BERTAREKAT;
OLEH:
SUTEJO IBNU PAKAR
SATU TAHUN
HALAQAH KAUKUS MUDA NU CERBON
MEMPERINGATI MAWLID NABI
MUHAMMAD SAW 1436 H.
PENGATAR PENULIS
Tasawuf
adalah model pendidikan yang
menaruh perhatian lebih terhadap kesucian jiwa.
Tasawuf bertugas mendidik ruhani demi tujuan
seorang muslim agar dapat mencapai martabat
ihsan. Tarekat adalah institusi pendidikan suf
yang dipola khusus untuk tujuan pembersihan
hati (tathir al-Qalb) dan pensucian jiwa (tazkiyat
al-Nafs).
Tarekat menempati posisi istimewa karena
eksistensinya sebagai institusi yang menekuni
membersihan akhlak tercela dan menghiasi jiwa
dengan akhlak terpuji dan berbagai keutamaan.
Adalah menjadi keniscayaan mengambil tarekat
dari seorang syekh.
Tarekat lahir dari syariat yang suci. Tarekat
menjadi sebuah sistem pendidikan spiritual yang
berlandaskan kepada sunnah nabawi, karena
sanadnya bersambung sampai dengan kepada
Nabi SAW. Tidaklah cukup untuk dapat
memahami dan mengamalkan apa yang menjadi
tuntutan
al-Kitab
dan
al-Sunnah
tanpa
menjadikan tarekat sebagai sandaran.
ISI BUKU
PENGANTAR
i
PENGANTAR
PENGANTAR
iii
BAB I
A.
PENULIS
PC NU CIREBON
LT NU KOTA CIREBON
PENGANTAR KE TAREKAT
Tasawuf
ii
BAB II
BAB III
BAB I
PENGNTAR KE TAREKAT
A. TASAWUF
Tasawuf
adalah
ajaran
tentang
latihan
pengendalian diri (mujhadah al-Nafs) sehingga
Artinya:
Dan orang-orang yang berjuang di jalan
Kami, niscaya akan Kami tunjukkan mereka ke
jalan Kami. Dan Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang
yang
berbuat
baik.
(Q.S.
al-Ankabt : 69).
menjalani pengalaman sufstik merasakan seolaholah ada kehendak kemanusiaannya yang terhenti
persis seperti sedang menemukan kekuatan dari
luar dirinya yang menekannya dengan sangat
kuat.
Seorang slik merasakan limpahan cahaya Allah
dalam hatinya sehingga terdorong untuk selalu
mengingat (dzikir) Allah. Dzikrullah menjamin
adanya kedekatan dengan Allah dan kedamaian
hati, serta berkembangnya kecintaan kepada
Allah. Cinta Allah menjadi faktor dominan dalam
memantapkan hubungan yang sehat dengan
sesama manusia. Pelaku dzikrullh adalah individu
yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Pelaku dzikrullh ditandai sebagai pribadi
dengan kecerdasan multidimensi.9 Kecerdasan
emosial pelaku dzikrullah dapat menimbulkan
kehati-hatian dan ketenangan dalam bertindak.
Kecerdasan moral membawanya befsikap lebih
arif, sabar
dan dewasa. Kecerdasan spiritual
7 Friedman, Hiward S dan Miriam W. Schustack,
Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, terj.,
Fransiska Dian Ikar ini, dkk., Jakarta, Erlangga, 2008,
hal. 351
8 al-Kasyni, A. Razq, Lathif al-Ilm fi Isyrat Ahl alIlhm, Dr al-Kutub al-Mishryah, hal. 379
9 Hadziq, Abdullah, Rekonsiliasi Psikologi Sufsitik dan
Humanistik, Semarang, Rasail, 2005, hal. 98.
10
masalah-masalah duniawi.
Mujhadah
yang
berlaku di kalangan orang kebanyakan adalah
pelaksanaan ibadah lahiriah yang sesuai dengan
ketentuan syariat. Kalangan khawsh memaknai
dimaknai mujhadah sebagai usaha keras
menuscikan batin dari segala akhlak tercela.12
Mujhadah, dengan demikian, merupakan
sistem perbaikan diri dalam bentuk perbaikan dan
peningkatan kualitas pribadi. Perbaikan yang
dimasud adalah pengosongan diri dari segala
akhlak batiniah yang tercela. Peningkatan diri
diakukan dengan cara mengisi aspek batiniah
yang telah bersih dengan akhlak terpuji dan
berbagai keutamaan. Perbaikan diri dilakukan
dalam
rangka
memperkuat
aqidah,
membersihkan tauhid dari segala bentuk syirik,
dan meningkatkan kualitas al-mn menjadi alYaqn. Perbaikan adalah proses intrenalisasi alYaqn dalam bentuk akhlak karimah sebagaimana
diajarkan Rasulullah SAW. Perpaduan antara almn dan akhlak karimah (al-Ism) adalah ihsn
Tasawwuf bemula dari amalan-amalan praktis,
yakni laku mujhadah dan riydhah. Para suf
tidak akan sampai pada tujuannya terkecuali
dengan laku mujhadah yang dipusatkan untuk
mematikan segala keinginannya selain kepada
Allah, menghancurkan segala kejelekannya dan
11 al-Naqsyaband, Jmi al-Ushl, h. 310.
12 al-Naqsyaband, Jmi al-Ushl, hal. 125
11
12
13
14
yang
dapat
bergaul
dengan
orang
lain
berdasarkan
nilai-nilai
kemanusiaan
dan
meletakkan kepentingan umum di atas segalagalanya. Dia adalah individu yang memiliki
pendirian dan berusaha keras untuk memcahkan
berbagai
persoalan
yang
dihadapinya.
Pengalaman sufstik pada dasarnya dibentuk oleh
kerinduan
untuk
mengenali
Allah
dan
berhubungan dengan-Nya.
Kerinduan kepada Allah berawal dari kecintaan
kepada Allah. Kecintaan lahir sebagai buah dari
dzikirullh yang dilakukan secara konsinten.
Dzikirullh
akan
berkembang
menjadi
penghayatan kehadiran Allah. Pelaku dzikirullh
tidak pernah
merasa hidup dalam kesendirian
datau kesepian. Dia mendpatkan relaksasi dan
memliki ketenagan. Secaa fungsional dzikirullh
dapat membiasakan hati dekat dan akrab dengan
Alah dan berahir paa kecintaan mendalam
kepada-Nya. Impliksinya secara sosial adalah
adanya kedisiplinan dalam menjalankan syariat
dan kemantapan pelaku
dzikirullh
dalam
berhubungan dengan sesame, serta hidunya
terasa lebih bermakna. 24
Dzikir
atau
wiridan
tarekat,
di
awal
perkembangan tarekat, 25 memiliki kekuatan
tersendiri sampai-sampai
ada kekhawatiran
terhadap pengaruh dzikir kaum suf yang dapat
24 Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi
dengan Islam, Yogjakarta, Pustaka Pelajar, 1995, hal.
160-161.
15
16
17
18
19
20
21
menempatkan
kelompok
tarekat
sebagai
kelompok umat Islam yang berperan positifkonstruktif. Ia mampu mendorong umat Islam
dapat hadir dan kuat di tengah-tengah pergaulan
masyarakat
perkotaan
dengan
keperdulian,
keterlibatan dan sumbangsihnya bagi kemajuan
dengan dasar moralitas, spiritualitas dan jiwa
keberagamaan yang kuat.
Tarekat adalah institusi pembinaan kepribadian
yang sangat intens terhadap proses pensucian
dan perbaikan diri (takhall dan tahall). Para
murid didalamnya berusaha dngan sungguhsungguh dapat mencapai kualifkasi kedekatan
kepada Allah dengan bimbingan seorang syekh.
Seorang syekh (mursyid, muqaddam) betugas
membantu
ketercapaian
tazkyat al-Nafs
melalui tahapan-tahapan takhall dan tahall
D. KEPRIBADIAN MURID TAREKAT
Tujuan tertinggi pembinaan kepribadian dalam
Islam adalah membina individu yang dipersiapkan
untuk
menjadi
khalfatullh.
Al-Quran
menyatakan beberapa ciri yang dimiliki manusia
sehingga layak menjadi
khalifah.
Pertama,
ftrah manusia yang, sejak lahir, baik dan tidak
memiliki dosa. Kedua,
kebebasan kemauan
(irdah). Ketiga,
akal yang memungkinkan
manusia melakukan pilihan antara baik dan
buruk.41 Ketiga ciri inilah yang memposisikan
41 Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan,
Jakarta, al-Husna, 1995, hal. 57-58.
22
23
24
BAB II
Tasawuf
adalah model pendidikan yang
menaruh perhatian lebih terhadap kesucian jiwa.
Tasawuf bertugas mendidik ruhani demi tujuan
seorang muslim agar dapat mencapai martabat
ihsn.42 Tarekat nerupakan institusi pendidikan
suf yang dipola khusus untuk tujuan pembersihan
hati (tathr al-Qalb) dan pensucian jiwa (tazkyat
al-Nafs).43 Seseorang tidaklah cukup untuk dapat
memahami dan mengamalkan apa yang menjadi
tuntutan al-Kitab dan al-Sunnah tanpa menjadikan
tarekat sebagai sandaran. Tokoh-tokoh semisal
42 al-Fandi, Muhammad Habib, al-Tharqah alShfiyah: Fadhluh wa Ahammiyatuh wa Fawiduh,
Suriah, t.th., hal.1
43 al-Fandi, al-Thariqah al-Shufiyah. hal. 2
25
al-Junayd al-Baghdd, al-Qusyayr, al-Ghazl, alJayln, al-Rif, dan al-Dasq, adalah suf yang,
disepakati,
berjasa menginspirasi lahirnya
tarekat. Tarekat suf memiliki sanad dan silsilah
yang bersambung kepada Rasulullah SAW .44
Penamaan tarekat diambil dari nama syekh
pendiri. Perbedaan tarekat adalah perbedaan
kalimat dzikir atau wirid tetapi bukan perbedaan
makna. Riydhah, wushl, kasyf dan haqqah
adalah jati diri suf. Tarekat para syekh semuanya
adalah pintu terbuka untuk ke hadirat Allah.
Meskipun
berbeda
tahap
kesulitan
dan
kemudahan, kedekatan dan kejauhan serta
keamanan dan kekhawatirannya berbeda-beda.
Perbedaan metode, ragam tatacara sulk sesuai
ijtihad, situasi dan kondisi sosial pendirinya
merupakan penyebab banyaknya jumlah tarekat.
Akan tetapi, hakikat dan intinya satu.45
Tarekat menempati posisi istimewa karena
eksistensinya sebagai institusi yang menekuni
ikhtiar pembersihan akhlak tercela dan menghiasi
jiwa dengan akhlak terpuji dan berbagai keuataan.
44 al-Fandi, al-Thariqah al-Shufiyah. hal. 4
45 al-Syarn, al-Futht al-Rabbnyah wa alFuydhat al-Rahmnyah, hal. 45.
26
27
28
29
30
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir
dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali
tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan
tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada
mereka.
51al-Ghazali, Rawdhat al-Thalibin wa Umdat al-Salikin,
hal. 14.
52 al-Husayni, al-rif billah Ahmad bin Ahmad bin
Ujaybah, qdz al-Himam f Syarh al-Hikam, Jeddah,
Dr al-Haramayn, t.th., hal. 25
31
Artinya:
Artinya:
Mereka berkata : Sesungguhnya dua
orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang
hendak mengusir kamu dari negeri kamu
dengan sihirnya dan hendak melenyapkan
kedudukan kamu yang utama.
4. Surat Thh : 77
32
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan
kepada Musa: Pergilah kamu dengan
hambaKu (Bani Israil) di malam hari, maka
buatlah untuk mereka jalan yang kering di
laut itu, kamu tidak usah khuatir akan
tersusul dan tidak usah takut (akan
tenggelam).
5. Surat Thh : 104
Artinya:
Kami lebih mengetahui apa yang mereka
katakan ketika berkata orang yang paling
lurus jalannya di antara mereka: Kamu tidak
berdiam (di dunia) melainkan hanyalah
sehari sahaja.
6. Surat al-Ahqf : 30
33
Artinya:
Mereka berkata : Hai kaum kami,
sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab
(Al-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa
yang
membenarkan
kitab-kitab
yang
sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran
dan kepada jalan yang lurus.
7. Surat al-Muminn : 17
Artinya:
Dan
sesungguhnya
Kami
telah
menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan
(tujuh buah langit) dan Kami tidaklah lengah
terhadap ciptaan (Kami).
8. Surat al-Jinn : 11
Artinya:
Dan sesungguhnya di antara kami ada
orang-orang yang soleh dan di antara kami
34
Artinya:
Dan bahawasanya jikalau mereka tetap
berjalan lurus di atas jalan itu (agama
Islam), benar-benar Kami akan memberi
minum kepada mereka air yang segar
(rezeki yang banyak).
Secara essensial iman adalah kepercayaan
terhadap keesaan Allah dan islam adalah tunduk
dan patuh (al-Inqiyd wa al-Khudh) terhadap
segala kehendak Allah. Islam mengatur keduanya
dan mentransformasikannya ke dalam apa yang
disebut ihsan. Suf-suf besar, 53
telah
memberikan batasan tarekat sesuai dan merujuk
kepada hadits tentang ihsan. Tarekat merupakan
kebajikan atau ihsan pada iman dan islam. Iman
yang dibentuk oleh ihsan akan melahirkan irfn
dan marifat yang menembus dan menyentuh
53 Sayyed Hussein. Nashr, Ideals and Relities of
Islam, hal. 134.
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
disebut
murd
manakala sanggup menjalani
perilaku mujhadah (jihd al-Nafs).82 Al-Qusyayry,
menyarankan bahwasanya syarat petama yang
harus dimiliki oleh seorang
murd adalah
83
kejujuran sebagai fondasi pertama.
Ab Thlib al-Makky dalam kitabnya Qt alQulb f Mumalat al-Mahbb wa Washf Tharq alMurd il Maqm al-Tawhd, menganjurkan setiap
murd tarekat memiliki kekuatan irdah. Untuk
memperoleh kekuatan tersebut seorang murd
dituntut untuk mampu menahan rasa lapar,
banyak berjaga di malam hari, banyak diam dari
pembicaraan yang tidak bermanfaat dan banyak
melakukan
khalwat.84
Al-Makkiy
memformulasikan tujuh perilaku yang harus
dimiliki setiap murd.
Pertama, memiliki
konsistensi dalam mewujudkan kemauan. Kedua,
selalu berusaha sungguh-sungguh untuk dapat
melakukan ibadah dan semua kebaikan. Ketiga,
mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
82 al-Kalbdz, Abu Bakr Muhammad bin Ishq, alTaarruf li Madzhab Ahl al-Tasawwuf, Beirut, Dar alKutub al-Ilmiah, 1993, hal. 158
83 al-Kalbdz, al-Taarruf li Madzhab Ahl alTashawwuf, hal. 278.
84 al-Makky, Qt al-Qulb fi Mumalat al-Mahbb wa
Washf Tharq al-Murd il Maqm al-Tawhd, Beirut, Dr
al-Kutub al-Ilmiah, 2005, hal. 169
47
48
49
50
al-Quran.91
Meskpiun berbeda-beda nama dan
masing-masing mempunyai keistimewaan sendirisendiri akan tetapi tarekat para suf seperti alSydzal,
al-Rif,
al-Tijn,
al-Qdir,
al92
Naqsyaband dan lain-lain memiliki tujuan satu
Mendawamkan dzikir didalam tarekat diyakini
sebagai cara efektif untuk mencapai kedekatan
(qurb) dengan Allah. Seluruh tarekat sepakat
bahwa, mendawamkan dizkir akan membuahkan
kebersihan sir. Ketika sir telah mendapatkan
kejernihannya maka ia akan mendapatkan
posisinya di hadirat Allah.93 Apabila seorang selalu
dizkrullh
maka
dia
akan
mendapatkan
penampakkan sifat-sifat Allah dan lezatnya sirna
kedalam wujud-Nya, baik materi dan immateri.
Haqqat
adalah buah dari tharqat
seperti
persaksian terhadap nama-nama, sifat-sifat dan
dzat Allah.94
51
52
53
khawriq
yang
aneh-aneh
sebagai
buah
perbuatannya dan juga karunia Allah SWT berupa
kedamaian hati atau keharmonisan hidup. Murid
yang selalu dizkrullah sepanjang siang dan malam
selama lebih dari 20 tahun akan mendapatkan
apa yang telah diperoleh Syekh Abd. al-Qdir alJayln berupa keluar biasaan.102
BAB III
KAJIAN KITA
A. PESAN-PESAN IBNU ARABI
54
.
.
.
55
.{
}
.
:
.
:
.
.
56
.1
.
.2
.
.3 .
.4 .
.5 .
.6 .
.7 .
.8 .
.9 .
.10 .
.11 .
.12
.13
.
57
.14
.
.15
.
.16
.
.17
.
C. KAIDAH IMAM AL-ZARQ
58
59
60
.
.
.
.
.
,
:
5 ,
:
:
.
:
:
.
:
61
:
.
.
:
:
.
.
:
.
:
,
) .
(199 .
... :
) .
(107 .
:
.
62
:
.
) : ,(146 .
:
.
63
:
.
,
64
65
103:
.
:
:
,25 :.
103
66
.1 .2
. 4
.3
: ,
,.14 :.
,,
,,
67
, , .
, ,
44 :
G. TAZKIYAT AL-NAFS
:
.
:
.
68
H. SULUK
.
:
69
:
.
.:
.
,
:
9 ,
RUKUN THARIQAT
1. Terbebas dari takabur, ujub, dengki, hasud,
dan dusta kepada para syekh
2. Terbebas dari kotoran jiwa
3. Rendah diri dan memuliakan kaum fakir dan
para syekh
4. Keindahan bahasa dalam memformulasikan
suluk
5. Menjaga diri dalam dialog (diskusi)
6. Akhlaknya terdidik
7. Memiliki konsistensi
dan keteguhan hati,
ucapan dan perilaku
8. Memiliki silsilah ijazah yang tersambung
sampai kepada Rasulullah SAW.
SYARAT SYEKH MURSYID
70
1.
2.
3.
4.
71
72
KARAKTERISTIK TARIQAT
A. TARIQAT AL-NAQSYABANDI
PENDIRI:
AL-
NAQSYABANDI (1317-1389 M. =
717-791 H.)
PRIORITAS : PENGEMBANGAN INTUISI
FONDASI TAREKAT:
Taubat, Uzlah, Zuhud, Taqwa, Qonaah, Taslim
RUKUN TAREKAT:
Ilmu, Sabar, Ridho, Ikhlash, Akhlak Terpuji
KEWAJIBAN TAREKAT:
Dizkrullah, Meninggalkan Hawa Nafsu, Mengikuti
Agama, Berbuat Baik Kepada Sesama Makhluk,
Mengerjakan Segala Kebaikan
B. TARIQAT AL-SYADZALI
PENDIRI : ABU AL-HASAN AL-SYADZALI (1196-1258
H.)
FONDASI TAREKAT:
Wara, mengikuti sunnah Rasulullah, sabar,
qonaah, kembali kepada Allah
RUKUN TAREKAT:
Menuntut Ilmu, memperbanyak dzikir, dan hudhur
Didalam Syadzaliyah tidak ada mujahadah.
Keharusan murid adalah memperkuat nur ashli
dengan nur ilmu dan nur dzikir
73
C. TARIQAT AL-QODIRI
PENDIRI:
ABDUL
QODIR
BIN
MUSA
BIN
ABDULLAH BIN
YAHYA BIN MUHAMMAD BIN DAWUD
BIN
MUSA BIN ABDULLAH BIN MUSA ALJAYLANI
(470-561 H = 1077-1166 M.)
KETIKA SUDAH BERUSIA 50 TAHUN MULAI
MEMASUKI DUNIA SUFI
PRIORITAS :
PEMURNIAN
TAWHIDULLAH,
IBADAH
DAN
HUDHUR
FONDASI TAREKAT:
Ketinggian
Cita-Cita,
Menjaga
Kehormatan,
Khidmah, Karomah Allah, Memuliakan Nikmat
Allah
RUKUN TAREKAT:
Diam Tidak Bicara, Uzlah, Lapar, Melek Malam
Sunnah Tarekat:
Menjaga Rahasia, Berwajah Ramah, Menangggung
Beban/Penderitaan Orang Lain
74
BAB IV
AGENDA KITA
FENOMENA
1. IN-PROPORSIONALITAS
KEADILAN SUSAH DIPEROLEH
2. EKSES LINGKUNGAN
PENGARUH NEGATIF LINGKUNGAN
3. IDIOLOGI PRASANGKA
4. KESEJAHTERAAN SUSAH DIPEROLEH
5. KEMUDAHAN
TIDAK
DIRASAKAN
KEBANYAKAN ORANG
6. EKSISTENSI DIRI BELUM TERBANGUN
7. KREATIVITAS BELUM TERBENTUK
LANGKAH PERBAIKAN DIRI
1. KENALI REALITAS DIRI
2. KOMUNIKASI (DIALOG)
3. KOMPETENSI (BELAJAR UNTUK MENJADI)
4. BERSAHABAT DENGAN DIRI SENDIRI
5. MENJALIN HUBUNGAN HANGAT DAN SEHAT
6. KETRAMPILAN PROBLEMS SOLVING
7. PENAJAMAN INTUISI
INSTROSPEKSI TERUS MENERUS
OLEH
75
76
77
AL-TUSTARI,
ABU
MUHAMMAD
SAHL
BIN
ABDULLAH IBN YUNUS BIN ISA BIN ABDULLAH
BIN ROFI(W. 995 M./385 H.)
AL-SULLAMI, ABU ABDURRAHMAN (W. APRIL
10211 M./412 H.)
AL-QUSYAYRI, ABU AL-QOSIM ABD. AL-KARIM BIN
HAWAZAN ABD. AL-MALIK (987-1072 M./377465 H.)
AL-HAMADANI, ABU YAQUB BIN YUSUF BIN AYYUB
(JUNI 1048 AGUSTUS 1140 M./534-440 H.)
AL-GHAZALI, ABU HAMID MUHAMMAD BIN
MUHAMMAD AL-THUSI (1058-1111 M./450-505)
AL-GHAZALI,
ABU
AL-FATH
AHMAD
BIN
MUHAMMAD AL-THUSI (W. JANUARI 1126 M./520
H.)
AL-JAYLANI, ABU SHOLIH ABD. AL-QODIR BIN
MUSA BIN ABDULLAH BIN YAHYA BIN
MUHAMMAD BIN DAWUD BIN MUSA BIN
ABDULLAH BIN MUSA (JULI 1077-NOVEMBER
1165 M./ 470-561 H.)
AL-SUHRAWARDI, ABU AL-NAJID ABDUL
QODIR (DESEMBER 1096-OKTOBER 1167
M./490-563 H.)
AL-RIFAI, AHMAD BIN ABU AL-HASAN (W. JUNI
1179 M./ 578 H.)
IBN SABIN, QUTHB AL-DIN ABU MUHAMMAD
ABDUL KHAQ BIN MUHAMMAD BIN SABIN ALISYBILI AL-MURSIY (614-699 H.)
AL-WASITHI, ABU AL-FATH (580 WAFAT April
1164 M.)
78
79
80
8. KH. ABBAS
KH. ANAS
KH. M.
AKYAS
9. KH. BADRUZZAMAN
10.
DR. IKHYAN
AKYAS
KH. HAWI
KH. A. SYIFA