1
THARIQAT SYADZILIYAH
SEJARAH LAHIRNYA
Thariqat Syadziliyah tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan pendirinya, yakni
Abu al-Hasan al-Syadzilli. Selanjutnya nama thariqat ini dinisbahkan pada namanya
Syadziliyah yang mempunyai ciri khusus yang berbeza-beza dengan thariqat lain.
Secara lengkap nama pendirinya adalah Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Abu al-
Hasan al-Syadzili. Silsilah keturunannya mempunyai hubungan dengan orang-orang
keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan dengan demikian bererti juga keturunan Siti
Fatimah anak perempuan dari Nabi Muhammad Saw. Al-Syadzili sendiri pernah menuliskan
silsilah keturunannya sebagai berikut : Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Yusuf bin
Ward bin Bathal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin
Abi Thalib.
Dia dilahirkan di Ghumara, dekat Ceuta saat ini, di utara Maroko pada tahun 573 H.
Pendidikannya dimulai dari kedua orang tuanya, dan kemudian dilanjutkan pendidikan
dengan lebih lanjut, yang mana antara guru kerohaniannya adalah ulama besar, Abdus Salam
Ibn Masyiqy (w. 628 H / 1228 M), yang juga dikenal sebagai “Quthab dari Quthub para
Wali”, seperti halnya Syeikh Abd. Al-Qadir al-Jilani (w. 561 H / 1166 M).
Di masa-masa selanjutnya, atas saranan gurunya, Abdus Salam. Ia meninggalkan
Maroko untuk ber-uzlah dalam sebuah gua di dekat desa Syadzila di Tunisia Afrika tempat ia
mendapatkan nisbah-nya. Dari tempat uzlah-nya, ia secara berkala keluar untuk berceramah,
mengajar dan berbincang dengan para ulama dan para sufi. Ceramah dan pengajarannya
mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari masyarakat setempat. Tak terkecuali, banyak
dari kalangan ulama dan tokoh sufi yang berdatangan untuk berbincang dengannya. Dari
kalangan tokoh sufi yang aktif datang mendengarkan ceramah dan berbincang dengannya,
sekaligus menjadi murid-muridnya tercatat misalnya : Syaikh Abul Hasan Ali Ibnu Maklif
Asyadzili, Abu Abdillah as-Shabuni, Abu Muhammad Abdul Aziz al-Patuni, Abu Abdillah
al-Bijjoj. Demikianlah, keterangan nama Abul Hasan sebagai seorang ulama sufi menyebar
luas dan dengan cepat memperoleh pengikut yang banyak.
Namun, Abul Hasan mengundang dan memancing iri dan kemarahan kaum ulama
fiqih di Tunisia. Kemudian mereka memfitnahnya di hadapan Sultan Abu Zakariyya al-Hafsi.
Ia dan para pengikutnya mengalami penganiayaan yang sangat pedih. Setelah situasi dan
keadaan tidak memungkinkan lagi baginya untuk tetap tinggal di Tunisia, pada tahun 642 H,
2
Ia memutuskan untuk ke Mesir diikuti oleh beberapa gelintir pengikutnya, dan menetap di
Iskandariyah.
Di Mesir, sebagaimana halnya di Tunisia, majlis-majlis pengajiannya dihadiri oleh
bukan saja kalangan masyarakat awam dan pencinta ilmu. Tetapi juga oleh para ulama-ulama
besar dan terkemuka seperti sultanul ulama: Izzudin ibn Abdus Salam, Taqiuddin ibn Daqiqil,
Ibn Yasin (murid terkemuka Ibn ‘Arabi) dan lain-lain.
Meskipun semakin popular dan masyhur di kalangan masyarakat dan ulama di Mesir,
ia melakukan perbincangan dengan sekelompok kecil muridnya di Tunisia yang dengan setia
tetap menghidupkan namanya di sana. Beberapa surat yang berhasil ditemukan
menampakkan bahawa ia adalah Syaikh yang manusiawi, pemuka haji, yang dedikasi
personalitilnya tidak melemahkan kepeduliannya atas kesejahteraan pengikut-pengikutnya.
Pada akhirnya Abdul Hasan asy-Syadzili dan ajaran-ajarannya, yang mengambil
Mesir sebagai pusat penyebarannya ini, menjadi ajaran yang besar dan terbentuk dalam
suatu thariqat yang dikenal dengan thariqat syadziliyah. Tarekat ini mewakili tradisi tasawuf
maghrib dan terkenal dengan hizib-hizibnya.
Sepeninggalannya, ia digantikan oleh Syaikh Abul Abbas al-Mursi sebagai pemimpin
tarekatnya. Yang juga dipegangnya sampai ia meninggal dunia di Iskandariyah tahun 686 H.
Ia digantikan salah seorang muridnya, asal Mesir, Ibnu Athaillah as-Sukandari (al-Iskandari).
AJARAN THARIQAT
Tidak menganjurkan murid-muridnya untuk meninggalkan kerjaya mereka.
Tidak mengabaikan dalam menjalankan syari’at islam.
Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud adalah
mengosongkan hati dari selain Tuhan.
Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi miliuner.
Berusaha merespons apa yang sedang mengancam kehidupan umat
Tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri
sesuai dengan ketentuan Allah.
Ma’rifat adalah salah satu tujuan ahli thariqat atau tasawuf yang dapat di peroleh
dengan dua jalan.
3
CIRI-CIRI THARIQAT
Thariqat Syadzaliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah, pengusaha,
pejabat dan pegawai negeri.
Setiap anggota thariqat ini wajib mewujudkan semangat thariqat di dalam kehidupan
dan lingkungannya sendiri.
SYARAT-SYARAT PENGAMALANNYA
a) Meninggalkan segala perbuatan maksiat
b) Memelihara segala ibadah wajib
c) Menunaikan ibadah-ibadah sunnah
d) Zikir kepada Allah SWT sebanyak mungkin
e) Membaca selawat.
4
5) Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang mahupun dalam keadaan susah,
yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan berlindung
kepada-Nya dalam keadaan susah.
Lima sendi tersebut juga tegak diatas lima sendi yang berikut pula:-
1) Semangat yang tinggi, yang mengangkat seorang hamba kepada darjat yang tinggi.
2) Berhati-hati dengan yang haram, yang membuatnya dapat meraih penjagaan
Allah atas kehormatannya.
3) Berlaku benar/baik dalam berkhidmat sebagai hamba, yang memastikannya kepada
pencapaian tujuan kebesaran-Nya/kemuliaan-Nya.
4) Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan
hidupnya.
5) Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat, yang membuatnya selalu meraih tambahan
nikmat yang lebih besar.
5
Pertama-tama membaca surat al-Fatihah yang ditujukan kepada Allah Swt, Nabi
Muhammad Saw, Sayidina Abu Bakar al-Shiddiq, Sayidina Umar bin Khatab, Sayidina
Utsman bin Affan, Sayidina Ali bin Abi Thalib, Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani, mbah Panjulu,
Sunan Kali Jaga, Syeikh Ibnu Ulwan, dan Wali Sembilan di Indonesia, Sultan Agung, Syaikh
Abd al-Qadir Kediri, Syeikh Mustaqim bin Husein, kedua orang tua, dan Nabi Hidlir a.s.
Bacaan Hizb al-Syifa’ tersebut adalah :
2. Hizb al-Mubarak
Sebelum membaca hizb al-Mubarak ini terlebih dahulu membaca surat al-Fatihah
seperti biasanya dan ditambah kepada Sayidina Hamzah.
Bacaan Hizb al-Mubarak :
ِ ×) اَخ ْذت مَسْعهم وبص رهم بِ ِس م ِع7( اب الْ ِفي ِل اخل ِ َّ اهلل الرَّمْح ِن ِ بِس ِم
اهلل ْ ْ ُ ََ َ َ ْ َُ ُ َ ْ ِ ص َح ْ َك بِا
َ ُّف َف َع َل َرب َ اَمَلْ َتَر َكْي.الرحْي ِم َ ْ
اهلل َت َع اىَل لِْـألَنْبِيَ ِاء الَّ ِذيْ َن َك انُ ْوا
ِ اهلل بَِق ْدرتِ ِه بِيىِن وبيَنهم ِس ْتر
ُ ْ ُ َْ َ ْ َ
ِ واَخ ْذت ُق َّو َتهم وقُ ْدرَتهم بُِق َّو ِة.َتع اىَل وبص ِر ِه
ُْ َ َ ُْ ُ َ َ َ ََ َ
ِ ول
اهلل ِ
ِ جبرائِيل َعن مَيِييِن واسرافِيل ِمن خ ْل ِفي و ِمي َكائِيل َعن يس ا ِري س يِّ َدنَا رس.َاعنَة ِ ِ ِِ رِت
َُ َ ََ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ يَ ْستَ ُ ْو َن به م ْن َسطْ َوة الْ ُفَر
َو َج َع ْلنَ ا ِم ْن َبنْي ِ اَيْ ِديْ ِه ْم َس دَّا َو ِم ْن.ْم عُ ْم ٌي َف ُه ْم الَ َيْر ِجعُ ْو َن
ٌ ص ٌّم بُك
ِ ِ ِ
ُ . (ص م) اََمامى َواهللُ ُمطْل ُع َعلَ َّي مَيَْنعُ ُه ْم ميِّن
اتِ الس مو ِ ِ ِ ِ ِ ِ يامع َش ر اجْلِ ِّن واْ ِالن.ص رو َن ِ ِ
َ َ َّ اس تَطَ ْعتُ ْم اَ ْن َتْن ُف ُذوا م ْن اَقْطَ ار ْ س ان َ َ ْ َ َ ْ ُ َخ ْل َفه ْم َس دًّا فَاَ ْغ َش ْينَا ُه ْم َف ُه ْم الَيُْب
ِ اهلل واس تَتحبت بِعظْم ِة ِ ِ ِ اهلل والْتج اء ِ ِ ٍ ِ
اهلل َ ُ ُ ْ َ ْ َ ت اىَل َكنـف ُ ْ َ َ َ بُِق ْد َر ِة ت ُ ا ْمَتَن ْع.ض فَا ْن ُف ُذ ْوا الَ َتْن ُف ُذ ْو َن االَّ بِ ُس ْلطَانِ َواْالَْر
)×12/×7( .اهلل الْ َعلِ ِي الْ َع ِظْي ِم ِ ول والَ ُق َّوةَ اِالَّ ب ِ ِ ِ ُ ْاحَت َفظ
َ َ َ ت باَلْف اَلْف الَ َح ْ َو
Mengenai adab dzikir, kitab-kitab syadzilliyah meringkaskan sebanyak dua puluh
macam, lima sebelum mengucapkan dzikir, dua belas dalam mengucapkan dzikir dan tiga
sesudah mengucapkan dzikir.
Yang harus dilakukan sebelum dzikir ialah taubah, mandi dan berwudlu, diam dan
tenang, mengkhayalkan Syeikh dan dzikirnya, berpegang kepada Syeikh sampai kepada
Nabi. Adapun yang dilakukan, sedang dzikir ialah duduk meletakkan kedua belah tangan ke
atas dua paha, memperbaiki pakaian, berada dalam tempat yang gelap, memejamkan kedua
belah mata, mengingat kepada Syeikh, sidiq atau benar dengan dzikir, ikhlas, hudur, dan
melenyapkan semua yang ada dalam hati selain dari Allah, dan yang harus diperhatikan
sesudah dzikir ialah khusyu’ dan hudur, menggoncangkan badan, mencegah minum air
karena dapat melenyapkan kepanasan nur.
6
UCAPAN ABUL HASSAN ASY-SYADZILI
1) Penglihatan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih
kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku memohon kepada Tuhan agar memasang
sebuah tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah suara memanggilku, katanya " Jika kau
memohon kepada-Nya yang tahu bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan
memasang tirai antara kau dan Dia. Namun memohonlah kepada-Nya untuk membuatmu
kuat memiliki-Nya."Maka akupun memohon kekuatan dari Dia pun membuatku kuat,
segala puji bagi Tuhan!
2) Aku dipesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): "Jangan anda melangkahkan
kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkn keredhaan Allah, dan jangan duduk
dimajelis kecuali yang aman dari murka Allah. Jangan bersahabat kecuali dengan orang
yang membantu berbuat taat kepada Allah. Jangan memilih sahabat karib kecuali orang
yang menambah keyakinanmu terhadap Allah."
3) Seorang wali tidak akan sampai kepada Allah selama ia masih ada syahwat atau usaha
ikhtiar sendiri.
4) Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan tercapainya hajat
kebutuhanmu. Dengan demikian engkau hanya terhijab dari Allah. Yang harus menjadi
tujuan dari doamu adalah untuk bermunajat kepada Allah yang memeliharamu dari-Nya.
5) Seorang arif adalah orang yang megetahui rahsia-rahsia karunia Allah di dalam berbagai
macam bala yang menimpanya sehari-hari, dan mengakui kesalahan-kesalahannya
didalam lingkungan belas kasih Allah kepadanya.
6) Sedikit amal dengan mengakui karunia Allah, lebih baik dari banyak amal dengan terus
merasa kurang beramal.
7) Andaikan Allah membuka nur (cahaya) seorang mu'min yang berbuat dosa, nescaya ini
akan memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya menjelaskan :
"Andaikan Allah membuka hakikat kewalian seorang wali, nescaya ia akan disembah,
sebab ia telah mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.
7
Setelah sah sebagai murid thariqat syadziliyah,maka ia memiliki kewajipan mengamalkan
wirid-wirid berikut, dilaksanakan pada pagi hari setelah solat subuh dan petang hari setelah
solat maghrib iaitu :-
Dalam thariqat juga mempunyai kebiasaan yang dilakukan setiap hari iaitu :-
8
PERKEMBANGAN DAN ALIRAN-ALIRAN / CABANG-
CABANG THARIQAT
Berdasarkan ajaran yang diturunkan al-Syadzili kepada muridnya, kemudian
terbentuklah thariqat yang dinisbahkan kepadanya, yaitu tarekat Syadziliyah. Thariqat ini
berkembang pesat antara lain di Tunisia, Maroko, Mesir, Aljazair, Sudan, Suriah, dan
Semenanjung Arabia, juga di Indonesia (khususnya) di wilayah Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
Thariqat Syadziliyah mulai keberadaannya di bawah salah satu dinasti al-Muwahidun,
yakni di Tunisia tarekat ini kemudian berkembang dan tumbuh subur di Mesir dan timur
dekat di bawah dinasti Mamluk. Dalam hal ini menarik, sebagaimana dicatat oleh Victor
Danner peneliti thariqat Syadziliyah adalah bahwa meskipun thariqat ini berkembang pesat
timur (Mesir), namun awal perkembangannya adalah dari Barat (Tunisia).
Thariqat ini pada umumnya tumbuh dan berkembang di wilayah perkotaan (Tunisia
dan Alexandria) tetapi kemudian juga mempunyai pengikut yang sangat luas di daerah
pedesaan. Bergabungnya tokoh terkenal daerah Maghrib pada abad ke-10 H / 16 M, seperti
al-Sanhaji dan muridnya Abd al-Rahman al-Majzub dan bukti dari pernyataan tersebut. Sejak
dahulu thariqat ini juga diikuti oleh sejumlah intelektual terkenal, misalnya ulama terkenal
abad ke-9 H / 15 M, Jalal al-Din al-Suyuti.
Dalam perkembangan selanjutnya, muncul cabang-cabang dalam thariqat Syadziliyah.
Pada awal abad ke 8 H / 14 M, di Mesir muncul sebuah cabang yang akhirnya dinamakan
Wafaiyah, yang didirikan oleh Syams al-Din Muhammad ibn Ahmad Wafa’ (w. 760 H / 1359
M) yang juga dikenal dengan Bahr al-Shafa’, ayah dari tokoh terkenal Ali ibn Wafa’ (w. 807
H / 1404 M). Wafaiyah berkembang dengan jalannya sendiri seiring dengan pergantian
generasi, tersebar di sebagian wilayah Timur Dekat di Mesir. Setelah abad ke-9 H / 15 M
mereka mengenakan model pakaian sufi mereka sendiri, seakan gaya asli Syadziliyah yang
tidak menonjolkan diri tidak diperlihatkan lagi dan tidak dapat ditetapkan dengan sejumlah
9
alasan. Mereka juga perlahan-lahan mulai terlibat dengan kehidupan institusional yang lebih
kompleks dibandingkan dengan yang dihadapi generasi Syadziliyah awal.
Di samping cabang itu, muncul cabang-cabang lainnya, yaitu Hanafiyah, Jazuliyyah,
Nashiriyyah, Isawiyyah, Tihamiyah, Darqawiyyah dan sebagainya. Mereka muncul akibat
penyesuaian dan adaptasi kembali
KESIMPULAN
Thariqat Syadziliyah adalah salah satu thariqat mu’tabarah. Thariqat ini didirikan oleh
Abu Hasan Ali asy-Syadzili.
Ajaran dari thariqat Syadziliyah ini tidaklah berbelit-belit, kepada setiap murid,
kecuali meninggalkan perbuatan maksiat, mereka diwajibkan memelihara kewajiban ibadah
dan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah sekuat-kuatnya. Tarekat ini juga terkenal dengan
hizbnya, di antaranya adalah Hizb al-Mubarak, Hizb al-Syifa’, Hizb al-Hujb.
Thariqat ini berkembang pesat di Tunisia, Mesir, Aljazair, Sudan dan Semenanjung
Arabia. Juga di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Thariqah Syadzilliyah ini terkenal dengan hizib-hizibnya yang dipercayai mempunyai
kekuatan, dan di antara hizib-hizibnya ada beberapa hizib yang terkenal. Salah satunya hizb
al-bahr, dan daerah kekuasaannya meliputi Afrika Utara, Mesir, Kenya, Tunisia Tengah, Sri
Lanka, Indonesia dan beberapa tempat di Amerika Utara.
10
RUJUKAN
Rujukan buku:
Mengenal Thariqah Syadziliyah
Penulis: Abu Mustofa Hasani
1) https://putrifikriati.wordpress.com/2014/04/29/tarekat-qadiriyah-syadziliyah-dan-
naqsyabandiyah/
2) https://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat_Syadziliyah
3) http://ihsanefendiry.blogspot.my/2011/07/jenis-jenis-tarekat-dan-ajarannya.html
4) http://tasawufislam.blogspot.my/2009/05/macam-macam-tariqat-muktabarah.html
5) http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1169/
6) http://santriclumut.blogspot.my/2015/04/thariqah-syadziliyah-dan-wirid-
wiridnya.html
7) http://artikelusang.blogspot.my/2015/09/tarekat-syadziliyah-dan-konsep-
suluknya.html
11