Anda di halaman 1dari 102

H. Anas Abdul Karim, S.TP., M.Pd.

60
Jam
BUKU PANDUAN

STUDI ISLAM EFEKTIF


60 JAM

OLEH:
H. ANAS ABDUL KARIEM, S.TP., M.Pd.I

Penerbit El Rahma
2016

1
H. Anas Abdul Kariem, S.TP., M.Pd.I.
Studi Islam Efektif 60 Jam
©2016 Kariem, Anas Abdul
Cetakan ke- 7

Cover : Ferry Wahyu Ardianto, S.E.


Percetakan : Fata Media
Layout : H. Anas Abdul Kariem, S.TP., M.Pd.I.

Perpustakan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


H. ANAS ABDUL KARIEM, S.TP., M.Pd.I
Studi Islam Efektif 60 Jam
Bogor : Penerbit El Rahma 2016
Cet. 7; iv, 101 hlm; 21.5 cm

Penerbit El Rahma 2016


Jl. Dr. Sumeru No. 21G
Bogor 16125
Jawa Barat
Telp. (0251) 8386237
INDONESIA

2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, pujian hanya untuk Allah SWT dan sholawat serta salam untuk
junjungan kita Nabi Muhammad saw. dan para pejuang syariat-Nya di seluruh tempat
dan segala zaman.
Memahami Islam adalah kewajiban seorang muslim. Adanya pengajian dalam
bentuk kelompok-kelompok kecil (halaqah) menjadi alternatif jitu untuk mengejar
ketertinggalan dalam mempelajari tsaqafah. Namun terkadang sang pembimbing
memiliki kendala tersendiri untuk menyajikan urutan materi yang harusnya dipelajari.
Menggunakan kitab-kitab tsaqafah Islam berbahasa Arab memang menjadi andalan.
Namun terkadang hal itu membutuhkan waktu yang amat lama untuk mengetahui
pembahasan karena mendalamnya pembahasan. Memakai buku- buku berbahasa
Indonesia yang sudah ada juga menjadi kendala karena menimbulkan kebosanan para
mad’u (peserta didik) karena merasa tidak ada bedanya dengan membaca sendiri.
Maka penulis tergerak untuk membuat rangkaian pembahasan yang sengaja
berbentuk poin-poin penting yang masih sangat membutuhkan penjelasan para
pembimbing (musyrif).
Buku ini sangat beragam, mempelajari aqidah, syariah, dakwah dan
sebagainya dilengkapi dengan buku kecil catatan nafsiyah yang diperuntukkan bagi
mad’u yang masih sangat membutuhkan pengontrolan nafsiyah (pengamalan perilaku)
sehari-hari.
Akhirnya, besar harapan penulis agar buku ini bermanfaat dalam
meningkatkan kualitas hidup Anda, baik dalam menggapai dunia maupun akhirat.
Syukron jazakumullah penulis ucapkan bagi semua yang membantu terbitnya
buku ini. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya dengan balasan yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kota Hujan, 17 Dzulhijah 1437 H/ 20 September 2016

Penulis

3
4
DAFTAR ISI
STUDI ISLAM EFEKTIF 1: Aqidah
Pertemuan 1 : Amal Terbaik .......................................................... 9
Pertemuan 2 : Ciri Khas Manusia .................................................. 12
Pertemuan 3 : Pembentukan Perilaku ........................................... 15
Pertemuan 4 : Jalan Menuju Iman (Bagian 1)................................ 18
Pertemuan 5 : Jalan Menuju Iman (Bagian 2)................................ 20
Pertemuan 6 : Jalan Menuju Iman (Bagian 3)................................ 23
Pertemuan 7 : Rukun Iman ............................................................ 26
Pertemuan 8 : Permasalahan Seputar Qadha dan Qadar ............. 30
Pertemuan 9 : Qadha dan Qadar ................................................... 33
Pertemuan 10 : Petunjuk dan Kesesatan......................................... 37
Pertemuan 11 : ldeologi ................................................................... 39
Maraji’ / Sumber Rujukan SIE 1 ......................................................... 42

STUDI ISLAM EFEKTIF 2: Dasar-dasar Hukum Syara’


Pertemuan 1 : Hukum Syara’ ......................................................... 45
Pertemuan 2 : Pelaksana Syari’at dan Pengemban Dakwah ......... 47
Pertemuan 3 : Hukum Dharar ........................................................ 51
Pertemuan 4 : AI-Qur’an ................................................................ 53
Pertemuan 5 : AI-Hadits................................................................. 57
Pertemuan 6 : Meneladani Rasulullah SAW .................................. 61
Pertemuan 7 : ljma’ Shahabat........................................................ 62
Pertemuan 8 : Qiyas yang Syar’i ................................................... 63
Pertemuan 9 : Sumber Hukum Islam Spekulatif ............................ 66
Pertemuan 10 : Mujtahid .................................................................. 68
Pertemuan 11 : Muqallid .................................................................. 70
Maraji’ / Sumber Rujukan SIE 2 ......................................................... 72

STUDI ISLAM EFEKTIF 3: Mengenal Sistem Islam


Pertemuan 1 : Sistem Sanksi......................................................... 75
Pertemuan 2 : Tentang Pakaian .................................................... 78

5
Pertemuan 3 : Hukum lkhtilath ....................................................... 81
Pertemuan 4 : Mahram .................................................................. 82
Pertemuan 5 : Khitbah dan Pernikahan ......................................... 84
Pertemuan 6 : Pernikahan ............................................................. 86
Pertemuan 7 : Sistem Pergaulan ................................................... 89
Pertemuan 8 : Perceraian .............................................................. 93
Pertemuan 9 : Sistem Ekonomi dalam Islam ................................. 95
Pertemuan 10 : Pengembangan Harta yang Batil ............................ 97
Pertemuan 11 : Zakat ...................................................................... 99
Maraji’ / Sumber Rujukan SIE 3 ......................................................... 100

6
STUDI ISLAM EFEKTIF 1

AQIDAH
20 JAM PERTAMA
11 PERTEMUAN @2 JAM

OLEH:
H. ANAS ABDUL KARIEM, S.TP., M.Pd.I

7
8
PERTEMUAN 01
‫احسن عمل‬
Amal Terbaik

‫احسن عمل‬ Niat ikhlas karena Allah


Cara yang benar sesuai syariat Islam

‫ٱلَّ ِذى خَ َل َق ٱ ْل َم ْو َت َوٱ ْل َح َي ٰو َة لِ َي ْبلُ َو ُك ْم اَ ُّي ُك ْم اَ ْح َس ُن َع َم ًلا ۚ َو ُه َو ٱ ْل َعزِي ُز ٱ ْل َغفُو ُر‬


Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS. Al-Mulk: 2)

Niat Ikhlas karena Allah


Niat berkaitan dengan ghayah (tujuan perbuatan)
Dunia bukan tujuan, dunia adalah sarana tempat ujian, siapa yang berbuat
paling baik.
Ghayah adalah untuk mendapat ridho Allah
Seseorang yang menginginkan syurga, kebahagiaan dunia, takut pada
neraka, takut pada akibat buruk di dunia tetap disebut ikhlas selama
dikaitkan dengan ridho Allah.

Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khathab RA berkata, “Aku mendengar
Rasulullah SAW. bersabda, ‘Segala perbuatan tergantung pada niatnya. Setiap
orang akan mendapatkan (pahala) apa yang diniatkannya. Barangsiapa
berhijrah (ke Madinah) untuk mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah untuk mencari
harta dunia atau untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi, maka
hijrahnya hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).’” (Muttafaq
alaihi)

9
Cara yang benar sesuai syariat Islam
Cara yang ditempuh dalam beramal berkaitan dengan qimatul a’mal (nilai/
bentuk perbuatan).
Qimatul a’mal (nilai/ bentuk perbuatan) ada 4:
1. Qimah ibadah/ Ibadah khusus kepada Allah: sholat, shaum, jihad, dsb.
2. Qimah madiyah/ materi: mencari nafkah, menikah, makan, minum, dsb.
3. Qimah khuluqiyah/ akhlaq: jujur, lemah lembut, dsb.
4. Qimah insaniyah/ kemanusiaan: menolong orang, berbelas kasihan, dsb.

Sebelum ada agama manusia meraba-raba, mana perbuatan yang baik. Ada
manusia yang mengira nilai yang paling baik adalah ibadah dengan
mengabaikan yang lain. Ada yang mengira yang paling baik adalah nilai materi
dan mengabaikan yang lain.
Maka dengan adanya agama, Allah memberi petunjuk manusia. Bentuk
perbuatan mana yang utama dan benar, harus diserahkan pada Allah SWT
melalui syariat Islam yang dicontohkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad
saw.
Cara yang benar didapat dengan cara menuntut ilmu.

Macam-macam ilmu

Jenis Ilmu Tsaqafah


Sains

Tsaqafah
Ilmu yang berkaitan dengan pemahaman tentang kehidupan, sebelum dan
sesudah kehidupan. Manusia sesungguhnya tidak mampu memahami ilmu
ini semata-mata menggunakan akalnya saja.
Ilmu ini bila diserahkan pada manusia akan bersifat relatif (tidak pasti).

Tsaqafah dibagi menjadi dua:


1. Tsaqafah Islam: hukumnya wajib dipelajari untuk diamalkan.
Contoh: cara shalat, aqidah Islam, cara seorang muslim berpakaian, dsb.

10
2. Tsaqafah di luar Islam: hukumnya haram diamalkan, hukum
mempelajarinya terkait pengamalannya.
Contoh: demokrasl, sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis,
cara ibadah orang Kristen, dsb.

Sains
Ilmu yang berikaitan dengan hal-hal yang mampu diindera manusia.
Ilmu ini bersifat pasti selama manusia dapat menangkap fakta dengan baik.
Hukum mempelajari sains terikat dengan amal yang membutuhkan sains
tersebut.

Orang yang tidak tahu akan ditanya sejauh mana dia berusaha untuk mencari
tahu.
Allah SWT menuntut melakukan ahsanu ‘amal, walaupun kita tidak musti sama
panjang usianya. Kita tidak boleh meremehkan dosa maupun pahala dan
diperintah oleh Allah untuk bersegera dalam beramal baik.

11
PERTEMUAN 02
‫خاصيات الانسان‬
Ciri Khas Manusia

‫خاصيات الانسان‬

‫غريزة النوع‬ ‫غرائز‬ ‫حاجات العضوية‬ ‫عقل‬


‫غريزة البقا‬
‫غريزة التديّن‬

Kebutuhan Fisik
Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan manusia yang akan terasa bila telah
ada rangsangan dari dalam tubuh. Allah telah menciptakan kemampuan
otak bawah sadar untuk merespon suatu kebutuhan suatu bagian tubuh
manusia, dan direspon sebagai kebutuhan yang nikmat bila dipenuhi.
Kemampuan bawah sadar itulah yang dinamakan hajatul udhwiyyah.
Dengan memiliki ini manusia tanpa belajar akan mengerti kapan dia
membutuhkan minum, kapan membutuhkan buang air, bernapas,
mengantuk, dan lain-lain. Bila kebutuhan ini tidak dipenuhi akan
menyebabkan kerusakan tubuh yang bisa mengakibatkan kematian.

Gharizah
Berbeda dengan kebutuhan fisik, kebutuhan naluri/ gharizah tidak
dirangsang oleh sesuatu dari dalam. Saat organ-organ tubuh manusia telah
siap, maka tubuh akan merespon rangsangan dari luar sebagai suatu
kebutuhan.

12
Jenis rangsangan dari luar:
1. Nyata: ada fakta yang terindera
2. Dibayangkan melalui fikiran: seakan-akan indera menangkapnya

Gharizah manusia banyak macamnya, hanya saja dia dapat dikelompokkan


menjadi 3 jenis yakni:
a. Naluri Mempertahankan Diri (Gharizatul Baqa’)
Contoh: diledek orang: marah, dipuji orang: senang, baju terlihat kumal:
malu
Orang akan merasa jengkel bila diledek orang tapi bisa juga jengkel
hanya dengan membayangkan kita diledek orang.
b. Naluri Melestarikan Jenis (Gharizatul Nau’)
Contoh: tertarik melihat lawan jenis, ibu sayang dengan anaknya, orang
dewasa suka dengan melihat anak kecil, merasa iba dengan penderitaan
orang lain, dll.
c. Naluri Beragama/ Mensucikan Sesuatu (Gharizatut Tadayun)
Jenis rangsangan ini awalnya adalah gharizah baqa’, namun saat kita
tidak mampu mempunyai kekuatan untuk melawan atau
mengkhayalkannya, maka kita akan puas, kalau mensucikannya.
Contoh: laut dikhayalkan manusia tidak bisa ditundukkan manusia maka
mereka menyembah laut, manusia mengkhayal api itu berkuasa atas
manusia maka merekapun menyembah api. Demikian juga jika kaum
yang beriman merasa takut dengan fakta bahwa ada Tuhan (Allah) yang
azali dan tidak memiliki keterbatasan: maka manusia menyembah Allah.

Akal
Definisi akal harus kita dapatkan secara tepat supaya kita mempunyai
batasan yang jelas hingga kita akan berfikir semaksimal mungkin bila masih
dalam batasan kinerja akal, namun tidak akan pernah memaksakan akal bila
itu di luar jangkauan akal itu sendiri.
Definisi akal: kemampuan berfikir dalam mengaitkan fakta yang terindra
dengan informasi sebelumnya di dalam otak.

13
Dari definisi tadi, dapat disimpulkan bahwa alat berfikir itu ada 4 yakni: fakfa,
indra, otak dan informasi sebelumnya.

‫الو اقع‬ ‫الات التفكير‬


‫الاحساس‬
‫الدماغ‬
‫المعلومات السابقة‬
Tingkatan berfikir berdasarkan informasi yang digunakan dalam berfikir:
1. Berfikir dangkal: dengan informasi tentang objek sangat sedikit
2. Berfikir dalam: dengan informasi tentang objek bersangkutan sebanyak-
banyaknya
3. Berfikir mustanir/ cemerlang: dengan informasi yang meliputi tiga hal:
a. Informasi tentang objek yang bersangkutan sebanyak-banyaknya
b. Informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan objek
c. Informasi tentang objek sekitar dan sejenis dengan objek tersebut

14
PERTEMUAN 03
‫تشكيل السلوك‬
Pembentukan Perilaku

‫مقاييس‬
‫دعوة‬ ‫مقاييس‬ ‫تفكير‬

‫ميول‬

‫مفاهيم‬
‫قناعات‬ ‫سلوك‬

Tahu dan Faham


Tafkir atau proses berfikir membutuhkan pengetahuan. Tahu artinya
mempunyai maklumat/ memori di dalam otak tentang suatu fakta. Sekedar
tahu bukanlah faham. Karena faham memiliki tingkatan lebih yang
menggerakkan hati/ perasaan.
Agar kita menjadi tahu adalah dengan mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya. Adapun agar faham tidak cukup hanya mengumpulkan informasi
melainkan harus juga mengelola perasaan.

Hati, Qalbu, Jiwa


Hati yang kita bicarakan dalam masalah kejiwaan bukanlah hati organ tubuh
(liver). Hati adalah tempat perasaan manusia yang lebih ditunjukkan oleh
jantung (gambar hati yang kita kenal adalah sebenarnya gambar jantung).
Berbicara hati, qalbu, jiwa ketiganya berhubungan dengan perasaan.
Perasaan muncul karena gharizah. Gharizah sendiri berkaitan dengan
rangsangan luar baik dari fakta maupun bayangan dalam otak.

15
Jadi hati, qalbu, dan jiwa dapat dipengaruhi oleh:
1. Bayangan fakta di dalam otak
2. Fakta sebenarnya yang terindera
Yang keduanya menggerakkan gharizah yang memunculkan perasaan yang
rasanya ada di dalam dada (karena di dalam dada ada jantung)
Coba antum rasakan: sedih di dalam dada, bangga dengan menepuk dada,
lega ada di dada, cemas juga di dada, dsb.
Mengelola hati, perasaan, atau jiwa artinya mengelola akal dan fakta yang
mempengaruhinya.
Contoh: mengelola hati yang sedih dengan cara:
1. Akal: mendatangkan fikiran bahwa Allah memberi cobaan dan
pahala, jangan diingat-ingat, ingat-ingat nikmat lain yang
membuat kita gembira
2. Fakta: jauhkan fakta yang mengingatkan kembali kesedihan,
melihat orang lain yang lebih malang dari kita
Hati/perasaan/jiwa akan sulit dikelola bila sudah terpengaruh kuat
perasaannya dengan fikiran dan fakta di sekitar kita.
Mengajak gembira orang yang sedang tertimpa kemalangan lebih sulit dari
mengajak gembira orang yang biasa-biasa saja.

Muyul dan Suluk


Muyul adalah kecenderungan. Yakni perasaan kuat yang mendorong untuk
berperilaku.
Suluk adalah perilaku. Perilaku adalah hasil dari muyul.
Menguatkan perasaan/hati/jiwa agar menjadi muyul yang kuat dengan cara:
1. Paksakan diri untuk melakukan
2. Biasakan diri untuk melakukan
3. Datangkan pemikiran yang mendatangkan gambaran yang menggugah
perasaan Contoh: baca makna Al-Qur’an, baca tentang syurga dan
neraka, dsb.
4. Datangkan pengaruh fakta di luar yang terindera
Contoh: berteman dengan orang yang sholeh, tinggal di kampong yang
sholih

16
Maqayis dan Dakwah
Maqayis adalah cara mengukur sesuatu. Maqayis adalah seperti mafahim
hanya lebih ke arah eksternal/keluar dalam menilai orang lain.
Maqayis akan mendorong untuk mengajak seseorang ke arah nilai-nilai kita
(dakwah).

Qana’ah
Qana’ah adalah nilai kepuasan/kebahagiaan. Tidak semua orang yang
ikhlas itu merasa qana’ah terhadap apa yang ia lakukan. Terkadang muyul
belum begitu kuat sehingga masih terasa berat dalam beramal. Untuk
membentuk qana’ah adalah terus ditingkatkan perasaan/hati/jiwa kita
sehingga semakin tertanam kecintaan pada sesuatu yang kita perbuat.

17
PERTEMUAN 04
‫طريق الايمان‬
Jalan Menuju Iman (Bagian 1)

Jalan Menuju Iman Cara yang Benar: Berfikir Mustanir


Cara yang Salah: Tidak Berfikir Mustanir
(pernikahan, ekonomi, ketakutan, dsb)
Resiko Jalan Iman yang Salah Imannya Salah
Ragu-ragu/ Gampang Goyah

Dengan memadukan antara berfikir mustanir dan gharizah maka krta akan
mendapatkan kebenaran dalam iman dan rasa tenang (qana’ah) dalam beriman
dan berperilaku.

Dalil Aqli: Menyimpulkan sendiri Bukti terindra


Naqli: Mendengar, katanya Sumber terpercaya

Dalil Aqli: Dalil yang didapat melalui kesimpulan sendiri menggunakan akal
yang dilakukan dengan cara berfikir secara mustanir terhadap
fakta yang ada.
Peranan akal memutuskan dan menyimpulkan fakta.
Kebenaran dengan dalil aqli ini harus mempunyai bukti yang
terindera.
Dalil Naqli: Dalil yang didapat melalui mengutip/menukil/mendengar berita
dan menerima begitu saja berita/informasi yang diterimanya tanpa
peranan akal karena objek berita tidak bisa disimpulkan oleh akal.
Kebenaran dengan dalil naqli ini harus berdasar pada sumber
yang benar/otentik yang keotentikan sumbernya dibuktikan oleh
akal berdasarkan bukti.

18
Dasar Keimana
Dasar keimanan dapat disimpulkan oleh aqal (menggunakan dalil aqli).
Dasar keimanan itu adalah:
Dasar Keimanan Aqliyah Objek Terindra yang Diamati
Al Khaliq itu ada dan bersifat azali Alam semesta yang Teratur tapi Zatnya Lemah
1. Al Qur’an yang Mutawatir
Al Qur’an itu asli dan merupakan 2. Fakta manusia membutuhkan wahyu
kalam Al Khaliq 3. Khabar mutawatir tentang sikap orang Arab
Qurays, Hadits Mutawatir
Khabar mutawatir bahwa Muhammad saw
Muhammad adalah rosul Al Khaliq
pembawa Al Qur’an

1. Al Khaliq itu ada dan bersifat azali


Ada dari tidak ada: ada yang mencipta Pihak lain
1. Keteraturan
2. Keterbatasan

Diri sendiri
dari ada: tidak pernah tidak ada, azali

Mustahil: berkumpulnya 2 sifat


yang bertentangan dalam satu
zat secara bersamaan
Alam semesta : ada
Sifat : secara zat dia terbatas, lemah namun teratur & indah luar biasa.
Kesimpulan : alam adalah hasil ciptaan pihak lain (bukan alam itu sendiri)
Pencipta alam kita sebut Sang Pencipta (AI-Khaliq)

Sang Pencipta : ada


Sifat : harus tidak terbatas, azali, tidak pernah tidak ada, bukan hasil
ciptaan, baik dirinya maupun ciptaan yang lain
Kesimpulan : Sang Pencipta ada dan Dia Azali (tidak terbatas, dan tida prnah
tidak ada)
ِ ‫اف الَّ ْي ِل َوالنَّ َهارِ َلاٰي ٍٰت لِّاُو لِى ا ْلاَ ْل َب‬
‫اب‬ ِ ‫ض َواخْ تِ َل‬ َّ ِ‫اِ َّن فِ ْي خَ ْلق‬
ِ ‫الس ٰم ٰو ِت َوا ْلاَ ْر‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS. Ali-Imran 3: 190)

19
PERTEMUAN 05
‫طريق الايمان‬
Jalan Menuju Iman (Bagian 2)

2. Al Qur’an itu asli dan merupakan kalam Al Khaliq


a. Manusia harus dituntun wahyu Al Khaliq

Dibiarkan berfikir sendiri


Masalah Akal
akan merusak, manusia
manusia manusia
bukan hewan, akalnya
kompleks terbatas
akan mengacaukan alam

Harus ada wahyu dari


Al Khaliq
Aturan hidup dan agama yang tidak berdasarkan wahyu (tidak punya
konsep wahyu) berarti tidak pantas dijadikan pegangan.
Contoh:
1. Agama Budha dari nasehat Budha yang tidak disebut menerima wahyu
2. Agama Hindu dari nasehat Resi-resi yang tidak disebut menerima wahyu
3. Agama Konghucu dari nasehat Kong Hu Cu tentang aturan hidup
4. Kapitalisme aturan buatan manusia (Adam Smith, David Ricardo, dsb)
5. Komunisme aturan buatan manusia (Karl Marx)

Aturan hidup dan agama yang mempunyai konsep wahyu adalah Islam,
Nasrani (Kristen Protestan dan Katholik) dan Yahudi.

b. Teks wahyu tidak boleh diubah-ubah (harus asli/otentik)


Namun meskipun punya konsep wahyu, belum tentu agama tersebut adalah
benar bila wahyunya mengalami perubahan, penambahan, dan
pengurangan dari manusia.
Contoh:
Kristen Protestan, Katholik, dan Yahudi mempunyai konsep wahyu namun
kitabnya mengalami perubahan, penambahan dan pengurangan.

20
Kitab yang berisi wahyu yang terjaga keasliannya adalah Al-Qur’an. Ini
bukan klaim atau sekedar mengaku-ngaku, namun terdapat bukti yang tidak
terbantahkan.

Bukti bahwa Alqur’an itu Asli (tidak berubah)

Khabar yang meyakinkan Dengan mengindra langsung


Dari periwayatan yang mutawatir

Riwayat yang mutawatir: Periwayatan yang disampaikan oleh orang


banyak yang mustahil berkumpul untuk
sepakat berdusta.

Al Qur’an mutawatir dari 2 jalur: Jalur hafalan (lafadz) dan jalur tulisan

Bukti mutawatir: Seluruh hafalan dan tulisan di dunia ini sama, padahal
tidak mungkin bersepakat dusta.

Hafalan: Sejak zaman Rosul saw sudah banyak yang hafal keseluruhan
Al Qur’an 30 juz dan tidak ada hafalan Al-Qur’an yang berbeda
melainkan hanya perbedaan dialek (cara pengucapan).
Tulisan: Seluruh isi Al Qur’an sudah ditulis sejak zaman Rosul saw,
namun, tidak ada yang punya tulisan lengkap. Maka di zaman
Abu Bakar semua tulisan tersebut dikumpulkan sampal 30 juz.

SEJARAH AL-QUR’AN
Di Masa Nabi Muhammad saw (Kenablan: 610 – 632 M)
Saat itu dihafal langsung oleh beliau dan para sahabat.
Al Qur’an sering dibaca saat sholat Jamaah, dicek oleh Jibril sekali tiap
Romadhon (kecuali tahun wafat Rosul 2 kali), dibaca oleh sahabat saat
Romadhon.
Di zaman Rosul saw perselisihan Al Qur’an tidak ada sama sekali.
Di zaman Rosul Al Qur’an langsung ditulis di pelepah kurma, batu tipis,
kulit hewan dsb, oleh penulis beliau Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib,

21
Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab yang ditulis di depan
beliau. Tulisan ini ada meski belum terasa manfaatnya karena banyak
sahabat yang hafal keseluruhan Al Qur’an.

Di Masa Abu Bakar (Memerintah 632 – 634 M)


Saat perang memerangi orang murtad, banyak penghafal Al Qur’an 30
juz yang syahid. Menjadikan Umar khawatir tiada lagi “media” yang
menampung keseluruhan Al Qur’an. Maka diputuskan “media” selain
otak yang menyimpan Al Qur’an yang selama ini tidak disadari
manfaatnya yang tersebar di para sahabat, yakni tulisan. Pengumpulan
ini sangat mungkin terjadi karena orang-orang dimasa Abu Bakar dan
Nabi masih sama dan gampang ditemui. Maka dengan diketuai Zaid bin
Tsabit (penulis Rosul sendiri) dikumpulkan tulisan Al Qur’an.
Dikumpulkan dalam satu Mushaf. Mushaf disimpan Abu Bakar, Umar
selanjutnya disimpan Hafsah.

Di Masa Utsman bin Affan (Memerintah 644 – 656 M)


Daulah Khilafah makin luas. Orang yang tidak fasih Bahasa Arab
berbondong masuk Islam. Terkadang terjadi perbedaan hafalan. Maka
mereka berselisih pendapat. Untuk melihat mushaf standar, teramat jauh,
yakni di Madinah (Hafsah). Maka Utsman menyalin mushaf dari Hafsah
menjadi 7 buah dan disebar ke kota besar Mekkah, Syam, Yaman,
Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (Mushaf al-
Imam). Disebut Mushaf Utsmani.

Jadi umat Islam tidak mempunyai masalah dengan teks asli wahyunya.
Sejak zaman Nabi tidak masalah dari jalur hafalan maupun tulisan, dan
tulisan tersebut dikumpulkan dan disebarkan oleh sahabat. Sampai
sekarang Al Qur’an ya itu-itu saja.

Kesimpulan: Maka Al Qur’an terbukti asli karena riwayatnya


MUTAWATIR, sehingga apa yang kita baca dan hafal berupa Al Qur’an,
sama dengan Al Qur’an yang dihafal dan ditulis di zaman Nabi saw.

22
PERTEMUAN 06
‫طريق الايمان‬
Jalan Menuju Iman (Bagian 3)

Bukti Bahwa Al Qur’an itu kalam/ firman Al Kholiq


Secara mutawatir kita tahu bahwa Al Qur’an adalah lafadz dan tulisan
dengan Bahasa Arab. Jadi Al Qur’an secara pasti merupakan kata-kata
pihak yang faham Bahasa Arab.

Maka ada 3 kemungkinan ucapan/ kalam siapa Al Qur’an itu:


1. Kalam orang Arab. Muhammad mengumpulkan sastra-sastra yang
dikarang oleh orang Arab.
2. Kalam Muhammad. Karena kecerdasan Muhammad.
3. Kalam Al Khaliq. Karena Al Khaliq azali dan Maha Tahu

Sanggahan untuk kemungkinan 1 dan 2 adalah:


1. Al Qur’an mustahil buatan orang Arab karena:
a. Gaya bahasa Al Qur’an berbeda dengan gaya bahasa orang arab
b. Turunnya membuat gempar orang Arab
c. Al Qur’an mengandung kisah dan pengetahuan ilmiah yang mustahil
diketahui oleh orang Arab jaman itu
d. Orang Arab ditantang oleh Al Qur’an tapi tidak mampu membuatnya.
Tantangan itu sampai sekarang masih bisa kita baca dalam Al Qur’an:
‫َف ۡات ُۡوا بِ ُس ۡو َر ٍة ِّم ۡن ِّم ۡثلِه‬
Maka buatlah satu surah (saja) yang semisal Al Qur’an itu (QS. Al Baqarah: 23)

‫ص ِدقِ ۡي َن‬
ٰ ‫ق ُۡل فَ ۡات ُۡوا بِ َع ۡش ِر ُس َورٍ ِّم ۡثلِه ُمفۡ َت َري ٍٰت َّو ۡاد ُع ۡوا َمنِ ۡاس َت َط ۡعتُ ۡم ِّم ۡن ُد ۡو ِن اللّٰ ِه اِ ۡن ُك ۡنتُ ۡم‬
Katakanlah, “(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya
(Alquran) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup
selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (QS. Huud 11: 13)

23
2. Al Qur’an mustahil karya Muhammad SAW
a. Gaya Bahasa hadist berbeda dengan gaya bahasa Al Qur’an.
b. Al Qur’an mengandung pengetahuan ilmiah yang mustahil diketahui
manusia saat itu tak terkecuali Muhammad.
c. Muhammad ummi (tidak membaca menuils) sehingga kisah-kisah
nabi terdahulu tidak mungkin dia ketahui tanpa membaca kitab
terdahulu (Injil dan taurat).

َ ‫َو َما ُك ۡن َت تَـ ۡتلُ ۡوا ِم ۡن َق ۡبلِه ِم ۡن ِكت ٍٰب َّو َلا تَخُ طُّ ٗه بِ َي ِم ۡينِ َك اِ ًذا لَّ ۡارت‬
‫َاب ا ۡل ُم ۡب ِطلُ ۡو َن‬
Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu kitab sebelum
(Alquran) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan
kananmu; sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscaya ragu
orang-orang yang mengingkarinya (QS. Al-Ankabut 29: 48)

Kesimpulan: Al Qur’an itu adalah firman Allah SWT buktinya adalah AI-
Qur’an mustahil karya orang Arab dan mustahil ucapan
Muhammad saw.

Lalu kenapa Allah Yang Maha Tahu segala bahasa menurunkan wahyu-Nya
dalam bahasa Arab? Hal itu karena rosul-Nya adalah orang Arab yang
tentunya fasihnya adalah berbahasa Arab.
‫َو َم ۤا اَ ۡر َس ۡل َنا ِم ۡن َّر ُس ۡو ٍل اِلَّا بِلِ َس ِان ق َۡو ِمه لِ ُي َب ِّي َن لَ ُه ۡم‬
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya
agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka (QS. Ibrahim 14: 4)

3. Muhammad adalah Rosul Al Khaliq


Bukti bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah: beliau membawa Al
Qur’an, sementara Al Qur’an sebelumnya sudah kita buktikan bahwa Al
Qur’an benar-benar wahyu Al Kholiq. Maka setiap pembawa wahyu
berupa risalah Allah, pasti mereka itu adalah Nabi dan Rosul.

24
INSTRUMEN PENGUJIAN KEBENARAN AGAMA START

Sifat Ada
AGAMA Tidak Tuhannya Ya Konsep
SALAH Azali Tuhan
? ?

Ya Tidak
Ada
Tidak Konsep AGAMA
Wahyu SALAH
AGAMA ?
MERAGUKAN
Tidak Ya

Riwayat Dengar
Tidak
Kitab Suci Langsung dari
Mutawatir Pembawa
? ?
Ya Ya
Ada
kemungkinan Ya, Ada AGAMA
saduran MERAGUKAN
?

Tidak
Ada
kemungkinan Ya, Ada
karya sendiri
?
Tidak
AGAMA BENAR SECARA PASTI &
KITAB SUCINYA BENAR SECARA PASTI

25
PERTEMUAN 07
‫اركان الايمان‬
Rukun Iman

Iman denga apa saja


Iman dengan Aqal dengan bukti yang
yang disebut Allah
meyakinkan: Konseukuensinya SWT (Al-Qur’an) dan
1. Al Khaliq itu ada dan bersifat azali
Rasulullah SAW (Al-
2. Al Qur’an itu asli dan merupakan
Hadits)
kalam/ firman Al Khaliq
Baik yang masuk akal
3. Muhammad adalah rosul al Khaliq
maupun yang tidak

‫ا ٰ َم َن ال َّر ُس ۡولُ بِ َم ۤا اُ ۡنزِلَ اِلَ ۡي ِه ِم ۡن َّربِّه َو ا ۡل ُمؤۡ ِم ُن ۡو َنؕ ُك ٌّل ا ٰ َم َن بِاللّٰ ِه َو َمل ٰٓ ٰٮِ َكتِه َو ُك ُتبِه َو ُر ُسلِه‬
Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Alquran) dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya… (QS. Al-Baqarah 2: 285)

1. Iman pada Allah


Iman kepada Allah bisa didapat melalui dalil aqli dan naqli.
Dalil aqli: dapat kita simpulkan sendiri: Pencipta (Al Kholiq) itu ada dan
bersifat azali (sudah diterangkan pada bab sebelumnya).
Dalil naqli: segala sesuatu tentang Al Kholiq yang tidak bisa simpulkan
sendiri dengan menggunakan akal manusia melainkan dengan
mengimani begitu saja apa yang disebut dalam Al Qur’an dan
Hadist, seperti: nama-nama Al Khaliq, sifat-sifat-Nya yang detail,
yang berkaitan dengan zat-Nya, dsb.
Bila ada pembahasan dalil naqli maka kita tidak perlu mendebat apalagi
membayangkan dengan yang biasa kita temui dan dikenal akal. Bila jelas
maka terima apa adanya bila tidak jelas maka hanya Allah yang tahu dan
tidak boleh mengkontradiksikan dengan apa yang telah disimpulkan oleh
akal.

26
Contoh: mengapa nama-Nya adalah Allah? Maka kita terima apa adanya
dalam Al Qur’an, karena Al Qur;an sudah terbukti kebenarannya.

Kedua tangan Allah terbuka lebar, maksud pembahasan ayat


adalah sifat Allah. Tidak usah mendebat tentang tangan Allah,
apakah punya atau tidak, wallahua’lam.

Allah bersemayam di atas ‘Arsy. Benar, tapi makna sebenarnya


apa dan bagaimana ‘Arsy itu, bagaimana cara duduk Allah?
Semua itu tidak perlu dibahas dan kita memastikan semua tidak
mungkin bertentangan dengan sifat azali Allah.

2. Iman pada Malaikat


Iman pada malaikat merupakan keimanan dari dalil naqli bukan dalil aqli.
Iman pada malaikat kita terima begitu saja karena disebut secara jelas
dalam Al Qur’an dan Hadits Mutawatir.
Kita mengenal malaikat beserta tugas-tugasnya dari Al Qur’an dan Hadist,
seperti Jibril, Mikail, Munkar, Nakir, Roqib, Atid, dsb.
Hal yang harus diperhatikan saat kita mengimani malaikat dan tugas-
tugasnya:
1. Allah azali dan maha kaya, tidak membutuhkan bantuan malaikat.
2. Malaikat mengerjakan tugas-tugasnya dengan menggunakan cara
tertentu yang tidak dipahami manusia, seperti halnya manusia
mengerjakan tugasnya dengan cara tertentu.
3. Maha suci Allah, Allah mustahil melakukan perbuatan manusia maupun
malaikat.
4. Untuk mencipta dan berkehendak Allah cukup berfirman: Kun! Maka
jadilah kehendak-Nya.
5. Malaikat dan manusia melakukan perkerjaan karena kehendak Allah
memang demikian, bukan untuk membantu dan meringankan pekerjaan-
Nya.

27
3. Iman pada Kitab-kitab Allah
Mengimani kitab-Nya bisa menggunakan dalil aqli maupun naqli.
Dalil aqli membutuhkan objek yang terindra. Untuk membuktikan suatu teks
adalah firman Allah atau bukan tentu kita membutuhkan teks asIi yang
terjaga dari campur tangan manusia-manusia yang meriwayatkan dan yang
menghafalkannya. Setelah kita cari teks yang terjaga keasliannya (karena
diriwayatkan secara mutawatir) maka hanya Al Qur’an yang asli sehingga
dapat kita cek kebenarannya.
Al Qur’an kita imani karen dia tidak mungkin kalam orang arab maupun
kalam Muhammad.
Sementara kita tahu ada kitab-kitab selai Al Qur’an (yakni Injil, Taurat, Zabur)
dari dalil naqli yakni karena disebut oleh Al Qur’an dan Hadits.

4. Iman pada para Nabi dan Rosul


Nabi berasal dari kata naba yang artinya memberi khabar. Jadi nabi adalah
pemberi khabar.
Nabi artinya laki-laki penerima wahyu Allah berupa perintah untuk
menyampaikan (menyebarkan) risalah. Jadi wahyu perintah
itu untuk dirinya sendiri.
Rosul berasal dari kata rosala yang artinya mengutus. Jadi rosul adalah
utusan.
Rosul artinya laki-laki penerima wahyu Allah berupa risalah (aturan
hidup). Jadi wahyu berupa risalah itu untuk disampaikan ke
manusia lain. Kitab Allah berisi risalah (aturan hidup)
sehingga seluruh penerima kitab pasti adalah Rosul Allah.
Setiap yang membawa risalah pasti harus menyebarkannya, maka dari itu
setiap rosul pasti nabi. Namun tidak semua nabi adalah rosul.

Mengimani Rosul bisa kita lakukan dengan dua cara, dengan dalil aqli
maupun naqli.
Dalil aqli bisa dilakukan bila kita bertemu muka dengan Nabi dan Rosul atau
dengan mendapati mukjizat Allah yang dibawanya. Kita tidak menemui lagi
Nabi (selain orang-orang yang mengaku nabi yang tentu tidak membawa

28
mukjizat). Maka kita bisa mencari mukjizat dan kita tidak lagl menemui
mukjizat kecuali Al Qur’an. Al Qur’an terbukti asli dan kalam Al Khaliq. Maka
yang membawanya adalah Nabi dan Rosul. Kita simpulkan bahwa
Muhammad saw adalah Nabi dan Rosul.
Maka nama-nama Nabi dan Rosul selain Nabi Muhammad saw kita imani
karena mereka semua dikhabarkan oleh Al Qur’an dan Hadits.

5. Iman pada hari akhir


Iman pada hari akhir hanya bisa didapat dengan dalil naqli semata, yakni
karena iman adanya hari akhir (meliputi hari kehancuran, hari kebangkitan,
hari pengumpulan, hari perhitungan dan hari pembalasan) disebut secara
jelas dan berulang-ulang di dalam Al Qur’an dan Hadits Mutawatir.

6. Iman pada Qadha dan Qadar


Iman pada Qadha dan Qadar artinya hanyalah Allah yang memberikan
kepada kita ketetapanny baik Qadha maupun Qadar. Iman pada Qadha dan
Qadar membutuhkan penjelasan di pertemuan selanjutnya.

29
PERTEMUAN 08
‫مشاكل القضء والقدر‬
Permasalah Seputar Qadha dan Qadar

Penyebab Rumitnya Pembahasan


Filsafat: cinta kebijaksanaan (hikmat)
Filsafat: ilmu yang mengungkap segala sesuatu dengan menggunakan logika
manusia (baik objeknya terindra maupun tidak)
Metode berfikir filsafat: mantiq/ logika

Filsafat Barat (Yunani/ Romawi) : Melahirkan para filosof dan mutakalimin


Timur (Hindu/ Persia) : Melahirkan para sufi

Awalnya para dai mempelajari filsafat untuk bisa berdakwah melawan metode
berfikir yang aneh ini. Namun ada sebagian yang terpengaruh, baik
pada tingkat yang sangat parah maupun tidak.

Akibat pengaruh filsafat Timur lahirlah:


Berbagai golongan Sufi dengan beragam alirannya (Thariqah/ tarekat).
Sufi dari kata Shuf yang artinya wol (kain kasar) karena kebiasaan orang sufii
memakai kain jelek (wol). Atau ada yang berpendapat dari kata Ahlus Suffah
(orang yang tinggal di emper masjid) karena mereka golongan yang sangat
fakir. Di Turki, orang Sufi dikenal dengan kata Darwish yang artinya orang yang
sangat fakir (bahasa Turki).
Sufi mempunyai prinsip bahwa menjadikan dunia ini adalah penuh
kesengsaraan untuk melemahkan raga sehingga ruhnya kuat. Sufi ada yang
masih ditolerir, tapi ada juga yang sudah menyimpang jauh sampai penuh
dengan bid’ah baik syariat maupun aqidah.
Khurafat-khurafat yang berbau mistis, tarian-tarian magis, wirid-wirid yang
mengada-ada sampai kondisi tak sadarkan diri, pandai melihat jin, ngalap
berkah di kuburan adalah sebagian bukti pengaruh filsafat timur.

30
Akibat pengaruh filsafat Barat (Romawi yang membawa budaya Yunani)
lahirlah:
a. Filosof Muslim: orang yang berfilsafat
Tidak berhubungan sama sekali dengan keIslamannya
b. Mutakallimin
Mutakallimin: orang yang suka berdebat (kallam) yakni orang yang
menjelaskan perkara Islam dengan menggunakan ilmu kalam yakni dengan
metode filsafat (logika mantiq)

Metodo berfikir Islam adalah metode berfikir Qur’aniyah yakni: berfikir


semaksimal mungkin untuk memikirkan hanya hal-hal yang mampu terindra dan
pasrah sepenuhnya terhadap yang disebutkan oleh Al Qur’an dan Hadits dan
tidak berdebat panjang tentang hal yang tidak terindra yang tidak dijelaskan Al
Qur’an dan Al Hadits.

Kerumitan tentang pembahasan Qadla’, Qadar, perbuatan manusia dll juga


dikarenakan perdebatan kelompok MUTAKALLIMIN dengan menggunakan
ilmu kalam.

Pendapat beberapa kelompok Mutakallimin tentang perbuatan manusia:


A. Mu’tazilah
Tokoh: Washil bin ‘Atho’
Ringkasan pendapatnya: semua perbuatan manusia adalah hasil kehendak
manusia, tidak ada ketetapan Allah (Laa Qadar: sehingga kelompok ini juga
dijuluki Qadariyyah).
Pendapat ini secara fakta dan dalil menunjukkan kesalahan.
B. Jabariyyah
Tokoh: Jahmu bin Shofwan
Ringkasan pendapatnya: semua perbuatan manusia adalah ciptaan dan
dipaksa oleh Allah.
Pendapat ini secara fakta dan dalil menunjukkan kesalahan.
C. Asy’ariyyah
Tokoh: Abu Hasan Al Asy’ari

31
Ringkasan pendapatnya: perbuatan manusia adalah ciptaan Allah, tapi Allah
mencipta berdasar usaha dan pilihan manusia (kasb ilkhtiyari). Atau: Allah
telah menentukan tapi masih bisa diubah.
Pendapat ini secara fakta sulit dibuktikan kesalahannya tapi akan
bertentangan dengan dalil tentang Lauhul Mahfuzh.

Kesalahan Mutakallimin adalah mencampur adukkan pembahas antara yang


terindra (perbuatan manusia) dengan yang tidak terindra (Allah Maha Pencipta,
Allah Maha Tahu dan Allah Maha Berkehendak).

Kebenaran Terindra : menggunakan dalil aqli


Tak Terindra : menggunakan dalil naqli

32
PERTEMUAN 09
‫القضء والقدر‬
Qadha dan Qadar

Pembahasan yang Benar dan Sederhana

Pembahasan yang benar terhadap hal ini:

Hal yang Terindra Hal yang tidak Terindra


a. Allah Maha Pencipta perbuatan
Perbuatan Manusia: manusia
a. Mukhoyyar (dapat b. Allah Maha Beriradah (Berkehendak):
dipilih/diusahakan): dihisab oleh semua dalam alam semesta, dalam
Allah kehendak/ irodah-Nya
b. Musayyar (terpaksa) c. Allah Maha Tahu: pengetahuan-Nya
ditulis dalam Lauhul Mahfuzh

Pilihan manusia akan dihisab oleh Allah:


ِ ‫س بِ َما ك ََس َب ۡت َلا ظُ ۡل َم ا ۡل َي ۡو َم اِ َّن اللّٰ َه َس ِرۡي ُع ا ۡل ِح َس‬
‫اب‬ ٍ ٍۢ ‫اَ ۡل َي ۡو َم ت ُۡجزٰى ُك ُّل ن َۡـف‬
Pada hari ini setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah
dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat
cepat perhitungan-Nya (QS. Ghafir 40: 17)

Pilihan Allah maka manusia tidak akan dihisab dan Allah tidak akan
ditanya:
‫َلا ُي ۡسـ َــ ُل َع َّما َي ۡف َع ُل َو ُه ۡم ُي ۡس َـــلُ ۡو َن‬
Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan
ditanya (QS. Al-Anbiya 21: 23)

33
Allah SWT Maha Pencipta Perbuatan:
‫َواللّٰ ُه خَ َل َق ُك ۡم َو َما ت َۡع َملُ ۡو َن‬
Padahal Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
(QS. As-Saffat 37: 96)

Artinya: Allah yang menciptakan perbuatan manusia, manusia hanya memilih diantara
perbuatan itu. Dan ini tidak ada hubungannya bahwa Allah memaksa perbuatan
manusia baik maupun buruk.

Allah SWT juga Maha Beriradah:


‫َو َما تَشَ آٰ ُء ۡو َن اِلَّ ۤا اَ ۡن يَّشَ آٰ َء اللّٰ ُه َر ُّب ا ۡلعٰ َل ِم ۡي َن‬
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam. (QS. At-Takwir 81: 29)

Artinya: setiap kehendak manusia pasti dalam kehendak Allah. Dan ini tidak ada
hubungannya bahwa Allah memaksa perbuatan manusia baik maupun buruk.

Allah SWT juga Maha Mengetahui dan semua sudah tertulis dalam Lauhul
Mahfuzh:
‫َو ِع ۡن َد ٗه َمفَاتِ ُح ا ۡل َغ ۡيبِ َلا َي ۡع َل ُم َه ۤا اِلَّا ُه َوؕ َو َي ۡع َل ُم َما فِى ا ۡل َب ِّر َوا ۡل َب ۡح ِرؕ َو َما ت َۡسق ُُط ِم ۡن َّو َرقَ ٍة اِلَّا َي ۡع َل ُم َها‬
ٍ‫س اِلَّا فِ ۡى ِكت ٰبٍ ُّمبِ ۡين‬
ٍ ِ‫ض َو َلا َر ۡطبٍ َّو َلا َياب‬ ِ ‫َو َلا َح َّب ٍة فِ ۡى ظُلُ ٰم ِت ا ۡلاَ ۡر‬
Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain
Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun
yang gugur yang tidak diketahui-Nya, tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan
bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam
kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (QS. Al-An’am 6: 59)

Artinya: semua yang terjadi di dunia ini sudah diketahui Allah dan sudah ditulis di Lauh
Mahfuzh. Dan ini tidak ada hubungannya bahwa Allah memaksa perbuatan manusia
baik maupun buruk. Ilmu Allah adalah ilmu Allah, BUKAN PENYEBAB DARI SUATU
KEJADIAN, TERJADI ATAU TIDAK TERJADI.

34
Jadi Lauhul Mahfuzh adalah: “kitab induk” di sisi Allah yang berisi segala sesuatu
pengetahuan Allah.

Kita dapat mengetahui isi sebagian kecil Lauhul Mahfuzh bila:


a. Di-”bocorkan” oleh Allah melalui wahyu
b. Telah terjadi
Hikmah diberitahukan oleh Allah adanya Lauhul Mahfuzh kepada kita:
a. Agar kita sadar bahwa llmu Allah Sangat Luar Biasa dan tidak Terbatas
b. Agar kita tidak terlarut terhadap hal-hal yang sudah terjadi (baik yang
menyedihkan maupun yang menyenangkan) sehingga manusia tetap
memfokuskan perhatiannya untuk menyiapkan hal-hal yang akan datang.

Allah berfirman:
‫ض َو َلا فِ ۡۤى اَ ۡنف ُِس ُك ۡم اِلَّا فِ ۡى ِكت ٰبٍ ِّم ۡن قَ ۡب ِل ا َۡن نَّ ۡبـ َراَ َها اِ َّن ٰذ‬ِ ‫اب ِم ۡن ُّم ِص ۡي َب ٍة فِى ا ۡلاَ ۡر‬
َ ‫َم ۤا ا ََص‬
‫) لِّـ َك ۡي َلا تَ ۡا َس ۡوا َعل ٰى َما فَاتَ ُك ۡم َو َلا ت َۡف َر ُح ۡوا بِ َم ۤا اٰتٰٮ ُك ۡمؕ َواللّٰ ُه َلا‬٢٢( ‫لِ َك َع َلى اللّٰ ِه َي ِس ۡي ۚر‬
)٢٣( ِ‫يُ ِح ُّب ُك َّل ُم ۡخ َت ٍال فَخُ ۡور‬
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya
telah tertulis dalam Kitab (Lauḥ Maḥfūẓ) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh,
yang demikian itu mudah bagi Allah.
Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.
(QS. Al-Hadid 57: 22-23)

Qadar/taqdir adalah lafadz musytarak (memungkinkan mempunyai banyak arti)

Qadar/taqdir bisa berarti ilmu Allah yang tersimpan dalam Lauhul Mahfuzh.
Bila diartikan demikian berarti Qadar/Taqdir mustahil dapat berubah, karena
Maha suci Allah dari kesalahan ilmu.

Qadar bisa juga diartikan dengan ketetapan Allah.

35
Qadla: ketetapan Allah yang semata-mata ditetapkan Allah
Ketetapan
tanpa manusia mengetahui.
Allah
Contoh: Rizqi, Ajal, Musibah
Qadar: sifat yang ditetapkan Allah atas benda atau manusia
yang dapat diketahui manusia melalui pengamatan
berulang pada benda dan manusia
Contoh: sifat air yang akan mendidih pada suhu 100 derajat
Celcius

Manusia tidak mampu merubah Qadla maupun Qadar, manusia hanya mampu
memilih qadar yang ada dengan melakukan sababiyyah (penyebab) yang
memunculkannya, bukan merubahnya.
Contohnya: manusia tidak mampu merubah sifat air yang mendidih pada suhu 100ºc.
Bila tidak mau mendidih ya jangan dipanaskan.

Konsekuensi iman dalam masalah ini adalah:


1. Iman pada Taqdir/Qadar/llmu Allah/Lauhul Mahfuzh: Allah Maha Tahu sebelum
segala sesuatu terjadi, dan llmunya tidak akan pernah keliru.
2. Iman pada Qadla’: Allah semata-mata yang menetapkan sehingga bila Qadla’ itu:
a. Baik (di sisi manusia) = syukur dan taat
b. Buruk (di sisi manusia) = sabar dan taat
3. Iman pada Qadar: manusia maupun benda bukanlah yang memunculkan sifat tadi
tapi Allahlah yang menetapkan sifat. Sehingga:
a. Kita melakukan sababiyyah (sebab-sebab) sesuai qadar yang kita inginkan
b. Menggunakan Qadar untuk ketaatan pada Allah SWT

Kita mengharap Qadla dengan berdoa dan mengharap Qadar dengan memilih
(ikhtiyar) sehingga kita harus tetap berusaha dan berdoa.

Tawakal
Manusia iktiar memilih Qadar Allah
HASIL
Manusia doa meminta Qadha Allah
Yang dihisab adalah usaha kita dalam
berikhtiar dan doa. Bukan hasil

36
PERTEMUAN 10
‫الهداية والضلالة‬
Petunjuk dan Kesesatan

‫َم ۡن يَّ ۡه ِد اللّٰ ُه َف ُه َو ا ۡل ُم ۡه َت ِد ۚ َو َم ۡن يُّ ۡضلِ ۡل َف َل ۡن ت َِج َد لَ ٗه َو لِ ًّيا ُّم ۡر ِشدًا‬


Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang
penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (QS. Al-Kahf 18: 17)

Allah memberi petunjuk bisa berupa Qadla’ dan Qadar.


a. Qadar-Nya sudah ditetapkan Allah siapa yang mau maka dapat petunjuk, siapa
yang tidak mau tidak dapat (QS. Al-Kahf 18: 29)
b. Qadla’-Nya maka bagi yang berusaha dan berdoa dipermudah oleh-Nya (QS. Al
Fatihah 1: 6)

Sehingga penciptaan Petunjuk dan Kesesatan adalah dari Allah SWT tapi Allah telah
menetapkan sebab-akibat/ Qadar siapa yang mau sesat maka sesatlah dia (QS. Al-
Kahf 18:29)
‫َّولٰـ ِك ۡن يُّ ِض ُّل َم ۡن يَّشَ آٰ ُء َو َي ۡه ِد ۡى َم ۡن يَّشَ آٰ ُء َولَـتُ ۡســـَلُ َّن َع َّما ُك ۡنتُ ۡم ت َۡع َملُ ۡو َن‬
tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada
siapa yang Dia kehendaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah
kamu kerjakan. (QS. An-Nahl 16: 93)

Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya maksudnya adalah Allah


menyesatkan berdasarkan kehendak Allah yakni Qadar atau sebab-sebab yang telah
manusia munculkan untuk dirinya sendiri.
Jadi yang menciptakan petunjuk dan kesesatan adalah Allah namun manusia (dirinya
sendiri) yang menentukan. Peranan manusia lain hanyalah penyampai, Allah yang
mencipta dan memberi petunjuk berdasarkan sebab-sebab yang manusia munculkan
untuk dirinya. Dan Allah akan mempermudah (memberikan Qadla’) bagi yang
memunculkan sebab-sebab untuk mendapatkan petunjuk.

37
‫اِن ََّك َلا ت َۡه ِد ۡى َم ۡن اَ ۡح َب ۡب َت َولٰـ ِك َّن اللّٰ َه َي ۡه ِد ۡى َم ۡن َّيشَ آٰ ُءؕ َو ُه َو اَ ۡع َل ُم بِا ۡل ُم ۡه َت ِد ۡي َن‬
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang
yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia
kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk. (QS. Al Qasas 28: 56)

Konsekuensi Iman
Rukun iman bukan hanya untuk dihapal, namun rukun iman membentuk
pemahaman untuk apa kehidupan ini. Rukun iman membahas tentang visi
seorang manusia mengarungi kehidupannya. Dari visi itulah akan memberikan
pengaruh terhadap seluruh perkara di dunianya. Visi itulah yang dinamakan
aqidah.

Bila digambarkan dalam diagram maka visi hidup (aqidah) seorang muslim
adalah:
(perhatikan kata yang bergaris bawah, jadi harusnya rukun iman bukan dihafal
tapi membentuk visi kehidupan)

Sebelum Ada Setelah Dunia


Dunia
Dunia Lenyap
Allah ciptakan malaikat yang
mengurus urusan alam semesta Hari Qiyamat,
Manusia harus tunduk pada manusia
aturan Allah (kitab Allah) yang mempertangg
dicontohkan Nabi dan Rasul ungjawabkan
Allah Azali Semua taqdir kejadian ini telah amalnya
Tidak Pernah diketahui Allah dan ditulis di selama di
Tidak Ada Lauh Mahfuz dunia

Allah menetapkan Qadha dan Syurga dan


Qadar di dunia Neraka
Manusia di dunia beramal atas
Qadha dan Qadar tersebut Kekal

38
PERTEMUAN 11
‫المبدا‬
Ideologi

Seperti yang diterapkan pada bab sebelumnya, aqidah adalah visi kehidupan
manusia mengarungi dunia. Namun ada aqidah yang menyeluruh ada juga
yang tidak menyeluruh.

Pembagian aqidah menurut ruang lingkup aturannya ada 3 macam:


1. Aqidah Ruuhiyyah: hanya mengatur aktivitas manusia saat berhubungan dengan
Tuhan (hablumminallah). Contoh: agama Kristen, Katholik, Yahudi, Hindu, Budha.
2. Aqidah Siyasiyyah: hanya mengatur aktivitas manusia saat berhubungan dengan
manusia (hablumminannas). Contoh: kapitalis dan sosialis/ komunis
3. Aqidah Ruuhiyyah sekaligus Siyasiyyah: mengatur semua aktivitas manusia
baik ruuhiyyah maupun siyasiyyah. Contoh: Islam

Aqidah Siyasiyyah disebut juga Mabda’ (ideologi).


Mabda’ adalah aqidah yang memancarkan aturan (tata cara mengelola) kehidupan
manusia.

Perbandingan Mabda’
Islam Kapitalisme Sosialisme/Komunisme
Aqidah Sebelum: Allah Sekuler = Materialisme: Materi
Didunia: untuk memisahkan agama azali
taat pada dari kehidupan Dialektika
aturan Allah Sebelum: ada Tuhan materialisme: interaksi
Setelah: atau tidak tdk jadi 2 materi akan
dihisab atas masalah melahirkan materi baru
ketaatan di Setelah: ada akhirat yang lebih baik
dunia atau tidak tdk jadi Agama = candu,
masalah mengganggu
produktivitas bersama

39
Islam Kapitalisme Sosialisme/Komunisme
Dasar Larangan dan Manfaat Evolusi alat produksi
pembuatan perintah Allah (merupakan akal-
Aturan akalan Negara untuk
eksplotir rakyat)
Bentuk Bagai satu Individualis: menitik Sosialis: menitik
masyarakat tubuh: jamaah beratkan individu beratkan masyarakat
dan individu
diperhatikan
Negara 1. Sebagai Penjaga kebebasan Diktator, negara
pelaksana siapa yang bisa adalah yang
syariat menggaji mengarahkan
2. Pelayan kebijakan politik
umat ekonomi dengan dalih
evolusi
Adanya Sebagai dasar/ Percaya atau tidak Dilarang, agama
agama aqidah individu, silahkan yang adalah candu yang
(Islam) masyarakat penting tidak masuk mengganggu
ataupun negara ke pengaturan produktivitas
manusia dg manusia
Kebahagiaan Ridho Allah Materi dan Materi dan Kepuasan
Kepuasan Jasmani Jasmani
Pembuat Allah Manusia Manusia
aturan
Kepribadian Terikat dengan Bebas, pembatasnya Bebas, pembatasnya
individu syariat kebebasan orang produktivitas
lain masyarakat

Ikatan Masyarakat
Masyarakat bisa terbentuk karena ikatan, yakni: 1. lkatan tempat/ tanah air
2. lkatan keturunan
3. lkatan manfaat
4. lkatan agama ruhiyyah
5. lkatan mabda’/ ldeologi

40
lkatan yang mampu membuat masyarakat maju dan bangkit dalam mengelola
dunia adalah ikatan berupa ide bagaimana mengelola dunia ini, yakni ikatan
mabda’/ ideologi. Dan ikatan mabda’ yang benar adalah ikatan mabda’ Islam,
karena satu-satunya mabda’ yang benar adalah Islam.
Contoh:
Pendirian suatu negara berdasarkan bangsa maka pengikatnya adalah
bangsa. Bangsa bukanlah suatu kumpulan ide. Sehingga bila negara punya
masalah, akan sangat rentan diintervensi oleh negara lain yang memiliki ide
yang mantap (negara ideologis).

Pendirian suatu negara bisa berdasarkan ide yang masih sangat umum,
bahkan ide itu hanya harapan dan nilai, bukan ide pemecahan masalah.
Maka negara ini juga akan sangat rentan diintervensi oleh negara lain yang
memiliki ide yang lebih jelas/ mantap (negara ideologis).

Islam sesungguhnya kumpulan ide/ pemikiran yang mampu memecahkan


masalah. Namun ide Islam tidak dijadikan pengikat negara/ masyarakat.
Kaum muslim sekarang terpuruk karena negara mereka berdiri tidak dengan
dasar Islam (yakni negara yang berdiri karena perintah Allah, melaksanakan
hukum Allah, menyebarkan dakwah dan kemakmuran ke seluruh dunia karena
perintah Allah). Negara ideologis itu adalah Daulah Khilafah yang harus kita
perjuangkan.

41
Maraji’ / Sumber Rujukan SIE 1

Al-Qur’an al-Karim
Abdullah, Muhammad Hussein, Mafahim Islamiyah: Ar-Ruh, Al-ldrak AI-Gharaiz
Al-Amal, As-Syakhshiyah, Dar AI-Bayariq, Beirut: 1994.
Abdurrahman, Hafidz, Islam, Politik dan Spiritual, Lisan Al-Haq, Singapura:
1998.
An-Nabhani, As-Syeikh Taqiyyuddin, AI-Mafahim, Maktabah AI-Wa’ie, Beirut:
1953.
An-Nabhani, As-Syeikh Taqiyyuddin, As-Syakhshiyah Al-Islamiyah, Dar Al-
Ummah, Beirut: 1953.
An-Nabhani, As-Syeikh Taqiyyuddin, At-Tafkir, Maktabah AI-Wa’ie, Beirut:
1973.
An-Nabhani, As-Syeikh Taqiyyuddin, Nizamul Islam, Maktabah AI-Wa’ie, Beirut
1953.
An-Nabhani, Taqiyyudin, Sur’atul Badihah (Panduan Berfikir Cepat dan
Produktif), Al Azhar Press, Bogor: 2006.
Khalil, ‘Atha bin, Taisir al-Wushul ila al-Ushul, Dar AI-Ummah, Beirut: 2000.

42
STUDI ISLAM EFEKTIF 2

DASAR-DASAR
HUKUM SYARA’
20 JAM PERTAMA
11 PERTEMUAN @2 JAM

OLEH:
H. ANAS ABDUL KARIEM, S.TP., M.Pd.I

43
44
PERTEMUAN 01
‫الحكم الشرعي‬
Hukum Syara’

Hukum syara’: seruan pembuat hukum (Asy Syari’) yang berkaitan dengan
perbuatan seorang hamba.
Hukum asal: hukum dasar sebelum datangnya kondisi lain yang dapat
mengubah hukum dari hukum dasar tersebut.
a. Hukum asal perbuatan: terikat dengan hukum syara’ tentang
perbuatan tersebut
b. Hukum asal benda: mubah/halal sebelum ada dalil yang
mengharamkan.

Hukum syara’ tentang perbuatan:


Jenis
Qarinah/ Indikasi Hukum
Khitab/ Seruan
Tegas/ jazm Wajib
Perintah
Tidak Tegas/ ghairu jazm Sunnah/ Mandub
Pilihan - Mubah
Tidak Tegas/ ghairu jazm Makruh
Larangan
Tegas/ jazm Haram

Contoh:
ِّ ‫ُكتِ َب َع َل ۡي ُک ُم‬
‫الص َيا ُم‬
Diwajibkan atas kamu berpuasa (QS. Al-Baqarah 2: 183)
‫َان َم ِرۡي ًضا اَ ۡو َعلٰى َس َف ٍر َف ِعدَّة ِّم ۡن اَيَّا ٍم اُخَ َر‬
َ ‫َو َم ۡن ک‬
Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib
menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain.
(QS. Al-Baqarah 2: 185)

45
‫َو ِم َن الَّ ۡي ِل َف َت َه َّجدۡ بِه نَافِ َل ًة لَّ َك‬
Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah)
tambahan bagimu (QS. Al-Isra 17: 79)
ِ ‫َان ف‬
‫َاحشَ ًة َو َسآٰ َء َسبِ ۡي ًلا‬ َ ‫َو َلا ت َۡق َربُوا ال ِّزنٰٰٓى اِنَّ ٗه ك‬
Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan
keji, dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra 17: 32)

Hukum syara’ tentang benda:


Dalil yang mengharamkan Hukum Benda
Ada Haram
Tidak Ada Halal/ Mubah

‫ا ُِحلَّ ۡت لَـك ُۡم َب ِه ۡي َم ُة ا ۡلاَ ۡن َعا ِم اِلَّا َما يُ ۡتلٰى َع َل ۡيك ُۡم‬
Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu (QS.
Al-Ma’idah 5: 1)

Syubhat
Syubhat: kondisi yang tidak jelas antara halal dan haram
Syubhat bukan hukum, syubhat harus dihukumi.

Jenis syubhat ada 3.


Jenis syubhat Hukum Contoh
Tidak ada khabar/ fakta Haram Makan daging di daerah mayoritas Hindu.
yang menghalalkan, baik Tanpa bertanya kehalalannya
hukum maupun fakta
Sesuatu yang dekat Makruh Menjadi pramuniaga toko yang barangnya
(sangat beresiko) jatuh ada beberapa yang haram, memakai
pada yang haram penutup aurat yang mudah tersingkap, dsb.
Sesuatu yang dapat Makruh Bergandengan tangan dengan adik di
mengundang fitnah depan orang yang tidak tahu, mirip berjudi
(orang lain menyangka padahal tidak, memakai jilbab yang seperti
maksiyat) bukan jilbab, dsb.

46
PERTEMUAN 02

Pelaksanaan Syari’at & Pengemban Dakwah

‫اللّٰه‬
Manusia
Individu: Masyarakat/ Jama’ah: Negara:
Manusia secara pribadi Kumpulan manusia Masyarakat yang benar-
yang mempunyai secara kolektif yang benar rill, tidak ada seikitpun
pemikiran, mempunyai ikatan aspek ketergantungan
kecenderungan dan pemikiran, perasaan dengan masyarakat lain,
prilaku. dan aturan yang sama. memiliki sistem tertentu,
kekuasaan dan keamanan
Hukum syara’ yang Hukum syara’ yang yang mandiri, tidak
dibebankan pada dibebankan pada tergantung pada sistem dan
individu adalah hukum jama’ah adalah hukum keamanan masyarakat lain.
syara’ yang berkaitan syara’ yang dibebankan
dengan individu yang pada beberapa individu Hukum syara’ yang
tetap dapat terlaksana yang hanya bisa dibebankan pada negara
walau belum ada terlaksana bila ada adalah hukum syara’ yang
organisasi yang sekumpulan individu dibebankan pada
bernama masyarakat. yang diikat oleh masyarakat yang hanya bisa
Hukum syara’ ini tetap pemikiran, perasaan terlaksana bila ada negara
dapat dijalankan meski dan peraturan yang yakni masyarakat yang
orang lain tidak ada sama. mempunyai sistem dan
yang mempunyai keamanan yang mandiri.
pemikiran dan perasaan Contoh: sholat jamaah,
yang sama. sholat jum’at, dakwah Contoh: pelaksanaan
secara jamaah, dsb. ekonomi Islam, pelaksanaan
Contoh: sholat, puasa, sistem sanksi dalam Islam,
zakat, haji, Pelaksanaan sistem
berkerudung, dsb. Pendidikan Islam, dsb
Tanpa ketiganya pelaksanaan Islam tidak akan sempurna. Ketiganya akan
membentuk hubungan saling mempengaruhi.

47
Masyarakat mengontrol negara Individu mengontrol negara
Negara
Negara menerapkan Negara menerapkan
sistem pada sistem pada
masyarakat individu
Masyarakat/ Individu
Jama’ah/
Masyarakat
Organisasi
mengontrol individu
Individu membentuk
masyarakat

Dakwah
ِ ‫َواتَّق ُۡوا فِ ۡت َن ًة لَّا ت ُِص ۡي َب َّن الَّ ِذ ۡي َن َظ َل ُم ۡوا ِم ۡن ُك ۡم خَ ا َّٰٓص ًة ۚ َو ۡاع َل ُم ۡۤوا اَ َّن اللّٰ َه شَ ِد ۡي ُد ا ۡل ِعق‬
‫َاب‬
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras
siksaan-Nya. (QS. Al-Anfal 8: 25)
‫َم ْن َراَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكراً َف ْل ُي َغيِّ ْر ُه بِ َي ِد ِه فَا ِْن لَ ْم َيس َت ِط ْع َفبِلِ َسانِ ِه فَا ِْن لَ ْم َيس َت ِط ْع َفبِ َق ْلبِ ِه َو َذلِ َك‬
‫اَضْ َع ُف ِالا ْي َم ِان‬
“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka ubahlah
dengan tangan, maka bila tidak mampu maka ubahlah dengan lisan, dan
bila tidak mampu maka ubahlah dengan hati, dan itu adalah selemah-lemah
iman” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At Turmudzi, An Nasai, Ibnu
Majah dari Abi Said Al Khudri.)
Mengubah dengan tangan: dengan kekuasaan yakni dengan sistem yang
diterapkan (oleh negara).

48
Thoriqoh (metode) Wajib merupakan hukum syara’
Uslub (cara teknis) Mubah disesuaikan dengan kondisi selama tidak
melanggar hukum syara
Negara adalah thariqah dalam dakwah Islam bukan sekedar uslub. Kita lihat
seluruh ulama sepakat untuk mendirikan negara khilafah Islam. Sehingga
mendirikan negara berdasarkan Islam adalah wajib.
Namun, saat khilafah Islam tidak ada, tahapan menuju khilafah harus
menempuh thariqah yang benar. Marhalah/ tahapan dakwah untuk mendirikan
masyarakat Islam/ negara Khilafah ada 3:
Individu Jama’ah/Organisasi Negara
Mengajak individu lain Mengajak individu dan Menerapkan sistem
untuk terikat dan masyarakat untuk terikat Islam ke dalam negeri
berjuang untuk Islam dan berjuang untuk Islam

Membentuk atau Mengajak masyarakat Mengembangkan Islam


mencari untuk membentuk Negara ke luar negeri
jamaah/organisasi yang berdasarkan Islam
berjuang untuk Islam

Tatsqif Tafa’ul Ma’al Ummah Tathbiqul Ahkam


Pembinaan Kontak Masyarakat Penerapan Hukum

Pembinaan individu Shiro’ul Fikr Menerapkan Hukum


sehingga terikat dengan Pergolakan Pemikiran Islam ke dalam negeri
Islam dan mau berjuang Kifah Siyasi
Perjuangan Politik* Mengembangkan Islam
Target: terbentuknya Thalabun Nushroh ke luar negeri
jama’ah atau organisasi Mencari Pendukung
solid

Rosul memilih orang- Rosul berkeliling bersama Rosul mendirikan


orang terdekat beliau shahabat di Makkah, berdiri Negara di Madinah,
dan digembleng di di bukit, mengumumkan menerapkan Islam ke
rumah Arqam bin Abil perkara Islam di tengah dalam negeri dan
Arqam dalam halaqah- rombongan haji, berdakwah dan berjihad
halaqah mengontak penguasa ke luar negeri

49
Politik dalam Islam adalah aktivitas mengurusi urusan masyarakat/umat
Contoh thoriqoh yang tidak tepat: mengangkat senjata untuk menumbangkan
pemerintahan, kelompok dakwah ramai-ramai merusak tempat
maksiyat, dsb.
Contoh uslub yang tidak boleh dilakukan (haram): masiroh mengumpulkan
orang dengan dangdut dan joget bersama.

50
PERTEMUAN 03
‫حكم الضرار‬
Hukum Dharar

Dharar artinya bahaya. Secara istilah adalah kondisi mengancam nyawa diri
atau orang lain.
Dalam kondisi dharar hukum-hukum asal akan berubah.

Contoh memakan bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih
dengan menyebut selain Allah dalam kondisi terpaksa.
‫اِنَّ َما َح َّر َم َع َل ۡي ُك ُم ا ۡل َم ۡي َت َة َو ال َّد َم َولَ ۡح َم ا ۡل ِخ ۡن ِزۡي ِر َو َم ۤا اُ ِه َّل لِ َغ ۡي ِر اللّٰ ِه بِه ۚؕ َف َمنِ ۡاض ُط َّر َغ ۡي َر َبا ٍغ‬
‫َّو َلا َعا ٍد َف ِا َّن اللّٰ َه َغف ُۡور َّر ِح ۡيم‬
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai,
darah, daging babi dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama)
selain Allah, tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya) bukan karena
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. An-Nahl 16: 106)

Juga menucapkan kalimat kufur dalam keadaan dharar:


‫َم ۡن َك َف َر بِاللّٰ ِه ِم ٍۡۢن َب ۡع ِد اِ ۡي َمانِ ۤه اِلَّا َم ۡن اُكۡ ِر َه َو َق ۡل ُب ٗه ُم ۡط َمٮ ٍۢ ٌِّن بِا ۡل ِا ۡي َم ِان َولٰـ ِك ۡن َّم ۡن شَ َر َح بِا ۡل ُك ۡف ِر‬
‫َصدۡ ًرا َف َع َل ۡي ِه ۡم غ ََضب ِّم َن اللّٰ ِه ۚؕ َولَ ُه ۡم َع َذاب َع ِظ ۡيم‬
Barang siapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan
Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam
beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk
kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat
azab yang besar. (QS. An-Nahl 16: 106)

51
Namun peristiwa yang mengancam nyawa tidak semua dharar. Klasifikasinya
adalah sebagai berikut:

Menimpa Sbg konsekuensilogis perintah syara’: hukum tetap (bukan


diri dharar)
Contoh: jihad, puasa bikin lapar
bukan sbg konsekuensi perintah syara’

Mendatangkan kematian: hukum berubah (dharar)


Contoh: minum baygon, tiada makanan kec. Daging babi
Peristiwa melukai Tidak sampai mendatangkan kematian: hukum tetap
(bukan dharar)
Contoh: puasa bikin pusing, lemas, pakai kerudung jadi
tidak diterima kerja

sbg konsekuensilogis perintah syara’: hukum tetap (bukan


Menimpa
dharar)
orang lain
Contoh: potong tangan, rajam, jihad
bukan sbg konsekuensi perintah syara’

Mendatangkan kematian: hukum berubah (dharar)


Contoh: membantu bunuh diri, diancam ibunya akan
dibunuh bila tidak mengucapkan kata-kata kufur
Tidak sampai mendatangkan kematian

Ridho: hukum tetap


Contoh: Latihan karate
Tidak ridho: hukum berubah (haram)
Contoh: merokok di angkot membuat orang
lain tidak ridho

52
PERTEMUAN 04
‫القران‬
Al-Qur’an

Jenis wahyu:
a. Wahyu yang bersifat lafadziyyah: Al-Qur’an
b. Wahyu yang bersifat maknawiyah: Al-Hadits

‫القرآن‬ ‫قطعى‬ ‫ثبت‬


‫الحديث المتواتر‬

‫الحديث االحد‬ ‫ظنى‬

‫قطعى‬ ‫داللة‬
‫ظنى‬

Perkara Aqidah yang menentukan seseorang menjadi iman atau kafir hanya
boleh didapatkan dari perkara yang sumber dan penunjukannya Qath’i/
Meyakinkan, yakni dari 2 nash saja: Al Qur’an dan Hadits Mutawatir.

Haram mengkafirkan seseorang hanya gara-gara perkara yang dzon.


Sementara cabang aqidah maupun hukum syara’ yang tidak menyebabkan/
menentukan seseorang iman atau kafir bisa didalilkan dari selain keduanya.

Dengan demikian sumber hukum Islam yang penetapannya qath’i ada 4 dan
semuanya adalah wahyu:
1. Al Quran (Lafdzi)
2. As Sunnah (Maknawi)
3. Ijma’ Shahabat (Maknawi)
4. Qiyas Syar’i (Maknawi)

53
‫القران‬
Definisi: Wahyu/ Kalam Allah SWT yang diturunkan oleh Malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad SAW yang bersifat lafdziyah yang diriwayatkan
secara mutawatir.

‫منطوق‬ Tekstual

‫معنى‬ ‫مخالفة‬ Mafhum yang berkebalikan

‫مفهوم‬ ‫موافقة‬ yaitu beriringan setara


berlebihan
Syarat penggunakan mafhum:
1. Menggunakan qorinah bahasa secara rasional
2. Tidak bertentangan dalil lain

Contoh:
‫اِنَّ َما َح َّر َم َع َل ۡي ُک ُم ا ۡل َم ۡي َت َة‬
Sesungguhnya Allah mengharamkan bagimu bangkai…
(QS. Al-Baqarah: 173)
1. MANTHUQ: Allah mengharamkan bangkai
2. MAFHUM MUKHALAFAH: Allah menghalalkan selain bangkai
3. MAFHUM MUWAFAQAH YANG SETARA: Allah mengharamkan
potongan anggota badan hewan hidup (karena dia serupa bangkai)
4. MAFHUM MUWAFAQAH YANG BERLEBIHAN: Allah mengharamkan
bangkai babi

Mafhum mukhalafah nomor dua di atas tidak boleh diterima karena


bertentangan dengan dalil lainnya (tidak semua yang bukan bangkai halal:
contoh daging babi yang disembelih adalah bukan bangkai tapi tetap haram)

Dengan cara yang sama bukalah: QS. 17:32, QS. 24:60, QS. 24:33, QS. 17:31

54
Pembagian ayat menurut dilalahnya:
‫داللة‬ ‫قطعى‬ ‫محكمات‬
‫ظنى‬ ‫متشابهات‬

Penjelasan ‫تفسير‬ dengan qorinah


Al Quran ‫تاويل‬ Tanpa qorinah (tdk nyambung/ tautan salah)

Qarinah penafsiran Al-Qur’an:


1. Ayat/ hadits yang menjelaskan langsung. Contoh:
‫ٮك َما ا ۡل ُح َط َم ُة نَا ُر اللّٰ ِه ا ۡل ُم ۡو َق َد ُة‬
َ ‫َو َم ۤا اَ ۡد ٰر‬
Dan tahukah kamu apakah (neraka) Hutamah itu? (Yaitu) api (yang
disediakan) Allah yang dinyalakan, (QS. Al-Humazah 104: 5-6)
2. Ayat/ hadits yang dihubungkan oleh akal karena persamaan konteks
‫ۤيٰـاَيُّ َها النَّبِ ُّى قُ ْل لِّاَ ۡز َو ِاج َك َو َبنٰتِ َك َو نِ َسآٰ ِء ا ۡل ُمؤۡ ِمنِ ۡي َن يُدۡ نِ ۡي َن َع َل ۡي ِه َّن ِم ۡن َج َلابِ ۡيبِ ِه َّن‬
Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka”. (QS. Al-Ahzab 33: 59)
‫س َع َل ۡي ِه َّن ُج َناح اَ ۡن يَّ َض ۡع َن ثِ َيا َب ُه َّن‬ ً ‫َوا ۡلـ َق َوا ِع ُد ِم َن النِّ َسآٰ ِء الّٰتِ ۡى َلا َي ۡر ُج ۡو َن نِ َك‬
َ ‫احا َف َل ۡي‬
Dan para perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung)
yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan
pakaian (luar) mereka (QS. An-Nur 24: 60)
Jadi pakaian disni adalah jilbab
3. Akal dengan petunjuk Bahasa Arab saat Al-Qur’an turun
‫ِمن َج َلبِيبِ ِه َّن‬
Jilbab adalah baju longgar yang lurus seperti terowongan (penjelasan jilbab
menurut Bahasa Arab saat Al-Qur’an turun)

55
Tiga kelompok ta’wil:
Kelompok Contoh
No. Sikap
Ta’wil Ayat Ta’wil
Allah yang mengutus
Hubungan Ditolerir
malaikat Jibril untuk
1
salah meski (masih ‫ا ٓل ٓم‬ menyampaikan Al
pernyataan dianggap (QS. Al-Baqarah: 1) Qur’an pada
benar Islami)
Muhammad saw.
Hubungan Yadullah maghlullah:
salah dan
pernyataan
Ditolerir
(masih
‫ت ۡال َي ُه ۡو ُد َي ُد‬
ِ َ‫َوقَال‬ artinya Allah benar-
benar punya tangan
2
tidak bisa dianggap ‫ّٰللا َم ۡغلُ ۡولَة‬
ِ‫ه‬ yang terbelenggu
dibuktikan Islami) (QS. Al-Maidah: 64) bukan diartikan Allah
benar-salahnya pelit/ kikir
Haram
An-Nur: 31 Jadi tidak harus
bila
Kerudung menutup berkerudung, yang
Hubungan berkaitan
dada… penting dada tertutup
salah dan syariat
3
pernyataan Murtad ‫اسۡ ُم ۤٗه ا َحۡ َم ُد‬ Ahmad adalah Mirza
salah bila …namanya Ghulam Ahmad (takwil
berkaitan Ahmad… kelompok sesat
aqidah (QS. Ash-Shaff: 6) Ahmadiyah)

56
PERTEMUAN 05
‫الحديث‬
Al-Hadits

‫مندوب ≠ السنة‬

Secara Bahasa hadits artinya adalah cerita tentang peristiwa. Hadits disebut
juga As-Sunnah yang artinya jalan yang ditempuh.
Tapi jangan salah dengan sunnah dalam arti hukum (mandub/nafilah).
Di dalam Hadits terdapat semua hukum perbuatan, tidak hanya hukum sunnah.

‫السنة‬ ‫ مندوب‬: salah satu hukum Islam (perintah yang tidak jazm)
‫ الحديث‬: salah satu sumber hukum Islam

Pembagian Hadits
a. Menurut dzat yang diceritakan (dilihat dari isi/ matan)
1. ‫ → الحديث القدسي‬Ucapan Nabi SAW tentang ucapan/ perbuatan ‫للا‬
Contoh:
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW berkata: “Allah ta’ala
berfirman: Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku.”
2. ‫الحديث النبوي‬
‫سنة قوليه‬ Ucapan Nabi saw
‫سنة فعليه‬ Perbuatan Nabi saw
Diam/ ketetapan Nabi saw atas
‫سنة تقريريه‬ perbuatan shahabat
Contoh:
Hadits Qauliyah:
‫خَ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ا ْل ُق ْرا َٰٓن َو َعلَّ َم ُه‬
“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Qur’an dan
mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Bukhari)

57
Hadits Fi’liyah:
ُ ‫ كان رسولُ الل ِه يُصلِّي على راحلتِه‬:‫عن جاب ٍر َر ِض َي الل ُه َع ْنه قال‬
‫حيث‬
‫هت فاذا اراد الفريض َة ن َزلَ فاستقب َل ال ِقبل َة‬
ْ ‫تو َّج‬
“Dari Jabir berkata, bahwasanya Rasulullah pernah shalat di atas
tunggangannya, kemana saja tunggannya itu menghadap. Apabila
beliau hendak (melaksanakan shalat) fardhu, ia turun dan
menghadap ke kiblat.” (HR. Bukhari-Muslim)

Hadits Taqririyah:
“Dari Abu Sa’ad al-Khudriyi berkata: “Dua orang laki-laki pergi
melakukan perjalanan. Ketika sampai waktu shalat, keduanya tidak
mendapatkan air. Mereka (berdua) bertayamum dengan debu yang
bersih, lalu keduanya mendirikan shalat. Setelah itu mereka
menemukan air. Salah seorang dari keduanya berwudhu dan
mengulangi shalatnya, sedangkan yang lain tidak. Lalu keduanya
datang menghadap Rasulullah dan menceritakannya. Kepada yang
tidak mengulangi shalat, Rasulullah bersabda: “Engkau mendapatkan
pahala dua kali” (HR. Abu Dawud)

3. ‫ → الحديث الموقوف‬Ucapan, perilaku dan diamnya sahabat


Contoh: Dari Zuhri, bahwa Atikah binti Zaid bin Amr bin Nufail jadi
hamba Umar bin Al Khattab adalah Atikah pernah turut shalat dalam
masjid. Maka Umar berkata kepadanya: demi Allah engkau sudah
tahu, bahwa aku tidak suka perbuatan ini. Atikah berkata: Demi Allah
aku tidak mau berhenti sebelum engkau melarang aku. Akhirnya
Umar berkata: aku tidak mau melarangmu.

4. ‫ → الحديث المقطوع‬Ucapan dan perilaku tabi’in


Contoh: Dari Qatadah, ia berkata: adalah Sa’id bin Musaiyib pernah
shalat dua rakaat sesudah ashar. (Sa’id bin Musayaib adalah seorang
tabi’in)

58
b. Menurut kuantitas/ jumlah periwayat (dilihat jumlah rawinya)

‫الحديث‬ ‫متواتر‬
‫مشهور‬ Rawinya banyak tapi tidak mutawatir
‫احد‬ ‫عزيز‬ Rawinya dua orang
‫غريب‬ Rawinya satu orang

‫متواتر‬ ‫معنوي‬ Mutawatir hanya maknanya saja


‫لفظي‬ Mutawatir lafadznya
Contoh hadits mutawatir makna:
Hadits tentang jumlah raka’at shalat wajib, hadits tentang akan
datangnya khilafah kembali, hadits tentang mengangkat tangan ketika
berdoa, dsb.
Contoh hadits mutawatir lafadz:
‫َم ْن ك ََذ َب َع َل َّى ُم َت َع ِّمدًا َف ْل َي َت َب َّواْ َم ْق َع َد ُه ِم َن النَّا ِر‬
Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka
hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka

c. Menurut kualitas/ mutu (dilihat rawi, sanad, dan matan/isinya)

‫الحديث‬ ‫متواتر‬
‫صحيح‬
‫احد‬ ‫حسن‬
‫ضعيف‬

Jenis Rawi Sanad Matan Status


Adil, Wara,
‫صحيح‬ Dhabit
Tersambung Tidak Janggal Diterima
‫حسن‬ Adil Tersambung Tidak Janggal Diterima
‫ضعيف‬ Tdk Adil Terputus Janggal Ditolak

59
Para imam pentakhrij hadits (pengecek keabsahan hadits) bermunculan
seperti:
Imam Malik (712 – 798), Imam Abu Dawud (817 – 889),
Imam Asy Syafi’i (767 – 820), Imam Turmudzi (824 – 892),
Imam Hanbali (780 – 855), Imam An Nasa’iy (839 – 915),
Imam Bukhary (810 – 870), Imam Ibnu Majah (824 – 887),
Imam Muslim (820 – 875),
Mereka semua hadir sekitar tahun 750 – 915 M, yakni sekitar masa tabi’in
hingga pasca tabiut tabi’in.

Di zaman Nabi saw, hadist tidak pernah ditulis agar tidak tercampur
dengan Al Qur’an.

Pendorong pentakhrijan hadist di masa pasca tabi’ut tabi’in:


a. Mulai banyak pemalsuan hadist
b. Masyarakat mulai banyak yang tidak mampu mentakhrij hadist
c. Agar hadits palsu tidak beredar dan tidak diamalkan
d. Agar hadist yang shohih tidak diragukan untuk diamalkan

Periwayatan hanya sampai tabi’ut tabi’in karena:


a. Masih dapat dilacak sifat-sifat perawi, karena generasi yang masih
dekat
b. Masyarakat Islam belum banyak sehingga masih memungkinkan
dilacak

60
PERTEMUAN 06
‫اِتَّ َب َع برسول اللّه‬
Meneladani Rasulullah SAW

Kema’shuman Rasul
Ma’shum: terjaga dari berbuat maksiat
Dalil: Aqli : bila tidak, maka seluruh risalah akan meragukan
Naqli : QS An-Najm: 3-4, QS Al-Kahfi: 110
Rasul disangka maksiat oleh orang karena:
1. Syari’at belum turun
2. ‫خلاف الاولى‬: Tidak melakukan hal mubah yang utama

Ucapan & Perilaku


Rasulullah saw
Merupakan Hukum Syara’ Bukan Merupakan Hukum
(Ghairu Jibiliyah) Syara’ (Jibiliyah)

Dlm kondisi ini Rasul saw Dalam kondisi ini tidak harus
sebagai uswatun hasanah mencontoh Rasul

Muncul dari sisi manusia beliau saw


Muncul dari sisi kerasulan beliau saw
Tetap dituntun wahyu tentang ke
Semua dituntun wahyu, bukan hasil
mubahannya
ijtihad
Memungkinkan adanya khilaful aula (bukan
(Rasul saw bukan mujtahid)
maksiyat)

Akan Cara: boleh sama boleh


Cara: terikat dengan Niat yang
menjadi pula berbeda, tapi tidak
hukum syara’ sesuai baik tetap
ibadah bila boleh mengada-ada
khithab dan qarinah dapat
niatnya dengan menganggapnya
yang ada pahala
ibadah selain mubah

61
PERTEMUAN 07
‫الصحابة اجماع‬
Ijma’ Shahabat

Shahabat orang yang hidup di zaman Rasul dan merealisasikan makna


persahabatan dengan Rasul
Ijma kesepakatan
Shahabat bukan Asy Syari’ mungkin bermaksiat namun ijma’nya ma’shum
(mustahil seluruh shahabat sepakat
bermaksiat)
Zaman shahabat memungkinkan ijma’ sebab:
Shahabat berkumpul pada satu wilayah sempit yang
memungkinkan mereka berkumpul dan mengamati satu
sama lain.

Sebab dijadikan sumber:


1. Didikan Rasul yang melihat beliau langsung
2. ljma’nya ma’shum
3. Dipuji Allah dan Rasul
4. ljma’ shahabat menggambarkan Rosulullah saw

Jadi Ijma’ Shahabat merupakan Hadits Nabi yang tidak teriwayatkan namun
langsung dilaksanakan shahabat secara ijma’/kompak

‫اجماع‬ ‫سكتى‬ : dengan cara mendiamkan perkara yang diketahui

‫قولي‬ : dengan cara berbicara / musyawarah

62
PERTEMUAN 08
‫قياس شرعي‬
Qiyas yang Syar’i

Qiyas adalah menyamakan hukum-hukum hal yang berbeda karena persamaan


’illat yang syar’i

Haru diketahui:

Sababul Hukmi : Sebab yang menunjukkan saat pelaksanaan suatu hukum


Hikmah Syar’i : Penjelasan Allah tentang sesuatu yang didapatkan atas
pelasanaan hukum syara’
Syarat : sesuatu yang harus dipenuhi/dilakukan sebelum
pelaksanaan suatu hukum
Illat syar’i : penjelasan Allah tentang sebab-sebab yang memunculkan
hukum syara’
Illat tidak terdapat pada hukum sesuatu yang tidak berkembang (aqidah,
ibadah, benda, akhlak) dan memungkinkan ada pada hal yang berkembang
(muamalat dan uqubat)
Jenis ‘illat ‫عقالية‬ Memakai akal, mengada-ada, tidak boleh

‫شرعية‬ Memakai qorinah pada teks (ingat: manthuq dan


mafhum)
Jenis-jenis ‘illat syar’iyah:
: ‘illatnya ada, huruf illatnya jelas secara manthuq
1. ‫صراحة‬
ditandai dengan adanya, ‫ بان‬,‫ من اجل‬,‫لكى‬
Contoh :
‫ َحتَّى تَخْ َتلِ ُطوا بِالنَّاسِ; ِم ْن اَ ْج ِل اَ َّن‬،ِ‫ون ا ْلآٰخَ ر‬ َ ‫اجى ا ْث َن ِان ُد‬
َ ‫ َف َلا َي َت َن‬،‫اِذَا ُك ْنتُ ْم ثَ َلاثَ ًة‬
‫َذلِ َك ُي ْح ِزنُ ُه‬

63
Jika kalian bertiga, maka janganlah berbisik-bisik berduaan sementara
yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bergaul dengan manusia.
Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.”
(HR. Bukhari)
: segala sesuatu (tidak hanya berbisik) yang akan
Jadi
membuat sedih tidak boleh dilakukan
2. ‫دلالة‬ : ‘illatnya ada, namun tidak dihubungkan dengan huruf
illat yang jelas.
Contoh :
ِ ‫َواَ ِعد ُّۡوا لَ ُه ۡم َّما ۡاس َت َط ۡع ُت ۡم ِّم ۡن قُ َّو ٍة َّو ِم ۡن ِّر َب‬
‫اط ا ۡلخَ ـ ۡي ِل ت ُۡر ِه ُب ۡو َن بِه َع ُد َّو اللّٰ ِه َو َع ُد َّو ُك ۡم‬
Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi
mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda
yang dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu
(QS. Al-Anfal 8: 60)
: apa saja (tidak hanya kuda yang ditambatkan) yang akan
Jadi menggentarkan musuh Allah dan musuh kaum muslimin
harus dilakukan
3. ‫استنباط‬ : Huruf illatnya tidak nampak, ‘illatnya juga tidak
nampak pada nash (teks) namun ‘illatnya bisa didapat
dengan cara menggali dan membandingkan dengan
nash-nash yang lain.
Contoh :
‫اَ ْل ُم ْسلِ ُم ْو َن شُ َركَا ُء في ث َلا ٍَث فِي ا ْل َك َل ِا َوا ْلماَ ِء َوال َّنار‬
Kaum muslim itu berserikat (memiliki bersama) dalam tiga perkara yaitu
padang rumput, air dan api. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Hadits tadi sepertinya tidak ber-‘illat. Bila tidak ber-‘illat maka secara
mutlak tidak boleh memiliki air (sumber air), padang rumput dan api
apapun sebabnya.
Namun dalam hadits-hadits shohih lain didapati bahwa Rasulullah saw
membolehkan memiliki air sebagai pribadi seperti di daerah Thaif dan
Khaibar.

64
Dengan membandingkan dan menggali dua hadits tadi ditarik suatu
kesimpulan sifat dari air yang dilarang adalah air yang dibutuhkan oleh
masyarakat, yang tanpa air itu kebutuhan masyarakat akan terbengkalai.
: apa saja (tidak hanya air) yang bersifat dibutuhkan oleh
Jadi
seluruh lapisan masyarakat akan menjadi milik umum.
: ‘illat yang didapat dengan mengqiyaskan ‘illat yang
4. ‫قياس‬
sudah ada.
Contoh :
‫من كسر شيئا فهو له وعليه مثله‬
Siapa saja yang memecahkan benda maka benda itu miliknya dan
wajib mengganti dengan benda yang sama (HR. Ibnu Majah,
Daruquthni, Abu Ya’la)
Pertama : Seseorang akan memiliki suatu benda dan wajib
mengganti yang serupa itu karena memecahkan benda.
Illat ini didapat dari ‘illat dilalah.
Kedua : Dari ‘illat yang sudah ada ini kemudian dikembangkan lagi
dengan meng-qiyaskan apa saja yang sama dengan
memecahkan benda. Maka didapat ‘illat-‘illat qiyas seperti
merubah bentuk benda, menghilangkan benda,
melunturkan benda dan lain-lain.
Jadi : Seorang akan memiliki suatu benda dan wajib mengganti
yang serupa itu bukan hanya karena memecahkan benda
tapi termasuk karena merubah bentuk benda,
menghilangkan benda, melunturkan benda, dsb.

Kesimpulan
‘illat ‘illat menggambarkan
Al- Qur’an Al-Hadits

Qiyas Ijma’ Shahabat

Hukum terhadap berbagai masalah

65
PERTEMUAN 09
‫اثبات الحكم اشرعي الشبحة‬
Sumber Hukum Islam Spekulatif

Sumber hukum Islam spekulatif adalah sumber yang tidak tepat dijadikan
sumber hukum Islam karena masih memungkinkan salah dan diperdebatkan
ulama tentang keakuratannya. Namun sumber-sumber ini termasuk pendapat
Islami walaupun dalil-dalilnya lemah. Sehingga kita akan dapati bahwa para
ulama menggunakannya dengan syarat yang banyak.

Dalil-dalil yang diperselisihkan pemakaiannya ada enam: al-lstihsan, al-


Maslahah Mursalaha, al-lhtishhab, al-Urf, Madzhab Shahabi, dan Syaru Man
Qablana.

Al-lstihsan
Istihsan ialah penetapan hukum dari seorang mujtahid terhadap suatu
masalah yang menyimpang dari ketentuan hukum yang ditetapkan pada
masalah-masalah serupa karena ada alasan yang lebih kuat yang
menghendaki dilakukannya penyimpangan itu. lstihsan dipakai oleh Imam
Malik dan Imam Abu Hanifah. Namun murid-murid Abu Hanifah sendiri
tidak sepakat dengan beliau karena memandang bahwa istihsan itu tidak
jelas kriterianya.
Mashalih al-Mursalah
Maslahah al-Mursalah/ Mashalih al-Mursalah sedikit berbeda dengan
istihsan. Secara bahasa artinya manfaat dari suatu perkara. Sementara
secara istilah fiqih, Maslahah atau Mashalih al-Mursalah adalah
pengambilan hukum berdasarkan manfaat atau kemaslahatan umum
ketika tidak ada aturan (dalil) dari al-Qur’an atau al-Sunnah yang
menjelaskannya. Konsep sumber hukum Islam ini diusung oleh Imam
Malik.

66
Istishhab
Istishhab sendiri secara bahasa artinya persahabatan. Sedangkan secara
istilah, Imam asy-Syaukani di dalam kitabnya Irsyad al-Fuhul
mengemukakan bahwa istishhab adalah dalil yang memandang tetapnya
suatu perkara selama tidak ada sesuatu yang mengubahnya.
Istishhab itu pada hakikatnya hanya seperti kaidah fiqih suatu hukum asal.
Jadi istishhab bukanlah sumber hukum, melainkan logika berfikir saja,
bahwa selama belum ada perubahan berarti hukum suatu perkara adalah
tetap.
‘Urf
‘Urf menurut bahasa berarti mengetahui, kemudian dipakai dalam arti
sesuatu yang diketahui dan dikenal. Sedangkan menurut para ahli ushul
fiqh ‘urf adalah sesuatu yang yang telah saling dikenal oleh manusia dan
mereka menjadikannya tradisi. ‘Urf dijadikan sumber hukum Islam oleh
Madzhab Hanafi dan Madzhab Maliki.
Madzhab Shahabi
Ulama banyak yang menentang, mereka berargumen bahwa
sesungguhnya orang yang mengikuti pendapat shahabat tidak sedang
berijtihad melainkan bertaqlid terhadap shahabat. Hal inilah yang
dijelaskan oleh Imam Syafi’i, beliau mengambil sebagai sumber hukum
hanya pendapat shahabat yang disepakati (ijma’ shahabat). Demikian pula
pendapat Imam asy-Syaukani.
Syar’u Man Qablana
Para ulama juga ada yang menjadikan Syar’u Man Qablana (syariat
sebelum Islam) sebagai sumber hukum Islam. Pendapat ini ditentang oleh
banyak ulama. Jumhur ulama berpendapat bahwa syariat yang diturunkan
sebelum Islam tidak berlaku lagi bagi kaum muslimin.

67
PERTEMUAN 10
‫المجتهد‬
Mujtahid

Mujtahid adalah orang yang berijtihad.


Ijtihad adalah aktivitas bersungguh-sungguh (mengarahkan segenap
kemampuan dalam menggali hukum syara’ yang bersifat dzon/dugaan
berdasarkan dalil yang rinci

Syarat Ijtihad:
1. Memahami benar tentang dalil (mahir berbahasa arab, faham Al
Qur’an, faham banyak hadits, hafal banyak ijma’ sahabat, faham
tentang qiyas).
2. Memahami benar tentang fakta (mempunyai indra yang sempurna
yang mampu menyerap fakta dengan baik, mempunyai maklumat
tentang fakta dengan seteliti mungkin).
3. Mempunyai kemampuan tinggi dalam menghubungkan antara fakta
dan dalil.

Ijtihad berbeda dengan manathul hukmi/ tahqiqul manath.


Tahqiqul manath adalah memahami fakta sebaik-baiknya dan dihubungkan
dengan hukum syara’ yang diketahuinya
Hukum melakukan ijtihad adalah fardhu kifayah. Sedangkan hukum melakukan
tahqiqul manath yang dikaitkan dengan hukum syara’ adalah fardhu ain

Fiqih adalah ilmu yang mempelajari hukum syara ‘yang bersifat praktis (dapat
dilaksanakan/ diterapkan secara langsung)
Ushul Fiqh adalah ilmu yang mempelajari dasar ilmu yang dipergunakan untuk
memahami fiqih

68
Macam-macam mujtahid:
1. Mujtahid Mutlaq: mujtahid yang mampu menyusun metode ushul
fiqih tersendiri dan secara otomatis memahami seluruh bidang fiqih.
2. Mujtahid Madzhabi: mujtahid yang mengikuti madzhab lain dalam
masalah ushul fiqih tapi mampu menguasai seluruh bidang fiqih.
3. Mujtahid Masalah: mujtahid yang menguasai bidang fiqih tertentu.

Bila mujtahid menghadapi antara dalil seakan-akan ada pertentangan (ta’arudh)


maka urutan/ rukun yang dilakukan mujtahid adalah:
1. Jama’
Jama’ artinya mengkompromikan semua dalil sehingga tidak ada dalil
yang terbuang.
Cara kompromi:
a. Menambah
b. Mengecualikan/ Mengkhususkan (takhshis)
c. Memberi kondisi syarat (taqyid)
2. Nasakh Mansukh
Bila kompromi tidak bisa dilakukan maka hukum baru menghapus
hukum yang turun terlebih dahulu
3. Tarjih
Bila tidak dapat dikompromikan dan tidak diketahui mana yang turun
terlebih dahulu maka dilakukan tarjih yakni mengunggulkan satu dalil
dan menggugurkan yang lain karena alasan yang rasional, di
antaranya dalil yang lebih kuat, periwayatnya yang lebih terpercaya,
dsb.

69
PERTEMUAN 11
‫المقلّد‬
Muqallid

Muqallid adalah orang yang tidak mampu berijtihad sehingga mengikuti


pendapat orang lain (mujtahid)

Macam-macam muqallid:
1. Muqallid Muttabi’: muqallid yang memahami dalil yang dikemukakan
oleh mujtahid yang diikutinya
2. Muqalid ‘am: muqallid yang tidak memahami dalil-dalil yang
dikemukakan oleh mujtahid atau orang yang diikutinya

Kita diperkenankan mengikuti lebih dari 1 pendapat mujtahid.


Alasannya:
1. Kita mengikuti khithab Asy Syari’ (Allah SWT) yang dikemukakan oleh
mujtahid bukan mengikuti mujtahid sebagai orangnya
2. Tiap mujtahid memiliki keterbatasan, baik kemampuan dalil, pemahaman
tentang fakta atau terbatas oleh ruang dan waktu
3. Permasalahan manusia terus berkembang dan kita terus diperintahkan
untuk menghukumi semua permasalahan itu dengan berdasarkan hukum
syara’

Hanya saja kebolehan mengambil beberapa pendapat tadi ada syaratnya


yaitu:
1. Dikarenakan alasan yang syar’i bukan manfaat
2. Tidak pada permasalahan yang sama dengan pendapat yang bertolak
belakang
3. Tidak pada masalah yang saling memberikan konsekuensi (berkaitan)

70
Sering muqallid menghadapi berbagai pendapat yang berbeda di antara ulama.
Prioritas pendapat yang dipilih oleh muqallid adalah:
1. Pendapat islami yang diadopsi oleh khalifah. Khalifah adalah
kepemimpinan umum kaum muslimin yang menerapkan hukum Islam
dalam Negara.
Dalam hal ini WAJIB berpindah pendapat menuju pendapat ini
2. Pendapat yang didasari dalil-dalil yang paling kuat di antara
pendapat yang ada.
Pendapat yang dalilnya kuat adalah pendapat yang memuaskan akal
dalam menjelaskan dalil-dalil, fakta dan hubungan keduanya. Tentu ini
hanya bisa dilakukan oleh muqallid muttabi’.
Bila belum ada khalifah atau untuk perkara yang tidak diadopsi khalifah
maka seorang muqallid WAJIB berpindah kepada dalil yang lebih kuat.
3. Pendapat yang dikemukakan oleh ulama yang Iebih tsiqoh
(terpercaya) llmu dan ketaqwaannya.
Bila kita sudah belajar pada seorang ulama yang cerdas dan bertaqwa,
yang secara ushul menunjukkan metode yang memuaskan akal maka
untuk sementara waktu kita BOLEH mengikuti pendapat beliau untuk hal-
hal cabang sampai kita bisa menelaah dalil yang dikemukakannya.

71
Maraji’ / Sumber Rujukan SIE 2

AI-Qur’an al-Karim
Abdullah, Muhammad Hussein, Mafahim Islamiyah: Ar-Ruh, Al-Idrak, AI-
Gharaiz, Al-Amal, As-Syakhshiyah, Dar AI-Bayariq, Beirut:1994.
Abdurrahman, Hafidz, Islam, Politik dan Spiritual, Lisan Al-Haq, Singapura:
1998.
An-Nabhani, As-Syeikh Taqiyyuddin, AI-Mafahim, Maktabah AI-Wa’ie, Beirut:
1953.
An-Nabhani, As-Syeikh Taqiyyuddin, As-Syakhshiyah Al-Islamiyah, Dar AI-
Ummah, Beirut:1953.
An-Nabhani, As-SyeikhTaqiyyuddin, Nizamul Islam, Maktabah AI-Wa’ie, Beirut:
1953.
Hanafie, A, M.A., Usul Fiqih, Widjaya, Jakarta: 1993.
Khalil, ‘Atha bin, Taisir al-Wushul ila al-Ushul, Dar AI-Ummah, Beirut: 2000.
Rahman, Drs. Fatchur, Ikhtishar Mushthalah al-Hadits, Al Ma’arif, Bandung:
1974.
Wafaa, DR. Muhammad, Metode Tarjih, Al Izzah, Bangil: 2001.
Zahrah, Prof. Muhammad Abu, Ushul Fiqih, Pustaka Firdaus, Jakarta: 1997.

72
STUDI ISLAM EFEKTIF 3

MENGENAL
SISTEM ISLAM
20 JAM PERTAMA
11 PERTEMUAN @2 JAM

OLEH:
H. ANAS ABDUL KARIEM, S.TP., M.Pd.I

73
74
PERTEMUAN 01
‫نظام العقوبات‬
Sistem Sanksi

‫حضرة و مدنية‬
Hadhoroh: kebudayaan yang dimunculkan oleh suatu aqidah, yakni suatu
pandangan tentang kehidupan dunia ini
Ilmunya disebut: tsaqafah

Madaniah: kebudayaan yang tidak dimunculkan oleh aqidah tapi semata


karena gharizah, hajatul ‘udhowiyah atau ilmu yang mampu diindra
manusia
Ilmunya disebut: ilmu/ sains

Kebudayaan Hadhoroh Islam : wajib


Non Islam : haram
Madaniyah Khas Islam : boleh
Non Islam : haram
Umum : mubah

‫َو َم ْن تَشَ َّب َه بِ َق ْو ٍم َف ُه َو ِم ْن ُه ْم‬


“Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari kaum
tersebut.” [HR. Imam Ahmad]

‫نظام الاسلام‬
Sistem Islam

‫نظام العقوبات‬
Sistem Sanksi dalam Islam

75
Fungsi sanksi:
a. Mencegah )‫(زواجر‬
b. Menghapus Dosa )‫(جوابر‬

Penghapus Dosa
1. Di Dunia 2. Di Akhirat
a. Istighfar a. Siksa Kubur
b. Taubat b. Siksa Neraka
c. Amal Sholih
d. Sabar dalam Musibah
e. Menjalani sanksi dalam Islam

Jenis sanksi di dalam Islam:


Jenis Jenis Kesalahan Pemberi Sanksi Alternatif
‫الحدود‬ Maksiyat Tertentu Allah Tdk Ada

‫الجنايات‬ Penganiayaan &


Allah Ada
Pembunuhan
‫التعزير‬ Maksiyat selain (1) dan (2) Khalifah Terserah Khalifah

‫المخالفات‬ Ketidaktaan pada Aturan


Khalifah Terserah Khalifah
Negara

‫الحدود‬
1. Zina : Rajam; Jilid 100x
2. Liwath : Mati
3. Qadzaf : Jilid 80x
4. Minum Khamr : Jilid 80x
5. Pencurian : Potong tangan
6. Pembegal : Dibuang, Potong kaki tangan silang; dibunuh dan disalib
7. Pemberontak : Diberi pelajaran hingga kembali
8. Murtad : Disadarkan 3 hari bila tidak mau kembali baru dibunuh

76
‫الجنايات‬
1. Pembunuhan
a. Sengaja : Qishash, Diyat Berat, Dimaafkan
b. Mirip sengaja : Diyat berat, dimaafkan
c. Tidak sengaja : Diyat ringan, dimaafkan

2. Penganiayaan
a. Penanggalan gigi : Qishash, diyat 5 onta per gigi, dimaafkan
b. Penghilangan anggota tubuh selain gigi: diyat penuh atau setengah,
10 onta tiap jari
c. Melukai kepala (syijaj) : Diyat
d. Melukai tubuh (jarah) : Qishash atau diyat

77
PERTEMUAN 02
‫الملبوسات‬
Tentang Pakaian

‫النظم الاجتماعيفي الاسلام‬


Sistem Pergaulan dalam Islam
Tempat (lingkungan) : a. Umum : tidak perlu ijin
b. Khusus : perlu ijin

‫ۤيٰـاَيُّ َها الَّ ِذ ۡي َن ا ٰ َمنُ ۡوا َلا تَدۡ خُ لُ ۡوا بُ ُي ۡوتًا َغ ۡي َر بُ ُي ۡو تِك ُۡم َحتّٰى ت َۡس َت ۡانِ ُس ۡوا َوت َُسلِّ ُم ۡوا َعل ٰٓ ٰى ا َۡهلِ َها ؕ ٰذ لِك ُۡم خَ ۡير‬
‫) فَ ِا ۡن لَّ ۡم ت َِجد ُۡوا فِ ۡي َه ۤا ا ََحدًا فَ َلا تَدۡ خُ لُ ۡو َها َحتّٰى يُؤۡ ذ ََن لَـك ُۡم ۚؕ َو اِ ۡن قِ ۡي َل لَـ ُك ُم‬٢٧( ‫لَّـك ُۡم لَ َعلَّك ُۡم ت ََذ َّك ُر ۡو َن‬
َ ‫) لَـ ۡي‬٢٨( ‫ۡار ِج ُع ۡوا ف َۡار ِج ُع ۡوا ۚؕ ُه َو ا َۡزكٰى لَـك ُۡمؕ َواللّٰ ُه بِ َما ت َۡع َم ُل ۡو َن َعلِ ۡيم‬
‫س َع َل ۡيك ُۡم ُج َناح ا َۡن َتدۡ خُ لُ ۡوا‬
)٢٩( ‫ُب ُي ۡوتًا َغ ۡي َر َم ۡسك ُۡونَ ٍة فِ ۡي َها َم َتاع لَّـك ُۡم َواللّٰ ُه َي ۡع َل ُم َما تُ ۡبد ُۡو َن َو َما ت َۡك ُت ُم ۡو َن‬
27. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
28. Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu
masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu,
“Kembalilah!” Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
29. Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak dihuni, yang di dalamnya
ada keperluan kamu; Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang
kamu sembunyikan. (QS. An-Nuur 24)

Tempat Umum dan khusus berpengaruh pada pakaian dan pergaulan.

78
Aturan Berpakaian
Laki- laki : menutup aurat (antara pusar sampai lutut)
Perempuan :
1. Tempat Khusus:
a. Dengan Mahrom: memakai mihnah (baju yang menutup aurat tidak
sempurna) QS. 24: 58
‫ۤيٰـ َايُّ َها الَّ ِذ ۡي َن ا ٰ َمنُ ۡوا لِ َي ۡس َتـ ْا ِذ ۡن ُك ُم الَّ ِذ ۡي َن َم َل َك ۡت اَ ۡي َمانُ ُك ۡم َوالَّ ِذ ۡي َن َل ۡم َيـ ۡبلُ ُغوا ا ۡل ُحـ ُل َم‬
‫ِم ۡن ُك ۡم ثَل ٰ َث َم ّٰر ٍتؕ ِم ۡن َق ۡب ِل َصلٰو ِة ا ۡلف َۡج ِر َو ِح ۡي َن ت ََض ُع ۡو َن ثِ َيا َب ُك ۡم ِّم َن الظَّ ِه ۡي َر ِة َو ِم ٍۡۢن‬
‫َب ۡع ِد َصلٰو ِة ا ۡل ِعشَ آٰ ِء‬
Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan
perempuan) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig (dewasa)
di antara kamu, meminta izin kepada kamu pada tiga kali (kesempatan), yaitu
sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di
tengah hari dan setelah salat Isya. (QS. An-Nuur 24: 58)

b. Dengan non Mahram: seperti ditempat umum

2. Tempat Umum: harus memakai:


a. Mihnah (QS. 24: 60)
b. Kerudung (QS. 24: 31)
c. Menutup aurat (QS. 24: 31)
d. Berjilbab (QS. 33: 59)

a. Mihnah (QS. 24: 60)


‫س َع َل ۡي ِه َّن ُج َناح ا َۡن يَّ َض ۡع َن ثِ َيا َب ُه َّن‬ ً ‫َوا ۡلـ َق َوا ِع ُد ِم َن النِّ َسآٰ ِء الّٰتِ ۡى َلا َي ۡر ُج ۡو َن نِك‬
َ ‫َاحا فَ َل ۡي‬
Dan para perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan
mengandung) yang tidak ingin menikah (lagi), maka tidak ada dosa
menanggalkan pakaian (jilbab). (QS. An-Nuur 24: 60)

79
b. Kerudung (QS. 24: 31)
‫َوۡل َي ۡـض ِر ۡب َن بِخُ ُم ِر ِه َّن َعلٰى ُج ُي ۡو بِ ِه َّن‬
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,
(QS. An-Nuur 24: 31)
(Juyub adalah jamak dari jayb. Jayb adalah kerah leher sampai bukaan
kancing baju di dada untuk memasukkan kepala)

c. Menutup aurat (QS. 24: 31)


‫َو َلا يُ ۡب ِد ۡي َن زِ ۡي َن َت ُه َّن اِلَّا َما َظ َه َر ِم ۡن َها‬
Dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang
(biasa) terlihat (yakni muka dan telapak tangan). (QS. An-Nuur 24: 31)

d. Berjilbab (QS. 33: 59)


‫ۤيٰـاَيُّ َها النَّبِ ُّى قُ ْل لِّاَ ۡز َو ِاج َك َو َبنٰتِ َك َو نِ َسآٰ ِء ا ۡل ُمؤۡ ِمنِ ۡي َن يُدۡ نِ ۡي َن َع َل ۡي ِه َّن ِم ۡن َج َلابِ ۡيبِ ِه َّن‬
Wahai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.” (QS. Al-Ahzab 33: 59)
Jilbab atau jubah adalah baju kurung lapang yang menutupi pakaian
sehari-hari (mihnah) hingga mata kaki. Kerudung dan jilbab adalah benda
khas yang harus dikenakan Wanita Muslimah.

Bila digambarkan maka pakaian seorang wanita muslimah yang syar’i


adalah:

mihnah khimar jilbab

80
PERTEMUAN 03
‫حكم الاختلاط‬
Hukum Ikhtilath

Aturan Pergaulan
Hukum asal kehidupan laki-laki dan perempuan dalam Islam terpisah. Artinya
seorang perempuan akan bergaul dan berinteraksi dengan sesama perempuan
atau lelaki mahramnya saja. Demikian juga seorang laki-laki.
Namun, Asy Syari’ membolehkan terhadap interaksi bila didalamnya ada
keperluan syar’i yang dibolehkan yakni: mu’amalah (berdagang, bisnis, bekerja,
dsb), pendidikan dan kesehatan.

Jenis pergaulan antara pria dan wanita:


1. Ijtima’ : berkumpul saja
Aturan : a. Tidak ber-khalwat
b. Di tempat khusus harus ada mahram

2. ‘Alaqoh : berinteraksi saja


Aturan : a. lnteraksinya dibolehkan syara’: muamalah, pendidikan dan
kesehatan
b. Tidak dibuat untuk menimbulkan syahwat (lewat suara,
tingkah laku, gambar-gambar atau sarana lainnya)

3. Ikhtilath : Ijtima’ + Interaksi


Aturan : perpaduan antara ‘alaqoh dan ljtima’, maka harus diperhatikan
2 hal tersebut.

81
PERTEMUAN 04
‫المحرم‬
Mahram

Definisi Mahram: orang yang diharamkan untuk dinikahi karena sebab-sebab


pernikahan, keturunan atau persusuan (QS. An-Nissa 4: 23)

Jenis Mahram:
1. Mahram Mutlak
a. Karena Keturunan : ibu, anak, saudara, saudara ayah/ ibu, anak
saudara
b. Karena Pernikahan : mertua dan menantu
c. Karena Persusuan : ibu dan saudara susuan (sama dengan
keturunan)
2. Mahram Bersyarat
Anak tiri : syaratnya selama ibunya telah digauli
lbu tiri : syaratnya selama telah digauli ayah

Jenis-jenis yang bukan mahram tapi haram dinikahi:


(Berlaku hukum pergaulan seperti wanita asing/ non-mahram tapi haram dinikahi)
1. Mutlak
a. Janda Rosul
b. Mantan istri yang ditalaq li’an
2. Bersyarat
a. Wanita bersuami syarat : telah dicerai & habis masa ‘iddah (QS. 4: 24)
b. Wanita musyrik syarat : masuk Islam atau jadi wanita ahlul kitab (QS.
2: 215) QS. 5: 5
c. lpar (saudara lstri) syarat : telah cerai dengan istri (saudaranya) (QS. 4: 23)
d. Bibi/ ponakan istri syarat : telah cerai dengan istri
Tidak boleh seorang lelaki mengumpulkan seorang wanita dengan
‘ammah dan wanita dengan khalahnya (Hadist Riwayat Bukhari Muslim)

82
e. Wanita dlm masa ‘iddah syarat : habis masa ‘iddah
f. Wanita sedang ihram syarat : selesai ihram
g. Mantan istri tertalaq 3 syarat : telah dinikah orang lain dan telah
diceraikan

83
PERTEMUAN 05
‫الخطبة و النكاح‬
Khithbah & Pernikahan

Iddah
Definisi: masa menunggu bagi janda untuk menerima pinangan
a. Untuk wanita yang belum digauli: tidak ada iddah
b. Untuk wanita yang mengandung: sampai melahirkan
c. Untuk wanita yang ditinggal mati suami: 4 bulan 10 hari
d. Untuk wanita yang dicerai suami: 3 kali quru’ (haidh) / 3 bulan (bila sudah
tidak haidh)

Khithbah
Definisi: menyeru lawan jenis untuk diajak menikah.
Sunnah hukumnya mengenal calon istri/ suami sebelum dinikah. Namun bukan
taqrabuz zina.
START
Kenali Lawan jenis
Sabar, Puasa, N Y
Siap Nikah? secara umum
Jaga Pandangan

N
Cocok?
Y
NIKAH Putuskan Tanya yang
baik2 & jaga bersangkutan
rahasia
Tentukan N
Mau?
waktu nikah N
Y
Y
Cocok? Khithbah ke Walinya

Kenali secara khusus Y N


Diterima?

84
Pernikahan
Rukun Nikah:
1. Pengantin (laki-laki dan perempuan)
2. Wali perempuan
a. Laki-laki
b. Muslim (bila wanitanya adalah Muslimah)
c. Baligh
d. Berakal
Urutan/ hirarki yang berhak jadi wali adalah:
1. Ayah kandung
2. Kakek (dari ayah)
3. Anak laki-laki (perempuan tersebut)
4. Anak laki-laki dari anak laki-lakinya (cucu perempuan tersebut)
5. Saudara laki-laki se-bapak dan se-ibu.
6. Anak laki-laki dari saudara se-bapak dan se-ibu (keponakan)
7. Saudara laki-laki se-bapak.
8. Anak laki-laki dari saudara se-bapak (keponakan).
9. Paman (saudara dari ayah).
10. Anak laki-laki dari paman (sepupu).
11. Wali Hakim
3. Saksi 2 orang
a. Laki-laki
b. Muslim
c. Adil / ahli taqwa
d. Baligh
e. Mampu memahami aqad
4. ljab Qabul

Mahar bukan rukun nikah namun kewajiban seorang laki-laki terhadap istrinya.

Shighat ta’liq talaq: ucapan menggantungkan niat talaq pd suatu peristiwa,


harusnya tidak diucap karena hukum asal thalaq adalah
makruh.

85
PERTEMUAN 06
‫النكاح‬
Pernikahan

Macam-macam akad nikah yang diharamkan:


1. Nikah Muth’ah: diakadkan dibatasi waktu tanpa resiko keturunan tanpa
akad talaq.
Bahwa sesungguhnya Saburah pernah bersama-sama Nabi SAW, lalu
beliau bersabda, “Hai manusia, sesungguhnya aku pernah mengizinkan
kamu kawin mut’ah, dan bahwasanya Allah benar-benar telah mengharam
kan hal itu sampai hari qiyamat, maka barang siapa yang masih ada suatu
ikatan dengan wanita-wanita itu hendaklah ia lepaskan dan jangan lah kamu
mengambil kembali apa-apa yang telah kamu berikan kepada mereka itu
sedikit pun”. [HR. Ahmad dan Muslim]

2. Nikah Tahlil: nikah dengan akad untuk menghalalkan mantan istri


tertalaq 3
Dari lbnu Mas’ud, ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat muhallil (yang
menghalalkan) dan orang yang dihalalkannya”. [HR. Ahmad, Nasai dan
Tirmidzi. Dan Tirmidzi mengesahkannya].

3. Nikah Syighar: nikah yang bertalian dengan akad nikah lain


“Bahwa Rasulullah saw melarang pelaksanaan nikah syighar. Nikah syighar
itu adalah seorang laki-laki mengatakan kepada laki-laki lain: nikahkan aku
dengan putrimu. maka aku akan menikahkan kamu dengan putriku. Atau:
Nikahkan aku dengan saudara perempuanmu, maka aku akan menikahkan
kamu dengan saudara perempuanku” (HR. Muslim). Juga ungkapan lbnu
Umar ra: “bahwa Rasulullah saw melarang nikah syighar. Nikah syighar
adalah seorang laki-laki menikahkan putrinya dengan syarat orang tersebut
juga menikahkan putrinya dengannya, di mana diantara keduanya tidak ada
maskawin (mahar)” (Mutafaqun Alaih).

86
Pesta pernikahan (Walimatul ‘urusy)
1. Sunnah menyelenggarakan
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ا َْو لِ ْم َولَ ْو بِشَ ا ٍة‬
“Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing”
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i, at-
Tirmidzi, Ahmad dan lainnya, dari Shahabat Anas bin Malik ra.

2. Wajib menghadirinya kecuali dalam kondisi yang tidak memungkinkan:


‫اِذَا ُد ِع َي ا ََح ُد ُك ْم اِلَى ا ْل َو لِ ْي َم ِة فَ ْل َياْتِ َها‬
“Jika salah seorang dari kamu diundang menghadiri acara walimah, maka datangilah!”
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan at-
Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, al-Baihaqi dan al-Baghawi, dari Ibnu ‘Umar ra.

3. Sunnah berdoa bagi mempelai:


‫َبا َركَ الل ُه لَكُماَ َو َبا َركَ َع َل ْيكُماَ َو َج َم َع َب ْي َن ُك َما فِي خَ ْي ٍر‬
“Semoga Allah memberkahimu dan memberkahi pernikahanmu, serta semoga Allah
mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan”
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, al-Hakim dan
al-Baihaqi, dari Sahabat Abu Hurairah ra.

Pelanggaran syariat yang biasanya terjadi saat pesta pernikahan:


1. Mengandung syirik: penentuan hari baik, pawang hujan, weton, dsb.
2. Pengantin membuka aurat dan tabarruj di depan bukan mahram
3. lkhtilath yang tidak syar’i: campur baur laki perempuan untuk pesta,
dangdutan, dsb.

Pernikahan Dini
Dalam Islam, usia wanita yang akan dinikahi tidaklah menjadi syarat. Hanya
saja tetaplah sunnah untuk menanyakan kehendak wanita untuk menikahi
seorang laki-laki.

87
Dari Zakwan ia berkata: Aku mendengar Aisyah berkata: Aku bertanya
kepada Rasulullah saw. tentang seorang gadis perawan yang dinikahkan
oleh keluarganya, apakah ia harus dimintai persetujuan ataukah tidak?
Beliau menjawab: Ya, harus dimintai persetujuan! Lalu Aisyah berkata: Aku
katakan kepada beliau, perempuan itu merasa malu. Rasulullah saw.
bersabda: Itulah tanda setujunya bila ia diam. (Shahih Muslim No.2544)

Jadi yang menjadikan bahaya pernikahan (baik pernikahan dini atau tidak)
adalah kehidupan sekuler yang jauh dari aturan agama, yang menyebabkan
suami dan istri tidak mengindahkan aturan Islam dan menyebabkan
berbagai petaka dalam rumah tangga.

88
PERTEMUAN 07
‫النظام الاجتماعي‬
Sistem Pergaulan

Kehidupan Suami Istri


Hubungan suami dan istri adalah hubungan persahabatan. Bukan hubungan
raja dan rakyat.
Suami dan istri mempunyai tugas masing-masing yang berbeda, bukan karena
superior satu dibanding yang lain melainkan semata-mata tugas yang diemban
dari Allah SWT.
Tugas suami adalah:
1. Kepala keluarga
2. Memberi nafkah secara ma’ruf
Sementara tugas istri adalah:
1. Menjalankan fungsi ibu
2. Mengurus urusan rumah tangga
Suami dan istri harus saling pengertian, terbengkalainya tugas-tugas tersebut
hendaknya dibicarakan dengan pendekatan sahabat.
Seorang suami harus bertanggungjawab terhadap kebutuhan istri dan anak-
anaknya dan kewajiban istri untuk menjaga harta suami dan taat pada
perintahnya.

Dari Abu Hurairoh. ia berkata, Rasulullah saw bersabda; iman orang-orang


mukmin yang paling sempuma adalah yang terbaik akhlaknya dan yang terbaik
diantara kamu sekalian adalah yang terbaik memperlakukan istri.
(HR. Tirmidzi, Ahmad dan lbn Majah)

Hak suami untuk memberikan pelajaran bagi istrinya yang nusyuz


(membangkang) baik dengan nasihat atau pelajaran lain berupa psikis
(dimarahi) ataupun fisik (dipukul dengan pukulan yang tidak membekas)... (QS.
An Nisa: 34)

89
Keluarga Berencana
Pembatasan anak akan dilakukan negara dengan alasan:
a. Sebagai metode negara kapitalis untu menekan jumlah penduduk
jajahan agar dapat terus menjajah dan menghisap kekayaannya.
b. Sebagai metode komunis untuk meringankan beban negara.
c. Sebagai program negara pengikut negara ideologis yang menjajahnya.

Dalam Islam, diharamkan mengambil pembatasan anak sebagai metode untuk


meraih kesejahteraan. Negara harus mengayomi seluruh manusia, memberikan
rahmat, bukan malah menjajah. Dan untuk mensejahterakan rakyat bukan
dengan memaksa membatasi kelahiran rakyat.

Dorongan pembatasan anak akan alami muncul di masyarakat kapitalis karena:


1. Kehidupan hedonis (serba senang), tidak mau direpoti anak
2. Lepasnya tanggung jawab negara, rakyat dibuat miskin secara sistemik.
Membatasi anak (melakukan KB) secara kesadaran sendiri hukumnya boleh
selama tidak menggunakan alat kontrasepsi yang membuat mandul, karena
melakukan kebiri (membuat mandul) hukumnya adalah haram. Alat yang
membuat mandul adalah: sterilisasi (vesectomi atau tubectomi). Sementara
contoh yang tidk membuat mandul: ‘azl, kondom, pil KB, suntik, spiral, dan
susuk/implant.

Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, “Kami pergi berperang bersama Rasulullah
saw, sedangkan kami tidak membawa serta kaum wanita. Kami berkata, ‘Wahai
RasuluIIah, sebaiknya kita mengebiri diri (membuat diri mandul dan tidak
berhasrat pada wanita)?’ Namun, Rasulullah saw. melarang kami darinya,”
(HR. Bukhari [5071]).

Poligami dalam Islam


Hukum asal: boleh, bukan sunnah maupun haram.
Adil: bukan syarat poligami melainkan kewajiban laki-laki yang berpoligami

90
Dari Abu Hurairoh, Rasulullah saw bersabda; Bila seorang suami memiliki dua
istri, lalu ia tidak dapat berlaku adil terhadap keduanya, maka ia akan datang
pada hari kiamat dalam keadaan miring sebelah (HR. Abu Daud)
Adil dalam: a. Perasaan: mustahil (QS. An Nisa’: 129)
b. Materi, fisik dan yang dikuasai manusia: wajib (QS. An Nisa’: 3)

Poligami adalah solusi bukan malah menjadi masalah. Poligami jadi masalah
karena kehidupan sekuler menjauhkan suami istri dari kehidupan Islam.
Poligami dijadikan kalangan non Islam untuk menyerang Islam.

Silaturahim
Definisi: hubungan kekerabatan dengan orang-orang yang mempunyai
hubungan keluarga
Hukum menjaga silaturrahim: wajib
Hukum memutus silaturrahim: haram
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwasanya ada seorang laki-laki yang
pernah berkata, “Ya Rasulullah, saya mempunyai kerabat. Saya selalu
berupaya utk menyambung silaturahim kepada mereka, tetapi mereka
memutuskannya. Saya selalu berupaya utk berbuat baik kepada mereka, tetapi
mereka menyakiti saya. Saya selalu berupaya utk lemah lembut terhadap
mereka, tetapi mereka tak acuh kepada saya.” Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Jika benar seperti, apa yang kamu katakan. maka
kamu seperti memberi makan mereka debu yang panas (neraka.), & selama
kamu berbuat demikian maka portolongan Allah akan selalu bersamamu. (HR.
Muslim no. 2558)

Perbudakan dalam Islam


Jihad: a. Secara bahasa: sungguh-sungguh
b. Secara istilah syara’: usaha sungguh-sungguh memerangi musuh
(kafir) secara fisik dengan pengerahan jiwa, harta, tenaga atau
pemikiran.
Jihad a. Ofensif: menyerang daerah yang rnenolak dakwah secara fisik
b. Defensif: mempertahankan diri dari serangan orang kafir

91
Jenis orang kafir (ahlu kitab dan musyrik):
a. Kafir Harbi: siap diperangi karena tidak tunduk pada syariat Islam
a.1. Hukman : yang tidak menunjukkan penyerangan fisik
a.2. Fi’lan : yang menunjukkan penyerangan secara fisik
b. Kafir Dzimmi: wajib dilindungi karena tunduk pada syariat Islam

Perbudakan muncul saat terjadi peperangan. Laki-laki ditawan sementara


wanita dan anak-anak dijadikan budak.

Hikmah perbudakan pasca perang dalam Islam:


a. Memberikan jaminan kehidupan pada orang kafir yang tidak
membahayakan secara fisik
b. Memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk mengenal dan masuk
Islam sukarela

Jenis budak: a. Mukatab: budak yang bisa dijualbelikan


b. Mudabbar: budak yang akan bebas bila tuannya meninggal
c. Ummu Walad: budak yang mengandung anak tuannya

Dari AI-Ma’rur bahwa ia berkata, “Saya bertemu dengan Abu Dzar di Rabadzah.
Beliau dan hamba sahayanya mengenakan pakaian (mantel) yang serupa.
Kemudian saya bertanya apa sebabnya mereka mengenakan pakaian yang
serupa. Abu Dzar menjawab, ‘Aku pernah memaki seseorang dengan
menghina ibunya. Lalu Nabi SAW berkata kepadaku, “Wahai Abu Dzar, apakah
kau memaki dia dengan menghina ibunya? Rupanya masih ada dalam dirimu
karakteristik jahiliyah. Para hambamu adalah saudara-saudaramu yang Allah
titipkan di bawah tanggungjawabmu. Oleh karena itu, barangsiapa memiliki
hamba sahaya, hendaklah hamba sahaya itu diberikan makanan yang dimakan
dan diberi pakaian yang dipakai serta janganlah mereka dibebani dengan
pekerjaan yang berada di luar kemampuan mereka. Jika mereka terpaksa
mengerjakannya maka bantulah mereka.”

92
PERTEMUAN 08
‫الطلاق‬
Perceraian

Thalaq

Definisi: memutuskan ikatan pernikahan yang diputuskan suami


Hukum asal: makruh
Macam-macam thalaq:
1. Thalaq Raji’i: thalaq yang bisa ruju’ tanpa akad dan mahar baru selama
dilakukan pada masa ‘iddah
Seorang suami mempunyai hak thalaq ini 2 kali
2. Thalaq Ba’in
a. Kubra : thalaq 3 yakni tidak bisa ruju’ lagi kecuali telah diselingi
oleh lelaki lain
b. Shughra : thalaq yang bisa ruju’ dengan akad dan mahar baru

Thalaq adalah hak suami. Namun thalaq tidak boleh dijatuhkan saat:
a. Istri haid
b. Masa bersih setelah digauli sebelum ketahuan hamil

Selama ‘iddah, suami wajib memberi nafkah dan tidak boleh mengusir istrinya
dari rumah.
Kewajiban suami untuk memberikan muth’ah (pemberian) bagi mantan istri
setelah masa ‘iddah habis.
Terhadap anak maka mantan suami tetap wajib menafkahi.

Khulu’
Definisi: pemutusan ikatan pernikahan yang diputuskan suami atas inisiatif istri
dengan diiringi pemberian kepada suami tebusan berupa mahar yang dulu
pernah diterimanya. lddah wanita ini satu kali haid.

93
Fasakh
Definisi: pembatalan pernikahan karena sebab-sebab syar’i
a. Fasakh langsung: saat suami/istri jelas murtad atau terbukti mahram
b. Fasakh yang perlu pengaduan istri kepada qadhi:
1. karena suami tidak bisa memberi keturunan
2. karena suami impoten
3. karena suami enggan memberi nafkah padahal mampu
4. karena suami berpenyakit menular yang membahayakan
5. karena suami gila
6. karena suami tidak diketahui keberadannya
Biasanya masa pembuktian selama satu tahun (atau menurut
keputusan qadhi)

94
PERTEMUAN 09
‫النظام الاقتصادي في الاسلام‬
Sistem Perekonomian dalam Islam

Makna kepemilikan dalam Islam


Adalah izin Asy Syari’ untuk memiliki zat dan memanfaatkannya. Maka hukum
syariat Islam mengatur bahwa untuk memiliki suatu benda harus
memperhatikan:
• Zat benda tersebut
• Sebab-sebab pemilikan
• Pemanfaatan
• Sebab-sebab pengembangan
Keempatnya harus sesuai dengan syariat Islam.
Hak Cipta & Hak Patent merupakan sistem kapitalis untuk menjajah orang
miskin.

Jenis Kepemilikan dalam Islam


Fasilitas yang dibutuhkan umum
Contoh: sumur di tanah tandus
Tambang yang besar
Umum
Contoh: tambang batubara raksasa
Esensi faktanya adalah milik umum
Contoh: laut, danau, teluk, jalan,
sekolah, wakaf, dsb yang dari awal
memang untuk umum
Kepemilikan Individu
Negara

Sebab-sebab Kepemilikan yang Sah bagi lndividu


A. Bekerja = karena mengeluarkan tenaga
1. Menghidupkan tanah mati

95
2. Mengambil dari bumi: milik umum, tidak monopoli, tidak membuat
dhoror
3. Berburu: milik umum, tidak monopoli, tidak membuat dhoror
4. Makelar/ calo
5. Pengelola Mudhorobah/ usaha bagi hasil
6. Musaqat/ penyiram/ perawat tanaman
7. ljaroh/ kontrak kerja/ jasa
B. Waris = karena nasab
C. Pemberian Fasilitas oleh Negara = karena warga negara
D. Kebutuhan untuk Menyambung Hidup = karena dharurat
E. Harta bukan dikarenakan keaktifan Shohibul Maal atau kondisi di luar
penerima
1. Pemberian: hadiah, hibah, shodaqah (sunnah dan wajib)
2. Luqathah: barang temuan yang tidak bertuan
3. Diyat dan mahar

Sebab-sebab Pengembangan yang Sah


Pertanian (perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan, dll)
Perdagangan & Perindustrian

Sebab-sebab Kepemilikan yang Tidak Sah


a. Ghashab (mencuri, merampas, merampok, membegal)
b. lkhtilash (Korupsi): menggelapkan harta yang diamanahkan padanya
c. Risywah (Suap): memberikan harta sebagai imbalan jasa yang
harusnya tidak dilakukannya berdasarkan harta tersebut
d. Hadiah kepada pegawai dan penguasa

96
PERTEMUAN 10
‫تنميات الباطلة‬
Pengembangan Harta yang Batil

a. Judi (Qimar/Maisir)
Definisi: pengembangan harta dengan cara mengumpulkan harta pada
komunitas tertentu yang dengan cara tertentu sebagian mendapat harta
tersebut sebagian tidak, anggotanya bergabung dengan harapan mendapat
harta yang berlipat dari yang diserahkan.
Judi berbeda dengan mengundi. Judi merupakan salah satu cara
pengembangan harta, sedangkan mengundi adalah salah satu cara
mengambil keputusan.
Mengundi boleh dilakukan untuk keputusan yang tidak memerlukan kejelian
akal maupun penjelasan dalil naqli. Mengundi akan menjadi dosa bila objek
undiannya sendiri adalah perbuatan dosa.

b. Riba
Riba bisa terjadi pada hutang dan barter.
Pinjam ada dua jenis, pinjam nilai (hutang) dan pinjam zat.

Riba dalam hutang adalah pengembangan harta dengan mengambil


tambahan nilai atas suatu hutang.
Jadi, pinjam nilai (hutang) tidak boleh ada tambahan. Sedang pinjam zat
boleh bertambah dan dinamakan sewa.
Termasuk riba adalah gadai tanah dengan memanfaatkan tanah selama
uang belum bisa dilunasi oleh peminjam.

Riba dalam barter adalah pengembangan harta dengan menukar zat


sejenis (gandum, kurma, garam dan uang) biarpun beda kualitas dengan
tidak sama ukuran atau sama tapi tidak cash.

97
Barter akan menjadi riba bila:
1. Terjadi pada barter zat sejenis: gandum, kurma, garam atau uang
2. Tidak sama ukurannya
3. Sama ukuran tapi tidak cash

c. Penimbunan (Ihtikar)
Definisi: pengembangan harta dengan cara menimbun barang dagangan
agar konsumen kesulitan dan harga akan melambung.

d. Penipuan dalam Perdagangan (Tadlis)


Definisi: pengembanga harta dengan cara melakukan penipuan dalam
perdagangan (menyembunyikan cacat, menyebutkan spesifikasi yang tidak
sesuai).

e. Menghargai jauh dari harga standar dengan maksud keji (Ghaban Fakhis)
Definisi: pengembangan harta dengan cara memberikan harga yang
terlampau tinggi, memanfaatkan ketidak tahuan konsumen akan harga
pasar.

f. Sistem Ijon (Muzabanah)


Definisi: pengembangan harta dengan cara membeli/ menjuaI komoditas
pertanian yang masih di pohon dan belum bisa dimanfaatkan kecuali
ditunggu beberapa saat untuk dipanen.

98
PERTEMUAN 11
‫الزكاة‬
Zakat

Jenis Zakat:
1. Zakat Fithrah
2. Zakat Maal
a. Zakat Pertanian
Objek : Kurma, gandum, Jawawut dan kismis
Nishab : lima wasaq = 300 sha’
Besar : 10% untuk yang disiram hujan, 5% untuk yang diari irigasi
Haul : tidak ada (dikeluarkan saat panen)
b. Zakat Peternakan
Objek : Onta, Sapi/ Kerbau, Kambing
Nishab : sesuai ketentuan
Besar : sesuai ketentuan
Haul : satu tahun
c. Zakat Perdagangan
Nishab : 85 gr emas
Besar : 2.5%
Haul : satu tahun aktivitas perdagangan
d. Zakat Uang Simpanan
Nishab : 85 gr emas
Besar : 2.5%
Haul : satu tahun uang diam tersimpan
Jadi tidak semua profesi terkena/ wajib mengeluarkan zakat maal.

Penerima zakat (QS. At-Taubah: 60)


‫َاب َوٱ ْل َ ٰغ ِر ِم َين َوفِى َسبِي ِل‬
ِ ‫ين َع َل ْي َها َوٱ ْل ُم َؤلَّ َف ِة قُلُوبُ ُه ْم َوفِى ٱل ِّرق‬ ٰ َّ ‫اِنَّ َما‬
َ ِ‫ٱلص َدقَ ُت لِ ْل ُف َق َرآٰ ِء َوٱ ْل َم َ ٰس ِكينِ َوٱ ْل َ ٰع ِمل‬
‫ِيض ًة ِّم َن ٱللَّ ِه ۗ َوٱللَّ ُه َعلِيم َح ِكيم‬ َ ‫ٱلسبِي ِل فَر‬ َّ ِ‫ٱللَّ ِه َوٱ ْبن‬

99
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Maraji’ / Sumber Rujukan SIE 3

AI-Qur’an al-Karim
Abdullah, Muhammad Hussein, Mafahim Islamiyah: Ar-Ruh, Al-Idrak, AI-
Gharaiz, Al-Amal, As-Syakhshiyah, Dar AI-Bayariq, Beirut:1994.
Abdurrahman, Hafidz, Islam, Politik dan Spiritual, Lisan Al-Haq, Singapura:
1998.
Al-Maliki, Dr. Abdurrahman, Nizham al-Uqubat, Darul Ummah, Beirut: 1953.
An-Nabhani, As-Syeikh Taqiyyuddin, AI-Mafahim, Maktabah AI-Wa’ie, Beirut:
1953.
An-Nabhani, As-Syeikh Taqiyyuddin, As-Syakhshiyah Al-Islamiyah, Dar AI-
Ummah, Beirut:1953.
An-Nabhani, As-Syeikh Taqiyyuddin, Nizamul ljtima’i, Darul Ummah, Beirut:
1953.
An-Nabhani, As-Syeikh Taqiyyuddin, Nizamul lqtishadi fil Islam, Darul Ummah,
Beirut: 2004.
An-Nabhani, As-SyeikhTaqiyyuddin, Nizamul Islam, Maktabah AI-Wa’ie, Beirut:
1953.
Ash-Shiddiqie, Tengku Muhammad Hasbi, Pedoman Zakat, Pustaka Rizki
Putra, Semarang: 1999.
As-Sabatin, Yusuf, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktek Bisnis Ala Kapitalis, Al
Azhar, Bogor: 2009.
Khalil, ‘Atha bin, Taisir al-Wushul ila al-Ushul, Dar AI-Ummah, Beirut: 2000.
Zallum, Abdul Qadim, Al Amwal fi Daulatil Khilafah, Darul Ummah,Beirut: 2004.

100
Banyak orang Islam namun sedikit yang memahami Islam, ada
juga orang Islam yang sama sekali tidak peduli dengan Islam.
Bahkan ada juga orang yang mengaku Islam tapi sebenarnya
mereka merusak Islam. Dewasa ini kaum muslimin sedang men-
galami suatu kondisi yang sangat parah, salah satu faktornya
adalah kemunduran tingkat berfikir mereka yang sudah sangat
parah dalam memandang kehidupan di dunia ini, sehingga
mereka secara sadar ataupun tidak sadar terjerumus dalam
sistem yang disebut sekularisme dan kapitalisme

Buku ini merupakan panduan yang akan menuntun Anda mema-


hami Islam secara menyeluruh mencakup perkara aqidah, ushul,
sosial kemasyarakatan, dll

Buku ini telah dijadikan sebagai panduan wajib salah satu mata
kuliah ke-Islaman di El Rahma Education Centre selama 16 tahun
dan telah terbukti memberikan perubahan dan pencerahan yang
dahsyat pada mahasiswa yang mengkajinya.

Sebuah buku panduan pengajian terstruktur, dilengkapi file


presentasi dan buku catatan rekam nafsiah sehari-hari yang
berguna bagi pemula

BAMEGA EDUCATION CENTRE

Anda mungkin juga menyukai