Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)


KEPERAWATAN KRITIS

Eva Fauziah
1019031047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG
TAHUN 2022/2023
KONSEP PENYAKIT PPOK
1. Definisi
PPOK (penyakit paru obstruktif kronik) atau PPOM (penyakit paru obstruktif
menahun) adalah kumpulan dari berbagai macam gangguan yan diklsaifikasikan
mengganggu saluran pernafasan seperti bronkitis kronis, bronkiektasis,
emfisema, dan atsma. Penyakit ini berkaitan erat dengan dispnea atau penurunan
aliran masuk dan keluarnya udara paru-paru.

Inisiatif Global untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis (GOLD) telah


mendefinisikan penyakit paru obstruktif kronis penyakit (PPOK)
sebagai "penyakit yang dapat dicegah dan diobati" dengan beberapa efek
ekstrapulmoner yang signifikan yang dapat berkontribusi untuk tingkat
keparahan pada pasien individu. paru parunya komponen ditandai dengan
keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Keterbatasan aliran
udara biasanya progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi abnormal
dari paru-paru terhadap partikel atau gas berbahaya”. Penyakit paru obstruktif
kornis sendiri yaitu suatu peradangan yang terjadi pada paru-paru yang
berkembang dalam jangka waktu yang panjang.

2. Etiologi
a. Paparan asap tembakau menyumbang perkiraan 80% hingga 90% kasus
PPOK.
b. Usia.
c. Perokok pasif.
d. Paparan di tempat kerja,debu, bahan kimia.
e. Polusi udara.
f. Kelainan genetik, termasuk defisiensi alpha1- antitrypsin, inhibitor enzim
yang biasanya melawan penghancuran jaringan paru-paru oleh enzim tertentu
lainnya.
3. Pathway

4. Manifestasi Klinis
a. Batuk kronis
Gejala ini sering memburuk.Batuk kronis dan produksi dahak sering
mendahului perkembangan keterbatasan aliran udara selama bertahun-tahun.
Namun, tidak semua orang dengan batuk dan produksi
dahak mengembangkan PPOK.
b. Produksi sputum.
c. Dispnea
Dispnea mungkin parah dan sering mengganggu aktivitas pasien. Biasanya
progresif, lebih buruk dengan olahraga, dan persisten. Seiring
berkembangnya PPOK, dispnea dapat terjadi saat istirahat.
d. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan adalah umum, karena dispnea mengganggu makan
dan kerja pernapasan menguras energi.

5. Patofisiologi
Pada PPOK, keterbatasan aliran udara dan terkait dengan respon inflamasi
abnormal dari paru-paru terhadap partikel atau gas berbahaya. Respon inflamasi
terjadi di seluruh saluran udara proksimal dan perifer, parenkim paru, dan
pembuluh darah paru, karena peradangan kronis dan upaya tubuh untuk
memperbaikinya, perubahan dan penyempitan terjadi di saluran udara. Di
saluran udara proksimal (trakea dan bronkus lebih besar dari 2 mm),
perubahan termasuk peningkatan jumlah sel goblet dan pembesaran submukosa
kelenjar, yang keduanya menyebabkan hipersekresi mukus. Di dalam saluran
napas perifer (diameter bronkiolus kurang dari 2 mm), inflamasi menyebabkan
penebalan dinding saluran napasl, eksudat di saluran napas, dan saluran napas
secara keseluruhan penyempitan (bronkiolitis obstruktif). Seiring waktu, ini
proses cedera dan perbaikan yang sedang berlangsung menyebabkan
pembentukan jaringan parut dan penyempitan saluran napas.
Akhirnya, inflamasi kronis proses mempengaruhi pembuluh darah paru dan
menyebabkan penebalan lapisan pembuluh darah dan hipertrofi jaringan halus
otot, yang dapat menyebabkan hipertensi pulmonal.
6. Komplikasi
a. Pneumonia.
b. Atelektasis kronis.
c. Pneumotoraks.
d. Hipertensi arteri pulmonal

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Spirometri digunakan untuk mengevaluasi obstruksi aliran udara, yang
ditentukan oleh rasio FEV1 untuk kapasitas vital paksa (FVC). Spirometri
hasilnya dinyatakan sebagai volume absolut dan sebagai persentase dari nilai
prediksi menggunakan normal yang sesuai nilai untuk jenis kelamin, usia, dan
tinggi badan.
b. Pemeriksaan laboratorium, seperti analisa gas darah dan darah lengkap.
c. Pemeriksaan sputum

7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada paru-paru tergantung pada penyebab dari
COPD. Pada emfisema gambaran yang paling dominan adalah radiolusen
paru yang bertambah, sedangkan gambaran pembuluh darah paru
mengalami penipisan atau menghilang.
Pemeriksaan faal paru
2. Pemeriksaan faal paru dengan spirometer sederhana, akan tampak jelas
penurunan volume ekspirasi paksa 1 detik (VEP1) dibandingkan dengan
orang normal, dengan umur dan potongan badan yang sama
3. Pemeriksaaan analisa gas darah (arteri)
Perjalanan bronchitis kronis berlangsung lambat dan memerlukan waktu
bertahun-tahun untuk membuat keadaan penderita betul-betul buruk.
Penurunan PAO2 serta peningkatan PACO2 dan semua akibat
sekundernya (asidosis, dan lainlain) akan terjadi perlahan-lahan dengan
adaptasi secara maksimal dari tubuh penderita.
4. Pemeriksaan CT scan
Memeriksa gambaran paru-paru secara lebih detail
5. Pengambilan sampel dahak
Pemeriksaan sampel dahak untuk mengidentifikasi keberadaan maupun
jenis bakteri yang mungkin menyebabkan bronchitis kronis.Rontgen
DadaPemeriksaan echokardiografi untuk menilai tekanan sistolik arteri
pulmonal.

8. Pengkajian (Wawancara)
a. Identitas Pasien : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan,
Suku/bangsa, Agama, Status marital, Diagnosa medik
b. Apakah pasien pernah terpapar faktor risiko (jenis, intensitas, durasi)?
c. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit pernapasan sebelumnya?
penyakit/masalah, termasuk asma, alergi, sinusitis, polip hidung, atau
infeksi saluran pernapasan?
d. Apakah pasien memiliki riwayat keluarga PPOK atau lainnya? penyakit
pernapasan kronis?
e. Berapa lama pasien mengalami kesulitan bernafas?
f. Bagaimana pola perkembangan gejala?
g. Apakah aktivitas meningkatkan dispnea? Jenis apa? pengerahan tenaga?
h. Berapa batas toleransi pasien terhadap Latihan?
i. Pada jam berapa dalam sehari pasien mengeluh? sebagian besar kelelahan dan
sesak napas?
j. Kebiasaan makan dan tidur mana yang terpengaruh?
k. Apa dampak penyakit pernapasan terhadap kualitas? kehidupan?
l. Apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya dan kondisinya?
m. Bagaimana riwayat merokok pasien (primer dan? sekunder)?
n. Apakah ada paparan kerja terhadap asap atau lainnya? polutan?
o. Apa peristiwa pemicu (misalnya, pengerahan tenaga, bau yang kuat, debu,
paparan hewan)?
p. Apakah pasien memiliki riwayat eksaserbasi atau sebelumnya? rawat inap
untuk masalah pernapasan?
q. Apakah pasien memiliki dukungan sosial dan keluarga yang tersedia?
r. Apa potensi untuk mengurangi faktor risiko (misalnya, merokok?
penghentian)?

9. Pemeriksaan Fisik
Sistem pernafasan :
a. Ukur tanda-tanda vital
b. Inspeksi keadaan umum : pengunaan oksigen, sesak napas, batuk,
wheezing, stridor, cachexia.
c. Inspeksi konjungtiva : anemis/tidak
d. Inspeksi adakah pernafasan cuping hidung
e. Inspeksi RR dan irama, catat apakah irama dangkal dan cepat, normal,
dalam dan cepat
f. Inspeksi adanya stomatitis, central sianosis
g. Inspeksi adanya peningkatan JVP, dan deviasi trahea
h. Inspeksi bentuk dada, apakah simetris, apakah bentuk dada normal atau
tidak, kaji adanya bekas luka op, dan adanya pemasangan chest drain
i. Inspeksi simetrisits pergerakan dada kanan dan kiri
j. Inspeksi pernafasan perut atau dada, amati apakah ada retraksi dada dan
penggunaan otot-otot bantu pernafasan
k. Inspeksi kulit dada : warna, distribusi rambut, jaringan perut, lesi, luka
bakar
l. Inspeksi adanya asites, peningkatan diameter abdomen mengurangi
ekspansi dada
m. Ispeksi adanya clubbing finger. clubbing finger menjadi indikasi kondisi
hipoksia yang lama.
n. Mengkaji fremitus fokal simetris/tidak
o. Palpasi pengembangan dada simetris/tidak, apakah ada keterlambatan
pengembangan dada di salah satu sisi paru
p. Melakukan perkusi paru 10 titik anterior dan posterior. Kaji adanya
perubahan bunyi resonan ke pekak atau hiperresonan
q. Melakukan auskultasi paru di 10 titik anterior dan posterior. Identifikasi
suara vesikuler (normal) dan suara abnormal paru (ronchi atau raler)
r. Kaji telapak tangan adanya tar smoking (perokok), memar, dan telapak
tangan yang menipis (penggunaan jangka panjang streoid)
s. Kaji tremor, akral, CRT, edema
t. Kaji adanya asterixis (CO2 Retensi)
8. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Rokok atau polusi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
- Pasien mengeluh sesak

- Pasien mengatakan tidak
mampu batuk Infalamasi

DO:
- Sputu berlebih Sputum meningkat didalam paru-paru
- Adanya suara whezing dan

ronkhi kering
- Pola napas berubah Ada reaksi batuk
- Sianosis ↓
- Bunyi napas menurun
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektik
2 DS: Rokok atau polusi
- Pasien megeluh pusing Gangguan pertukaran gas

- Pasien mengatakan penglihan
kabur Perubahan anatomis parenkim paru

DO:
Pembesaran alveoli
- Kesadaran menurun
- Takikardi ↓
- Nafas cuping hidung Hiperatropi kelenjar nukosa
- Po2 menurun

- Pco2 meningkat atau menurun
Penyempitan saluraan udara secara periodik

Gangguan pertukaran gas
3 Rokok atau polusi
DO: Intolerasi aktivitas

- Frekuensi nadi meningkat
- Bunyi napas menurun Perubahan anatomis parenkim paru
- Warna kulit ↓
Pembesaran alveoli

Hiperatropi kelenjar nukosa

Penyempitan saluraan udara secara periodik

Ekspansi paru menurun

Kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuan oksigen
dengan meningkatkan frekuensipernafasan

Kontraksi otot pernafasn penggunaan energy untuk
pernapasan meningkat

Intolerasi aktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas, proses infeksi
2. Gangguan Pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
3. Intoleransi aktivitas b,d tirah baring,kelemahan, kelemahan antara suplai dan kebutuhan oksigen
9. Intervensi Keperawatan

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Aktivitas
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas Observasi
efektif b.d hipersekresi keperawatan selama 2x 24 jam 1.Monitor pola nafas
jalan nafas, proses infeksi maka bersihan jalan 2.Monitor bunyi nafas
yang d.d: nafas meningkat dengan kriteria 3.Identifikasi kemampuan batuk
DS: hasil : 4.Monitor sputum (jumlah,warna,
- Pasien mengeluh - Batuk efektif meningkat aroma)
sesak - Produksi sputum menurun 5.Monitor tanda dan gejala infeksi
- Pasien mengatakan - Mengi menurun saluran nafas
tidak mampu batuk - Whezzing menurun
Terapeutik
DO: 1.Posisikan semi fowler
- Sputu berlebih 2.Berikan minum hangat
- Adanya suara 3.Lakukan suction selama 15 detik
whezing dan ronkhi 4.Berika oksigen, jika perlu
kering
- Pola napas berubah Edukasi
- Sianosis 1.Anjurkan asupan cairan 2000
- Bunyi napas ml/hari
menurun 2.Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
1.Kolabotasi pemberian obat
2 Gangguan Pertukaran gas b.d Setalah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi Observasi
ketidakseimbangan ventilasi keperawatan selama 2x 24 jam
perfusi d.d harapkan pertukaran gas 1.Monitor frekuensi,irama,
DS: meningkat dengan kriteria hasil
kedalaman dan upaya nafas
- Pasien megeluh :
pusing 2.Monitor adanya sumbatan jalan
− pusing menurun
- Pasien mengatakan nafas
− penglihatan kabur
penglihan kabur
− kesadaran meningkat 3.Aulkustasi bunyi nafas
− takikardi membaik 4.Monitor saturasi oksigen
DO: − napas cuping hidug menurun
− PCO2 membaik 5.Monitor kecepatan oksigen
- Kesadaran menurun
− Po2 membaik 6.Monitor kemampuan melepaskan
- Takikardi
- Nafas cuping oksigen saat makan
hidung
- Po2 menurun
Terapeutik
- Pco2 meningkat
atau menurun 1.Pertahankan kepatenan nafas
2.Berikan oksigen tambahan jika
perlu

Kolaborasi
1.Kolabotasi penentuan dosis
oksigen
2.Kolborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan tidur
3 Intoleransi aktivitas b,d tirah Setalah dilakukan intervensi Toleransi Aktivitas Observasi
baring,kelemahan, kelemahan keperawatan selama 2x 24 jam 1.Monitor kelelahan fisik
antara suplai dan kebutuhan harapkan Intoleransi aktivitas
oksigen d.d meningkat dengan kriteria hasil 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi
DO: : dalam aktivitas tertentu
- Frekuensi nadi - Frekuensi nadi menngkat
meningkat - Bunyi nafas membaik
- Bunyi napas - warna kulit membaik Terapeutik
menurun 1.Latihan gerak pasik dan aktif
- Warna kulit
2.Libatkan keluarga dalam aktivitas

Kolaborasi
1.anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, d. (2020, agustus 10). Ketahui penyebab PPOK dan llsngksh pencegshssnys.
Diambil kembali dari alodokter: https://www.alodokter.com/ketahui-penyebab-
ppok-dan-langkah-pencegahannya

fatimah, a. d., soemarwoto, r. a., & karimah, n. (2019). Suplementasi Vit D sebagai
pencegahan eksaerbasi akut pada penyakit par obstruktif kronik (PPOK). 8, 199.

Halodoc Redaksi. (2019, september 17). Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Diambil
kembali dari halodoc.com: https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-paru-
obstruktif-kronis

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner &
Suddarth's Textbook of Medical Surgical Nursing.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tm Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai