E-mail: fahmi.dompu@gmail.com
Abstrak
Fazlur Rahman merupakan pemikir Islam modern yang memadukan antara pengetahuan
umum dan pengetahuan agama, dengan perpaduan pengetahuan inilah diharapkan dapat
menghasilkan pribadi yang kuat dalam beragama sekaligus memiliki pengetahuan umum
yang memadai. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman (1) Biografi singkat
Fazlur Rahman, (2) Pemikiran pendidikan menurut Fazlur Rahman, (3) Ciri-ciri pendidikan
modern, (4) Relevansi pemikiran pendidikan Fazlur Rahman di era modern. kajian ini
menggunakan pendekatan library research atau penelitian kepustakaan, dengan mengkaji
buku, jurnal, artikel dan lain sebagainya, yang berhububungan dengan topik penelitian
Pemikiran Pendidikan Fazlur Rahman. Kajian ini mendapatkan kesimpulan bahwa dari
pemikiran-pemikiran pendidikan yang di rumuskan oleh Fazlur Rahman, banyak hal-hal
yang masih relevan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini meskipun bisa
dibilang teori-teorinya yang dikenal dengan penuh kontroversial, namun sepatutnya kita
masih bisa memetik banyak pelajaran dari pemikiran-pemikirannya yang pada dasarnya
sama dengan tokoh-tokoh pendidikan ysng Islam lain yakni mencerdaskan Umat Islam.
1
Kata Pengantar
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang maha kuasa, karena atas segala
rahmat dan karunianya berupa ilmu pengetahuan. Serta tak lupa pula mengucap
sholawat serta salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW karena telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang. Alhamdulillah
Kami ucapkan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. H. Maragustam siregar, M.A
selaku dosen pengampu mata kuliah “Filsafat Pendidikan Islam” yang telah memberikan
bimbingan dan motivasinya kepada kami. Juga terima kasih kepada teman-teman
semuanya yang telah memberikan kontribusi berupa ide-ide dan masukan sehingga
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada
kami khususnya dan kepada para pembaca. Terlepas dari itu, makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami berharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fazlur Rahman merupakan salah satu tokoh yang banyak memberikan ide
pembaruan-pembaruan terutama di bidang pendidikan Islam. Dengan metode double
movementnya, Fazlur Rahman berharap munculnya pribadi-pribadi muslim yang
tangguh, tidak saja cakap dalam ilmu-ilmu umum tetapi juga cakap dalam ilmu
agama Islam serta mengamalkannya.
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Fazlur Rahman ?
2. Bagaimana pemikiran Fazlur Rahman tentang pendidikan ?
3. Bagaimana ciri-ciri Pendidikan modern ?
4. Bagaimana relevansi pemikiran Pendidikan Fazlur Rahman di era modern ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi Fazlur Rahman.
2. Untuk mengetahui pemikiran Fazlur Rahman tentang pendidikan.
3. Untuk mengetahui cirri-ciri pendidikan modern.
4. Untuk mengetahui relevansi pemikiran pendidikan Falur Rahman di era modern.
D. Metodologi Penulisan Makalah
1. Dasar Penulisan
Makalah ini ditulis dalam rangka memahami pemikiran Fazlur Rahman tentang
pendidikan Islam dan relevansinya dengan dunia modern
2. Fokus Penulisan
Penulisan difokuskan kepada penjelasan bagaimana biografi Fazlur Rahman, lalu
bagaimana pemikiran Fazlur Rahman tentang pendidikan, kemudian ciri-ciri
pendidikan modern, serta relevansi pemikiran pendidikan Fazlur Rahman di era
modern.
3. Sumber Data
Makalah ini menggunakan sumber data berupa buku-buku, artikel-artikel, dan
jurnal-jurnal yang relevan dengan materi pokok pembahasan
4. Tekhnik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pemakalah adalah Library
Research setelah dikumpulkan dari berbagai sumber, pemakalah menganalisa
sumber data yang dikumpulkan, kemudian mengambil poin-poin penting yang
sesuai dengan pembahasan makalah ini.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Fazlur Rahman dilahirkan di Hazara (anak benua India) yang sekarang terletak
di sebelah barat laut Pakistan pada tanggal 21 September 1919. Pendidikannya
dimulai dari lingkungan keluarga yang taat beragama. Ayahnya, Maulana
Syihabuddin adalah seorang alim terkenal lulusan Deoband. Ayahnya sangat
memperhatikan Rahman dalam hal mengaji dan menghafal Al-Qur’an, sehingga pada
usia 10 tahun Rahman telah hafal Al-Qur’an seluruhnya.1
Pada periode puncak kariernya, tepatnya pada tahun 1970 setelah pengunduran
dirinya dari selaku anggota Dewan Penasehat Ideologi Islam Pemerintah Pakistan,
Fazlur Rahman hijrah dari negara asalnya Pakstan menuju Amerika. Disana ia
menjabat sebagai Guru besar Kajian Islam pada Departemen of Near Eastern
Languages and Civilization University of Chicago. Di Universitas Chicago, Selain
memberi kuliah, Fazlur Rahman juga aktif memimpin berbagai proyek penelitian.
Diantara hasil dari sebuah riset itu adalah buku karangannya, Islam and Modernity,
1
Sutrisno, Fazlur Rahman: Kajian terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 60-61
2
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 591-592
5
Transformation of an Intellectual Tradition. Buku ini diterbitkan oleh The University
of Chicago Press dan dibiayai oleh Ford Foundation dalam bidang Pendidikan
Islam.3
Selama keberadaannya di Chicago yang tidak kurang dari delapan belas tahun,
tanpa mengenal lelah mengkomunikasikan gagasan-gagasannya lewat karya tulis dan
lisan. Selama masa ini, Fazlur Rahman telah menghasilkan karya-karya intelektual
baik berupa buku maupun artikel yang bertebaran di berbagai jurnal ilmiah di
Amerika Serikat, Eropa, Asia. Hingga pada akhirnya tokoh yang penuh kontroversial
ini menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 26 Juli 1988 atau 1408 Hijriah.4
Fazlur Rahman termasuk seorang ilmuwan dan pemikir Islam kenamaan, jasa-
jasanya sungguh besar bagi dunia Islam kontemporer. Hampir dipastikan, mahasiswa-
mahasiswa cerdas di dunia Islam pernah mengenalnya, baik melalui tulisan-tulisan
maupun langsung terlibat dalam studi dan kancah pemikirannya. Intelektualitas
Fazlur Rahman baik di barat maupun di timur, tidak dirgukan lagi, terbukti dari
beberapa Universitas di Eropa ia pernah terlibat sebagai dosen dan professor studi ke-
Islaman. Selain itu, beberapa hasil karya terkenalnya yang sudah dipublikasikan
diantaranya; New education in the makng in Pakistan (London 1953), Prophecy in
Islam (London 1958), Avicenna’s Psychology (London 1952), Avicenna’s De Anima
(London 1959), Islam (New York 1968), Islamic Methodology in History (Islamabad
1965), Islam and Modernity (Chicago 1982).
Bagi Fazlur Rahman, kunci dari wawasan intelektual luas adalah ilmu. Tentu
selain sangat penting bagi manusia, Islam juga menempatkan ilmu pada posisi yang
sangat tinggi karena semakin bertambahnya ilmu, maka semakin bertambah pula
iman dan antusias terhadap Islam.5Dalam pandangan Islam, ilmu merupakan suatu
bentuk Ibadah yang mendorong manusia untuk menjalin hubungan yang lebih dekat
3
Ibid., hlm. 598-601
4
Ibid., hlm. 605
5
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam,… hlm. 613
6
dengan Allah. Sehingga ilmu itu tidak boleh disalah-gunakan untuk merusak iman
dan moral serta mendatangkan bahaya dan kehancuran. Oleh karena itu menurut
Fazlur Rahman, Islam memperbolehkan umatnya untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dalam bentuk apapun, selama ilmu pengetahuan yang diperoleh tersebut
tidak menyesatkan dan mengarahkannya kepada pengahancuran diri. Sebab ilmu
pengetahuan itu pada hakikatnya harus dimanfaatkan untuk tujuan yang sehat bagi
individu maupun kolektif.6
Kehadiran Fazlur Rahman memberi harapan bagi masa depan Islam, karena
selain menawarkan apa yang ia sebut dengan neo-modernisme Islam, ia juga
memberikan interpretasi baru terhadap slogan “kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah”.
Meskipun hal itu disadarinya sebagai sesuatu yang berjangka panjang, sebab
penyebaran dan penerapannya harus dilakukan oleh tangan-tangan terdidik, dan itu
hanya bisa diwujudkan melalui pendidikan. Dalam pendahuluan karyanya, Islam,
fazlur Rahman menegaskan bahwa pembaharuan Islam bagaimanapun yang harus
dilakukan, mestilah dimulai dengan pendidikan.7
7
eksternal pendidikan, melainkan sebagai intelektualisme Islam karena baginya hal
inilah yang dimaksud dengan esensi pendidikan Islam. Hal ini merupakan
pertumbuhan suatu pemikiran Islam yang asli dan memadai, dan yang harus
memberikan kriteria untuk menilai keberhasilan atau kegagalan sebuah sistem
pendidikan Islam.9
11
Ummu Mawaddah dan Siti Karomah, “Relevansi Pemikiran Fazlur Rahman Terhadap Pendidikan Modern
di Indonesia”, Jurnal Al-Thariqah: Vol. 3, No.1, Januari-Juni 2018, hlm. 21
8
tarbiyah (pendidikan moral), dan mengkomunikasikan pengetahuan ilmiah
melalui ta’lim (pengajaran).12
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam
menurut pandangan Fazlur Rahman pada dasarnya bertujuan untuk
menghasilkan individu yang tertananam di dalam dirinnya wawasan imtaq
(iman dan taqwa), serta berkepribadian kritis dan kreatif. Salah satu cara
mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan pemberian materi ilmu-ilmu agama
serta ilmu-ilmu umum secara merata kepada peserta didik, dan
mengembangkan segenap bakat dan potensinya secara optimal. Kemudian
Fazlur Rahman juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang bersifat
defensif dan cenderung berorientasi hanya pada kehidupan akhirat harus
diubah. Tujuan pendidikan Islam harus diorientasikan kepada kehidupan dunia
dan akhirat sekaligus serta bersumber kepada Al-Qur’an.
2. Peserta Didik
Unsur penting lainnya dalam pendidikan adalah peserta didik, menurut
Fazlur Rahman keadaan peserta didik di Negara-negara Islam mengalami
permasalahan serius yang berkaitan erat dengan dikotomi antara ilmu-ilmu
agama dan ilmu-ilmu umum, sehingga muncul pribadi yang terpecah-pecah
(split personality). Padahal bagi Fazlur Rahman, ilmu pengetahuan itu pada
prinsipnya adalah satu, yaitu berasal dari Allah SWT.13
Perubahan dan perkembangan zaman, menuntut untuk melahirkan sikap
kritis dan kreatif. hal ini disampaikan Fazlur Rahman bahwa kritis dan kreatif
manusia berlaku pada hal penciptaan yang berjalan secara terus menerus, yaitu
mengubah suatu bentuk ke bentuk lain. hal ini meliputi semua aspek kehidupan
manusia, tak terkecuali ilmu pengetahuan, pemikiran dan pendidikan.14
Sifat kritis dan kreatif merupakan karakter utama Fazlur Rahman,
karakter inilah yang mengkritisi peradaban barat yang saat itu mendominasi
12
Khotimah, “Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Pendidikan Islam”, Jurnal Ushuluddin: Vol. XXII No. 2, Juli
2014, hlm. 249
13
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam,… hlm. 620
14
Sutrisno, Fazlur Rahman: Kajian terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem Pendidikan,... hlm. 183
9
peradaban dunia hingga pada akhirnya sifat kritis ini yang mempengaruhi pola
pikir perkataan, perhatian, dan seluruh perbuatannya. Disamping sifat kritis,
Fazlur Rahman juga memiliki sifat kreatif, kedua sifat ini yang digunakannya
dalam usaha memberikan alternatif pemecahan masalah sosial, agama, dan
masalah dualisme dalam sistem pendidikan (pendidikan tradisional dan
pendidikan modern).15
Tujuan dikembangkannya daya kritis dan kreatif dalam pendidikan Islam
adalah untuk menghasilkan output yang kritis dan kreatif, atau dengan kata lain
pendidikan Islam harus dapat mengembangkan peserta didik yang kritis dan
kreatif. Menurut Sutrisno peserta didik yang kritis dan kreatif memiliki 3 ciri:
a. Mempunyai pemikiran asli atau orisinil (originality)
b. Mempunyai keluwesan (flexibility)
c. Menunjukan kelancaran proses berfikir (fluency) 16
3. Pendidik
15
Ibid., hlm. 178
16
Ibid., hlm. 185
17
Ibid., hlm. 186
10
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
spiritual, afektif, kognitif, maupun psikomotorik ke arah yang lebih baik.18
Selain itu, seorang pendidik harus memiliki karakter yang kritis dan
kreatif demi menggali sikap kritis dan kreatif dari peserta didiknya, dalam
bukunya Sutrisno, Fazlur Rahman sangat yakin bahwa jika umat Islam dewasa
ini dapat menerapkan metode double movement dalam dunia pendidikan
terutama pada korelasi antara pendidik dan peserta didik dalam proses
pembelajaran, niscaya akan dapat melahirkan sikap kritis dan kreatif. Salah satu
contoh pembelajaran yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam
18
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter, (Yogyakarta: Pascasarjana FITK,
2018), hlm. 206
19
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intelektual, terj. Ahsin Muhammad,
(Bandung: Pustaka, 1985), cet. I, hlm. 142-149
11
mengembangkan daya kritis dan kreatif peserta didik misalnya, mereka disuruh
membuat karangan bebas, melalui karangan bebas pendidik dapat dengan
mudah mengetahui tingkat kekritisan dan kreatifitas peserta didik.20
Metode yang menghasilkan alumni yang kritis dan kreatif adalah metode
double movement. Metode ini awalnya digunakan untuk memahami dan
menafsirkan Al-Qur’an. Metode ini terdiri dari dua gerakan ganda, yaitu
membawa situasi sekarang ke masa lalu (masa Al-Qur’an diturunkan)
kemudian kembali lagi ke masa kini.22
Fazlur Rahman yakin bahwa jika umat Islam dapat menerapkan metode
a double movement dalam pendidikan mereka, niscaya akan dapat melahirkan
ilmuwan-ilmuwan yang kritis dan kreatif. Selanjutnya, gerakan ini
diterjemahkan sebagai metode pendidikan antara guru dan murid dalam
pembelajaran. Metode double movement, terdiri dari gerakan ganda, yaitu
gerakan dari guru ke murid dan gerakan dari murid ke guru. Dengan metode ini,
diharapkan peserta didik memiliki keleluasaan dalam melakukan berbagai
aktivitas pembelajaran sehingga mereka tidak hanya mendengarkan ceramah
dari guru, tetapi juga membaca, memahami, menganalisis, menulis,
mengadakan eksperimen, mengalami proses pembuktian, sampai penemuan.23
20
Sutrisno, Fazlur Rahman: Kajian terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem Pendidikan,... hlm. 188
21
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter,… hlm. 227
22
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intelektual, terj. Ahsin Muhammad,… hlm.
7-9
23
Sutrisno, Fazlur Rahman: Kajian terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem Pendidikan,… hlm. 186-188
12
Berkaitan dengan metode double movement, metode lain yang tidak kalah
penting adalah metode diskusi. Sebaiknya metode diskusi dilakukan dengan
terbuka, dalam artian bahwa peserta didik bisa secara leluasa mengadakan
diskusi, baik dengan guru maupun sesama teman-teman mereka, tanpa ada rasa
takut dan batasan untuk mengemukakan gagasan-gagasan mereka. Metode
selanjutnya adalah metode pembelajaran kebebasan, dan penyadaran. Peserta
didik disadarkan akan posisinya, lantas diberi kebebasan untuk berbuat. Tujuan
dari metode-metode diatas adalah menghasilkan peserta didik yang kritis dan
kreatif.24
5. Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan berupa gedung, perpustakaan serta lainnya amat erat
hubungannya dengan mutu sekolah. Sekalipun sederhana, tokoh-tokoh
pendidikan Islam sejak zaman dahulu sudah mengetahui pentingnya alat-alat
dan sarana tersebut bagi peningkatan mutu pendidikan. Pertumbuhan yang tepat
dan cepat dari perpustakaan-perpustakaan semi-publik adalah ciri yang penting
untuk diperhatikan dalam pendidikan Islam zaman pertengahan.25
Menurut Fazlur Rahman, perpustakaan di lembaga-lembaga pendidikan
Islam masih belum memadai, terutama jumlah buku-buku yang berbahasa Arab
dan Inggris. Untuk mengatasi hal tersebut, Fazlur Rahman mengusulkan agar
fasilitas perpustakaan harus dilengkapi dengan buku-buku yang berbahasa Arab
dan Inggris.26
24
Ibid., hlm. 189
25
Fazlur Rahman, Islam, terj. Ahsin Muhammad, (Bandung: Pustaka, 2010), cetakan. VI, hal. 265
26
Ummu Mawaddah dan Siti Karomah, “Relevansi Pemikiran Fazlur Rahman Terhadap Pendidikan Modern
di Indonesia”,… hlm. 25
13
mengikuti irama perubahan tersebut, apabila pendidikan tidak didisain mengikuti
perubahan maka pendidikan akan ketinggalan dengan lajunya perkembangan zaman
itu sendiri. Pendidikan dari masyarakat, didisain mengikuti irama perubahan dan
kebutuhan masyarakat. Misalnya; pada peradaban masyarakat industrial dan
informasi, pendidikan didisain mengikuti irama perubahan dan kebutuhan masyarakat
pada era tersebut pula, dan seterusnya. Demikian siklus perkembangan perubahan
pendidikan, kalau tidak pendidikan akan ketinggalan dari perubahan zaman yang
begitu cepat. Untuk itu perubahan pendidikan harus relevan dengan perubahan zaman
dan kebutuhan masyarakat pada era tersebut, baik pada konsep, materi dan
kurikulum, proses, fungsi serta tujuan lembaga-lembaga pendidikan.27
Berdasarkan pada tujuan pendidikan Islam, setidaknya ada beberapa misi bagi
lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam rangka membenahi kualitas hidup manusia
agar menjadi lebih baik, yakni:
1. Pendidikan Islam harus menjadi kekuatan (power) yang ampuh untuk menghadapi
wacana kehidupan yang lebih krusial.
2. Pendidikan Islam harus menjadi terobosan baru untuk membentuk pola hidup umat
yang lebih maju dan terbebas dari kebodohan dan kemiskinan.
27
Moh. Khoirudin, “Pendidikan Islam Tradisional dan Modern”, Jurnal Tasyri’: Vol 25, Nomor 2, Oktober
2018, hlm. 93
28
Ibid., hlm. 102
14
3. Rumusan tujuan pendidikan mestinya bukan hanya bersifat kehidupan akhirat,
tetapi juga bersifat duniawi.29
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam bukan hanya
mengedepankan ilmu-ilmu agama saja, tetapi pendidikan Islam juga harus mampu
menjawab tantangan zaman yang dimana semakin hari semakin maju. Selain itu,
tujuan pendidikan Islam sebaiknya tidak hanya bertujuan untuk kebahagiaan ukhrowi
saja, tetapi juga harus bertujuan untuk kebahagiaan duniawi.
Dari pemikiran pendidikan yang di rumuskan oleh Fazlur Rahman, banyak hal-
hal yang masih relevan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini. Secara
spesifik bisa dilihat dari komponen-komponen terkait konsep pemikiran
pendidikannya di bawah ini:
2. Peserta Didik
29
Ibid., hlm. 103
30
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3
15
Peserta didik menurut Fazlur Rahman idealnya ialah peserta didik yang di
dalam dirinya terdapat sifat kritis dan kreatif, dengan kata lain lembaga-lembaga
pendidikan Islam diharuskan dapat mengembangkan peserta didik yang kritis dan
Menurut pemakalah, dilihat dari kriteria peserta didik dari perspektif Fazlur
Rahman masih sangat relevan untuk peserta didik pada tingkat SMP/MTS,
SMA/MA, dan Perguruan Tinggi di Indonesia, dimana pada tingkat tersebut nalar
atau rasio seorang peserta didik telah mampu menanggapi problem-problem dalam
modern yang dimana tidak hanya terfokus pada guru, akan tetapi seluruh
didik yang kritis kreatif, sebab posisi peserta didik tidak hanya merupakan objek,
Sehingga peserta didik bukan hanya hebat pada segi kognitifnya (intelektual) saja,
tetapi juga dari segi afektif (sikap) dan psikomotoriknya (keterampilan) juga.
3. Pendidik
Menurut pemakalah, berdasarkan gagasan yang ditawarkan Fazlur Rahman
dalam mengatasi kelangkaan tenaga pendidik yang berkualitas, terlihat lebih
condong kepada kriteria untuk tenaga-tenaga pendidik yang ada di Perguruan
Tinggi saja, sebab kriteria-kriteria yang ditawarkan seperti merekrut Doktor
lulusan Barat sebagai guru besar, melatih pendidik di pusat-pusat pelatihan studi
16
Islam di luar negeri masih sulit direalisasikan di jenjang- jenjang pendidikan yang
ada di Indonesia seperti SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, bahkan di Perguruan
Tinggi sekalipun, karena beberapa faktor seperti dana, sumber daya manusia yang
masih belum bisa mendukung untuk merealisasikannya. Namun sebagian tawaran
Fazlur Rahman seperti merekrut dan mempersiapkan pendidik yang memiliki
bakat-bakat terbaik sebagai calon pendidik yang profesional, masih sangat relevan
untuk direalisasikan dengan melihat keadaan dunia pendidikan di Indonesia
sekarang.
4. Metode Pembelajaran
Menurut pemakalah, metode gerakan ganda ini masih sangat relevan untuk
digunakan di dalam pembelajaran sekarang, karena metode ini secara tidak
langsung menuntut pendidik maupun peserta didik untuk lebih kritis dan kreatif
dalam melangsungkan proses pembelajaran. Sehingga dapat mewujudkan salah
satu tujuan dari pendidikan menurut Fazlur Rahman, yakni terwujudnya pendidik
maupun peserta didik yang kritis dan kreatif.
Metode diskusi juga masih sering digunakan dalam proses pembelajaran saat
ini, baik itu diskusi antara pendidik dan peserta didik, maupun antara sesama
peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa metode-metode tersebut sangat
dibutuhkan dalam proses pembelajaran karena masih relevan dengan sistem
pendidikan modern.
5. Sarana Pendidikan
17
Menurut Fazlur Rahman perpustakaan adalah salah satu sarana pendidikan
yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Setidaknya disana
terdapat banyak buku-buku sebagai referensi keilmuan, terutama buku-buku yang
berbahasa Inggris dan berbahasa Arab. Secara tidak langsung Fazlur Rahman
menginginkan terwujudnya budaya membaca, terutama buku-buku ke-islaman dan
buku-buku pemikiran barat.
Realitanya perpustakaan yang ada sekarang ini, kebanyakan hanya sebagai
simbol saja, kurangnya minat membaca menyebabkan perpustakaan-perpustakaan
menjadi kurang efektif keberadaannya. Meski demikian, keberadaan perpustakaan
merupakan salah satu sarana inti yang wajib dimiliki lembaga pendidikan sebagai
penunjang pendidikan tersebut. oleh karena itu perpustakaan masih sangat relevan
sebagai salah satu sarana pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fazlur Rahman dilahirkan di Hazara (anak benua India) yang sekarang terletak
di sebelah barat laut Pakistan pada tanggal 21 September 1919. Fazlur Rahman
termasuk seorang ilmuwan dan pemikir Islam kenamaan, jasa-jasanya sungguh besar
bagi dunia Islam kontemporer. Fazlur Rahman menghembuskan nafas terakhir pada
tanggal 26 Juli 1988 atau 1408 Hijriah, dengan karya-karya diantaranya; New
18
education in the makng in Pakistan, London (1953), Prophecy in Islam, London
(1958), Avicenna’s Psychology, London (1952), Avicenna’s De Anima, London
(1959), Islam, New York (1968), Islamic Methodology in History, Islamabad (1965),
Islam and Modernity, Chicago (1982).
19
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal, Abu Muhammad, Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Khoirudin, Moh., “Pendidikan Islam Tradisional dan Modern”, Jurnal Tasyri’: Vol 25,
Nomor 2, Oktober 2018.
Khotimah, “Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Pendidikan Islam”, Jurnal Ushuluddin: Vol.
XXII No. 2, Juli 2014.
20
Mawaddah, Ummu dan Siti Karomah, “Relevansi Pemikiran Fazlur Rahman Terhadap
Pendidikan Modern di Indonesia”, Jurnal Al-Thariqah: Vol. 3, No.1, Januari-Juni
2018.
Rahman, Fazlur, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intelektual, terj. Ahsin
Muhammad, Bandung: Pustaka, 1985.
Sutrisno, Fazlur Rahman: Kajian terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem Pendidikan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Zuraya, Helva, “Konsep Pendidikan Fazlur Rahman”, Jurnal Khatulistiwa: vol. 3, no. 2,
September 2013.
21