Anda di halaman 1dari 19

FAZLUR RAHMAN ( BIOGRAFI SINGKAT, PEMIKIRAN

PENDIDIKAN BERKARAKTER ISLAMI DAN INTEGRASI ILMU)

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Prof.Dr. H Abdurrahman Getteng, M.Ag


Dr. Najamudin Petta Solomg, M.Ag
Dr.H.Sabara Karim Ngou.M.Pd.I

Disusun Oleh:
WIRANTI MARWAN
MEGA SULISTYANI
RAHMAT M HILAMUHU
KARMAN AGUS

PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN AMAI GORONTALO
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah sesuai waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Besar Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam beserta seluruh keluarga dan
sahabatnya. Semoga senantiasa terlimpahkan yang telah membimbing kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
Penyusunan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Filsfat dan
Pemikiran Tokoh Pendidikan Agama Islam di Semester 1 Pascasarjana IAIN
Sultan Amai Gorontalo tahun akademik 2022/2023.
 Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu,
penulis sangat menghargai masukan, saran, guna penyempurnaan dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambil
keputusan, pemerhati dan mahasiswa Pendidikan Agama Islam.

Gorontalo, 20 Oktober 2022


Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar Isi............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1-3

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................3

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian..................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................8-40

A. Biografi Singkat Fazlur Rahman......................................................................................8

B. Konsep Pemikiran Pendidikan Berkarakter Islami oleh Fazlur Rahman ..............15

B. Konsep Integrasi Ilmu oleh Fazlur Rahman.............................................................15

BAB III PENTUP......................................................................................................41-48

A. Kesimpulan

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam pada masa modern ini mengahadapi krisis Fundamental
yaitu semacam perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan sejarah
Islam. Oleh karena itu, problem mendasar kaum muslimin modern adalah
bagaimana merehabilitasi sejarah tersebut dan membuatnya berjalan lagi dengan
kekuatan penuh sehingga masyarakat Islam dapat maju ke depan sebagaimana
mestinya masyarakat yang terpimpin secara Ilahiyah. Inovasi serta Ide-ide
pembaharuan sebagai upaya mengantisipasi krisis ini telah banyak muncul. Akan
tetapi metode yang dikembangkan oleh pembaharu dalam menjawab krisis
tersebut terlihat belum memuaskan. 
Fazlur Rahman berupaya merumuskan metodologi sistematisnya dalam
gerakan pembaharuan yang sering dikenal dengan neo-modernisme. Fazlur
Rahman menyadari bahwa krisis yang digambarkan tersebut mempunyai
implikasi yang serius terhadap masa depan Islam dan umatnya. Dan akar krisis ini
bagi Fazlur Rahman terletak pada sejarah keagamaan Islam karena sejak
penghujung abad pertama hijriyah kaum muslimin telah mengembangkan suatu
sikap yang kaku dalam memandang kedua sumber pemikiran Islam, yakni al-
Qur’an dan sunnah Nabi lewat pendekatan-pendekatan historis, literalis, dan
atomistis. Pendekatan-pendekatan semacam ini telah menceraikan al-Qur’an dan
sunnah Nabi dari akar kesejarahannya dan mereduksi keduanya menjadi
kompendia yang terdiri dari bagian-bagian yang terisolasi dan fragmentasi.
.
Fazlur Rahman termasuk seorang ilmuan dan pemikir Islam kenamaan,
yang jasanya-jasanya sungguh besar bagi dunia Islam kontemporer. Di waktu
masyarakat umum beranggapan bahwa suatu hal yang aneh jika seorang yang
ingin mendalami ilmu tentang Islam, tetapi ia pergi ke Barat untuk belajar, disaat
inilah Fazlur Rahman pergi ke Barat yaitu Universitas Oxford untuk
memperdalam ilmu tentang Islam. Di universitas ini, selain mengambil dan
mengikuti kuliah-kuliah formal, ia juga giat mempelajari bahasa-bahasa Barat.

1
Penguasaannya terhadap bahasa-bahasa tersebut pada gilirannya sangat membantu
upayanya dalam memperdalam dan memperluas wawasan keilmuannya.
Khususnya dalam studi-studi Islam lewat penelusuran literatur-literatur keislaman
yang ditulis oleh para orientalis dalam bahasa-bahasa mereka. Fazlur Rahman
merasa tidak puas belajar tentang Islam di negeri-negeri muslim, karena
menurutnya studi Islam di negeri muslim tidak kritis. Oleh Karena itu Ia pergi ke
Barat untuk belajar dan pernah juga sebaagi tenaga pengajar.
Fazlur Rahman merupakan seorang pemikir yang cukup besar perhatian
dan pengaruhnya terhadap perkembangan dan kemajuan umat Islam. dengan
kiprahnya yang dinamis dalam menggulirkan ide-ide pembaharuannya demi
membangkitkan dan mengembangkan intelektualitas umat Islam. Memang, diakui
maupun tidak, gagasan-gagasannya telah memberikan pengaruh yang cukup besar
bagi perkembangan intelektual di dunia Islam. Bahkan pengaruh pemikirannya
begitu terasa di tanah air lewat banyaknya karya Fazlur Rahman yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan ini setidaknya merupakan bukti
bahwa ide-ide Fazlur Rahman mendapat sambutan positif dan mempengaruhi
umat Islam Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Biografi Singkat Fazlur Rahman?
2. Bagaimana Konsep Pemikiran Pendidikan Berkarakter Islami oleh Fazlur
Rahman?
3. Bagaimana Konsep Konsep Integrasi Ilmu oleh Fazlur Rahman?

C. Tujuan
1. Menemukan Biografi Singkat Fazlur Rahman
2. Menganalisis Konsep Pemikiran Pendidikan Berkarakter Islami oleh Fazlur
Rahman
3. Menganalisis Konsep Konsep Integrasi Ilmu oleh Fazlur Rahman
4.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Fazlur Rahman

Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September 1919 di Hazara,


suatu daerah di Anak Benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di barat laut
Pakistan. Wilayah Anak Benua Indo-Pakistan sudah tidak diragukan lagi telah
melahirkan banyak pemikir Islam yang cukup berpengaruh dalam perkembangan
pemikiran Islam, seperti Syah Wali Allah, Sir Sayyid Ahmad Khan, hingga Sir
Muhammad Iqbal. Nama keluarga Fazlur Rahman adalah Malak, namun nama
keluarga Malak ini tidak pernah digunakan dalam daftar referensi baik di Barat
ataupun di Timur. Fazlur Rahman dilahirkan dalam suatu keluarga Muslim yang
sangat religius. Kerelegiusan ini dinyatakan oleh Fazlur Rahman sendiri yang
mengatakan bahwa ia mempraktekan ibadah-ibadah keisalaman seperti shalat,
puasa, dan lainnya, tanpa meninggalkannya sekalipun. Dengan latar belakang
kehidupan keagamaan yang demikian, maka menjadi wajar ketika berumur
sepuluh tahun ia sudah dapat menghafal Alquran. Adapun mazhab yang dianut
oleh keluarganya ialah mazhab Hanafi. Walaupun hidup ditengah-tengah keluarga
mazhab Sunni, Fazlur Rahman mampu melepaskan diri dari sekat-sekat yang
membatasi perkembangan intelektualitasnya dan keyakinan-keyakinannya.
Dengan demikian, Fazlur Rahman dapat mengekspresikan gagasan-
gagasannya secara terbuka dan bebas. Seperti pendapat mengenai wajibnya shalat
tiga waktu yang dijalani oleh penganut mazhab Syi’ah, Fazlur Rahman
beranggapan bahwa praktek tersebut dibenarkan secara historis karena
Muhammad saw. pernah melakukannya tanpa sesuatu alasan1
Orang tua Fazlur Rahman sangat mempengaruhi pembentukan watak dan
keyakinan awal keagamaannya. Melalui ibunya, Fazlur Rahman memperoleh
pelajaran berupa nilai-nilai kebenaran, kasih saying, kesetiaan, dan cinta. Ayah
Fazlur Rahman merupakan penganut mazhab Hanafi yang sangat kuat, namun
beliau tidak menutup diri dari pendidikan modern. Tidak seperti penganut mazhab
1
Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellctual Tradition, the University
of Chichago Press, America, 1982.hal 41

3
Hanafi fanatik lainnya ketika itu, Ayahnya berkeyakinan bahwa Islam harus
memandang modernitas sebagai tantangan-tantangan dan kesempatan-
kesempatan. Pandangan ayahnya inilah yang kemudian mempengaruhi pemikiran
dan keyakinan Fazlur Rahman.2 Selain itu, melalui tempaan ayahnya, Fazlur
Rahman pada kemudian hari menjadi seorang yang bersosok cukup tekun dalam
mendapatkan pengetahuan dari pelbagai sumber, dan melalui ibunyalah kemudian
ia sangat tegar dan tabah dalam mengembangkan keyakinan dan pembaruan Islam
Pada tahun 1933, Fazlur Rahman melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah
modern di Lahore.
Selain mengenyam pendidikan formal, Fazlur Rahman pun mendapatkan
pendidikan atau pengajaran tradisinonal dalam kajian-kajian keislaman dari
ayahnya, Maulana Syahab al Din. Materi pengajaran yang diberikan ayahnya ini
merupakan materi yang ia dapat ketika menempuh pendidikan di Darul Ulum
Deoband, di wilayah utara India. Ketika berumur empat belas tahun, Fazlur
Rahman sudah mulai mempelajari filsafat, bahasa Arab, teologi atau kalam, hadis
dan tafsir.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Fazlur Rahman
kemudian melanjutkan pendidikannya dengan mengambil bahasa Arab sebagai
kosentrasi studinya dan pada tahun 1940 ia berhasil mendapatkan gelar Bachelor
of Art. Dua tahun kemudian, tokoh utama gerakan neomodernis Islam ini berhasil
menyelesaikan studinya di universitas yang sama dan mendapatkan gelar Master
dalam bahasa Arab. Menurut Amal ketika telah menyelesaikan studi Masternya
dan tengah belajar untuk menempuh program Doktoral di Lahore, Fazlur Rahman
pernah diajak oleh Abul A’la Mauwdudi, yang kelak menjadi “musuh”
intelektualitasnya, untuk bergabung di Jama’at al Islami dengan syarat
meninggalkan pendidikannya.
Pada tahun 1946, Fazlur Rahman berangkat ke Inggris untuk melanjutkan
studinya di Oxford University. Keputusannya untuk melanjutkan studinya di
Inggris dikarenakan oleh mutu pendidikan di India ketika itu sangat rendah.
2
Fazlur Rahman, Islam and Modernity: (Transformation of an Intellctual Tradition, the University
of Chichago Press, America, 1982) hal 83

4
Dibawah bimbingan Profesor S. Van den Berg dan H A R Gibb, Fazlur Rahman
berhasil menyelesaikan studinya tersebut dan memperoleh gelar Ph. D pada tahun
1949 dengan disertasi tentang Ibnu Sina. Disertasi Fazlur Rahman ini kemudian
diterbitkan oleh Oxford University Press dengan judul Avicenna’s Psychology.
Selama menempuh pendidikan di Barat, Fazlur Rahman menyempatkan
diri untuk belajar pelbagai bahasa asing. Bahasa-bahasa yang berhasil dikuasai
olehnya diantaranya ialah Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab dan Urdu
Penguasaan pelbagai bahasa ini membantu Fazlur Rahman dalam memperdalam
dan memperluas cakrawala keilmuannya (khususnya studi keislaman) melalui
penelusuran pelbagai literatur. Setelah menyelesaikan studinya di Oxford
University, Fazlur Rahman tidak langsung ke negeri asalnya Pakistan (ketika itu
sudah melepaskan diri dari India), ia memutuskan untuk tinggal beberapa saat
disana. Ketika tinggal di tinggal di Inggris, Fazlur Rahman sempat mengajar di
Durham University. Kemudian pindah mengajar ke Institute of Islamic Studies,
McGill University, Kanada, dan menjabat sebagai Associate Professor of
Philosophy sampai awal tahun 1960. Menurut pengakuan Fazlur Rahman, ketika
menempuh studi pascasarjana di Oxford University dan mengajar di Durham
University, konflik antara pendidikan modern yang diperolehnya di Barat dengan
pendidikan Islam tradisional yang didapatkan ketika di negeri asalnya mulai
menyeruak.
Konflik ini kemudian membawanya pada skeptisisme yang cukup dalam,
yang diakibatkan studinya dalam bidang filsafat Setelah tiga tahun mengajar di
McGill University, akhirnya pada awal tahun 1960 Fazlur Rahman kembali ke
Pakistan setelah sebelumnya diminta bantunnya oleh Ayyub Khan untuk
membangun negeri asalnya, Pakistan. Menurut Moosa permintaan Ayyub Khan
kepada Fazlur Rahman ialah bertujuan untuk membawa Pakistan pada khittah
berupa negara yang bervisi Islam
Selanjutnya pada tahun 1962, Fazlur Rahman diminta oleh Ayyub Khan
untuk memimpin Lembaga Riset Islam (Islamic Research Institute) dan menjadi
anggota Dewan Penasihat Ideologi Islam (The Advisory Council of Islamic
Ideology). Motivasi Fazlur Rahman untuk menerima tawaran dari Ayyub Khan

5
dapat dilacak pada keinginannya untuk membangkitkan kembali visi Alquran
yang dinilainya telah terkubur dalam puing-puing sejarah. Kursi panas yang
diduduki oleh Fazlur Rahman akhirnya menuai pelbagai reaksi. Para ulama
tradisional menolak jika Fazlur Rahman mendudukinya, ini disebabkan oleh latar
belakang pendidikannya yang ditempuh di Barat. Penentangan atas Fazlur
Rahman akhirnya mencapai klimaksnya ketika jurnal Fikr-o-Nazar menerbitkan
tulisannya yang kemudian menjadi dua bab pertama bukunya yang berjudul Islam.
Pada tulisan tersebut, Fazlur Rahman mengemukakan pikiran kontroversialnya
mengenai hakikat wahyu dan hubungannya dengan Muhammad saw. Menurut
Fazlur Rahman, Alquran sepenuhnya adalah kalam atau perkataan Allah swt,
namun dalam arti biasa, Alquran juga merupakan perkataan Muhammad saw. 3
Akibat pernyataan-pernyataannya tersebut, Fazlur Rahman dinyatakan
sebagai munkir-i-Quran (orang yang tidak percaya Alquran). Menurut Amal
kontroversi dalam media masa Pakistan mengenai pemikiran Fazlur Rahman
tersebut berlalu hingga kurang lebih satu tahun, yang pada akhirnya kontroversi
ini membawa pada gelombang demonstrasi massa dan mogok total di beberapa
daerah Pakistan pada September 1968. Menurut hampir seluruh pengkaji
pemikiran Fazlur Rahman berpendapat bahwa penolakan atasnya bukanlah
ditujukan kepada Fazlur Rahman tetapi untuk menentang Ayyub Khan.
Hingga akhirya pada 5 September 1968 permintaan Fazlur Rahman untuk
mengundurkan diri dari pimpinan Lembaga Riset Islam dikabulkan oleh Ayyub
Khan. Pada akhir tahun 1969 Fazlur Rahaman meninggalkan Pakistan untuk
memenuhi tawaran Universitas California, Los Angeles, dan langsung diangkat
menjadi Guru Besar Pemikiran Islam di universitas yang sama. Mata kuliah yang
ia ajarkan meliputi pemahaman Alquran, filsafat Islam, tasawuf, hukum Islam,
pemikiran politik Islam, modernism Islam, kajian tentang al Ghazali, Shah Wali
Allah, Muhammad Iqbal, dan lain-lain. Salah satu alasan yang menjadikan
Rahman memutuskan untuk mengajar di Barat disebabkan oleh keyakinan bahwa
gagasangagasan yang ditawarkannya tidak akan menemukan lahan subur di

3
Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellctual Tradition, (the University
of Chichago Press, America, 1982) .hal 34

6
Pakistan. Selain itu, Rahman menginginkan adanya keterbukaan atas pelbagai
gagasan dan suasana perdebatan yang sehat, yang tidak ia temukan di Pakistan
Selama di Chicago, Fazlur Rahman mencurahkan seluruh kehidupannya
pada dunia keilmuan dan Islam. Kehidupannya banyak dihabiskan di
perpustakaan pribadinya di basement rumahnya, yang terletak di Naperville,
kurang lebih 70 kilometer dari Universitas Chicago. Rahman sendiri
menggambarkan aktitivitas dirinya tersebut laiknya ikan yang naik ke atas hanya
untuk mendapatkan udara. Dari konsistensinya dan kesungguhannya terhadap
dunia keilmuan akhirnya Rahman mendapatkan pengakuan lembaga keilmuan
berskala internasional. Pengakuan tersebut salah satunya ialah pada tahun 1983 ia
menerima Giorgio Levi Della Vida dari Gustave E von Grunebaum Center for
Near Eastern Studies, Universitas California, Los Angeles. Pada pertengahan
dekade 80-an, kesehatan tokoh utama neomodernisme Islam tersebut mulai
terganggu, dintaranya ia mengidap penyakit kencing manis dan jantung.
Konsistensi Rahman untuk terus berkarya pun ditandai oleh lahirnya karya yang
berjudul Revival and Reform in Islam: A Study of Islamic Fundamentalism.
Walaupun baru diterbitkan setelah beliau wafat, namun pengerjaannya dilakukan
ketika sakit beliau makin parah dengan dibantu oleh puteranya.
Akhirnya, pada 26 Juli 1988 profesor pemikiran Islam di Univesitas
Chicago itu pun tutup usia pada usia 69 tahun setelah beberapa lama sebelumnya
dirawat di rumah sakit Chicago.

B. Konsep Pendidikan Berkarakter Islami oleh Fazlurahman

Pendidikan Islam dalam perspektif sejarah menurut Fazlur Rahman


Menurut Rahman, pendidikan islam ketika masa Rasulullah menerapkan metode
membaca dan menulis, tetapi yang paling lazim adalah menghafal al-Qur’an dan
al-Hadis. Namun ada juga kelompok kecil yang berusaha mengembangkan
kemampuan intelektual. Kemudian pada masa abbasiyah, khalifah-khalifah
tertentu, sepaerti Harun al- Rayid dan al-Makmun menekankan adu pendapat
diantara para pelajar diistana mengenai persoalan logika, hukum, gramatika, dan

7
sebagainya. Selanjutnya yang dihadapi oleh institusi ini adalah masalah
sumberdaya manusia. Selama dipimpin oleh fazlur Rahman (1962-1968) strategi
yang dicoba diterapkan untuk mengatasi permasalahan ini adalah: mengangkat
beberapa lulusan madrasah yang mempunyai pengetahuan bahasa inggris,
memberikan mereka pelatihan teknik penelitian modern, merekrut sarjana yunior
lulusan unuversitas jurusan filsafat atau ilmu-ilmu sosial, dan memberikan mereka
pengetahuan bahasa arab dan disiplin ilmu islam klasik yang penting seperti Hadia
dan Hukum islam.

Disamping usaha-usaha itu, dilakukan juga dengan cara mengirim


beberapa orang keluar negeri untuk memperoleh pelatihan dan gelar dalam studi
islam, baik dinegara barat maupun timur. Fazlur Rahman juga berusaha
mengundang doktor-doktor dari barat untuk menjalin kerjasama dan mengawasi
riset yang dilakukan oleh para mahasiswa. Namun, usahanya gagal karena tidak
adanya doktor yang seperti itu. Secara mendasar, pembaharuan pendidikan islam,
menurut Rahman, dapat dilakukan dengan menerima pendidikan sekuler modern,
kemudian berusaha memasukinya dengan konsep-konsep islam. Secara detail
menurut Rahman, pembaharuan pendidikan umat islam mendesak untuk segera
dilakukan dengan cara:

Pertama, membangkitkan idiologi umat islam tentang pentingnya belajar


dan mengembangkan ilmu pengetahuan . kedua, berusaha mengikis dualisme
sistem pendidikan umat islam. Pada satu sisi lain, ada pendidikan modern
(sekuler). Kedua sistem pendidikan ini sama-sama tidak beresnya. Karena itu,
perlu ada upaya untuk mengintegrasikan keduanya. Ketiga, menyadari betapa
pentingnya bahasa dalam pendidikan dan sebagai alat untuk mengeluarkan
pendapat-pendapat yang orisinil. Menurut Rahman umat islam lemah dibidang
bahasa.4 Bahkan ia katakan umat islam adalah masyarakat tanpa bahasa. Keempat,
pembaharuan dibidang metode pendidikan islam, yaitu beralih dari metode
mengulang-ulang dan menghafal pelajaran ke metode memahami dan
menganalisis.
4
Fazlur Rahman, Islam,( Chicago and London: University of Chicago Press, 1979). Hal 6

8
Pendidikan islam menurut Fazlur Rahman bukan sekedar perlengkapan
dan peralatan fisik atau kuasi fisik pengajaran seperti buku-buku yang diajarkan
ataupun struktur eksternal pendidikan, melainkan sebagai intelektualisme islam
karena baginya hal inilah yang dimaksud dengan esensi pendidikan tinggi islam.
Hal ini merupakan pertumbuhan suatu pemikiran islam yang asli dan memedai,
dan yang harus memberikan kriteria untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
sebuah sistem pendidikan islam.

Pendidikan islam dapat mencakup dua pengertian besar. Pertama,


pendidikan islam dalam pengertian praktis, yaitu pendidikan yang dilaksanakan
didunia islam seperti yang diselenggarakan dipakistan, Mesir, Sudan, Saudi, Iran,
Turki, Maroko, dan sebagainya, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan
tinggi. Untuk konteks Indonesia, meliputi pendidikan dipesantren, di madrasah
(mulai dari ibtidaiyah sampai aliyah), dan diperguruan tinggi islam, bahkan bisa
juga pendidikan agama islam disekolah (sejak dari dasar sampai lajutan atas) dan
pendidikan agama islam diperguruan tinggi umum. Kedua, pendidikan tinggi
islam yang disebut dengan intelektualisme islam. Lebih dari itu, pendidikan islam
menurut Rahman dapat juga dipahami sebagai proses untuk menghasilkan
manusia (ilmuwan) integratif, yang padanya terkumpul sifay-sifat seperti kritis,
kreatif, dinamis, inovatif, progresif, adil, jujur, dan sebagainya.

Dengan mendasarkan pada al-Qur’an, tujuan pendidikan menurut Fazlur


Rahman adalah untuk mengembangkan manusia sedemikian rupa sehingga semua
pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi
yang kreatif, yang memungkinkan manusia untuk memanfaatkan sumber-sumber
alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan,
dan keteraturan dunia.

9
C. Konsep Konsep Integrasi Ilmu oleh Fazlur Rahman

Berikut adalah tiga metodologi yang dikembangkan oleh Rahman, yaitu:

1. Metode Kritik Sejarah (The Critical Histori Method)


William Montgomeri Watt menggunakan istilah The Critical
Histori Method yang merupakan pendekatan kesejarahan yang pada
prinsipnya bertujuan menemukan fakta-fakta objektifsecara utuh dan
mencari nilai-nilai tertentu yang terkandung didalamnya. Metode kritik
sejarah, sebagaimana yang dimaksudkan Fazlur Rahman, telah banyak
diterapkan dalam penelitian sejarah islam oleh para Orientalis seperti
David S. Margoliouth, Ignaz Goldziher, Henry Lamen, Joseph Schact dll.
Penelitian dari para orientalis tersebut menghasilkan berbagai tesis yang
menghebohkan terutama bagi kalangan muslim tradisional. Hal inilah
sebenarnya, menurut Rahman, yang menyebabkan metode kritik sejarah
tidak dapat berkembang dengan baik dikalangan pemikir muslim sampai
pertengahan abad ke-20 M. Rahman banyak menerapkan metode kritik
sejarah dalam melakukan penelitian terhadap pendidikan didunia islam.
Metode kritik sejarah yang diterapkan oleh Rahman tidak
menekankan pada kronologi berjalannya pendidikan didunia islam, tetapi
menekankan pada nilai-nilai yang terkandung dalam data-data sejarah
pendidikan didunia islam. Secara spesifik metode ini diterapkan dengan
cara mendiskripsikan nilai-nilai sejarah pendidikan umat islam terutama
yang terjadi di Turki, Mesir, Iran, Pakistan, dan Indonesia, kemudian
sesekali Rahman melakukan komparasi diantara pendidikan di negara-
negara tersebut. 5

2. Metode Penafsiran Sistematis (The Sistematic interpretation method)

5
Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History,( Karachi: Central Institute of Islamic Research,
1965) hlm. 97.

10
Metode kritik sejarah yang telah lama diaplikasikan dalam
menuliskan pikiran-pikirannya yang tajam dan kritis, kemudian
dikembangkan menjadi metode yang lebih sistematis, yang disebut dengan
The Sistematic interpretation method.
Menurut Rahman,6 jika orang-orang islam dengan keras dan gigih
berbicara tentang kelangsungan hidup islam sebagai sistem doktrin dan
praktek didunia dewasa ini sungguh-sungguh sejati (suatu pertanyaan yang
jawabnya tidak mudah), kelihatan dengan jelas bahwa mereka harus
memulai sekali lagi dari tingkat intelektual. Mereka harus mendiskusikan
dengan ikhlas dan tanpa menahan diri tentang apa yang mereka inginkan
terhadap islam dewasa ini. Seluruh kandunga syari’ah harus diarahkan
menjadi sasaran pengujian yang segar dalam sinaran bukti al-Qur’an.
Suatu penafsiran secara sistematis dan berani terhadap al-Qur’an harus
dilakukan. Resiko terbesar dalam pemahaman ini tentu akan menjadi
proyeksi dari ide subyektif kedalam al-Qur’an dan menjadikannya sebagai
objek penanganan secara arbitrer. Akan tetapi, walaupun ini mungkin
sangat membahayakan tidaklah dapat dihindarkan. Metodologi yang tepat
untuk memahami dan menafsirkan al-Qur’an harus diterapkan.
Fazlur Rahman menjelaskan metode ini terdiri atas tiga langkah
utama, yaitu: pertama, pendekatan historis untuk menemukan makna teks
al-Qur’an dalam bentangan karier dan perjuangan nabi. Kedua adalah
membedakan antara ketetapan legal dan sasaran serta tujuan al-Qur’an.
Ketiga adalah memahami dan menetapkan sasaran alQur’an dengan
memperhatikan secara penuh latar belakang sosiologisnya.

3. Metode Suatu Gerakan Ganda (a Double Movement)

6
Sutrisno, Fazlur Rahman Kajian Terhadap Metode, Epistemology dan System Pendidikan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar:2006) hal 7

11
Metode ini bisa dilakukan dengan (1) membawa problem- problem
umat (sosial) untuk dicarikan solusinya pada alQur’an atau (2) memaknai
al-Qur’an dalam konteksnya dan memproyeksikannya kepada situasi
sekarang. Lebih lanjut Fazlur Rahman menawarkan metode berfikir yang
terdiri atas dua gerakan, yaitu: pertama, metode berpikir dari yang khusus
kepada yang umum (induktif), dan kedua, metode berpikir dari yang
umum kepada yang khusus (deduktif). Sehubungan dengan metode
berpikir pertama, gerakan pertama melibatkan pemahaman terhadap
prinsip al-Qur’an dengan mana Sunnah merupakan bagian organisnya.
Sektor sosial perintah-perintah alQur’an memiliki suatu latar
belakang situasional, sebagaimana pewahyuan al-Qur’an sendiri yang
memiliki latar belakang religio-sosial yang amat konkret dalam politeisme
dan disekuilibrium sosio-ekonomi masyarakat Makkah pada awal islam;
perintah-perintah al-Qur’an muncul tidak dalam suatu kevakuman, tetapi
selalu turun sebagai solusi terhadap masalah-masalah aktual. Latar
belakang situasional ini, yang disebut ”sebab-sebab pewahyuan”.
Gerakan pemikiran kedua adalah metode berpikir dari yang umum
kepada yang khusus. Kumpulan prinsip yang diperoleh dari al-Qur’an
lewat cara yang dicandera diatas (yakni dalam gerakan pemikiran
pertama), harus diterapkan terhadap masyarakat muslim dalam konteks
dewasa ini. Sebagaimana dengan latar belakang ajaran alQur’an yang
harus dikaji untuk memperoleh prinsip-prinsip umum al-Qur’an, maka
situasi kontemporer juga harus dikaji untuk diambil darinya prinsip-prinsip
tentang penerapan hukum terhadap situasi tersebut. Kemudian untuk
mengoprasikan metode ini, Rahman menerapkan tiga tahapan, yaitu:
pertama, merumuskan world-view (pandangan dunia) al-Qur’an, kedua
mensistematisasikan etika al-Qur’an, dan ketiga menumbuhkan etika al-
Qur’an pada konteks masa kini.7
Contoh penerapan metode Fazlur Rahman ini dapat dilihat dari
berbagai pemikirannya seperti dalam masalah konsep Sunnah yang hidup,
7
Fazlur Rahman, Major Themes of The Qur’an, terj. Anas Mahyuddin, “Tema Pokok al-Qur’an”,
(Bandung: Penerbit Pustaka, 1983) hlm. xi.

12
riba dan bunga bank, distribusi zakat, perbudakan dalam islam dan dalam
bidang pendidikan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September 1919 di Hazara,
suatu daerah di Anak Benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di

13
barat laut Pakistan. Wilayah Anak Benua Indo-Pakistan sudah tidak
diragukan lagi telah melahirkan banyak pemikir Islam yang cukup
berpengaruh dalam perkembangan pemikiran Islam, seperti Syah Wali
Allah, Sir Sayyid Ahmad Khan, hingga Sir Muhammad Iqbal. Nama
keluarga Fazlur Rahman adalah Malak, namun nama keluarga Malak
ini tidak pernah digunakan dalam daftar referensi baik di Barat ataupun
di Timur. Fazlur Rahman dilahirkan dalam suatu keluarga Muslim
yang sangat religius
2. Pendidikan islam menurut Fazlur Rahman bukan sekedar perlengkapan
dan peralatan fisik atau kuasi fisik pengajaran seperti buku-buku yang
diajarkan ataupun struktur eksternal pendidikan, melainkan sebagai
intelektualisme islam karena baginya hal inilah yang dimaksud dengan
esensi pendidikan tinggi islam. Hal ini merupakan pertumbuhan suatu
pemikiran islam yang asli dan memedai, dan yang harus memberikan
kriteria untuk menilai keberhasilan atau kegagalan sebuah sistem
pendidikan islam
3. Metodologi Fazlur Rahman dapat dikelompokkan kedalam tiga macam
yaitu metode kritik sejarah, metode penafsiran secara sistematis, dan
metode suatu gerakan ganda. Metode suatu gerakan ganda Fazlur
Rahman dapat diterapkan untuk memberi alternatif solusi atas
problem-problem umat, termasuk problem pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Fazlur Rahman, Islam, PT. Raja Grafindo, Persada, 2001, Gelombang Perubahan
Sutrisno, Fazlur Rahman Kajian Terhadap Metode, Epistemology dan System
Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar:2006

14
Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellctual Tradition,
the University of Chichago Press, America, 1982.
Sutrisno, Pendidikan Islam yang menghidupkan,(Yogyakarta: Kota Kembang,
2006)
Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History, Karachi: Central Institute of
Islamic Research, 1965,
Fazlur Rahman, Major Themes of The Qur’an, terj. Anas Mahyuddin, “Tema
Pokok al-Qur’an”, Bandung: Penerbit Pustaka, 1983

15

Anda mungkin juga menyukai