Dosen pengampu:
JURUSAN SYARIAH
TULUNGAGUNG
2023
KATA PENGANTAR
Halo!
Mungkin kita sering mendengar kata-kata ini di berita atau mungkin pernah
mengalami sendiri dalam berbagai situasi kehidupan, tetapi apakah kita benar-
benar mengerti apa perbedaan mendasar di antara keduanya? Apa bedanya ketika
kita membicarakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan publik dengan
hukum yang lebih terkait dengan urusan pribadi kita sehari-hari?
Selamat membaca!
Salam hangat,
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
BAB II..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
PENUTUP ............................................................................................................ 15
A. Kesimpulan ........................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang berbunyi: “Ubi societas
ibi ius” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa
dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama
masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai
“perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan
yang berfungsi sebagai “perekat” tersebut adalah hukum.
1
Hariyanto, E (2009). BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya
di Indonesia). AL- HIKAM: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, 4(1), 140-152, hlm.1
3
internasional. Tujuan hukum publik adalah untuk menjaga ketertiban
sosial, melindungi kepentingan umum, dan mengatur hubungan antara
pemerintah dan warga negara.
B. Rumusan Masalah
2
Windari, R.A,. & SH,M.(2021). Pengantar Hukum Indonesia-Rajawali Pers. PT. Raja Grafindo
Persada, hlm.1
4
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. HUKUM PUBLIK
3
Darma, S. A. (2017). Kedudukan Hubungan Kerja; Berdasarkan Sudut Pandang Ilmu Kaidah
Hukum Ketatanegaraan dan Sifat Hukum Publik dan Privat. Mimbar Hukum-Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, 29(2), hal 223-224
6
Baiklah, berikut adalah penjelasan mengenai sifat hukum publik :
a. Sifat Memaksa
Hukum publik bersifat memaksa, artinya setiap orang yang
melanggar hukum publik akan dikenakan sanksi oleh negara. Sanksi
yang dikenakan dapat berupa sanksi pidana, sanksi administrasi, atau
sanksi perdata.
Sanksi pidana adalah sanksi yang paling berat, yang dapat berupa
kurungan penjara, denda, atau gabungan keduanya. Sanksi pidana
dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan tindak pidana, yaitu
perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan diancam dengan
pidana.
Hukum publik bersifat memaksa karena diperlukan untuk menjaga
ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Sanksi yang dikenakan
oleh negara bertujuan untuk memberikan efek jera kepada pelanggar
hukum publik, sehingga mereka tidak akan mengulangi perbuatannya.
b. Bersifat Mengatur
Hukum publik bersifat mengatur, artinya hukum publik mengatur
hubungan antara negara dan warga negaranya, atau antara negara dan
pihak lain, serta mengatur kepentingan umum. Hukum publik mengatur
bagaimana hubungan tersebut harus berjalan, sehingga tercipta
ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat.
Hukum publik bersifat mengatur karena diperlukan untuk
menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur.
Hukum publik mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat,
sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat.
c. Bersifat Umum
Hukum publik bersifat umum, artinya hukum publik berlaku untuk
semua orang, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau agama.
Hukum publik berlaku secara umum untuk semua orang, tanpa kecuali.
7
Hukum publik bersifat umum karena diperlukan untuk menciptakan
kesetaraan bagi semua orang dalam masyarakat. Hukum publik berlaku
secara adil dan tidak diskriminatif bagi semua orang.
d. Bersifat Dinamis
Hukum publik bersifat dinamis, artinya hukum publik dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Perubahan hukum publik
dapat terjadi karena adanya perubahan kondisi sosial, ekonomi, atau
politik.
Hukum publik bersifat dinamis karena diperlukan untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Hukum publik harus
dapat tetap relevan dan efektif dalam mengatur kehidupan masyarakat.4
4
Santosa, A.G.D (2019).Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat. Jurnal
Komunikasi Hukum (JKH), 5(2), hal 162-163
8
Rule of law memiliki beberapa elemen penting, yaitu:
1. Supremasi hukum, yang berarti bahwa hukumlah yang mengatur,
bukan orang atau kelompok tertentu.
2. Persamaan di hadapan hukum, yang berarti bahwa semua orang sama
di hadapan hukum, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau
politik.
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang, yang berarti bahwa
pemerintah menjalankan kekuasaannya sesuai dengan hukum yang
berlaku.
4. Perlindungan hak asasi manusia, yang berarti bahwa hak asasi
manusia dilindungi oleh hukum dan tidak boleh dilanggar oleh siapa
pun.
Rule of law memiliki banyak manfaat bagi suatu negara, antara lain:
1. Menjaga keadilan dan kesetaraan
2. Menciptakan stabilitas dan keamanan
3. Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
4. Mempermudah investasi dan perdagangan
5. Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal
ini berarti bahwa Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan rule of
law dalam penyelenggaraan negara
Penerapan rule of law di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan,
antara lain:
1. Korupsi
2. Kebobrokan birokrasi
3. Ketidakadilan
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya dari semua
pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha. Berikut adalah
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerapan rule of
law di Indonesia:
1. Meningkatkan penegakan hukum
2. Memperkuat lembaga-lembaga negara
9
3. Meningkatkan pendidikan hukum
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang rule of law
B. HUKUM PRIVATE
5
Sanusi, Ahmad. Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta; Bina Cipta, 1987), hlm. 3
10
5. Keadilan, artinya hukum ini bertujuan untuk mewujudkan keadilan
bagi para pihak yang terkait.6
6
E. Utrecht. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. (Jakarta: Ichtiar, 1966.), hlm.23
7
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. (Jakarta: Intermasa, 2001), hlm. 39
11
ditunjukakan dengan bukti-bukti sejarah di antaranya, Sultan Malikul Zahir
dari Samudra Pasai adalah seorang ahli agama dan hukum Islam terkenal
pada pertengahan abad XIV M. Melalui kerajaan ini, hukum Islam mazhab
Syafi’i disebarkan ke kerajaan-kerajaan Islam lainnya di kepulauan
Nusantara. Bahkan para ahli hukum dari kerajaan Malaka (1400-1500M)
sering datang ke Samudra Pasai untuk mencari kata putus tentang
permasalahan-permasalahan hukum yang muncul di Malaka.
Perkembangan hukum Islam di Indonesia pada masa-masa menjelang abad
XVII, XVIII, dan XIX, baik pada tataran intelektual dalam bentuk
pemikiran dan kitab-kitab juga dalam praktik-praktik keagamaan dapat
dikatakan cukup baik. Dikatakan cukup baik karena hukum Islam
dipraktikkan oleh masyarakat dalam bentuk yang hampir bisa dikatakan
sempurna, mencakup masalah muamalah, ahwal alsyakhsiyyah
(perkawinan, perceraian dan warisan), peradilan dan tentu saja dalam
masalah ibadah. Tidak itu saja, hukum islam menjadi sistem hukum
mandiri yang digunakan di kerajaan-kerajaan Islam nusantara. Tidaklah
salah jika dikatakan pada masa itu jauh sebelum Belanda menancapkan
kakinya di Indonesia, hukum Islam menjadi hukum yang “positif” di
nusantara. (Nuruddin & Tarigan, 2011).
12
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Kejaksaan diberikan kewenangan untuk dan atas nama negara atau
pemerintah sebagai penggugat atau tergugat yang dalam pelaksanaannya
tidak hanya memberikan pertimbangan atau membela kepentingan negara
atau pemerintah sebagai pengacara negara. Dalam membela kepentingan
negara atau pemerintah, jaksa bertindak sebagai Jaksa Pengacara Negara.
13
bidang perdata bukanlah hal yang baru, karena secara formal dan materiil
telah ada sejak jaman penjajahan Belanda, namun materi ini dimuat lagi di
dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004, yaitu pada pasal 30 ayat
(2).
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, A.G.D (2019).Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat.
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 5(2),
16