Anda di halaman 1dari 3

NU dan Komite Hijaz Dalam Missi

Penyelamatan Makam Nabi SAW

NU dan Komite Hijaz


Komite Hijaz mungkin saat
ini masih ada orang yang
belum tahu tentangnya, yaitu
sebuah komite yang sangat
melegenda dalam sejarah
NU. Coba bayangkan, ketika itu
Indonesia belum merdeka dari
penjajahan Belanda, dalam
keadaan serba susah para Ulama
Aswaja di Jawa masih sempat
mencermati apa yang tengah
terjadi di Hijaz (Arab saudi). Waktu itu di Hijaz sedang dalam masa-masa awal berdirinya
kerajaan arab Saudi.
Waktu itu betapa para Kiyai dan ulama Jawa gundah gulana mendengar kabar bahwa makam
Rasulullah Saw akan diratakan dengan tanah atau dibongkar oleh penguasa Saudi yang
ditopang penasehat Wahabi. Para ulama Jawa waktu itu berupaya keras mencari
carabagaimana mencegah pihak penguasa Hijaz agar tidak membongkar makam Nabi
Muhammad saw. Sungguh ini pekerjaan berat, dalam keadaan serba sulit di masa penjajahan
Belanda, dimana transportasi dan alat komunikasi yang terbatas, para kiyai harus berangkat ke
Hijaz dalam missi penyelamatan makam Rasulullah saw.
*****
Pada tahun 1924-1925 Arab Saudi baru saja berdiri, dipimpin oleh Ibnu Saud, Raja Najed
yang ber-aliran Wahabi. Aliran ini sangat dominan di tanah Haram, sehingga aliran lain tidak
diberi ruang dan gerak untuk mengerjakan mazhabnya. Semasa kepemimpinan Ibnu Saud,
terjadi eksodus besar-besaran ulama dari seluruh dunia. Mereka kembali ke negara masingmasing, termasuk para pelajar Indonesia yang sedang mencari ilmu di tanah Hijaz.

Aliran Wahabi yang terkenal puritan, berupaya menjaga kemurnian agama dari musyrik
dan bidah namun secara membabibuta dan melalui kekerasan. Maka beberapa tempat
bersejarah, seperti rumah Nabi Muhammad SAW dan sahabat, termasuk makam Nabi
Muhammad pun hendak dibongkar. Umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal
Jamaah (Aswaja) merasa sangat perihatin kemudian mengirimkan utusan menemui Raja
Ibnu Saud. Utusan inilah yang kemudian disebut dengan Komite Hijaz.
Komite Hijaz ini merupakan sebuah kepanitiaan kecil yang dipimpin oleh KH Abdul
Wahab Chasbullah. Setelah berdiri, Komite Hijaz menemui Raja Ibnu Suud di Hijaz (Saudi
Arabia) untuk menyampaikan beberapa permohonan, seperti meminta Hijaz memberikan
kebebasan kepada umat Islam di Arab untuk melakukan ibadah sesuai dengan madzhab yang
mereka anut. Karena untuk mengirim utusan ini diperlukan adanya organisasi yang
formal, maka didirikanlah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926, yang secara formal
mengirimkan delegasi ke Hijaz untuk menemui Raja Ibnu Saud. Adapun lima permohonan
yang disampaikan oleh Komite Hijaz, seperti ditulis di situs http://www.nu.or.id tersebut adalah:
1. memohon diberlakukan kemerdekaan bermazhab di negeri Hijaz pada salah satu dari
mazhab empat, yakni Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali. Atas dasar kemerdekaan
bermazhab tersebut hendaknya dilakukan giliran antara imam-imam shalat Jumat di
Masjidil Haram dan hendaknya tidak dilarang pula masuknya kitab-kitab yang
berdasarkan mazhab tersebut di bidang tasawuf, aqidah maupun fikih ke dalam negeri
Hijaz, seperti karangan Imam Ghazali, imam Sanusi dan lain-lainnya yang sudaha
terkenal kebenarannya.
2. memohon untuk tetap diramaikan tempat-tempat bersejarah yang terkenal sebab
tempat-tempat tersebut diwaqafkan untuk masjid seperti tempat kelahiran Siti
Fatimah dan bangunan Khaezuran dan lain-lainnya berdasarkan firman Allah
Hanyalah orang yang meramaikan Masjid Allah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan firman Nya Dan siapa yang lebih aniaya dari pada orang yang
menghalang-halangi orang lain untuk menyebut nama Allah dalam masjidnya dan
berusaha untuk merobohkannya.
3. memohon agar disebarluaskan ke seluruh dunia, setiap tahun sebelum datangnya
musim haji menganai tarif/ketentuan beaya yang harus diserahkan oleh jamaah haji
kepada syaikh dan muthowwif dari mulai Jedah sampai pulang lagi ke Jedah. Dengan
demikian orang yang akan menunaikan ibadah haji dapat menyediakan perbekalan yang
cukup buat pulang-perginya dan agar supaya mereka tidak dimintai lagi lebih dari
ketentuan pemerintah.
4. memohon agar semua hukum yang berlaku di negeri Hijaz, ditulis dalam bentuk
undang-undang agar tidak terjadi pelanggaran terhadap undang-undang tersebut.
5. Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) memohon balasan surat dari Yang Mulia yang
menjelaskan bahwa kedua orang delegasinya benar-benar menyampaikan surat
mandatnya dan permohonan-permohonan NU kepada Yang Mulia dan hendaknya surat
balasan tersebut diserahkan kepada kedua delegasi tersebut.

Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Komite Hijaz yang merupakan
respons terhadap perkembangan dunia internasional ini menjadi faktor terpenting
didirikannya organisasi NU. Berkat kegigihan para kiai yang tergabung dalam Komite Hijaz,
aspirasi dari umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah diterima oleh raja
Ibnu Saud. Makam Nabi Muhammad yang akan dibongkar pun tidak jadi dihancurkan.
- See more at: http://www.inilah-salafi-takfiri.com/general/wahabi-rumah-nabi-dihancurkanmuseum-utsaimin-dibangun#sthash.AKa6TtRF.dpuf

Anda mungkin juga menyukai