Anda di halaman 1dari 16

MAKALA

Pengertian Hukum Pidana, Ruang Lingkup, Tujuan dan Fungsi, Sejarah dan
Kedudukannya, dan asas-asas Hukum Pidana

Kelompok 7

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah: Pengantar Hukum Indonesia
Dosen Pembimbing: Sabarudin Ahmad S.Sy. M.H

Oleh :
Muhammad Thorik Ababil
()
Nuris Safitri H
(2012140099)

PRODI HUKUM TATA NEGARA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PALANGKA RAYA
TAHUN 2019
MOTTO

success is a journey, not a goal, effort is often more important than the result.

(sukses adalah sebuah perjalanan, bukan sebuah tujuan, usaha sering lebih penting dari
pada hasilnya)

i
Abstrak

Asas legalitas merupakan asas hukum pidana yang paling tua dan hampir ditemukan
diseluruh hukum pidana nasional di dunia. Keberadaan asas ini secara sederhana adalah
untuk melindungi warga negara dari kesewenang-wenangan penguasa. Menguatnya isu hak
asasi manusia turut memberikan sumbangsih bagi perkembangan asas legalitas, baik dari
hukum pidana nasional maupun hukum pidana internasional. Peristiwa yang berkaitan
dengan isu ini ikut mempengaruhi penerapan asas legalitas dalam penegakan hukum.
Permasalahan yang akan dibahas pada tulisan ini adalah teori asas legalitas dalam hukum
pidana secara umum dan perkembangan asas legalitas dalam hukum pidana nasional dan
hukum pidana internasional. Penelitian dilakukan dengan metode yuridis normatif dengan
metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Penerapan asas legalitas baik dalam
hukum pidana nasional maupun dalam hukum pidana internasional tidak kaku, terutama
untuk menanggulangi kejahatan terhadap hak asasi manusia. Namun dalam hukum pidana
nasional harus dibuat dalam aturan tertulis, sedangkan dalam hukum pidana internasional
dapat dirujuk dari hukum kebiasaan internasional. Kata Kunci: Asas Legalitas, Hukum
Pidana Nasional dan Hukum Pidana Internasional

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penertian Hukum
Pidana, Ruang Lingkup, Tujuan dan Fungsi, Sejarah dan Kedudukannya dan asas-asas
Hukum Pidana”, Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas di Semester I mata kuliah
Pengantar Hukum Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada Bapak Sabarudin Ahmad S.Sy. M.H selaku
dosen pengampu mata kuliah, yang senantiasa memberikan bimbingan serta pengajarannya
pada kami dan teman-teman seperjuangan. Semoga Allah SWT meridhai segala usaha kita
semua. Amin.

Palangka Raya 08 November 2020

Nuris Safitri H
Muhammad thorik ababil

iii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................
MOTTO................................................................................................................. i
ABSTRAK............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Hukum Pidana................................................................................... 3
B. Ruang Lingkup.................................................................................. 5
C. Tujuan dan Fungsi............................................................................. 7
D. Sejarah dan Kedudukannya............................................................... 8
E. Asas-asas Hukum Pidana.................................................................. 9
BAB IIIPENUTUP.............................................................................................. 10
A. Kesimpulan........................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Hukum merupakan suatu aturan yang mengatur antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Hukum bisa ada dan tercipta karena adanya masyarakat,
bilamana tidak ada masyarakat/orang maka tentu tidak akan ada hukum. Dari
kelahiran sampai meninggal, manusia itu hidup di tengah manusia lainnya, yakni
setiap manusia hidup dalam pergaulan dengan manusia lainnya. Hukum merupakan
suatu aturan yang tidak bisa terlepas dalam kehidupan, karena hukum merupakan
suatu aturan yang mengatur setiap manusia, sehingga dalam hukum banyak sekali
aturan-aturan yang tidak memperbolehkan manusia untuk berbuat sesuatu. Indonesia
merupakan negara hukum, dasar pijakan bahwa indonesia negara hukum adalah yang
tertuang di dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat 3 yang menyebutkan
bahwa :”Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Dimasukannya ketentuan ini kedalam bagian Undang-undang Dasar 1945
menunjukan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat Negara, bahwa
Negara Indonesia adalah Negara Hukum.Masyarakat merupakan suatu bentuk
pergaulan hidup, yang biasanya diberi nama sistem kemasyarakatan. Sistem
kemasyarakatan tersebut mencakup sub-sistem politik, ekonomi, sosial, pertahanan
dan keamanan maupun hukum. Maka apabila dikaitkan dengan sistem
kemasyarakatan,Hukum merupakan suatu sub-sistem atau inter-sub-sistem. Antara
sub-sistem sub-sistem tersebut, terdapat kaitan timbal balik, yang artinya dimana
timbal balik tersebut ada hubungan saling pengaruh dan mempengaruhi antara
masyarakat dan hukum.
Istilah kejahatan atau tindak pidana adatau perbuatan pidana di definisikan
secara beragam. Van Hamel merumuskan delik (strafbaarfeit) itu sebagai berikut:
“Kelakuan manusia yang dirumuskan dalam Undang-Undang, melawan hukum, yang
patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.”1 S.R. Sianturi merumuskan tindak
pidana sebagai berikut: “Tindak pidana adalah sebagai suatu tindakan pada, tempat,
waktu, dan keadaan tertentu yang dilarang (atau diharuskan) dan diancam dengan
pidana oleh Undang-Undang bersifat melawan hukum, serta dengan kesalahan
dilakukan oleh seseorang (yang bertanggungjawab).”2 Moeljatno menyebut tindak
pidana sebagai perbuatan pidana yang diartikan sebagai berikut: “perbuatan yang
melanggar yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai
ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggar
larangan tersebut.
Banyaknya kejahatan atau tindak pidana disekitar kita sangat mengerikan, hal
ini dapat diketahui melalui media massa mengungkap beberapa kasus pembunuhan
yang terjadi dimana faktor yang menyebabkan adanya kecemburuan social, dendam,
dan faktor psikologi seseorang. Sebenarnya yang jadi masalah adalah faktor
pendidikan yang dimiliki pelaku kejahatan juga menjadi salah satu faktor pendukung
pelaku dalam melakukan kejahatan. Kurangnya pendidikan yang dimiliki pelaku

1
membuat pelaku menjadi tidak berfikir terlebih dahulu akan akibat dari tindakannya
kemudian. Dalam hal penegakan hukum, walaupun aparat penegak hukum telah
melakukan usaha pencegahan dan penanggulangannya, namun dalam kenyataannya
masih saja tetap terjadi dan bahkan beberapa tahun terakhir ini Nampak bahwa laju
perkembangan kejahatan pembunuhan di Indonesia pada umumnya dan di kota-kota
lain pada khususnya cenderung meningkat baik dari segi kuantitas maupun dari segi
kualitas dengan modus operandi yang berbeda.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Pidana ?
2. Apa yang dimaksud dengan Ruang lingkup ?
3. Apa yang dimaksud dengan Tujuan dan Fungsi ?
4. Apa yang dimaksud dengan Sejarah dan Kedudukannya ?
5. Apa yang dimaksud dengan asas-asas Hukum Pidana ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Memahami apa yang dimaksud Hukum Pidana
2. Memahami apa yang dimaksud Ruang lingkup
3. Memahami apa yang dimaksud Tujuan dan Fungsi
4. Memahami apa yang dimaksud Sejarah dan Kedudukannya
5. Memahami apa yang dimaksud asas-asas Hukum Pidana

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Pidana

Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan


perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta menentukan
hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.1

Menurut Prof. Moeljatno, S.H. Hukum Pidana adalah bagian daripada


keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan
aturan-aturan untuk 

Menurut Prof. Moeljatno, S.H. Hukum Pidana adalah bagian daripada


keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan
aturan-aturan untuk 

1. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yang telah diancamkan.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yang telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan
apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut2

Sedangkan menurut Sudarsono, pada prinsipnya Hukum Pidana adalah yang mengatur


tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum dan perbuatan
tersebut diancam dengan pidana yang merupakan suatu penderitaan.
Dengan demikian hukum pidana bukanlah mengadakan norma hukum sendiri,
melainkan sudah terletak pada norma lain dan sanksi pidana. Diadakan untuk
menguatkan ditaatinya norma-norma lain tersebut, misalnya norma agama dan
kesusilaan.
Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap seseorang yang telah bersalah
melanggar ketentuan-ketentuan dalam undang-undang hukum pidana, dalam Pasal 10
KUHP ditentukan macam-macam hukuman yang dapat dijatuhkan, yaitu sebagai
berikut:

1
Ikhtisar Ilmu Hukum, Prof.DR.H. Muchsin, S.H, Hal.48
2
Asas-asas Hukum Pidana , Prof. Moeljatno, S.H., Hal. 1

3
Hukuman-Hukuman Pokok

a. Hukuman mati, tentang hukuman mati ini terdapat negara-negara yang telah
menghapuskan bentuknya hukuman ini, seperti Belanda, tetapi di Indonesia
sendiri hukuman mati ini kadang masih diberlakukan untuk beberapa hukuman
walaupun masih banyaknya pro-kontra terhadap hukuman ini.
b. Hukuman penjara, hukuman penjara sendiri dibedakan ke dalam hukuman penjara
seumur hidup dan penjara sementara. 3 Hukuman penjara sementara minimal 1
tahun dan maksimal 20 tahun. Terpidana wajib tinggal dalam penjara selama masa
hukuman dan wajib melakukan pekerjaan yang ada di dalam maupun di luar
penjara dan terpidana tidak mempunyai Hak Vistol.4
c. Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat hukuman penjara dan
dijatuhkan karena kejahatan-kejahatan ringan atau pelanggaran.[butuh
rujukan] Biasanya terhukum dapat memilih antara hukuman kurungan atau
hukuman denda.[butuh rujukan] Bedanya hukuman kurungan dengan hukuman
penjara adalah pada hukuman kurungan terpidana tidak dapat ditahan di luar
tempat daerah tinggalnya kalau ia tidak mau sedangkan pada hukuman penjara
dapat dipenjarakan di mana saja, pekerjaan paksa yang dibebankan kepada
terpidana penjara lebih berat dibandingkan dengan pekerjaan yang harus
dilakukan oleh terpidana kurungan dan terpidana kurungan mempunyai Hak
Vistol (hak untuk memperbaiki nasib) sedangkan pada hukuman penjara tidak
demikian.
d. Hukuman denda, Dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri antara denda
dengan kurungan.5 Maksimum kurungan pengganti denda adalah 6 Bulan.6
e. Hukuman tutupan, hukuman ini dijatuhkan berdasarkan alasan-alasan politik
terhadap orang-orang yang telah melakukan kejahatan yang diancam dengan
hukuman penjara oleh KUHP.7

3
Pengantar Ilmu hukum, Subandi AL Marsudi, S.H., M.H., Hal.146-154
4
Pengantar Ilmu hukum Indonesia, Fully Handayani, S.H., M.Kn, Hal. 59-61
5
Pengantar Ilmu hukum, Subandi AL Marsudi, S.H., M.H., Hal.146-154
6
Pengantar Ilmu hukum Indonesia, Fully Handayani, S.H., M.Kn, Hal. 59-61
7
Pengantar Ilmu hukum, Subandi AL Marsudi, S.H., M.H., Hal.146-154

4
B. Ruang Lingkup
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa hukum pidana merupakan
hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
Undang-undang beserta sanksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku.8
Istilah hukum pidana bermakna jamak. Menurut Hazewinkel-suringa
Dalam Buku Prof. Dr. Mr. H.A. Zainal Abidin Farid S.H bahwa arti obyektif,
yang juga sering disebut jus poenale meliputi :
1) Perintah dan larangan, yang atas pelanggarannya atau pengabaianya telah
ditetapkan sanksi terlebih dahulu oleh badan-badan negara yang berwenang
peraturan-peraturan yang harus ditaati dan diindahkan oleh setiap orang.
2) Ketentuan-ketentuan yang menetapkan dengan cara apa atau alat apa dapat
diadakan reaksi terhadap pelanggaran peraturan-peraturan itu; d.k.l.hukum
penetiair atau hukum sanksi.
3) Kaidah-kaidah yang menentukan ruang lingkup berlakunya peraturan-
peraturan itu pada waktu dan di wilayah negara tertentu.

Di samping itu, hukum pidana dipakai juga dalam arti subyektif yang
lazim pula disebut jus puniendi, yaitu peraturan hukum yang menetapkan
tentang penyidikan lanjutan, penuntutan, penjatuhan, dan pelaksanaan pidana.9
Hukum pidana menurut Prof. Mr. L.J. Van Apeldoorn dalam Buku
Bambang Poernomo S.H juga dibagi menjadi 2 (dua) dan di berikan arti, yakni:

1. Hukum pidana materiel yang menunjukkan pada perbuatan pidana dan


yang oleh sebab perbuatan itu dapat dipidana, dimana perbuatan pidana
(strafbare feiten) itu mempunyai dua bagian, yaitu :

a. Bagian obyektif merupakan suatu perbuatan atau sikap (nalaten) yang


bertentangan dengan hukum positif, sehingga bersifat melawan hukum
yang menyebabkan tuntutan hukum dengan ancaman pidana atas
pelanggaran
b. Bagian subyektif merupak suatu kesalahan, yang menunjuk kepada si
pembuat (dader) untuk dipertanggungjawabkan menurut hukum.

8
Bambang Waluyo, S.H., 2004, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta : Sinar Grafika, Hlm. 6
9
Prof. Dr. Mr. H.A. Zainal Abidin Farid S.H., 2014, Hukum Pidana 1, Jakarta : Sinar Grafika, Hlm. 1.

5
2. Hukum pidana formel yang mengatur cara hukum pidana materiel dapat
dilaksanakan.10

Kajian skripsi ini mencakup hukum pidana materiil yang nantinya


meneliti tentang tindak pidana apa yang terjadi dan hukuman yang diberikan
kepada pelaku.
Obyek kajian hukum pidana disini berupa :

a) Pembunuhan, pada Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,


berbunyi : “barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain,
diancam, karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama
lima belas tahun”. Menurut runusan Undang-Undang di atas, yang
merupakan unsur obyektif berupa akibat yang dilarang dan diancam
dengan hukuman adalah “matinya orang lain”.11
b) Perusakan barang, Pasal 406 KUHP telah menjelaskan bahwa
siapapun akan mendapatkan ancaman pidana bila dengan sengaja dan
melawan hukum merusakkan barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain. Obyek dalam Pasal ini adalah
“suatu benda” dan “merusak barang milik orang lain”.
c) Narkotika, di dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang berbunyi, “Setiap orang yang
tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama
12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”. Perbuatan yang
bertentangan dengan hukum pidana adalah “memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman

10
Bambang Poernomo, S.H., 1983, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta : Galia Indonesia, Hlm. 20
11
Drs. P.A.F. lamintang SH., C. Disman Samosir SH., 1990, Delik-Delik Khusus Kejahatan yang
ditujukan terhadap hak milik dan lain-lain hak yang timbul dari hak milik, Bandung : Tarsito,
Hlm. 15.

6
C. Tujuan dan Fungsi

 Untuk melindungi suatu kepentingan orang atau perseorangan (hak asasi


manusia) untuk melindungi kepentingan suatu masyarakat dan negara dengan
suatu perimbangan yang serasi dari suatu tindakan yang tercela/kejahatan di
satu pihak dari tindak-tindakan perbuatan yang melanggar yang merugiakan
dilain pihak.

 Untuk membuat orang yang ingin melakukan kejahatan atau perbuatan yang
tidak baik akan menjadi takut untuk melakukan perbuatan tersebut.

 Untuk mendidik seseorang yang melakukan perbuatan yang melanggar agar


tidak melakukan lagi, dan agar diterima kembali dilingkungan masyarakat.

 Mencegah akan terjadinya gejala-gejala sosial yang tidak sehat atau yang
melakukan perbuatan yang dilanggar, dan hukuman untuk orang yang sudah
terlanjur berbuat tidak baik.

1. Secara umum
Fungsi hukum pidana secara umum yaitu fungsi hukum pidana sama saja dengan
fungsi hukum-hukum lain pada umumnya karena untuk mengatur hidup dalam
kemasyarakatan atau menyelenggarakan suatu tata dalam masyarakat.
2. Secara khusus
Fungsi hukum secara khusus nya yaitu untuk melindungi suatu kepentingan
hukum terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar dengan suatu sanksi atau
hukuman yang berupa pidana yang telah ditetapkan Undang-Undang yang telah
ditetapkan dan yang sifatnya lebih tajam dari pada hukum-hukum lain nya atau
untuk memberikan aturan-aturan untuk melindungi yang pihak yang telah
dirugikan.

7
D. Sejarah dan Kedudukannya
Hukum Pidana yang berlaku sekarang ini ialah hukum yang tertulis dan yang telah
dikodifikasikan.
Peraturan-peraturan Hukum Pidana ini tersebar di mana-mana sebab tiap-tiap Badan
Legislatif dan tiap-tiap orang yang diserahi tugas untuk menjalankan undang-undang
(Presiden, Menteri, Kepala Daerah, Komandan Tentara, dan sebagainya) berhak
membuat Peraturan Pidana, yaitu peraturan-peraturan yang mengandung ancaman-
ancaman hukuman berupa suatu penderitaan terhadap si pelanggar.
Tentu saja peraturan-peraturan pidana yang dibuat oleh Badan Legislatif dan Badan
Eksekutif yang lebih rendah kedudukannya, tak boleh bertentangan dengan atau
menyimpang dan peraturan-peraturan pidana dari Badan-badan Legislatif dan
Eksekutif yang lebih tinggi kedudukannya. KUHP ialah kitab peraturan pidana yang
dipakai sehari-hari. Bagi kita cukuplah dengan mempelajari KUHP itu untuk sekadar
mengetahui seluk beluknya Hukum Pidana kita. Sebelum kita mulai meninjau isi
KUHP, kita perlu terlebih dahulu mengetahui isinya.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang berlaku sekarang ini bukanlah asli ciptaan
kita bangsa Indonesia. Kitab Undang-undang Hukum Pidana ini lahir dan telah mulai
berlaku sejak 1 Januari 1918. Jadi ia dibuat pada zaman Hindia Belanda dahulu.
Berdasarkan pasal II aturan peralihan dan UUD 1945 yo. pasal 192 Konstitusi RIS
1949 yo. pasal 142 UUDS 1950, maka sampai kini masih diberlakukan KUHP yang
lahir pada 1 Januari 1918 itu, karena belum juga diadakan KUHP yang baru. Tapi itu
tidak berarti, bahwa KUHP kita yang sekarang, masih dalam keadaan ash atau telah
diainbil ahih langsung oleh negara kita, tetapi ismya dan jiwanya telah banyak diubah
dan diganti, sehingga telab sesuai dengan keperluan dan keadaan nasional kita dewasa
mi.
Pada hakekatnya hukum pidana sama kedudukanya dengan hukum lainya seperti
hukum perdata hukum administrasi Negara, dll. Namun dalam hal tertentu ada
perbedaan khas yang tidak dimiliki hukum lainya yaitu hukum pidana memberikan
sanksi hokum yang berupa penderitaan yang bersifat khususyang tidak dimiliki
bidang hukum lain.yaitu yang disebut dengan “perampasan kebebasan”(pidana
penjara), perampasan nyawa(pidana mati.

8
E. Asas-asas Hukum Pidana
1. Asas Legalitas, tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan
aturan pidana dalam Peraturan Perundang-Undangan yang telah ada sebelum
perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 Ayat (1) KUHP). Jika sesudah perbuatan
dilakukan ada perubahan dalam Peraturan Perundang-Undangan, maka yang
dipakai adalah aturan yang paling ringan sanksinya bagi terdakwa (Pasal 1 Ayat
(2) KUHP)

2. Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan (Geen Straf Zonder Schuld). Untuk


menjatuhkan pidana kepada orang yang telah melakukan tindak pidana, harus
dilakukan bilamana ada unsur kesalahan pada diri orang tersebut.

3. Asas teritorial, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku atas semua
peristiwa pidana yang terjadi di daerah yang menjadi wilayah teritorial Negara
Kesatuan Republik Indonesia, termasuk pula kapal berbendera Indonesia, pesawat
terbang Indonesia, dan gedung kedutaan dan konsul Indonesia di negara asing
(pasal 2 KUHP).

4. Asas nasionalitas aktif, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi
semua WNI yang melakukan tindak pidana di mana pun ia berada (pasal 5
KUHP).

5. Asas nasionalitas pasif, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi
semua tindak pidana yang merugikan kepentingan negara (pasal 4 KUHP).12

12
Pengantar Ilmu hukum Indonesia, Fully Handayani, S.H., M.Kn, Hal. 59-61

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan
perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta menentukan
hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa hukum pidana merupakan


hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
Undang-undang beserta sanksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku.

Untuk melindungi suatu kepentingan orang atau perseorangan (hak asasi manusia)
untuk melindungi kepentingan suatu masyarakat dan negara dengan suatu
perimbangan yang serasi dari suatu tindakan yang tercela/kejahatan di satu pihak dari
tindak-tindakan perbuatan yang melanggar yang merugiakan dilain pihak.

Fungsi hukum pidana secara umum yaitu fungsi hukum pidana sama saja dengan
fungsi hukum-hukum lain pada umumnya karena untuk mengatur hidup dalam
kemasyarakatan atau menyelenggarakan suatu tata dalam masyarakat

Pada hakekatnya hukum pidana sama kedudukanya dengan hukum lainya seperti
hukum perdata hukum administrasi Negara, dll. Namun dalam hal tertentu ada
perbedaan khas yang tidak dimiliki hukum lainya yaitu hukum pidana memberikan
sanksi hokum yang berupa penderitaan yang bersifat khususyang tidak dimiliki
bidang hukum lain.yaitu yang disebut dengan “perampasan kebebasan”(pidana
penjara), perampasan nyawa(pidana mati

Asas Legalitas, tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan
pidana dalam Peraturan Perundang-Undangan yang telah ada sebelum perbuatan itu
dilakukan (Pasal 1 Ayat (1) KUHP). Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan
dalam Peraturan Perundang-Undangan, maka yang dipakai adalah aturan yang paling
ringan sanksinya bagi terdakwa (Pasal 1 Ayat (2) KUHP)

10
DAFTAR PUSTAKA

Chazawi, Adam. 2002, Pelajaran Hukum Pidana 2, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
Lamintang, P.A.F., 1994, Hukum Pidana di Indonesia, Bandung :Armico
Harahapa, M. Yahya, 2000, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
(Penyidikan dan Penuntutan), Jakarta: Sinar Garfika,
Marpaung. Leden. 2012, Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Sinar
Grafika

11

Anda mungkin juga menyukai