Anda di halaman 1dari 1

Zaman Liberal Hindia Belanda

Semakin banyak suara terdengar di Belanda yang menolak sistem Tanam Paksa dan mendorong
sebuah pendekatan yang lebih liberal bagi perusahaan-perusahaan asing. Penolakan sistem Tanam
Paksa ini terjadi karena alasan kemanusiaan dan alasan ekonomi. Pada 1870 kelompok liberal di
Belanda memenangkan kekuasaan di parlemen Belanda dan dengan sukses menghilangkan
beberapa ciri khas sistem Tanam Paksa seperti persentase penanaman beserta keharusan
menggunakan lahan dan tenaga kerja untuk hasil panen dengan tujuan ekspor.

Kelompok liberal ini membuka jalan untuk dimulainya sebuah periode baru dalam sejarah Indonesia
yang dikenal sebagai Zaman Liberal (sekitar 1870-1900). Periode ini ditandai dengan pengaruh besar
dari kapitalisme swasta dalam kebijakan kolonial di Hindia Belanda. Pemerintah kolonial pada saat
itu kurang lebih memainkan peran sebagai pengawas dalam hubungan antara pengusaha-pengusaha
Eropa dengan masyarakat pedesaan Jawa. Namun, walau kaum liberal mengatakan bahwa
keuntungan pertumbuhan ekonomi juga akan mengucur kepada masyarakat lokal, keadaan para
petani Jawa yang menderita karena kelaparan, kurang pangan, dan penyakit tidak lebih baik di
Zaman Liberal dibandingkan dengan masa sistem Tanam Paksa.

Abad ke-19 juga dikenal sebagai abad ekspansi karena Belanda melaksanakan ekspansi geografis
yang substantial di Nusantara. Didorong oleh mentalisme imperialisme baru, negara-negara Eropa
bersaing untuk mencari koloni-koloni di luar benua Eropa untuk motif ekonomi dan status. Salah
satu motif penting bagi Belanda untuk memperluas wilayahnya di Nusantara - selain keuntungan
keuangan - adalah untuk mencegah negara-negara Eropa lain mengambil bagian-bagian dari wilayah
ini. Pertempuran paling terkenal (dan pertempuran yang paling lama antara Belanda dan rakyat
pribumi) selama periode ekspansi Belanda abad ini adalah Perang Aceh yang dimulai pada tahun
1873 dan berlangsung sampai 1913, berakibat pada kematian lebih dari 100,000 orang. Namun,
Belanda tidak pernah memegang kontrol penuh atas Aceh. Toh, integrasi politik antara Jawa dan
pulau-pulau lain di Nusantara sebagai kesatuan politis kolonial telah tercapai (sebagian besar) pada
awal abad ke-20.

Anda mungkin juga menyukai