Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM PUBLIK DAN HUKUM PRIVATE

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Hukum

Dosen pengampu:

Yusuf Mardhani, M.H.

Disusun Oleh Kelompok 7:

1. Adinda Thalia Ika Billa (1860101231078)


2. Zallira Nur Salsabillah (1860101231095)
3. Muhamad Dandi Hamada (1860101232115)

JURUSAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2023
KATA PENGANTAR

Halo!

Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali berinteraksi dengan beragam


aturan hukum yang mungkin saja membuat kita merasa sedikit bingung. Dalam
makalah ini, kita akan menjelajahi dua jenis hukum yang kerap kali
membingungkan, yaitu hukum publik dan hukum privat.

Mungkin kita sering mendengar kata-kata ini di berita atau mungkin pernah
mengalami sendiri dalam berbagai situasi kehidupan, tetapi apakah kita benar-
benar mengerti apa perbedaan mendasar di antara keduanya? Apa bedanya ketika
kita membicarakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan publik dengan
hukum yang lebih terkait dengan urusan pribadi kita sehari-hari?

Dalam makalah ini, kita akan mengupas perbedaan esensial di antara


hukum publik dan hukum privat, serta memahami bagaimana keduanya secara
bersama-sama membentuk kerangka hukum yang memengaruhi kehidupan kita.
Melalui paparan yang sederhana dan lugas, kita akan menjelajahi konsep-konsep
ini tanpa kompleksitas, sehingga diharapkan setiap pembaca dapat dengan mudah
memahami kedua bidang ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi


kita semua dalam memahami landasan hukum yang mengatur kehidupan kita, baik
dalam skala publik maupun privat.

Selamat membaca!

Salam hangat,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ....................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 5

BAB II..................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN .................................................................................................... 6

A. HUKUM PUBLIK .................................................................................. 6

1. Sifat Hukum Publik .................................................................................. 6

2. Rule Of Law dalam Negara Hukum ......................................................... 8

B. HUKUM PRIVATE ............................................................................. 10

1. Sifat Hukum Privat ................................................................................. 10

2. Sejarah Perkembangan Hukum Private .................................................. 11

3. Keterlibatan Negara Dalam Hukum Private Melalui Kejaksaan ............ 13

PENUTUP ............................................................................................................ 15

A. Kesimpulan ........................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial setiap manusia selalu mengadakan


hubungan dengan manusia lain. Hubungan itu terjadi sejak manusia
dilahirkan sampai meninggal dunia. Timbulnya hubungan antar manusia
secara kodrati artinya makhluk hidup sebagai manusia itu dikodratkan
untuk selalu hidup bersama. Melaksanakan kodrat hidup sebagai proses
kehidupan manusia yang terjadi dilakukan sejak lahir sampai meninggal
dunia. Bagi setiap manusia dikodratkan memiliki kekayaan diperoleh
selama hidupnya yang akan diberikan kepada yang berhak untuk
melanjutkan kalau telah meninggal dunia.1

Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang berbunyi: “Ubi societas
ibi ius” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa
dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama
masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai
“perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan
yang berfungsi sebagai “perekat” tersebut adalah hukum.

Hukum adalah sistem aturan yang mengatur perilaku individu dan


masyarakat di suatu negara atau wilayah. Hukum publik dan hukum privat
adalah dua kategori utama hukum, yang bertanggung jawab untuk menjaga
ketertiban sosial, melindungi hak-hak individu, dan mengatur hubungan
antara pemerintah dan warga negara. Cabang hukum yang terkait dengan
urusan pemerintahan dan tata negara adalah hukum publik, yang mencakup
hukum konstitusi, hukum administrasi publik, hukum pidana, dan hukum

1
Hariyanto, E (2009). BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya
di Indonesia). AL- HIKAM: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, 4(1), 140-152, hlm.1

3
internasional. Tujuan hukum publik adalah untuk menjaga ketertiban
sosial, melindungi kepentingan umum, dan mengatur hubungan antara
pemerintah dan warga negara.

Cabang hukum yang terkait dengan urusan pemerintah dan tata


negara aalah hukum publik, yang encakup hukum konstitusi, hukum
administrasi publik, hukum pidana, dan hukum internasional. Tujuan
hukum publik adalah untuk menjaga ketertiban sosial, melindungi
kepentingan umum, dan mengatur hubungan antara pemerintah dan warga
negara.

Sebaliknya, hukum privat adalah bidang hukum yang mengatur hak


dan kewajiban individu dalam transaksi dan hubungan mereka satu sama
lain dengan tujuan memfasilitasi perdagangan, bisnis, dan aktivitas sehari-
hari lainnya. Bidang-bidang ini mencakup hukum perdata, bisnis, kontrak,
warisan, dan banyak lagi.2

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu sifat hukum publik?


2. Bagaimana rule of law dalam negara hukum?
3. Bagaiana sifat dan keberlakuan hukum private?
4. Bagaimana sejarah perkembangan hukum private?
5. Bagaimana keterlibatan negara dalam hukum private melalui
kejaksaan?

2
Windari, R.A,. & SH,M.(2021). Pengantar Hukum Indonesia-Rajawali Pers. PT. Raja Grafindo
Persada, hlm.1

4
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sifat hukum public


2. Untuk mengetahui rule of law dalam negara hukum
3. Untuk mengetahui sifat dan keberlakuan hukum private
4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan hukum private
5. Untuk mengetahui keterlibatan negara dalam hukum private melalui
kejaksaan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. HUKUM PUBLIK

1. Sifat Hukum Publik

Hukum publik adalah bagian dari hukum yang mengatur hubungan


antara negara dengan warga negaranya dan antara warga negara dengan
warga negara lainnya. Hukum publik juga mengatur tentang kewenangan
negara dalam mengambil keputusan dan menetapkan aturan-aturan yang
berlaku di masyarakat. Hukum publik mencakup beberapa bidang, seperti
hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana, dan hukum
internasional.

Dalam konteks hukum pidana, hukum publik mengatur tentang


sanksi pidana dan cara pemidanaan. Hukum pidana masuk ke dalam
golongan hukum publik karena sifatnya yang berkaitan dengan kepentingan
umum dan keamanan negara. Sanksi pidana adalah suatu bentuk hukuman
yang diterapkan kepada orang yang melakukan perbuatan yang dilarang oleh
undang-undang. Sanksi pidana bertujuan untuk membuat jera pelanggar dan
menjamin perlindungan masyarakat.

Dalam hukum pidana Indonesia, sanksi pidana hanya dapat


dijatuhkan berdasarkan ketentuan hukum pidana yang berlaku. Hal ini sesuai
dengan asas nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali yang
diberikan oleh Anselm von Feurbach.3

3
Darma, S. A. (2017). Kedudukan Hubungan Kerja; Berdasarkan Sudut Pandang Ilmu Kaidah
Hukum Ketatanegaraan dan Sifat Hukum Publik dan Privat. Mimbar Hukum-Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, 29(2), hal 223-224

6
Baiklah, berikut adalah penjelasan mengenai sifat hukum publik :
a. Sifat Memaksa
Hukum publik bersifat memaksa, artinya setiap orang yang
melanggar hukum publik akan dikenakan sanksi oleh negara. Sanksi
yang dikenakan dapat berupa sanksi pidana, sanksi administrasi, atau
sanksi perdata.
Sanksi pidana adalah sanksi yang paling berat, yang dapat berupa
kurungan penjara, denda, atau gabungan keduanya. Sanksi pidana
dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan tindak pidana, yaitu
perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan diancam dengan
pidana.
Hukum publik bersifat memaksa karena diperlukan untuk menjaga
ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Sanksi yang dikenakan
oleh negara bertujuan untuk memberikan efek jera kepada pelanggar
hukum publik, sehingga mereka tidak akan mengulangi perbuatannya.

b. Bersifat Mengatur
Hukum publik bersifat mengatur, artinya hukum publik mengatur
hubungan antara negara dan warga negaranya, atau antara negara dan
pihak lain, serta mengatur kepentingan umum. Hukum publik mengatur
bagaimana hubungan tersebut harus berjalan, sehingga tercipta
ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat.
Hukum publik bersifat mengatur karena diperlukan untuk
menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur.
Hukum publik mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat,
sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat.

c. Bersifat Umum
Hukum publik bersifat umum, artinya hukum publik berlaku untuk
semua orang, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau agama.
Hukum publik berlaku secara umum untuk semua orang, tanpa kecuali.

7
Hukum publik bersifat umum karena diperlukan untuk menciptakan
kesetaraan bagi semua orang dalam masyarakat. Hukum publik berlaku
secara adil dan tidak diskriminatif bagi semua orang.

d. Bersifat Dinamis
Hukum publik bersifat dinamis, artinya hukum publik dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Perubahan hukum publik
dapat terjadi karena adanya perubahan kondisi sosial, ekonomi, atau
politik.
Hukum publik bersifat dinamis karena diperlukan untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Hukum publik harus
dapat tetap relevan dan efektif dalam mengatur kehidupan masyarakat.4

2. Rule Of Law dalam Negara Hukum

Rule of law adalah prinsip hukum yang menjamin adanya supremasi


hukum dalam suatu negara. Konsep ini menekankan bahwa negara harus
tunduk pada hukum dan tidak boleh berkuasa di luar batas hukum. Dalam
negara hukum, hukum memiliki kedudukan tertinggi dan menjadi dasar bagi
penyelenggaraan negara. Hukum harus ditegakkan secara adil dan setara
untuk semua orang, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau politik.

Rule of Law memiliki pengertian yang sama dengan negara hukum.


Hal ini dikemukakan oleh Sunaryati Hartono dengan ungkapan, sebagai
berikut: "Oleh sebab itu, agar supaya tercipta suatu Negara Hukum yang
membawa keadilan bagi seluruh rakyat yang bersangkutan, penegakan The
Rule of Law itu harus diartikan dalam arti yang materiil.

4
Santosa, A.G.D (2019).Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat. Jurnal
Komunikasi Hukum (JKH), 5(2), hal 162-163

8
 Rule of law memiliki beberapa elemen penting, yaitu:
1. Supremasi hukum, yang berarti bahwa hukumlah yang mengatur,
bukan orang atau kelompok tertentu.
2. Persamaan di hadapan hukum, yang berarti bahwa semua orang sama
di hadapan hukum, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau
politik.
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang, yang berarti bahwa
pemerintah menjalankan kekuasaannya sesuai dengan hukum yang
berlaku.
4. Perlindungan hak asasi manusia, yang berarti bahwa hak asasi
manusia dilindungi oleh hukum dan tidak boleh dilanggar oleh siapa
pun.
 Rule of law memiliki banyak manfaat bagi suatu negara, antara lain:
1. Menjaga keadilan dan kesetaraan
2. Menciptakan stabilitas dan keamanan
3. Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
4. Mempermudah investasi dan perdagangan
5. Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal
ini berarti bahwa Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan rule of
law dalam penyelenggaraan negara
 Penerapan rule of law di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan,
antara lain:
1. Korupsi
2. Kebobrokan birokrasi
3. Ketidakadilan
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya dari semua
pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha. Berikut adalah
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerapan rule of
law di Indonesia:
1. Meningkatkan penegakan hukum
2. Memperkuat lembaga-lembaga negara

9
3. Meningkatkan pendidikan hukum
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang rule of law

Dengan penerapan rule of law yang baik, Indonesia dapat


mewujudkan cita-cita menjadi negara yang adil, makmur, dan bermartabat.

B. HUKUM PRIVATE

Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara


sesama manusia, antar satu orang dengan orang yang lain dengan
menitikberatkan pada kepentingan perorangan. Hukum privat merupakan
hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hukum privat memiliki peran penting dalam
mengatur hubungan antara individu dalam masyarakat. Hukum privat
bertujuan untuk mewujudkan keadilan dan kepastian hukum bagi para
pihak yang terkait.5

1. Sifat Hukum Privat

Hukum privat memiliki beberapa sifat, antara lain:


1. Privat, artinya hukum ini mengatur hubungan antarindividu, bukan
antara individu dengan negara.
2. Subjektivitas, artinya hukum ini mengatur hak dan kewajiban yang
bersifat subjektif, yang hanya berlaku bagi orang-orang yang
bersangkutan.
3. Konsensualisme, artinya hukum ini didasarkan pada kesepakatan
para pihak.
4. Autonomi, artinya para pihak memiliki kebebasan untuk mengatur
hubungan mereka sendiri.

5
Sanusi, Ahmad. Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta; Bina Cipta, 1987), hlm. 3

10
5. Keadilan, artinya hukum ini bertujuan untuk mewujudkan keadilan
bagi para pihak yang terkait.6

a. Keberlakuan Hukum Privat


1. Hukum privat berlaku bagi semua orang, baik warga negara
Indonesia maupun warga negara asing yang berada di wilayah
Indonesia.
2. Hukum privat juga berlaku bagi badan hukum, baik badan hukum
publik maupun badan hukum privat.

b. Contoh Hukum Privat


1. Hukum keluarga, yang mengatur hubungan antara suami dan istri,
orang tua dan anak, serta hubungan kekerabatan lainnya.
2. Hukum benda, yang mengatur hak dan kewajiban seseorang
terhadap benda.
3. Hukum perikatan, yang mengatur hubungan antara dua orang atau
lebih yang saling berjanji untuk melakukan sesuatu.
4. Hukum waris, yang mengatur perpindahan harta kekayaan dari
seseorang yang meninggal kepada ahli warisnya.
5. Hukum dagang, yang mengatur hubungan antara para pedagang
dalam kegiatan perdagangan.7

2. Sejarah Perkembangan Hukum Private

Sejarah masuknya hukum Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan


dari sejarah Islam itu sendiri. Tidak mungkin mempelajari Islam tanpa
mempelajari hukum Islam. Ini menunjukan hukum sebagai sebuah institusi
agama memilikinkedudukan yang sangat signifikan. Beberapa ahli
menyebutkan bahwa hukumIslam yang berkembang di Indonesia. Ini

6
E. Utrecht. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. (Jakarta: Ichtiar, 1966.), hlm.23
7
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. (Jakarta: Intermasa, 2001), hlm. 39

11
ditunjukakan dengan bukti-bukti sejarah di antaranya, Sultan Malikul Zahir
dari Samudra Pasai adalah seorang ahli agama dan hukum Islam terkenal
pada pertengahan abad XIV M. Melalui kerajaan ini, hukum Islam mazhab
Syafi’i disebarkan ke kerajaan-kerajaan Islam lainnya di kepulauan
Nusantara. Bahkan para ahli hukum dari kerajaan Malaka (1400-1500M)
sering datang ke Samudra Pasai untuk mencari kata putus tentang
permasalahan-permasalahan hukum yang muncul di Malaka.
Perkembangan hukum Islam di Indonesia pada masa-masa menjelang abad
XVII, XVIII, dan XIX, baik pada tataran intelektual dalam bentuk
pemikiran dan kitab-kitab juga dalam praktik-praktik keagamaan dapat
dikatakan cukup baik. Dikatakan cukup baik karena hukum Islam
dipraktikkan oleh masyarakat dalam bentuk yang hampir bisa dikatakan
sempurna, mencakup masalah muamalah, ahwal alsyakhsiyyah
(perkawinan, perceraian dan warisan), peradilan dan tentu saja dalam
masalah ibadah. Tidak itu saja, hukum islam menjadi sistem hukum
mandiri yang digunakan di kerajaan-kerajaan Islam nusantara. Tidaklah
salah jika dikatakan pada masa itu jauh sebelum Belanda menancapkan
kakinya di Indonesia, hukum Islam menjadi hukum yang “positif” di
nusantara. (Nuruddin & Tarigan, 2011).

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun


2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia menegaskan bahwa Jaksa
adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undangundang untuk
bertindak sebagai Penuntut Umum dan Pelaksana Putusan Pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang. Salah satu bentuk wewenang lain yang dimaksud tersebut
adalah kewenangan untuk bertindak sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa
Pengacara Negara diberi wewenang membela negara atau mewakili dalam
membela hakhak negara dalam mengambil harta kekayaan atau aset hasil
korupsi. Salah satu kewenangan Kejaksaan sebagai Jaksa Pengacara
Negara adalah berkaitan dengan pengembalian aset negara (asset recovery)
dari hasil korupsi. Dalam hal sebagai Pengacara Negara, untuk
mengembalikan aset atau harta hasil korupsi di sidang pengadilan, Undang-

12
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Kejaksaan diberikan kewenangan untuk dan atas nama negara atau
pemerintah sebagai penggugat atau tergugat yang dalam pelaksanaannya
tidak hanya memberikan pertimbangan atau membela kepentingan negara
atau pemerintah sebagai pengacara negara. Dalam membela kepentingan
negara atau pemerintah, jaksa bertindak sebagai Jaksa Pengacara Negara.

3. Keterlibatan Negara Dalam Hukum Private Melalui Kejaksaan

Gugatan perdata dalam perkara korupsi di Indonesia pernah


melibatkan mantan Presiden Soeharto atas kasus korupsi tujuh yayasan
yang dipimpinnya, dimana kasus korupsi yang menimpanya dihentikan
oleh Kejaksaan ketika perkara sudah masuk tahap persidangan. Kejaksaan
kemudian menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP)
pada tanggal 11 Mei 2006 karena perkara ditutup demi hukum berdasarkan
Pasal 140 ayat (2) huruf a KUHAP, yaitu gangguan kesehatan permanen
pada Soeharto sehingga persidangan tidak mungkin dilanjutkan. Kejaksaan
kemudian menggugat secara perdata Soeharto sebagai Pembina Yayasan
Supersemar dan Yayasan Supersemar sebagai badan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan pada tanggal 9 Juli 2007. Pengadilan melalui berbagai
putusan mulai Putusan Pengadilan Negeri sampai Peninjauan Kembali
(PK) menyatakan Yayasan Supersemar terbukti melakukan perbuatan
melawan hukum. Dalam putusan Nomor: 140 PK/Pdt/2015, Mahkamah
Agung menghukum Yayasan Supersemar mengembalikan dana sebesar
Rp. 4,4 triliun ke negara. Mahkamah Agung tegas menyatakan bahwa
Soeharto selaku Ketua Yayasan Supersemar melakukan perbuatan hukum
yang membawa kerugian keuangan negara. Dana negara yang masuk ke
kas Yayasan Supersemar disalurkan di luar tujuan pendidikan dan
disalurkan ke pihak lain. Jaksa Pengacara Negara bukanlah masalah atau
hal yang baru karena telah menjadi hukum berdasarkan Koninklijk Besluit
tertanggal 27 April 1922. Meskipun tugas dan wewenang Kejaksaan di

13
bidang perdata bukanlah hal yang baru, karena secara formal dan materiil
telah ada sejak jaman penjajahan Belanda, namun materi ini dimuat lagi di
dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004, yaitu pada pasal 30 ayat
(2).

Hal ini merupakan upaya dari kekuasaan Legislatif di dalam rangka


memantapkan kedudukan Kejaksaan agar lebih mampu dan berwibawa
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam negara hukum yang
berdasarkan Pancasila, sebagai negara yang sedang membangun. Khusus
berkenaan dengan kinerja Kejaksaan, bahwa secara garis besar tugas dan
wewenang Kejaksaan di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara dapat di
ringkas menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu Penegakan Hukum, Bantuan
Hukum, Pertimbangan Hukum, Pelayanan Hukum, dan Tindakan Hukum
lainnya.

14
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum publik adalah bagian dari hukum yang mengatur hubungan


antara negara dengan warga negaranya dan antara warga negara dengan
warga negara lainnya. Hukum publik juga mengatur tentang kewenangan
negara dalam mengambil keputusan dan menetapkan aturan-aturan yang
berlaku di masyarakat. Hukum publik mencakup beberapa bidang, seperti
hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana, dan
hukum internasional.
Rule of law adalah prinsip hukum yang menjamin adanya
supremasi hukum dalam suatu negara. Konsep ini menekankan bahwa
negara harus tunduk pada hukum dan tidak boleh berkuasa di luar batas
hukum. Dalam negara hukum, hukum memiliki kedudukan tertinggi dan
menjadi dasar bagi penyelenggaraan negara. Hukum harus ditegakkan
secara adil dan setara untuk semua orang, tanpa memandang status sosial,
ekonomi, atau politik.
Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara
sesama manusia, antar satu orang dengan orang yang lain dengan
menitikberatkan pada kepentingan perorangan. Hukum privat merupakan
hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hukum privat memiliki peran penting dalam
mengatur hubungan antara individu dalam masyarakat. Hukum privat
bertujuan untuk mewujudkan keadilan dan kepastian hukum bagi para
pihak yang terkait.

15
DAFTAR PUSTAKA

Darma, S. A. (2017). Kedudukan Hubungan Kerja; Berdasarkan Sudut Pandang


Ilmu Kaidah Hukum Ketatanegaraan dan Sifat Hukum Publik dan Privat.
Mimbar Hukum-Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 29(2).

E. Utrecht. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. (Jakarta: Ichtiar, 1966.).

Hariyanto, E (2009). BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum


Pemberlakuannya di Indonesia). AL- HIKAM: Jurnal Hukum dan Pranata
Sosial, 4(1), 140-152.

Santosa, A.G.D (2019).Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat.
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 5(2),

Sanusi, Ahmad. Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta; Bina Cipta, 1987).

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. (Jakarta: Intermasa, 2001).

Windari, R.A,. & SH,M.(2021). Pengantar Hukum Indonesia-Rajawali Pers. PT.


Raja Grafindo Persada.

16

Anda mungkin juga menyukai