Dosen Pengampu :
KELOMPOK 1
Disusun Oleh :
2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
Rahmatnya penyusun dapat menyusun makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan lepada ibu Ayu Faiza Alghifahmy sebagai dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Fiqh yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. THAHARAH
BAB.3 SHALAT
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Allah berfirmanbahwa dia mencintai orang-
orang yang bersih. Adanya kenyataan bahwa masalah kebersihan menjadi syarat
sahnya sebuah ibadah menunjukan bahwa islam menyerukan agar umat islam ini
hidup bersih dan jauh dari segala hal yang kotor dan najis. Islam menekankan
kehidupan yang bersih dan nyaman, hal ini dimaksudkan dar menjadi umat islam
yang sehat. Baik sehat badan ataupun lingkungan. Sebuah kenyataan bahwa hal yang
kotor dan najissering kali menjadi penyebab timbulnya penyakit. Inilah mengapa
islam memerintahkan manusia agar menghindarkan diri dari sesuatu yang kotor dan
najis.
B. Rumusan Masalah
Thaharah
4
PEMBAHASAN
1.1 THAHARAH
A. PENGERTIAN THAHARAH
Dijelaskan dalam kitab Fathul Qarib Kitab secara bahasa adalah bentuk kalimat
masdar yakni طهرة-يطهر- طهرyang artinya bersuci. Thahara berarti kebersihan dan kesucian
dari berbagai kotoran atau bersih dan suci dari kotoran atau najis yang dapat lihat (najis desis)
dan najis ma'nawi (yang tidak terlihat zatnya) seperti aib dan kemaksiatan. Sedangkan dalam
buku yang lain secara etimologi "thaharah" berarti "kebersihan ketika dikatakan saya
Menyucikan pakaian maka yang dimaksud adalah saya membersihkan pakaian Dalam buku
Figh ibadah secara hahasa ath-thaharah berarti bersih dari kotoran-kotoran, baik yang kasat
mata. maupun tidak.
Dalam buku yang lama mengatakan bahwa thaharah adalah bersih dari najis haqiqi
yakni khabast atau najis hukmi yakni hadast, devenisi yang dibuat oleh mazhab maliki dan
hambali sama dengan devenisi yang digunkan oleh ulama mazhab Hanafi mereka
mengatakan bahwa thaharah adalah menghilangkan apa yang menghalangi sholat yaitu hadats
atau najis dengan menggunakan udara ataupun menghilangkan hukumnya.
Ada dua hal yang menjadi obyek thaharah, yaitu hadats, baik hadats kecil maupun besar dan
najis. Dari sini kita pun mengenal istilah bersuci dari hadats dan bersuci dari najis.
Islam menempatkan masalah thaharah sebagai satu masalah penting yang tidak bisa
dianggap remeh. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu:
Pertama, thaharah menjadi syarat sahnya ibadah-ibadah tertentu, misalnya ibadah shalat. Ini
artinya jika shalat tidak dibangun atas dasar tharahah, bersih dari hadats dan najis, maka
shalat dianggap tidak sah yang konsekwensinya tidak akan diterima Allah.
"Allah tidak akan menerima shalat kalian, jika berhadats hingga kalian berwudhu”
5
Kedua, alasan lain mengapa Islam menempatkan masalah thaharah sebagai urusan sangat
penting adalah karena thaharah terkait langsung dengan masalah kebersihan.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri" (QS. Al Baqarah: 222)
Allah menegaskan bahwa allah sangat mencintai orang- orang Islam yang bersih.
Adanya kenyataan bahwa masalah kebersihan menjadi syarat sahnya sebuah ibadah
menunjukkan bahwa Islam menyerukan agar umat Islam ini hidup bersih dan jauh dari segala
hal yang kotor dan najis.
Islam sangat menekankan hidup sehat dan nyaman. ini yang dimaksud agar umat
Islam menjadi umat yang sehat, baik sehat badan maupun sehat lingkungan. Adalah sebuah
kenyataan bahwa hal yang kotor dan najis sering kali menjadi penyebab timbulnya penyakit.
Inilah mengapa Islam memerintahkan manusia agar menghindarkan diri dari sesuatu yang
kotor dan najis.
Najis berasal dari bahasa Arab yang artinya kotoran dan menurut istilah adalah suatu benda
yang kotor yang mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam
keadaan suci.
Sedangkan kata Hadas dari bahasa Arab yang artinya suatu peristiwa, sesuatu yang terjadi,
sesuatu yang tidak berlaku. Sedangkan dalam istilah adalah keadaan tidak suci bagi seseorang
sehingga menjadikanya tidak sah dalam melakukan ibadah.
Dalam hukum islam ada 3 macam najis, yaitu najis mukhaffafah, najis mutawassitah, dan
najis mughalazah.
1. Najis Mukhaffafah
Adalah najis yang ringan, seperti air seni bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan
belum makan apapun kecuali air susu ibu. Cara mensucikanya sangat mudah, cukup dengan
memercikan atau mengusapkan air yang suci pada permukaan yang terkena najis
6
2. Najis Mutawassitah
Adalah najis pertengahan atau sedang. Yang termasuk najis ini ialah :
Najis jenis ini ada dua macam, yaitu najis hukmiyah dan najis ‘ainiyah.
a. Najis Hukmiyah adalah najis yang diyakini adanya najis tetapi tidak nyata wujudnya
(zatnya), bau dan rasanya seperti air kencing yang sudah kering yang terdapat pada
pakaian atau lainya, Cara Mensucikanya adalah cukup dengan mengalirkan air pada
benda yang terkena najis. Dan apabila bekas najis yang sudah disuci berulang-ulang
masih juga tidak dapat dihilangkan semuanya, maka hal itu dapat dimaafkan.
b. Najis ‘Ainiyah adalah najis yang tampak wujudnya (zat-nya) dan bisa diketahui bau
dan rasanya. Cara mensucikanya adalah menghilangkan najis ;Ainiyah dengan cara
membuang dan menggosoknya sampai bersih dan diyakini sudah hilang zat, warna,
dan baunya dengan menggunakan air suci.
3. Najis Mughalazah
Adalah najis yang Berat, Najis ini yang bersumber dari anjing dan babi. Cara mensucikanya
melalui beberapa tahap, yaitu membasuh air sebanyak tujuh kali, salah satu diantaranya
menggunakan air yang dicampur dengan tanah.
Hadas ada dua macam, yaitu Hadas Kecil dan Hadas Besar.
1. Hadas kecil
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya suci maka harus berwudhu. Dan apabila tidak
ada air maka diganti dengan tayamum. Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadas kecil
ialah :
7
a. Karena keluar sesuatu dari dua lubang, yaitu qubul dan dubur
b. Karena hilang akalnya, yang disebabkan mabuk, gila atau sebab lainya seperti tidur
c. Bersentuhan antara kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan makhramnya tanpa ada
batas yang menghalanginya.
d. Karena menyentuh kemaluan, baik kemaluan sendiri ataupun kemaluan orang lain dengan
telapak tangan atau jari
2. Hadas Besar
Yaitu keadaan seseorag tidak suci dan supaya menjadi suci harus mandi besar. Apabila tidak
ada air maka diganti dengan tayamum. Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadas besar
ialah :
Secara istilah yaitu cara bersuci untuk menghilangkan hadas kecil sebelum melakukan ibadah
yang wajib dilakukan dalam keadaan suci.
8
d. Membasuh wajah. Membasuh wajah adalah mulai dari tempat tumbuhnya rambut
kepala menuju ke bagian bawah kumis dan jenggot sampai pangkal kedua telinga,
hingga mengenai persendian yaitu bagian wajah yang terletak antara jengot dan
telinga.
e. Membasuh kedua tangan sampai ke siku. Bagi seseorang yang tidak sempurna
tangannya misalnya tangannya terpotong dari atas siku, maka dia tetap wajib
membasuh sisa tangan yang tersisa, yaitu jika tangannya terpotong dari bawah siku.
Dan tidak ada kewajiban untuk membasuhnya jika sudah tidak ada lagi bagian yang
dibasuh.
f. Mengusap sebagian kepala. Bisa ubun-ubun atau yang lain. Ini yang wajib.
Disunnahkan membasuh seluruh kepala. Caranya yaitu mengusap kepala dengan
kedua tangan dari depan meuju ke belakang sampai ke tengkuk kemudian
mengembalikannya ke tempat awal.
g. Membasuh telinga. Caranya memasukkan jari telunjuk ke dalam telinga dan ibu jari
dibelakang daun telinga (bagian luar) dan digerakkan dari bawah daun telinga sampai
ke ataas.
h. At-Tartib. Membasuh anggota wudu satu demi satu dengan urutan yang sebagaimana
Allah dan rasul-Nya perintahkan.
ََأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِريكَ لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ اللَّهُ َّم اجْ َع ْلنِى ِمنَ التَّوَّابِينَ َواجْ َع ْلنِى ِمنَ ْال ُمتَطَه ِِّرين
2. Mandi
a. Mandi wajib dimulai dengan membersihkan kemaluannya, dan kotoran yang ada
di sekitarnya.
b. Mengucapkan bismillah, dan berniat untuk menghilangkan hadast besar
9
d. Setelah itu berwudu ‘sebagaimana cara berwudu’ untuk salat.
e. Kemudian mengguyurkan air di mulai dari pundak kanan terus ke kepala dan
seluruh tubuh dan menyilang-nyilangkan air dengan jari tangan ke sela-sela
rambut kepala dan rambut jenggot dan kumis serta rambut mana saja di tubuh
kita sehingga air itu rata mengenai seluruh tubuh.
f. Kemudian bila diyakini bahwa air telah mengenai seluruh tubuh, Karena itu
siraman air itu harus pula dibantu dengan jari jemari tangan yang mengantarkan
air itu ke bagian tubuh yang paling tersembunyi sekalipun tetapi menyela
pangkal rambut hanya khusus bagi laki-laki. Bagi perempuan, cukup dengan
mengguyurkan pada kepalanya tiga kali guyuran, dan menggosoknya, tapi
jangan mengurai membuka rambutnya yang dikepang.
g. Membasuh (menggosok) badan dengan tangan sampai 3 kali, mendahulukan
yang kanan dari pada yang kiri, serta muwalat, yaitu sambung menyambung
dalam membasuh anggota badan.
3. Tayamum
a. Membaca basmalah dan niat
َّ ْت التَّيَ ُّم َم اِل ِ ْستِبَا َح ِة ال
صالَ ِة فَرْ ضً ِهللِ تَ َعا َل ُ ن ََوي
4. Istinjak
a. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil
dengan air sampai bersih.
b. Membasuh dan membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil
dengan batu atau dengan benda kasat lainnya sampai bersih sekurang-kurangnya
tiga kali.
c. Najis yang berupa benda yang bisa dipegang, jatuh di atas benda yang padat,
seperti bangkai tikus yang jatuh mengenai mentega yang padat. Maka untuk
10
membersihkannya cukup dengan mengambil tikus tersebut dan mentega yang
berada di sekitarnya.
d. Benda yang padat atau keras, seperti pisau atau pedang, terkena najis, maka cukup
diusap sampai bersih untuk mensucikannya. Adapun benda yang terdapat bekas
minum anjing, harus dicuci sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan debu.
1. Air Mutlak, salah satunya air suci dzatnya dan bisa mensucikan pada yang lainya
serta tidak makhruh menggunakanya, yaitu air mutlak (bebas) dari qayyid (ikatan
nama) yang lazim (menetap)
2. Air Musyamas, air yang suci dzatnya bisa mensucikan pada yang lainya dan
makhruh menggunakanya pada badan tidak pada pakaian. Air Musyammas yaitu
air yang dipanaskan dengan pengaruh sinar matahari.
3. Air Musta’mal & Muthaghayyir, air yang suci dzatnya namun tidak bisa
mensucikan pada yang lainya. Air Musta’mal yaitu air yang sudah digunakan
untuk menghilangkan hadast atau menghilangkan najis jika memang tidak berubah
sifatnya dan tidak bertambah ukurannya , setelah terpisah dari tempat yang
dibasuh beserta air yang diserap oleh tempat yang dibasuh.
4. Air Mutanajis, air najis. Maksudnya air yang terkena najis
11
Allah SWT telah menjadikan Thaharah (kebersihan) sebagai cabang dari keimanan. Oleh
karena itu, islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa hidup bersih, baik dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat.
2.1 SHALAT
PENGERTIAN SHALAT
1. Bahasa
Secara bahasa shalat bermakna Doa. Kata shalat dengan makna doa dicontohkan di
dalam Al Quran Al Kariem pada ayat
Artinya : Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan shalatlah (doakanlah mereka). (Qs. At-Taubah :103)
Dalam ayat ini, kata shalat yang dimaksud sama sekali bukan dalam makna syariat,
melainkan dalam makna bahasa secara asli yaitu berdoa.
2. Istilah
Secara istilah shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu,
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
“serangkaian ucapan dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam sebagai sebuah ibadah ritual.”
SYARAT SHALAT
12
4. Telah masuk waktu shalat, dan tidak sah hukumnya jika shalat dilaksanakan sebelum
waktunya
5. Menghadap kiblat
Syarat wajib Shalat
1. Islam,
2. Baligh,
3. Berakal, maka tidaklah wajib salat bagi orang gila atau mabuk
4. Suci dari haid atau nifas bagi perempuan
5. Terjaga, tidak sedang tidur
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Ahmad, Mas.an, Ahmad Hidayah. Fiqh. Jakarta: Kementrian Agama Islam.
2014.
13