Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN DENGAN


CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI PANTI
WERDHA SINAR ABADI KOTA SINGKAWANG

OLEH

NUR AYU
NIM. 231133068

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN DENGAN


CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI PANTI
WERDHA SINAR ABADI KOTA SINGKAWANG

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical


Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).

Telah disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

NUR AYU
NIM.231133068

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

____________________________ ______________________________
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

A. Definisi Keperawatan Gerontik


Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan pfofesional yang
didasarkan pada ilnu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat komprehensif
terdiri dari bio-psikososial-spritual yang holistik, ditujukan pada klien lanjut
usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014). Pengertian lain dari keperawatan
gerontik adalah praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada
proses menua (Kozier, 1987). Sedangkan menurut Lueckerotte (2000)
keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada
lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional,
perencanaan, implementasi serta evaluasi. Berdasarkan pengertian tersebuat
dapat disimpulkan bahwa keperawatan gerontik adalah suatu bentuk praktek
keperawatan profesional yang ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit
yang bersifat komprehensif terdiri dari bio-psiko-sosial dan spiritual dengan
pendekatan proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatab, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B. Fokus Keperawatan Gerontik
1. Peningkatan kesehatan (health promotion) upaya yang dilakukan adalah
memelihara kesehatan dan mengoptimalkan kondisi lansia dengan
menjaga perilaku yang sehat. Contohnya yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada lansia, perilaku hidup
bersih dan sehat serta manfaat olah raga.
2. Pencegahan penyakit (preventif) upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit karena proses penuaan dengan melakukan pemeriksaan berkala
untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya penyakit, contohnya adalah
pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol secara berkala,
menjaga pola makan, contohnya makan 3 kali sehari dengan jarak 6 jam,
jumlah porsi makanan tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat (nasi,
jagung, ubi) dan mengatur aktifitas dan istirahat, misalnya tidur selama 6-
8 jam/24 jan.
3. Mengoptimalkan fungsi mental. Upaya yang dilakukandengan bimbingan
rohani, diberikan ceramah agama, sholat berjamaah, senam GLO (Gerak
Latih Otak) dan melakukan terapi aktivitas kelompok, misalnya
mendengarkan musik bersama lansia lain dan menebak judul lagu.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum. Melakukan upaya kerjasama
dengan tim medis untuk pengobatan pada penyakit yang diderita lansia,
teruma lansia yang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit, misalnya
pada saat kegiatan Posyandu Lansia.
C. Tujuan Keperawatan Gerontik
1. Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan
produktif
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin.
3. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia.
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit (kronis
atau akut)
5. Memelihari dan merawat klien lanjut usia yang sakit seoptimal mungkin.
KONSEP DASAR HIPERTENSI

A. Definisi
Hipertensi adalah salah satu penyakit pada gangguan kardiovaskuler ditandai
dengan peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90
mmHg. Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh karena penyempitan
pembuluh darah/arteriosklerosis yang mengakibatkan perfusi jaringan menurun
dan berdampak kerusakan organ tubuh diantaranya infark miokard, stroke,
gagal jantung dan gagal ginjal (Yonata and Pratama, 2016).

B. Klasifikasi
Menurut Kemenkes RI tahun 2021 dalam pedoman nasional pelayanan
kedokteran tata laksana hipertensi dewasa menyatakan ada beberapa
klasifikasi hipertensi antara lain :
Klasifikasi TD sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal 120 – 129 80 – 94
Normal tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistolik ≥ 140 < 90
terisolasi

C. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah,
2012) :
1. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a. Genetik individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih
tinggi mendapatkan penyakit hipertensi
b. Jenis kelamin dan usia. Laki-laki berusia 35 – 50 tahun dan wanita yang
telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi
c. Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak. Konsumsi garam
yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang
tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembanynya penyakit
hipertensi
d. Berat badan obesitas. Berat badan yang 25% melebihi berat badan idela
sering dikaitkan dengan perkembangnya hipertensi
e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol. Merokok dan konsumsi
alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi karena
reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Hipertensi sekubder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
a. Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin
terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.
Penyempitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler
berhubungan dengan penyempitan. Satu atau lebih arteri besar yang
secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal
pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh arterosklerosis atau
fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan
struktur serta fungsi ginjal.
c. Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral
yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume
expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal
setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.
d. Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal
dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension
disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
e. Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
f. Stress, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untk
sementara waktu.
g. Kehamilan, luka bakar dan peningkatan tekanan vaskuler.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., &
Kusuma H., 2016) dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terujur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan
kesadaran menurun.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin/hematokrit, untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko
seperti hiperkoagulabilitas anemia.
2. BUN, memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa, hiperglikemi (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
4. Kalsium serum, peningkatan kadar kasium serum dapat menyebabkan
hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum. Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk /adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler)
6. Pemeriksaan tiroid. Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi.
7. Urinalisa. Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
8. Asam urat. Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
steroid urin.
9. Foto dada. Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, pembesaran
jantung
10. CT scan. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopat
11. EKG. Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.

F. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertukuan mencegah morbilitas dan mortalitas akibat
komplikasi yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg :
1. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. terapi tanpa
obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah restriksi garam
secara moderat dari 10 gram/hari menjadi 5 gram/hari. Diet rendah
kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
b. Penurunan berat badan
c. Menghentikan merokok
d. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang isotonis dan dinamis
seperti lari, jogging bersepeda, berenang dan lain-lain.
2. Edukasi psikologis
a. Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
b. Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengeloloannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
3. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.

G. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis, pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkoin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noneprineprin mengakibatkan konstriksi pembukuh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat resppons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsangsekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal. Menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktur dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smelzer % Bare, 2018). Pada usia
lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga dapat dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer.
H. Web Of Causation (WOC)

Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas
arteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah

Vasokonstrik Koroner
Sistemik
Resistensi pembuluh darah
pembuluh darah Suplai O2 otak ginjal
vasokonstriksi Iskemi miocard
otak
Sinkop Blood flow Nyeri
Afterload
Nyeri Gangguan dada
kepala pola tidur Gangguan Respon RAA
Penurunan
perfusi Fatique
curah
jaringan Rangsang jantung
aldosteron Intoleransi
aktivitas
Retensi Na

Edema

Kelebihan volume cairan


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas
a. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup menoton
b. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
takipnea.
2. Sirkulasi
a. Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrovaskuler, episode palpitasi.
b. Tanda : kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, takikardi, mutmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokonstriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda.
3. Integritas ego
a. Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas faktor stress
multiple (hubungan , keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
b. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
a. Gejala : gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu )
5. Makanan dan cairan
a. Gejala : makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak, serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat
badab akhir-akhir ini (meningkat/turun). Riwayat penggunaan
diuretic.
b. Tanda : berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria
6. Neurosensori
a. Gejala : keluhan pusing berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam). Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,
epistakis)
7. Nyeri/ketidaknyamanan
a. Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit
kepala
8. Pernafasaan
a. Gejala : dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea,
ortopnea, dispnea, batk dengan/ tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok
b. Tanda : distress pernafasan /penggunaan otot aksesoris pernafasan ,
bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis
9. Keamanan
a. Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

B. Diagnosis Keperawatan (SDKI)


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
(D.0008)
Gejala dan tanda mayor:
a. Subjektif
1) Perubahan irama jantung : palpitasi
2) Perubahan preload : lelah
3) Perubahan afterload : dispnea
4) Perubahan kontraktilitas : paroxysmal noctural dyspnea (PND),
ortopnea, batuk
b. Objektif
1) Perubahan irama jantung : bradikardia/taikardia, gambaran
EKG aritmia ayau gangguan konduksi
2) Perubahan preload ; edema, distensi vena jugularis, CVP
meningkat/menurun, hepatomegaly
3) Perubahan after;oad : TD meningkat/menurun, nadi perifer
teraba lemah, CRT > 3 detik, oliguria, warna kulit pucat
dan/atau sianosis.
4) Perubahan kontraktilitas : terdengar suara jantung S3 dan atau
S4, EF menurun
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
Gejala dan tanda mayor:
a. Subjektif : mengeluh lelah
b. Objektif : frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
Gejala dan tanda mayor:
a. Subjektif : mengeluh nyeri
b. Objektif : tampak meringis, bersikap protetif, gelisah, frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur
4. Defisit pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi berhubungan
dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
Gejala dan tanda mayor:
a. Subjektif : menanyakan masalah yang dihadapi
b. Objektif : menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Keperawatan
O Keperawatan
1. Penurunan curah Curah jantung (L.02008) Perawatan jantung I.02075
jantung (D.0008) Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
tindakan 1. Identifikasi tanda dan gejala primer
keperawatan/intervensi selama penurunan curah jantung (dispnea,
….. diharapkan curah jantung kelelahan, edema, ortopnea, dyspnea)
meningkat, ditandai dengan 2. Identifikasi tanda dan gejala sekender
kriteria hasil : penurunan curah jantung (peningkatan
1. Kekuatan nadi perifer BB, hepatomegali, distensi vena
meningkat jugularis, palpitasi)
2. Palpitasi menurun 3. Monitor tekanan darah
3. Bradikardi menurun 4. Monitor BB setiap hari pada waktu
4. Takikardi menurun yang sama
5. Lelah menurun 5. Monitor saturasi oksigen
6. Dispnea menurun 6. Monitor nyeri dada
7. TD membaik Terapeutik:
8. CRT membaik 1. Berikan diet jantung yang sesuai
(mis.batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, makanan tinggi lemak)
2. Fasilitasi psien dan keluarga untuk
modifikasi gaya hidup sehat
3. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress, jika perlu
4. Berikan dukungan emosional dan
spiritual
Edukasi:
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi dan bertahap
2. Anjurkan berhenti merokok
3. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur BB harian
Kolaborasi:
1. kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
2 Intoleransi Toleransi aktivitas (L.05047) Manajemen energi (I. 05178)
aktivitas Tujuan: Setelah dilakukan Observasi
(D.0056) tindakan/intervensi 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh
keperawatan selama yang mengakibatkan kelelahan
….diharapkan toleransi 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas meningkat dengan 3. Monitor pola dan jam tidur
kriteria hasil : 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
1. Frekuensi nadi membaik selama melakukan aktivitas
2. Keluhan lelah menurun 1. Terapeutik
3. Dispnea tidak terjadi 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

3 Nyeri (akut) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I. 08238)


(D.0077) Tujuan: setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
/intervensi selama durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
….diharapkan tingkat nyeri nyeri
menurun dengan kriteria hasil 2. Identifikasi skala nyeri
1. Meringis menururn 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Diaforesis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
3. Anoreksia menurun dan memperingan nyeri
4. Muntah menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
5. Mual menurun keyakinan tentang nyeri
6. Frekuensi Nadi membaik 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
7. Pola Nafas membaik respon nyeri
8. Tekanan Darah membaik 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
9. Keluhan nyeri menurun kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

4 Defisit Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan (I.12383)


pengetahuan (L.12111) Observasi
tentang Tujuan: Setelah dilakukan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
pengelolaan tindakan menerima informasi
keperawatan/intervensi selama 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
hipertensi
… diharapkan tingkat meningkatkan dan menurunkan
(D.0111) pengetahuan meningkat, motivasi perilaku hidup bersih dan
dengan kriteria hasil sehat.
1. Perilaku sesuai anjuran Terapeutik
meningkat 1. Sediakan materi dan media pendidikan
2. Verbalisasi minat dalam kesehatan
belajar meningkat 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
3. Kemampuan menjelaskan sesuai kesepakatan
pengetahuan tentang suatu 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
topik meningkat Edukasi
4. Pertanyaan tentang 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
masalah yang dihadapi mempengaruhi kesehatan
menurun 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
5. Persepsi yang keliru sehat
terhadap masalah menurun 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independent), saling ketergantungan/kolaborasi (interdependent), dan tindakan
dependen atau ketergantungan.

E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Potter, Perry (2010:501) untuk evaluasi hasil yang diharapkan
dan proses terhadap asuhan keperawatan, dibandingkan hasil yang didapatkan
pada klien saat ini dengan hasi yang diharapkan saat perencanaan : seperti
kemampuan pasien untuk mempertahankan atau memperbaiki kesejajaran
tubuh, meningkatkan mobilisasi, dan melindungi pasien dari bahaya
imobilisasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi terus menerus dilakukan terhadap
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan,
digunakan komponen SOAP/SOAPIE.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Diva


Press.
Kemenkes RI. (2021). Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
HK. 01. 07/MENKES/4634/2021; Pedoman nasional pelayanan
kedokteran tata laksana hipertensi dewasa. Jakarta.

Price, S; Wilson, L. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi 6. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.

Putra Junizar. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada
Lansia. Padang: Stikes Perintis Padang.

Riskesdas. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Nasional


Tahun 2013. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Smeltzer. SC., Bare, Hinkle & Cheever. (2010). Buku ajar keperawatan
hipertensi. Jakarta : EGC. Hal : 45-47.

Anda mungkin juga menyukai