Anda di halaman 1dari 36

LEMBAR PERSETUJUAN

Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Malnutrisi Dengan Diagnosa


Medis Post Op Tracheostomy Abses Retrofaring Dan Parafaring Di Ruang Rawat
Inap Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang dilaksanakan pada tanggal 24-
27 Agustus 2018 telah diperbaiki dan mendapat persetujuan dari pembimbing.

Bandung, 31 Agustus 2018


Pembimbing

Yuni Entarti, SST., RD


NIP. 197106201995032001

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan
gizi yang berjudul “Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Malnutrisi Dengan
Diagnosa Medis Post Op Tracheostomy Abses Retrofaring Dan Parafaring Di Ruang
Rawat Inap Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuni
Entarti, SST selaku pembimbing dalam pembuatan laporan asuhan gizi dan Ibu
Septiani Suryaningrum, SST selaku pembimbing di ruang Kana serta semua pihak
yang membantu penulis dalam pembuatan dan menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharap kritik serta saran demi sempurnanya
penulisan laporan ini dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua .

Bandung, 31 Agustus 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................................1

KATA PENGANTAR..................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................... 3

DAFTAR TABEL........................................................................................................ 5

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................6

A. Latar Belakang...............................................................................................6

B. Tujuan Umum dan Khusus.............................................................................6

C. Ruang Lingkup...............................................................................................7

BAB II TINJAUAN PISTAKA......................................................................................8

BAB III NUTRITION CARE PROCESS....................................................................16

A. Assesment....................................................................................................16

B. Diagnosis Gizi..............................................................................................25

C. Intervensi......................................................................................................25

D. Monitoring dan Evaluasi...............................................................................31

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................38

BAB V KESIMPULAN..............................................................................................40

3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................41

LAMPIRAN............................................................................................................... 42

4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Asupan zat gizi pasien saat sebelum masuk ke Rumah sakit (3 minggu

SMRS)…...………………………………………………………………………………….20

Tabel 2. Data Biokimia Tanggal 22 Agustus 2018................................................22

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinis Tanggal 24 Agustus 2018...............................23

Tabel 4. Rekomendasi LILA menurut WHO-NCHS..............................................24

Tabel 5. Jumlah Kebutuhan Zat Gizi....................................................................26

Tabel 6. Rancangan Kebutuhan Sehari...............................................................27

Tabel 7. Rencana monitoring...............................................................................30

Tabel 8. Asupan Gizi Pada Hari Ke - 1.................................................................32

Tabel 9. Tanda vital hari pertama (24 Agustus 2018)...........................................32

Tabel 10. Asupan Gizi Pada Hari ke – 2.............................................................33

Tabel 11. Tanda vital hari kedua (25 Agustus 2018)...........................................34

Tabel 12. Asupan Gizi Pada Hari ke – 3.............................................................35

Tabel 13. Tanda vital hari ketiga (26 Agustus 2018)...........................................35

Tabel 14. Asupan Gizi Pada Hari ke – 4.............................................................36

Tabel 15. Tanda vital hari Kempat (27 Agustus 2018)........................................37

5
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Abses adalah kumpulan nanah dalam suatu rongga yang terjadi
akibat adanya suatu proses infeksi bakteri yang terdapat dibawah jaringan, organ,
atau pada ruang-ruang kosong. Abses mempunyai daerah pusat yang menonjol
yang terjadi akibat penumpukan sel dan jaringan yang mati. Abses retrofiring dan
parafaring merupakan infeksi dibagian fariing yang sering menimbulkan komplikasi
berat, bahkan dapat sampai menimbulkan kematian. Penatalaksanaannya akan
lebih sulit jika diikuti oleh faktor penyulit seperti penyakit sistemik, sistem imunologi
yang menurun, pasien dengan gangguan pernafasan, dan faktor kebersihan rongga
mulut serta status gizi yang kurang. Hal inilah yang akan mempermudah timbulnya
infeksi, memperlama waktu perawatan, dan bila tidak ditangani dengan baik akan
dapat menimbulkan komplikasi yang lebih berat. Untuk itu sangat diperlukan
pengetahuan dalam mendiagnosis, ketrampilan dalam mengintervensi dan
pemberian terapi pada abses retrofaring dan parafaring sehingga
penatalaksanaanya dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Untuk mencapai status gizi optimal, tubuh perlu mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat-zat gizi yang seimbang. Bila tubuh dapat mencerna,
mengabsorbsi dan memetabolisme zat-zat gizi tersebut secara baik, maka akan
tercapai keadaan gizi seimbang. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan pengamatan
pelayanan gizi bagi pasien dengan diagnosis Abses Retrofaring dan Parafaring yang
dilaksanakan di ruang Kana RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.

2. Tujuan Umum dan Khusus


1. Tujuan Umum
Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan asuhan gizi pada pasien Abses Retrofaring dan Parafaring.
2. Tujuan Khusus

6
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian gizi terhadap pasien
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosis gizi melalui data pasien
c. Mahasiswa mampu melakukan intervensi pada pasien yang meliputi
penyediaan makanan dan edukasi gizi
d. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi gizi pasien.

3. Ruang Lingkup
Waktu pelaksanaan manajemen asuhan gizi adalah pada tanggal 24
Agustus dan berakhir pada 27 Agustus 2018. Manejemen asuhan gizi dilaksanakan
pada pasien dewasa kelas III dengan diagnosa medis post op tracheostomy abses
retrofaring dan Parafaring yang dilaksanakan di ruang Kana RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Abses Retrofaring dan Parfaring


Ruang retrofaring merupakan ruang potensial yang terletak diantara lapisan
tengah fasia leher dalam yang mengelilingi faring dan esofagus di sebelah anterior
dan lapisan dalam fasia leher dalam di sebelah posterior. Ruang ini memanjang dari
dasar tengkorak yang merupakan batas superior sampai ke mediastinum setinggi
vertebra torakal pertama atau kedua yang merupakan batas inferior. Sedangkan
Ruang parafaring (disebut juga ruang faring lateral, ruang faringomaksila, ruang
pterigomaksila, ruang pterigofaring), merupakan ruang potensial yang termasuk
bagian dari ruang leher dalam yang berbentuk piramida terbalik, yang terbentuk dari
multi komponen sistem fasia.
Abses retrofaring dan parafaring adalah kumpulan nanah ruang retrofaring
dan parafaring. Abses terbentuk akibat limfadenitis supuratif dari kelenjar
retropharyngeal Henle, yang terletak di kedua sisi retrofiring yang kemudian
menyebar ke bagian ruang parafing Ruang parafaring berhubungan dengan ruang
retrofaring di bagian posteromedial, ruang submandibula di bagian inferior, dan
ruang mastikator dibagian lateral, secara umum, ruang parafaring merupakan pusat
hubungan dari semua ruang potensial leher dalam.

2. Etiologi Abses Retrofaring dan Parafaring


Secara umum abses retrofaring terbagi 2 jenis yaitu :
1. Akut.
Keadaan ini terjadi akibat infeksi pada saluran nafas atas seperti pada
adenoid, nasofaring, rongga hidung, sinus paranasal dan tonsil yang meluas ke
kelenjar limfe retrofaring (limfadenitis) sehingga menyebabkan supurasi pada daerah
tersebut. Sedangkan pada orang dewasa terjadi akibat infeksi langsung oleh karena
trauma akibat penggunaan instrumen (intubasi endotrakea, endoskopi, sewaktu
adenoidektomi ) atau benda asing.

8
2. Kronis.
Keadaan ini terjadi akibat infeksi tuberkulosis ( TBC ) pada vertebra servikalis
dimana pus secara langsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior.
Selain itu abses dapat terjadi akibat infeksi TBC pada kelenjar limfe retrofaring yang
menyebar dari kelenjar limfe servikal. Pada banyak kasus sering dijumpai adanya
kuman aerob dan anaerob secara bersamaan. Beberapa organisme yang dapat
menyebabkan abses retrofaring adalah:
1. Kuman aerob : Streptococcus beta –hemolyticus group A ( paling sering ),
Streptococcus pneumoniae, Streptococcus non – hemolyticus, Staphylococcus
aureus , Haemophilus sp
2. Kuman anaerob : Bacteroides sp, Veillonella, Peptostreptococcus,
Fusobacteria
Sedangkan etiologi Abses Parafaring adalah sebagai berikut :
1. Langsung, yaitu akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan
analgesia. Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang terkontaminasi kuman
(aerob dan anaerob) menembus lapisan otot tipis (m. konstriktor faringsuperior)
yang memisahkan ruang parafaring dari fossa tonsilaris.

2. Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung,
sinus paranasal,mastoid dan vertebra servikal dapat merupakan sumber
infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring.

3. Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibular

3. Patofisiologis Abses Retrofaring


Ruang retrofaring berhubungan dengan mediastinum superior dan posterior,
sehingga dapat menjadi jalur yang potensial penyebaran infeksi ke thoraks. Ruang
retrrofaring terdiri dari jaringan areolar dan cincin limfe, sehingga dapat mengikuti
pergerakan faring dan esophagus pada saat menelan. Kelenjar limfe retrofaring

9
Sebagian besar gejala abses retrofaring berubungan obstruksi saluran nafas bagian
atas dan iritasi lokal otot (misalnya sternomastoid dan pteridoid).

Ruang retrofiring dan parafaring dapat mengalami infeksi yang berkembang


menjadi abses melalui dua cara, yaitu penyebaran infeksi melalui aliran limfe
(sebagian besar) secara lokal dari sumber infeksi atau inokulasi langsung bakteri
melalui trauma tembus atau benda asing. Suatu infeksi bakteri di ruang parafaring
dapat menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain misalnya melalui
saluran vaskuler menyebabkan terjadinya endoplebitis atau trombosis atau melalui
saluran limfatik sehingga menyebabkan terjadinya supurasi kelenjar limfe servikal
profunda. Infeksi di bagian tubuh yang lain seperti pada tonsilitis, faringitis akut,
adenoiditis, perluasan peritonsiler abses, infeksi gigi molar pada pencabutan gigi
molar bawah, tindakan endoskopi peroral yang kasar, perluasan infeksi glandula
parotis atau pada timpano-mastoiditis kronis melalui abses Bezold.

4. Gejala dan Tanda Klinis Abses Retrofaring dan Parafaring


Gejala klinis abses retrofaring dan parafring pada orang dewasa biasanya
gejala didahului oleh riwayat trauma dari luar, trauma karena alat seperti
esofagoskopi, intubasi endotrakea, trauma benda asing seperti tulang ikan, atau
adanya benda asing. Gejala klinis pada orang dewasa antara lain nyeri menelan,
sulit menelan, demam, nyeri tekan, kekakuan leher serta gejala sumbatan jalan
nafas atas. Jika abses bertambah besar maka suara akan berubah, air liur tidak
dapat dikontrol. Dapat timbul sesak nafas karena sumbatan jalan nafas.

5. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan jalan nafas yang adekuat :
a) posisi pasien supine dengan leher ekstensi
b) pemberian O2
c) intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung / intubasi fiber optik
d) trakeostomi / krikotirotomi

10
2. Medikamentosa
a) Antibiotik ( parenteral )
b) Simtomatis
c) Bila terdapat dehidrasi, diberikan cairan untuk memperbaiki keseimbangan
cairan elektrolit.
d) Pada infeksi Tuberkulosis diberikan obat tuberkulostatika.
1. Operatif :
a) Aspirasi pus ( needle aspiration )
b) Insisi dan drainase
2. Terapi Gizi :
a) Memberikan diit yang sesuai dengan kondisi pasien
b) Memberikan bentuk makanan yang sesuai dengan kondisi pasien

6. Komplikasi Retrofaring
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah sumbatan jalan nafas akibat
dari pendesakan trakea, aspirasi dari pus, bisa secara spontan maupun pada saat
memasukkan pipa endotrakea, komplikasi pembuluh darah misalnya trombosis vena
intra jularis, ruptur arteri karotis, mediastinitis, defisit neurologi, sepsis, fasiitis
nekrotikleher, osteomyelitis dan abses parafaring.

11
BAB III
NUTRITION CARE PROCESS

1. Assesment

7. Client History

8. Data Personal

a) Nama : Tn. D
b) Tanggal Lahir : 05 Juli 1968

c) Umur : 50 tahun

d) Jenis Kelamin : Laki – laki

e) Suku : Sunda

f) Bahasa : Indonesia dan Sunda

g) Kemampuan Membaca : Bisa

h) Peran Dalam Keluarga : Kepala Keluarga

i) Penggunaan Rokok : Sudah berhenti sekitar 2 bulan yang lalu

j) Keterbatasan Fisik : Tidak ada

k) Mobilitas : bed rest

l) No. RM : 0001706298

m) Tanggal masuk RS : 21 Agustus 2018

n) Tanggal pengkajian kasus : 24 Agustus 2018

12
9. Riwayat Medis
a) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.

a) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh bengkak pada leher sejak 3 hari SMRS. Keluhan

dirasa semakin meluas keatas dada 1 hari yang lalu. Bengkak agak

kemerahan dan terasa nyeri bila dipegang, awalnya pasien susah untuk

membuka mulut dan keluar nanah hijau saat meludah dan nyeri saat

menelan. Pasien memiliki riwayat gigi berlubang.

10. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga dan kerabat dekat Tn.T tidak memiliki penyakit yang serupa.

11. Perawatan/Terapi
a) Tn.D terpasang infus NaCl 0,9% 1500 cc

b) Tn.D terpasang dower kateter sejak tanggal 23 Agustus 2018

c) Pencabutan gigi graham bawah pada tanggal 24 Agustus 2018

d) Tn.D pernah berobat Ke RS lain dan diberikan antibiotic oral.

1) Perawatan Bedah

Tn. D menjalani Tacheostpmy dan Insisi Drainase pada tanggal 22 Agustus

2018.

12. Riwayat Sosial


a) Faktor sosio ekonomi

Tn.Dbekerja sebagai petani namun seminggu terakhir Tn. D tidak

berkebun lagi.

13
b) Situasi Rumah/hidup

Tn.D tinggal bersama seorang istri,2 orang anak laki-laki yang, 1 anak

perempuan, 1 orang menantu perempuan serta 1 orang cucu.

c) Dukungan Sosial dan Kesehatan

Penjaminan kesehatan dibayar secara umum kelas III

d) Agama

Tn.T beragama Islam

13. Riwayat Terkait Gizi dan Makanan


1) Asupan Makan dan Zat Gizi

 Jumlah makanan, pola makan/snack dan variasi makan pasien 3 minggu

SMRS

 Pola makan Tn.D 3 minggu sebelum dirawat di rumah sakit 3 kali sehari

yang terdiri dari nasi, lauk, dan sayuran serta minum < 2 L sehari.

 Sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi antara lain nasi 3 kali sehari

@150 g nasi setiap makan, roti/biskuit 4 kali seminggu

 Lauk hewani yang biasa dikonsumsi Tn.D antara lain ikan goreng 3 kali

seminggu dan telur ayam 3 kali seminggu @1 butir setiap kali makan.

Selain itu juga Tn. D mengkonsumsi daging ayam dengan kulit dan

daging sapi 2 kali seminggu. Proses pemasakan lauk adalah digoreng,

dipepes dan dimasak bumbu.

 Lauk nabati yang biasa dikonsumsi Tn.D adalah tahu tempe 5 kali

seminggu. Proses pemasakan lauk adalah digoreng.

14
 Sayuran yang sering dikonsumsi Tn.D adalah sayur sop dan sayur

bayam sebanyak 50 g.

 Buah yang biasa dikonsumsi Tn.D adalah buah pepaya 2 kali seminggu

@80 g buah setiap kali makan, pisang @1 buah setiap makan dan

mangga @1 buah setiap makan.

 Snack yang biasa dikonsumsi Tn.D antara lain kue malkist dan roti

kelapa 3 kali seminggu @4 keping sekali makan.

Tabel 1. Asupan zat gizi pasien saat sebelum masuk ke Rumah sakit (3
minggu SMRS)

Jenis Zat Gizi Total Kebutuhan % Asupan Makan

Energi (Kkal) 760,72 Kkal 2394 Kkal 31,78 %

Protein (gr) 25,25 g 89,78 g 28,12 %

Lemak (gr) 22,63 g 66,5 g 34 %

Karbohidrat (gr) 109,29 g 359,1 g 30,43 %

2) Asupan Recall 24 Jam pada tanggal 24 Agustus 2018

1) Tn.D masih dipuasakan karena post Treacheostomy.

3) Pemberian Makanan dan Zat Gizi

1) Riwayat Diet

 Order Diet

 Modifikasi Diet: Diet Gizi Seimbang

 Bentuk Makanan : Makanan Saring (TD2)

15
2) Pengalaman Diet

 Edukasi / konseling diet masa lalu : Tn.D belum pernah melakukan

diet dan mendapatkan konseling.

 Alergi makanan : Tn.D tidak memiliki

alergi terhadap makanan

3) Lingkungan Makan

 Saat di rumah (3 minggu SMRS) Tn.D makan dirumah yang dimasak

oleh istrinya dan makan bersama anggota keluarga.

 Saat di rumah sakit, Tn.D dapat makan dengan sendiri.

4) Pengetahuan Kepercayaan/Sikap

Tn.D tidak memiliki pantangan dan ketidaksukaan terhadap makanan.

5) Perilaku Makan

Tn.T tidak memilih dalam mengkonsumsi makanan.

6) Aktifitas Fisik

 Sebelum sakit, Tn.D bekerja sebagai buruh tani dengan jam kerja

sekitar 9 jam.

 Setelah sakit, pasien masih bekerja dan baru berhenti bekerja sekitar

1 minggu yang lalu. Aktifitas di rumah sakit saat ini adalah bed rest.

16
14. Antropometri

1) Tinggi Badan : 168 cm

2. Berat Badan biasanya : 63 kg (2 minggu yang lalu)

3. LLA : 25,5 cm

4. Estimasi BB menurut LLA : 53 kg

5. Penurunan BB: 10 kg atau 14,5% dalam 2 minggu

6. Status Gizi : Malnutrisi

7. Data Biokimia
Data Biokimia pada tanggal 22 Agustus 2018 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Data Biokimia Tanggal 22 Agustus 2018

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan Keterangan

Profil Haematology

Hemoglobin 13-16 g/dL 12,6 g/dL Rendah

Hematokrit 40 % 36,8 % Rendah

Leukosit 4,50 - 11,0 x 10^3/uL 20,29 x 10^3/uL Tinggi

Glukosa Sewaktu <140 mg/dL 145 mg/dL Tinggi

Albumin 3,4-5,0 mg/dL 2,10 mg/dL Rendah

Ureum 15,0-38 U/L 58 U/L Tinggi

Kreatinin 0,8-1,30 mg/dL 0,68 mg/dL Rendah

17
8. Fisik Klinis

1) Penampilan Keseluruhan : Tampak lemah, kesadaran kompos mentis


dan dapat di ajak berkomunikasi

2. Adiposa : Kehilangan lemak subkutan

3. Sistem Pencernaan : Nafsu makan tidak baik

4. Ekstremities : Pasie dapat menggerakkan anggota tubuhnya

5. Kulit : Normal

6. Tanda – tanda vital :


Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinis Tanggal 24 Agustus 2018

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan Keterangan

Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal

Nadi 80 – 100 kali/menit 70 kali/menit Normal

Respirasi 12 – 20 kali/menit 12-20 kali/menit Normal

Suhu 36,5 – 37,5 ˚C 37 ˚C Normal

Kesadaran Kompos Mentis Kompos Mentis Normal

7. Standar Pembanding
1) Estimasi Kebutuhan Zat Gizi (Rumus Miflin)

Energi = (10.W) + (6,25.H) – ( 5.A) + 5

= (10 x 53) + (6,25 x 168 cm) – (5 x 50 th) + 5

= 530 + 1050 – 250 + 5

= 1335 kkal x FA x FS

= 1335 kkal x 1 x 1,5

18
= 1602,4 kkal

Protein = 15% x 1602,4 kkal / 4

= 60 gram

Lemak = 25% x 1602,4 kkal / 9

= 44,5 gram

Karbohidrat = 60% x 1602,4 kkal / 4

= 240,36 gram

2) Rekomendasi LILA

Tabel 4. Rekomendasi LILA menurut WHO-NCHS

Umur (tahun) Laki – laki Perempuan

1 – 1,9 15,9 15,6


2 – 2,9 16,2 16
3 – 3,9 16,7 16,7
4 – 4,9 17,1 16,9
5 – 5,9 17,5 17,5
6 – 6,9 17,9 17,6
7 – 7,9 18,7 18,6
8 – 8,9 19 19,5
9 – 9,9 20 20,1
10 – 10,9 21 21
11 – 11,9 22,3 22,4
12 – 12,9 23,2 23,7
13 – 13,9 24,7 24,3
14 – 14,9 25,3 25,2
15 – 15,9 26,4 25,4
16 – 16,9 27,8 25,8
17 – 17,9 28,5 26,4

19
18 – 18,9 29,7 26,7
19 – 24,9 30,8 27,5
25 – 44,9 31,9 27,7
45 – 54,9 32,2 29,9
55 – 64,9 34,7 30,3
>65 29,9 29,9

% LILA = LLA ukur / LLA standar x 100%

= 25,5 cm / 32,2 cm x 100%

= 79,19 %

Keterangan :
Obesitas (>120%)
Overweight (110-120%)
Normal (90-110%)
Gizi Kurang (60 – 90%)
Gizi Buruk (<60%)

8. Diagnosis Gizi
NC. 4.1 Malnutrisi berkaitan dengan kondisi fisiologis penyakit yang
meningkatkan kebutuhan gizi dan asupan tidak adekuat dalam 3 minggu ditandai
dengan penurunanan berat badan 14,5% dalam 2 minggu, SQFFQ 3 minggu <50%
serta hilang lemak subkutan.

NC. 2.1 Kesulitan menelan berkaitan dengan post tracheostomy, abses


retrofaring dan parafaring ditandai dengan terpasangnya cuffed tube.

9. Intervensi

a. Rencana Intervensi Gizi


Tujuan :

1) Mengoreksi malnutrisi secara bertahap sesuai dengan kondisi pasien

20
2) Meningkatkan asupan makan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien .

2. Prinsip dan Syarat Diet


1) Energi diberikan sesuai kebutuhan dengan faktor aktifitas 1, faktor stress
1,5
2) Protein diberikan sebesar 15% dari kebutuhan energi total
3) Lemak diberikan 25% dari kebutuhan energi total
4) Karbohidrat diberikan 60% sisa dari kebutuhan energi total
5) Vitamin dan mineral yang cukup
6) Jenis diet : Diet Gizi Seimbang
7) Bentuk Makanan : Saring (TD2)
8) Rute Pemberian : Oral
9) Frekuensi Makan : 3 kali makan utama, 2 kali snack, 1x25 gram Isocal, 2
putih telur

3. Kebutuhan Zat Gizi


Kebutuhan zat gizi Energi, protein, lemak dan karbohidrat Tn. D adalah

sebagai berikut :

Tabel 5. Jumlah Kebutuhan Zat Gizi

Zat Gizi Kebutuhan

Energi 1602,4 kkal

Protein 60 gram
Lemak 44,5 gram
Karbohidrat 240,36 gram

21
4. Rencana Diet Sehari
a) Rancangan diet Tn.D untuk memenuhi kebutuhan sehari adalah sebagai

berikut :

Tabel 6. Rancangan Kebutuhan Sehari

Golongan Bahan Penuka E P L KH


Makanan r ( Kkal ) ( gr ) ( gr ) ( gr )
Makanan Pokok 2P 262,5 6 - 60

Protein Hewani 3P 270 25,2 18 -

Buah 1P 50 - - 12
Minyak (Santan) 0,7 35 - 3,5 -
Snack Kue 2P 219,8 2,28 2,28 56,66
Susu Sapi 2,25 P 281,25 15,75 13,5 22,5
Gula Pasir 5P 250 - - 60
Putih Telur 2p 33 7,1 0 0,528
Isocal 25 gr 111,6 4 4 15,18
Total 1600,65 62,33 41,02 216,44
Kebutuhan 1602,4 60 44,5 240,36
92,18
Persentase 99,89% 103,88 % 90,04 %
%

5. Rancangan Edukasi
a) Tujuan :

1) Memberikan motivasi agar pasien dapat mengkonsumsi makanan yang

disediakan sesuai kebutuhan dan kemampuan

2) Memberikan informasi mengenai penyajian formula komersial yang

diberikan

22
b) Sasaran : Tn.D dan keluarga

c) Tempat : di Kamar 6 Ruang Rawat Inap Kana

d) Metode : Edukasi dan gizi

e) Waktu : ± 5 menit

f) Materi :

a) Pengertian Gizi Seimbang

Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang

mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman

pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat

bahan normal untuk mencegah masalah gizi.

b) Tujuan

1) Memberikan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan pasien

2) Meningkatkan status gizi menjadi normal

3) Membuat pasien nyaman dengan diet yang diberikan

c) Rekomendasi Makanan dan Minuman

1) Makanan dalam bentuk saring seperti bubur saring

2) Minum air putih, susu dan sari buah

3) Makanan sumber protein seperti protein hewani yang sudah

dihaluskan seperti daging cincang, ayam cincang, tahu dan tempe

yang dihaluskan, air susu kedelai yang dihaluskan.

4) Sayuran dan buah-buahan yang dipotong kecil dan dihaluskan.

23
d) Cara pengenceran formula

Isocal untuk 1 kali minum 25 gram diseduh sebanyak ± 60 ml dengan

air hangat. Penyeduhan dilakukan pada waktu snack sore.

6. Implementasi
Implementasi dilakukan selama 3 hari dengan monitoring serta

evaluasi. Implementasi dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 24 Agustus

hingga 27 Agustus 2018 mulai makan pagi hingga makan sore. Implementasi

pada kasus ini di berikan makanan diet gizi seimbang dengan jenis makanan

saring (TD2) dengan frekuensi 3 kali makan utama, 2 kali snack, putih telur 2

butir dan pemberian isocal 1 x 25 gram. Implementasi dilakukan dengan

kolaborasi antara petugas kesehatan lain, penyaji makanan dan keluarga

pasien. Adapun bentuk kolaborasi sebagai berikut :

1. Dokter dan perawat


Bekerjasama dalam memantau kondisi pasien dengan melihat hasil
laboratorium dan berkonsultasi untuk menanyakan penyakit yang di
alami pasien.
2. Petugas penyaji makanan

Mengkomunikasikan rencana intervensi sebagai petugas penyaji dapat

memesan jenis makanan akan dilakukan oleh peneliti sesuai dengan

intervensi yang telah disusun. Makanan sebelum di berikan kepada Tn.D di

timbang terlebih dahulu.

3. Keluarga pasien

24
Menginformasikan tentang rencana intervensi dan meminta

kerjasama dari pihak keluarga untuk memotivasi Tn. D agar dapat

menghabiskan seluruh makanan yang disediakan.

7. Rencana Monitoring
Rencana monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan

intervensi pasien dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 7. Rencana monitoring

Parameter Indikator Metode Target Pelaksana


an
Asupan Energi (kkal ) Observasi Makanan yang Setiap hari
makanan Protein (gr) dengan cara diberikan di
Lemak (gr) recall dan habiskan ≥80-
Karbohidrat menimbang 100% secara
(gr) makanan bertahap
Antropomet Berat badan Penimbangan Peningkatan berat Pada awal
ri berat badan badan pengkajian
dan akhir
intervensi
Fisik/ klinis Nafsu makan Observasi dan Nafsu makan Pada awal
Kesulitan pengecekkan meningkat pengkajian
menelan Kesulitan menelan dan akhir
Hilangnya hilang intervensi
lemak Lemak subkutan
subkutan membaik
Tanda- tanda vital
normal (nadi,
tekanan darah,
respirasi, suhu)

25
8. Monitoring dan Evaluasi

a. Hasil dan monitoring evaluasi hari pertama (24 Agustus 2018)

1) Asupan Makanan
Hasil monitoring asupan energi

Tabel 8. Asupan Gizi Pada Hari Ke - 1

Jenis Zat Gizi Kebutuhan Recall Persentasi

Energi (Kkal) 1602,4 kkal 905 Kkal 56,47 %

Protein (gram) 60 gram 41 gram 68,33 %

Lemak (gram) 44,5 gram 30,5 gram 68,54 %

Karbohidrat (gram) 240,36 gram 161,08 gram 67 %

2. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Biokimia tanggal 24 Agustus 2018

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan Keterangan

Profil Haematology

Hemoglobin 13-16 g/dL 10,7 g/dL Rendah

Hematokrit 40 % 31,8 % Rendah

3. Pemeriksaan fisik dan klinis terkait Gizi


1) Penampilan keseluruhan :Tn. D bisa berkomunikasi dan kesadaran
komposmentis

26
2) Sistem pencernaan : Nafsu makan sudah mulai baik
3) Extremites, otot tulang :Masih hilangnya lemak subkutan
Tabel 9. Tanda vital hari pertama (24 Agustus 2018)

Pemeriksaaan Nilai rujukan Hasil pemeriksaan Keterangan


Kesadaran Composmentis Composmentis Normal
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
Nadi 80-100x/menit 80 x/menit Normal
Respirasi 12-20x/menit 12-20 x/menit Normal
Suhu 36.5-37,5˚C 37˚C Normal

4. Pengetahuan
Tn.D sudah mengetahui pemilihan jenis makanan yang boleh dikonsumsi
dan mulai patuh terhadap diet yang diberikan.

5. Evaluasi
1) Pada hari pertama intervensi di berikan makanan saring, rute oral dengan
frekuensi 2 kali makanan utama, 1 kali snack serta penambahan putih
telur 2 dan isocal 1x 25 g.
2) Hasil pemeriksaan biokimia hemoglobin dan hematokrit Tn.D rendah
yaitu 10,7 g/dL dan 31,8 %.
3) Hasil monitoring pemeriksaan fisik, Tn. D masih tampak lemah, nafsu
makan baik dan masih kesulitan menelan.
4) Pada tingkat kepatuhan Tn. D sudah dapat menghabiskan makanan dari
rumah sakit. Namun asupan masih dibawah 80% dari kebutuhan karena
pada tanggal 23 Agustus 2018 Tn. D masih melakukan test feeding.

f. Hasil dan monitoring evaluasi hari Kedua (25 Agustus 2018)

1) Asupan Makanan
Hasil monitoring asupan energi

Tabel 10. Asupan Gizi Pada Hari ke – 2

27
Jenis Zat Gizi Kebutuhan Recall Persentasi

Energi (Kkal) 1602,4 kkal 1273,8 Kkal 79,49 %

Protein (gram) 60 gram 58,5 gram 97.5 %

Lemak (gram) 44,5 gram 41,05 gram 92,24 %

Karbohidrat (gram) 240,36 gram 198,8 gram 82,7 %

2. Pemeriksaan fisik dan klinis terkait Gizi


1) Penampilan keseluruhan :Tn. D bisa berkomunikasi dan kesadaran
komposmentis
2) Sistem pencernaan : Nafsu makan sudah mulai baik, gangguan
menelan, gangguan mengunyah
3) Extremites, otot tulang :Masih hilangnya lemak subkutan
Tabel 11. Tanda vital hari kedua (25 Agustus 2018)

Pemeriksaaan Nilai rujukan Hasil pemeriksaan Keterangan


Kesadaran Composmentis Composmentis Normal
Tekanan Darah 120/80 mmHg 110/80 mmHg Normal
Nadi 80-100x/menit 80 x/menit Normal
Respirasi 12-20x/menit 12-20 x/menit Normal
Suhu 36.5-37,5˚C 36˚C Normal

3. Pengetahuan
Tn.D sudah mengetahui pemilihan jenis makanan yang boleh dikonsumsi
dan mulai patuh terhadap diet yang diberikan.

4. Evaluasi
1) Pada hari kedua intervensi di berikan makanan saring, rute oral dengan
frekuensi 3 kali makanan utama, 2 kali snack serta penambahan putih
telur 2 dan isocal 1x 25 g.

28
2) Hasil monitoring pemeriksaan fisik, Tn. D baik, masih tampak lemah
nafsu makan baik, masih kesulitan menelan dan gangguan mengunyah
3) Pada tingkat kepatuhan Tn. D sudah dapat menghabiskan makanan dari
rumah sakit. Namun pada saat makan pagi makanan tidak habis karena
pada tanggal 24 Agustus 2018 dlakukan pencabutan gigi sehingga masih
terasa nyeri saat mengunyah.

e. Hasil dan monitoring evaluasi hari Ketiga (26 Agustus 2018)

1) Asupan Makanan
Hasil monitoring asupan energi

Tabel 12. Asupan Gizi Pada Hari ke – 3

Jenis Zat Gizi Kebutuhan Recall Persentasi

Energi (Kkal) 1602,4 kkal 1589 Kkal 99 %

Protein (gram) 60 gram 52,4 gram 87,3 %

Lemak (gram) 44,5 gram 41 gram 92,13 %

Karbohidrat (gram) 240,36 gram 228,9 gram 95,23 %

2. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Biokimia tanggal 26 Agustus 2018

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan Keterangan

Profil Haematology

Hemoglobin 13-16 g/dL 12,3 g/dL Rendah

Hematokrit 40 % 34,9% Rendah

Glukosa Sewaktu <140 mg/dL 255 mg/dL Tinggi

Albumin 3,4-5,0 g/dL 2,20 g/dL Rendah

29
3. Pemeriksaan fisik dan klinis terkait Gizi
1) Penampilan keseluruhan :Tn. D bisa berkomunikasi dan kesadaran
komposmentis
2) Sistem pencernaan : Nafsu makan sudah mulai baik, gangguan
menelan
3) Extremites, otot tulang :Masih hilangnya lemak subkutan
Tabel 13. Tanda vital hari ketiga (26 Agustus 2018)

Pemeriksaaan Nilai rujukan Hasil pemeriksaan Keterangan


Kesadaran Composmentis Composmentis Normal
Tekanan Darah 120/80 mmHg 110/80 mmHg Normal
Nadi 80-100x/menit 80 x/menit Normal
Respirasi 12-20x/menit 12-20 x/menit Normal
Suhu 36.5-37,5˚C 36˚C Normal

4. Pengetahuan
Tn.D sudah mengetahui pemilihan jenis makanan yang boleh dikonsumsi
dan mulai patuh terhadap diet yang diberikan.

5. Evaluasi
1) Pada hari ketiga intervensi di berikan makanan saring, rute oral dengan
frekuensi 3 kali makanan utama serta penambahan putih telur 2 dan
isocal 1x 25 g.
2) Hasil pemeriksaan biokimia hemoglobin, hematokrit dan albumin Tn. D
rendah yaitu 12,3 g/dL, 34,9 % dan 2,20 g/dL sedangkan glukosa
sewaktu Tn. D tinggi aitu 255 g/dL.
3) Hasil monitoring pemeriksaan fisik, Tn. D masih tampak lemah, nafsu
makan baik dan masih kesulitan menelan.

30
4) Pada tingkat kepatuhan Tn. D sudah dapat menghabiskan makanan dari
rumah sakit.

f. Hasil dan monitoring evaluasi hari kempat (27 Agustus 2018)

1) Asupan Makanan
Hasil monitoring asupan energi

Tabel 14. Asupan Gizi Pada Hari ke – 4

Jenis Zat Gizi Kebutuhan Recall Persentasi

Energi (Kkal) 1602,4 kkal 1573,8 Kkal 98,2 %

Protein (gram) 60 gram 58,2 gram 97 %

Lemak (gram) 44,5 gram 43,6 gram 97,97 %

Karbohidrat (gram) 240,36 gram 218,8 gram 91 %

2. Pemeriksaan fisik dan klinis terkait Gizi


1) Penampilan keseluruhan :Tn. D bisa berkomunikasi dan kesadaran
komposmentis
2) Sistem pencernaan : Nafsu makan sudah mulai baik, mual,
kesulitan menelan
3) Extremites, otot tulang :Masih hilangnya lemak subkutan
Tabel 15. Tanda vital hari Kempat (27 Agustus 2018)

Pemeriksaaan Nilai rujukan Hasil pemeriksaan Keterangan


Kesadaran Composmentis Composmentis Normal
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
Nadi 80-100x/menit 80 x/menit Normal
Respirasi 12-20x/menit 12-20 x/menit Normal
Suhu 36.5-37,5˚C 36˚C Normal

31
3. Pengetahuan
Tn.D sudah mengetahui pemilihan jenis makanan yang boleh dikonsumsi
dan mulai patuh terhadap diet yang diberikan.

4. Evaluasi
1) Pada hari keempat intervensi di berikan makanan saring, rute oral
dengan frekuensi 1 kali makanan utama, 1 kali snack serta penambahan
putih telur 2 dan isocal 1x 25 g.
2) Hasil monitoring pemeriksaan fisik, Tn D masih tampak lemah, nafsu
makan baik, mual dan masih kesulitan menelan.
3) Pada tingkat kepatuhan Tn. D sudah dapat menghabiskan makanan dari
rumah sakit. Namun untuk putih telur tidak dapat dihabiskan karena
pasien merasa mual saat meminumnya.

32
BAB IV
PEMBAHASAN

Tn. D didiagnosis abses retrofaring dan parafaring. Abses retrofaring dan


parafaring adalah penumpukan nanah/pus pada ruang retrofaring dan parafaring.
Pada banyak kasus yang terjadi abses retrofaring terjadi akibat kerusakan jaringan
yang menjalar dari infeksi gigi, mulut, tenggorokan, sinus paranasal, telinga tengah
dan leher. Dilihat dari keluhan Tn. D saat masuk Rumah Sakit abses retrofaring ini
terjadi akibat infeksi dari gigi Tn. D yang berlubang tetapi tidak dicabut. Awalnya gigi
Tn. D telah sakit berhari – hari tetapi setelah diminumkan obat yang ia beli di warung
sakit giginya hilang. Namun Tn.D tidak mencabut giginya dan kemudian sakit
kembali hingga menyebabkan lehernya terasa nyeri. Abses parafaring terjadi akibat
komplikasi dari abses retrofaring. Tn.D mengalami gejala spesifik abses retrofaring
dan parafaring seperti adanya pembengkakan pada leher, adanya nanah/pus pada
ruang retrofaring dan parafaring, kesulitan menelan dan sulut bernapas. Dari hasil
laboratorium leukosit atau sel darah putih Tn. D meningkat akibat adanya infeksi
hingga 20,29 x 10^3/uL.

Pada tanggal 22 Agustus 2018 dilakukan tindakan tracheostomy untuk


mempertahankan jalan napas, insisi dan drainase. Insisi adalah pembuatan
jalan keluar nanah secara bedah (dengan scapel). Drainase adalah tindakan
eksplorasi pada fascial space yang terlibat untuk mengeluarkan nanah dari dalam
jaringan.
Hasil asessment yang diperoleh berupa data riwayat pasien, antropometri,
biokomia, fisik klinis dan asupan Tn.D 3 minggu sebelum masuk Rumah Sakit yang
secara keseluruhan >50% dari kebutuhan total. Dari hasil asessment tersebut dapat
ditegakkan dua diagnosa gizi, yang pertama adalah :

NC. 4.1 Malnutrisi berkaitan dengan kondisi fisiologis penyakit yang


meningkatkan kebutuhan gizi dan asupan tidak adekuat dalam 3 minggu ditandai

33
dengan penurunanan berat badan 14,5% dalam 2 minggu, SQFFQ 3 minggu <50%
serta hilang lemak subkutan.

NC. 2.1 Kesulitan menelan berkaitan dengan post Tracheostomy, Abses


Retrofaring dan Parafaring ditandai dengan terpasangnya cuffed tube.

Intervensi dilakukan selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 24 Agustus hingga
27 Agustus 2018. Makanan yang diberikan berupa makanan saring yaitu TD 2 3 kali
pemberian makanan utama, snack 2 kali sehari, extra putih telur 2 butir dan isocal
1x25 g.

34
DAFTAR PUSTAKA
1. Berger TJ, Shahidi H. retropharyngeal abscess. eMedicine Journal. August
13 2001, Volume 2, Number 8 : http://author.emedicine.com/PED/
topic2682.htm

2. Fachruddin D. Abses leher dalam. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Ed.


Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke – 3. Jakarta : FK UI , 1997.h. 185-6.

3. Adams GL. Penyakit – penyakit nasofaring dan orofaring. Dalam: Boies LR,
Adams GL, Higler PA, Ed. Buku ajar penyakit THT, Edisi ke – 6, Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997, h. 347 – 8.

35
LAMPIRAN

36

Anda mungkin juga menyukai