Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN

PRAKTEK MAGANG
RUMAH SAKIT TK III 04.06.02
BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG
16-22 MEI 2014


DISUSUN OLEH :

MARLIANI EKA SUTANTI ( 6411411063 )
RAFIKA FARIANITA ( 6411411107 )
RESA WAHYUNI ( 6411411138 )
DEVINTA VERY F ( 6411411156 )
TRI WAHYUNI ( 6411411180 )





JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Magang yang dilaksanakan pada :

Tempat : Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama
Alamat : Jl. Dr. Soetomo No. 17 Semarang
Tanggal : 16-22 Mei 2014

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu tugas pada Program Studi S1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Semarang.

Semarang, 22 Mei 2014
Kepala Instalasi Gizi Koordinator Praktik



Puji Nuryati, SKM Tri Wahyuni
NIP 196911121993032001 NIM 6411411180

Mengetahui,

An. Kepala RS Bhakti Wira Tamtama
Wakil Kepala



dr. Hendratni D.
Mayor CKM (K) NRP. 34099
Ketua Jurusan S1
Ilmu Kesehatan Masyarakat



Dr. dr Oktia Woro K.H., M. Kes
NIP. 19591001. 198703. 2. 001



KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Magang yang
dilaksanakan pada tanggal 16-22 Mei 2014 di Rumah Sakit Tk. III 04.06.02
Bhakti Wira Tamtama.
Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas pada Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang serta menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi penyusun dalam menghadapi dunia kerja yang
sesungguhnya.
Dalam penyusunan laporan Praktek Magang ini, penyusun banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Oktia Woro Kasmini Handayani, M. Kes., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang.
2. Irwan Budiono, S.KM, M.Kes dan Galuh Nita Prameswari, S.KM, M.Si.,
selaku dosen pengampu sekaligus pembimbing Mata Kuliah Manajemen Gizi
Institusi.
3. Letkol CKM (K) dr. Rahayu, selaku Kepala Rumah Sakit Tk. III Bhakti Wira
Tamtama.
4. Mayor CKM (K) dr. Hendratni D, selaku Wakil Kepala Rumah Sakit Tk. III
Bhakti Wira Tamtama.
5. Puji Nuryati, SKM, selaku Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Tk. III Bhakti
Wira Tamtama.
6. Para pegawai dan staff karyawan di Rumah Sakit Tk. III Bhakti Wira
Tamtama yang telah membantu sepenuh hati dalam membimbing untuk
melaksanakan kegiatan Praktek Magang.





Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
Praktek Magang ini, oleh karena itu penyusun menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan Praktek
Magang ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 22 Mei 2014
Tim Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan
nasional tidak terlepas dari peran tenaga kesehatan itu sendiri baik dari
lulusan ilmu kesehatan masyarakat. Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1992
tentang kesehatan, bahwa tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan
dan ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan. Maka
pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan untuk memperoleh tenaga
kesehatan yang bermutu dan terampil dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan, bahwa orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan
sangatlah penting untuk meningkatkan ketrampilan atau penguasan
pengetahuan di bidang kesehatan.
Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
yang didapatkan selama ini jurusan ilmu kesehatan masyarakat peminatan
administrasi dan kebijakan kesehatan bermaksud mengadakan praktek
magang yang dilaksanakan di Rumah Sakit. Praktek magang ini
diharapkan mahasiswa nantinya dapat mempraktekkan teori yang ada


dibangku kuliah dan mengaplikasikan di tempat atau instansi yang dituju.
Sehingga nantinya mahasiswa dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan
melalui magang tersebut dan dapat mengembangkannya melalui potensial
yang ada pada diri mahasiswa tersebut.
Selain itu, disiplin dan ketrampilan dengan kegiatan magang ini
mahasiswa diharapkan juga dapat meningkatkan kemampuan
bersosialisasi dalam lingkungan kerja nantinya. Disamping itu aktif dalam
berkomunikasi dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri
mahasiswa tersebut. Kreativitas dalam mengembangkan pola pikir sangat
diperlukan, kejujuran dan ketelitian yang tinggi. Sehingga terwujudnya
mahasiswa yang berkompeten dan memiliki kepribadian yang baik dan
menarik serta memiliki jiwa sosial.
Mempersiapkan mahasiswa untuk terjun langsung ke dunia kerja,
maka kegiatan magang Rumah Sakit ini dapat memberikan gambaran dan
pandangan yang nyata tentang dunia kerja sebagai ahli administrasi dan
kebijakan kesehatan dan juga mampu menerapkan segala pengetahuan
yang didapat selama perkuliahan, sebagai dalam menjalankan profesinya
nanti.










2.1 Manfaat dan Tujuan
2.1.1 Manfaat
Mengetahui, menambah ilmu pengetahuan, mengetahui
manajemen penyelenggaraan gizi di Rumah Sakit dan memahami
tentang dunia kerja secara langsung serta bersosialisasi.
2.1.2 Tujuan
Tujuan dari praktek magang ini dibedakan menjadi 2 tujuan
yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
2.1.2.1 Tujuan Umum :
a. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah
didapatkan melalui praktek magang.
b. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan
bersosialisasi.
c. Mengetahui gambaran dunia kerja secara langsung.
2.1.2.2 Tujuan Khusus :
a. Mengetahui Manajemen Perencanaan Menu Rumah
Sakit meliputi perencanaan anggaran, perencanaan dan
penyusunan menu, siklus menu, contoh menu, standar
resep, dan standar porsi .
b. Mengetahui Manajemen Perbekalan (Logistik)
Makanan meliputi perencanaan kebutuhan bahan
makanan, pemesanan bahan makanan, pembelian bahan


makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan
bahan makanan .
c. Mengetahui Manajemen Produksi Makanan meliputi
perencanaan pengolahan/persiapan memasak ,proses
pengolahan makanan, Standart Grooming, Higiene
Personal dan sanitasi makanan, pencucian perlengkapan
dan peralatan, penyajian hidangan .
d. Mengetahui Manajemen Distribusi dan Pelayanan
Makanan meliputi cara atau model distribusi dan
pelayanan makanan, pemeliharaan dan pencucian alat
makan.
e. Mengetahui dan mempelajari Manajemen Jaminan
Mutu meliputi pengawasan dan evaluasi
f. Memberikan masukan yang bermanfaat untuk instansi
kesehatan sebagai tempat magang.
g. Membina dan meningkatkan kerjasama antara Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang dengan
instansi pemerintah tempat mahasiswa melaksanakan
magang.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Rumah Sakit
Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kesehatan sebagai salah
satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan melalui berbagai
upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem
kesehatan nasional.
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan
bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan,
kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.



2.1.2 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan.
Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya
kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. Pelayanan
kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan
perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan
dan teknologi kesehatan sub spesialistik.


2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
Rumah sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan;
2.1.4 Kewajiban dan Hak Rumah Sakit
Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban:
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah
sakit kepada masyarakat.
b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.


c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai
dengan kemampuan pelayanannya.
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya.
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak
mampu atau miskin.
f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan
fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan
gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan
korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi
misi kemanusiaan.
g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani
pasien.
h. Menyelenggarakan rekam medis.
i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara
lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang
cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia.
j. Melaksanakan sistem rujukan.
k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan.
l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
hak dan kewajiban pasien.


m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
n. Melaksanakan etika rumah sakit.
o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana.
p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik
secara regional maupun nasional.
q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit
(hospital by laws).
s. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua
petugas rumah sakit dalam melaksanakan tugas.
t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai
kawasan tanpa rokok.

Setiap rumah sakit mempunyai hak:
a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya
manusia sesuai dengan klasifikasi rumah sakit.
b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan
remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
mengembangkan pelayanan.


d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian.
f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan.
g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah
sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan.



2.2 Manajemen Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai sistem rujukan adalah
rumah sakit yang didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama
memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan,
tindakan medis, asuhan nutrisi dan diagnostik serta upaya rehabilitasi
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Segmen utama pada pasar pelayanan makanan dalam Classification
of Foodservices, salah satunya adalah Healt Care Market yang
didalamnya terdiri dari tiga jenis yaitu : Rumah Sakit, Panti atau Rumah
Perawatan dan Tempat Perawatan Khusus (rumah peristirahatan, panti
jompo, rumah yatim piatu, panti asuhan dan lainlain). Masing-masing
usaha dengan klasifikasinya itu memiliki tujuan, sasaran dan tipe
organisasi dan manajemen, meskipun klasifikasi usaha mereka itu
mungkin sangat berbeda, masing-masing memperhatikan penyediaan
servis makanan pada beberapa segmen publik. Hal ini merupakan
kebiasaan diantara mereka yang dapat diidentifikasi untuk
pengelompokan hingga menjadi tipe-tipe spesifik pada sistem pelayanan
makanan.
Usaha pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan agar tercapai
kesembuhan penderita dalam kurun waktu sesingkat mungkin. Untuk itu
perlu dilakukan kegiatan pengembangan pelayanan gizi rumah sakit.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah pelayanan gizi yang


diberikan di rumah sakit bagi pasien dirawat dan berobat jalan. Kegiatan
PGRS dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok kegiatan :
a. Kegiatan Pengadaan dan Penyediaan Makanan
b. Kegiatan Pelayanan Gizi di ruang rawat inap.
c. Kegiatan Penyuluhan dan Konsultasi Rujukan Gizi.
d. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terapi Gizi.
Dalam SK Menkes No. 143 / Men.Kes / SK / IV / 78 dan No. 983 /
Men.Kes / SK / X / 92, dinyatakan bahwa wadah yang menangani
kegiatan gizi di rumah sakit adalah Instalasi Gizi yang merupakan sarana
penunjang kegiatan Unit Pelaksana Fungsional.
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Pelayanan gizi diselenggarakan secara terintegrasi dengan unit
pelayanan kesehatan lain di rumah sakit, agar dicapai pelayanan gizi
yang optimal dan penyelenggaraan makanan yang bermutu tinggi.
Kriteria:
a. Adanya tujuan tertulis, serta petunjuk yang obyektif dalam
kegiatan pelayanan gizi.
b. Sasaran pelayanan gizi adalah pasien rawat inap, pasien rawat
jalan, pasien yang memerlukan pelayanan gawat darurat,
pegawai serta masyarakat.
c. Lingkup kegiatan meliputi produksi dan distribusi makanan,
pelayanan gizi ruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi diet,


penelitian dan pengembangan gizi terapan, penentuan anggaran
serta semua aspek pelayanan gizi.
d. Standar Pelayanan gizi dinilai setiap tiga tahun.
2. Administrasi dan Pengelolaan.
Pelayanan gizi rumah sakit harus mempunyai bagaian
organisasi dan uraian tugas yang jelas bagi semua jenis personil.
Kriteria:
a. Pelayanan gizi rumah sakit dikelola dan diorganisir oleh
Dietesien.
b. Pola kegiatan gizi rumah sakit harus mencakup kegiatan yang
telah ditetapkan Depkes RI sesuai dengan kelas rumah sakit.
c. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan secara jelas garis
komando yang menunjukkan tanggung jawab kewenangan dan
hubungan kerja dalam pelayanan gizi dengan unut lain.
d. Ada uraian tugas tertulis untuk setiap petugas yang mencakup:
1. Kualifikasi sesuai jabatan.
2. Garis komando.
3. Fungsi dan tanggung jawab.
4. Penilaian staf.
5. Pertemuan berkala staf Instalasi Gizi diadakan paling sedikit
setiap bulan, yang dibuktikan dengan notulen rapat.
e. Standar makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dalam
kualitas dan kwantitas.


f. Dietesien mengelola pelayanan gizi sebagai berikut :
1. Menyusun standar makanan Rumah Sakit sesuai dengan
penuntun diet.
2. Menyusun kebutuhan diet pasien rawat inap.
3. Menyusun menu dan perencanaan kebutuhan bahan makanan.
4. Menyusun anggaran belanja Instalasi Gizi.
5. Menyusun diet pasien rawat inap sesuai dengan keadaan
Pasien dan penyakitnya.
6. Melakukan pengadaan bahan makanan, penerimaan,
penyimpanan dan distribusi bahan makanan.
7. Mengelola produksi dan distribusi makanan bagi pasien rawat
inap dan pasien rawat jalan serta pegawai.
8. Melakukan evaluasi diet diruang rawat inap.
9. Merencanakan dan melakukan penyuluhan konsultasi diet dan
rujukan diet bagi pasien rawat inap dan rawat jalan secara
individu, kelompok dan masal.
10. Melakukan pengkajian, perencanaan, penerapan dan
penelitian diet pasien secara terintegrasi dengan tim asuhan
gizi.
11. Melakukan pencatatan diet pasien rawat inap.
12. Membuat laporan tahunan kegiatan pelayanan gizi.
2.2.1 Manajemen Logistik


The Council of Logistics Management (CLM), organisasi
pelopor logistik di Amerika mendefinisikan Manajemen Logistik
sebagai berikut :
Manajemen Logistik merupakan bagian dari proses Supply
Chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan keefisienan dan keefektifan aliran serta
penyimpanan barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik
permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point of
consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para
pelanggan.
Martin (1998) mengartikan Manajemen Logistik sebagai
proses yang secara strategis mengatur pengadaan bahan
(procurement), perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen
dan penyimpanan barang jadi (informasi terkait) melalui organisasi
dan jaringan pemasarannya dengan cara tertentu sehingga
keuntungan dapat dimaksimalkan baik untuk jangka waktu
sekarang maupun waktu mendatang melalui pemenuhan pesanan
dengan biaya yang efektif.
Logistik modern mendefinisikan Manajemen Logistik
sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan
dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para
suplaier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para
langganan.


Tujuan Logistik adalah menyampaikan barang jadi dan
bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu
dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana ia
dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah.
Sasaran penyelenggaraan logistik adalah mencapai level
sokongan manufacturing pemasaran yang telah ditentukan
sebelumnya dengan total biaya yang serendah mungkin. Tanggung
jawab utama manajer logistik adalah merencanakan dan mengelola
suatu sistem operasi yang mampu mencapai sasaran ini. Dalam
tanggung jawab perencanaan dan pengelolaan yang luas ini
terdapat banyak sekali hal yang kompleks dan mendetil. Ciri-ciri
utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan
terhadap pemindahan (movement) dan penyimpanan (storage) yang
strategis.
1. Manajemen Logistik Rumah Sakit
Logistik Rumah Sakit dapat diartikan sebagai proses
pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan
penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari pemasok
di dalam sarana dan fasilitas rumah sakit dan sampai kepada
para pemakai jasa pelayanan rumah sakit. Adapun rumusan
logistik secara mudahnya merupakan kegiatan yang menyangkut
segi :


a. Perencanaan dan Pengembangan, pengadaan, penyimpanan,
pemindahan, penyaluran, pemeliharaan, dan penghapusan
alat- alat perlengkapan.
b. Pemindahan, pengadaan atau pembuatan, penyelenggaraan,
pemeliharaan dan penghapusan fasilitas-fasilitas.
c. Pengusahaan atau pemberian pelayanan.
Dalam ruang lingkup Rumah Sakit istilah logistik
merupakan subsistem dan menjadi lebih sempit yakni:
a. Suatu proses pengelolaan secara strategis terhadap
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan
persediaan bahan serta barang yang diperlukan bagi produksi
jasa rumah sakit.
b. Bagian dari rumah sakit yang menyediakan barang dan bahan
yang diperlukan untuk kegiatan operasional rumah sakit dalam
jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat sesuai kebutuhan
dengan harga yang efisien.
Beberapa kepentingan rumah sakit dalam melakukan
kegiatan logistik yang perlu mendapat perhatian yakni :
a. Operasional : Barang harus tetap tersedia dan bahan dalam
jumlah yang tetap dan kualitas yang memadai pada saat
diperlukan.


b. Keuangan : Mengupayakan biaya operasional dengan
efisien dan efektif. Nilai persediaan yang sesungguhnya
tercermin dalam sistem akutansi.
c. Keamanan : Penyediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan
penyusutan yang tidak wajar.
2. Tujuan Manajemen Logistik Rumah Sakit
Tujuan Manajemen Logistik Rumah Sakit dapat diuraikan
dalam tiga tujuan pokok, yaitu :
a. Tujuan operasional : agar tersedia barang atau material dalam
jumlah yang tepat dan kwalitas yang memadai pada waktu yang
dibutuhkan.
b. Tujuan keuangan : agar tujuan operasional tercapai dengan biaya
terendah.
c. Tujuan kebutuhan : agar persediaan tidak terganggu oleh
pencurian, kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak dan nilai
persediaan dinyatakan dengan benar pada buku-buku bagian
keuangan atau akuntansi.
2.2.2 Manajemen Logistik Rumah Sakit
1. Pengelolaan Bahan Makanan.
Pengelolaan bahan makanan pada Instalasi Gizi di
rumah sakit merupakan suatu aspek manajemen rumah sakit
yang penting oleh karena ketidak-efisienannya akan memberi


dampak yang negatif terhadap rumah sakit baik secara medik
maupun ekonomik. Efisiensi dalam organisasi nonfor profit
(rumah sakit) dapat berarti cara mengkombinasikan jumlah dan
mutu terbaik dengan biaya produksi yang serendah mungkin
dalam penggunaan sumber daya untuk mempdoduksi barang-
barang atau jasa pelayanan.
2. Pembiayaan Bahan Makanan.
Makanan merupakan elemen biaya yang cukup besar di
setiap institusi. Jika dikendalikan dengan baik akan dapat
menjamin tercapainya keuntungan dan tujuan yang optimal.
Meskipun biaya makanan sangat tergantung pada fluktuasi
harga, akan tetapi dapat dikendalikan, oleh karena itu perlu
sistem pengendalian biaya makan yang efektif, disamping itu
biaya makan merupakan anggaran yang besarnya kurang lebih
2550 % dari biaya penyelenggaraan pelayanan gizi diinstitusi
terserap untuk pembelian bahan makanan. Pengendalian biaya
bahan makanan dapat dilakukan pada semua proses
penyelenggaraan makanan mulai dari perencanaan menu
sampai dengan distribusi makanan dan penjualan.
Upaya-upaya pengendalian biaya yang dapat dilakukan
dirumah sakit meliputi :
1) Meningkatkan efisiensi, yang terdiri dari tiga jenis yaitu :


a. Economic Efficiency (efisiensi ekonomi) atau sering
disebut juga Using leas cost input. Contoh: penggunaan
obat generik karena relatif murah.
b. Technical in Efficiency (efisiensi teknik), banyak sekali
pemborosan teknis akibat kombinasi dari sumber daya
yang tidak sesuai. Contoh ada alat canggih tapi tidak
ada operatornya.
c. Scale Efficiency, efisiensi yang berkaitan dengan
besarnya investasi yang sangat rawan untuk terjadi
inflasi.
2) Mengembangkan kesadaran akan biaya (cost
consciousness) yang bertujuan agar para pelaku rumah sakit
berprilaku hemat supaya biaya bisa ditekan lebih murah.
3) Investasi teknis yaitu mencari peluang untuk menghemat
pengeluaran.
4) Hospital Investment Control, yaitu dengan menghindari
investasi yang tidak optimal.
Dalam melaksanakan program efisiensi biaya manajer
rumah sakit dapat membaginya dalam empat langkah strategis
yaitu
a. Langkah pertama adalah awas biaya. Administrator rumah sakit
perlu awas tentang biaya yang timbul dari setiap operasional
rumah sakit.


b. Langkah kedua adalah pengawasan biaya. Administrator rumah
sakit perlu menyediakan mekanisme dan media untuk
mengidentifikasi, melaporkan dan mengawasi biaya.
c. Langkah ketiga adalah pengelolaan biaya yaitu menyusun
sistem untuk mengontrol dan mengusahakan timbulnya
rencana, strategi, program dan tercapainya tujuan efisiensi
biaya.
d. Langkah keempat adalah penyediaan insentif dan kompensasi
yang menyebabkan program efisiensi biaya dapat berjalan
terus.
Disamping itu intervensi manajemen dapat dilakukan untuk
mengefisienkan biaya melalui manajemen tenaga rumah sakit,
melalui peningkatan produktivitas atau melalui manajemen
peralatan, sarana dan fasilitas. Dan dapat pula dibentuk sebuah
Komosi Program Efisiensi Biaya yang tujuannya membantu
administrator rumah sakit dalam usaha mengefisienkan biaya
rumah sakit. Kegiatan manajemen logistik dirumah sakit meliputi
hal-hal sebagai berikut :
a. Peramalan (perencanaan dan penentuan kebutuhan) terhadap
permintaan pelayanan kesehatan customers.
b. Penganggaran untuk merumuskan perincian kebutuhan sesuai
dengan standar mutu dan dana yang tersedia.
c. Pengadaan usaha untuk memenuhi kebutuhan operasional.


d. Penyimpanan dan distribusi merupakan pelaksanaan
penerimaan, penyimpanan untuk kemudian disalurkan ke unit
pengguna.
e. Pemeliharaan, proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi
tehnis, daya guna dan hasil guna barang logistik.
f. Penghapusan kekayaan.
g. Pengendalian yaitu upaya menjamin terselenggaranya
manajemen logistik rumah sakit.
Perbekalan bahan makanan merupakan salah satu logistik
yang berada di rumah sakit. Apabila pengelolaan bahan makanan
dilakukan dengan pendekatan manajemen logistik tahapan-tahapan
tersebut di atas harus dilakukan. Secara umum siklus dan
penggunaan bahan makanan di rumah sakit akan mencakup tahap
seleksi bahan makanan, tahap pengadaan, tahap distribusi dan
tahap penggunaan yang disusun berdasarkan pengalaman tahun-
tahun yang lalu dan perkiraan yang akan datang, kesemuanya dapat
berjalan dengan baik dengan adanya dukungan dari pihak
manajemen yaitu pengorganisasian, dana, sistem informasi
manajemen dan sumber daya manusia.
3. Perencanaan Bahan Makanan.
Perencanaan pengadaan bahan makanan dilakukan agar
jumlah persediaan bahan makanan dapat efisien dan efektif,
mendukung kelancaran proses produksi perusahaan (rumah sakit),


terpenuhinya modal investasi yang memadai. Perencanaan
pengadaan makanan adalah serangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan macam dan jumlah bahan makanan, pengadaan bahan
makanan hingga proses penyediaan makanan matang bagi pasien
dan karyawan rumah sakit, yang meliputi :
a. Perencanaan anggaran belanja.
b. Perencanaan menu.
c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan.
d. Prosedur pembelian bahan makanan
e. Prosedur penerimaan bahan makanan
f. Prosedur penyimpanan bahan makanan
g. Tehnik persiapan bahan makanan
h. Pengaturan pemasakan makanan
i. Cara pelayanan dan distribusi makanan
j. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi.
Sedangkan seleksi bahan makan dalam rangka efisiensi
dapat dilakukan dengan cara analisis ABC. Pada umumnya
persediaan bahan makanan terdiri dari berbagai jenis dan sangat
besar jumlahnya. Masing-masing jenis barang membutuhkan
analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan
order point. Berbagai jenis bahan makanan yang ada dalam
persediaan tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas
yang sama. Sehingga untuk mengetahui jenis-jenis barang mana


saja yang perlu mendapat prioritas, dapat digunakan analisis ABC.
Analisis ABC ini dapat mengklasifikasikan seluruh jenis barang
berdasarkan tingkat kepentingannya.
Metode analisis ABC dikelompokkan menjadi tiga bagian
yaitu :
a. Kelompok A, yaitu kelompok 70 % dari nilai perencanaannya.
b. Kelompok B, yaitu kelompok 20 % dari nilai perencanaannya.
c. Kelompok C, yaitu kelompok 10 % dari nilai perencanaannya.
Diidentifikasi bahan makanan apa saja yang memakai 70 %
jumlah anggaran pembelian bahan makananan masuk dalam
kelompok A, 20 % masuk dalam kelompok B dan 10 % masuk
dalam kelompok C.

4. Pengadaan Bahan Makanan
Pengadaan adalah suatu proses untuk mendapatkan
perbekalan. Tujuan sistem pengadaan adalah untuk
mendapatkan bahan makanan dengan mutu yang baik,
pengiriman barang terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar
tidak memerlukan tenaga yang berlebihan.
Langkah proses pengadaan dimulai dengan a) mereview
daftar bahan yang akan diadakan, b) menentukan jumlah
masing-masing item yang akan dibeli, c) menyesuaikan dengan
situasi keuangan, d) memilih metode pengadaan, e) memilih


supplier atau rekanan, f) membuat syarat kontrak kerja, g)
memonitor pengiriman barang, menerima barang dan
memeriksa, h) melakukan pembayaran serta menyimpan yang
kemudian i) didistribusikan.
Pada proses pengadaan ada 3 (tiga) elemen penting
yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Metode pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat
menjadikan biaya yang tinggi.
b. Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja, sangat penting
untuk menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin
mutu, waktu kelancarannya.
c. Order pemesanan, agar barang dapat sesuai macamnya,
waktu dan tempat.
Pada umumnya ada 4 (empat) metode pengadaan :
a. Tender terbuka, berlaku untuk semua pemborong yang
terdaftar dan sesuai kriteria yang ditentukan.
b. Tender terbatas sering disebut dengan lelang tertutup,
hanya dilakukan pada pemborong tertentu yang sudah
termasuk dalam daftar dan mempunyai riwayat pekerjaan
yang baik.
c. Pembelian dengan tawar menawar, dilakukan bila jenis
barang tidak urgent, tidak banyak, biasanya untuk jenis
barang tertentu.


d. Pengadaan langsung, pembelian dalam jumlah kecil dan
perlu segera tersedia, relatif agak mahal.
5. Pengadaan Persediaan Bahan Makanan.
Pengadaan persediaan atau inventori adalah
kegiatan yang menunjukkan segala sesuatu atau
sumberdaya-sumberdaya yang disimpan, dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.
Permintaan akan sumber daya-sumber daya bisa
internal dan bisa juga eksternal. Sistem inventori adalah
merupakan serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian
yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat
persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi,
dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini
bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya
sumberdaya yang tepat, dalam kwantitas, waktu, jenis dan
kualitas yang tepat, serta meminimalkan biaya total melalui
penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara
optimal.
Pada prinsipnya persediaan akan mempermudah dan
memperlancar jalannya operasional perusahaan, yang harus
dilakukan dalam memproduksi barang-barang, untuk
selanjutnya menyampaikan kepada pelanggan atau
konsumen.


Untuk mengantisipasi penggunaan yang tidak pasti
dalam rumah sakit, dapat dilakukan dengan membuat
persediaan pengaman. Persediaan pengaman perlu
ditentukan secara tepat agar tidak terlalu besar, tetapi juga
tidak terlalu kecil. Tetapi yang paling ideal adalah apabila
rumah sakit dapat meniadakan persediaan (zero inventori),
sebab dengan adanya persediaan, perusahaan harus
menanggung biaya simpan, biaya investasi gudang, biaya
modal yang tertanam dalam persediaan, biaya kemungkinan
kerusakan dan lain-lain.
Pada saat ini banyak perusahaan (termasuk rumah
sakit) yang berusaha mengurangi persediaan dengan
melakukan sistem produksi tepat waktu (just in time),
sistem ini bertujuan untuk meniadakan persediaan (zero
inventori), meniadakan produk cacat (zero defects),
meniadakan waktu tunggu (zero lead time), meniadakan
kerusakan mesin (zero breakdowns), meniadakan waktu
persiapan (zero set up time), meniadakan penanganan bahan
(zero handling), dan meniadakan gangguan skedul produksi
(zero scedulle interruptions).
Dalam just in time ini perusahaan (termasuk rumah
sakit) berusaha untuk mendapatkan kesempurnaan dengan
berusaha melakukan perbaikan terus menerus untuk


mendapat yang terbaik, menghilangkan pemborosan dan
ketidakpastian, konsisten dalam meningkatkan
produktivitas.
Masalah dalam sistem persediaan kaitannya dengan
pengadaan adalah berapa jumlah yang harus dipesan dan
berapa lama waktu selang antara pesanan pertama dengan
pesanan berikutnya yang mendatangkan biaya yang paling
minimal. Dalam penentuan jumlah pembelian yang paling
optimal dikenal dengan Metode Economic Order Quantity.



Macam-macam perhitungan yang ada didalam
manajemen pengadaan persediaan :
a. Economic Order Quantity (EOQ).
EOQ adalah metode yang digunakan untuk
menentukan kwantitas pengadaan persediaan yang
meminimumkan biaya langsung penyimpanan
persediaan dan biaya pemesanan persediaan. EOQ
adalah jumlah pembelian bahan pada setiap kali pesan
dengan biaya yang paling rendah.
Beberapa asumsi yang dibuat untuk mendukung
model ini adalah:


1. Demand atau kebutuhan diketahui dan konstan.
2. Lead time yaitu waktu tunggu yang diperlukan sejak
saat pemesanan dilakukan sampai dengan barang
tiba juga diketahui dengan konstan.
3. Pemesanan diterima sekaligus.
4. Quantity discount tidak dimungkinkan.
5. Variabel cost hanya terdiri dari set up cost dan
holding/carrying cost
6. Stock outs / shortage dapat dihindari jika pesanan
datang tepat waktu.


b. Persediaan pengaman (safety stock).
Persediaan pengaman adalah persediaan
tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
(stock out). Adanya kebutuhan persediaan pengaman
adalah karena ketidakpastian mengenai penjualan di
masa depan dan pengisian kembali persediaan.
Persediaan pengaman merupakan proteksi dua jenis
ketidakpastian yaitu ketidakpastian mengenai penjualan
yang melebihi ramalan selama periode pengisian
kembali persediaan dan ketidakpastian mengenai


keterlambatan (delays) dalam pengisian kembali
persediaan.
c. Pemesanan kembali (Reorder Point).
Reorder point adalah waktu atau titik
pemesanan yang harus dilakukan, karena adanya Lead
Time, yaitu waktu antara pemesanan dilakukan dengan
barang diterima dan Safety Stock atau persediaan
pengaman.
d. Tingkat perputaran barang (Turn Over Ratio).
Turn over ratio adalah tingkat perputaran barang
dalam periode tertentu, dengan adanya jumlah
kebutuhan dan rata-rata persediaan barang maka akan
diketahui frekuensi perputaran persediaan dalam suatu
periode tertentu.
6. Penyimpanan dan Distribusi Bahan Makanan.
Kegiatan penyimpanan atau Storage atau pergudangan,
dimulai dari datangnya barang yang diadakan sampai adanya
permintaan untuk digunakan atau distribusi. Kegiatan
penyimpanan dan distribusi diawali dengan penerimaan barang
di gudang, penelitian dan pengecekan, pencatatan pada kartu
stok gudang untuk pengendalian inventori serta barang
dimasukkan dan ditempatkan pada tempat yang telah
ditentukan di dalam gudang.


Dalam menentukan jumlah pembelian yang perlu
diperhatikan adalah biaya variabel dari penyediaan persediaan.
Biaya variabel terdiri dari biaya-biaya yang berubahubah
sesuai dengan frekuensi pesanan (procurement cost) dan biaya
yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya penyimpanan
(storage cost).
Procurement cost terdiri dari biaya selama proses
persiapan, biaya pengiriman pesanan, biaya penerimaan barang
yang dipesan, biaya-biaya proses pembayaran, sedangkan
storage cost terdiri dari biaya penggunaan atau sewa ruangan
gudang, biaya pemeliharaan material untuk kemungkinan
rusak, biaya asuransi, biaya pajak,dan lainlain. Pada umumnya
besarnya biaya penyimpanan antara 20 % - 25 % dari nilai
persediaan.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang
3.1.1 Sejarah Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama
Semarang
RS. TK. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama yang berdiri pada
tanah seluas 23.982 m
2
dengan luas bangunan 14.964 m
2
dan terletak di
Jln. Dr. Sutomo 17 Semarang merupakan salah satu peninggalan sejarah
jaman penjajahan Belanda. Rumah sakit ini dibangun pada tahun 1925,
pada jaman kolonilaisme digunakan untuk merawat tentara Belanda
yang terluka saat perang.
Pada tanggal 8 Desember 1949 telah tersusun organisasi Divisi
III/ Gubernur III dengan Panglima Divisi dijabat oleh Kolonel Gatot
Subroto, Kepala Kesehatan (Dk Divisi III) dijabat oleh Lektol dr.
Suhardi dibantu staff administasi Lettu Adam Saleh. Lokasi kantor
berada di Hotel Dibya Putri Semarang, mereka bertugas langsung
menjadi LJC (Local Join Commite ) yang akan menerima kekuasaan
dari militer Belanda yaitu KOMANDO DIVISI 20 DESEMBER
KONINKLUKE LEGER (Komando Divisi 20 Des. K.L).
Mayor Dr. Sumartono diperintahkan oleh kepala DKT III untuk
menerima penyerahan Militer Hospital yang berkedudukan di Jalan
Bojong 150 Semarang dari Komando Divisi 20 Des.K.L. serah terima
dilaksanakan pada 14 Desember 1949 dimana Mayor Dr. Sumartono


didampingi oleh Lettu Adam Saleh dan Lettu Ismaun. Penyerahan
dilaksanakan secara bertahap dimana tahap pertama baru diserahkan
TMGD (Territorial Militari Gezondheids Dienst ) Rumah sakit yang
berlokasi di Jalan Bojong 15, sedang yang di jalan HOS Cokroaminoto
10 masih dipergunakan untuk merawat tentara Belanda yang luka- luka
akibat pertempuran. Sebagai penanggung jawab Rumah sakit di Jalan
Bojong 150 ditunjuk Lettu Ismaun dibantu Zr. Sumartini serta
bebebrapa orang tenaga tambahan dari DKT Solo. DKT Divisi III yang
semula berkedudukan di Hotel Dibya Putri kemudian bergabung dengan
rumah sakit adi Jalan Bojong 150.
Pada bulan Juni 1950 Mayor Dr. Sumartono di pindah tugaskan ke
Jakarta dan ditunjuk Lektol Dr. Suwondo sebagai penggatinya. Pada
bulan Agustus 1950 Militer Hospital Yuliana Jalan HOS Cokroaminoto
10 daerah diserah terimakan kepada RI dan diberi nama RUMAH
SAKIT DIVISI III/ TENTARA DAN TERITORIUM JAWA
TENGAH. Setelah serah terima, dilanjutkan pemisahan personil antara
yang bergabung dengan APRIS dengan tetap bergabung dibawah
KANIL/KL.
3.1.2 Profil Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira TamtamaKesdam
IV/Diponegoro
Profil Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama
Kesdam IV/Diponegoro. Rumah Sakit ini berada di bawah naungan
Kesehatan Kodam IV/ Diponegoro Semarang.


Nama Kesatuan : Kesdam IV/Diponegoro
Nama Unit Kerja : Rumkit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama
Alamat : Jl. Dr. Sutomo No. 17 Semarang 50141 Telp.
(024) 35559444
Visi : Menjadikan Rumah Sakit Tk.III 04.06.02
Bhakti Wira Tamtama andalan masyarakat
penggunanya.
Misi : Rumah Sakit Tk.III 04.06.02 Bhakti Wira
Tamtama menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara profesional, ramah dan
nyaman bagi komunitas TNI dan masyarakat
pengguna lainnya.
Pelayanan : Melayani anggota TNI, PNS, keluarga
Purnawirawan serta masyarakat umum.
Tipe Rumah sakit : Tingkat III / Tipe C
3.1.3 Pelayanan Kesehatan Rumkit Bhakti Wira Tamtama Semarang
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang memadai, Rumkit
Bhakti wira Tamtama menyediakan beberapa instalasi, yaitu:
1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Pada instalasi farmasi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama
sebelum adanya BPJS terdapat 3 apotek yaitu apotek dinas, ASKES
dan swadana. Dimana masing-masing apotek mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan di bidang kefarmasian dengan


jenis pasien yang berbeda yaitu pasien dinas, ASKES dan swadana.
Namun setelah adanya BPJS instalasi Rumah Sakit Bhakti Wira
Tamtama di gabung menjadi satu apotek yang melayani semua
pasien Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama.
2. Instalasi Unit Gawat Darurat (UGD)
Melayani pasien selama 24 jam penuh, khususnya untuk
menangani kasus yang bersifat darurat. Dalam pelaksanannya
didukung oleh tenanga dokter umum dan spesialis serta tenaga
paramedis.
3. Instalasi Rawat Jalan
Pada Instalasi Rawat Jalan terdiri dari berbagai klinik
dengan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda, yaitu:
a. Poli Klinik Umum
b. Poli Klinik Spesialis Penyakit Dalam
c. Poli Klinik Spesialis Bedah
d. Poli Klinik Spesialis THT
e. Poli Klinik Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin
f. Poli Klinik Umum Gigi dan Prostetik Ordentik Mulut
g. Poli Klinik SpesialisMata
h. Poli Klinik Spesialis Kesehatan Anak
i. Poli Klinik Spesialis Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
j. Poli Klinik Spesialis Saraf
k. Poli Klinik Spesialis Akupuntur


l. Poli Klinik Spesialis Jantung
m. Poli Klinik Spesialis Paru
n. Poli Klinik Spesialis Rehabilitasi Medik
o. Poli Klinik Spesialis Radiologi
4. Instalasi Rawat Inap
Pada Instalasi Rawat Inap terdapat beberapa ruang perawatan, yaitu:
a. Ruang Anggrek (Ruang Anak-anak)
b. Ruang Bougenville (Ruang Nifas)
c. Ruang Dahlia (Ruang Bedah)
d. Ruang Flamboyan (Ruang Penyakit Dalam)
e. Ruang ICU (Ruang Penyakit Kritis)
f. Ruang Melati (Ruang VIP)
g. Ruang Paviliun Nusa Indah (Multi Kasus)
5. Instalasi Pendidikan
Pada Instalasi Pendidikan menyelenggarakan upaya
pengembangan tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit Bhakti
Wira Tamtama berupa pendidikan dan pelatihan baik internal yang
dilaksanakan di dalam RS maupun eksternal yang dilaksanakan di
luar RS dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan di luar RS
untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan yang selalu
diperbaharui sesuai dengan perkembangan zaman.


Diklat RS Bhakti Wira Tamtama juga mengelola mahasiswa
yang sedang menempuh pendidikan kesehatan untuk melakukan
praktek kerja lapangan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama.
3.3 Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama
Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama memiliki 1 orang kepala
bagian Gizi, 2 orang bagian administrasi, dan 8 orang juru masak dengan
berbagai macam latar pendidikan. Kegiatan harian yang dilakukan di instalasi
gizi adalah melakukan pemesanan dan penerimaan barang, pengecekan bahan
pangan yang akan diolah, kegiatan pengolahan bahan bahan pangan, kegiatan
pemorsian, hingga kegiatan distribusi makanan ke pasien (oleh petugas khusus
distribusi). Sedangkan untuk kegiatan perencanaan menu dilaksanakan apabila
terdapat perubahan anggaran yang dianggarkan untuk kegiatan pengadaan
makanan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama
3.4 Penyelenggaraan Manajemen Gizi Institusi
3.4.1 Perencanaan Menu
Sistem perencanaan dan penyusunan menu di Rumah Sakit
Bhakti Wira Tamtama disusun oleh kepala instalasi gizi yang
bekerja sama dengan bagian manajemen rumah sakit. Karena
setiap perubahan menu disesuaikan dengan anggaran yang
disediakan, jadi tidak pasti dalam satu tahun dilakukan pergantian.
Siklus menu yang digunakan adalah siklus menu 10 hari, akan
tetapi khusus untuk bulan yang berjumlah 31 hari menggunakan
siklus khusus yaitu 11 hari.Kemudian untuk standar porsi yang


digunakan pada masing-masing makanan disesuaikan dengan
spesifikasi bahan makanan. Rumah sakit Bhakti Wira Tamtama
membuat pengembangan resep baru untuk pembaharuan, kegiatan
ini juga dilakukan sesuai anggaran yang tersedia. Contoh menu
dapat dilihat pada bagian lampiran.
3.4.2 Pemesanan dan Penerimaan Bahan Pangan
Rumah sakit Bhakti Wira Tamtama mendapatkan supply
bahan makanan untuk kebutuhan logistik rumah sakit melalui kerja
sama dengan CV Bhakti Sarana Utama. Siklus belanja untuk bahan
makanan segar seperti sayur, buah, dan daging dilakukan sehari
sebelum bahan dimasak (setiap hari dilakukan pembelanjaan), jadi
setiap hari dilakukan pembelanjaan untuk bahan pangan segar.
Sedangkan untuk bahan makanan kering dan tahan lama seperti
beras, tepung, minyak, teh, kacang hijau, dan sebagainya dilakukan
selama 10 hari sekali. Pengiriman dan penerimaan bahan pangan
tersebut dilaksanakan di pagi hari, diterima oleh petugas gizi. Pada
proses penerimaan juga dilakukan pengecekan apakah bahan
pangan yang diterima sudah sesuai dengan Order Penerimaan
Barang (OPB) atau belum. Semua barang yang diterima dicatat
dalam form daftar pemesanan bahan makanan, kemudian
dimasukkan ke dalam buku rekapan bahan makanan, kemudian
dikembalikan kepada CV terkait. Setelah pengecekan selesai,
bahan makanan disimpan pada tempat penyimpanan. Seperti sayur


dan buah disimpan dalam chiller, daging disimpan dalam freezer,
dan bahan makanan kering disimpan di dalam lemari.
3.4.3 Pengecekan Bahan Pangan
Pengecekan bahan pangan dilakukan setiap hari, hal ini
untuk menghindari pengolahan bahan pangan yang sudah rusak.
Selain itu, penyimpanan bahan pangan di Rumah Sakit Bhakti
Wira Tamtama menggunakan sistem FIFO (Firts In Firts Out)
dalam penyimpanan bahan pangan, terutama bagi bahan pangan
kering yang penyimpanannya lebih lama dibandingkan bahan
pangan segar.
3.4.4 Persiapan Pengolahan
Persiapan dilakukan sebelum proses memasak. Persiapan
dilakukan dipagi hari, untuk selanjutnya bahan pangan yang sudah
disiapkan diolah untuk membuat menu makan pagi, makan siang,
dan makan malam. Persiapan bahan pangan yang akan diolah
dibedakan berdasarkan jenisnya. Seperti bahan pangan pokok
beras. Pertama, beras dicuci terlebih dahulu baru kemudian diolah.
Biasanya diolah menjadi nasi, bubur, dan tim. Untuk lauk hewani
seperti ayam atau daging, pertama-tama dipotong-potong
kemudian dicuci sampai bersih. Pada daging yang terdapat bagian
lemaknya, dibuang terlebih dahulu lemaknya baru dicuci. Untuk
lauk nabati seperti tempe, langsung diolah. Untuk sayuran, setelah
bahan diterima kemudian dihilangkan kotorannya, dipotong, dan


kemudian dicuci. Untuk buah-buahan dilakukan pemotongan
setelah pencucian dengan air mengalir. Yang terakhir adalah
bumbu, Rumah Sakit Bhakti wira Tamtama menggunakan standar
resep pada pengolahan bahan pangan yang dilakukan.
3.4.5 Pengolahan Bahan Pangan
Sistem pengolahan makanan yang ada di Rumah Sakit
Bhakti Wira Tamtama dilakukan untuk pengolahan makan pagi,
selingan pagi, makan siang, selingan sore, dan makan sore.
Pengolahan makanan tersebut dilakukan oleh juru masak (8 orang),
dibagi menjadi 3 shift. Higiene personal juru masak diterapkan
dengan baik. Juru masak yang bertugas memakai apron (celemek),
penutup kepala, atau alas kaki sebagai alat perlindungan diri (APD)
ketika menjalankan pekerjaannya. Teknik yang biasanya disajikan
pada masing-masing alat makan bagi tiap kelasnya, seperti plato
digunakan sebagai alat makan bagi pasien kelas II dan kelas III,
piring digunakan sebagai alat makan bagi pasien kelas I dan VIP.
Penyajian makanan di rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama di
sesuaikan dengan kelas perawatan pasien, yaitu:dilakukan
diantaranya adalah merebus, mengukus, dan menggoreng.
3.4.6 Penyajian Makanan
Penyajian makanan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama
disesuaikan dengan kelas perawatan pasien, yaitu :


1) Ruang utama menggunakan piring tempat makanan pokok,
mangkuk untuk tempat sayur, dan piring kecil untuk tempat lauk,
dilengkapi dengan buah untuk penyajian setiap waktu makan
besar. Sedangkan tempat penyajian snack untuk selingan,
disesuaikan setiap jenisnya.
2) Kelas I menggunakan piring untuk makanan pokok,
mangkuk untuk tempat sayur, dan piring kecil untuk tempat lauk,
sedangkan buah ditempat mika makanan.
3) Kelas II menggunakan piring untuk makanan pokok,
mangkuk untuk tempat sayur, dan piring kecil untuk tempat lauk,
sedangkan buah ditempat mika makanan.
4) Kelas III menggunakan plato yang berisi makanan pokok,
sayur, dan lauk, sedangkan buah ditempatkan dalam mika
makanan. Seluruh peralatan yang digunakan telah diberi tanda
untuk meminimalkan terjadinya pertukaran alat atau kehilangan.
Seluruh makanan yang disajikan dibungkus dengan plastik
perekat untuk menghindari kontaminasi sebelum dan selama
pendistribusian.


3.4.7 Distribusi makanan
Pendistribusian makanan di Rumah Sakit Bhakti Wira
Tamtama dilakukan oleh petugas khusus distribusi, distribusi


dilakukan secara sentralisasi dan desentralisasi. Distribusi makanan
dilakukan 5 kali dalam sehari, yaitu untuk distribusi makan pagi,
selingan pagi, makan siang, selingan sore, dan makan malam.
3.4.8 Evaluasi Sisa Makanan
Kegiatan evaluasi sisa makanan pasien dilakukan tiga bulan
sekali, yaitu dengan pengamatan langsung. Kegiatan ini dilakukan
oleh petugas gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama.
3.5 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen untuk ketenagaan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira
Tamtama meliputi:
3.5.1 Kepala Instalasi Gizi
Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama
berjumlah satu orang yang memiliki pendidikan S1 FKM, hal ini
berarti sudah memenuhi standar PGRS. Adapun tugas pokok
Kepala Instalasi Gizi adalah merencanakan, mengkoordinasi,
mengawasi pelaksanaan empat kegiatan pokok instalasi gizi yang
meliputi penyelenggaraan makanan, asuhan gizi rawat inap dan
rawat jalan, serta penelitian dan pengembangan.


3.5.2 Tenaga Pelaksana Gizi Ruangan


Tenaga pelaksana gizi ruangan di Rumah Sakit Bhakti Wira
Tamtama berjumlah 3 orang. Tenaga pelaksana gizi ruangan
mempunyai tanggung jawab dalam pengawasan mutu pelayanan.
3.5.3 Tenaga Administrasi
Menurut standar PGRS seharusnya ada 2 tenaga
administrasi dengan pendidikan minimal SMA atau sederajat.
Tetapi di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama memiliki 2 tenaga
administrasi yang sekaligus merangkap sebagai tenaga pelaksana
gizi ruangan.
3.5.4 Tenaga Pengatur Gizi
Tenaga pengatur gizi yang ada di Rumah Sakit Bhakti Wira
Tamtama sebanyak 2 orang yang membantu sebagian tugas kepala
instalasi gizi dalam bidang pengawasan mutu non pelayanan.
3.5.5 Tenaga Pemasak
Menurut standar PGRS, jumlah tenaga pemasak yang
seharusnya ada di rumah sakit sebanyak 22 orang tetapi di Rumah
Sakit Bhakti Wira Tamtama hanya memiliki 8 tenaga pemasak.
Dalam kegiatan pengolahan, dilakukan sistem pembagian 3 shift
untuk tenaga pemasak yaitu:
1) Shift pagi : 04.00 11.00
2) Shift siang : 07.00 14.00
3) Shift sore : 14.00 19.00
3.5.6 Tenaga Distribusi


Untuk tenaga distribusi di instalasi gizi Rumah Sakit Bhakti
Wira Tamtama dilakukan pembagian shift berdasarkan pembagian
shift karyawan biasa, yaitu:
1) Shift pagi : 12.00 13.00
2) Shift sore : 17.00 18.00
3) Shift subuh : 07.00 08.00
3.5.7 Tenaga Logistik
Tenaga logistik yang ada di instalasi gizi Rumah Sakit
Bhakti Wira Tamtama belum ada, sehingga dilakukan oleh petugas
gizi yang ada. Tugas pokok dari tenaga logistik adalah melakukan
penerimaan dan pencatatan bahan makanan kering yang masuk dan
keluar, melaksanakan proses pengeluaran bahan makanan kering
dari gudang logistik ke bagian dapur sesuai jumlah pasien dan jenis
menu yang dipakai, kemudian dilakukan pencatatan sesuai
pesanan.
3.5.8 Tenaga Pencucian Alat dan Tenaga Kebersihan
Tenaga pencucian alat dan tenaga kebersihan yang ada di
instalasi gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama dilakukan oleh
juru masak.



3.6 Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit


3.6.1 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan serangkaian kegiatan
pengumpulan, pengolahan data kegiatan Pelayanan Gizi Rumah
Sakit (PGRS) dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilkan
bahan bagi penilaian PGRS dan pengambilan keputusan. Tujuan
dari pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya pencatatan dan
pelaporan bahan makanan/anggaran belanja makanan, personalia,
dan perlengkapan gizi. Sasarannya adalah:
a. Pencatatan dan pelaporan pemasukan, pemakaian, dan sisa
bahan makanan harian, bulanan.
b. Pencatatan tribulanan dan tahunan, macam dan jumlah
perlengkapan instansi gizi.
c. Pencatatan ketenagaan instalansi gizi semester dan tahunan.
Bagian pengadaan makanan segar di Rumah Sakit Bhakti Wira
Tamtama dicatat setiap hari oleh pengawas mutu non pelayanan.
Untuk bahan makanan kering pencatatan juga dilakukan tiap hari
oleh karyawan dibagian logistik. Pelaporan dilakukan setiap satu
bulan sekali.
3.6.2 Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap dan Rawat Jalan
Kegiatan asuhan gizi ruang rawat inap di instalasi gizi
dilakukan oleh seorang staf gizi sebagai tenaga pelaksana gizi
ruangan. Kegiatan tersebut meliputi pengkajian data pasien,
penentuan diet pasien (melihat catatan medis pasien), pelaksanaan


diet, konsultasi atau penyuluhan, monitoring dan evaluasi serta
tindak lanjut. Konsultasi dan rujukan gizi yang dilakukan untuk
pasien dengan diet khusus dan resiko tinggi seperti Diabetes
Mellitus, GOUT, Hipertensi, CRF dan lain-lain.
3.7 Higiene dan Sanitasi Makanan
3.7.1 Keadaan Sanitasi
3.7.1.1 Sanitasi Tenaga Pemasak
Berdasarkan hasil observasi tenaga pemasak di
Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama belum memenuhi
standar grooming. Hal ini terlihat dari perilaku tenaga
pemasak di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama yang masih
menggunakan handphone saat bekerja, ada beberapa tenaga
masak yang tidak memakai penutup kepala saat memasak,
tidak memakai apron saat mengolah makanan dan masih
kurangnya kebersihan dari tenaga pemasak.
3.7.1.2 Sanitasi Bahan Makanan
Untuk menyajikan makanan yang berkualitas, selain
cita rasa, nilai gizi dan penampilan yang menarik, menu
yang bervariasi, juga didukung dengan makanan bersih
yang aman dan tidak berbahaya untuk dimakan. Higiene
dan sanitasi merupakan standar utama yang harus
ditetapkan setiap rumah sakit. Beberapa hal yang harus


diperhatikan dalam sanitasi makanan yaitu asal bahan
makanan.
Bahan makanan yang digunakan di instalasi gizi
Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama berasal dari rekanan
yang cara pengangkutannya dengan kantung plastik, khusus
bahan makanan segar seperti daging, ayam, dan ikan.
Untuk buah pisang menggunakan keranjang bambu, telur
dengan krat, sedangkan sayur-sayuran diangkut dengan
menggunakan keranjang plastik ukuran besar.
3.7.1.3 Sanitasi Tempat Persiapan Bahan Makanan
Tempat persiapan bahan makanan dan tempat
peneriamaan bahan makanan dijadikan satu ruangan.
Fasilitas yang ada yaitu meja persiapan untuk sayur, meja
persiapan untuk buah. Sanitasi meja persiapan untuk sayur
tidak tertata dengan baik karena banyak barang-barang
yang tidak sesuai tempatnya, meskipun demikian untuk
kebersihannya sudah cukup baik karena setiap selesai
proses persiapan selalu dibersihkan. Begitu juga dengan
meja tempat persiapan untuk buah selalu dibersihkan
setelah proses persiapan selesai.




Bak pencucian yang ada di instalasi gizi Rumah
Sakit Bhakti Wira Tamtama memiliki 2 tempat pencucian
yaitu:
1) Tempat pencucian untuk alat-alat makan dan peralatan
pengolahan yang menggunakan sabun colek,
2) Tempat pencucian bahan makanan. Tempat pencucian
bahan makanan memiliki sanitasi yang kurang baik
karena tempat pencucian jadi satu antara tempat cuci
tangan dengan tempat pencucian bahan makanan.
3.7.1.4 Sanitasi Ruang Pengolahan
Dapur yang sehat harus memenuhi syarat-syarat
tertentu, yaitu syarat fisiologis, psikologis, serta
menghindarkan terjadinya kecelakaan, maupun penyakit.
Syarat fisiologis meliputi suhu ruangan, penerangan,
ventilasi. Sedangkan syarat psikologis meliputi segi
keindahan dan kenyamanan.
Ruang pengolahan terletak di bagian paling
belakang bangunan instalasi gizi. Sanitasi dapur sudah
cukup baik tetapi untuk tempat pembuangan sampah
jaraknya terlalu dekat dengan tempat proses pengolahan
sehingga dikhawatirkan dapat mencemari bahan-bahan
makanan yang ada di tempat proses pengolahan. Secara
fisiologis kondisi ruang pengolahan sudah memenuhi


syarat, yakni sudah dilengkapi Exhaust Hood dan Exhaust
Fan untuk pertukaran udara, masuknya cahaya nmatahari,
dan menjaga suhu ruangan agar tetap stabil.
Pintu masuk dan keluar ruang pengolahan di Rumah
Sakit Bhakti Wira Tamtama belum terjaga keamanannya
dari binatang seperti kucing. Hal ini tentu akan mengancam
keutuhan bahan makanan.Selain itu, apabila ada binatang
masuk akan sangat mengganggu tenaga pemasak saat
mengolah makanan.
Adapun fasilitas yang ada di ruang pengolahan yaitu:
1) Meja persiapan bahan makanan yang telah siap
2) Lemari persediaan bahan kering (chiller)
3) Lemari persediaan bahan basah (freezer)
4) Meja penataan lauk











3.7.1.5 Sanitasi Tempat Pencucian Alat Makan dan Masak
Sanitasi pada tempat pencucian harus terjaga
dengan baik karena akan menjadi faktor yang efektif dalam
menularkan penyakit. Adapun fasilitas yang terdapat pada
tempat pencucian alat makan pasien dan masak yaitu:
1) Bak I untuk pencucian bahan makanan
2) Bak II untuk pencucian alat masak
3) Rak penirisan
4) Tempat persiapan teh
5) Temopat persiapan air panas
6) Kompor gas
7) Ember pencucian bahan makanan
8) Tempat sampah
Dalam proses pengeringan alat makan terkadang
masih menggunakan lap kain sehingga memungkinkan
bakteri yang terdapat di lap akan mengkontaminasi pada
alat makan. Tempat pencucian alat terlihat kurang bersih
karena terdapat kotoran-kotoran di dalam saluran
pembuangan air limbah pencucian dan lantai sedikit licin
sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.





3.7.1.6 Sanitasi Tempat Penyimpanan Peralatan Makan dan
Masak
Sanitasi tempat penyimpanan peralatan makan dan
peralatan masak menggunakan rak. Hal ini memungkinkan
terjadinya kontaminasi dari serangga atau debu, sehingga
akan lebih baik jika rak tersebut mempunyai penutup.
3.8 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan di ruang penyelenggaraan makanan pada
Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama antara lain:
3.8.1 Ruangan penerimaan
Terdapat timbangan, rak bahan makanan, alat-alat kecil
seperti pembuka botol, gunting, pisau, dan lain-lain.
3.8.2 Ruang penyimpanan
Ruang penyimpanan bahan makanan antara lain lemari es
atau chiller untuk menyimpan buah dan sayur, freezer untuk
menyimpan bahan pangan segar, lemari, ruangan untuk
menyimpan beras.
3.8.3 Ruang persiapan bahan makanan
Terdapat meja persiapan sayur, meja persiapan buah,
bangku, dan lain-lain.





3.8.4 Ruang masak
Terdapat blender, panci besar, kompor, kipas angin, tenpat
pencucian, meja persiapan makanan, lemari, lemari es, meja kerja,
bangku, dan lain sebagainya.
3.8.5 Ruang pegawai
Terdiri dari tempat sholat, lovker, meja kerja, tv, kipas
angin, dan tempat sampah.
3.8.6 Ruang perkantoran
Terdiri dri meja kursi, alat tulis, filling cabinet, lemari
buku, komputer, lemari kaca, dan kipas angin.


















BAB IV
PENUTUP

1.1 Simpulan
Dari data di atas dapat dibuat simpulan bahwa penyelenggaraan makanan di
Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama dilakukan oleh Instalasi Gizi. Ketenagaan di
Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama meliputi Kepala Instalasi Gizi,
tenaga administrasi, juru masak, dan tenaga distribusi.
Penyusunan menu dan standar makanan berpedoman pada Pedoman
Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit (PPMRS). Selain itu, penyajian makanan
diet pada pasien dilakukan sesuai dengan kondisi dan penyakit pasien yang
bekerjasama dengan tim asuhan gizi. Untuk pengawasan bahan makanan
dilakukan mulai tahap penerimaan bahan makanan hingga distribusi makanan.
1.2 Saran
Saran yang diberikan untuk memperbaiki penyelenggaraan manajemen
makanan gizi, antara lain:
1) Melakukan optimalisasi pada kinerja petugas pengolahan bahan
makanan agar instalasi gizi dapat memberi hasil yang memuaskan.
2) Menempatkan ketenagaan di instalasi gizi sesuai dengan dasar
kemampuan dan latar belakang pendidikan.
3) Mengadakan sosialisasi inovasi menu secara berkala agar inovasi
menu berjalan sesuai yang diharapkan.


4) Melakukan pemantauan dan pengawasan kepada tenaga masak agar
tetap menjaga hiegiene personal dan sanitasi.
5) Membentuk tim pengawasan bahan makanan dari tahap penerimaan
bahan makanan hingga distribusi sehingga dapat meminimalisasi
kesalahan selama proses berlangsung.




















DAFTAR PUSTAKA
1. Fuad, A. (2006). Analisis Model Pengadaan Bahan Makanan Kering
Berdasarkan Metode EOQ Pada Instalasi Gizi Rumah Sakit Roemani
Semarang(Online),(http://eprints.undip.ac.id/17448/1/Fuad_Alhamidy.pdf)
Diakses 20 Mei 2014.
2. Kemenkes RI .(2013). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit(Online).
(http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/COVER%20PGRS_P
GRS%20Final.pdf) Diakses 19 Mei 2014.
3. Sumber Data Profil Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama.
















A. Profil Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama
Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan gizi penderita sesuai dengan kebutuhan
dan jenis penyakitnya.
2. Meningkatkan sistem pengadaan, pengolahan, dan penyajian mkanan yang
bermutu dan berkualitas.
3. Meningkatkan SDM yang berkualitas dengan meningkatkan sistem
pembelajaran yang berkesinambungan.
Visi
Meningkatkan kualitas pelayanan gizi penderita dengan menyajikan makanan
sesuai kebutuhan dan jenis penyakitnya.
Motto
Aman, Tepat, Menarik












B. Struktur Organisasi Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama






















PENATA GIZI
BAG. ADMINISTRASI &
KEUANGAN
BAG. LOGISTIK &
PENYULUHAN GIZI
BAG. PEMASAKAN
MAKANAN
KHUSUS/DIIT
BAG. PEMASAKAN BAG. PENERIMAAN
BAG. SANITASI &
PEMELIHARAAN
BG. PEMASAKAN
MAKANAN PEGAWAI
KAINSTALJANGWAT
ADMINISTRASI
PEMESANAN REKAP
INVENTARIS ALAT

Anda mungkin juga menyukai