macam penyakit yaitu penyakit tua., sehingga diserukan kepada manusia yang
menderita suatu penyakit agar berobat, ditegaskan pula oleh Allah dalam
firmanNya dalam AlQuran Asy syuaroo :80 yang mengatakan bahwa Bila aku
sakit,maka Dialah (Allah-lah) yang menyembuhkan aku.
Nabi Adam AS. yang membunuh adiknya Habil karena cemburu ( AlQuran Surah
AlMaidah : 27-30 ).
Ibnu Sina atau Avicenna (980 1037 M), yang mengatakan bahwa beberapa
penyakit fisik dapat disebabkan oleh gangguan emosi.
Pada masa ini ilmu Kedokteran ditandai dengan berkembangnya pengetahuan
patologi klinik dalam mempelajari satu jenis penyakit, yang menghubungkan
antara symptom dengan patologi anatomi. Untuk gangguan jiwa dikenal seorang
dokter Jerman Wilhelm Griesinger (1817-1868), yang menyatakan bahwa
gangguan jiwa adalah penyakit otak. Selanjutnya Emil Kraepelin ( 1855-1926 )
menulis mengenai gangguan jiwa yang terdiri dari Dementia praecox disamping
Psikosis Manik Depresif, yang disebabkan oleh gangguan pada otak.
Kemudian datang Sigmund Freud ( 1856-1939 ) yang semula berorientasi pada
fisiologi kemudian beralih kepada psikilogi dan mengajukan teori yang disebutnya
sebagai free association untuk memahami sebab terjadinya gangguan jiwa
karena
pengalaman
dari
awal
kehidupan
seseorang,
dimana
dalam
murid Freud yaitu Karen Horney menentang teori Freud mengenai castration
complex pada wanita yang menimbulkan neurosis, melainkan neurosis itu terjadi
karena dipengaruhi oleh masyarakat dan lingkungannya. Salah seorang pengikut
Freud lainnya yaitu Eugen Bleuler yang khusus mempelajari Dementia Praecox,
yang ternyata menurutnya istilah itu tidak tepat karena pada pasien-pasien
tersebut
tidak
terdapat
demensia.
Bleuler
kemudian
pada
tahun
1911
memperkenalkan istilah Schizophrenia yang berarti jiwa yang retak atau pecah
untuk menggantikan istilah Dementia Praecox.
Teori Freud dengan teman-temannya menjadi landasan berbagai teori-teori
perkembangan keperibadian manusia yang kemudian mengilhami juga kemajuan
teori-teori ilmu Behavioral atau Ilmu Psikologi pada umumnya, antara lain
misalnya Humanistic Psychology oleh Gordon Alport ( 1897-1967 ), Abraham
Maslow ( 1908-1970) dengan teorinya mengenai hierarchi kebutuhan manusia,
Adolf Meyer sendiri (1866-1950 ) dengan teori mengenai pengaruh stres
psikososial. Kemudian berbagai teori tentang reaksi penyesuaian terhadap
stress, teori tentang mekanisme pertahanan ego dan lain-lain. Menurut Jean
Piaget, salah satu hal yang dapat menentukan kemampuan menyesuaikan diri
adalah kemampuan intelegensi yang berkembang seperti halnya perkembangan
keperibadian.
Pada pertengahan Abad ke-20 an sebagai awal terjadinya perkembangan dalam
bidang farmakologi, yaitu diketemukannya khlorpromazin atau largactil ( 1953 )
yang ternyata sangat efektif sebagai antipsikosis khususnya skizofrenia
,sehingga banyak pasien-pasien yang tidak perlu dirawat di Rumah Sakit lebih
lama karena dengan memakai obat tersebut pasien dapat dirawat secara
ambulatoar.( berobat jalan ). Hal ini menumbuhkan keyakinan akan peranan otak
sebagai
penyebab
terjadinya
gangguan
jiwa,sehingga
penelitian-penelitian
psikiatri dan lembaga keagamaan. Lembaga ini dapat bekerja sama secara
konstruktif dan merapakan potensi guna peningkatan taraf kesejahteraan dan
kesehatan jiwa baik secara perorangan maupun kelompok masyarakat. Lebih
lanjut
dalam
buku
tersebut
disebutkan
bahwa
manfaat
pendekatan
2 , 51; 81 : 22; yang semuanya itu dituduhkan kepada para Rasul-Rasul Allah yang
secara khusus disebut yaitu Nabi Nuh as., Nabi Musa as. dan Nabi Muhammad
saw.
Dalam ayat lain disebutkan istilah Jinnatin yang juga diterjemahkan sebagai
gila seperti pada Qs. 7: 184 ; 23 :25, 70; 34 :8,46. Istilah lain lagi yaitu majnun
yang juga diterjemahkan gila pada ayat Qs 68 : 6.
Salah satu Surat yaitu Al Qalam ( 68 : 2,4 ) yang sengaja diturunkan untuk
membantah tuduhan kaum kafir pada waktu itu bahwa Nabi Muhammad sama
sekali bukanlah orang gila, melainkan seorang yang berbudi pekerti ( berakhlak )
yang agung. Dari ayat itu dapat disimpulkan bahwa orang yang berbudi pekerti
agung atau berakhlak karimah pastilah bukan orang gila. Sehingga untuk menjadi
orang yang tidak gila atau sehat jiwa , haruslah ia mengembangkan dirinya
sebagai orang yang berakhlak mulia .
Selain itu masih ada istilah lain dalam Al Quran yang tidak secara spesifik
menyatakan sebagai gangguan jiwa yaitu dalam surat 91 : 7-10 yang berbunyi:
Dan
demi
jiwa(nafs)
dan
penyempurnaannya
(ciptaannya),
maka
Allah
Aql ( Akal )
Manusia diciptakan oleh Allah Yang Maha Pencipta , dilebihkan dari mahluk
lainnya baik dalam bentuknya seperti disebutkan dalam Qs. 95 : 4 , rupa yang
bagus Qs. 64: 3, tetapi juga dalam hal kemampuan untuk berpikir ( Qs. 16: 44 ),
agar memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi Qs 3:191,13:3) serta alam
semesta, tentang binatang ,tumbuh-tumbuhan , yang semuanya itu diciptakan
untuk kepentingan manusia, agar manusia melihat tanda-tanda kekuasaan Allah.
Dengan itu pula manusia dapat belajar, berbicara dan berbahasa ( Qs. 2 : 31-33)
dan membaca (Qs. 96 :l-5 ) sehingga mereka itu beriman dan selalu berzikir
kepada Allah , kemudian juga beriman kepada Rasul-RasulNya, kepada KitabKitab Nya, Taqdir dan Hari Kemudian. Semakin kokoh iman seseorang semakin
kuat pula ibadahnya dan semakin bertambah rasa cintanya kepada Allah SWT.
Ada orang- orang yang mampu berpikir dan mampu menerima serta memahami
tanda-tanda kekuasaan Allah, mereka itu disebut orang yang berakal atau
disebut ulul albab ( Qs.3:191 ) , sedangkan yang sebaliknya orang yang tidak mau
menggunakan akalnya, tidak mampu memahami kekuasaan Allah sesugguhnya ia
tidak beriman kepada Allah, maka mereka adalah orang-orang yang sesat dan
mereka adalah orang-orang yang merugi ( Qs.7: 178 ).
Menurut Quraish Shihab aql dapat bermakna sebagai daya untuk memahami
seperti disebut dalam Qs. 29 : 43 , juga dapat bermakna sebagai dorongan moral,
seperti dalam Qs 6 : 151 , kemudian ia juga dapat bermakna sebagai daya untuk
mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah. Untuk makna yang terakhir ini
sering digunakan istilah rusyd yang sesungguhnya menggabungkan ketiga daya
yang disebut tadi, yaitu daya memahami ,daya menganalisa dan menyimpulkan,
serta dorongan moral yang disertai dengan kematangan dalam berpikir.
Kemampuan berpikir seseorang berkembang sesuai dengan perkembangan umur,
pendidikan serta pengalaman. Menurut Utsman Najati bahwa seorang anak pada
periode pertama memperoleh informasi-informasi melalui pancaindera, yang nanti
akan membantunya dalam cara berpikir. Ia akan mereproduksi informasiinformasi itu dari ingatannya, mengimajinasikannya, memperbandingkan antara
satu sama lain dan menyusunnya dalam bentuk baru yang kemudian disimpan
dalam perbendaharaan informasi. Secara terus menerus manusia mengadakan
pengorganisasian informasi-informasi dan memperoleh realitas baru. Inilah
landasan perkembangan ilmu sepanjang masa dan penyebab terjadinya kemajuan
peradaban manusia Puncak dari perkembangan itu adalah ditemukannya yang
Haq / kebenaran yang hakiki sehingga manusia itu mampu membedakan antara
yang Haq dan yang bathil , yang baik dan buruk yang disebut sebagai Hikmah .
Hubungan antara alam perasaan dengan kemampuan berpikir atau akal pada
umumya sangat erat, bahkan diatas telah disebut bahwa alam perasaan itu adalah
bagian dari akal disamping rasio .Ada satu ungkapan bahwa tak kenal maka tak
cinta , seseorang tidak akan mencintai Allah kalau tidak mengenal Nya., yang
berarti seseorang perlu memahami dan mempelajari segala sesuatu dengan baik
tentang Allah Yang Maha pencipta dan Mahakuasa . Disamping itu sebaliknya
seseorang kadang-kadang salah dalam mengambil kesimpulan atau berpikir
apabila akal berada dibawah pengaruh emosi atau perasaan.
Alam perasaan ini berkembang sesuai dengan perkembangan umur dan
pengetahuan serta pengalaman.Kalau diperhatikan alam perasaan pada bayi yang
baru lahir hanya mempunyai kemampuan bisa menangis atau marah kalau sedang
lapar atau kalau sedang sakit atau sedang tidak nyaman disekitarnya misalnya
kalau basah ditempat tidurnya atau popoknya. Kemudian kemampuan itu
bertambah meningkat setelah berumur beberapa minggu atau beberapa bulan
maka bayi mampu tertawa, bahkan sudah dapat diajak bercanda Perkembangan
alam perasaan itu mencapai puncaknya pada seseorang dengan adanya rasa cinta
kepada Allah serta RasulNya yang berarti terjadinya kematangan dalam beriman,
bertaqwa?serta melaksanakan ibadah dengan sempurna secara ihsan.
Gangguan alam perasaan atau qalbu yang disebut dalam Al Quran yaitu qalbu
tertutup kalau tidak percaya atau beriman kepada Allah Jstilah qalbu sendiri
berarti bolak balik yang berarti kadang-kadang beriman kadang-kadang lemah
iman, suatu saat merasa senang lainkali merasa susah, suatu waktu merasa setuju
lainkali menolak. Qalbu bahkan disebut buta apabila tidak mampu mengenal Allah
serta segala ciptaanNya atau mengingkari adanya Allah,mengingkari hukumhukum serta ayat-ayat Allah maka dalam keadaan demikian qalbu dikatakan sakit.
(maradh).
Nafs
Menurut Quraish Shihab, kata nafs dalam Al Quran mempunyai aneka makna,
dapat berarti sebagai totalitas manusia seperti disebut dalam Qs. 5; 32, tetapi
juga dapat merujuk kepada apa yang terdapat dalam diri manusia yang
menghasilkan tingkah laku, seperti disebut Qs: 13:11 .
Secara umum nafs dapat bermakna sebagai sisi dalam manusia yang berpotensi
baik atau buruk. seperti disebut dalam Qs. 91 : 7-8 , dan dalam ayat selanjutnya
dikatakan bahwa beruntunglah orang menyucikannya jiwa itu dan merugilah orang
yang mengotorinya , Qs.91 : 9-10 .
Dengan demikian manusia itu mempunyai pilihan , ia bisa memilih jalan yang baik
atau yang buruk. Dalam Ilmu Psikiatri dikenal istilah conation yaitu that part
of a persons mental life concerned with the strivings, instincts, drives, and
wishes as expressed through his behavior ( Freedman 1978).
Menurut pengertian ini maka nafs kira-kira sama maknanya dengan conation.
Conation ( conasi) ini menjadi real sebagai suatu aksi bila sudah ada kebutuhan
sebagai motivator atau disebut juga sebagai motivasi yang menimbulkan tingkah
laku. Bagi sebagian orang seperti halnya pada seorang bayi menuntut agar
kebutuhan itu dipenuhi segera tanpa memperdulikan adanya penghalang atau
tantangan. Pada bayi ini disebut afs zakiyyah artiya yang masih suci. Apabila
keadaan demikian terjadi pada orang dewasa maka ia, seperti terdorong kepada
kejahatan, yang dalam Al Quran disebut sebagai nafsu ammarah Bissu( Qs. 12 :
53 ). Dalam hal ini timbulnya tingkah laku karena pengaruh hawa nafsu atau
disebut juga al hawa.yang oleh Said Hawwa dalam bukunya Jalan Ruhani disebut
sebagai jiwa yang sakit .Menuratnya ada jenis nafs lain yang lebih tinggi
tingkatannya yang disebut juga dalam Al Quran adalah nafsu Lawwamah Qs. 75 :
2 ) yaitu jiwa yang selalu mencerca dan menyalahkan dirinya pada saat
terperosok dalam kejahatan.
Sedangkan keadaan jiwa yang berada pada tingkat tertinggi yaitu nafs
muthmainnah atau jiwa yang tenang ( Qs. 89 : 27 ) karena ia mencapai
ketenteraman ( ketenangan) dan keyakinan. Jiwa yang tenang adalah jiwa yang
diridhoi oleh Allah yang akan disenangkan dan dipuaskan dan itu adalah situasi
kesehatan jiwa tingkat tinggi. Menurut Ahmad Faried dalam bukuya Menyucikan
Jiwa , mengatakan bahwa manusia itu dibedakan menjadi dua golongan, yang
pertama adalah golongan orang yang terkalahkan oleh hawanafsunya, sehingga
setiap perilakunya dikendalikan hawanafsunya, sedangkan golongan kedua ialah
golongan yang mampu mengekang, bahkan mengalahkan hawa nafsunya, maka
tunduklah hawa nafsu itu pada perintahnya. Pertanyaan yang timbul yaitu hal
apakah yang memungkinkan manusia dapat mengatasi nafsu atau hawa nafsu.
Dalam Qs. 12: 53 yang sudah disebutkan diatas Dan aku tidak akan
membebaskan diriku ( dari kesalahan ) karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun dan Maha Penyayang, Dari ayat ini
dapat disimpulkan dan menjawab pertanyaan diatas bahwa orang yang dapat
mengatasi atau mengalahkan hawa nafsu adalah berkat rahmat atau kasih sayang
dari Allah . dan itu terjadi pada Qalbu atau hati orang yang juga mencintai Allah
serta RasulNya . Hal ini sesuai pula apa yang ditulis oleh Ahmad Faried bahwa
Qalbu atau hati adalah merupakan pemimpin dan mengkoordinasikan semua
unsur-unsur bahkan terhadap semua organ atau anggota badan manusia. Kalau
diatas sudah disebut pula bagaimana hubungan antara aql dan qalbu yang saling
berkaitan erat satu sama lainnya,bahkan qalbu dikatakan sebagai coordinator ,
maka berarti hubungan antara ketiga unsur potensi jiwa ini sangatlah erat dan
terintegrasi secara baik, bahkan juga dengan organ-organ fisik. Diatas telah
disebutkan bahwa potensi jiwa itu berkembang dari sejak lahir dengan bantuan
pendidikan, pengalaman sehingga perkembangan potensi jiwanya masing-masing
mencapai titik tertinggi dari sisi qalb berupa kematangan dalam beriman dan
bertaqwa, serta ihsan dalam beribadah, dari sisi aql berupa hikmah dalam
menggunakan akalnya, artiya mampu membedakan antara yang haq dan yang
bathil dan dari sisi nafs memiliki nafsu yang tenang, atau nafs muthmainah dan
itu seluruhnya terjadi pada seseorang yang tergolong sebagai insan kamil atau
disebut juga berakhlakul karimah dan disebut pula sebagai orang yang sehat
jiwanya Namun sebaliknya bilamana satu unsur itu terganggu terutama kalau
qalbu atau hati terganggu maka berarti secara keseluruhan bisa terganggu. Dan
itu adalah orang yang menderita gangguan jiwa atau sakit jiwanya.
Beberapa contoh kasus
Sepanjang pengamatan penulis bahwa orang-orang yang menderita gangguan jiwa
terutama gangguan jiwa berat hampir seluruhnya tidak melaksanakan ibadah atau
komitmen terhadap aspek keagamaan sangat rendah. Namun apabila sudah mulai
ada perbaikan karena pengobatan, komitmen keagamaan itupun sudah mulai
meningkat
yang
terlihat
dari
pelaksanaan
ibadahnya
membaik
.Hal
itu
menunjukkan bahwa pembinaan agama atau terapi religius terhadap pasien perlu
dilakukan seperti yang selama ini sudah dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur. Sebagai contoh:
Kasus 1
Seorang wanita beragama islam menikah dengan seorang pria yang beragama
bukan islam dan berasal dari suku bangsa yang berbeda .Dengan pernikaha ini
perkawinan
melaksanakan
yang
ibadah
illegal
bahkan
keluarganya
bahwa
ia masih
maupun
terhadap
Dilain pihak kadang-kadang ada kasus terutama yang termasuk neurosis yang
keimanan dan ketaqwaannya terlihat cukup baik , namun terus berkeluh -kesah
( contoh kasus keempat diatas ) , maka kepada kasus tersebut perlu dianjurkan
untuk introspeksi atau muhasabah (lihat mengenai terapi) apakah dari sisi nafs
ada masalah.
Terapi gangguan jiwa
Prinsip terapi untuk segala macam penyakit menurut Al Quran dan Assunah
adalah:
1. Alquran Surah 26: 80. Bila manusia sakit, maka Allahlah yang
meyembuhkannya, bukan yang lain.
2. Alquran Surah 17 : 82 Dan Aku turunkan dari Al Quran suatu yang
menjadi penawar/obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al
Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian .
3. Alquran Surah 13 : 28 (khusus untuk ketenteraman jiwa). Yaitu orangorang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram..
4. Alquran Surah 12: 53, Dan aku tidak membebaskan diriku (dari
kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku .Sesungguhnya
Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang.
5. Alquran Surah 91 : 7-10, Dan demi jiwa dan penyempurnaannya
(ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
Pertama adalah musyarathah ( penetapan syarat ) yang berarti juga sebagai janji
atau sekaligus mengikrarkan niat untuk memenuhi persyaratan .
Kedua adalah muraqabah ( pengawaan ) yaitu mengawasi apakah orang itu tetap
pada janji dan tetap memenuhi syarat-syarat yang sudah disebutkan.
Ketiga adalah muhasabah (menghitung, mengevaluasi) atau introspeksi diri
terhadap segala perilakunya.
Keempat muaqabah (menghukum diri) sebagai sangsi atas perbuatan yang salah.
Kelima mujahadah (bersungguh-sungguh artinya kesungguhan dalam melaksanakan
hal-hal yang baik, beribadah dan
Keenam muatabah (mencela diri), mencela bila hati cenderung berbuat sesuatu
yang tidak baik sehingga mencegah dari berbagai syahwah dan kenikmatan.
Dengan melalui enam langkah ini maka sekaligus menyucikan jiwa yang sudah
kotor dan mencegah terjadinya hal-hal yang akan mengotorinya lagi.
Kesehatan Jiwa Islami
Dibagian awal dari tulisan ini, telah disinggung sedikit mengenai upaya mencegah
terjadinya gangguan jiwa yang disebut upaya kesehatan jiwa masyarakat. Upaya
ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat secara terorganisasi untuk
mencapai suatu kondisi ( keadaan ) sehat jiwa baik individu maupun seluruh
anggota masyarakat itu. Kondisi sehat jiwa bermakna sebagai suatu keadaan yang
bukan saja bebas dari berbagai gangguan jiwa tetapi juga setiap orang mampu
mengembangkan kesehatan fisik, mental dan intelektualnya seoptimal mungkin
sejauh perkembangan itu selaras dengan perkembangan masyarakat dan
lingkungannya. Bagi umat Islam, kondisi yang ingin dicapai itu tentunya masih
perlu ditambah satu hal yaitu senantiasa berlandaskan pada aqidah dan syariat
islam dan itulah yang dimaksud sebagai kesehatan jiwa islami. Bagi umat islam,
sebenarnya apabila sudah melaksanakan seluruh syariat islam dengan sebaikbaiknya yang disebut dengan istilah ihsan dengan berlandaskan kepada iman dan
taqwa , maka kondisi kesehatan jiwa masyarakat akan menjadi kenyataan yaitu
terciptanya suatu masyarakat yang adil makmur dan sejahtera, berbahagia dunia
dan akhirat. Insya Allah . Sesungguhnya akhlak karimah yang menjadi tujuan
yang ingin dicapai didalam pembinaan masyarakat islam sebagaimana hadits
Rasulullah yang mengatakan bahwa Sesungguhnya aku hanyalah diutus demi
menyempurakan akhlak yang mulia maka ini sangat identik dengan kesehatan
jiwa islami.
Simpulan
Gangguan jiwa sudah menjadi perhatian sejak zaman dahulu kala dan berbagai
pandangan manusia telah dikemukakan terutama mengenai penyebabnya yang
mempengaruhi pula mengenai terapinya yang berkembang terus dari abad ke
abad. Sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran pada umumnya, ilmu
psikiatri pun berkembang jadi suatu bidang spesialisasi tersendiri diseluruh
dunia termasuk di Indonesia. Di sepakati sekarang diabad moderen ini sebagai
penyebab gangguan jiwa yeitu adanya factor organobiologik, psikologik dan
social-budaya. Namun pada beberap dekade terakhir telah berkembang pula
perhatian terhadap aspek religius baik dalam hal sebagai penyebab maupun dalam
hal terapi. Khususnya di Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim, terjadi
pula perkembangan mengenai aspek religius ini dari masalah gangguan jiwa
terutama dari sudut pandang Islam.
Dari apa yang telah dikemukakan diatas bahwa dalam Al Quran terdapat istilahistilah yang dapat dikatagorikan sebagai gangguan jiwa, baik sebagai sakit qalbu
atau disebut maradhun , atau dengan istilah majnun, jinnatin? maftuun yang
diterjemahkan sebagai gila, nafs yang kotor sebagai lawan dari nafs yang bersih,
demikian pula aql yang tidak mampu memikirkan atau bertafakkur mengenai
kekuasaan dan ciptaan Allah SWT .
Istilah lain terdapat juga sebagai sifat manusia yaitu rasa sedih atau berduka
cita, berkeluh kesah, bersifat tergesa-gesa, tidak mau berterima kasih atau
bersyukur dan beberapa istilah mengenai akhlak yang tidak baik, yang
kesemuanya itu dapat dikatagorikan sebagai gangguan jiwa atau menjadi sumber
terjadinya gangguan jiwa. Didalam Al Quran disebut adanya potensi kejiwaan
berupa aql, qalbu, nafs maupun ruh.
Mengenai ruh tidak banyak yang dapat dikemukakan karena memang itu
merupakan urusan Allah dan hanya sedikit ilmu yang diberikan tentang ruh itu
kepada manusia. Aql, qalbu dan nafs saling terkait dan berkembang dari sejak
lahir sampai mencapai kematangan yang dipengaruhi oleh kemampuan individu
menerima pembelajaran dan pengalaman masing- masing yang akan melahirkan
seorang yang beriman dan bertaqwa, dengan cara berpikir yang hikmah dan
dengan derajat nafsul muthmainnah pada seorang insan kamil yang berakhlakul
karimah yang disebut pula sebagai jiwa yang sehat. Apabila salah satu unsur itu
terganggu terutama bila qalbu yang dianggap sebagai koordinator maka akan
terjadi
gangguan
jiwa,
sebagaimana
terlihat
pada
contoh
kasus
yang
dikemukakan.
Dikemukakan pula secara singkat metode taskiyatunnafs atau menyucikan jiwa
yang dapat dianggap sebagai suatu psikoterapi islami. Demikian pula sedikit
mengenai kesehatan jiwa islami yang sesungguhnya adalah mengembangkan
akhlakul karimah bagi setiap individu maupun kepada masyarakat..
Referensi
Al Quranul karim
Alwisol (2004). Psikologi Kepribadian, Malang: Penerbit UMM
Dep Kes, RI (2001). Kebijakan Nasional Pembangunan Kesehatan Jiwa , Jakarta:
Dirjen Binkesmas Depkes RI.
Depkes, RI (2004). Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Dasar di Puskesmas,
Jakarta: Dirjen Binkesmas Depkes RI. Jakarta.
Heerdjan, S. (1987). Apa itu Kesehatan Jiwa. Jakarta:Penerbit FKUI.
Hawari, D. (2007). Sejahtera di Usia Senja, Jakarta: Penerbit FKUI.
Jaya, Y. (1992). Peranan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental, Jakarta:
Depdikbud, Dirjen Dasar dan Menengah
Lumbantobing (2007). Skizofrenia/ Gila, Jakarta: Penerbit FKUI.
Maramis (1980). Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga press.
Mustofa, A. (2005). Menyelam Kesamudera Jiwa dan Ruh, Serial Diskusi
Tasawwuf modern, Surabaya: Padma Press.
Rafid Hasan, (2004). Gangguan Jiwa dari sudut Pandang Islam, Makalah
disamapaikan pada konvensi Kesehatan Jiwa islami di Batu Malang, 2004.
Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (1998). Principles and practice of psychiatric
Share this:
Twitter1
Facebook37
Saat ini, Aceh bahkan menduduki peringkat kedua daerah dengan jumlah
penderita gangguan jiwa terbanyak di Indonesia (Serambi, 31 Maret
2013). Tingginya jumlah gangguan jiwa tersebut antara lain disebabkan
oleh konflik bersenjata selama hampir 30 tahun dan bencana gempa
tsunami (Serambi, 20/6/2012).
Jumlah penderita gangguan jiwa yang paling banyak justru disebabkan oleh
faktor psikis, dimana keadaan jiwa seseorang terganggu akibat adanya
pengaruh dari beban mental yang disebut juga stressor. Stressor dapat
berupa konflik atau masalah.
Apabila suatu stressor terhadap jiwa masih bisa ditolerir, maka keadaan
jiwa akan tetap stabil. Namun apabila berlangsung lama, suatu stressor
dapat menyebabkan gangguan pada kerja senyawa-senyawa kimia di otak.
Gangguan tersebut memunculkan suatu bentuk keadaan jiwa tidak sadar,
yang dalam ilmu kesehatan jiwa dikenal dengan istilah jiwa otonom.
Kondisi gangguan jiwa ringan dan berat membutuhkan peranan dokter ahli
jiwa. Sayangnya, stigma negatif di masyarakat tentang penyakit jiwa
membuat masyarakat pada umumnya enggan untuk berkonsultasi ke dokter
ahli jiwa ketika gangguan masih berada pada tahap yang ringan.
berbaik sangka terhadap orang lain, serta menghindari diri dari sifat ujub,
riya, takabur, dan hasad. Nilai-nilai islam ini dapat membantu dalam
menghadapi stressor dan menjaga keadaan jiwa tetap sehat.
Sifat ujub, riya, takabur, dan hasad merupakan perbuatan tercela dalam
Islam. Orang-orang yang memiliki penyakit hati ini akan cenderung merasa
sedih, kecewa, dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang dia miliki.
Semua perasaan tersebut bisa menjadi penyebab munculnya gangguan jiwa.
Selalu menjaga diri dari sifat ujub, riya, takabur, dan hasad adalah cara
bijak untuk terhindar dari gangguan jiwa.
* dr. Fazia, Pemerhati Kesehatan Jiwa, Dokter Umum di RSUD Cut Nyak
Dhien, Meulaboh, Aceh Barat. Email: fazia.mahdi@yahoo.com
MENGATASI GANGGUAN
PSIKIS MENURUT AJARAN AGAMA ISLAM
kekurangan
2.
Cahaya keimanan yang benar yang Allah berikan ke dalam hati seorang hamba
bersama amalan shalih.
3.
Ilmu yang bermanfaat. Semakin luas ilmu (agama) seorang hamba, semakin
lapang dan luas pula dadanya. [1]
4.
5.
Senantiasa mengingat Allah dalam setiap keadaan dan di setiap tempat. Sebab
dzikir memiliki pengaruh-pengaruh yang sangat menakjubkan dalam membuat
lapangnya dada, nikmatnya hati, dan menghilangkan kegelisahan dan kesedihan.
6.
Berbuat baik kepada sesama makhluk dengan berbagai jenis kebaikan dan
memberikan manfaat kepada mereka dengan hal-hal yang mungkin. Orang yang
berakhlak mulia lagi senang berbuat kebaikan adalah manusia yang paling lapang
dadanya, yang paling baik jiwanya dan paling senang hatinya.
7.
8.
wasallam bahwasannya beliau pernah ditanya tentang manusia yang paling baik,
beliau menjawab : Setiap orang yang bersih hatinya (makhmuumil qolbi), jujur
lisannya. Maka mereka (para sahabat) berkata: Jujurnya lisan kemi telah tahu
maknanya, lalu apa yang dimaksud makhmuumil qolbi ? Beliau menjawab:
Seorang yang bertaqwa dan yang bersih (hatinya), tidak ada perbuatan dosa
padanya, tidak ada pula penyimpangan, tidak ada dendam dan tidak ada hasad. [3]
9.
10. Menyibukkan diri dengan beramal atau menuntut ilmu yang bermanfaat. Sebab
yang demikian itu dapat melalaikan hati dari kegundahan dan kegelisahannya.
11. Memperhatikan amalan yang sedang dia kerjakan (di saat itu) dan memutuskan
perhatian dari angan-angan terhadap apa yang terjadi di waktu yang akan datang
dan dari kesedihan di waktu yang telah lalu. Seorang hamba senantiasa
bersungguh-sungguh
dalam
melakukan
hal-hal
yang
memberikan
manfaat
kepadanya dalam perkara agama dan dunia, dan memohon pertolongan kepada
Rabbnya kesuksesan yang dia inginkan, serta memohon pertolongan untuk
dan
khayalan-khayalan
yang
justru
akan
lebih
kebimbangan dan terus larut dalam kesusahan. Sebab yang demikian itu adalah
lawan dari kehidupan yang baik.
18. Jika menimpanya perkara-perkara yang dibenci, dia membandingkan antara
nikmat-nikmat yang masih diberikan kepadanya, baik kenikmatan diniah maupun
yang
akan
memberikan
madhorot
kepadanya
dengan
yang
banyak
lagi
kuat.
Dengan
demikian
akan
hilanglah
memudhorotkannya.
20. Dia akan menjadikan pikirannya kembali kepada apa-apa yang bermanfaat dalam
kehidupan agama dan dunianya.
21. Hendaknya seorang hamba tidak menuntut ucapan syukur (terima kasih) atas
perbuatan baik yang dia korbankan dan dia kerjakan, kecuali dari Allah semata.
Dia mengetahui bahwa perbuatan yang dia lakukan itu hanyalah merupakan
muamalah darinya kepada Allah. Sehingga dia tidak peduli akan ucapan terima
kasih dari orang yang dia beri kenikmatan.
Sebagaimana firman Allah Subahanahu wa Taala :
lupa
dengan
meminta
pertolongan
kepada
Allah
kemudian
wa Taala.
25. Menyebut-nyebut nikmat Allah, lahir maupun batin. Sebab dengan mengetahui
nikmat
Allah
dan
menceritakannya,
Allah
akan
mencegah
(datangnya)
memperhatikan hal itu, persahabatan akan menjadi langgeng dan dada menjadi
lapang. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam: Janganlah
seorang mukmin membenci (istrinya) mukminah. Jika dia membenci darinya satu
akhlaq, maka dia akan meridhoi dari siri istrinya tersebut akhlaq yang lain. [4]
27. Berdoa untuk kebaikan semua urusannya, yang paling agung dari doa-doa itu
adalah:
Ya Allah, perbaikilah agamaku yang mana agama itu merupakan bentuk penjagaan
urusanku, dan perbaikilah duniaku yang di dalamnya ada kehidupanku, dan juga
akhiratku yang kepadanya tempat kembaliku, dan jadikanlah kehidupanku sebagai
tambahan bagiku dalam segala kebaikan dan kematian merupakan peristirahatan
bagiku dari segala keburukan.[5]
Juga doa :
Berjihadlah kalian di jalan Allah. Sesungguhnya jihad fii sabiilillah adalah pintu
diantara pintu-pintu yang dengannya Allah akan menyelamatkan (seorang hamba)
dari kebimbangan dan kesusahan.[7]
Sebab-sebab serta sarana-sarana ini merupakan terapi pengobatan yang
bermanfaat
bagi
penyakit-penyakit
kejiwaan
(psikologis)
dan
termasuk
pengobatan yang teragung untuk mengobati goncangnya jiwa bagi orang yang mau
mencermati dan mengamalkannya dengan jujur dan ikhlas. Sebagian ulama telah
mempraktekkan metode pengobatan ini untuk mengobati kondisi dan penyakit
kejiwaan, dan ternyata Allah memberikan manfaat yang sangat besar dengannya.
Disalin dari : Al-Qohthoni, Said bin Ali bin Wahf. 2011. Tindakan Preventif
sifat kikir dan penakut, dan aku berlindung kepadaMu dari timpaan hutang dan
intimidasi.
Doa ini senantiasa dibaca Nabi pada saat beliau usai menjalankan sholat,
menjelang tidur atau setelah bangun tidur.
Doa tadi sekaligus member petunjuk kepada manusia tentang delapan penyakit
jiwa yang harus dihindari. Kedelapan penyakit itu adalah :
1.
HAZAN (berduka, menyesali diri dan kecewa akan kegagalan masa lalu)
Kegagalan dalam hidup adalah biasa dan wajar. Namun kegagalan bukanlah
menjadikan hati kecut dan kecewa serta berputus asa, melainkan seharusnya
menjadi cambuk untuk melecut semangat dalam berusaha dan merupakan
pedoman untuk menghindari kegagalan dan meraih keberhasilan. Merintih,
meratapi masa lalu dan berandai-andai adalah perbuatan yang sia-sia dan tidak
disukai oleh Nabi SAW.
3.
Karena kurang percaya pada diri sendiri, maka ia akan senantiasa merasa dirinya
lemah, tidak berguna. Bila diajak orang senantiasa menolak, karena merasa
khawatir selalu mencekam, takut salah. Pembicaraannya menggambarkan suatu
yang suram, sedih, lemah, tidak punya inisiatif, tidak bergairah.
4.
KASL (malas)
Ada orang yang bila diajak untuk melakukan sesuatu ia selalu berusaha
menghindar dengan berbagai alasan yang tak jelas, suka menunda pekerjaan, dan
apabila diajak bermusyawarah tidak mau berpendapat dengan dalih hal tersebut
tidak penting untuk dipikirkan. Orang seperti ini, kalau ia tidak mau bertindak,
bukanlah karena fisiknya lemah atau sakit, tidak punya ketrampilan atau otaknya
buntu, melainkan semata karena malas. Padahal menunda pekerjaan berarti
menambah beban, menghindari pekerjaan berarti membiarkan peluang berlalu.
Padahal waktu itu ibarat mata pedang, bila tidak mampu menggunakan dengan
baik dan benar, akan membunuh diri sendiri.
5.
JUBNI (penakut)
Penyakit ini membuat orang merasa takut tidak berani berjalan, berpikir, dan
berbuat sendiri, ia tidak berani menyatakan sikapnya sendiri kepada orang lain,
apalagi memperbaiki kesalahan diri atau orang lain walaupun ia mengetahui.
Sesungguhnya tiap manusia punya rasa takut, dan ini bermanfaat agar orang
waspada dan hati-hati dalam bertindak. Namun bila berlebihan, maka akan
merugikan bagi diri maupun orang lain.
6.
BAKHIL (kikir)
Kikir tidak hanya terkait dengan harta, melainkan bisa pula kikir dalam ilmu dan
budi. Orang kikir tidak mau memberikan miliknya kepada orang lain, kecuali
sangat sedikit. Kalau ia punya harta, ia hitung2 terus hartanya dan disimpan di
tempat seaman-amannya karena takut berkurang atau hilang. Kalau ia punya ilmu
tak mau mengajatkannya kepada orang lain takut akan tertandingi dirinya.
Bahkan orang kikir tidak mau memberikan senyum kepada orang lain. Padahal
Nabi SAW bersabda :Senyummu adalah sedekah
7.
HUTANG
Pada hakikatnya, hutang adalah mengurangi jatah rizqi hari esok. Lebih-lebih jika
hutang itu untuk keperluan konsumtif, dan tanpa perhitungan. Resiko yang
diderita orang berhutang adalah ketika ia tidak bisa melunasi pada waktunya :
takut ketemu orang, mempersempit pergaulan, harga diri/martabat turun tanpa
terasa, bahkan bisa menimbulkan pembunuhan.
8.
TERINTIMIDASI (diperbudak)
Sebenarnya secara fisik perbudakan sudah tidak ada di dunia modern seperti
saat ini, namun kenyataannya banyak orang yang masih hidup seperti budak.
Seperti halnya seorang karyawan atau pembantu yang dipekerjakan tanpa
perikemanusiaan, diperas tenaga dan pikirannya dengan upah yang sangat kecil,
bahkan tak diberi kesempatan istirahat, dan yang lebih parah tidak
diperbolehkan menunaikan kewajiban kepada Rabb-nya.
Tapi ada pula manusia yang bebas, namun ia diperbudak dirinya sendiri atau
diperbudak oleh harta atau tahta (kekuasaan) dan wanita.
Segala sesuatu berpotensi menimbulkan masalah, tapi bagi orang yang beriman,
masalah bisa menjadi wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,
mengasah keuletan, memperpanjang galah kesabaran. Allah telah mengkaruniakan
kita akal untuk memilih, hati untuk memahami, akhlakul karimah untuk menyikapi.
Begitulah Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita . baik suka maupun duka,
hendaknya menjadi sarana turunnya berkah bagi kita semua. Itulah petunjuk
Rasulullah, dan doa yang diajarkan Rasul kepada kita, demi mencapai kehidupan
yang lebih baik di dunia dan akhirat.
Kesehatan Mental
(kebahagiaan)
berikut
dengan
berbagai
akar
katanya.
Bentuk
kebahagiaannya atau kesehatan mental meliputi yang berlaku di dunia ini dan
yang berlaku dalam kehidupan akhirat. Yang pertama berarti selamat dari hal
yang mengancam kehidupan dunia ini. Sedang yang kedua selain dari pada selamat
dari kecelakaan dan siksa, juga menerima ganjaran dan kebahagiaan.
II.
a.
Pembahasan
kesehatan ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam ruhani
atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tenteram. 4[4]
b.
a.
b.
Menjadi hamba Allah (abd Allah) yang tugasnya mengabdi kepada Allah SWT.
Menjadi khalifah Allah fi al-Ardh yang tugasnya mengolah alam dan
memanfaatkannya untuk kepetingan makhluk dalam rangka Ubudiyah kepada-Nya.
Agar tujuan tersebut dapat dicapai manusia dilengkapi dengan berbagai
potensi yang harus dikembangan dan dimanfaatkan sesuai dengan aturan Allah.
Oleh karena itu kesehatan mental dalam pandangan islam adalah pengembangan
dan pemanfaatan potensi-potensi tersebut semaksimal mungkin, dengan niat
4
ikhlas beribadah hanya kepada Allah. Dengan demikian orang yang sehat
mentalnya, adalah orang yang mengembangkan dan memanfaatkan seganap
potensinya seoptimal mungkin melalui jalan yang diridhai Allah, dengan motif
beribadah kepada-Nya.
Dari keempat aliran psikologi semuanya mendasarkan teoti kesehatan
mentalnya hanya pada konsep dasar manusia yang sebenarnya belum utuh.
Kekurangutuhan itu akan tampak bila diteliti dengan seksama, ternyata keempat
aliran tersebut membicarakan konsep kepribadian manusia, namun belum
menyinggung bagaimana kaitannya dengan Sang Pencipta. Oleh karena itu orang
kesulitan untuk menjawab bagaimana sebanarnya tentang konsep jiwa/mental
yang sehat, tampaknya sulit ditentukan jawaban yang tuntas. Masing-masing
aliran belum mampu mengembangkan seluruh potensi manusia, sehingga aliran
humanistik
dan
transpersonal
yang
kajiannya
lebih
sempurna
mengenai
keterpaduan
keberagamaannya.
antara
Dengan
perilaku,
demikian,
perasaan,
tampaknya
pikiranya
sulit
dan
diciptakan
jiwa
kondisi
kesehatan mental dangan tanpa agama. Bahkan dalam hal ini Malik B. Badri
berdasarkan pengamatanya berpendapat, keyakinan seseorang terhadap Islam
sangat berperan dalam membebaskan jiwa dari gangguan dan penyakit kejiwaan.
Disinilah peran penting Islam dalam membina kesehatan mental. 6[6] Zakiah
Daradjat merumuskan pengertian kesehatan mental dalam pengertian yang luas
dengan memasukkan aspek agama didalamnya seperti berikut:
5
6
c.
1)
Memiliki sikap kepribadian terhadap diri sendiri dalam arti ia mengenal dirinya
dengan sebaik-baiknya.
2) Memiliki pertumbuhan, perkembangan dan perwujudan diri.
3) Memiliki integrasi diri yang meliputi keseimbangan jiwa kesatuan pandangan dan
tahap terhadap tekanan-tekanan kejiwaan yang terjadi.
4) Memiliki otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam
ataupun kelakuan-kelakuan bebas.
5) Memiliki persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, dan
penciptaan empati serta kepekaan sosial.
6)
d.
Pertama,
pola
negatif
(salabiy),
bahwa
kesehatan
mental
adalah
1.
f)
2.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
3.
Daradjat
menetapkan
indikator
kesehatan
mental
dengan
Keseimbangan yang terus menerus antara jesmani dan rohani dalam, kehidupan
manusia.
b) Memiliki kemuliaan akhlak dan kezakiyahan jiwa, atau memiliki kualitas iman dan
takwa yang tinggal
c)
f.
dan afal (hati dan perbuatan). Gejala-gejala gangguan mental semacam ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1)
Hati yang menyimpang dari keikhlasan dan ketundukan kepada Allah sehingga
menjadi lupa terhadap posisinya sebagai hamba Allah. Wujud dari penyimpangan
ini bisa dalam bentuk ria, hasad, ujub, takabur, tamak dan sebagainya.
2) Perilaku yang terbiasa dengan pelanggaran ajaran agama disebabkan oleh
dominannya peran nafs al-ammarah dalam kehidupan.
g.
1.
Iman
Didalam metode iman terdapat beberapa macam pola karakter. Pertama,
karakter rabbani yang berasal dari kata rabb
berarti tuhan, yaitu tuhan yang memiliki, memperbaiki, mengatur. Istilah rabbani
dalam konteks ini memiliki ekuivalensi dengan
10
pertama, bertingkah laku berdasarkan aturan dan hukum tuhan, sehingga tidak
semena-mena memperturutkan hawa nafsu. Kedua, membangun jiwa optimis
dalam mencapai sesuatu tujuan hidup. Tidak sombong ketika mendapatkan
kesuksesan hidup. Tidak pesimis, stress atau depresi ketika mendapatkan
kegagalan.
2.
Islam
Didalam metode Islam terdapat beberapa macam pola karakter. Pertama,
kepribadian syahadatain adalah kepribadian individu yang didapat setelah
mengucapkan dua kalimat syahadat, memahami hakikat dari ucapannya serta
menyadari akan segala konsekwensi persaksiannya tersebut. Kepribadian
syahadatain meliputi domanin kognitif dengan pengucapan dua kalimat secara
verbal; domain afektif dengan kesadaran hati yang tulus; dan domain
psikomotorik dengan melakukan segala perbuatan sebagai konsekwensi dari
persaksiannya itu.
Keempat, karakter muzakki adalah pribadi yang suci, fitrah dan tanpa
dosa. Ia memilki kepribadian yang seimbang, mampu menyelaraskan antara
aktifitas yang berdimensi vertikal dan horizontal. Ia adalah sosok yang empatik
terhadap penderitaan pribadi lain.
Kelima, karakter haji adalah orang yang telah melakukan ibadah haji yang
secara etimologi berarti menyengaja pada sesuatu yang diagungkan. Orang yang
melaksanakan haji hatinya selalu tertuju pada yang maha tinggi. Orang yang
berhaji memiliki beberapa kepribadian antara lain : kepribadian muhrim,
kepribadian thawif, kepribadian waqif, kepribadian sa`i, kepribadian mutahalli
dan lain sebagainya.
3.
Ihsan
Kata ihsan berasal dari kata hasuna yang berarti baik atau bagus.
Seluruh perilaku yang mendatangkan manfaat dan menghindarkan kemudharatan
merupakan perilaku yang ihsan. Namun karena ukuran ihsan bagi manusia sangat
relative dan temporal, maka criteria ihsan yang sesungguhnya berasal dari Allah
swt. Karena itu hadits Nabi Muhammad saw menyebutkan bahwa ihsan bermuara
pada peribadatan dan muwajahah, dimana ketika sang hamba mengabdikan diri
pada-Nya seakan-akan bertatap muka dan hidup bersama (ma`iyyah) denganNya, sehingga seluruh perilakunya menjadi baik dan bagus. Sang budak tidak akan
berbuat buruk dihadapan majikannya, apalagi sang hamba dihadapan tuhannya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan kepribadian muhsin adalah kepribadian
yang dapat memperbaiki dan mempercantik individu. Baik berhubungan dengan
diri sendiri, sesamanya, alam semesta dan tuhan yang diniatkan hanya untuk
mencari ridha-Nya.11[11]
III.
Kesimpulan
Menurut Pandangan Islam kebahagiaan terbagi kepada dua hal, duniawi dan
ukhrawi. Disini perlu diperhatikan bahwa, menurut pandangan Islam kedua
kebahagiaan itu tidak dapat dipisahkan, sebab kebahagiaan dunia hanyalah jalan
kearah kebahagiaan akhirat, sedangkan kebahagiaan akhirat tidak dapat dicapai
tanpa usaha didunia. Namun memang tumpuan pembicaraan kita disini adalah
kebahagiaan di dunia, dan inilah yang biasanya diberi nama dengan kesehatan
mental.
Kebahagiaan didunia ini berarti selamat dari hal-hal yang mengancam
kehidupan didunia ini. Yang mengancam kehidupan dunia ini banyak, seperti
kehilangan harta benda atau orang yang dikasihi, kegagalan mencapai cita-cita,
dan lain sebagainya yang kesemuanya mengancam kehidupan dan menimbulkan
kesedihan, ketakutan dan kecemasan.
Menurut Al-Qur`an, keadaan yang merisaukan itu bersumber dari manusia
sendiri, yaitu sifat lupa. Oleh sebab itu ia memerlukan petunjuk dari penciptanya,
agar ia bisa menyadari perasaan duka dan nestapa yang dimilikinya bersumber
dari Allah SWT yang telah menjadikannya dan memberikan semua kepadanya
dengan hikmah yang dimiliki-Nya. Maka disinilah sumbangan besar agama dalam
kesehatan mental manusia.
11
Daftar Pustaka
Abdul Mujib, Jusuf Muzakkir; Nuansa-nuansa Psikologi Islam; Raja Grafindo Perkasa;
Jakarta; 2002.
Abdul Mujib; Kepribadian Dalam Psikologi Islam; PT Raja Grafindo Perkasa; Jakarta;
2006.
Hasan Langgulung; Teori-teori Kesehatan Mental; Pustaka Al-Husna; Jakarta; Cet.2;
1992.
Jalaluddin; Psikologi Agama; Raja Grafindo Persada; Jakarta; 2008.
Mustafa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat ; Bulan
Bintang; Jakarta; cet 1; 1977.
Musthafa Fahmi; Penyesuaian Diri, Pengertian dan Peranannya Dalam Kesehatan
Manusia, dalam paradigma Barat postmodernisme; bagi Karl Marx disetir oleh
perutnya (ekonomi) dan bagi Sigmund Freud oleh libido seksnya. Ketika berhijrah
di abad ke 7 M, Nabi Muhammad saw. telah menyinggung temuan Marx dan Freud
ini. Orang berhijrah itu disetir oleh tiga orientasi : seks, materi dan idealisme
atau keimanan (lillah wa rasulihi). Artinya, manusia itu bisa jadi seharga dorongan
perutnya, atau dorongan seksualnya dan
Jadi semua perilaku manusia hakekatnya disetir oleh jiwa atau nafs-nya. Tapi
jiwa mempunyai banyak anggota, yang oleh al-Ghazzali disebut tentara hati
(junud al-qalbi). Anggota jiwa dalam al-Quran diantaranya adalah qalb (hati), ruh
(roh), aql (akal) dan iradah (kehendak) dsb. Al-Quran menyebut kata nafs
sebanyak 43 kali, 17 kali kata qalb-qulub, 24 kali kata taaqilun (berakal), dan 6
kali kata ruh-arwah. Itulah, modal manusia untuk hidup di dunia, yaitu sinergi
semua, buka independensi masing-masing anggotanya.
Nabi menjelaskan peran qalb (hati) dalam hidup manusia. Menurutnya, aspek
penentu hakekat manusia adalah segumpal darah (mudghah), yang disebut qalb
(hati). Gumpalan itulah yang menjadi penentu kesalehan dan kejahatan jasad
manusia (HR. Sahih Bukhari). Karena begitu menentukannya fungsi hati itulah
Allah hanya melihat hati manusia dan tidak melihat penampilan dan hartanya.
(HR. Ahmad ibn Hanbal). Sejatinya, hati adalah wajah lain dari nafs (jiwa), maka
dari itu hati atau jiwa manusia itu bertingkat-tingkat. Para ulama menemukan
tujuh tingkatan jiwa dari dalam al-Quran:
Kedua, nafs al-lawwamah. Ini adalah jiwa yang memiliki tingkat kesadaran awal
melawan nafs yang pertama. Dengan adanya bisikan dari hatinya, jiwa menyadari
kelemahannya dan kembali kepada kemurniannya. Jika ini berhasil maka ia akan
dapat meningkatkan diri kepada tingkat diatasnya.
Tingkat ketiga adalah Nafs al-Mulhamah atau jiwa yang terilhami. Ini adalah
tingkat jiwa yang memiliki tindakan dan kehendak yang tinggi. Jiwa ini lebih
selektif dalam menyerap prinsip-prinsip. Ketika jiwa ini merasa terpuruk kedalam
kenistiaan, segera akan terilhami untuk mensucikan amal dan niatnya.
Keempat, Nafs al-mutmainnah atau jiwa yang tenang. Jiwa ini telah mantap
imannya dan tidak mendorong perilaku buruk. Jiwa yang tenang yang telah
menomor duakan nikmat materi.
Kelima, Nafs al-Radhiyah atau jiwa yang ridha. Pada tingkatan ini jiwa telah
ikhlas menerima keadaan dirinya. Rasa hajatnya kepada Allah begitu besar. Jiwa
inilah yang diibaratkan dalam doa: Ilahi anta maqsudi wa ridhaka matlubi
(Tuhanku engkau tujuanku dan ridhaMu adalah kebutuhanku).
Keenam, Nafs al-Mardhiyyah, adalah jiwa yang berbahagia. Tidak ada lagi
keluhan, kemarahan, kekesalan. Perilakunya tenang, dorongan perut dan
syhawatnya tidak lagi bergejolak dominan.
Ketujuh, Nafs al-Safiyah adalah jiwa yang tulus murni. Pada tingkat ini
seseorang dapat disifati sebagai Insan Kamil atau manusia sempurna. Jiwanya
pasrah pada Allah dan mendapat petunjukNya. Jiwanya sejalan dengan
kehendakNya. Perilakunya keluar dari nuraninya yang paling dalam dan tenang.
Begitulah jiwa manusia. Ada pergulatan antara jiwa hewani yang jahat dengan
jiwa yang tenang. Ada peningkatan pada jiwa-jiwanya yang tenang itu. Sahabat
Rasulullah saw. Sufyan al-Thawri pernah mengatakan bahwa beliau tidak pernah
menghadapi sesuatu yang lebih kuat dari nafsunya; terkadang nafsu itu
memusuhinya dan terkadang membantunya. Ibn Taymiyyah menggambarkan
pergulatan itu bersumber dari dua bisikan: bisikan syetan (lammat a-syaitan) dan
bisikan malaikat (lammat al-malak).
Perang melawan nafsu jahat banyak caranya. Sahabat Nabi Yahya ibn Muadh alRazi memberikan tipsnya. Ada empat pedang untuk memerangi nafsu jahat:
makanlah sedikit, tidurlah sedikit, bicaralah sedikit dan sabarlah ketika orang
melukaimu maka nafs atau ego itu akan menuruti jalan ketaatan, seperti
penunggang kuda dalam medan perang. Memerangi nafsu jahat ini menurut Nabi
adalah jihad. Sabdanya Pejuang adalah orang yang memperjuangkan nafs-nya
dalam mentaati Allah (al-Mujahidu man jahada nafsahu fi taat Allah azza wa
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (QS 2:10).
Sementara Nabi mengajarkan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Para ulama pun
lantas berfikir kreatif. Ayat-ayat dan ajaran-ajaran Nabi pun dirangkai
diperkaya sehingga membentuk struktur pra-konsep. Dari situ menjadi struktur
konsep dan akhirnya menjadi disiplin ilmu.
Ilmu tentang jiwa atau nafs itu pun lahir dan disebut Ilm-al Nafs, atau Ilm-al
Nafsiyat (Ilmu tentang Jiwa). Ketika Ilmu al-Nafs berkaitan dengan ilmu
kedokteran (tibb), maka lahirlah istilah al-tibb al-ruhani (kesehatan jiwa) atau
tibb al-qalb (kesehatan mental). Tidak heran jika penyakit gangguan jiwa diobati
melalui metode kedokteran yang dikenal dengan
(psychoteraphy).
Dalam Ilmu al-Nafs ditemukan bahwa raga dan jiwa berkaitan erat, demikian pula
penyakitnya. Psikolog Muslim asal Persia Abu Zayd Ahmed ibn Sahl al-Balkhi pada
abad ke 10 (850-934), menemukan teori bahwa penyakit raga berkaitan dengan
penyakit jiwa. Alasannya, manusia tersusun dari jiwa dan raga. Manusia tidak
dapat sehat tanpa memiliki keserasian jiwa dan raga. Jika badan sakit, jiwa tidak
mampu berfikir dan memahami, dan akan gagal menikmati kehidupan. Sebaliknya,
jika nafs atau jiwa itu sakit maka badannya tidak dapat merasakan kesenangan
hidup. Sakit jiwa lama kelamaan dapat menjadi sakit fisik. Itulah sebabnya ia
kecewa pada dokter yang hanya fokus pada sakit badan dan meremehkan sakit
mental. Maka dalam bukunya Masalih al-Abdan wa al-Anfus, ia mengenalkan
istilah al-Tibb al-Ruhani (kedokteran ruhani).
Jadi, hakekatnya manusia yang dikuasai oleh dorongan nafsu hewani dan nabati
saja, boleh jadi sedang sakit. Manusia sehat adalah manusia yang nafsunya
dikuasai oleh akalnya, Hatinya (qalb) untuk taat pada Tuhannya. Itulah insan
kamil yang memiliki jiwa yang tenang, yang kembali pada Tuhan dan masuk
surganya dengan ridho dan diridhoi. Yang senantiasa menyelaraskan antara fikir
dan dzikir, antara akal dan wahy. Itulah manusia yang selama hidupnya menjadi
sinar cahaya (misykat) bagi umat manusia.