Anda di halaman 1dari 63

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGARUH SEKUPY (SENAM KURSI HAPPY) TERHADAP


TINGKAT NYERI LEHER SERVIKAL PADA PEKERJA
KONVEKSI DI DESA KEBOIRENG KECAMATAN
BESUKI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BIDANG KEGIATAN PKM PENELIITIAN

Diusulkan oleh :

LAORENTIKA DESIANTARI
201501060
Angakatan 2015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Pengaruh Sekupy (Senam Kursi Happy) Terhadap Tingkat


Nyeri Leher Servikal Pada Pekerja Konveksi Di Desa Keboireng
Kecamatan
Besuki Kabupaten Tulungagung
2. Bidang Kegiatan : (√ ) PKM-P ( ) PKM-K ( ) PKMKC
( ) PKM-T ( ) PKM-M

3. Ketua Pelaksana Kegiatan


a. Nama Lengkap : Laorentika Desiantari
b. NIM : 201501060
c. Jurusan : S1 Keperawatan
d. Universitas/Institut/Politeknik : STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
e. Alamat Rumah : RT.04/01 Desa Keboireng Kecamatan
Besuki Kabupaten Tulungaung
f. No. Telp/HP : 082146243903
g. Alamat E-mail :
2. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis :-
3. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr.Ns. Moch. Maftuchul Huda,
M.Kep.,Sp.Kom
b. NIDN : NIDN. 0731056901
c. Alamat Rumah Dan No.telp : -
d. Alamat Email :-
4. Biaya kegiatan Total
a. Dikti : Rp. 2.500.000,-
b. Sumber Lain :-
5. Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 Bulan

Menyetujui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan Ketua Pelaksana
STIKES Karya Husada Kediri

Farida Hayati, S.Kp.,M.Kep Laorentika Desiantari


NIDN. 0709037101 201501060

Ketua LPPM Dosen Pembimbing

(Siti Asiyah, S.SiT.,M.Kes) Dr.Ns. Moch. Maftuchul Huda, M.Kep.,Sp.Kom


NIDN : 0731280200201 NIDN. 0731056901

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 7
1.5 Relevansi ....................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 9
2.1 Konsep Nyeri ................................................................................ 9
2.2 Konsep Nyeri Leher ..................................................................... 24
2.3 Konsep Sekupy (Senam Kursi Happy) .......................................... 33
2.4 Konsep Pekerja ............................................................................. 38
2.5 Konsep Konveksi ......................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 54
3.1 Desain Penelitian ........................................................................... 54
3.2 Sampling Desain ........................................................................... 54
3.3 Pengumpulan Data dan Analisa Data ........................................... 55
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ................................. 57

4.1 Anggaran Biaya ............................................................................. 57


4.2 Jadwal Kegiatan ........................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 59
LAMPIRAN

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekerjaan manual khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan

ketahanan manusia dalam melakukan pekerjaannya dapat menyebabkan

problem ergonomi, yang dapat meyebabkan pada pekerja mengalami pada

bagian tubuh seperti nyeri punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan

tangan, siku dan kaki sering disebut Muskuloskeletal Disorder (MSD). Nyeri

leher pekerja pada umumnya lebih sering disebabkan oleh gangguan

muskuloskletal di mana terjadi ketegangan dan peregangan otot dan

ligamentum sekitar leher. Nyeri servikal di Indonesia yang dimaksud dengan

nyeri muskuloskeletal di leher adalah rasa nyeri yang meliputi kelainan saraf,

tendon,otot dan ligamen di sekitar leher. Berbagai jenis pekerjaan dapat

mengakibatkan nyeri leher terutama selama bekerja dengan posisi tubuh yang

salah sehingga membuat leher berada dalam posisi tertentu dalam jangka

waktu lama. Nyeri leher pekerja yang sepanjang hari hanya duduk bekerja

dengan posisi tetap, dan pekerja yang sering menggunakan beban yang berat.

(Ana Zakia, 2015).

Populasi di dapatkan sekitar 34% pernah mengalami nyeri servikal dan hampir 14%

mengalami nyeri tersebut lebih dari 6 bulan. Usia diatas 50 tahun sekitar 10%

mengalami nyeri servikal, lebih sedikit dibandingkan populasi yang mengalami nyeri

pinggang (Turana, 2009). Nyeri servikal di Indonesia bertambah setiap tahun nya

sekitar 16,6% populasi dewasa mengeluhkan rasa tidak enak dibagian servikal,

bahkan 0,6% bermula dari rasa tidak enak di servikal menjadi nyeri servikal yang

berat. Insiden nyeri servikal meningkat dengan bertambahnya usia lebih dari 30

1
tahun, dimana lebih sering mengenai wanita dari pada laki-laki dengan perbandingan

1,67:1(Rudi Hartono, 2011)

Hasil studi pendahuluan di konveksi Desa Keboireng Kecamatan Besuki

Kabupaten Tulungagung yang bekerja di konveksi didapatkan, 5 pekerja

semua menyatakan nyeri leher ketika mereka sedang bekerja. Cara mengatasi

nyeri mereka ketika nyeri lehernya kambuh 3 orang menyatakan berhenti

sejenak dalam bekerja, 2 orang menyatakan memijat leher yang terasa nyeri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain usia, jenis kelamin,

ansietas, keletihan (Zakia Ana, 2015). Mekanisme nyeri servikal secara

kimiawi diikuti dengan penurunan glutathione (GSH) sehingga menyebabkan

kenaikan dari reactive oxygen species (ROS) dan merangsang aktivasi dari

transient receptor potential cation channel subfamily 1 (TRPV1) atau reseptor

capsaicin yang pada akhirnya mengaktivasi reseptor nosiseptik pada otot

rangka dileher dan menimbulkan sensasi sensoris yang tidak nyaman berupa

nyeri leher Gejala-gejala nyeri leher antara lain terasa sakit di daerah leher

dan kaku, nyeri otot-otot leher, sakit kepala, dan migraine. Nyeri bisa menjalar

ke bahu, lengan, dan tangan disertai keluhan terasa baal atau seperti ditusuk

jarum selain itu nyeri juga bisa menjalar ke kepala menyebabkan rasa sakit

kepala. Kasus nyeri leher dapat mengalami perbaikan dengan sendirinya. Hal

yang penting bagi pekerja yang mengalami nyeri leher adalah modifikasi

pekerjaan termasuk manajemen administrasi dan pengaturan ergonomic

(Diana Samara, 2007).

Pengalaman nyeri yang dirasakan oleh seseorang dipengaruhi oleh persepsi

nyeri dan ambang nyeri. Persepsi nyeri merupakan kesadaran seseorang

tentang nyeri yang menyangkut proses pengindraan karena terdapat

2
rangsangan untuk merasa sakit. Penyebab potensial dari nyeri leher adalah

adanya tekanan pada jaringan lunak, tulang, atau sendi pada area servikal. Saat

kita duduk, posisi dari punggung bawah berpengaruh kuat terhadap postur

leher. Duduk rileks di kursi dengan punggung bawah membungkuk (rounded

back) perlahan-lahan akan terjadi diskus menonjol karena otot penyangganya

lelah. Saat otot lelah, maka otot menjadi rileks dan merubah postur menjadi

jelek.Hasilnya adalah forward head posture. Apabila forward head posture

berlangsung dalam jangka waktu panjang, akan menyebabkan overstretch

ligamen-ligamen dan akibatnya akan timbul nyeri hanya pada posisi tertentu.

Saat forward head posture sudah menjadi kebiasaan dan terjadi hampir setiap

waktu, hal ini akan menyebabkan distorsi diskus.

Beberapa kasus dapat pula diakibatkan trauma hiperekstensi atau whisplash

injury, overuse atau nyeri otot akibat penggunaan yang berlebihan dengan

menunduk terlalu lama saat bekerja (Hudaya, 2009). Pengobatan secara

konvensional untuk nyeri leher meliputi obat-obatan, latihan fisik, massage,

latihan otot-tot tubuh, heat packs, konsultasi ergonomi, traksi, transentameous

electro neuro stimulator (TENS), keluhan nyeri yang ringan dapat diberikan

obat anti peradangan non steroid yang efektif mengonrtrol rasa sakit Pasien

dianjurkan untuk menghindari duduk lama dengan leher dalam posisi menetap

atau posisi ekstrem dari leher atau kepala, dan aktivitas yang menimbulkan

gangguan leher, seperti menyetir yang kadang-kadang menimbulkan gerakan

mendadak dan ekstrem

Sekupy merupakan akronim dari senam kursi happy salah satu metode

stretching (penguluran) di kemas dalam gerakan lebih mudah dan efektif.

Sekupy ialah aktivitas sangat sederhana yang dapat membuat tubuh merasa

3
lebih baik untuk mengatasi ketegangan serta kekakuan otot. Sekupy (senam

kursi happy) dapat dilakukan hampir di segala tempat dan tidak memerlukan

peralatan khusus. Jika dilakukan dengan benar, sekupy dapat mencegah dan

membantu pemulihan nyeri leher akibat terlalu lama duduk ataupun karena

sikap kerja tidak ergonimis. Sekupy dapat melatih otot untuk mencapai derajat

panjang dan fleksibilitas normal yang mempengaruhi pelebaran pembuluh

kapiler di otot, sehingga sirkulasi darah yang lebih baik akan mengurangi

penumpukan sampah metabolisme dan iritan, meningkatan suplai oksigen

pada sel otot, yang seluruhnya dapat mengurangi nyeri pada punggung

(Trisnowiyanto, 2017).

Penguluran otot atau stretching adalah salah satu cara untuk memberikan

kelenturan pada otot sehingga mampu mengurangi retriksi atau ketegangan

yang ditimbulkan akibat adanya rasa nyeri. Memelihara daya tahan kerja dari

otot maka penting untuk dilakukan latihan penguatan pada otot yang

bersangkutan (Bambang Trisnowiyanto, 2017). Bentuk-bentuk gerakan sekupy

penguluran yang dapat dilakukan pada daerah leher adalah: (1) penguluran

antefleksor leher, (2) penguluran ekstensor leher, (3) penguluran lateral

fleksor leher, dan (4) penguluran rotator leher. Penguluran otot dapat

menurunkan nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional leher pada

penderita nyeri leher servikal. Prinsip penguluran otot atau peregangan dapat

memperpanjang jaringan lunak dan mengalami pemendekan, dengan demikian

dapat meningkatkan fleksibilitas gerak (Kisner, 2007). Asam laktat yang

menumpuk pada otot akan menimbulkan rasa nyeri dan ketegangan pada otot.

Tingginya tekanan intramuscular yang berhubungan dengan muscle tension

dapat mengurangi sirkulasi pada otot yang dapat mengakibatkan peningkatan

4
jaringan kolagen yang menyilang satu sama lain. Hal ini mengakibatkan

adanya perlengketan aktin dan myosin. Pemberian stretching maka respon otot

ketika otot ditarik dan memanjang, kekuatan peregangan ditransmisikan ke

serat otot melalui jaringan ikat (endomysium dan perimysium) yang

menghubungkan interaksi molekul elemen nonkontraktil ke unit kontraktil

otot dan sarkomer yang disusun oleh aktin dan myosin sehingga aktin dan

myosin saling menjauh. Otot dapat terus memanjang dan aliran darah menjadi

lancar. Adanya perbaikan sirkulasi dan rileksasi otot-otot penggerak leher,

maka akan berdampak pada penurunan nyeri yang dirasakan penderita

(Kisner, 2007).

Berdasarkan fisiologi, kelelahan kerja, akumulasi asam laktat menyebabkan

penurunan kerja otot-otot berpengaruh terhadap kelelahan. Sekupy dapat

membantu relaksasi otot sehingga lebih lentur dalam bergerak karena

peningkatan suplai oksigen, dan meningkatkan kemampuan dalam

menggerakan otot beserta persendian pada seluruh daerah pergerakan.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Sekupy (senam kursi happy) Terhadap

Tingkat Nyeri Leher Servikal pada Pekerja Konveksi”.

1.2 Rumusan Masalah

Nyeri leher yang dirasakan oleh pekerja konveksi pakaian dalam sangat

perpengaruh terhadap aktivitas bekerja dan produktivitas para pekerja

konveksi. Salah satu untuk mengatasi masalah nyeri leher dengan cara sekupy

(senam kursi happy). Sekupy ( senam kursi happy) yaitu untuk mengurangi

rasa nyeri leher. Berdasarkan uraian masalah sebagai berikut: adakah

5
pengaruh sekupy (senam kursi happy) terhadap nyeri leher servikal pada

pekerja konveksi ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan Pengaruh Sekupy (Senam Kursi Happy) Terhadap Nyeri

Leher Servikal Pada Pekerja Konveksi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi nyeri leher servikal pekerja konveksi pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dilakukan sekupy di Desa

Keboireng Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung

1.3.2.2 Mengidentifikasi nyeri leher servikal pekerja konveksi pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan sekupy di Desa

Keboireng Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung

1.3.2.3 mengidentifikasi frekuensi tingkat nyeri kelompok perlakuan pada

pekerja konveksi Desa Keboireng Kecamatan Besuki Kabupaten

Tulungagung

1.3.2.4 Mengidentifikasi frekuensi tingkat nyeri kelompok kontrol leher pada

pekerja konveksi Desa Keboireng Kecamatan Besuki Kabupaten

Tulungagung

1.3.2.5 Mengidentifikasi frekuensi tingkat nyeri kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol sesudah leher pada pekerja konveksi Desa Keboireng

Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung

1.3.2.6 Menganalisis pengaruh sekupy terhadap tingkat nyeri servikal pada pekerja

konveksi di Desa Keboireng Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung

6
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Bisa menjadi solusi untuk pekerja konveksi yang sering mengalami nyeri

leher. Bagi peneliti sendiri bisa menambah wawasan ilmu dan pengalaman

bahwa medical bedah dan komunitas saling berhubungan.

1.4.2 Bagi Institusi

Penelitian diharapkan bisa menjadi materi baru selain farmakologi untuk

mengatasi nyeri leher servikal tetapi juga ada inovasi baru yaitu sekupy

“senam kursi happy” merupakan penguluran yang bisa menurunkan nyeri

leher servikal dengan cara gerakan-gerakan sederhana stretching karena

belum banyak gerakan-gerakan stretching yang di masukan ke kurikulum

pembelajaran. Hasil penelitian ini bisa di jadikan informasi tambahan

untuk mengetahui Pengaruh Sekupy (Senam Kursi Happy) Terhadap

Tingkat Nyeri Pada Pekerja Konveksi.

1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Sekupy (senam kursi happy) untuk intervensi selanjutnya yang bisa

diterapkan bagi masyarakat yang mengalami nyeri leher servikal dan

sekupy (senam kursi happy)

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan pengetahuan atau

referensi untuk penelitian selanjutnya

1.4.5 Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan

yang bermanfaat untuk mengatasi nyeri leher pada pekerja konveksi.

7
1.4 Relevansi

Nyeri leher servikal adalah hal yang sangat serius bagi manusia, dengan

terjadinya nyeri leher servikal pada manusia akan membuat rasa yang tidak

nyaman dan sangat mengganggu aktivitas sehari- hari. Maka dari itu nyeri

leher servikal harus di tanggani sesegera mungkin dan tepat dalam

penanganannya supaya cepat sembuh dan tidak menyebabkan sakit

berkepanjangan. Masyarakat saat ini lebih memilih menggunakan

penanganan non farmakologi seperti gerakan-gerakan penguluran yang

mudah untuk mengatasi masalah mereka. Selain mudah dalam pelaksanaan

nya juga hemat dalam bahaya, selain itu masyarakat juga sudah mulai

memahami efek samping dari obat-obatan kimia jika di konsumsi jarak

panjang.

Salah satu gerakan-gerakan stretching yang mudah dilakukan yaitu Sekupy

(senam kursi happy). Sekupy dapat dilakukan dengan stretching respon otot

ketika otot ditarik dan memanjang, kekuatan peregangan ditransmisikan ke

serat otot melalui jaringan ikat (endomysium dan perimysium) yang

menghubungkan interaksi molekul elemen nonkontraktil ke unit kontraktil

otot dan sarkomer yang disusun oleh aktin dan myosin sehingga aktin dan

myosin saling menjauh. Otot dapat terus memanjang dan aliran darah menjadi

lancar. Adanya perbaikan sirkulasi dan rileksasi otot-otot penggerak leher,

akan berdampak pada penurunan nyeri yang dirasakan penderita. Penelitian

ini memanfaatkan media kursi yang biasanya di pakai hanya untuk duduk,

Sekupy hanya duduk di kursi bisa melakukan gerakan-gerakan ringan untuk

mengurangi rasa nyeri di leher, penelitian bermaksud untuk mengetahui

pengaruh Sekupy terhadap tingkat nyeri leher servikal pada pekerja konveksi.

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Nyeri

2.1.1 Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

Nyeri adalah alasan utama seseorang untukmencari bantuan perawatan

kesehatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang

dibandingkan suatu penyakit apapun. Nyeri terjadi bersama banyak proses

penyakit (Brunner & Suddarth, 2002).

Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan. Sifatnya

sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik

dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang

dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat,

2008).

Internasional Association for Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri

sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat

akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan

(Potter & Perry, 2005).

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan

potensial yang tidak menyenagkan yang terlokalisasi pada suatu bagian

tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan

rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,

perasaan takut dan mual (Judha ,2012).

9
2.1.2 Anatomi dan fisiologi otot leher

Bagian otot ini terbagi 3, yaitu :

a. Muskulus platisma, terdapat di samping leher menutupi sampai bagian

dada. berfungsi menekan mandibula, menarik bibir ke bawah dan

mengerutkan kulit bibir.

b. Muskulus sternokleidomastoid disamping kiri kanan leher ada suatu

tendo sangat kuat. Fungsinya menarik kepala ke samping, ke kiri, dan

ke kanan, memutar kepala dan kalau keduannya bekerja sama

merupakan fleksi kepala ke depan disamping itu sebagai alat bantu

pernafasan

c. Muskulus longisimus kapitis, terdiri dari splenius dan semispinalis

kapitis. Ketiga otot ini terdapat di belakang leher, terbentang dari

belakang kepala ke prosesus spinalis korakoid. Fungsinya untuk

menarik kepala belakang dan menggelengkan kepala

2.1.3 Mekanisme Nyeri Leher

Nyeri adalah sensasi yang penting bagi tubuh. Sensasi penglihatan,

pendengaran, bau, rasa, sentuan dan nyeri merupakan hasil stimulasi

reseptor sensorik (Rospond, 2008). Provokasi jalur-jalur sensorik nyeri

menghasilkan ketidaknyamanan, distress dan penderitaan (Potter & Perry,

2006)

Reseptor nyeri adalah yang berfungsi menerima rangsang nyeri. Organ

tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas

dalam kulit yang berespon hanya terdapat anatomis reseptor nyeri ada

yang bermielin dan nada yang tidak bermielin dari syaraf perifer (Smeltzer

& Bare, 2002).

10
Strong, Unruh, Weight, dan Baxter (2002) membagi nosireseptor

berdasarkan letaknya, yaitu nonreseptor berdasarkan letaknya, yaitu

nosireseptor dapat di kelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu

pada kulit (cutaneous),somatik dalam (deep sematic) dan pada daerah

visceral. Karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul

juga memiliki sensasi yang berbeda. Nonreseptor jaringan kulit terbagi

menjadi 2 komponen yaitu:

2.1.3.1 Reseptor Delta A

Serabut ini berjenis kecil, termielinisasi, yang akan di rekrut pertama kali

sebagai respon terhadap stimulus noxious. Mielin adalah senyawa seperti

lemak yang membentuk selaput mengelilingi axon beberapa neuron dan

yang memungkinkan untuk meningkatkan transmisi stimuli. Manifestasi

respon pertama (nyeri cepat) karena serabut komponennya memiliki

kecepatan transmisi 6-30 m/det, yang memungkinkan timbulnya nyeri

tajam, sensasinya jelas dan terlokalisasi. Tetapi akan cepat hilang apabila

penyebab nyeri dihilangkan. Ambang batas nyeri ini relatif sama untuk

semua orang.

2.1.3.2 Serabut C

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3


Otot Upper Trapezius gerakan leher fleksi leher fleksi anterior
lateral

11
Gambar 2.4
gerakan otot levator scapula

Otot-otot yang mengalami ketegangan pada saat leher menunduk adalah

otot yang berfungsi untuk ekstensi kepala atau yang membantu ekstensi

kepala. Otot yang letaknya superfisial dan membantu ekstensi kepala

adalah otot upper trapezius. Otot trapezius adalah otot yang menyusun

struktur punggung manusia. Dinamakan trapezius, sebab bentuknya mirip

dengan bangun trapezium; sudut-sudutnya berada di leher, dua berada di

kedua bahu, dan satu sudut lainnya melekat di tulang punggung T12. Pada

gambar 2.2 gerakan lateral fleksi yaitu dengan menggunakan otot

sternokleomastoideus. Gambar 2.3 yaitu gerakan leher fleksi dan ekstensi

menggunakan otot sternokleomastoideus. Gambar 2.4 gerakan leher

dengan menggunakan otot levator scapula. Sensasi nyeri yang menyebar,

perlahan, membakar atau linu merupakan akibat dari stimuli yang di

transmisikan oleh serabut yang tidak bermielinisasi. Serabut ini adalah

komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada

daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit

dilokalisasi. Ambang batas pada nyeri kedua ini bervariasi antar individu.

Persepsi yang di akibatkan oleh rangsangan yang berpotensial dapat

menyebakan kerusakan jaringan disebut nosiseptor, yang merupakan tahap

12
awal proses timbulnya nyeri. Nosiseptor menyusun axon perifer tingkar

pertama. Reseptor ini umumnya dijimpai pada bagian superfisisal/

permukaan kulit, kapsul sendi, periosteum tulang dan disekitar dinding

pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2002)

Saat nosiseptor di stimulasi, axon perifer tingkat pertama meneruskan data

sensori ke badan sel pada ganglion akar dorsal. Sensasi lalu diteruskan ke

bagian abu-abu (gray matter) korda spinalis dorsal. Neuron tingkat kedua

memiliki badan sel pada tanduk dorsal, dan neuron ini mengarah ke atas

korda spinalis (jalur asending) melalui satu atau dua jalur yaitu traktus

spinotalamikus (meliputi spinal dan thalamus), atau traktus spinoretikuler

(Potter & Perry, 2006)

Sensasi nyeri yang berasal dari reseptor kecil akan terlokalisasi pada

perifer dan berjalan pada jalur traktus spinolamikus. Nyeri yang dihasilkan

memiliki persepsi efek yang jelas (durasi, intensif, lokasi, sifat). Daerah

penerimaan yang luas pada perifer juga akan memproyeksikan sensasi ke

korteks, dan sensasi ini menghasilkan persepsi aspek efektif dan emosi.

Neuron tingkat kedua yang mengarah ke atas melalui traktus

spinoretikuler berjalan menuju batang otak. Neuron ini mejelaskan adanya

aspek emosi pada sensasi nyeri (black & hawsk, 2009). Serabut syaraf ke

arah bawah (jalur desending) dari korteks, thalamus atau batang otak dapat

menghambat penerus impuls yang bergerak melalui jalur asending.

Serabut syaraf berhenti pada kolumna abu-abu dorsal korda spinalis.

Neurotransmiten (misalnya epinefrin, norepinefrin, serotonin,dan berbagai

opioid endogen) terlibat dalam modulasi sensasi nyeri, jalur nyeri

13
desending bertanggung jawab untuk menghambat transmisi nyeri di korda

spinalis (Black & Bawsk, 2009)

2.1.4 Sifat Nyeri

Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Menurut Mahon

(1994), menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu:

nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan

yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan (Andarmoyo, 2013).

Menurut Caffery (1980), nyeri dalah segala sesuatu yang dikatakn

seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang

mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Apabila seseorang merasa nyeri, maka

prilakunya akan berubah (Potter, 2006).

2.1.5 Teori-Teori Nyeri

Teori Spesivitas (Specivicity Theory) Teori Spesivitas ini diperkenalkan

oleh Descartes, teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari resepror-

reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu kepusat

nyeri diotak (Andarmoyo, 2013). Teori spesivitas ini tidak menunjukkan

karakteristik multidimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat nyeri secara

sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat variasi dari efek

psikologis individu (Prasetyo, 2010).

2.1.5.1 Teori Pola (Pattern theory)

Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun 1989, teori ini

menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang

di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini merupakan akibat dari

stimulasi reseprot yang menghasilkan pola dari implus saraf (Andarmoyo,

2013). Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neuralgia, teori pola ini

14
bertujuan untuk menimbulkan rangsangan yang kuat yang mengakibatkan

berkembangnya gaung secara terus menerus pada spinal cord sehingga

saraf trasamisi nyeri bersifat hypersensitif yang mana rangsangan dengan

intensitas rendah dapat mengahasilkan trasmisi nyeri (lewis, 1983 dalam

Andarmoyo, 2013).

2.1.5.2 Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control) Teori gate control dari

Melzack dan Wall ( 1965) menyatakan bahwa implus nyeri dapat diatur

dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat,

dimana implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan

implus dihambat saat sebuah pertahanan tertutup (Andarmoyo, 2013).

a. Endogenous Opiat Theory

b. Teori ini di kembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan

bahwa terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alami

didalam tubuh, substansi ini disebut endorphine (Andarmoyo, 2013).

Endorphine mempengaruhi trasmisi implus yang diinterpretasikan

sebagai nyeri. Endorphine kemugkinan bertindak sebagai

neurotrasmitter maupun neoromodulator yang menghambat trasmisi

dari pesan nyeri (Andarmoyo, 2013).

2.1.6 Klasifikasi Nyeri

2.1.6.1 Nyeri akut

Adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi

bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi

(ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat

(Andarmoyo, 2013). Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan

15
umumnya berkaitan dengan cidera spesifik. Nyeri akut

mengidentifikasikan bahwa kerusakan atau cidera yang terjadi.

2.1.6.2 Nyeri kronik

Nteri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang

periode waktu. Nyeri krosis sering di definisikan sebagai nyeri yang

berlangsung selama 6 bulan atau lebih.

a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal

Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau

sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang

mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor

ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai kulit,

tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013).

b. Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas

yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini

lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).

2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

2.1.7.1 Pengalaman Masa Lalu

Menarik untuk berharap dimana individu yang mempunyai pengalaman

multiple dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan

lebih toleran terhadap nyeri disbanding orang yang hanya mengalami

sedikit nyeri.

16
2.1.7.2 Budaya

Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang

berproses terhadap nyeri. Namun budaya dan etnik tidak mempengaruhi

persepsi nyeri.

2.1.7.3 Usia

Pada lansia cenderung memendam nyeri yang di alami , karena mereka

menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang harus dijalani dan

mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri

diperiksa.

2.1.7.4 Jenis Kelamin

Laki-laki dan wanita tidak berda secara signifikan dalam merespon nyeri

justru lebih dipengaruhi faktor budaya.

2.1.7.5 Makna Nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang tehadap nyeri

dan bagaiamana mengatasinya.

2.1.7.6 Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan

dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan

dengan respon nyeri yang menurun.

2.1.7.7 Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa

menyebabkan seseorang cemas.

17
2.1.7.8 Pola Koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan

sebaliknya pola koping yang adaptif akan menyulitkan seseorang

mengatasi nyeri.

2.1.7.9 Support Keluarga Dan Sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperolah dukungan atau

perlindungan.

2.1.7.10 Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat sabjektif dan

nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang

berbeda (Andarmoyo, 2013). Pengukuran nyeri dengan pendekatan

objektif yang paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik

tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan

objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu

sendiri (Tamsuri, 2007 dalam Andarmoyo, 2013)

Beberapa skala intensitas nyeri

a. Skala intensitas nyeri deskriptif

Gambar 2.5 Skala nyeri deskriptif

18
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan

atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk

mendiskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang ataupu berat.

Namun makna istila-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari

waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit di pastikan.

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

yang lebih objektif. Skala pendepkripsi (verbal descriptor scale,VDS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang

garis. Pendeskripsian ini di ranking dari ”tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri yang tidak tertahan”.

b. Skala Intensitas Nyeri numeric

Gambar 2.6 numeric rating scale

Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling

efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah

intervensi (Andarmoyo, 2013).

19
c. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

Gambar 2.7 Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

Wajah Pertama : Sangat senang karena ia tidak merasa sakit sama

sekali. Wajah Kedua : Sakit hanya sedikit. wajah ketiga : Sedikit

lebih sakit. Wajah Keempat : Jauh lebih sakit. Wajah Kelima : Jauh

lebih sakit banget. Wajah Keenam : Sangat sakit luar biasa sampai-

sampai menangis Penilaian skala nyeri ini dianjurkan untuk usia 3

tahun ke atas.

d. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

Gambar 2.8 skala Nyeri Visual Analog Scale

Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis

lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan

memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya

(Andarmoyo, 2013)

20
e. Skala nyeri menurut bourbanis

Gambar 2.9 skala nyeri bourbanis

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

f. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat

digunakan pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat

melaporkan nyerinya (Judha, 2012).

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

21
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

g. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat

digunakan pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat

melaporkan nyerinya (Judha, 2012).

2.1.8 Manajemen penatalaksanaan nyeri

2.1.8.1 Manajemen NonFarmakologi

Manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tidakan menurunkan respon

nyeri tanpa menggunakan agen farmakolgi. Dalam melakukan intervensi

keperawatan/kebidanan, manajemen nonfarmakologi merupakan tindakan

dalam mengatasi respon nyeri klien (Sulistyo, 2013). Banyak metode

penatalaksanaan myeri nonfarmakologi antaranya yaitu dengan stretching,

distraksi ataupun Trancutaneus electric nerve stimulation (TENS).

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan

merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orang

dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari metode relaksasi. Periode

relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan

22
ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan

nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002). Distraksi yang mencakup memfokuskan

perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi strategi

yang berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung

jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang kurang

menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri

akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri.

Trancutaneus Electric Nerve Stimulation (TENS) menggunakan unit yang

dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk

menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area

nyeri. TENS dapat digunakan baik untuk nyeri akut maupun nyeri kronis

(Smeltzer dan Bare, 2002).

2.1.8.2 Penatalaksanaan Nyeri Secara Farmakologi

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan opiat

(narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-obat

adjuvans atau koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat opium,

seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan nyeri dan memberikan

perasaan euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada

awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan pemberian yang

teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan

mual, muntah, konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus digunakan

secara hati-hati pada klien yang mengalami gangguan pernapasan (Berman,

et al. 2009). Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti

aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja di

ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator

23
inflamasi yang dihasilkan di daerah luka. (Berman, et al. 2009). Analgesik

adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan selain penghilang

nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis tipe tertentu selain

melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat penenang, sebagai

contoh, dapat membantu mengurangi spasme otot yang menyakitkan,

kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien dapat tidur nyenyak.

Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan gangguan alam

perasaan yang mendasarinya, tetapi dapat juga menguatkan strategi nyeri

lainnya (Berman, et al. 2009).

2.2 Konsep Nyeri Leher

Nyeri leher atau neck pain adalah nyeri yang dirasakan pada bagian

belakang dari susunan tulang belakang yang paling atas atau cervical. Rasa

nyeri yang dirasakan dapat menjalar hingga ke daerah kepala dan bahu

bahkan jari–jari tangan. Nyeri leher merupakan masalah yang umum

dijumpai. Penyebab potensial dari nyeri leher adalah adanya tekanan pada

jaringan lunak, tulang, atau sendi pada area servikal. Pada beberapa kasus

dapat pula diakibatkan trauma hiperekstensi atau whisplash injury, overuse

dengan menunduk terlalu lama saat bekerja (Hudaya, 2009).

Nyeri leher merupakan rasa tidak nyaman di sekitar leher, sering dikeluhkan

dan menjadi alasan pasien datang berobat ke dokter, menurut The

International Association for the Study of Pain (IASP) nyeri leher

merupakan sakit yang dirasakan di daerah yang dibatasi oleh garis nuchal di

bagian superior dan dibagain inferiornya dibatasi oleh prosesus spinosus

torakal satu dan daerah lateral leher, sedangkan nyeri leher non spesifik

24
merupakan nyeri mekanik yang dirasakan diantara oksiput dan torakal satu

dan otot-otot sekitarnya tanpa penyebab yang spesifik (Gupta dkk., 2008)

2.2.1 Epidemologi

Populasi di dapatkan sekitar 34% pernah mengalami nyeri servikal dan

hampir 14% mengalami nyeri tersebut lebih dari 6 bulan. Usia diatas 50

tahun sekitar 10% mengalami nyeri servikal, lebih sedikit dibandingkan

populasi yang mengalami nyeri pinggang (Turana, 2009). Nyeri servikal di

Indonesia bertambah setiap tahun nya sekitar 16,6% populasi dewasa

mengeluhkan rasa tidak enak dibagian servikal, bahkan 0,6% bermula dari

rasa tidak enak di servikal menjadi nyeri servikal yang berat. Insiden nyeri

servikal meningkat dengan bertambahnya usia lebih dari 30 tahun, dimana

lebih sering mengenai wanita dari pada laki-laki dengan perbandingan

1,67:1(Rudi Hartono, 2011)

2.2.2 Gejala dan Tanda Nyeri Leher

Individu dengan nyeri leher mengeluh rasa tidak nyaman di daerah leher

dan punggung atas, sakit kepala, kekakuan dan tortikolis, leher terasa nyeri

pada satu atau kedua sisi, nyeri seperti terbakar, kesemutan, kekakuan,

nyeri di sekitar tulang belikat, nyeri yang menjalar sampai ke lengan, rasa

berputar dan sakit kepala adalah gejala yang bisa ditemukan pada nyeri

leher. Tanda – tanda yang perlu diwaspadai pada nyeri leher adalah nyeri

leher yang disertai dengan gejala-gejala berikut:

2.2.2.1 Mati rasa.

2.2.2.2 Kelemahan.

2.2.2.3 Gejala kesemutan (Crowther, 2010).

25
2.2.3 Grade nyeri leher.

Nyeri leher dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan dan

struktur anatomi yang terlibat menurut Whisplash Asociated disorder

(WAD).

2.2.3.1 Grade 0 : Tidak ada keluhan nyeri leher dan tidak ada tanda-tanda fisik.

2.2.3.2 Grade I : Cedera yang melibatkan keluhan leher nyeri, kekakuan atau

nyeri, tapi tidak ada tanda-tanda fisik.

2.2.3.3 Grade II : Keluhan nyeri leher dengan penurunan rentang gerak dan titik

nyeri

2.2.3.4 Grade III : Nyeri leher disertai dengan tanda-tanda neurologis seperti

penurunan atau tidak ada refleks tendon, kelemahan atau

defisit sensorik.

2.2.3.5 Grade IV : Keluhan leher disertai dengan fraktur atau dislokasi

(Crowther, 2010)

Menurut awitannya nyeri leher dapat dibedakan menjadi:

Nyeri leher akut: 1)Nyeri leher berlangsung dari 3 bulan sampai 6 bulan atau

nyeri yang secara langsung berkaitan dengan kerusakan jaringan. 2) Nyeri

leher kronik: nyeri leher yang berlangsung lebih dari 6 bulan, pada nyeri

kronis dibedakan menjadi nyeri kronis yang penyebabnya dapat diidentifikasi

seperti cedera dan proses degenaratif diskus. Nyeri leher kronis yang

penyebabnya tidak dapat diidentifikasi seperti cedera kronis dan fibromialgia

(Deardorff, 2003).

26
2.2.4 Klasifikasi nyeri leher berdasarkan diagnosis ICD 10 dan international

Classification of Fungtioning, Disability, And Health (ICF):

2.2.4.1 Nyeri leher dengan gangguan mobilisasi.

2.2.4.2 Nyeri leher dengan nyeri kepala.

2.2.4.3 Nyeri leher dengan gangguan kordinasi gerak.

2.2.4.4 Nyeri leher dengan nyeri yang menjalar.

2.2.5 Klasifikasi nyeri leher berdasarkan proses patofisiologi yang

mendasarinya di bedakan menjadi:

2.2.5.1 Nyeri leher non spesifik

1.Nyeri leher non spesifik atau axial atau nyeri leher mekanik yaitu nyeri

leher yang disebabkan proses patologi pada otot-otot leher tanpa ada

proses penyakit tertentu yang mendasarinya, nyeri leher tipe ini biasanya

terlokalisir, sering kali dihubungkan dengan postur atau posisi leher yang

tidak ergonomis dalam jangka waktu tertentu saat melakukan

pekerjaan.Nyeri leher non spesifik merupakan keluhan yang paling banyak

terjadi pada pekerja terutama para pekerja yang dalam jangka waktu lama

dan berulangulang melakukan postur tertentu, nyeri leher yang dialami

oleh pekerja sering kali melibatkan gangguan pada sistem

muskuloskeletal, nyeri leher ini menurut proses patofisiologinya termasuk

nyeri leher mekanik atau nyeri leher axial atau sering disebut sebagai nyeri

leher non spesifik, dikatakan non spesifik karena tidak ada penyakit atau

kelainan struktural anatomi yang mendasarinya. Gejala yang sering

menyertai nyeri leher non spesifik ini seperi rasa kaku pada leher bisa satu

sisi atau kedua sisi leher, nyeri dirasakan sampai ke kepala, nyeri leher non

spesifik murni disebabkan oleh struktur otot-otot atau sistem

27
muskuloskeletal di leher dan sering berhubungan dengan postur tubuh atau

posisi leher yang salah saat bekerja, beban kerja otot leher yang berlebihan

dalam jangka waktu tertentu (Binder, 2007; Lars, 2011; Giannoula dkk.,

2013).Jenis pekerjaan juga menentukan kejadian nyeri leher: pekerjaan

kantoran atau di luar kantoran dengan sikap monoton dan dengan postur

atau posisi yang salah dan berulang meningkatkan risiko nyeri leher.

Tabel 2.1 Faktor Resiko Nyeri Leher

Faktor
Faktor Resiko
Individu
Umur memainkan peran penting dalam pengembangan
masalah kesehatan dan pemahaman kesehatan kerja.
Tingkat penilaian informasi pekerja tentang aplikasi pekerjaan
pendidikan dengan cara yang sehat, kurangnya pengalaman,
pelatihan akan meningkatkan risiko kecelakaan atau
masalah kesehatan akibat kerja.
Posisi kerja postur statis, lama duduk, postur tubuh yang buruk dan
gerakan berulang dalam jangka waktu yang lama.
Semua faktor ini dapat bertindak secara terpisah tetapi
risikonya lebih besar jika beberapa faktor risiko terlibat
Sumber : Tulaar, 2008

2.2.6 Patofisiologi nyeri leher non spesifik

Nyeri leher timbul sebagai akibat dari beberapa faktor yang saling

mempengaruhi, kontraksi otot leher, postur tubuh dan posisi leher saat

kerja serta durasi atau lama posisi leher dalam posisi tertentu dapat

menyebabkan timbulnya nyeri leher. Mekanisme ini secara kimiawi diikuti

dengan penurunan glutathione (GSH) sehingga menyebabkan kenaikan

dari reactive oxygen species (ROS) dan merangsang aktivasi dari transient

receptor potential cation channel subfamily 1 (TRPV1) atau reseptor

capsaicin yang pada akhirnya mengaktivasi reseptor nosiseptik pada otot

rangka dileher dan menimbulkan sensasi sensoris yang tidak nyaman

berupa nyeri leher, peregangan dapat meningkatkan biogenesis energi

28
dalam mitokondria, meningkatkan aktivasi antioksidan dan meningkatkan

kalsium lokal pada sel otot. Peningkatan aktivitas biogenesis energi pada

mitokondria dapat meningkatkan glutathione (GSH), peningkatan

antioksidan menekan peningkatan ROS dan kalsium lokal yang meningkat

menekan proliferasi mikrotubulus otot-otot leher sehingga NADPH

(Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate) oxidase dan ROS

menurun sehingga aktivasi reseptor nyeri ditekan dan nyeri leher dapat

berkurang (Saleet, 2014).

2.2.7 Diagnosis nyeri leher non spesifik

Nyeri leher dapat diagnosis dengan anamnesis, dan pemeriksaan fisik yang

baik beberapa nyeri leher dapat didiagnosis dengan baik hanya dengan

anamnesis. Gejala-gejala nyeri leher antara lain terasa sakit di daearah

leher dan kaku, nyeri otot-otot leher yang terdapat disekitar leher dan nyeri

kepala, otot-otot leher menjadi tegang bila disentuh terasa sakit dan keras,

kadang nyeri yang dirasakan sampai menjalar ke bahu, lengan, dan kepala,

nyeri yang tiba-tiba dan terus-menerus dapat menyebabkan bentuk leher

yang abnormal, kepala menghadap kesisi yang tidak nyeri yang sering

disebut tortikolis. Nyeri leher yang disertai keluhan yang lain seperti rasa

kesemutan atau baal, kelemahan anggota gerak lengan perlu mendapat

perhatian yang serius dan pemeriksaaan yang lebih mendalam untuk

menentukan penyebab dan terapi selanjutnya (Samara, 2007; Anderson

dkk., 2011). Salah satu penyebab tersering nyeri leher non spesifik adalah

kontraksi berlebihan pada otot leher, hal ini terjadi karena postur yang

kurang baik atau salah posisi saat tidur, hal ini juga dapat terjadi karena

seseorang bertahan pada satu posisi tertentu dalam jangka waktu yang

29
lama, misalnya membungkuk pada saat bekerja. Sakit leher berasal dari

salah satu struktur peka nyeri di leher termasuk tulang vertebra, ligamen

(anterior dan posterior ligamen longitudinal), akar saraf, dan kapsul, otot,

dan duramater, struktur lain dari daerah leher, viseral dan struktur somatik

(Keshawi dkk., 2008; Challote dkk., 2008).pemerikasaan fisik pada leher

dimulai dengan palpasi paa daerah leher dan bahu dan otot-otot sekitar

leher pasien untuk mencari ada tidaknya massa, pembengkakan kelenjar

leher, atau otot yang mengalami spasme, kemudian dilanjutkan dengan

memeriksa pergerakan leher pasien dengan meminta pasien untuk

menggerakkan leher kedepan dan kebelakang serta kebawah dan keatas

dan gerakan rotasi leher, pemeriksa lebih lanjut seperti kekuatan motorik

lengan dan otot lengan serta sensibilititas bila dicurigai ada keluhan dari

pasien.

2.2.8 Penatalaksanaan nyeri leher non spesifik

Nyeri leher akibat spasme otot maupun ligamentum tidak memerlukan

pemeriksaan radiolologi atau scaning jika nyeri leher terus berlanjut lebih

dari tiga bulan atau lebih perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk diagnostik

dan pemberian terapi karena nyeri yang berlangsung lebih dari tiga bulan

sudah termasuk nyeri kronis, pengobatan untuk nyeri leher akut dapat

berupa farmakologis dengan obat-obatan dan secara non farmakologis

dengan latihan fisik atau peregangan, pemijatan, traksi, TENS

(transcutaneous electrical nerve stimulation), magnetik terapi ultrasound

laser terapi dan saat ini mulai dikembangkan surface EMG (sEMG)

Biofeedback yang menggunakan elektrode superfisial untuk mendeteksi

perubahan aktivitas otot rangka yang kemudian akan memberikan respon

30
balik, metode EMG Biofeedback ini berfungsi untuk mencari dan

mengukur gangguan fungsi otot secara akurat dan spesifik dan satu lagi

modalitas terapi dengan intervensi injeksi steroid pada daearah yang

mengalami nyeri (Egon, 2000; Walker dkk., 2008; Andersen, 2012).

Keluhan nyeri leher yang ringan dapat diberikan obat anti inflamasi non

steroid, mengubah pola atau posisi ergonomik tubuh saat bekerja, latihan

atau peregangan bisa dilakukan.Pasien dianjurkan menghindari duduk

lama dengan posisi leher menetap atau posisi leher dan kepala yang tidak

baik dalam jangka waktu yang lama (Egon, 2000).

2.2.9 Penguluran pada nyeri leher non spesifik

Penguluran pada otot melibatkan serangkaian latihan otot-otot yang

dirasakan nyeri, mekanisme ini belum sepenuhnya diketahui dengan jelas,

peregangan pada otot dapat menurunkan aliran darah sementara pada otot

sesuai dengan beban penguluran yang dilakukan, pembuluh darah yang

melalui serat-serat otot akan mengalami penguluran longitudinal dan

kompresi dari serat serat otot, disamping itu latihan peregangan ringan dan

teratur pada otot secara nyata meningkatkan aliran atau sirkulasi darah.

Nyeri leher timbul sebagai akibat dari beberapa faktor yang saling

mempengaruhi yaitu: kontraksi otot yang berlebihan, postur tubuh dan

posisi leher saat kerja serta durasi atau lama posisi leher dalam posisi

tertentu dapat menyebabkan timbulnya nyeri leher. Mekanisme ini secara

kimiawi diikuti dengan penurunan gluthatione (GSH) sehingga

menyebabkan kenaikan dari reactive oxygen species (ROS) dan

merangsang aktivasi dari transient receptor potential cation chanel

subfamily 1 (TRPV1) atau reseptor capsaicin yang pada akhirnya

31
mengaktivasi reseptor nosiseptik pada otot rangka dileher dan

menimbulkan sensasi sensoris yang tidak nyaman berupa nyeri leher.

Peregangan dapat meningkatkan aktivasi antioksidan dengan

meningkatnya antioksidan akan menekan peningkatan ROS sehingga

aktivasi reseptor nyeri ditekan dan nyeri leher dapat berkurang,

peregangan juga dapat memperbaiki posisi serat-serat otot yaitu aktin dan

miosin yang mengalami tumpang tindih (Cross link). Serat aktin dan

miosin yang mengalami Cross link dapat menyebabkan spasme pada otot

dan mengiritasi serabut saraf A delta dan serabut saraf C (Tulaar, 2008).

2.2.9.1 Nyeri leher radikulopati yaitu nyeri leher yang diikuti dengan gangguan

sensoris atau kelemahan pada sistem motorik, nyeri ini timbul sebagai

akibat kompresi atau penekanan akar saraf.

2.2.9.2 Mielopati yaitu nyeri yang dirasakan sebagai akibat kompresi atau

penekanan pada medula spinalis dengan gejala seperti nyeri radikular,

kelainan sensoris dan kelemahan motorik (Robert, 2014).

2.2.10 Penyebab utama dan berat dari nyeri leher meliputi:

2.2.10.1 Spondilosis Artritis degeneratif dan osteofit.

2.2.10.2 Spinal stenosis: Penyempitan kanal tulang belakang.

2.2.10.3 Spinal herniasi: Menonjol atau menggelembungnya diskus

Penyebab umum lainnya adalah sebagai berikut:

Posisi yang salah dalam jangka waktu yang lama, banyak orang jatuh

tertidur di sofa dan kursi dan bangun dengan keluhan sakit leher, 2.

bekerja pada postur dan posisi tertentu dalam jangka waktu yang lama

menyebabkan kontraksi otot berlebihan sehingga timbul nyeri, 3. cedera

atau penyakit pada suatu organ dan struktur yang terletak di dekat leher,

32
misalnya saraf, pembuluh darah, kelenjar tiroid, kelenjar getah bening

leher, sistem pencernaan, jalan napas, otot rangka leher dan saraf tulang

belakang, 4.Tekanan fisik dan emosional dapat menyebabkan otot tegang

dan peregangan, sehingga timbul rasa sakit dan kaku pada otot,5. Penyakit

degeneratif, misalnya spondilosis tulang leher, 6. Infeksi pada berbagai

struktur pada leher, yang meliputi infeksi tenggorokan, abses atau luka

nanah di belakang faring, radang atau pembesaran kelenjar getah bening,

radang tulang belakang, dan penyakit Pott atau tuberkulosis tulang

belakang, 7. Meningitis atau infeksi pada selaput pembungkus otak,

keganasan atau kanker kepala dan leher, pembedahan arteri karotis,

fibromyalgia, radang pada sendi, radikulopati, penekanan pada saraf-saraf

yang berasal dari tulang leher, 8. Cedera akibat hentakan keras di area

kepala-leher, kecelakaan mobil, cedera kontak pada olahraga, dan juga

patah tulang belakang dan pada kasus yang berat yang melibatkan tulang

belakang menyebabkan kelumpuhan (Tulaar, 2008).

2.3 Konsep Sekupy (Senam Kursi Happy)

2.3.1 Definisi Sekupy

Merupakan akronim dari senam kursi happy salah satu metode stretching

(penguluran) di kemas dalam gerakan lebih mudah dan efektif. Sekupy

ialah aktivitas sangat sederhana yang dapat membuat tubuh merasa lebih

baik untuk mengatasi ketegangan serta kekakuan otot. Sekupy (senam

kursi happy) dapat dilakukan hampir di segala tempat dan tidak

memerlukan peralatan khusus. Jika dilakukan dengan benar, sekupy dapat

mencegah dan membantu pemulihan nyeri leher akibat terlalu lama duduk

ataupun karena sikap kerja tidak ergonomis. Sekupy (senam kursi happy)

33
dapat melatih otot untuk mencapai derajat panjang dan fleksibilitas normal

yang mempengaruhi pelebaran pembuluh kapiler di otot, sehingga

sirkulasi darah yang lebih baik akan mengurangi penumpukan sampah

metabolisme dan iritan, meningkatan suplai oksigen pada sel otot, yang

seluruhnya dapat mengurangi nyeri pada leher (Bambang Trisnowiyanto

2017).

Penguluran otot sekupy adalah salah satu cara untuk memberikan

kelenturan pada otot sehingga mampu mengurangi retriksi atau ketegangan

yang ditimbulkan akibat adanya rasa nyeri. Untuk memelihara daya tahan

kerja dari otot maka penting untuk dilakukan latihan penguatan pada otot

yang bersangkutan (Bambang Trisnowiyanto, 2017). Bentuk-bentuk

gerakan penguluran yang dapat dilakukan pada daerah leher adalah: (1)

penguluran antefleksor leher, (2) penguluran ekstensor leher, (3)

penguluran lateral fleksor leher, dan (4) penguluran rotator leher.

Penguluran otot dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kemampuan

fungsional leher pada penderita nyeri leher servikal. Prinsip penguluran

otot atau peregangan dapat memperpanjang jaringan lunak dan mengalami

pemendekan, dengan demikian dapat meningkatkan fleksibilitas gerak

(Kisner, 2007).

2.3.2 Mekanisme Sekupy Terhadap Tingkat Penurunan Nyeri Leher

Pengalaman nyeri yang dirasakan oleh seseorang dipengaruhi oleh

persepsi nyeri dan ambang nyeri. Persepsi nyeri merupakan kesadaran

seseorang tentang nyeri yang menyangkut proses pengindraan karena

terdapat rangsangan untuk merasa sakit. Penyebab potensial dari nyeri

leher adalah adanya tekanan pada jaringan lunak, tulang, atau sendi pada

34
area servikal. Saat kita duduk, posisi dari punggung bawah berpengaruh

kuat terhadap postur leher. Duduk rileks di kursi dengan punggung bawah

membungkuk (rounded back) perlahan-lahan akan terjadi diskus yang

meninjol karena otot penyangganya lelah. Saat otot lelah, maka otot

menjadi rileks dan merubah postur menjadi jelek. Hasilnya adalah forward

head posture. Apabila forward head posture berlangsung dalam jangka

waktu panjang, akan menyebabkan overstretch ligamen-ligamen dan

akibatnya akan timbul nyeri hanya pada posisi tertentu. Saat forward head

posture sudah menjadi kebiasaan dan terjadi hampir setiap waktu, hal ini

akan menyebabkan distorsi diskus.

Asam laktat yang menumpuk pada otot akan menimbulkan rasa nyeri dan

ketegangan pada otot. Tingginya tekanan intramuscular yang berhubungan

dengan muscle tension dapat mengurangi sirkulasi pada otot yang dapat

mengakibatkan peningkatan jaringan kolagen yang menyilang satu sama

lain. Hal ini mengakibatkan adanya perlengketan actin dan myosin.

Pemberian sekupy diharapkan respon otot ketika otot ditarik akan

memanjang, jaringan ikat endomysium dan perimysium akan menerima

kekuatan peregangan yang diterima serat otot yang menghubungkan

interaksi molekul elemen noncontractile ke unit kontraktil otot dan

sarkomer yang disusun oleh aktin dan myosin sehingga aktin dan myosin

saling menjauh. Otot dapat terus memanjang dan aliran darah menjadi

lancar. Dengan adanya perbaikan sirkulasi dan rileksasi otot-otot

penggerak leher, maka akan berdampak pada penurunan nyeri yang

dirasakan penderita (Kisner, 2007).

35
Berdasarkan fisiologi, kelelahan kerja, akumulasi asam laktat dapat

menyebabkan penurunan kerja otot-otot yang berpengaruh terhadap

kelelahan dan nyeri otot. Sekupy dapat membantu relaksasi otot sehingga

lebih lentur dalam bergerak karena peningkatan suplai oksigen, dan

meningkatkan kemampuan dalam menggerakan otot beserta persendian

pada seluruh daerah pergerakan

2.3.3 Tujuan Sekupy

Tujuan dari sekupy untuk meningkatkan mobilitas sendi, panjang otot dan

fleksibilitas, serta untuk merileksasikan otot pada umumnya. Kaku Otot

diakibatkan karena kurang efisiennya metabolisme sehingga

mengakibatkan peningkatan tekanan intramuskuler dan penurunan

sirkulasi cairan. Oleh karena itu, peregangan digunakan untuk

meningkatkan metabolisme (Ylinen, 2007).

2.3.4 Manfaat Sekupy

Sekupy dapat membantu merelaksasi otot sehingga lebih lentur dalam

bergerak karena peningkatakan suplai oksigen dan meningkatkan

kemampuan dalam menggerakan otot beserta persendian pada seluruh

daerah pergerakan.

2.3.5 Teknik Persiapan

Latihan sekupy (senam kursi happy) dilakukan dengan mudah dengan

duduk rileks di atas kursi. Persiapan alat meliputi kursi dan suasana yang

kondusif

36
2.3.6 Prosedur pelaksanaan sekupy

2.2.6.1 1). Siapkan kursi dan ambil posisi paling nyaman di atas kursi. Gerakan

boleh dilakukan pada saat duduk boleh tidak menggunakan kursi, 2) Posisi

duduk anda secara tegak dan tatap pandangan Anda ke depan, lalu

miringkan kepala anda ke samping kanan lalu lingkarkan tangan kanan ke

atas kepala hingga menyentuh telinga Saat memiringkan kepala ke

samping, usahakan agar pandangan tetap menatap ke depan, perlahan

angkat kepala ke atas dan turunkan kesisi kanan. Ulangi pada sisi sebelah

kiri. Rasakan peregangan di leher anda. Masing-masing sisi tahan selama

20 sampai 30 detik. Ulangi gerakan tiga sampai empat kali, 3) Sama

seperti langkah pertama, posisi duduk anda masih dalam keadaan tegak.

Putar kepala anda dari sisi ke sisi 360 º. Tahan lagi selama 20 sampai 30

detik dan lakukan gerakan berulang tiga sampai empat kali, 4) Posisi tetap

pandangan anda lurus ke depan. Lalu gelengan kepala secara perlahan ke

kanan dan ke kiri. Anggukan kepala seperti tanda “ya” dan “tidak”. Agar

lebih bersemangat, anda bisa melakukan gerakan kreatif dengan

membayangan pertanyaan yang jawabannya “ya” dan “tidak”, 5)

Menurunkan dagu ke dada sejauh yang anda bisa dan merasa nyaman.

Tahan selama 20 sampai 30 detik dan angkat kepala anda kembali ke atas.

Lalu, jauhkan kepala anda ke belakang sampai anda bisa melihat lurus ke

atas langit-langit, Anda bisa mendorong kepala menggunakan kedua

jempol anda yang dikepal. Tahan selama 20 sampai 30 detik dan lakukan

gerakan secara berulang.6) Duduk di kursi dan lihat pandangan ke depan.

Eratkan jari-jari satu sama lain dan putar telapak tangan ke luar. Angkat

kedua lengan lurus ke atas tubuh sehingga telapak tangan menghadap

langit-langit. Dorong telapak tangan sejauh yang anda bisa dan senyaman

37
yang anda lakukan. Tahan selama 20 sampai 30 detik dan lakukan gerakan

berulang, 7) Berdiri dengan memposisikan kaki selebar bahu dan letakkan

lengan di sisi tubuh anda. Putar bahu ke arah depan dan ke belakang lalu

putar ke arah sebaliknya , remas bahu secara bergantian. Ulangi gerakan.

Lakukan 10 sampai 12 kali pengulangan ke depan dan kebelakang.

Lakukan gerakan tiga sampai empat kali ( gambar gerakan sekupy

terlampir di SOP)

2.4 Konsep Pekerja

2.4.1 Pengertian Tenaga Kerja

Dalam Undang-Undang yang baru tentang ketenagakerjaan yaitu Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja juga memberikan

pengertian tentang tenaga kerja yang terdapat dalam Pasal 1 angka 2

bahwa tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja tersebut telah

menyempurnakan pengertian tentang tenaga kerja dalam UndangUndang

No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan

Menurut Dumairy (1997) yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah

penduduk yang mempunyai umur didalam batas usia kerja. Tujuan dari

pemilihan batas umur tersebut, supaya definisi yang diberikan sedapat

mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Setiap negara

memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja pada masing-

masing negara juga berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara

38
menjadi tidak sama. Di Indonesia, batas umur minimal untuk tenaga kerja

yaitu 15 (lima belas) tahun tanpa batas maksimal.

Menurut Simanjuntak (2001), tenaga kerja mencakup penduduk yang

sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang

melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak

bekerja, tetapi secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.

Pengertian tentang tenaga kerja yang dikemukakan oleh Dr. Payaman

Simanjuntak memiliki pengertian yang lebih luas dari pekerja/buruh.

Pengertian tenaga kerja disini mencakup tenaga kerja/buruh yang sedang

terkait dalam suatu hubungan kerja dan tenaga kerja yang belum bekerja.

Sedangkan pengertian dari pekerja / buruh adalah setiap orang yang

bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan

kata lain, pekerja atau buruh adalah tenaga kerja yang sedang dalam ikatan

hubungan kerja

Mulyadi (2003) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam

usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu negara

yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap

tenaga kerja mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas

tersebut. Sukirno (2005:6) dilihat dari segi keahlian dan pendidikannya,

tenaga kerja dibedakan atas tiga golongan yaitu:

a. Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau

rendahnya pendidikan dan tidak memiliki keahlian dalam suatu

pekerjaan.

b. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari

pelatihan atau pengalaman kerja.

39
c. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan

cukup tinggi dan ahli dalam bidang ilmu tertentu.

Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia, di

dalamnya meliputi buruh. Buruh yang dimaksud adalah mereka yang

bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian

maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, biasanya

imbalan kerja tersebut diberikan secara harian (Siswanto, 1989: 9). Selain

itu juga, pengertian tenaga kerja menurut BPS (Badan Pusat Statistik)

adalah salah satu moda bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan

komposisi tenaga kerja selalu mengalami perubahan seiring dengan

berlangsungnya dinamika penduduk. Ketidakseimbangan antara jumlah

angkatan dan lowongan kerja yang tersedia menyebabkan timbulnya

masalah-masalah sosial.

2.4.2 Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja

Hak–hak dan Kewajiban Para Tenaga Kerja Didalam Ruang Lingkup

Undang– undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Terdiri

Dari :

a. Hak-hak Para Tenaga Kerja Pasal 5 Setiap tenaga kerja memiliki

kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh

pekerjaan. Pasal 6 Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang

sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.

Pasal 11 Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau

meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai

dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.

Pasal 12 ayat (3) Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama

40
untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya. Pasal

18 ayat (1) Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi

kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga

pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta atau

pelatihan ditempat kerja.

Pasal 23 Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan

berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan

atau lembaga sertifikasi. Pasal 31 Setiap tenaga kerja mempunyai hak

dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah

pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak didalam atau

diluar negeri.

Pasal 67 Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang

cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat

kecacatannya.

Pasal 78 ayat (2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi

waktu kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 78 ayat (1) wajib

membayar upah kerja lembur.

Pasal 79 ayat (1) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti

kepada pekerja. Pasal 80 Pengusaha wajib memberikan kesempatan

yang secukupnya kepada pekerja untuk melaksanakan ibadah yang

diwajibkan oleh agamanya.

Pasal 82 Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selam 1,5

(satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (Satu

setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter

kandungan atau bidan.

41
Pasal 84 Setiap pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d, Pasal

80 dan Pasal 82 berhak mendapatkan upah penuh. Pasal 85 ayat (1)

Pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.

Pasal 86 ayat (1) Setiap pekerja mempunyai Hak untuk memperoleh

perlindungan atas :a) Keselamatan dan kesehatan kerja, b) Moral dan

kesusilaan, c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

manusia serta nilai-nilai agama.

Pasal 88 Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang

memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Pasal 90 Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah

minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.

Pasal 99 ayat (1) Setiap pekerja dan keluarganya berHak untuk

memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Pasal 104 ayat (1) Setiap

pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja.

Pasal 137 Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja dan serikat pekerja

dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya

perundingan.

Pasal 156 ayat (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,

pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan uang

penghargaan masa kerja serta uang pengganti hak yang seharusnya

diterima.

b. Kewajiban Para Tenaga Kerja

Pasal 102 ayat (2) Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja

dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai

42
dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan

produksi, menyalurkan aspirasi secara demokrasi, mengembangkan

keterampilan dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan

memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.

Pasal 126 ayat (1) Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja wajib

melaksanakan ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja bersama.

Pengusaha dan serikat pekerja wajib memberitahukan isi perjanjian

kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja.

Pasal 136 ayat (1) Penyelesaian perselisihan hubungan industrial

wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja

secara musyawarah untuk mufakat.

Pasal 140 ayat (1) Sekurang kurangnya dalam waktu 7 (Tujuh) hari

kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja dan serikat pekerja

wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi

yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan setempat.

2.4.3 Hak dan Kewajiban Pemberi Kerja

a. Hak Pemberi Kerja :

1. Berhak sepenuhnya atas hasilkerja pekerja.

2. Berhak atas ditaatinya aturan kerja oleh pekerja, termasuk pemberian

sanksi.

3. melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat oleh pengusaha.

b. Kewajiban Pemberi Kerja :

1. Memberikan ijin kepada buruh untuk beristirahat, menjalankan

kewajiban menurut agamanya.

43
2. Dilarang memperkerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam

seminggu, kecuali ada ijin penyimpangan.

3. Tidak boleh mengadakan diskriminasi upah laki/laki dan perempuan.

4. Bagi perusahaan yang memperkerjakan 25 orang buruh atau

lebihwajib membuat peraturan perusahaan. e. Wajib membayar upah

pekerja pada saat istirahat/libur pada hari libur resmi. f. Wajib

memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pekerja yang telah

mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih. g.

Wajib mengikutsertakan dalam program Jamsostek

2.5 Konsep Konveksi

2.5.1 Pengertian Konveksi

Konveksi adalah perusahaan pakaian jadi (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1999:459). Menurut Sri Wening dan Sicilia Savitri (1994:128) konveksi

adalah usaha di bidang busana jadi yang dibuat secara besar-besaran. Jadi,

konveksi adalah perusahaan pakaian jadi yang dibuat secara besar-besaran.

Jadi, dimana barang yang diproduksi dibuat berdasarkan ukuran standar S,

M, L, dan XL dalam jumlah yang banyak. Busana jadi atau ready-to-wear

(bahasa Inggris) dan Pret-a-porter (bahasa Perancis), tidak diukur menurut

pemesan, melainkan menggunakan ukuran standar atau ukuran yang telah

dibakukan.

Busana konveksi dibuat lebih dari satu buah bahkan sampai 1000 buah per

model. Mutu dari produksi konveksi mempunyai beberapa tingkatan,

tergantung dari harga serta tingkatan yang membutuhkan. Adapun

tingkatan mutu tersebut adalah:

44
2.5.1.1 Golongan kualitas rendah, contohnya pakaian yang dijual di kaki lima,

harganya murah, jahitanyya tidak kuat, cara memotongnya asal saja tidak

memperhatikan arah serat, asal menghemat bahan dan kadang-kadang

modelnya cukup menarik.

2.5.1.2 Golongan kualitas menengah, disediakan untuk golongan masyarakat

menengah, harganya lebih tinggi di banding golongan yang pertama,

jahitan lebih rapi dan lebih kuat, penjualan di tempat yang lebih baik

misalnya di toko-toko khusus busana.

2.5.1.3 Golongan kualitas tinggi diperuntukkan bagi orang-orang yang

mempunyai banyak uang dan dari tingkatan atas berselera tinggi. Biasanya

dijual pada departement store atau butik yang bergengsi, model dibuat

dalam jumlah terbatas (Satyodirgo, 1979: 123; Dunn, 1974: 88)

2.5.2 Definisi Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau

barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai

tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling

dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya

berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa (http://organisasi.org/2006).

Menurut I Made Sandi (1985:148) industri adalah usaha untuk

memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau bahan mentah melalui

proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut

dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu

setinggi-tingginya. Perindustrian industri adalah kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau

barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

45
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan

industry.

Usaha konveksi dapat dikatakan paling besar. Di Indonesia, usaha busana

jadi dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

2.5.2.1 Industri kecil di rumah (Home industry) Biasanya pesanan datang dari

dalam negeri yang jumlahnya tidak terlalu banyak, kualitas ada yang baik

tetapi ada pula yang rendah, keuntungan yang diperoleh tidak terlalu besar,

biasanya tidak menggunakan desainer hanya mencontoh.

2.5.2.2 Industri besar

Biasanya berdasarkan pesanan/job order, sehingga kemungkinan rugi lebih

sedikit, mutunya dari sedang sampai dengan yang baik, pemasaran ke

dalam dan luar negeri, menggunakan mesin-mesin otomatis dengan

kecepatan tinggi (high speed machine), sistem menjahit menggunakan

sistem ban berjalan (lopende band).

2.5.3 Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Baku

2.5.3.1 Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung

dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan

industri hasil kehutanan.

2.5.3.2 Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil

industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan

industri kain.

2.5.3.3 Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya

adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya:

perbankan, perdagangan, angkutan, dan pariwisata.

46
2.5.4 Klasifikasi Industri Berdasarkan Produksi Yang Dihasilkan

2.5.4.1 Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang

tidak perlu pengolahan lebih lanjut.. Misalnya: industri anyaman, industri

konveksi, industri makanan dan minuman.

2.5.4.2 Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda

yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau

digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri

baja, dan industri tekstil.

2.5.4.3 Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau

benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun

tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah

atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan,

industri perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.

2.5.5 Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Mentah

2.5.5.1 Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang

diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng,

Industri gula, industri kopi, industri teh, dan industri makanan.

2.5.5.2 Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang

berasal dari hasil pertambangan. Misalnya: industri semen, industri baja,

industri BBM (bahan bakar minyak bumi), dan industri serat sintetis.

2.5.5.3 Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat

mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan.

Misalnya: industri perbankan, industri perdagangan, industri pariwisata,

industri transportasi, industri seni dan hiburan.

47
2.5.6 Klasifikasi Industri Berdasarkan Lokasi Unit Usaha

2.5.6.1 Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri

yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.

2.5.6.2 Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry),

yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk,

terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang

pendidikannya.

2.5.6.3 Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu

industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri

semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk

di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri

BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).

2.5.7 Klasifikasi Industri Berdasarkan Proses Produksi

2.5.7.1 Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi

barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku

untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri

alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.

2.5.7.2 Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi

barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai.

2.5.8 Klasifikasi Industri Berdasarkan Modal Yang Digunakan

2.5.8.1 Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu industri

yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha

nasional (dalam negeri). Misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata,

dan industri makanan dan minuman.

48
2.5.8.2 Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang

modalnya berasal dari penanaman modal asing. Misalnya: industri

komunikasi, industri perminyakan, dan industri pertambangan.

2.5.8.3 Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang

modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA. Misalnya:

industri otomotif, industri transportasi, dan industri kertas

2.5.9 Klasifikasi Industri Berdasarkan Subjek Pengelola

2.5.9.1 Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat,

misalnya: industri meubeler, industri makanan ringan, dan industri

kerajinan.

2.5.9.2 Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara

yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri

pupuk, industri baja, industri pertambangan, industri perminyakan, dan

industri transportasi.

2.5.10 Klasifikasi Industri Berdasarkan Cara Pengorganisasian

2.5.10.1 Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil,

teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari

kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya

masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri

makanan ringan.

2.5.10.2 Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative

besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200

orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih

luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan

industri mainan anak-anak.

49
2.5.10.3 Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar,

teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam

jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau

internasional. Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri

otomotif, industri transportasi, dan industri persenjataan.

2.5.11 Klasifikasi Industri Berdasarkan Tenaga Kerja

2.5.11.1 Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja

kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat

terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau

pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota

keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri

tempe/tahu, dan industri makanan ringan.

2.5.11.2 Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5

sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative

kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada

hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan

industri pengolahan rotan.

2.5.11.3 Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20

sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup

besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan

perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri

konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

2.5.11.4 Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100

orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun

secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus

50
memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui

uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri

tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang

2.5.12 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Industri

2.5.12.1 Proses Produksi

Produksi dalam arti ekonomi mempunyai pengertian semua kegiatan

yang meningkatkan nilai kegunaan atau faedah (utility) suatu benda. Ini

dapat berupa kegiatan yang meningkatkan kegunaan dengan mengubah

bentuk atau menghasilkan barang baru (utility of form). Dapat pula

meningkatnya kegunaan suatu benda itu karena adanya kegiatan yang

mengakibatkan dapat berpindahnya pemilikan suatu benda dari tangan

seseorang ketangan orang lain.(Sriyadi, 1991:6)

Proses produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah sebagai berikut:

a. Faktor produksi alam, faktor ini merupakan faktor produksi pokok

yang paling penting dalam rangka persiapan, pengadaan dan

pengembangan industri kecil.

b. Faktor produksi tenaga kerja, faktor ini yang paling penting adalah

sumber daya manusia.

c. Faktor produksi modal, faktor ini berupa modal tetap seperti gedung,

mesin, alat-alat dan modal kerja yang paling penting.

d. Faktor produksi kemampuan berusaha, faktor ini sangat tergantung

pada kualitas SDM.

2.5.12.2 Bahan Baku

Menurut Ahyani, 2007 bahan baku atau bahan mentah merupakan bahan

yang digunakan untuk keperluan proses produksi. Hal-hal yang berkaitan

dengan bahan baku selama satu periode:

51
a. Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu periode

b. Kelayakan harga barang

c. Kontinuitas persediaan barang

d. Kualitas bahan baku

e. Sifat bahan baku

f. Biaya pengangkutan bahan baku

2.5.1.2.3 Pemasaran

Pemasaran (Marketing) adalah proses penyusunan komunikasi terpadu

yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa

dalam kaitanya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang

kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Proses dalam

pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi

konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan

harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang

(promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut

pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan

prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju

2.5.12.3 Teknologi

Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu

bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah, teknologi berkaitan

erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata

lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering

yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada

52
pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-

ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam

interaksinya satu terhadap lainnya.

2.5.12.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah kekuatan dan atau suatu kemampuan yang dimiliki

oleh suatu manusia untuk melakukan kerja. Kerja merupakan suatu

kegiatan yang secara sadar dilakukan untuk memenuhi suatu kebutuhan

hidup. Dalam pengertian kerja ini adalah kerja fisik dan non fisik, yang

hasilnya dapat berupa benda material maupun non material.

Macam-macam tenaga kerja :

a. Kuantitatif, artinya banyaknya tenaga kerja yang dapat direkrut untuk

menunjang kegiatan industri tersebut.

b. Kualitatif, artinya banyaknya tenaga kerja yang dapat direkrut

berdasarkan kesesuaiannya terhadap kegiatan industri yang sedang

berlangsung.

53
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan quasi experiment design (rancangan

penelitian semu). Rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan

sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok control disamping kelompok

perlakuan. Pada kelompok perlakuan diberikan intervensi sedangkan

kelompok kontrol. Pada kedua kelompok perlakuan diawali dengan pre

testdan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali pasca test

(Nursalam, 2013).

3.2. Sampling Desain

3.2.1. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2011:62).

3.2.2. Teknik sampling

Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah simple random sampling

adalah metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara

tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki

peluang yang sama untuk terpilih atau terambil (Kerlinger 2006:188)

54
3.2.3. Identifikasi Variabel

3.2.2.1 Variabel independen

Variabel yang menentukan variabel lain (Nursalam, 2008:97). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah pengaruh sekupy (senam kursi

happy)

3.2.2.2 Variabel dependen

Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2008:98)

Variabel dependen salam penelitian ini adalah tingkat nyeri leher pada

pekerja konveksi di Desa Keboireng Kecamatan Besuki Kabupaten

Tulungagung.

3.3. Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.3.1. Pengumpulan data

3.3.1.1. Prosedur penelitian atau pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang di perlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2008:111)

1. Proses Pengumpulan Data

Pertama-tama peneliti melakukan observasi ke daerah yang ingin

dijadikan tempat penelitian untuk memastikan tempat tersebut dapat

dijadikan tempat penelitian sesui judul peneliti.selanjutnya peneliti

meminta surat izin kepada Ketua Prodi S1 Keperawatan Pare Kediri.

Peneliti kemudian meminta izin ke pemilik konveksi untuk melakukan

studi pendahuluan. Setelah mendapat izin, peneliti kemudian

55
melakukan pendekatan kepada calon responden yang telah memnuhi

kriteria inklusi.

Selanjutnya, peneliti meminta izin kepada Ketua Prodi S1

Keperawatan STIKES KARYA HUSADA KEDIRI kembali sesuai

langakh-langkah pada saat studi pendahuluan untuk melakukan

penelitian. Setelah mendapatkan izin dari ketiga instansi, peneliti

mengadakan pendekatan kembali kepada calon responden yang

memenuhi kriteria inklusi untuk mendapatkan persetujuan menjadi

responden penelitian. Memberikan kuisoner untuk di isi sebelum

pelakukan sekupy memberikan edukasi dan demonstrasi 1 minggu

sebelum dilakukan intervensi sekupy. Responden mulai melakukan

gerakan sekupy selama 2x5 menit dilakukan setiap hari selama 3

minggu.

2. Waktu dan tempat penelitian

Waktu : Penelitian dilakukan pada bulan Februari

Tempat : penelitian dilakukan di konveksi Desa Keboireng

Kecematan Besuki Kabupaten Tulungagung.

3.3.1 Analisa Data

Nyeri leher menggunakan uji wicoxon dan mann whitney. Dalam proses

perhitungannya dibantu dengan menggunakanbantuan program computer

dengan taraf 5% atau 0,05 sehingga penarikan kesimplan adalah:

a. Jika p-value > α 0,05 maka H1 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh

b. Pengaruh p-value ≤ 0,05 H1 diterima yang berarti ada pengaruh

56
BAB IV

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Dalam pelaksanaan program penelitian (PKM-P) ini biaya keseluruhan yang

diusulkan ke Kemristekdikti Rp. 2.500.000,- dengan rincian sebagai berikut :

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1 Peralatan penunjang (40%) Rp. 1.000.000,-
2 Bahan habis pakai (50%) Rp. 1.250.000,-
3 Perjalanan (10%) Rp. 250.000,-
Jumlah Rp. 2.500.000,-

57
4.2 Jadwal Kegiatan

Minggu ke-
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4

1 Kegiatan Persiapan

Pembuatan Proposal

Survei mencari lokasi


penelitian

Pengurusan ijin studi


pendahuluan

Observasi populasi

Pengurusan ijin penelitian

Memilih sampel

2 Pelaksanaan Kegiatan

a. Observasi

b. Pengumpulan data

c. Tabulasi

d. Analisa data

e. Kesimpulan
3 Penyusunan draf laporan
sementara

4 Seminar dan perbaikan

5 Laporan Akhir

6 Publikasi

58
DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume. 2. Jakarta: EGC.
Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz,
Yogyakarta.
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2010. Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, s. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Bare & Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta : EGC
Black, M. J. & Hawks, H .J., 2009. Medical surgical nursing : clinical
management for continuity of care, 8th ed. Philadephia : W.B. Saunders
Company
Brunner and Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Bahasa : Agung Waluyo, et al, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Hudaya, 2009. dalam Trisnowiyanto Bambang, 2017. Teknik Penguluran Otot-
Otot Leher Untuk Meningkatkan Fungsional Leher Pada Penderita Nyeri
Tengkuk Non-Spesifik Jurnal Kesehatan Terpadu 1 (1) : 6-11 ISSN : 2549 –
8479
Judha Muhammad, 2102. Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalinan.
Rhineka Cipta. Hlm. 3
Kisner, 2007 dalam Trisnowiyanto Bambang, 2017. Teknik Penguluran Otot-Otot
Leher Untuk Meningkatkan Fungsional Leher Pada Penderita Nyeri
Tengkuk Non-Spesifik Jurnal Kesehatan Terpadu 1 (1) : 6-11 ISSN : 2549 –
8479
Mulyadi S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Pembangunan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta
____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

59
_________, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Jakarta: Salemba Medika
_________. 2009. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dan Praktik Keperawatan
Profesional, Edisi Kedua. Salemba Medika, Jakarta.
Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Prof. Dr. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : ALFABETA
1.1.1 Samara Diana. 2016. Nyeri Muskuloskeletal Pada Leher Pekerja Dengan
Posisi Pekerjaan Yang Statis. eiSSN: 2407-2230 pISSN 1907-3062
Sendjun H. Manulang, 2001. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di
Indonesia. Jakarta.
Simanjuntak, Payaman. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: LPFEUI.
Sugijanto, 2015. Efektifitas Latihan Koreksi Postur Terhadap Disabilitas Dan
Nyeri Leher Kasus Sindroma Miofasial Otot Upper Trapezius Mahasiswa
Wanita Universitas Esa Unggul
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
ALFABETA
________. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Trisnowiyanto Bambang. 2017. Teknik Penguluran Otot–Otot Leher Untuk
Meningkatkan Fungsional Leher Pada Penderita Nyeri Tengkuk Non-
Spesifik Jurnal Kesehatan Terpadu. 1 (1) : 6-11 ISSN : 2549 – 8479
Zakiyah Ana. 2015. Nyeri Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik
Keperawatan Berbasis Bukti Konsep dan Proses Keperawatan Buku 2,
Jakarta: Salemba Medika

60

Anda mungkin juga menyukai