoh KAD),dll
3. Psikogenik : pura-pura, depresi / ansietas, gangguan panik, fobia, dll.

Gambaran klinis
1. Kesulitan bernafas intermitten yang bersifat episodik dan tidak berkaitan
dengan olahraga, meskipun dapat diperburuk dengan olahraga.
2. Dapat berkaitan dengan gejala alkalosis respiratorik, seperti kebas / mati
rasa (numbness), kesemutan pada daerah ekstremitas (tingling of the
extremities), perasaan ‘kiamat sudah dekat’, dan rasa melayang (light-
headedness), biasanya sampai hilang kesadaran (vasokonstriksi serebral
karena hipokapnea).
3. Sensasi tidak dapat bernafas dengan lega.
4. Tidak ada riwayat sugestif gangguan pernafasan sebelumnya, meskipun
terkadang juga dapat ada.
5. Riwayat stress dalam kehidupan pasien
6. Episode sebelumnya

1
PPK-SMF/Bagian Penyakit Dalam RSUZA/FK Unsyiah Psikosomatik

PENDEKATAN Untuk menegakkan diagnosis SH, pada dasarnya menggunakan kriteria


DIAGNOSIS diagnosis eksklusi namun tetap diperlukan pemeriksaan penunjang tambahan
lain, antara lain :
1. Tidak ditemukannya etiologi kardiak pada kesulitan bernafas
2. Tidak ditemukannya etiologi respirasi pada kesulitan bernafas (fungsi
paru normal, foto toraks paru normal, dan SaO2 normal dalam keadaan
istirahat maupun olahraga).
3. Pola nafas ireguler dalam keadaan istirahat maupun olahraga.
4. Tidak ada bukti adanya hipertensi pulmonal.
5. Tidak ada bukti yang cukup kuat untuk menegakkan emboli paru.
6. Tidak ada bukti hipertiroidisme
7. PaCO2 rendah, pH meningkat pada AGD (dan gradient A-a normal).
8. Tidak ditemukannya asidosis metabolik pada AGD (contoh : KAD)
9. Masalah psikologis yang belum sembuh, atau fobia sosial / agoraphobia.
PEMERIKSAAN Saturasi oksigen SaO2
PENUNJANG Hb, Ht, leukosit, ureum, kreatinin, gula darah, tes fungsi hati, urin lengkap,
Elisa, D-dimer.
Analisa gas darah (AGDA), K, Na, Ca
Foto toraks, EKG (interval QT memanjang, ST depresi atau elevasi, gelombang
T inverse), sesuai diagnosis banding
Hormon paratiroid
V/Q Scan, computed tomography pulmonary angiogram
Stress analyzer / heart rate variability untuk menilai vegetative imbalance.
DIAGNOSIS Sangat penting untuk menyingkirkan penyebab patologis yaitu :
BANDING 1. Penyakit paru interstitial dengan foto toraks normal  pertimbangkan
CT-scan.
2. Asma ringan dengan fungsi paru normal  pertimbangkan monitoring
Peak Expiratory Flow Rate (PEFR), provokasi olahraga, atau tes
provokasi bronkus.
3. Hipertensi pulmonal / penyakit tromboembolus  pertimbangkan
echocardiography atau CT pulmonary angiogram (CTPA).

2
PPK-SMF/Bagian Penyakit Dalam RSUZA/FK Unsyiah Psikosomatik

4. Hipertiroidisme
5. Asidosis yang tidak terduga : misal pada gagal ginjal, laktoasidosis,
ketoasidosis.
TATALAKSAN Non farmakologis :
A 1. Meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak berbahaya dan dapat
membaik seiring waktu berdasarkan sensasi nafas berlebihan yang
diperburuk dengan ansietas.
2. Fisioterapi untuk latihan pernafasan.
Farmakologis :
Anxiolitik jangka pendek (diazepam 2x2,5mg/hari).
Bila pasien gagal merespon, pikirkan penyakit yang menyertai.
KOMPLIKASI Sesuai dengan penyakit organik yang menyertai.
PROGNOSIS Baik pada serangan akut. Pada kasus kronik, 65% mengalami perbaikan, dan
26% keluhannya hilang dalam 7 tahun. Sindrom ini sangat jarang menyebabkan
kematian.
PENELAAH DIVISI PSIKOSOMATIK – DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM
KRITIS
REFERENSI 1. Mudjaddid E, putranto R, Shatri H. sindrom hiperventilasi. Dalam : Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 4th ed. Vol II. Jakarta: pusat penerbitan departemen ilmu
penyakit dalam FKUI. 2009; hal 2130-32.
2. McConville J, solway J, chapter 264: disorders of ventilation. In: longo,
fauci, kasper. Harrison’s principles of internal medicine 18 th edition. USA.
McGraw hill. 2011.
3. Malmberg L, tamminen K, sovijarvi A. orthostatic increase of respiratory
gas exchange in hyperventilation syndrome. Thorax 2000;55:295-301.
4. Cowley DS, Roy-bryne PP. hyperventilation and panic disorder. Am J Med
1987;83:929-37.
5. Gardner W. the pathophysiology of hyperventilation disorders. Chest
1996;109:516-534. DOI 10.1378/chest.109.2.516.
6. Chapman S, robinson G, straddling J, et al. chapter 29: hyperventilation

3
PPK-SMF/Bagian Penyakit Dalam RSUZA/FK Unsyiah Psikosomatik

syndrome. Oxford handbook of respiratory medicine. 2nd edition, oxford


university press. 2011.
7. Kern B. hyperventilation syndrome. Emedicine (serial online) last update
april 2012 (cited 2012, jun 2) available from : http://www.emedicine.com.
8. Meuret AE, Ritz T. hyperventilation in panic disorder and asthma: empirical
evidence and clinical strategies. Int j psychophysical. 2010
october;78(1):68-79.

Anda mungkin juga menyukai