1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan
gizi yang berjudul “Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Malnutrisi Dengan
Diagnosa Medis Post Op Tracheostomy Abses Retrofaring Dan Parafaring Di Ruang
Rawat Inap Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuni
Entarti, SST selaku pembimbing dalam pembuatan laporan asuhan gizi dan Ibu
Septiani Suryaningrum, SST selaku pembimbing di ruang Kana serta semua pihak
yang membantu penulis dalam pembuatan dan menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharap kritik serta saran demi sempurnanya
penulisan laporan ini dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua .
Penulis
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL........................................................................................................ 5
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................6
A. Latar Belakang...............................................................................................6
C. Ruang Lingkup...............................................................................................7
A. Assesment....................................................................................................16
B. Diagnosis Gizi..............................................................................................25
C. Intervensi......................................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................38
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................40
3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................41
LAMPIRAN............................................................................................................... 42
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Asupan zat gizi pasien saat sebelum masuk ke Rumah sakit (3 minggu
SMRS)…...………………………………………………………………………………….20
5
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Abses adalah kumpulan nanah dalam suatu rongga yang terjadi
akibat adanya suatu proses infeksi bakteri yang terdapat dibawah jaringan, organ,
atau pada ruang-ruang kosong. Abses mempunyai daerah pusat yang menonjol
yang terjadi akibat penumpukan sel dan jaringan yang mati. Abses retrofiring dan
parafaring merupakan infeksi dibagian fariing yang sering menimbulkan komplikasi
berat, bahkan dapat sampai menimbulkan kematian. Penatalaksanaannya akan
lebih sulit jika diikuti oleh faktor penyulit seperti penyakit sistemik, sistem imunologi
yang menurun, pasien dengan gangguan pernafasan, dan faktor kebersihan rongga
mulut serta status gizi yang kurang. Hal inilah yang akan mempermudah timbulnya
infeksi, memperlama waktu perawatan, dan bila tidak ditangani dengan baik akan
dapat menimbulkan komplikasi yang lebih berat. Untuk itu sangat diperlukan
pengetahuan dalam mendiagnosis, ketrampilan dalam mengintervensi dan
pemberian terapi pada abses retrofaring dan parafaring sehingga
penatalaksanaanya dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Untuk mencapai status gizi optimal, tubuh perlu mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat-zat gizi yang seimbang. Bila tubuh dapat mencerna,
mengabsorbsi dan memetabolisme zat-zat gizi tersebut secara baik, maka akan
tercapai keadaan gizi seimbang. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan pengamatan
pelayanan gizi bagi pasien dengan diagnosis Abses Retrofaring dan Parafaring yang
dilaksanakan di ruang Kana RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.
6
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian gizi terhadap pasien
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosis gizi melalui data pasien
c. Mahasiswa mampu melakukan intervensi pada pasien yang meliputi
penyediaan makanan dan edukasi gizi
d. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi gizi pasien.
3. Ruang Lingkup
Waktu pelaksanaan manajemen asuhan gizi adalah pada tanggal 24
Agustus dan berakhir pada 27 Agustus 2018. Manejemen asuhan gizi dilaksanakan
pada pasien dewasa kelas III dengan diagnosa medis post op tracheostomy abses
retrofaring dan Parafaring yang dilaksanakan di ruang Kana RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2. Kronis.
Keadaan ini terjadi akibat infeksi tuberkulosis ( TBC ) pada vertebra servikalis
dimana pus secara langsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior.
Selain itu abses dapat terjadi akibat infeksi TBC pada kelenjar limfe retrofaring yang
menyebar dari kelenjar limfe servikal. Pada banyak kasus sering dijumpai adanya
kuman aerob dan anaerob secara bersamaan. Beberapa organisme yang dapat
menyebabkan abses retrofaring adalah:
1. Kuman aerob : Streptococcus beta –hemolyticus group A ( paling sering ),
Streptococcus pneumoniae, Streptococcus non – hemolyticus, Staphylococcus
aureus , Haemophilus sp
2. Kuman anaerob : Bacteroides sp, Veillonella, Peptostreptococcus,
Fusobacteria
Sedangkan etiologi Abses Parafaring adalah sebagai berikut :
1. Langsung, yaitu akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan
analgesia. Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang terkontaminasi kuman
(aerob dan anaerob) menembus lapisan otot tipis (m. konstriktor faringsuperior)
yang memisahkan ruang parafaring dari fossa tonsilaris.
2. Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung,
sinus paranasal,mastoid dan vertebra servikal dapat merupakan sumber
infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring.
9
Sebagian besar gejala abses retrofaring berubungan obstruksi saluran nafas bagian
atas dan iritasi lokal otot (misalnya sternomastoid dan pteridoid).
5. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan jalan nafas yang adekuat :
a) posisi pasien supine dengan leher ekstensi
b) pemberian O2
c) intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung / intubasi fiber optik
d) trakeostomi / krikotirotomi
10
2. Medikamentosa
a) Antibiotik ( parenteral )
b) Simtomatis
c) Bila terdapat dehidrasi, diberikan cairan untuk memperbaiki keseimbangan
cairan elektrolit.
d) Pada infeksi Tuberkulosis diberikan obat tuberkulostatika.
1. Operatif :
a) Aspirasi pus ( needle aspiration )
b) Insisi dan drainase
2. Terapi Gizi :
a) Memberikan diit yang sesuai dengan kondisi pasien
b) Memberikan bentuk makanan yang sesuai dengan kondisi pasien
6. Komplikasi Retrofaring
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah sumbatan jalan nafas akibat
dari pendesakan trakea, aspirasi dari pus, bisa secara spontan maupun pada saat
memasukkan pipa endotrakea, komplikasi pembuluh darah misalnya trombosis vena
intra jularis, ruptur arteri karotis, mediastinitis, defisit neurologi, sepsis, fasiitis
nekrotikleher, osteomyelitis dan abses parafaring.
11
BAB III
NUTRITION CARE PROCESS
1. Assesment
7. Client History
8. Data Personal
a) Nama : Tn. D
b) Tanggal Lahir : 05 Juli 1968
c) Umur : 50 tahun
e) Suku : Sunda
l) No. RM : 0001706298
12
9. Riwayat Medis
a) Riwayat Penyakit Dahulu
dirasa semakin meluas keatas dada 1 hari yang lalu. Bengkak agak
kemerahan dan terasa nyeri bila dipegang, awalnya pasien susah untuk
membuka mulut dan keluar nanah hijau saat meludah dan nyeri saat
11. Perawatan/Terapi
a) Tn.D terpasang infus NaCl 0,9% 1500 cc
1) Perawatan Bedah
2018.
berkebun lagi.
13
b) Situasi Rumah/hidup
Tn.D tinggal bersama seorang istri,2 orang anak laki-laki yang, 1 anak
d) Agama
SMRS
Pola makan Tn.D 3 minggu sebelum dirawat di rumah sakit 3 kali sehari
yang terdiri dari nasi, lauk, dan sayuran serta minum < 2 L sehari.
Sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi antara lain nasi 3 kali sehari
Lauk hewani yang biasa dikonsumsi Tn.D antara lain ikan goreng 3 kali
seminggu dan telur ayam 3 kali seminggu @1 butir setiap kali makan.
Selain itu juga Tn. D mengkonsumsi daging ayam dengan kulit dan
Lauk nabati yang biasa dikonsumsi Tn.D adalah tahu tempe 5 kali
14
Sayuran yang sering dikonsumsi Tn.D adalah sayur sop dan sayur
bayam sebanyak 50 g.
Buah yang biasa dikonsumsi Tn.D adalah buah pepaya 2 kali seminggu
@80 g buah setiap kali makan, pisang @1 buah setiap makan dan
Snack yang biasa dikonsumsi Tn.D antara lain kue malkist dan roti
Tabel 1. Asupan zat gizi pasien saat sebelum masuk ke Rumah sakit (3
minggu SMRS)
1) Riwayat Diet
Order Diet
15
2) Pengalaman Diet
3) Lingkungan Makan
4) Pengetahuan Kepercayaan/Sikap
5) Perilaku Makan
6) Aktifitas Fisik
Sebelum sakit, Tn.D bekerja sebagai buruh tani dengan jam kerja
sekitar 9 jam.
Setelah sakit, pasien masih bekerja dan baru berhenti bekerja sekitar
1 minggu yang lalu. Aktifitas di rumah sakit saat ini adalah bed rest.
16
14. Antropometri
3. LLA : 25,5 cm
7. Data Biokimia
Data Biokimia pada tanggal 22 Agustus 2018 adalah sebagai berikut :
Profil Haematology
17
8. Fisik Klinis
5. Kulit : Normal
7. Standar Pembanding
1) Estimasi Kebutuhan Zat Gizi (Rumus Miflin)
= 1335 kkal x FA x FS
18
= 1602,4 kkal
= 60 gram
= 44,5 gram
= 240,36 gram
2) Rekomendasi LILA
19
18 – 18,9 29,7 26,7
19 – 24,9 30,8 27,5
25 – 44,9 31,9 27,7
45 – 54,9 32,2 29,9
55 – 64,9 34,7 30,3
>65 29,9 29,9
= 79,19 %
Keterangan :
Obesitas (>120%)
Overweight (110-120%)
Normal (90-110%)
Gizi Kurang (60 – 90%)
Gizi Buruk (<60%)
8. Diagnosis Gizi
NC. 4.1 Malnutrisi berkaitan dengan kondisi fisiologis penyakit yang
meningkatkan kebutuhan gizi dan asupan tidak adekuat dalam 3 minggu ditandai
dengan penurunanan berat badan 14,5% dalam 2 minggu, SQFFQ 3 minggu <50%
serta hilang lemak subkutan.
9. Intervensi
20
2) Meningkatkan asupan makan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien .
sebagai berikut :
Protein 60 gram
Lemak 44,5 gram
Karbohidrat 240,36 gram
21
4. Rencana Diet Sehari
a) Rancangan diet Tn.D untuk memenuhi kebutuhan sehari adalah sebagai
berikut :
Buah 1P 50 - - 12
Minyak (Santan) 0,7 35 - 3,5 -
Snack Kue 2P 219,8 2,28 2,28 56,66
Susu Sapi 2,25 P 281,25 15,75 13,5 22,5
Gula Pasir 5P 250 - - 60
Putih Telur 2p 33 7,1 0 0,528
Isocal 25 gr 111,6 4 4 15,18
Total 1600,65 62,33 41,02 216,44
Kebutuhan 1602,4 60 44,5 240,36
92,18
Persentase 99,89% 103,88 % 90,04 %
%
5. Rancangan Edukasi
a) Tujuan :
diberikan
22
b) Sasaran : Tn.D dan keluarga
e) Waktu : ± 5 menit
f) Materi :
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
b) Tujuan
kemampuan pasien
23
d) Cara pengenceran formula
6. Implementasi
Implementasi dilakukan selama 3 hari dengan monitoring serta
hingga 27 Agustus 2018 mulai makan pagi hingga makan sore. Implementasi
pada kasus ini di berikan makanan diet gizi seimbang dengan jenis makanan
saring (TD2) dengan frekuensi 3 kali makan utama, 2 kali snack, putih telur 2
3. Keluarga pasien
24
Menginformasikan tentang rencana intervensi dan meminta
7. Rencana Monitoring
Rencana monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan
25
8. Monitoring dan Evaluasi
1) Asupan Makanan
Hasil monitoring asupan energi
2. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Biokimia tanggal 24 Agustus 2018
Profil Haematology
26
2) Sistem pencernaan : Nafsu makan sudah mulai baik
3) Extremites, otot tulang :Masih hilangnya lemak subkutan
Tabel 9. Tanda vital hari pertama (24 Agustus 2018)
4. Pengetahuan
Tn.D sudah mengetahui pemilihan jenis makanan yang boleh dikonsumsi
dan mulai patuh terhadap diet yang diberikan.
5. Evaluasi
1) Pada hari pertama intervensi di berikan makanan saring, rute oral dengan
frekuensi 2 kali makanan utama, 1 kali snack serta penambahan putih
telur 2 dan isocal 1x 25 g.
2) Hasil pemeriksaan biokimia hemoglobin dan hematokrit Tn.D rendah
yaitu 10,7 g/dL dan 31,8 %.
3) Hasil monitoring pemeriksaan fisik, Tn. D masih tampak lemah, nafsu
makan baik dan masih kesulitan menelan.
4) Pada tingkat kepatuhan Tn. D sudah dapat menghabiskan makanan dari
rumah sakit. Namun asupan masih dibawah 80% dari kebutuhan karena
pada tanggal 23 Agustus 2018 Tn. D masih melakukan test feeding.
1) Asupan Makanan
Hasil monitoring asupan energi
27
Jenis Zat Gizi Kebutuhan Recall Persentasi
3. Pengetahuan
Tn.D sudah mengetahui pemilihan jenis makanan yang boleh dikonsumsi
dan mulai patuh terhadap diet yang diberikan.
4. Evaluasi
1) Pada hari kedua intervensi di berikan makanan saring, rute oral dengan
frekuensi 3 kali makanan utama, 2 kali snack serta penambahan putih
telur 2 dan isocal 1x 25 g.
28
2) Hasil monitoring pemeriksaan fisik, Tn. D baik, masih tampak lemah
nafsu makan baik, masih kesulitan menelan dan gangguan mengunyah
3) Pada tingkat kepatuhan Tn. D sudah dapat menghabiskan makanan dari
rumah sakit. Namun pada saat makan pagi makanan tidak habis karena
pada tanggal 24 Agustus 2018 dlakukan pencabutan gigi sehingga masih
terasa nyeri saat mengunyah.
1) Asupan Makanan
Hasil monitoring asupan energi
2. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Biokimia tanggal 26 Agustus 2018
Profil Haematology
29
3. Pemeriksaan fisik dan klinis terkait Gizi
1) Penampilan keseluruhan :Tn. D bisa berkomunikasi dan kesadaran
komposmentis
2) Sistem pencernaan : Nafsu makan sudah mulai baik, gangguan
menelan
3) Extremites, otot tulang :Masih hilangnya lemak subkutan
Tabel 13. Tanda vital hari ketiga (26 Agustus 2018)
4. Pengetahuan
Tn.D sudah mengetahui pemilihan jenis makanan yang boleh dikonsumsi
dan mulai patuh terhadap diet yang diberikan.
5. Evaluasi
1) Pada hari ketiga intervensi di berikan makanan saring, rute oral dengan
frekuensi 3 kali makanan utama serta penambahan putih telur 2 dan
isocal 1x 25 g.
2) Hasil pemeriksaan biokimia hemoglobin, hematokrit dan albumin Tn. D
rendah yaitu 12,3 g/dL, 34,9 % dan 2,20 g/dL sedangkan glukosa
sewaktu Tn. D tinggi aitu 255 g/dL.
3) Hasil monitoring pemeriksaan fisik, Tn. D masih tampak lemah, nafsu
makan baik dan masih kesulitan menelan.
30
4) Pada tingkat kepatuhan Tn. D sudah dapat menghabiskan makanan dari
rumah sakit.
1) Asupan Makanan
Hasil monitoring asupan energi
31
3. Pengetahuan
Tn.D sudah mengetahui pemilihan jenis makanan yang boleh dikonsumsi
dan mulai patuh terhadap diet yang diberikan.
4. Evaluasi
1) Pada hari keempat intervensi di berikan makanan saring, rute oral
dengan frekuensi 1 kali makanan utama, 1 kali snack serta penambahan
putih telur 2 dan isocal 1x 25 g.
2) Hasil monitoring pemeriksaan fisik, Tn D masih tampak lemah, nafsu
makan baik, mual dan masih kesulitan menelan.
3) Pada tingkat kepatuhan Tn. D sudah dapat menghabiskan makanan dari
rumah sakit. Namun untuk putih telur tidak dapat dihabiskan karena
pasien merasa mual saat meminumnya.
32
BAB IV
PEMBAHASAN
33
dengan penurunanan berat badan 14,5% dalam 2 minggu, SQFFQ 3 minggu <50%
serta hilang lemak subkutan.
Intervensi dilakukan selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 24 Agustus hingga
27 Agustus 2018. Makanan yang diberikan berupa makanan saring yaitu TD 2 3 kali
pemberian makanan utama, snack 2 kali sehari, extra putih telur 2 butir dan isocal
1x25 g.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Berger TJ, Shahidi H. retropharyngeal abscess. eMedicine Journal. August
13 2001, Volume 2, Number 8 : http://author.emedicine.com/PED/
topic2682.htm
3. Adams GL. Penyakit – penyakit nasofaring dan orofaring. Dalam: Boies LR,
Adams GL, Higler PA, Ed. Buku ajar penyakit THT, Edisi ke – 6, Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997, h. 347 – 8.
35
LAMPIRAN
36