Anda di halaman 1dari 5

LTM QBL 1 Sistem Pernapasan

Citra Anisa Syahriel

2106762830

Anatomi Pernapasan Atas

Sistem pernapasan bagian atas dimulai dari hidung, faring, laring, dan trakea. Sistem pernapasan
bagian atas berfungsi sebagai jalan untuk memindahkan udara dari luar ke dalam paru-paru dan
mengeluarkan karbondioksida dari paru-paru ke luar tubuh. Pada saat udara dipindahkan melalui
jalur ini, udara dibersihkan, disaring, dilembabkan, dan dihangatkan (LeMone, Burke, Bauldoff,
2015).

1. Hidung
Bagian pernapasan yang terlihat secara eksternal pada manusia adalah hidung. Selama
bernapas, udara masuk ke hidung melewati lubang hidung. Bagian dalam hidung terdiri
dari rongga hidung, dibagi oleh septum yang merupakan garis tengah pada hidung.
Reseptor penciuman terletak di mukosa pada bagian superior hidung yang berbentuk
seperti celah, tepat di bawah tulang ethmoid. Rongga hidung mengeluarkan lendir yang
membantu menghilangkan partikel debu dari udara dan juga menormalkan udara sesuai
dengan suhu tubuh. Lendir menangkap bakteri yang masuk dan kotoran lainnya, dan
enzim lisozim dalam lendir menghancurkan bakteri secara kimiawi. Sel-sel bersilia pada
mukosa hidung membuat gerakan lembut yang menggerakkan lendir yang terkontaminasi
diposterior menuju tenggorokan (faring), dimana akan ditelan dan dicerna oleh cairan
lambung. Bila suhu ekternal sangat dingin, gerakan silia ini menjadi lambat, sehingga
memungkinkan lendir menumpuk di rongga hidung dan berusaha dikeluarkan ke lubang
hidung. Hidung mempunyai fungsi yaitu menghangatkan, menyaring, dan membasahi
udara sebelum masuk ke paru-paru (Marieb & Keller, 2011; Ms. Vipula & Ms. Atula,
2018).
Sinus paranasal mengelilingi rongga hidung, yang terletak pada tulang frontalis, sfenoid,
etimoid dan maksilaris. Fungsi dari sinus adalah sebagai penyangga tengkorak,
membantu dalam wicara, dan menghasilkan lendir yang mengalir ke dalam rongga
hidung untuk membantu menjebak debris. Mulut merupakan nalan napas lainnya yang
digunakan apabila jalan hidung tersumbat atau memerlukan asupan udara yang lebih
besar (LeMone, Burke, Bauldoff, 2015).
2. Faring
Faring atau tenggorokan merupakan saluran berbentuk corong dengan panjang sekitar 13
cm (5 inchi). Dimulai dari lubang hidung internal sampai dengan ke bagian krikoid,
tulang rawan paling inferior dari laring (pita suara). Faring terletak tepat di posterior
hidung dan rongga mulut, di atas laring, dan tepat di anterior cervical . otot rangka
membantu menjaga faring tetap paten. Kontraksi otot rangka membantu proses deglutisi
(menelan). Faring berfungsi sebagai saluran udara dan makanan, menyediakan ruangan
berresonansi untuk suara dan tempat bagi tonsil yang berperan dalam reaksi imunologi
melawan benda asing. Faring dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring,
orofaring, laringofaring (Tortora & Derrickson, 2018).
Nasofaring berfungsi sebagai jalan udara. Masa pada jaringan limfoid (tonsil dan
adenoid) berada dalam mukosa setinggi dinding posterior menyaring dan menghancurkan
agen infeksius yang masuk bersama udara. Nasofaring dihubungkan ke bagian telinga
tengah melalui saluran eustasius. Orofaring terletak di bagian belakang rongga mulut dan
melintang dari palatum mole sampai tulang hioid. Orofaring berfungsi sebagai saluran
untuk udara dan makanan. Palatummole terletak lebih tinggi untuk mencegah makanan
masuk ke nasofaring selama menelan. Sedangkan laringofaring yang terletak dari tulang
hioid sampai laring, mempunyai tugas sebagai jalan untuk makanan dan udara (LeMone,
Burke, Bauldolff, 2015).

3. Trakea
Trakea adalah saluran untuk masuknya udara, dengan panjang sekitar 12 cm (5 inchi) dan
diameter 2,5 cm (1 inchi). Trakea terletak di anterior esofagus dan memanjang dari laring
sampai batas superior vertebra thoracal ke lima (T5). Trakea terbagi menjadi bronkus
utama kanan dan kiri. Lapisan dinding trakea yaitu mukosa, submukosa, tulang rawan
hialin, dan adventitia (terdiri dari jaringan ikat areolar). Mukosa trakea terdiri dari lapisan
epitel dari epitel kolumnar semu bersilia dan lapisan dasar lamina propria yang
mengandung serat elastis dan serat retikuler. Hal ini memberikan perlindungan yang
sama terhadap debu seperti selaput yang melapisi rongga hidung dan laring. Trakea
cukup kaku karena dindingnya diperkuat oleh cincin tulang rawan hialin berbentuk C.
Cincing ini memiliki tujuan yaitu bagian terbuka dari cincing berbatasan dengan
kerongkongan dan mengembang ke arah anterior saat kita menelan makanan. Makanan
yang padat membuat dinding trakea tetap paten, atau terbuka, meskipun terdapat
perubahan tekanan yang terjadi selama bernapas.
Otot trakea terletak di sebelah kerongkongan dan melapisi dinding trakea bagian
posterior. Trakea dilapisi oleh mukosa bersilia. Silia bergerak terus menerus ke bagian
superior. Silia dikelilingi oleh sel goblet yang menghasilkan mukus. Silia mendorong
mukus, partike debu dan debris menjauh dari paru-paru menuju ke tenggorokan ,
sehingga mukus dapat dikeluarkan (Marieb & Keller, 2011; Tortora & Derrickson, 2018).

Referensi
Sumiyati, dkk. 2021. Anatomi Fisiologi. Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai