Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN RSUD SRAGEN

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM)
RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

Disusun oleh:
Kelompok 557
Gita Puspaningrum G99162120 Yoesefina Sonia C.K. G99172161
Muhammad Maftuhul Afif G99162121 Henry Aldezzia P G99162135
Nabila Shaza G99172123 Made Vidyasti Laksita W G99172106
Naila Izzatus S G99162132 Alifis Sayandri Meiasyifa G99162129
Dwi Pratika Anjarwati G99172064 Yusuf Ryadi G99172020
Agnes Yessy P G99162134 Daniela Ratnani G99171055
Sotya Satmaka Adira G99172126 Raynalda Chriesmart D G99162123
Navaldi Aldin M G99172126 Asma Azizah G99162122
Lintang Daru Jati G99172126

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN KEDOKTERAN PENCEGAHANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO

Disusun Oleh:
Gita Puspaningrum G99162120 Yoesefina Sonia C.K. G99172161
Muhammad Maftuhul Afif G99162121 Henry Aldezzia P G99162135
Nabila Shaza G99172123 Made Vidyasti Laksita W G99172106
Naila Izzatus S G99162132 Alifis Sayandri Meiasyifa G99162129
Dwi Pratika Anjarwati G99172064 Yusuf Ryadi G99172020
Agnes Yessy P G99162134 Daniela Ratnani G99171055
Sotya Satmaka Adira G99172126 Raynalda Chriesmart D G99162123
Navaldi Aldin M G99172126 Asma Azizah G99162122
Lintang Daru Jati G99172126

Telah diteliti, disetujui, dan disahkan pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Agus Supriyanta, Sp. PD dr. Kinik Darsono, M.Pd.Ked


NIP 196508292005011002 NIP 197104152009031001

Kepala Bagian IKM FKUNS PLT. Direktur RSUD Dr Soehadi


Prijonegoro Sragen

Dr. dr. Eti Poncorini Pamungkasari, M.Pd dr. Didik Haryanto


NIP 19750311 200212 2 002 NIP 19650510 200012 1 002

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................... 4
B. Tujuan ............................................................................................... 4
C. Manfaat ............................................................................................. 5
D. Sumber Data.................................................................................... 5
BAB II. PROFIL RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO ....................... 6
A. Sejarah Singkat............................................................................... 6
B. Tujuan, Filosofi, Visi, Misi, Moto, Budaya Kerja ............... 7
C. Produk Pelayanan .......................................................................... 9
Tabel 2.1 Daftar Tempat Tidur Rawat Inap ................................... 11
Tabel 2.2 Sumber Daya Manusia ...................................................... 12
D. Sarana Pelayanan ........................................................................... 13
BAB III. ANALISIS DAN REFLEKSI PELAYANAN ............................... 14
1. Instalasi Gawat Darurat dan Penanggulangan Bencana ..... 14
2. Instalasi Rawat Jalan .................................................................... 16
3. Instalasi Perawatan Intensif (ICU/ICCU) ............................... 18
4. Instalasi Bedah Sentral ................................................................. 20
5. Instalasi Farmasi ............................................................................ 22
6. Instalasi Radiologi ......................................................................... 24
7. Instalasi Laboratorium ................................................................. 26
8. Instalasi Rekam Medik ................................................................ 28
9. Instalasi Pemeliharaan Sarana RS (IPSRS) ........................... 31
10. Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) ............................................ 33
11. Sistem Sanitasi Rumah Sakit ..................................................... 35
12. Instalasi Gizi ................................................................................... 37
13. Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif .. 39
14. Pemulasaraan Jenazah .................................................................. 41
12. Instalasi Rawat Inap ...................................................................... 43
BAB IV. PENUTUP.............................................................................. 45
A. Simpulan .............................................................................. 45
B. Saran .................................................................................... 46

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56 tahun
2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit dalam Bab 1 pasal 1, rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit pada sistem kesehatan nasional saat
ini adalah sangat penting dalam sistem rujukan, dengan klinik dan praktek sebgai
pusat layanan primer. Tanpa adanya rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang
mencukupi maka sistem rujukan dan manajemen pasien sesuai dengan fasilitas
akan sangat rumit.
Kegiatan dalam kepaniteraan klinik ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan
Kabupaten (DKK) Sragen, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soehadi
Prijonegoro, serta di Puskesmas Sragen sebagai pusat kesehatan primer (Primary
Health Care) dan kedokteran keluarga (Family Medicine). Di RSUD penulis
akan mempelajari manajemen, memahami tentang sistem kesehatan nasional serta
bagian terpenting dalam sistem kesehatan nasional, yaitu Rumah sakit bserta
sistem rujukan kesehatan.
B. Tujuan
1. Mengamati proses manajemen dan administrasi rumah sakit dan kondisi aktual
organisasi pelayanan kesehatan
2. Mengetahui dan memahami tentang sistem rujukan dan koordinasi antar sistem
kesehatan
3. Mengetahui sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang diterapakan di
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
4. Mengetahui sistem penanggulangan bencana dan audit medik.

4
5. Mengetahui sistem rekam medis yang diterapkan di RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen.
C. Manfaat
1. Mengetahui manajemen dan administrasi rumah sakit serta mengidentifikasi
dan menganalisis masalah aktual organisasi pelayanan kesehatan yang sedang
dihadapi.
2. Mengetahui dan memahami tentang sistem rujukan dan koordinasi antar sistem
kesehatan serta mengidentifikasi masalah yang ada berkaitan dengan sistem
tersebut.
3. Mengetahui sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang diterapkan di RSUD
dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
4. Mengetahui sistem penanggulangan bencana dan audit medik.
5. Mengetahui sistem rekam medis yang diterapkan di RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen.
D. Sumber Data
Data primer diperoleh dengan observasi pada tanggal 11 sampai 13 Juli 2018.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari salinan data kepegawaian dan rekam
medis tahun 2018.

5
BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
A. Sejarah Singkat

Gambar 2.1 RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen


Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soehadi Prijonegoro Sragen didirikan pada
tahun 1956 dan diresmikan pada tahun 1958, berlokasi di Jalan Raya Sukowati
No. 534 Sragen, menempati lahan seluas 38.730 m2 dengan luas bangunan
6.487,25 m2.
Hasil Penilaian dituangkan dalam Keputusan menteri Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor : HK.03.05/I/288/2011 Tanggal 20 Januari 2011 tentang
Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Sragen, bahwa Rumah Sakit Umum
Daerah Sragen ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas B.
Pada tanggal 20 sampai dengan 23 Juni 2011 telah dilaksanakan penilaian
Akreditasi 16 Pelayanan RSUD Sragen oleh Tim KARS Kementrian Kesehatan.
Dan berhasil mendapatkan Sertifikat dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit dengan

6
Nomor : KARS-SERT/16/VII/2011 tanggal 06 Juli 2011 dengan hasil penilaian
belum ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan. Status Akreditasi Lulus
Tingkat Lengkap.
Sebagai dasar penyelenggaraan Rumah Sakit dituangkan dalam Peraturan
Bupati Sragen Nomor 61 Tahun 2015 tentang Peraturan Internal (Hospital By
Laws) Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soehadi Prijonegoro. Pada tanggal 8
sampai dengan 11 Nopember 2016 telah dilaksanakan penilaian Akreditasi
Rumah Sakit oleh KARS dan berhasil mendapatkan sertifikat dari Komisi
Akreditasi Ruah Sakit dengan Nomor : KARS-SERT/468/VII/2016 dengan
Penilaian Lulus tingkat PARIPURNA.
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Sragen juga sudah melaksanakan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) sesuai dengan Keputusan Bupati Sragen Nomor
: 900/141.a/002/2009 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Sragen
sebagai Rumah Sakit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah secara penuh.
Berdasarkan Keputusan Bupati Sragen no 38 Tahun 2012, pada tanggal 16
Agustus 2012, RSUD Sragen resmi berganti nama menjadi RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen. Gedung baru meliputi gedung 3 lantai dan gedung 4 lantai.
Gedung 3 lantai terdiri dari lantai 1 untuk IGD, lantai 2 untuk bagian management
dan perkantoran, lantai 3 untuk diklat dan ruang pertemuan. Gedung 4 lantai
terdiri dari lantai 1 sebagai basement, lantai 2 untuk pelayanan rawat jalan dan
penunjang, lantai 3 untuk unit ibu dan anak kelas 3, dan yang terakhir lantai 4
untuk pelayanan rawat inap kelas 3 dan asrama residen.
B. Tujuan, Filosofi, Visi, Misi, Motto, Budaya Kerja, Paradigma Pelanggan,
Nilai Dasar dan Keyakinan Dasar
1. Tujuan
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
diselenggarakan dengan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai

7
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan
anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta
mempunyai fungsi sosial.
2. Visi
Menjadi pilihan utama masyarakat dalam pelayanan dan Pendidikan kesehatan.
3. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dan mengutamakan
keselamatan pelanggan.
b. Menerapkan pelayanan kesehatan sesuai dengan perkembangan
ilmupengetahuan dan teknologi, didukung Sumber Daya Manusia yang
profesional serta ramah lingkungan.
c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian yang
berkualitas, didukung Sumber Daya Manusia dan sarana prasarana yang
memadai.
d. Meningkatkan kemitraan dengan institusi pendidikan dan pihak terkait.
4. Motto
”BAKTIKU UNTUKMU”
5. Budaya Kerja
Budaya kerja yang dianut oleh RSUD dr. Soehadi Prijonegoro adalah
“TRAMPIL”
T = tulus, memberikan pelayanan yang sungguh-sungguh dari hati yang suci
dalam pengabdian;
R = ramah, bertutur bahasa dan berperilaku santun dalam pelayanan;
A = akurat, memberikan pelayanan dengan teliti, seksama, cermat dan tepat;
M = memuaskan, memberikan pelayanan sesuai harapan pelanggan internal
dan eksternal;
P = profesional, memberikan pelayanan sesuai kompetensi, standard dan kode
etik profesi;

8
I = indah dan bersih, senantiasa menjaga keindahan dan kebersihan lingkungan
kerja;
L = lancar dan tertib, dalam administrasi dan prosedur pelayanan.
C. Produk Pelayanan
Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Soehadi Prijonegoro meliputi:
1. Penyakit Dalam 10. Penyakit Jiwa
2. Penyakit Anak 11. Penyakit Mata
3. Pelayanan Bedah Umum 12. Penyakit Jantung
4. Pelayanan Obstetri dan 13. Penyakit Paru
Ginekologi 14. Gigi Spesialis
5. Radiologi 15. Penyakit Syaraf
6. Patologi Klinik 16. Penyakit Mata
7. Patologi Anatomi 17. Penyakit Kulit dan Kelamin
8. Penyakit THT 18. Bedah Urologi
9. Bedah Orthopedi 19. Bedah Onklogi

Instalasi
1. Instalasi Rawat Jalan 10. Instalasi Laboratorium
2. Instalasi Rawat Inap 11. Instalasi Perekam Medik dan
3. Instalasi Gawat Darurat Informasi Kesehatan
4. Instalasi Rawat Intensif ( 12. Instalasi Sanitasi
ICU/ICCU, NICU, PICU ) 13. Instalasi Sterilisasi Sentral
5. Instalasi Radiologi 14. Instalasi Pemeliharaan Sarana
6. Instalasi Bedah Sentral RS
7. Instalasi Rehabilitasi Medik 15. Instalasi Pemulasaraan
8. Instalasi Farmasi Jenazah
9. Instalasi Gizi

9
Pelayanan rawat jalan menyelenggarakan pelayanan, yaitu:
1. Spesialis Jantung dan 11. Spesialis Bedah Tulang
Pembuluh Darah 12. Spesialis Kesehatan Jiwa
2. Spesialis Obstetri dan 13. Spesialis Bedah Urologi
Ginekologi 14. Spesialis Gigi Prosthodonti
3. Spesialis Anak 15. Spesialis Bedah Onkologi
4. Spesialis Mata 16. Spesialis Rehabilitasi Medis
5. Spesialis Bedah 17. Klinik VCT
6. Spesialis Kulit dan Kelamin 18. Klinik Umum
7. Spesialis THT 19. Spesialis Radiologi
8. Spesialis Paru 20. Spesialis Patologi Anatomi
9. Spesialis Saraf 21. Spesialis Patologi Klinik
10. Spesialis Penyakit Dalam

10
Tabel 2.1. Daftar Tempat Tidur Rawat Inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Tahun 2016

No Ruang SVIP VIP Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah HCU Isolasi Total

1 Wijaya 14 9 23 23
Kusuma
2 Teratai 3 20 23 23

3 Tulip 4 21 25 25
4 Aster 3 16 19 19
5 Sakura 33 33 33
6 Mawar 15 23 38 3 3 44
7 Melati 62 62 3 65
8 Anggrek 4 6 10 20 2 22
9 ICU 8 1 9
10 ICCU 8 1 5
11 PICU 2 2
12 NICU 2 2
13 Cempaka 2 6 12 20 4 3 27
Subtotal 14 12 33 64 140 279 9 11 299
14 Perinatologi 20 20
Total 14 12 33 64 140 299 9 11 319

11
Tabel 2.2. Sumber Daya Manusia RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Menurut Jenis Tenaga Keadaan s.d Agustus 2017
No JENIS TENAGA STATUS KEPEGAWAIAN
PNS CPNS KONTRAK KONTRAK JML
(APBD) (BLUD)
I TENAGA MEDIS FUNGSIONAL
1 Dokter Umum 7 6 13
2 Dokter Gigi 0 1 1
3 Dokter Spesialis 35
a. Kandungan 5
b. Anak 3
c. Mata 1
d. Kulit&kelamin 0 1
e. THT-KL 0 1
f. Paru 2
g. Jantung 1
h. Penyakit dalam 3
i. Saraf 1 1
j. Bedah 3
k. Bedah Onko 1
l. Anestesi 2 1
m. Orthopaedi 1
&Traumatologi
n. Radiologi 1
o. Kesehatan Jiwa 2
p. Patologi Klinik 1
q. Urologi 1
r. Patologi Anatomik 1
4 Dokter Gigi Spesialis 2
- Prostodonsia 2
5 Magister Pendidikan 2 2
Kedokteran
II TENAGA NON MEDIS/ FUNGSIONAL
1 Apoteker 8 4 12
2 Psikolog 0 1 1
3 Paramedis
Keperawatan
- Perawat 168 2 106 276
- Perawat Gigi 2 2
- Bidan 11 27 38
4 Paramedis non keperawatan
- Asisten apoteker 15 1 9 25
- Analis Kesehatan 19 6 25

12
- Fisioterapi 7 3 10
- Ahli Gizi 5 4 9
- Radiografer 7 2 9
- Teknisi 5 2 7
Elektromedis
- Sanitarian 7 3 10
- Perekam medis 13 15 28
- Refraksi optisi 1 1
- Okupasi terapi 1 1 2
- Ortotik prostetik 1 1
- Terapi wicara 1 1 2
- Administrator 0 0
kesehatan
III TENAGA TEKNIS/ADMINISTRASI
Direksi 3
Ka. Bag/ Ka. Bid 6 6
Kasubag / Kasubid 15 15
Staf 87 5 88 180
Jumlah 420 0 6 283 711

D. Sarana Pelayanan
Sarana Peralatan Kedokteran Kesehatan telah dimiliki oleh RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen, antara lain :
1. USG color Doppler 13. Ventilator Neonatus
2. Echocardiography 14. Peralatan penunjang Patologi
3. Bronchoscopy Anatomi
4. Infant Warmer 15. Peralatan Bedah Urologi (TUR)
5. C-Arm 16. MRI
6. Radiodiagnostik 17. TMS (Transcacanial Micro
7. Imuno Analyzer System)
8. Blood Gas Analyzer 18. CT-scan
9. Treadmill Test 19. Pemulasaran Jenazah
10. CSSD 20. Hemodialisa
11. EEG (Rekam Otak) 21. Audiometrri
12. USG 4 Dimensi

13
BAB III
ANALISIS DAN REFLEKSI PELAYANAN
RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

1. Instalasi Gawat Darurat dan Penanggulangan Bencana


(Navaldi Aldin Muhammad — G99172126)
a. Kondisi
Instalasi Gawat Darurat (IGD) menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan
keperawatan gawat darurat, pembedahan darurat (minor) pasien yang datang
dengan gawat darurat medis serta tempat untuk pendidikan, pelatihan,dan juga
tempat untuk melaksanakan rujukan, baik intern maupun dengan instalasi
lainnya dan juga unit pelayanan kesehatan di luar Rumah Sakit. Tim
Penanggulangan Bencana juga dibentuk sebagai satu kesatuan dari tim IGD.
Pelayanan IGD 24 jam diampu oleh 13 dokter jaga umum on site, 31 spesialis
on call (di luar jam kerja), 19 perawat, dokter internship, dan mahasiswa-
mahasiswa pelatihan. Untuk menerima pasien, IGD menyediakan 12 bed, 10
bed di ruang rawat umum dan 2 bed di ruang rawat tindakan serta 9 brankar
untuk transportasi atau transfer pasien ke bangsal.

b. Permasalahan
1. Pasien menunggu cukup lama untuk pindah ke bangsal karena bangsal
penuh.
2. Penunggu pasien banyaknya lebih dari 2 orang sehingga IGD ramai serta
cenderung penuh yang mengakibatkan kurang kondusifnya suasana IGD.
3. Pasien yang masuk ketika bed IGD masih terisi penuh ditempatkan di
brankar kemudian berada di tengah-tengah IGD, sehingga kurangnya
privasi pasien dan cukup mengganggu mobilitas untuk pelayanan.

14
4. Sistem rujukan belum sepenuhnya sesuai prosedur, banyak pasien rujukan
datang tanpa menelepon terlebih dahulu sehingga kurang bisa
dipersiapkan dengan baik.

c. Solusi
1. Penyelesaian administrasi kepulangan dapat dipercepat dan bersikap lebih
tegas untuk menghindari merawat pasien terlalu lama bila telah ada
indikasi pulang.
2. Rumah sakit dapat mempertegas dan lebih menjalankan aturan di IGD
untuk 1 pasien dengan 1 penunggu saja agar suasana bisa lebih kondusif
dan pelayanan di IGD bisa lebih efektif.
3. Apabila penambahan bed IGD belum memungkinkan, maka dapat
dilakukan penambahan ruang/space yang diberi tirai.
4. Penyuluhan mengenai sistem rujukan ke FKTP yang ada lebih digiatkan,
menjelaskan risiko-risiko yang ada terkait sistem rujukan yang kurang
tepat.

d. Refleksi
Penulis mengamati bahwa pelayanan IGD RSUD dr. Soehadi
Pijonegoro Sragen sudah cukup baik. Pelayanan di IGD tidak terlepas dari
instalasi lain, seperti Instalasi Rawat Inap. Dalam hal ini, diperlukan kerjasama
antar instalasi untuk memanfaatkan fungsinya masing-masing dengan baik.
Kemudian dalam melaksanakan manajemen rumah sakit, penulis belajar
pentingnya untuk memikirkan kenyamanan pasien dan mobilitas petugas medis
dalam melaksanakan tugas. Selain itu, langkah-langkah antisipasi terkait
penuhnya IGD juga perlu diperhatikan. Penulis juga belajar bahwa sistem
rujukan belum sepenuhnya dipahami dengan benar baik oleh pasien maupun
FKTP, sehingga perlu sosialisasi lebih giat.

15
2. Instalasi Rawat Jalan
Henry Aldezzia — G99162008
Naila Izzatus S. — G99162008
a. Kondisi
Instalasi rawat jalan RSUD dr Soehadi Prijonegoro menyelenggarakan
pelayanan asuhan medis dan keperawatan bagi pasien rawat jalan, serta tempat
untuk pendidikan, pelatihan, dan penelitian, dan melaksanakan rujukan baik
internal maupun eksternal dengan instalasi lainnya dan juga dengan unit
pelayanan kesehatan lainnya.
b. Permasalahan
1. Pasien antri terlalu lama untuk pendaftaran di poli.
2. Masih banyak pasien yang masih belum mengetahui adanya pendaftaran
online, jika sudah mengetahui pun pasien belum mengerti caranya.
3. Petugas loket informasi yang bertugas memberi informasi dan mengecek
kelengkapan persyaratan pasien tidak selalu berada di tempat.
4. Ketidaklengkapan persyaratan administrasi pasien.
5. Pasien menunggu pemeriksaan terlalu lama karena rekam medis belum
diterima di ruang poli, walaupun sudah mendaftar secara online.
6. Pelayanan poli yang padat menjadi dipercepat karena jumlah pasien yang
banyak
7. Jumlah SDM penyedia pelayanan belum memadai
c. Solusi
1. Perlu diadakan sosialisasi yang menerangkan tentang cara melakukan
pendaftaran online yang dapat sangat membantu kelancaran proses
administrasi
2. Penambahan jumlah petugas administrasi pendaftaran
3. Penambahan ruang poli dan tenaga kerja di poli tersebut.
4. Penambahan jumlah dan peningkatan kualitas SDM distributor rekam medis

16
5. Petugas loket informasi yang bertugas memberi informasi dan mengecek
kelengkapan persyaratan pasien selalu berada di tempat.
d. Refleksi
Penulis berkesimpulan pelayanan rawat jalan RSUD dr. Soehadi Pijonegoro
Sragen sebenarnya sudah cukup teroganisir. Modernisasi dan pemakaian
teknologi akan sangat mempermudah dan mempercepat proses alur masuk
rawat jalan seperti pendaftaran online dan penggunaan rekam medis elektronik.
Penulis merasa bahwa dalam melaksanakan manajemen rumah sakit, penting
untuk memikirkan kenyamanan pasien dan mobilitas petugas medis dalam
melaksanakan tugas dimana penulis harus lebih belajar lagi tentang masalah
ini.

17
3. Instalasi Perawatan Intensif (ICU/ICCU)
(Gita Puspaningrum – G99162120)
a. Kondisi
Ruangan ICU RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen mempunyai kapasitas 7 bed
dengan ditambah dengan satu ruangan isolasi. Di ruangan ICU, terdapat ruangan
gudang dan penyimpanan alat medis yang belum terpisah dengan ruang
perawatan. Sementara itu, ruangan ICCU memiliki kapasitas 5 bed, ruangan
gudang, dan ruang penyimpanan alat medis.
b. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi di ruangan intensif (ICU/ICCU) di RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen adalah:
1. Keterbatasan alat kesehatan dan obat-obatan di ruangan intensif.
2. Terbatasnya jumlah bed di ruangan intensif.
3. Terdapat satu dokter penanggung jawab di ICU atau ICCU, namun belum
adanya dokter yang berjaga 24 jam di ruangan, terutama dokter jaga anestesi
dan jantung di ruangan intensif.
4. Tenaga kesehatan belum memiliki sertifikasi pelatihan instalasi rawat intensif.
5. Belum adanya ruangan terpisah dengan pendingin ruangan khusus untuk
penyimpanan obat.
c. Solusi
1. Perlu adanya penambahan sarana dan prasarana seperti monitor, infus pump,
syringe pump, dan lain-lain.
2. Ruangan ICU dan ICCU dapat diperluas supaya kapasitas bed dapat memadai
untuk jumlah pasien yang memerlukan ruangan intensif.
3. Kurangnya dokter yang berjaga 24 jam dapat diatasi dengan pihak rumah sakit
bekerja sama dengan fakultas kedokteran yang terdekat.
4. Tenaga kesehatan dapat diberi pelatihan instalasi rawat intensif secara
bergantian supaya tenaga kesehatan dapat sigap dalam menangani pasien.

18
5. Rumah sakit dapat memperluas ruangan dan memberikan ruangan tersendiri
untuk penyimpanan obat. Ruangan penyimpanan obat juga perlu diberikan
pendingin ruang supaya obat tidak cepat rusak.
d. Refleksi
Setelah penulis mengamati sistem instalasi rawat intensif, ruangan ICU dan
ICCU RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen cukup bagus dan lengkap.
Penulis menyadari dan mempelajari bahwa terdapat banyak komponen yang
dapat dipelajari dari ICU dan ICCU di rumah sakit ini, seperti perlunya dokter
anestesi yang berjaga 24 jam di ruangan intensif, perlunya tenaga kesehatan
yang bersertifikasi, dan sarana serta prasarana yang lengkap di ruang intensif.
Rumah sakit dapat bekerja sama secara lintas sektoral dalam memperluas
ruangan dan penambahan fasilitas supaya dapat menampung pasien yang
membutuhkan ruang intensif. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen telah
menanggulangi permasalahan kekurangan tenaga kesehatan, terutama dokter
jaga di ruangan intensif dengan cara bekerja sama dengan fakultas kedokteran.
Penyimpanan obat dan alat medis dipisahkan dengan ruang perawatan dengan
dibatasi tirai. Penulis berharap bahwa untuk kedepannya tenaga kesehatan
dapat ditambahkan dan diberi pelatihan supaya pelayanan dapat berjalan
dengan maksimal.

19
4. Instalasi Bedah Sentral
(Yusuf Ryadi — G99172020)
a. Kondisi
Instalasi bedah sentral merupakan tempat yang memiliki peranan yang sangat krusial
dalam pelayanan kesehatan rumah sakit dan harus dikelola sebaik-baiknya. IBS RS
Dr. Soehadi Prijonegoro (RSSP) memiliki 5 ruangan operasi dan 1 ruangan recovery
room, serta 1 ruangan operasi IGD. Sifat operasi yang ditangani oleh IBS RSSP yaitu
operasi elektif dan operasi emergency (24 jam dengan system on call). Tenaga kerja
pada IBS RSSP terdiri dari dokter spesialis (bedah umum, THT, obsgyn, bedah
urologi, bedah orthopedi, bedah onkologi, mata), perawat (asisten bedah dan perawat
anestesi), admin, farmasi, dan teknik elektromedik.

b. Permasalahan
1. Jadwal operasi elektif yang sudah disusun seefektif mungkin seringkali mundur
dari jadwalnya karena seringkali ada pasien IGD yang membutuhkan operasi
emergency/cito. Belum berfungsinya OK IGD mengakibatkan operasi emergency
yang seharusnya dikerjakan di OK IGD terpaksa dikerjakan di OK IBS, sehingga
jadwal operasi elektif mundur dari waktu yang sudah ditentukan. Dalam sehari
terjadwal sekitar 20 operasi elektif yang dibagi dalam 5 OK IBS dan 5 operasi
emergency/cito. Operator yang datang lebih dari waktu yang telah
ditentukan merupakan salah satu penyebab mundurnya jadwal operasi
elektif.
2. Tenaga kerja (SDM) yang masih kurang, masih dibutuhkan penambahan
perawat bedah dan perawat anestesi yang berpengalaman. Untuk
mengaktifkan OK IGD setidaknya membutuhkan tambahan 15 perawat
bedah dan 5 perawat anestesi
3. Proses pemindahan pasien dari bangsal, jalur yang ditempuh cukup
membutuhkan waktu karena sedang ada proses pembangunan dan juga pasien
yang berada di bangsal di lantai atas, menuju ke IBS membutuhkan waktu yang

20
cukup lama karena harus menunggu lift khusus pasien yang berjumlah sedikit
sehingga menyebabkan mundurnya jadwal operasi.
4. Kekurangan instrumen operasi terutama set bedah dasar (dimana idealnya per
bagian membutuhkan 4 set dasar), sehingga menunggu set bedah dasar yang
sedang disterilisasi (membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam).

c. Solusi
1. Mengaktifkan OK IGD untuk melayani operasi emergency/cito
2. Menghimbau operator untuk datang sesuai dengan waktu yang ditentukan.
3. Perlu penambahan perawat bedah maupun perawat anestesi untuk
memenuhi kebutuhan jadwal operasi yang padat.
4. Proses pemindahan pasien diatur lebih awal dari jadwal operasi untuk
menghindari mundurnya jadwal operasi karena pemindahan pasien yang
terlalu lama.
5. Perlu penambahan set bedah dasar sehingga tidak terjadi lagi kekurangan
set saat operasi

d. Refleksi
Penulis berkesimpulan secara keseluruhan Instalasi Bedah Sentral pada RSUD dr.
Soehadi Pijonegoro Sragen sudah berjalan dengan baik. Namun, ada beberapa
permasalahan yang muncul seringkali lebih dari satu faktor sehingga dibutuhkan
solusi yang efektif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kemudian, penting
dilakukan perbaikan dari segi jadwal operasi, penambahan SDM, instrumen operasi,
dan mengoptimalkan sarana prasarana yang telah tersedia untuk membuat kinerja
tenaga kesehatan Instalasi Bedah Sentral lebih baik.

21
5. Instalasi Farmasi
(Lintang Daru Jati — G99172103)
a. Kondisi
Instalasi Farmasi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro memiliki Pelayanan Farmasi
Rawat Jalan, Pelayanan Farmasi Rawat Inap, Pelayanan Farmasi IGD,
Pelayanan Farmasi IBS, Pelayanan Farmasi Sitostatika dan Gudang Farmasi.
Pengadaan obat dilakukan lewat E-Katalog atau melalui lelang. Ketersediaan
obat dapat diakses secara komputerisasi. Peresepan obat masih dengan resep
tertulis yang didasarkan pada ketentuan Formularium Nasional. Untuk obat-
obatan tertentu yang membutuhkan perhatian khusus (misalnya sitostatika),
diberikan stiker “cek 2x (cek dua kali)” dan dalam penyimpanannya di sekitar
rak diberi stiker merah untuk mengingatkan petugas untuk berhati-hati.

b. Permasalahan
Permasalahan yang terjadi adalah:
1. Kurangnya sumber daya manusia terutama tenaga apoteker yang tidak
sebanding dengan kapasitas tempat tidur rawat inap, jumlah kegiatan farmasi
yang dilakukan, jumlah permintaan obat per hari, dan volume sediaan farmasi
yang ada sehingga pelayanan menjadi kurang maksimal
2. Peresepan masih menggunakan resep tertulis sehingga memungkinkan
terjadinya kesalahan pada pemberian obat.
3. Kurang lengkapnya informasi mengenai penggunaan sediaan farmasi,
sehingga menyulitkan pada proses pengendalian persediaan sediaan farmasi
4. Keterlambatan masuknya resep dari instalasi rawat jalan ke instalasi farmasi
rawat jalan, sehingga memperlama waktu pelayanan farmasi. Resep dari
rawat jalan juga sering tertunda sehingga terjadi penumpukan resep di saat-
saat tertentu

22
5. Belum tersedianya fasilitas laboratorium farmasi yang berguna dalam
pelayanan farmasi klinik antara lain PTO (Pemantauan Terapi Obat), PKOD
(Pemantauan Kadar Obat dalam Darah)

c. Solusi
1. Menambah sumber daya manusia terutama tenaga apoteker sehingga
pelayanan farmasi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro menjadi maksimal
2. Perlunya metode peresepan elektronik untuk meminimalisir kesalahan dalam
pemberian obat dan mempercepat waktu pelayanan farmasi.
3. Perlu adanya sistem pelacakan penggunaan sediaan farmasi dan kesadaran
dari tenaga kesehatan lain untuk mencatat sediaan farmasi yang dipakai.
4. Perlu adanya peningkatan efisiensi waktu pelayanan pasien di instalasi rawat
jalan sehingga tidak terjadi keterlambatan waktu pemberian resep.
5. Perlu adanya fasilitas laboratorium farmasi sehingga instalasi farmasi dapat
memberikan pelayanan farmasi klinik secara penuh.

d. Refleksi
Dari permasalahan yang ditemukan penulis, penting untuk mempelajari
bagaimana sistem peresepan di rumah sakit, menyadari pentingnya disiplin
waktu sehingga tidak menunda pelayanan lain, penyimpanan obat-obatan yang
baik dan benar, perlunya double check untuk obat-obatan tertentu.

23
6. Instalasi Radiologi
(Dwi Pratika Anjarwati — G99172064)
a. Kondisi
Instalasi Radiologi RSUD Soehadi Prijonegoro saat ini dilengkapi dengan 3
alat X- ray, 1 alat CT-Scan, 2 alat USG, 1 alat mamografi, 1 alat MRI (rusak),
1 alat dental X-Ray/panoramic (rusak), dan C-Arm. Terdapat 1 radiolog, 1
petugas administrasi, 9 radiografer, 3 radiografer dengan kualifikasi D4 dan 6
radiografer D3, serta 1 perawat. Pelayanan yang dilayani untuk X-Ray ± 40
pemeriksaan setiap harinya, CT-Scan ±10 pemeriksaan setiap harinya, dan
USG ±10 pemeriksaan setiap harinya.

b. Permasalahan
1. Hanya terdapat 1 radiolog.
2. Dalam pelayanan BPJS sering terjadi kesalahan antara permintaan
pemeriksaan radiologi dengan dokumen klaim BPJS sehingga klaim
sering dikembalikan.
3. Pengambilan foto tanpa disertai bukti pengambilan.
4. Alat MRI dan dental X-ray rusak, dan aturan teknis pemeriksaan
mamografi belum ada.

c. Solusi
1. Dilakukan penambahan radiolog. Jika belum memungkinkan, bisa
diajukan permohonan mendatangkan WKDS radiologi atau kerjasama
untuk mendatangkan residen radiologi sehingga bisa membantu radiolog.
2. Dilakukan pengecekan ulang ketika mengajukan klaim BPJS sehingga
antara pemeriksaan radiologi dengan dokumen klaim sesuai.
3. Setelah melakukan foto, diberikan secarik kertas bukti pengambilan yang
harus diserahkan jika ingin mengambil hasil foto.

24
4. Perbaikan alat MRI dan dental X-ray serta pembuatan aturan teknis
pemeriksaan mamografi sehingga alat bisa segera digunakan.

d. Refleksi
1. Penulis belajar bahwa keberjalanan pelayanan terhadap pasien tidak hanya
ditentukan oleh ketersediaan tenaga kesehatan dan alat pemeriksaan,
namun juga tata aturan dan manajemen yang baik.
2. Penulis belajar bahwa kualitas pelayanan kepada pasien adalah yang
utama, namun kepatuhan terhadap standar operasional prosedur dan tata
aturan tidak boleh diabaikan.

25
7. Instalasi Laboratorium
(Asma Azizah — G99162122)
a. Kondisi
Instalasi Laboratorium di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, Sragen merupakan
instalasi yang melakukan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik. Instalasi ini
terbagi menjadi Laboratorium Rawat Jalan dan Rawat Inap dengan total
tenaga kerja sebanyak 22 orang yang terdiri dari 20 orang analis kesehatan
serta 2 orang petugas administrasi. Instalasi Laboratorium RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro menggunakan LIS (Laboratory Information System) dalam
memproses sampel mulai dari tahap pre-analitik, analitik, dan pasca-analitik
di dalam laboratorium.
b. Permasalahan
1. Ditemukan adanya petugas yang tidak memakai masker sebagai alat
pelindung diri di dalam ruang pemeriksaan sampel.
2. Identitas yang ditulis di tabung sampel menggunakan tulisan tangan. Hal
ini dapat menimbulkan kesalahan identifikasi tulisan. Selain itu identitas
yang tertulis hanya berupa nama yang beresiko sampel tertukar dengan
pasien yang memiliki kesamaan nama.
3. Pengambilan sampel pemeriksaan dilakukan oleh petugas laboratorium
yang menyebabkan petugas laboratorum harus keliling bangsal setiap jam
8 dan jam 2 siang.
c. Solusi
1. Meningkatkan budaya saling mengingatkan di kalangan petugas
laboratorium agar tertib dan disiplin dalam menggunakan APD.
2. Sebelum melakukan pengambilan sampel, sebaiknya tabung sampel
langsung ditempel barcode pasien yang sudah berisikan identitas berupa
nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medik untuk mengurangi risiko
tertukar.

26
3. Pengambilan sampel dilakukan oleh petugas bangsal (perawat) dan
diantarkan ke laboratorium sehingga petugas laboratorium fokus
menyelesaikan pekerjaannya di dalam laboratorium.
d. Refleksi
Penulis berkesimpulan Instalasi Laboratorium RSUD dr. Soehadi
Pijonegoro Sragen sudah cukup baik, dan sesuai SOP. Penulis belajar
bahwa untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, diperlukan
budaya saling mengingatkan antar petugas agar sikap profesional dapat
terjaga dan terus ditingkatkan.

27
7. Instalasi Rekam Medis
(Daniela Ratnani — G99172055)
a. Kondisi
Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro (RSSP) terletak di
lantai satu (bagian filling) dan lantai dua (administrasi dan tempat pendaftaran
pasien). Alur perjalanan rekam medis dimulai dari tempat pendaftaran pasien
kemudian bagian filling (pencarian berkas), kemudian distribusi berkas, setelah
berkas lengkap diserahkan ke bagian administrasi rekam medis untuk
dilakukan assembly (coding,index, pelporan), kemudian berkas dikembalikan
pada bagian filling. Sumber daya manusia di instalasi rekam medis berjumlah
34 orang.

b. Permasalahan
1. Rekam medis pasien rawat jalan atau rawat inap seringkali belum
dikembalikan ke Instalasi Rekam Medis, padahal seharusnya rekam medis
kembali ke bagian filling dalam 1x24 jam setelah pasien pulang. Hal ini
menyulitkan tenaga kerja filling untuk mencari berkas rekam medis,
tenaga filling harus mencari berkas rekam medis di bagian lain. Sehingga
tenaga yang tetap tinggal di bagian filling jumlahnya berkurang.
2. Kode ICD yang dituliskan oleh dokter pada lembar rekam medis
seringkali berbeda dengan kode yang dituliskan pada berkas pelaporan
BPJS Kesehatan, Selain itu, terkadang dokter tidak menuliskan kode atau
tulisan tidak dapat terbaca. Sehingga proses pelaporan ke BPJS
Kesehatan membutuhkan waktu yang lebih lama.
3. Karena sistem rekam medis di RSSP masih menggunakan rekam medis
konvensional (menggunakan kertas), apabila berkas rekam medis semakin
tebal membutuhkan penambahan ruang penyimpanan rekam medis dan
lemari penyimpanan berkas rekam medis.

28
c. Solusi
1. Penambahan program dalam SIMRS, sehingga dalam SIMRS tidak
hanya terlihat apakah rekam medis sudah masuk dalam filling atau
belum, tetapi terlihat rekam medis sudah sampai di bagian mana. Di
dalam SIMRS dibuat checklist keberadaan berkas rekam medis, hal ini
memudahkan bagian filling untuk mencari berkas.
2. Untuk mengatasi penulisan kode kami usulkan diselesaikan dengan
regulasi tambahan. Dimana pasien tidak akan bisa menuju ke tahap
selanjutnya (pengambilan obat) apabila berkas rekam medis belum
lengkap. Untuk mengatasi permasalahan penulisan yang sulit terbaca
dapat diatasi dengan penulisan data pasien terintegrasi seperti
electronic Medical Record Indonesia yang sederhana atau dengan
penambahan kode ICD di rekam medis sehingga DPJP hanya perlu
mencentang.
3. Untuk mengatasi berkas rekam medis yang tertinggal di poli/bangsal
kami usulkan regulasi dimana dokter dan perawat yang bertanggung
jawab belum dapat absen pulang sebelum rekam medis diberikan ke
bagian administrasi.
4. Untuk mengatasi berkas rekam medis yang memerlukan ruang lebih
besar, apabila pembuatan sistem eMRI belum selesai, setiap dua tahun
berkas dipindahkan dalam file integrasi sederhana.
d. Refleksi
Selama mengobservasi keadaan di Instalasi Rekam Medis RSSP, kami melihat
seringkali waktu terbuang untuk mencari keberadaan berkas rekam medis
padahal pasien sudah menunggu di poli. Kami berharap sistem eMRI yang
sedang dikerjakan dapat segera selesai sehingga pekerjaan akan lebih efektif
dan efisien. Selain mengatasi permasalahan pencarian file, eMRI dapat
mengatasi permasalahan penulisan berkas laporan BPJS Kesehatan. Namun,
kami juga menyadari selain teknologi yang baik juga diperlukan kerjasama dan

29
koordinasi yang baik antar bagian sehingga terselenggara pelayanan kesehatan
yang prima.

30
9. Instalasi Pemeliharaan Sarana & Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)
(M.Afif — G99162121)
a. Kondisi
IPSRS RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen terdiri dari beberapa bagian yaitu
elektromedik, non-elektromedik, sarana, prasarana, dan administrasi. Tim
IPSRS total berumlah 13 orang yang terbagi kedalam bagian-bagian tersebut.
Penulis khususnya melakukan penelitian dan menemukan permasalahan terkait
bagian elektromedik, yang beranggotakan dua orang. Pekerjaan utama dari
bagian IPSRS adalah perawatan dan perbaikan. Pada bagian elektromedik
berarti melakukan perawatan dan perbaikan peralatan elektromedik, seperti
peralatan EKG, monitor, hingga peralatan anestesi, baik yang terhubung
dengan jaringan listrik maupun non-listrik.

b. Permasalahan
Tim elektromedik IPSRS terdiri dari dua orang, sehingga pembagian tugas dan
job description nya menuntut alur kerja yang efektif secara waktu dan biaya
karena berbagai cakupan kerja yang , seperti data pemeliharaan, pemantauan
fungsi, kalibrasi, serta perbaikan alat elektromedik. Birokrasi yang kurang
efektif menghambat rantai pengadaan suatu barang hingga sampai ke RS,
seperti menunggu waktu procurement dan akses terhadap sebuah suku cadang
membutuhkan waktu yang tidak sedikit, waktu yang lebih lama dibutuhkan
untuk pengadaan sebuah barang baru, walaupun user dari alat yang dibutuhkan
tersebut meminta untuk pengadaan barang segera. Yang menjadi alternatif saat
ini adalah terjadi substitusi barang dari unit lain dan kanibalisasi alat yang telah
rusak untuk perbaikan sebuah unit yang lebih baru.

31
Gambar. Alur kerja bagian elektromedik IPSRS

c. Solusi
1. Pengadaan stok spare part yang sedia saat dibutuhkan, dengan
mempertimbangkan cost-of-use sebuah alat sehingga pengadaan sparepart
dibuat berkala sebagai bagian dari anggaran perawatan. Atau cara yang
lebih mudah adalah untuk memotong jalur birokrasi, dengan bagian
IPSRS dapat diberi kewenangan untuk pengadaan suku cadang secara
langsung tanpa melewati bagian keuangan, dengan batas nominal yang
dapat diatur dalam Peraturan Direktur Rumah Sakit.
d. Refleksi
Penulis mempelajari bahwa sistem IPSRS yang baik dan efisien merupakan
bagian yang sangat penting dalam sistem operasional sebuah rumah sakit.
Ketika kinerja IPSRS berjalan dengan baik, pengadaan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana di RS akan berjalan dengan lancar, sehingga sistem-
sistem lain pun akan berjalan dengan lancar..

32
10. Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD)
(Sotya Satmaka Adira — G99172015)
a. Kondisi
Central Sterile Supply Department (CSSD) atau disebut Instalasi Pusat
Sterilisasi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, Sragen merupakan instalasi yang
menangani sterilisasi instrumen, linen, sarung tangan, kasa dan pembalut.
CSSD memiliki total tenaga kerja sebesar 10 orang, yaitu 1 orang kepala, 4
orang petugas sterilisasi dan 5 orang tenaga laundry. Peralatan sterilisasi
meliputi mesin steam 600lt 1 buah; mesin desinfektan washer 1 buah; mesin
ethylene oxide/plasma 1 buah dan autoclave 2 buah.
b. Permasalahan
1. Ditemukan adanya retakan tembok bagian ruangan penyimpanan alat habis
pakai.
2. Tenaga kerja (SDM) yang kurang pada bagian sterilisasi. Ada 4 proses
sterilisasi, masing-masing diisi minimal oleh 2 orang, namun masih diisi 1
orang pada tiap proses.
3. Ketersediaan stok alat operasi yang terbatas, yang menyebabkan alat operasi
yang belum selesai disterilisasi sudah diperlukan lagi untuk keperluan
operasi.
4. Waktu sterilisasi yang kurang efisien yaitu sekitar satu jam pada setiap set
alat dikarenakan keterbatasan jumlah alat sterilisasi.
5. Jarangnya pengecekan ulang kelayakan alat atau kalibrasi alat
c. Solusi
1. Melaporkan adanya kerusakan sebagian bangunan agar perbaikan segera
dimulai.
2. Penambahan jumlah (SDM) petugas sterilisasi
3. Penambahan stok alat-alat operasi
4. Penambahan alat sterilisasi

33
5. Pembuatan jadwal dan pelaksanaan cek kelayakan dan kalibrasi ulang yang
rutin.
d. Refleksi
Penulis berkesimpulan pelayanan sterilisasi CSSD RSUD dr. Soehadi
Pijonegoro Sragen sudah cukup baik, dan sesuai SOP. Perbaikan kerusakan
bangunan diharapkan sesegera mungkin supaya mencegah resiko kecelakaan
kerja pada tenaga kerja di bagian CSSD. Penambahan SDM, stok alat-alat
operasi dan alat sterilisasi, dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja CSSD
menjadi lebih efektif, efisien dan lebih maksimal.

34
11. Sistem Sanitasi Rumah Sakit
(Yosefina Sonia Christya Kartika – G99172161)
a. Kondisi
Instalasi sanitasi bertanggungjawab dalam penyediaan air bersih,
pengelolaan lingkungan dan pengelolaan limbah rumah sakit. Penyediaan air
bersih menggunakan Water Treatment Plant (WTP) menggunakan air dari
sumur bawah tanah. Pengelolaan lingkungan rumah sakit meliputi kebersihan,
koordinasi cleaning service (CS), pengendalian vektor, dan pengadaan hand
rub dan alat-alat kebersihan. Untuk sterilisasi ruangan digunakan klorin. Dari
segi SDM, jumlah CS maupun sekretariat dari instalasi sanitasi sudah cukup.
Pengendalian vektor ditangani oleh pihak ketiga secara on call setiap
bulannya. Alat-alat sanitasi masih berfungsi dengan baik. Pengelolaan limbah
meliputi pengelolaan limbah medis (limbah B3) dan non-medis. Pengelolaan
limbah medis padat dilakukan dengan dibakar (dengan incinerator) dibantu
oleh PT. Arah Environmental Indonesia. Limbah medis cair terlebih dulu
diperiksa kandungannya untuk mengetahui pengaruhnya terhadap lingkungan
sebelum melalui Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Biofilter. Limbah
non-medis dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH).
b. Permasalahan
1) Kontrol alat-alat yang menjadi tanggung jawab instalasi sanitasi; antara
lain pompa air, pHmeter, termometer, dan luxmeter; tidak dilakukan
secara rutin dan apabila ada kerusakkan baru akan diketahui bila ada
pelaporan pada saat alat digunakan.
2) Terjadi overload limbah medis karena limbah yang tidak diambil.

c. Solusi
1) Perlu dilakukannya kontrol atau perawatan alat-alat secara rutin sehingga
apabila ada alat yang perlu diperbaiki atau diganti tidak dilakukan secara
mendadak.

35
2) Sudah bekerjasama dengan PT. Arah Environmental Indonesia dan limbah
yang overload akan diambil segera di bulan ini (Juli 2018)
d. Refleksi
Menurut penulis, sistem sanitasi rumah sakit di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
sudah berjalan dengan cukup baik. Penulis menyadari pentingnya menjalin dan
menjaga kerjasama yang baik dengan pihak ketiga atau pihak luar rumah sakit
yang sangat menentukan kelancaran kerja dari instalasi. Penulis juga
menyadari pentingnya kontrol rutin dari peralatan yang digunakan agar kondisi
alat tidak menjadi hambatan untuk instalasi sanitasi dalam melaksanakan
tanggung jawabnya.

36
Instalansi gizi

( Made Vidyasti Laksita Wijaya – G99172106 )

a. Kondisi
Instalansi gizi RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen terdiri dari 4 bidang
yaitu pelayanan asuhan gizi rawat jalan, pelayanan asuhan gizi ranap
inap, penyelenggaraan makanan, dan penelitian dan pengembangan gizi
terapan. Asuhan gizi rawat jalan menyediakan konsultasi gizi bagi pasien
rawat jalan yang membutuhkan konsultasi gizi. Asuhan gizi rawat inap
bertugas memberikan asuhan gizi untuk pasien selama dirawat inap.
Bidang penyelenggaraan makanan bertanggungjawab dalam produksi dan
pengolahan makanan. Tim penyelenggaraan makanan berjumlah 5 orang
yang terdiri dari 3 orang sebagai pengolah makanan (juru masak), 1 orang
sebagai penyaji makanan dan 1 orang sebagai pencuci. Penelitian dan
pengembangan gizi terapan menyediakan wadah untuk melaksanakan
kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan gizi.
b. Permasalahan
Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh instalansi gizi
RSUD Soehadi Prijonegoro, antara lain :
1) Sumber daya manusia baik ahli gizi maupun pegawai yang kurang
memadai. Kurangnya ahli gizi mengakibatkan pemberian asuhan gizi
hanya dapat diberikan kepada beberapa pasien dengan diet khusus
sehingga tidak semua pasien yang dirawat inap mendapatkan asuhan
gizi. Sementara, jumlah pegawai yang kurang menyebabkan pegawai
harus mengerjakan pekerjaan yang bukan tanggungjawabnya untuk
membantu proses penyelenggaraan makanan secara tepat waktu.
2) Sarana prasarana yang belum lengkap. Terdapat beberapa saranan
prasarana yang belum tersedia di poli gizi dan terdapat beberapa
peralatan pada penyelenggaraan makanan yang masih bersifat

37
tradisional sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
proses penyelenggaraan makanan.
3) Permasalahn pada klinik gizi, yaitu kurangnya koordinasi dengan poli
lain terkait konsultasi masalah gizi bagi pasien rawat jalan yang
membutuhkan konsultasi gizi.

c. Solusi
1) Penambahan jumlah tenaga ahli gizi maupun pegawai sehingga
seluruh pasien yang memerlukan diet khusus mendapatkan asuhan gizi
yang diperlukan serta dapat mengevaluasi dan monitoring asupan gizi
pasien dengan baik serta para pegawai dapat bekerja sesuai dengan
kewajibannya.
2) Mengajukan pengadaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
menunjang kualitas pelayanan di klinik gizi maupun di bidang
pengolahan makanan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan
serta menghemat waktu dan tenaga yang diperlukan.
3) Melakukan koordinasi antara klinik gizi dengan poli lain terkait
konsultasi gizi sehingga pasien yang membutuhkan konsultasi gizi
dapat dikonsultasikan dengan ahli gizi.
d. Refleksi

Penulis melihat bahwa pelayanan instalansi gizi di RSUD Soehadi


Prijonegoro cukup baik meskipun terdapat beberapa permasalahan seperti
sumber daya manusia yang kurang memadai, sarana prasarana yang kurang
lengkap dan koordinasi yang kurang. Penulis menyadari bahwa pentingnya
kerjasama dan koordinasi antar tim yang didukung oleh tersedianya fasilitas
yang memadai untuk menciptakan pelayanan yang maksimal.

38
12. Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
(Alifis Sayandri Meiasyifa – G99162129)
a. Kondisi
Pelayanan PONEK RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen sudah terpisah dari
pelayanan IGD sejak keluarnya SK tahun 2016, yang kemudian menjadikan
RSUD Soehadi Prijonegoro sebagai RS PONEK. Pelayanan persalinan, kasus
gawat darurat, perawatan intensif ibu dan bayi, dan pelayanan asuhan antenatal
risiko tinggi sudah berjalan cukup baik. PONEK memiliki 9 bidan terdiri dari 1
orang PNS dan 8 orang BLUD. Dokter spesialis anak dan spesialis kandungan
hanya bertugas on call. PONEK memiliki 3 tempat tidur untuk partus, 1 tempat
tidur untuk ginekologi, dan 1 tempat tidur untuk obeservasi.

b. Permasalahan
1. Sistem rujukan belum berjalan sesuai dengan standar operasional prosedur
(SOP). Masih seringnya pasien yang dirujuk ke PONEK datang tanpa
konfirmasi.
2. Kurangnya tenaga dokter umum khusus PONEK. Apabila dokter umum
khusus PONEK tidak sedang bertugas, maka dokter jaga PONEK
digabungkan dengan dokter jaga IGD atau dokter jaga bangsal.
3. Masih kurangnya ketersediaan alat seperti cardiotocography (CTG), dan
Continuos Positive Airway Pressure (CPAP).

c. Solusi
1. Sosialiasi tentang prosedur rujukan kepada PPK yang melakukan rujukan
ke RSUD Soehadi Prijonegoro.
2. Penambahan dokter umum jaga khusus PONEK, agar persetujua tindakan
tidak menghalami hambatan.
3. Pengajuan pengadaan alat CTG, CPAP untuk PONEK agar pelayanan
dapat dilakukan secara maksimal.

39
d. Refleksi
Berdasarkan observasi penulis dan wawancara dengan sekretaris tim PONEK,
penulis berkesimpulan bahwa fungsi organisasi dan pelayanan PONEK RSUD
Soehadi Prijonegoro sudah berjalan cukup baik. Kurangnya tenaga dokter
umum khusus PONEK, serta keterbatasan alat CTG dan CPAP membuat
pelayanan menjadi kurang maksimal. Hal tersebut dapat menjadi refleksi
bahwa pelayanan kesehatan harus dilakukan secara optimal walaupun dengan
keterbatasan tenaga kesehatan dan alat. Selain itu, perlunya sosialisasi tentang
prosedur rujukan untuk meminimalkan pasien rujukan yang datang tanpa
konfirmasi terlebih dahulu. Hal ini untuk memaksimalkan pelayanan, agar
sebelum pasien rujukan datang, para petugas kesehatan dapat mempersiapkan
pelayanan seperti alat yang dibutuhkan oleh pasien.

40
14. Pemulasaraan Jenazah
(Nabila Shaza — G99172123)
a. Kondisi
Instalasi pemulasaraan jenazah bertanggung jawab terhadap hal yang
berkaitan dengan pengurusan jenazah yang berasal dari RSSP atau yang
dikirim ke RSSP. Instalasi ini juga melayani dilakukannya visum luar.
Pegawai terdiri dari 2 orang yang bertugas mengurus pemulasaraan jenazah, 1
orang kepala ruang yang juga merangkap sebagai bagian rohani Kristen, 2
orang di bagian rohani islam, dan 1 dokter sebagai kepala instalasi. Di
instalasi ini terdapat 1 tempat jenazah, 2 bak pemandian jenazah, 1 lemari
pendingin untuk menyimpan jenazah dengan kapasitas 2 jenazah, 2 bed
dorong untuk transportasi jenazah, dan 1 lemari tempat alat pelindung diri
(APD).

b. Permasalahan
1. Di instalasi pemularaan jenazah ini belum tersedia ahli forensik (dokter
spesialis forensik) untuk keperluan otopsi lebih lanjut yaitu visum dalam
masih belum bisa dilakukan di RSSP, sehingga masih harus bekerja sama
dengan RSDM di Solo.
2. Kurangnya jumlah SDM sehingga masih ada rangkap jabatan dan tidak
ada libur.
3. Belum ada petugas wanita tetap untuk pemulasaraan jenazah, petugas
wanita tersedia jika ada permintaan dari keluarga jenazah.
4. Lemari pendingin untuk menyimpan jenazah jumlahnya terbatas.

c. Solusi.
1. Dilakukan perekrutan dokter spesialis forensik di RSSP serta dapat
menjalin kerjasama dengan Fakultas Kedokteran yang memiliki program

41
Pendidikan dokter spesialis (PPDS) forensik, sehingga bisa mendapatkan
tambahan sumber daya manusia.
2. Perlu penambahan petugas pemulasaaraan jenazah, agar pekerjaan bisa
dilakukan dengan bergantian.
3. Perlu merekrut anggota wanita tetap agar jenazah wanita dapat di urus
oleh petugas wanita.
4. Perlu dilakukan penambahan jumlah lemari pendingin jenazah
d. Refleksi
Penulis melihat bahwa upaya pelayanan di instalasi pemulasaraan jenazah
RSSP sudah cukup baik, meskipun terdapat keterbatasan petugas. Penulis
belajar bahwa bekerja itu tidak hanya tentang uang, tapi juga tentang
pengabdian. Pentingnya dilakukan kerjasama dengan pihak luar juga menjadi
hal penting dalam berjalannya suatu pekerjaan. Kerjasama tim yang solid juga
dibutuhkan agar output pekerjaan menjadi lebih baik.

42
15. Instalasi Rawat Inap
Agnes Yessy P. — G99162134
Raynalda Chriesmart Dezmonda — G99162123
a. Kondisi
Instalasi rawat inap adalah tempat diselenggarakannya pelayanan asuhan medis
dan keperawatan paripurna bagi pasien. Sebagai tempat untuk pendidikan,
pelatihan, dan penelitian serta melaksanakan rujukan baik internal maupun
dengan instalasi lainnya, dan juga dengan unit pelayanan kesehatan di luar
rumah sakit. Terdapat 319 tempat tidur, yang terbagi menjadi bangsal yang
dikelompokkan berdasarkan kelas SVIP, VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III.
b. Permasalahan
1. Distribusi pasien rawat inap tidak rata, terutama bangsal kelas III bed pasien
selalu penuh.
2. Jadwal visite dokter yang tidak menentu sehingga mengakibatkan pasien
tertahan di bangsal terlalu lama.
3. Angka kematian 48 jam setelah dirawat tinggi (terutama pada bangsal
Melati 1, 2, Tulip, dan Sakura).
4. Sebagian bangsal terutama bangsal kelas III yang tidak memiliki tirai atau
penutup antar pasien sehingga privasi antar satu pasien dengan pasien lain
kurang terjaga.
c. Solusi
1. Perluasan ruangan bangsal atau penambahan jumlah ruangan dan tempat
tidur pada bangsal yang penuh. Jika tidak dapat ditambah, perlu dilakukan
rujukan horizontal ke RS lain.
2. Membuat jadwal visite setiap dokter agar keteraturan administrasi
kepulangan pasien terjaga, sehingga pasien terkesan tidak tertahan terlalu
lama di bangsal.
3. Meningkatkan evaluasi perawatan pasien. Para tenaga kesehatan juga perlu
update ilmu secara berkala.

43
4. Pemasangan penutup atau tirai antar tempat tidur pasien dengan pasien lain
sehingga privasi pasien tetap terjaga.

d. Refleksi
1. Penulis mengamati pelayanan rawat inap di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen sebenarnya sudah cukup terorganisir dan sudah memenuhi standar
operasional prosedur, namun masih ada kendala lain diluar hal tersebut
yang tidak bisa dihindarkan seperti bed yang selalu penuh dikarenakan
jumlah pasien yang terlalu banyak.
2. Manajemen di rumah sakit membutuhkan koordinasi yang baik antar
instalasi. Pelayanan di instalasi rawat inap juga mempengaruhi pelayanan di
instalasi lain. Contohnya apabila pasien cenderung dirawat terlalu lama di
bangsal maka transfer pasien lain dari IGD atau dari poli ke bangsal akan
terhambat.
3. Perlu adanya kerjasama dengan RS lain terutama dalam perujukan
horizontal. Hal ini berguna terutama dikala bangsal terlalu penuh.
Kerjasama dengan puskesmas perlu dilakukan pula, baik kerjasama dalam
tindakan promotif dan preventif suatu penyakit, kontrol berkala pasien,
hingga edukasi pasien.

44
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. Instalasi rawat jalan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen memiliki jenis
pelayanan yang cukup lengkap meliputi poliklinik medis (umum),
laboratorium, pelayanan radiologi, poliklinik gigi dan mulut, dan pelayanan
spesialisasi.
2. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro sudah memiliki sistem manajemen yang baik
dapat dilihat dari pembagian struktur, tugas, fungsi, uraian tugas, kewenangan,
serta tanggung jawab masing-masing pelaksana kegiatan pelayanan
kesehatan/keperawatan sudah terperinci dengan jelas.
3. Sistem penanggulangan bencana dan audit medik sudah tertata cukup rapi
dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
4. Instalasi gawat darurat telah memiliki persediaan jumlah dan jenis obat
emergensi yang mencukupi kebutuhan pasien.
5. Sistem pembiayaan kesehatan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dapat
dilakukan dengan menggunakan INA-CBGs BPJS, disusul dengan asuransi
kesehatan daerah yaitu Saraswati, dan terakhir adalah pembiayaan umum.
6. Sistem penulisan rekam medis di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro/Sragen belum
menggunakan rekam medis terkomputerisasi sehingga seringkali ada kendala
dalam pendistribusian rekam medis.
7. Sistem rujukan berjenjang sesuai aturan BPJS antar health care yang
menyangkut RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen secara keseluruhan sudah
terbangun cukup baik.

45
B. Saran
1. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro hendaknya selalu meningkatkan kualitas dan
kuantitas sumber daya medis maupun nonmedis.
2. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro diharapkan dapat lebih meningkatkan
pengetahuan dan keahlian tenaga kerja, ketersediaan sarana dan prasarana,
serta pengendalian manajemen secara terpadu untuk meningkatkan kinerja dan
operasional rumah sakit secara keseluruhan.
3. Penambahan sumber daya manusia juga sebaiknya dilakukan.
4. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro hendaknya memperbaiki sistem penulisan
rekam medis menjadi terkomputerisasi untuk dapat mempermudah dan
meningkatkan pelayanan.

46

Anda mungkin juga menyukai