Oleh :
1. Amelia Ramadania 12. Meliyana
2. Anisa Rezky Nurdin 13. Mira Arwanda Wulandari
3. Celvinda Dwi Pramesti 14. Nurul Ananda
4. Devi Amalia 15. Qurrotul Akyun
5. Devi Lestari 16. Risma Juliarti
6. Eltri Yani Sunengsih 17. Shela Apriliani Sakinah
7. Fitriani 18. Siti Nopriyanti
8. Fransiska Noviyanti Sekar Diska 19. Syf Zahwa Amelia
9. Grenalda Ocktrie Venesa 20. Tri Yuni Mardiana
10. Hasimah 21. Wiwin Triwindartini
11. Juli Malinda 22. Yopi
Mengetahui,
i
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Dosen Supervisi
Critical Instructure
Mengetahui,
Kepala Instalasi Gizi
RS Dr. Soedarso Pontianak
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan
yang berjudul “Laporan Praktek Kerja Lapangan Sistem Penyelenggaraan
Makanan Institusi di RSUD Dokter Soedarso Pontianak”.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Praktek Kerja Lapangan Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi di RSUD
dr.Soedarso. Dalam keseMpatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sri Murdianti, A.Md.Gizi, RD selaku Kepala Instalansi Gizi RSUD dr.
Soedarso Pontianak.
2. Ibu Arini Vemiliawanty, A.Md.Gizi selaku Clinical Instructure Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi di Instalasi Gizi RSUD Dr. Soedarso
Pontianak
3. Nuraidah Wahab, A.Md.Gizi selaku Clinical Instructure Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi di Instalasi Gizi RSUD Dr. Soedarso
Pontianak
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharap kritik serta saran demi sempurnanya penulisan laporan
ini dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR
iv
DAFTAR
v
DAFTAR
vi
DAFTAR
vii
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan makanan merupakan suatu rangkaian kerja yang
melibatkan tenaga manusia, peralatan, material, dana, dan berbagai sumber daya
lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas serta cita rasa makanan yang
akan disajikan dapat memuaskan konsumen dan dapat menekan biaya
penyelenggaraan makanan pada taraf yang wajar serta tidak mengurangi kualitas
pelayanan. Selanjutnya, sistem penyelenggaraan makanan institusi merupakan
program terpadu dari perencanaan menu, pengadaan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, penyajian makanan
dan minuman, penggunaan sarana serta metode yang diperlukanuntuk mencapai
tujuan di atas. Hal ini dikoordinasikan secara penuh dengan menggunakan tenaga
yang sesuai dengan profesi dalam memerhatikan kepuasan konsumen dan
pengawasan kualitas serta biaya seoptimal mungkin
Penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu hingga pendistribusian makanan kepada konsumen, termasuk
kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi yang bertujuan untuk mancapai
status kesehatan yang optimalmalalui pemberian makanan yang tepat.
Penyelenggaraan makanan dilaksanakan bukan hanya di rumah sakit, tetapi jugadi
institusi lain seperti hotel, panti asuhan, asrama haji, dan asrama lainnya, katering
umum & khusus, dengan menggunakan suatu cara untuk membantu dan
mempercepat proses penyembuhan pasien di rumah sakit serta memberikan
kepuasan kepada konsumen institusi lain.
Pada sebuah penyelenggaraan makanan diperlukan manajemen system
penyelenggaraan yang baik dan benar sesuai ketentuan yang berlaku, agar
dapatmembeikan kepuasan bagi konsumen. dengan diadakannya observasi
langsung kelapangan intitusi, diharapkan mahasiswa dapat menganalisis dan
mengevaluasi manajemen system penyelenggaraan makanan pada institusi
tersebut.
Salah satu yang menjadi profil lulusan Pogram Pendidikan Sarjana Terapan
Gizi dan Dietetika adalah mampu menjadi pengeola gizi institusi di rumah sakit.
1
2
Kompetensi ini didapatkan melalui praktek kerja lapangan di instalasi gizi, terkait
manajemen pelayanan gizi, dimulai dari perencanaan, persiapan hingga distribusi
makanan kepada pasien yang sesuai dan aman. Capaian pembelajaran mencakup,
kemampuan kognitif, sikap dan ketrampilan umum dan khusus. Untuk
mendapatkan ketrampilan mahasiswa, pembelajaran yang dilakukan didapatkan
melalui keterlibatan mahasiswa dalam pelayanan gizi di instalasi gizi rumah sakit.
Dengan demikian akhirnya diharapkan diperolehnya para lulusan yang lebih siap
bekerja secara professional.
Pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan jumlah kunjungan yang
cukup signifikan terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit pada berbagai
departemen pelayanan kesehatan. Penurunan kunjungan pasien ini dirasakan sejak
awal pandemi berlangsung. Perbedaan yang signifikan tampak pada perubahan
jumlah kunjungan pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019. Dalam kajian ini,
jumlah kunjungan pasien menurun pada unit rawat jalan, rawat inap, unit gawat
darurat dan pasien bedah. Berbagai unit bedah mengalami penurunan jumlah
pasien yang cukup signifikan. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang
merupakan pandemi diseluruh dunia telah mempengaruhi pelayanan asuhan gizi
di rumah sakit. Pelayanan asuhan asuhan gizi di rumah sakit yang meliputi dua
kegiatan utama yaitu pelayanan asuhan gizi rawat inap dan penyelenggaraan
makanan pun mengalami beberapa penyesuaian. Penyesuaian dilakukan untuk
menjamin tersedianya asuhan gizi rumah sakit yang aman bagi pasien dan juga
bagi tenaga kesehatan di rumah sakit
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan fungsinya sebagai pengelola gizi institusi
secara mandiri di Rumah Sakit Type B untuk dapat mencapai kompetensi sebagai
Sarjana Gizi Terapan.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
Mengawasi produksi makanan yang sesuai dengan pedoman gizi, biaya, dan
daya terima klien.
Melakukan pengembangan atau modifikasi resep atau formula.
3
E. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Kegiatan praktek kerja lapangan ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi pihak Rumah Sakit terkait penyelenggaraan makanan,
sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk lebih meningkatkan
pelayanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit.
2. Bagi Institusi
Dapat mengembangkan dan menyesuaikan teori yang didapat dikampus
dengan praktek langsung dilapangan, menghasilkan mahasiswa berkualitas berupa
keterampilan yang belum didapatkan saat kuliah. Adanya hubungan kerjasama
dengan pihak rumah sakit.
3. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sistem pengelolaan
makanan industri, khususnya di rumah saki
b. Sarana bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah
didapat selama kuliah
c. Mampu berinteraksi dan bersosialisasi di lingkungan rumah sakit.
Merupakan pengalaman berharga ketika akan bekerja kelak
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
29) Ruang PP Terpadu (Utama IV) dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 5
buah
2. Ketenagaan
a. Jenis Ketenagaan
Kualifikasi tenaga yang dibutuhkan untuk pelayanan gizi di RSUD
dr.Soedarso adalah :
1) Kepala Instalasi
Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau S1-Gizi/Kesehatan dengan Pendidikan dasar
D3-Gizi atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi
2) Penanggung Jawab
Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau S1-Gizi/Kesehatan dengan Pendidikan dasar
D3-Gizi atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi
3) Unit Satuan
a) S1-Gizi/Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3-Gizi
b) D4-Gizi/ serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi
4) Pelaksana
a) Juru masak
SMK-Tataboga atau SMU + kursus masak atau serendah-rendahnya lulusan
SD + pengalaman sebagai juru masak minimal 5 tahun.
b) Urusan perbekalan
Lulusan D3-Gizi, D1-Gizi atau SMU
c) Pekarya
Lulusan SMU atau sederajat
d) Pelaksana Distribusi
Lulusan D3-Gizi atau serendah-rendahnya D1-Gizi
1
b. Jumlah Ketenagaan
Adapun jumlah ketenagaan diinstalasi gizi RSUD dr.Soedarso Pontianak
adalah sebagai berikut :
Tabel 2 : Perbandingan Jumlah Ketenagaan
Kebutuhan Kekurangan
Jenis Jumlah
No berdasarkan Berdasarkan
Tenaga Tenaga
ISN Rasio ISN Rasio
1 Ahli gizi 27 42 37 15 11
2 Juru masak 17 26 31 9 14
3 Pramusaji 17 22 33 5 16
Berdasarkan tabel diatas untuk kebutuhan ketenagaan pada ahli gizi yang
masih diperlukan di intalasi gizi berdasarkan perhitungan ISN sebanyak 42 orang
dan rasio 37 orang, untuk perhitungan kekurangan berdasarkan perhitungan ISN
sebanyak 15 orang dan Rasio sebanyak 11 orang. Berdasarkan pernyataan diatas
untuk kebutuhan ketenagaan pada Juru masak yang masih diperlukan diinstalasi
gizi berdasarkan ISN sebanyak 26 orang dan rasio 9,untuk perhitungan
berdasarkan perhitungan Rasio sebanyak 31 orang dengan kekurangan sebanyak
14 orang. Berdasarkan pernyataan diatas untuk kebutuhan ketenagaan pada
Pramusaji yang masih diperlukan di instalasi gizi berdasarkan ISN sebanyak 22
orang dan rasio
1
juga dapat mengetahui pola menu, waktu makan dan kandungan nilai gizi dari
standar makanan yang dibuat. Penyusunan standar bahan makanan telah
terlaksana disesuaikan dengan kebutuhan dan spesifikasi bahan makanan yang
dibutuhkan oleh pasien. Berdasarkan jenis diet pasien dan bentuk makanannya
yang terakhir standar makanan di bakukan dalam berat kotor sebagai perencanaan
dan pemesanan bahan makanan.
b. Perencanaan Menu
Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun dan memadukan
hidangan dalam variasi yang serasi, harmonis yang memenuhi kecukupan gizi,
cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen/pasien dan kebijakan institusi.
Perencanaan menu dalam satu siklus terdiri dari kegiatan menyusun pola menu,
pedoman menu, master menu, memasukkan hidangan dalam master menu sampai
dengan evaluasi menu. Tujuan perencanaan menu adalah sebagai pedoman dalam
kegiatan pengolahan makanan, mengatur variasi dan kombinasi hidangan,
menyesuaikan dengan biaya yang tersedia, menghemat penggunaan waktu dan
tenaga serta menu yang direncanakan dengan baik dapat digunakan sebagai alat
penyuluhan. Unit gizi RSUD Dr. Soedarso menggunakan siklus 10 hari.
Langkah-langkah Perencanaan Menu :
1) Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari dietisien, kepala
masak (chef cook) dan pengawas makanan.
2) Menetapkan macam menu yaitu menu standar, menu pilihan dan kombinasi
keduanya.
3) Menetapkan lama siklus menu dan kurun waktu penggunaan menu. Siklus
dapat dibuat untuk menu 5 hari, 7 hari, 10 hari atau 15 hari. Kurun waktu
penggunaan menu dapat diputar selama 6 bulan – 1 tahun.
4) Menetapkan periode siklus menu adalah lamanya siklus menu berlaku dan
perlu penggantian atau modifikasi kembali.
5) Menetapkan pola menu adalah golongan dan frekuensi macam hidangan
yang direncanakan untuk setiap waktu makan selama satu putaran menu.
6) Menetapkan jenis, frekuensi dan standar porsi tujuannya agar tersusun
variasi makanan yang akan digunakan dengan mengacu kepada dana yang
1
dapur dalam menentukan jenis bahan makanan yang akan diolah agar menu yang
dihasilkan bervariasi baik dari segi bentuk, warna maupun rasa.
maka dalam 1 bulan (30 hari) berlaku 3 kali siklus. Bila 1 bulan adalah 31
hari, maka belaku 3 kali siklus ditambah 1 menu untuk tanggal 31
e) Menghitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk kurun
waktu yang ditetapkan (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun)
f) Memasukkan dalam formulir kebutuhan bahan Makanan yang telah
dilengkapi dengan spesifikasinya.
Secara umum dapat pula dihitung secara sederhana dengan rumus sebagai
berikut (contoh menu 10 hari) Rumus kebutuhan bahan makanan untuk 1 tahun:
penggolongan Bahan Makanan Segar dan Bahan Makanan Kering, dirumah sakit
ini telah menerapkan penggolongan Bahan Makanan sesuai dengan ketentuan,
menetapkan jumlah konsumen rata-rata yang dilayani perhari untuk mengetahui
kebutuhan bahan makanan yang akan di gunakan, menerapkan 1 siklus menu
yaitu siklus menu 10 + 1 hari, serta memasukkan dalam formulir kebutuhan bahan
Makanan yang telah dilengkapi dengan spesifikasinya pada saat dilakukannya
penerimaan bahan makanan serta Petugas administrasi produksi menghitung
kebutuhan bahan makanan berdasarkan jumlah pasien dengan penambahan 20%
sebagai cadangan untuk perharinya.
c) Tingkat kualitas
d) Umur bahan makanan
e) Warna bahan makanan
f) Identifikasi pabrik
g) Masa pakai bahan makanan /masa kadarluasa
h) Data isi produk bila dalam suatu kemasan
i) Satuan bahan makanan yang dimaksud
j) Keterangan khusus lain bila diperlukan
4) Spesifikasi pabrik
Diaplikasikan pada kualitas barang yang telah dikeluarkan oleh suatu pabrik
dan telah diketahui oleh pembeli, misalnya spesifikasi untuk makanan kaleng
seperti pihak ketiga mampu memenuhi kebutuhan bahan makanan di rumah sakit
dalam kurung waktu 1 tahun. Pada pelaksanaan pemesanan bahan makanan
sebaiknya dilakukan berdasarkan kualitas bahan makanan yang sesuai dengan
jumlah dan spesifikasi yang telah di tentukan. Pemesanan bahan makanan jika
terdapat bahan makanan yang busuk dan bahan makanan yang rusak dapat
dikembalikan serta digantikan dengan yang baru.
akan diterima. Dapat disimpulkan sistem penerimaan di instalasi gizi RSUD Dr.
Soedarso menggunakan sistem konvensional. Dapur pengolahan RSUD Dr.
Soedarso dalam melakukan kegiatan penerimaan sudah mengikuti standar bahan
makanan dan sesuai dengan pesanan. Dari hasil observasi bahan makanan yang
datang beberapa mengalami kerusakan fisik yang tidak terlalu berat serta masih
bisa ditanggulangi dan ada beberapa bahan makanan yang sudah lulus spesifikasi
sesuai standar pemesanan dan yang sesuai dengan bon pesanan.
gorden penutup, dan adanya buku stok bahan makanan kering. Namun untuk
kesesuaian jarak penyimpanan rak masih belum sesuai karena jarak rak dengan
dinding 20,2 cm dan dari lantai 5 cm. Hal ini dikarenakan terjadi penyesuaian rak
penyimpanan dengan ukuran gudang pada gedung yang lama
2) Gudang Bahan Makanan Segar
Untuk bahan makanan segar suhu ruangan yaitu kurang lebih 18,6-20,3ºC
bahan seperti ikan dan ayam sudah diletakkan dalam freezer namun suhu kulkas
tidak dapat diukur dikarenakan alat pengukur rusak, didalam gudang
penyimpanan bahan makanan basah terdapat beras merah, yang seharusnya
disimpan didalam gudang beras.. Hal ini dikarenakan yang seharusnya menjadi
gudang beras dipakai untuk keperluan penyimpanan gudang bahan bantuan untuk
NaKes di ruangan Covid. Selain itu terdapat jahe, kunyit yang seharusnya
disimpan didalam gudang bahan makanan kering bersama dengan bumbu lainnya.
Hal ini dikarenakan agar jahe dan kunyit tidak cepat kering dan untuk
memperlambar pertumbuhan kapang dan jamur.
3) Gudang Transit
Gudang transit digunakan untuk menyimpan persiapan bahan makanan
untuk snack, buah, air mineral pasien, peralatan makan disposible dan tambahan
makanan seperti madu untuk pasien covid.
4) Gudang Beras
Bahan makanan yang memenuhi syarat diterima dibawa keruangan
penyimpanan bahan makanan yang lansung telah ditimbang oleh bagian
penyimpanan bahan makanan dibawa keruang persiapan. Namun semenjak covid
gudang beras juga dijadikan tempat penyimpanan air seperti air galon, dan
mineral gelas. Pada gudang ini menggunakan alas pallet plastik untuk mencegah
bahan menyentuh lantai secara langsung.
5) Gudang Air
Penyimpanan air tidak langsung diletakkan diatas lantai namun diberikan
alas pallet plastik yang jarak lantai yaitu 5,5 cm. Didalam gudang penyimpanan
ada 3 jenis air yang berbeda ada yang 240 ml, 330 ml, dan 600 ml. untuk kelas I,
II, dan II menggunakan air mineral gelas 330 ml sedangkan VIP menggunakan air
mineral
2
botol 600 ml, digudang air juga menyimpan minuman Milagros, Buavita, dan susu
Ultra Milk, terdapat juga buku rekap pemakaian air minum ruangan.
j. Pengolahan/Pemasakan
Pengetahuan tidak memegang peranan penting terhadap hygiene dan sanitasi
makanan.Kebiasaan pengolah makanan yang kurang memperhatikan hygiene,
kurang mengetahui benar tentang hygiene dan sanitasi makanan. Mereka hanya
sekedar tahu perlengkapan apa yang seharusnya digunakan saat mengolah
makanan tanpa tahu apa manfaatnya penggunaan APD saat didapur, sehingga ada
yang tidak memakainya karena alasan tidak nyaman dan mengganggu saat
bekerja.
2
Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan kurangnya perilaku hygiene
pengolah makanan diantaranya tidak ada kesaadaran dalam penggunaan alat
pelindung diri bagi pengolah makanan seperti masker dan penutup kepala, sesuai
SOP (Standard Operating Procedures), untuk pengolah makanan tidak adanya
pengawasan khusus dari institusi dalam pengolahan makanan. (Iffati, F.N. 2005)
Pemasakan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan menjadi makanan yang siap
dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi (Mustika Dewi, 2020)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara Proses pengolahan
atau pemasakan di RSUD dr.Soedarso Pontianak lebih menggunakan pemasakan
yang sudah sesuai dengan standar yang berlaku, namun masih kurang dalam
mengkreasikan menu makanan pasien sehingga perlu adanya modifikasi menu
atau resep untuk meningkatkan nafsu makan pasien. Variasi dalam pengolahan
bahan makanan dibutuhkan agar tidak timbul rasa bosan oleh konsumen.
Pengolahan/pemasakan telah dilakukan sesuai persyaratannya yaitu :
Tersedianya menu, pedoman menu, siklus menu, standar resep, standar
bahan makanan dan standar porsi.
Tersedianya bahan makanan yang akan dimasak
Tersedianya peralatan pemasakan bahan makanan
Tersedianya aturan dalam menilai hasil masakan
a) Keuntungan
Tidak memerlukan tempat yang luas dan perlatan yang banyak
Makanan dapat dihangatkan sebelum dihidangkan ke pasien
Makanan disajikan lebih rapi serta dengan porsi yang sesuai kebutuhan pasien
b) Kelemahan
Memerlukn tenaga yang lebih banyak diruangan dan pengawasan secara
menyeluruh sulit
Besar porsi sukar diawasi, khusus bagi pasien yang menjalankan diet
Ruangan pasien dapat terganggu oleh keributan pembagian makanan serta
bau masakan
3) Sistem Kombinasi
Sebagian makanan ditempatkan langsung ke dalam alat makanan pasien dari
tempat produksi (dapur), dan sebagian makanan dimasukkan ke dalam wadah
besar pendistribusiannya dilaksanakan setelah sampai di ruang perawatan.
Syarat syarat dari kegiatan pendistribusian manakan meliputi :
Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit, termasuk standar
makanan / standar zat gizi
Tersedia standar porsi
Tersedia peraturan pengambilan makanan
Tersedianya bon atau daftar makanan
Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien / kebutuhan pasien
Tersedianya peralatan makanan
Tersedia tenaga pramusaji
Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pendistribusian makanan di
RSUD dr Soedarso menggunakan sistem kombinasi yaitu sistem sentralisasi dan
disentraalisasi. Sistem sentralisasi digunakan pada saat pendistribusian makan
siang dan makan sore, sedangkan sistem disentralisasi pada saat sarapan pagi.
3
2. Desposible
Disposible merupakan alat makan yang biasanya digunakan oleh indsutri
penyelenggraan makanan dan rumah sakit untuk menyiapkan makanan pasien.
disposible ini merupakan tempat makan sekali pakai untuk ruangann tertentu
yakni pasien dengan kelas 2 ,3 dan pasien covid, oleh karna itu di anjurkan untuk
menggunakan alat makan yang hanya sekali pakai saja.
3. Piring
Piring kramik adalah alat makan alat makan yang berbentuk datar
dan juga ada yang sedikit cekung, di mana makanan disajikan, terbuat dari
kaca, rotan, porselen, batu, plastik, logam, tanah liat atau gelas bahkan
yang semakin berkembang terbuat dari melamin.
Pring kramik ini juga salah satu tempat makan yang digunakan oleh
rumah sakit yakni untuk ruangan VIP dan VVIP karna ruangan tersebut
memiliki pelayanan dan sistem makanan yang berbeda sesuai dengan
standar pelayanan gizi rumah sakit.
3) Bentuk makanan
Sesuatu yang disajikan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik
biasanya disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu. Bentuk makanan yang serasa
akan memberikan daya tarik tersendiri bagi bagi setiap makanan yang disajikan.
4) Porsi makanan
Potongan makanan yang terlalu kecil atau besar akan merugikan penampilan
makanan. Pentingnya porsi makanan bukan saja berkenan dengan penampilan
waktu disajikan tetapi juga berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan
pemakaian bahan.
5) Penyajian makanan
Penyajian makanan merupakan faktor terakhir dari proses penyelenggaraan
menu makanan, meskipun makanan diolah dengan cita rasa yang tinggi tetapi bila
dalam penyajian tidak diakukan dengan baik, maka nilai makanan tersebut tidak
akan berarti , karena makanan yang akan ditampilkan waktu disajikan akan
merangsang indera penglihatan sehingga menimbulkan selera yang berkaitan
dengan cita rasa. Penilaian terhadap bahan makanan berbeda-beda, tergantung dari
kesenangan atau selera seseorang. Penilaian akan berbeda karena pengalaman,
misalnya rasa enak pada jenis makanan yang sama akan berbeda pada setiap
orang. Dua aspek utama dalam makanan adalah penampilan makanan sewaktu
dihidangkan dan rasa makanan pada saat dimakan. Disamping makanan pada
pasien rawat inap adapun yang mempengaruhi rasa makanan, suhu makanan,
bumbu masakan dan bumbu penyedap, tekstur makanan, bau/aroma makanan
Rasa makanan mempunyai faktor kedua yang menentukan cita rasa
makanan setelah penampilan makanan. Komponen yang berperan dalam
penentuan rasa makanan adalah :
1) Aroma makanan
Aroma yang disebabkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat
kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera.
2) Bumbu masakan dan bahan penyedap
Bau yang sedap, berbagai bumbu yang digunakan dapat membangkitkan
selera karena memberikan rasa makanan yang khas.
3
3) Tingkat kematangan
Tingkat kematangan makanan dalam masakan belum mendapat perhatian
karena umumnya masakan indonesia harus dimasak sampai masak benar.
4) Suhu Makanan
Suhu makanan waktu disajikan memegang peran penting dalam penentuan
cita rasa makanan. Namun makan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan
sangat mengurangi sensivitas sarang pengecap terhadap rasa makanan (Semarang,
2013).
b. Panelis
Untuk melaksanakan penilaian organoleptik diperlukan panel. Dalam
penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel
bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok
yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif.
Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.
Dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu panel
perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel konsumen
dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian
dalam melakukan penilaian organoleptic :
1) Panel Perseorangan
Penel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik
yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat
intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan
bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisis organoleptik
dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi,
bias dapat dihindari, penilaian efisien dan tidak cepat fatik. Panel perseorangan
biasanya digunakan untuk mendeteksi jangan yang tidak terlalu banyak dan
mengenali penyebabnya. Keputusan sepenuhnya ada pada seorang.
2) Panel Terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bias lebih di hindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor
dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan pengaruh
bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil berdiskusi diantara anggota-
anggotanya.
3
3) Panel Terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup
baik. Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.
Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.
Keputusan diambil setelah data dianalisis secara bersama.
4) Panel Agak Terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu.. panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat
menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya
5) Panel Tidak Terlatih
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak
terlatih hanya diperbolehkan menilai alat organoleptik yang sederhana seperti sifat
kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam . untuk itu panel tidak terlatih
biasanya dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis
wanita.
6) Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan
dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.
7) Panel Anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10
tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-
produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.
Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan
atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya
terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka snoopy
yang sedang sedih, biasa atau tertawa. Keahlian seorang panelis biasanya
diperoleh melalui pengalaman dan latihan yang lama. Dengan keahlian yang
diperoleh itu merupakan bawaan sejak lahir, tetapi untuk mendapatkannya perlu
latihan yang tekun dan terus-menerus (Ii & Pustaka, 2002).
3
pemasakan boiling dan steaming (rebus dan kukus) dan Berdasarkan hasil
uji organoleptik didapatkan tingkat kesukaan merupakan suatau respon
terhadap suatu produk yang dihasilkan mana yang menilai suka atau tidak
suka pada cita rasa yang dihasilkan, Untuk hasil dari panelis lumayan
banyak yang suka, dari penampilan makanan,warna makanan dan bentuk
penyajiannya yang disajikan sudah lumayan menarik.
Pada tanggal 14 Oktober 2021 kelompok 5 melakukan modifikasi resep dari
resep awal menjadi resep pengembangan, Resep awal yaitu soup jagung dan
untuk resep pengembangan menjadi Soup tomat Jagung dengan metode
pemasakan boiling (Rebus) dan Berdasarkan hasil uji organoleptik
didapatkan tingkat kesukaan merupakan suatau respon terhadap suatu
produk yang dihasilkan mana yang menilai suka atau tidak suka pada cita
rasa yang dihasilkan, Untuk hasil dari panelis lumayan banyak yang suka,
dari penampilan makanan,warna makanan dan bentuk penyajiannya yang
disajikan sudah lumayan menarik.
Pada tanggal 13 Oktober 2021 kelompok 6 melakukan modifikasi resep dari
resep awal menjadi resep pengembangan, Resep awal yaitu soup macaroni
dan untuk resep pengembangan menjadi Vegetable Roll With Corn Sauce
dengan metode pemasakan Sauteing dan steaming (kukus dan menumis) dan
Berdasarkan hasil uji organoleptik didapatkan tingkat kesukaan merupakan
suatau respon terhadap suatu produk yang dihasilkan mana yang menilai
suka atau tidak suka pada cita rasa yang dihasilkan, Untuk hasil dari panelis
lumayan banyak yang suka, dari penampilan makanan,warna makanan dan
bentuk penyajiannya yang disajikan sudah lumayan menarik.
4
atau merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses
pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan sampai pada saat makanan dan
minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen. Persyaratan
hygiene dan sanitasi makanan dan minuman harus sesuai dengan peraturan yang
berlaku, mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/KEP/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
1) Personal Hygiene
a) Jari dan tangan
Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan
sesuatu dalam penyelenggaraan makanan. Melalui tangan juga makanan banyak
terkontaminasi, karena tangan merupakan jembatan yang memindahkan bakteri
kepada makanan, oleh karena itu kebersihan tangan dan jari tangan perlu
mendapatkan prioritas yang tinggi. Penyelenggara makanan yang menderita luka
ditangan tetapi tidak infeksi diperbolehkan bekerja tetapi harus mengenakan
sarung tangan karet (hand glove). Dalam proses distribusi makanan, personal
hygiene juga perlu dijaga dengan mencuci tangan sebelum membagikan makanan.
Untuk meningkatkan kesehatan, digunakan sarung tangan bila mengambil
makanan menggunkan tangan langsung. Sarung tangan digunakan hanya sekali
pakai saja karena sarung tangan yang dipakai akan kotor dan mungkin mengalami
kerusakan sehingga terjadi kontak antara bagian luar dan bagian dalam sarung
tangan itu. Sarung tangan yang digunakan untuk membagikan makanan pada
instalasi gizi terbuat dari bahan plastik yang cukup tebal sehingga tidak mudah
sobek saat digunakan dan kesehatan saat membagikan makanan dapat terjamin.
Petugas yang menyelenggarakan makanan juga harus melaksanakan hal-hal
yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
kuku dipotong pendek, sebab dalam kuku akan terkumpul kotoran yang
menjadi sumber kuman penyakit yang mencemari makanan.
Cincin, karena bakteri-bakteri yang tertinggal di cincin tidak mungkin dapat
dibersihkan saat bekerja.
4
Jam tangan, karena akan uap yang dihasilkan oleh panas makanan akan
bercampur dengan bahan stainless jam dan akan mengakibatkan
kontaminasi pada makanan yang sedang diolah.
Tangan yang terluka harus ditutup atau dibalut dengan bahan steril dan
sebaiknya jangan menyentuh makanan.
Jangan meraba-meraba hidung, mulut, rambut dan bagian tubuh lainya
selama mengolah makanan.
b) Kepala dan Rambut
Penjamah makanan pria diwajibkan memakai topi atau penutup kepala agar
rambut rontok tidak jatuh dan berterbangan ke makanan yang sedang diolah.
Penjamah makanan wanita dapat menggunakan penutup kepala berupa jilbab atau
topi yang dapat menutupi seluruh rambut atau dapat juga menggunakan harnet.
Penjamah makanan mengunakan masker untuk menutupi mulut dan hidung pada
saat melakukan pekerjaan untuk mencegah penularan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang dapat menular kepada orang lain melalui makanan yang diolah.
c) Pakaian Pelaksana Gizi
Pakaian yang digunakan pelaksana gizi di dalam instalasi gizi harus pakaian
khusus. Pakaian di dapur dipilih yang dapat melindungi tubuh pada waktu
memasak, mudah dicuci, berwarna terang (umumnya berwarna putih), pakaian
tersebut dari bahan yang kuat dan dapat menyerap keringat. pakaian ini dilengkapi
dengan celemek yaitu pakaian pelindung tubuh yang biasanya di kenal dengan
sebutan epron.
d) Sepatu Kerja Pelaksana Gizi
Salah satu yang penting diperhatiakan oleh penjamah makanan adalah
pengunaan sepatu. Sepatu kerja yang digunakan untuk bekerja di dapur hendaknya
berbahan dasar kulit atau karet. Hal ini untuk menghindarkan kecelakaan kerja,
seperti terjatuh akibat lantai yang licin. Bagi petugas wanita, mengunkan sepatu
hak tinggi maksimal 3 cm.
2) Hygiene Lingkungan
a) Lantai
4
Lantai adalah bagian dari dasar ruangan yang terbuat dari semen, ubin,
papan dan sebagainya. Lantai sebaiknya terbuat dari dari bahan yang tidak licin,
sehingga tidak membahanyakan ketika bekerja di dalam ruangan tersebut.
b) Dinding
Dinding dapur sebainya dibuat dari bahan yang tahan panas dan dilapisi
dengan keramik agar mudah membersihkannya. Sesuai denagan keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1098/ Menkes/ SK/ VII/ 2003,
bahwa:
Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering / tidak menyerap air dan
mudah dibersihkan.
Bila permukaan dinding kena percikan air maka setinggi 2 (dua) meter dari
lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan
debu dan berwarna terang.
Dinding harus dapat memantulkan cahaya yang cukup bagi ruangan. Semua
kabel dan pipa atau instalasi pipa uap harus berada dalam keadaan
terbungkus atau tertanam dalam instalai atau dinding.
e) Ventilasi
Ventilasi terbagi dua, yaitu ventilasi alami dan buatan. Ventilasi terbagi dua,
yaitu ventilasi alami dan ventilasi buatan. Ventilasi alami yaitu aliran udara yang
masuk melalui pintu, jendela ataupun lubang angin yang sengaja dibuat. Ventilasi
buatan yaitu dengan menggunakan alat khusus untuk mengalirkan udara, seperti
kipas angin, mesin penghisap dan AC (air contidion). Ventilasi harus cukup
sehingga dapat mengeluarkan asap, bau makanan, bau uap lemak, bau air, dan
panas. Untuk itu dapat digunakan ³exhause fan¥ pada tempat ± tempat tertentu.
Ventilasi harus dapat mengatur pergantian udara sehingga ruangan tidak terasa
panas, tidak terjadi kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding dan langit -
langit. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/ Menkes/ SK/ VII/
2003, persyaratan ventilasi adalah sebagai berikut:
Bagunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan
ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman.
Sejauh mungkin ventilasi harus cukup (+ 20% dari luas lantai
Membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.
4
f) Pencahayaan
Cahaya yang baik sangat penting bagi penyelengaraan makanan. Ada dua
bentuk pencahayaan, yaitu cahaya yang berasal dari matahari dan cahaya buatan
yang berasal dari energy listrik. Sesuai dengan Keputusa Menteri Kesehatan RI
Nomor 715/ Menkes/ Sk/ V/ 2003, bahwa :
Intensitas cahaya harus cukup untuk mendapatkan pemeriksaan dan
pembersihan serta melakukan pekerjaan secra efektif.
Di setiap ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci tangan,
intensitas pencahayaan sedikitnya 200 lux pada titik 90cm dari lantai.
Semua pncahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya tidak
menimbulkan bayangan.
Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter).
g) Plafon
Langit-langit sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan
memiliki bidang permukaan yang rata. Persyratan langit- langit berdasarkan
keputusan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor 098/ Menkes/SK/
VII/2003, bahwa
Bidang langit-langit harus mentupi atap bangunan
Permukaan langit-langit rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan
Tinggi langit-langit tidak kurang dari 2,4 meter di atas lantai dan tidak
terdapat lubang.
2) Hygiene makanan
a) Tempat penyimpanan bahan makanan Ruangan penyimpanan bahan
makanan terbagi dua jenis yaitu, penyimpanan bahan makanan kering dan
bahan segar. Luas tempat pendingin ataupun gudang bahan makanan
tergantung pada jumlah bahan makanan yang akan disimpan, cara
pembelian bahan makanan, frekuensi pemesanan bahan.
b) Peralatan Pengolahan dan Distribusi Peralatan pengolahan pangan yang
kotor dapat mencemari pangan oleh karena itu peralatan harus dijaga agar
selalu tetap bersih. Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari
pencemaran pangan dari peralatan yang kotor dapat dinyatakan menurut
Departemen Kesehatan RI (2003: 27) sebagai berikut: Gunakanlah peralatan
yang mudah
4
3) Fasilitas Sanitasi
a) Air bersih
Air merupakan kebutuhan utama dalam penyelenggaraan makanan, karena
mulai dari persiapan, penyimpanan bahan mentah, sampai memberikan kembali
setelah dihidangkan selalu menggunakan air. Berikut upaya sanitasi air dan
lingkungan yang dinyatakan oleh Departemen Kesehatan RI (2006: 45) dapat
diterapkan yaitu:
Menggunakan air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan air
minum.
Air yang disimpan harus selalu tertutup, jangan dikotori dengan
mencelupkan tangan.
Maksimun mengadung flour 1-1,5ppm, mengadung yaodium untuk
mengahindari godok endemic, mengadung kalsium dan magnesium
sebanyak 5-10 derajat.
b) Tempat pencucian
Bahan atau makanan dapat terkontaminasi oleh lalat dapur yang kotor.
Fasilitas pencucian alat makan harus terletak terpisah dengan ruang pencucian
bahan makanan dan peralatan, tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan
tekanan + 15 psi (1,2 kg/cm3 ), dan tersedia air panas, dan alat pembersih (sabun
dan sikat). Sarana pencucian terdiri dari dua jenis yaitu perangkat lunak dan keras,
dimana perangkat lunak berupa air bersih, zat pembersih, bahan penggosok dan
desinfektan, sedangkan perangkat keras adalah sarana fisik dan permanen yang
digunakan berulang-ulang seperti untuk tempat persiapan terdiri satu sampai tiga
4
bak perbagian (bak pencucian, bak pembersihan dan bak desinfeksi) dan bagian
pengeringan atau penirisan, ukuran bak minimal 75 x 75 x 45 cm.
c) Tempat sampah
Sampah adalah semua benda yang tidak terpakai lagi atau terbuang, baik
yang dapat membusuk ataupun yang tidak membusuk. Sampah merupakan tempat
berkembangbiaknya berbagai jenis binatang penular penyakit, contohnya lalat dan
tikus. sampah dapat dibagi dua yaitu: Garbage adalah sisa-sisa pengolahan
ataaupun sisa makanan yang mudah membusuk.
Rubbish adalah bahan-bahan sisa pengolahan yang tidak membusuk, terbagi
dalam dua jenis :
Rubbish yang mudah terbakar, sepert kayu, kertas
Rubbish yang tidak terbakar, seperti kaleng, kawat dan sebagainya.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diketahui mengenai penerapan
hygiene dan sanitasi di Instalasi Gizi di RSUD Dr. Soedarso sebagai berikut:
Personal hygiene pelakasana gizi di Instalasi Gizi pada petugas untuk bagian
jari dan tangan masih belum optimal karena masih terdapat petugas yang
masih menggunakan perhiasan di jari dan tangan. Sedangkan untuk
penggunaan APD petugas sudah cukup baik karena sudah menggunakan
penutup kepala dan celemek pada saat bekerja, namun dalam penggunaan
masker masih ada yang belum memakainya dengan benar. Adapun untuk
sepatu kerja yang digunakan di instalasi gizi masih kurang optimal karena
masih terdapat beberapa petugas yang tidak menggunakan sendal tertutup.
Hygiene lingkungan seperti lantai, dinding, ventilasi dan pencahayaan untuk
setiap ruangan sudah cukup baik. Sedangkan Plafon atau langit-langit masih
kurang cukup baik dikarenakan terdapat langit-langit yang bocor sehingga
ketika hujan lantai menjadi basah dan licin yang dapat beresiko terjadinyan
kecelakaan kerja.
Hygiene pada penyimpanan bahan yang tahan lama dan bahan makanan
yang mudah rusak sudah cukup baik karena suhu ruangan penyimpanan
sudah baik. Peralatan yang digunakan pada kegiatan produksi dan distribusi
makanan sudah optimal. Alat yang digunakan untuk pendistribusian
makanan
4
ke pasien sudah memiliki tutup sehingga tidak tercemar oleh bakteri melalui
udara.
Fasilitas sanitasi air bersih di Instalasi Gizi menggunakan air ledeng yang
sudah diendapkan, dan terdapat 2 tempat penampungan air yang terdiri dari
dua bagian, yaitu bagian atas berasal dari air hujan dan bagian bawah pada
penampungan air berisi air ledeng, jika air ledeng “payau” maka dari pihak
rumah sakiy membeli air keran(tangki), dan hal ini tidak terjadi pada tahun
2020-2021 namun terjadi sekitar tahun 2018, dan dari pihak rumah sakit
membeli sekitar 10 tangki air. Dan perlu diketahui bahwa yang
menggunakan air ini tidak hanya dari Instalasi Gizi, tapi juga dari ruang
“Hemodialisa”
Fasilitas Tempat sampah pada Instalasi Gizi terdiri dari 2 jenis/macam, yaitu;
a) Tempat sampah dengan kantong plastik hitam, yang digunakan untuk
membuang sampah non medis, seperti; sisa bahan makanan yang tidak
terpakai, kertas, celemek disposible, dsb.
b) Tempat sampah dengan kantong plastik kuning, yang digunakan untuk
membuang sampah medis, seperti; masker, handscone, dsb.
c) Pembuangan sampah sendiri dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu
pukul 10.00 dan 14.00. Sampah medis dibakar di incinerator, dan sampah
non medis dibawa ke tempat pembuangan sampah sementara
Fasilitas sanitasi air bersih dan tempat sampah sudah cukup baik, namun
untuk tempat pencucian peralatan masak belum baik dikarenakan air kran
yang kurang mengalir dengan lancar, dan masih ditemukannya peralatan
yang tidak dicuci kembali saat penggunaan kembali alat tersebut.
peralatan. Letak ruangan yang ditata secara baik dengan memperhatikan efisiensi
kerja sangat membantu mencegah terjadinya kelelahan pekerja. Pengaturan tata
letak ruangan dan peralatan harus disesuaikan dengan arus kerja dalam
pengolahan bahan makanan sehingga pekerja tidak mondar-mandir. Kebutuhan
akan peralatan dan perlengkapan dapur harus sesuai dengan arus kerja, unit kerja,
menu dan pelayanan.
b) Fungsi dan Tipe Dapur Penyelenggaraan Makanan
Dapur adalah tempat untuk memproduksi/mengolah makanan dan minuman
yang berkualitas dari bahan yang belum jadi, dipersiapkan sesuai dengan metode
yang ditetapkan untuk dapat disajikan, dimana dapur dilengkapi dengan peralatan
yang mendukung proses pengolahan makanan dan minuman. Dapur sebagai pusat
atau jantung dari penyelenggaraan makanan institusi dan merupakan sarana untuk
sub sistem produksi mempunyai fungsi :
Tempat mengolah bahan makanan (mentah/segar) mulai dari dipersiapkan
sampai dengan dihidangkan.
Tempat menyiapkan bahan setengah jadi (frozen/precooked), ditata dan
dihidangkan.
Tempat menyimpan makanan sesuai jumlah porsi dan sesuai jam makan.
Memenuhi sistem untuk pelayanan makanan panas/dingin, dimana sub-sub
sistemnya adalah produksi, distribusi dan logistik.
Dapur di institusi penyelenggaraan makanan memegang peranan yang
penting, oleh sebab itu perlu perencanaan yang matang mengenai konstruksi
sarana fisik, peralatan dan perlengkapan dapur sehingga dapat meningkatkan
efisiensi kerja. Berdasarkan fungsi dapur di atas, tipe dapur dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu:
Conventional Kitchen
Tipe dapur dimana bahan yang dimasak seluruhnya terdiri dari bahan
mentah terlihat dari area/ruang pada dapur yang lengkap. Biasanya digunakan
pada perusahaan kecil yang menawarkan menu tidak terlalu luas dan banquet yang
tidak terlalu besar. Seluruh bagian atau area dapur dapat ditempatkan menjadi satu
ruang, dimana bagian preparation dan bagian finishing ditempatkan pada area
yang sama serta semua makanan panas dilayani dalam satu outlet kitchen.
5
3) Saucer Merupakan bagian pengolahan saus yang memiliki fungsi dan ruang
lingkup pekerjaan menyiapkan dan membuat berbagai macam saus serta
makanan panas yang pada dasarnya merupakan makanan pokok.
4) Pattiserie Merupakan bagian yang memiliki fungsi dan ruang lingkup
pekerjaan mempersiapkan serta membuat macam-macam cake, bread,
manisan, ice cream dan makanan penutup (dessert) lainya.
Convenience Food Kitchen
Tipe dapur dimana bahan yang digunakan adalah bahan siap pakai
(convenience). Pada dapur tidak terdapat ruang pemasakan, perusahaan tidak
melakukan kegiatan persiapan, memerlukan cold/dry storage, bagian persiapan
hanya memerlukan peralatan seperti : microwave, convenience oven, kecuali
makanan yang harus dibuat sendiri seperti fresh salad.
c) Tata Letak (Lay Out) Pada Area Pemasakan (Cooking Area)
Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam mendesain dapur adalah
menentukan perletakan tempat memasak, tempat mencuci dan tempat menyimpan,
yang lebih dikenal dengan ”prinsip segitiga”. Prinsip ini menekankan agar antara
ketiga fungsi (memasak – mencuci – menyimpan) tidak saling menghalangi
namun jaraknya tidak terlalu jauh.
Ada beberapa tata letak (lay out) pada area pemasakan/cooking area sebagai
berikut :
1) Tipe Garis Lurus (Line Shape) atau Single line
Dapur dengan tipe ini adalah bentuk dapur yang paling sederhana, hanya
berupa susunan kabinet memanjang yang menampung seluruh fungsi dapur pada
satu garis lurus. Keuntungan model ini amat menghemat tempat, dapur bisa
digabungkan dengan ruangan lain seperti ruang makan. Jarak yang ditempuh
pekerja pendek, menghemat waktu dan energi, bahan makanan tidak menunggu
lama sebelum diproses. Minimal membutuhkan tempat sekitar 3-4 meter panjang
dinding. Namun yang perlu diperhatikan pada desain ini adalah penempatan
kompor dan sink, karena salah peletakan bisa mengakibatkan tidak praktisnya
kegiatan di dapur. Kerugian dari tipe dapur ini adalah hanya memuat tempat dan
peralatan yang terbatas sehingga ruang gerak pekerja terbatas dan produk yang
dihasilkan juga menjadi terbatas. Dapur jenis ini banyak ditemui di apartemen
atau
5
rumah atau institusi yang memiliki ruang-ruang yang memanjang dan tidak terlalu
lebar. Bentuk ini kurang efektif namun hemat tempat.
2) Tipe Koridor (Double Line)
Pada tipe ini dapur diletakkan pada dua sisi dinding yang berhadapan.
Ruangan yang tercipta di antara dua sisi yang berhadapan ini, difungsikan sebagai
ruang sirkulasi dari keduanya. Untuk zona masak dan air bersih pada satu sisi,
sementara sisi lainnya dapat di gunakan untuk area penyimpanan. Atau zona
memasak pada satu sisi, sedangkan sisi yang lainnya dapat digunakan untuk area
air bersih dan penyimpanan. Model ini dibuat untuk memudahkan pemisahan
antara dapur bersih dan dapur kotor.
3) Tipe L (L Shape)
Model ini bisa diterapkan pada ruang yang terbatas. Jalur sirkulasi pada
dapur L relatif lebih nyaman. Bentuknya yang siku memungkinkan
pengelompokan antara dapur bersih dan kotor ditempatkan pada 2 dinding yang
berpotongan (di sudut). Keuntungan dari tipe dapur ini memuat tempat dan
peralatan yang lebih banyak, cocok untuk ruangan dapur yang mempunyai
panjang ruangan terbatas, cocok untuk memisahkan dua kelompok peralatan dan
pembagian kerja dapat lebih merata. Kerugiannya memerlukan waktu dan energi
yang lebih banyak.
4) Tipe U (U shape)
Bentuk dapur U biasanya menempati tiga dinding dan dapat digabungkan
dengan bar. Dapur U bisa dimanfaatkan untuk penyimpanan yang cukup luas.
Salah satu tipe dapur yang dapat menciptakan tempat penyimpanan peralatan yang
cukup banyak dan efektif. Penataan zonanya lebih fleksibel, tergantung kebutuhan
penggunanya. Cocok untuk ruangan dapur kecil dengan sedikit pekerja.
Kerugiannya ruang gerak pekerja terbatas dan bila peralatan terlalu banyak
terkesan tidak rapi.
5) Tipe Pulau (Island)
Model dapur “island” membawa kesan ekslusif dan dapat diterapkan apabila
ruangan yang tersedia cukup luas. Pada model ini kompor atau oven berikut
cooker hood terpisah dari perangkat dapur lainnya. Selain itu, tipe island ini juga
berfungsi sebagai tempat makan dan meja saji juga. Biasanya, lay out dapur ini
berbentuk tipe single line atau tipe L dengan tambahan sebuah meja di tengahnya
(island). Meja
5
yang berada di tengah tersebut, dapat berupa meja yang permanen maupun meja
yang dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan kebutuhan.
6) Tipe G
Dapur tipe ini sama dengan menutupi seluruh dinding dapur dengan kabinet.
Apabila ruang dapur cukup besar dan membutuhkan banyak tempat penyimpanan
alat-alat makan yang jarang dipakai, tipe ini bisa digunakan. Namun banyak
desainer dapur modern saat ini tidak akan menyarankan menggunakan desain
model ini. Disamping banyak terjadi ruang mati pada kabinet-kabinet sudut, juga
dapur akan terlihat penuh dan kurang memberi kenyamanan secara psikologis.
7) Tipe Parallel back to back
Dapur dengan tipe parallel back to back antar pekerja melakukan kegiatan
dengan posisi saling membelakangi, bekerja tanpa harus bertabrakan, cocok untuk
ruang dapur yang luas, memuat tempat dan peralatan yang lebih banyak dan
pembagian kerja dapat lebih merata serta hasil produksi dapat lebih banyak, sering
digunakan untuk penyelenggaraan makanan komersial.
8) Tipe Parallel Face to face
Bentuk Pararel Face to Face biasa digunakan pada institusi besar seperti
Rumah Sakit, memungkinkan antar pekerja melakukan kegiatan dengan posisi
saling berhadapan.
d) Prinsip Perencanaan Dan Lay Out Dapur
Pada sistem penyelenggaraan makanan seorang manajer atau pengelola
harus memahami mengenangi prinsip desain dan lay out dapur. Bila pada
penyelenggaraan makanan terjadi perubahan menu, macam hidangan yang baru,
cara pelayanan yang berubah, maka seorang manajer harus mampu merancang
kebutuhan sarana fisik beserta peralatannya. Desain diartikan merancang
bangunan gedung/area yang akan dibuat yang meliputi luas dapur, bentuk/shape
dan gaya/stlyle. Luas dapur sangat tergantung dari besar kecilnya kegiatan di
dapur. Luas dapur suatu saat akan berkembang menjadi lebih luas bila ada
permintaan yang semakin meningkat. Bentuk dapur juga perlu dirancang sesuai
dengan kegiatan yang akan dilakukan dan tidak kalah penting gaya atau model
bangunan serta dekorasi perlu dirancang bersama dengan tim interior. Lay out
diartikan sebagai merancang tata letak ruangan yang diperlukan agar terjadi alur
kerja dan
5
alur produksi yang searah dan tidak bertabrakan. Selain itu juga menyangkut tata
letak alat-alat di area produksi dan distribusi serta menyangkut alur kerja.
Syarat alur kerja yang baik :
Pekerja sedapat mungkin dilakukan menurut salah satu arah/continous
(hindari arus bolak balik atau simpang siur) menggunakan sedikit waktu dan
energi.
Bahan makanan tidak terlalu lama menunggu sebelum proses.
Penggunaan ruangan dan alat semaksimal mungkin.
Perencanaan desain dan lay out dapur adalah kegiatan merencanakan secara
tim atau perorangan untuk membangun gedung dan menetapkan peralatan dapur
dengan seefisien dan seefektif mungkin agar penyelenggaraan makanan dapat
mencapai tujuan. Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
desain dan lay out dapur adalah:
1) Lay out, desain dan fasilitas harus berdasarkan menu/pola menu. Pada pola
menu makanan Indonesia, maka harus ada sarana untuk mencuci beras dan
mengolah nasi (rice cooker), lauk hewani, lauk nabati, sayur dan makanan
kecil/snack.
2) Desain harus mempertimbangkan perubahan terhadap masa mendatang
(fasilitas baru, item menu baru, perkembangan alat-alat dan mesin). Setiap
institusi diharapkan dapat berkembang, sehingga perlu disediakan lahan
untuk pengembangan yang dapat diprediksi.
3) Perencanaan juga harus mempertimbangkan berbagai bentuk energi yang
akan digunakan karena akan menyangkut biaya/cost.
4) Desain dan fasilitas yang dihasilkan harus dapat mengantisipasi lingkungan
seefisien mungkin karena hal ini menyangkut produktifitas kerja dan
kenyamanan konsumen.
5) Menetapkan alur kerja rutin dan lancar.
6) Sedapat mungkin semua kegiatan dilakukan pada lantai yang sama.
7) Membuat jarak seminimal mungkin antara area produksi dengan pusat
penyajian.
8) Mengatur pusat kerja di dapur secara rapi.
9) Merancang kondisi tempat kerja agar lebih produktif.
5
Berdasarkan dari hasil observasi yang kami lakukan kami dapati bahwa tipe
dapur pada RSUD Dr.Soedarso adalah Combined Preparation and Finishing
Kitchen adalah tipe dapur yang biasanya terdapat pada perusahaan ukuran
menengah yang memungkinkan untuk mempersiapkan sejumlah standar menu dan
porsi tertentu. Bentuk dapur ini sangat berbeda dengan bentuk dapur conventional
karena di sini terdapat pemisahan antara bagian yang mempersiapkan dengan
bagian yang mengolah makanan. Tipe dapur dimana dalam proses produksi
mengkombinasikan bahan mentah dan makanan yang telah matang. Biasanya
digunakan pada perusahaan ukuran menengah, sejumlah menu sudah
terstandarisasi, preparation dan finishing dipisahkan dalam dua blok.
Sedangkan untuk tata letak pada area pemasakan di RSUD Dr.Soedarso
adalah Tipe Parallel Face to face dimana bentuk Pararel Face to Face biasa
digunakan pada institusi besar seperti Rumah Sakit, memungkinkan antar pekerja
melakukan kegiatan dengan posisi saling berhadapan. Untuk detail denah akan
dilampirkan di bawah ini.
5
Panah biru: Alur Bahan Makanan Basah/Segar Panah Merah : Alur Bahan Makanan Kering
LOK
DENAH LANTAI I & II
skala. 1 : 100
6
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja lapangan manajemen sistem penyelenggaraan
makanan rumah sakit yang telah dilaksanakan di RSUD Dr. Soedarso, dapat
dismpulkan bahwa:
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soedarso merupakan rumah sakit
yang dikelola oleh Pemerintah Kalimantan Barat. Selain itu, merupakan
rumah sakit pendidikan sekaligus rumah sakit rujukan tertinggi di
Kalimantan Barat dan sebagai rumah sakit badan layanan umum daera
Instalasi Gizi RSUD Dr.Soedarso Pontianak mempunyai tujuan untuk
menyediakan makanan untuk pasien seusai standar makanan Rumah Sakit,
melaksanakan pelayanan aasuhan gizi di ruangan rawat inap dan rawat jalan,
melaksanakan penyuluhan atau konsultasi gizi bagi pasien di ruang rawat
inap dan rawat jalan, kemudian melaksankan pendidikan pelatihan karyawan
instalasi gizi dan melaksanakan penelitian dan pengembangan gizi terapan.
Penetapan Peraturan Penyelenggaran Makanan yang ada RSUD Dr.
Soedarso Pontianak adanya ketentuan tentang pola pemberian, master menu,
standar porsi dan siklus menu makanan pasien sebagai acuan yang berlaku
dalam penyelenggaraan makanan RS.
Penyusunan standar bahan makanan di RSUD Dr. Soedarso Pontianak telah
terlaksana sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi bahan makanan yang
dibutuhkan oleh pasien.
Perencanaan Menu di Instalasi Gizi RSUD Dr. Soedarso menu yang
digunakan yaitu siklus menu 10 hari. Menu setiap tahun direvisi, apabila ada
menu yang akan di revisi perlu mempertimbangkan durasi waktu
pengolahan, anggaran, tenaga dan peralatan yang digunakan.
RSUD Dr.Soedarso telah menerapkan langkah Perencanaan Kebutuhan
Bahan Makanan sesuai dengan pedoman PGRS
Perencanaan Anggaran Bahan Makanan RSUD. Dr.Soedarso sudah
memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan dan
susai dengan PGRS.
61
62
B. Saran
Sebaiknya pengolahan makanan di RSUD. Dr. Soedarso lebih bervariasi
agar tidak timbul rasa bosan oleh konsumen pasien
Sebaiknya petugas lebih memperhatikan personal hygiene yang belum
optimal, hygiene lingkungan yang kurang cukup baik dan hygiene tempat
pencucian peralatan yang belum baik.
65
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
10
11
Gudang Transit
70
12
Gudang Air
13
Gudang Beras
LAMPIRAN
Diketahui :
Bahan makanan : Daging Sapi
Kebutuhan daging sapi dalam siklus 10 hari = 340 gram
Rata-rata pasien dalam setahun = 150 pasien
Harga daging sapi per kg = Rp.125.000
Perhitungan Anggaran :
= Kebutuhan dalam 1 tahun x harga/kg
= 1836 x Rp.125.000
= Rp229.500.000
Jadi, dana yang diperlukan untuk membeli daging sapi selama 1 tahun adalah
Rp229.500.000
89
Tenaga gizi yang ada saat ini berjumlah 27 orang, jadi dapat disimpulkan
untuk tenaga nutrisionis masih kekurangan tenaga sebanyak 15 orang tenaga
nutrisionis.
Tenaga gizi yang ada saat ini berjumlah 26 orang. Jadi, dapat disimpulkan
untuk tenaga nutrisionis masih kekurangan sebanyak 11 orang tenaga nutrisionis.
98
Tenaga juru masak yang ada saat ini berjumlah 17 orang, jadi dapat
disimpulkan untuk tenaga juru masak masih kekurangan tenaga sebanyak 9 orang
tenaga juru masak
Tenaga juru masak yang ada saat ini berjumlah 17 orang. Jadi, dapat
disimpulkan untuk tenaga juru masak masih kekurangan sebanyak 14 orang
tenaga juru masak.
99
A. Tenaga Pramusaji
A : Hari kerja setahun : 365 hari
B : Hari cuti setahun : 12 hari
C : Hari Sabtu/Minggu setahun : 52 hari
D : Hari libur resmi setahun : 14 hari
Tenaga pramusaji yang ada saat ini berjumlah 17 orang, jadi dapat
disimpulkan untuk tenaga pramusaji masih kekurangan tenaga sebanyak 5 orang
tenaga pramusaji
Tenaga pramusaji yang ada saat ini berjumlah 17 orang. Jadi, dapat
disimpulkan untuk tenaga pramusaji masih kekurangan sebanyak 16 orang tenaga
pramusaji.
10
Auditor :
Jenis Makanan : Biasa
Tanggal : 11 Oktober
2021
Waktu Jenis Aroma Suhu Penampilan Cita Rasa Tekstur
Makan Makanan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Bubur
Pagi
L.Hewani
Nasi/Bubur √ √ √ √ √
L.Hewani √ √ √ √ √
Siang L.Nabati √ √ √ √ √
Sayur √ √ √ √ √
Buah
Nasi/Bubur
L.Hewani
Sore
L.Nabati
Sayur
Total Jawab "Ya" 4 4 4 4 4
Ket : Ya = Dapat diterima/sesuai dengan diet
Tidak = Tidak dapat diterima/tidak sesuai dengan diet
Auditor :
Jenis Makanan : Diet
Tanggal :11 Okt 2021
Waktu Jenis Aroma Suhu Penampilan Cita Rasa Tekstur
Makan Makanan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Bubur
Pagi
L.Hewani
Nasi/Bubur √ √ √ √ √
L.Hewani √ √ √ √ √
Siang L.Nabati √ √ √ √ √
Sayur √ √ √ √ √
Buah
Nasi/Bubur
L.Hewani
Sore
L.Nabati
Sayur
Total Jawab "Ya" 4 4 4 4 4
Ket : Ya = Dapat diterima/sesuai dengan diet
Tidak = Tidak dapat diterima/tidak sesuai dengan diet
10
Auditor :
Jenis Makanan : Diet
Tanggal : 12 Oktober
2021
Waktu Jenis Aroma Suhu Penampilan Cita Rasa Tekstur
Makan Makanan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Bubur
Pagi
L.Hewani
Nasi/Bubur √ √ √ √ √
L.Hewani √ √ √ √ √
Siang L.Nabati √ √ √ √ √
Sayur √ √ √ √ √
Buah √ √ √ √ √
Nasi/Bubur √ √ √ √ √
L.Hewani √ √ √ √ √
Sore
L.Nabati √ √ √ √ √
Sayur √ √ √ √ √
Total Jawab "Ya" 9 7 9 8 9
Ket : Ya = Dapat diterima/sesuai dengan diet
Tidak = Tidak dapat diterima/tidak sesuai dengan diet
10
Auditor :
Jenis Makanan : Diet
Tanggal : 14 Oktober
2021
Waktu Jenis Aroma Suhu Penampilan Cita Rasa Tekstur
Makan Makanan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Bubur
Pagi L.Hewani
Nasi/Bubur √ √ √ √ √
L.Hewani √ √ √ √ √
Siang L.Nabati √ √ √ √ √
Sayur √ √ √ √ √
Buah
Nasi/Bubur
L.Hewani
Sore
L.Nabati
Sayur
Total Jawab "Ya" 4 4 4 4 4
Ket : Ya = Dapat diterima/sesuai dengan diet
Tidak = Tidak dapat diterima/tidak sesuai dengan diet
10
Auditor :
Jenis Makanan : Biasa
Tanggal : 11 Oktober
2021
Waktu Jenis Aroma Suhu Penampilan Cita Rasa Tekstur
Makan Makanan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Bubur
Pagi
L.Hewani
Nasi/Bubur √ √ √ √ √
L.Hewani √ √ √ √ √
Siang L.Nabati √ √ √ √ √
Sayur √ √ √ √ √
Buah
Nasi/Bubur
L.Hewani
Sore
L.Nabati
Sayur
Total Jawab "Ya" 4 4 4 4 4
Ket : Ya = Dapat diterima/sesuai dengan diet
Tidak = Tidak dapat diterima/tidak sesuai dengan diet
Auditor :
Jenis Makanan : Diet
Tanggal :11 Oktober
2021
Waktu Jenis Aroma Suhu Penampilan Cita Rasa Tekstur
Makan Makanan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Bubur
Pagi
L.Hewani
Nasi/Bubur √ √ √ √ √
L.Hewani √ √ √ √ √
Siang L.Nabati √ √ √ √ √
Sayur √ √ √ √ √
Buah
Nasi/Bubur
L.Hewani
Sore
L.Nabati
Sayur
Total Jawab "Ya" 4 4 4 4 4
Ket : Ya = Dapat diterima/sesuai dengan diet
Tidak = Tidak dapat diterima/tidak sesuai dengan diet
10
Auditor :
Jenis Makanan : Diet
Tanggal : 12 Oktober
2021
Waktu Jenis Aroma Suhu Penampilan Cita Rasa Tekstur
Makan Makanan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Bubur
Pagi
L.Hewani
Nasi/Bubur √ √ √ √ √
L.Hewani √ √ √ √ √
Siang L.Nabati √ √ √ √ √
Sayur √ √ √ √ √
Buah √ √ √ √ √
Nasi/Bubur √ √ √ √ √
L.Hewani √ √ √ √ √
Sore
L.Nabati √ √ √ √ √
Sayur √ √ √ √ √
Total Jawab "Ya" 9 7 9 8 9
Ket : Ya = Dapat diterima/sesuai dengan diet
Tidak = Tidak dapat diterima/tidak sesuai dengan diet
10
Auditor :
Jenis Makanan : Diet
Tanggal : 14 Oktober
2021
Waktu Jenis Aroma Suhu Penampilan Cita Rasa Tekstur
Makan Makanan Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Bubur
Pagi L.Hewani
Nasi/Bubur √ √ √ √ √
L.Hewani √ √ √ √ √
Siang L.Nabati √ √ √ √ √
Sayur √ √ √ √ √
Buah
Nasi/Bubur
L.Hewani
Sore
L.Nabati
Sayur
Total Jawab "Ya" 4 4 4 4 4
Ket : Ya = Dapat diterima/sesuai dengan diet
Tidak = Tidak dapat diterima/tidak sesuai dengan diet
10
1. Nama Delfiana
2. NIP 19661009 200801 2 007
3. Jabatan Pramusaji
4. TMT Januari 2008
Jabatan
5. Atasan Seksi Penunjang Medik
6. Satuan RSUD dr. Soedarso
Kerja
I. Ringkasan Melakukan kegiatan pendistribusian makanan (makanan
Jabatan biasa, makanan diet, halus, cair dan snack).
II. Uraian 1.Menyiapkan alat makan pasien.
Tugas 2.Mendistribusikan air galon pasien.
3.Menyiapkan dan mendistribusikan snack pagi pasien.
4.Menyiapkan dan mendistribusikan snack sore pasien.
5.Menyiapkan dan mendistribusikan sarapan pagi pasien.
6.Menyiapkan dan mendistribusikan makan siang pasien.
7.Menyiapkan dan mendistribusikan makan sore pasien.
8.Mengumpulkan alat makan, kurvey alat dan lingkungan
kerja.
III. Tanggung Bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi
Jawab gizi melalui penanggung jawab produksi dan distribusi atas
terlaksananya kegiatan pendistribusian makanan.
IV. Wewenang -