Persaingan dengan para pedagang Inggris, Perang Napoleon di Eropa dan Perang Jawa
mengakibatkan beban finansial yang besar bagi Kerajaan Belanda. Diputuskan bahwa
Jawa harus menjadi sebuah sumber utama pendapatan untuk Belanda dan karena itu
Gubernur Jenderal Van den Bosch mendorong dimulainya era Tanam Paksa (para
sejarawan di Indonesia mencatat periode ini sebagai era Tanam Paksa namun Pemerintah
Kolonial Belanda menyebutnya Cultuurstelsel yang berarti Sistem Kultivasi) di tahun 1830.
Pada awalnya, Sistem Tanam Paksa itu tidak didominasi hanya oleh pemerintah Belanda
saja. Para pemegang kekuasaan Jawa, pihak Eropa swasta dan juga para pengusaha
Tionghoa ikut berperan. Namun, setelah 1850 - waktu Sistem Tanam Paksa direorganisasi
- Pemerintah Kolonial Belanda menjadi pemain utama. Namun reorganisasi ini juga
membuka pintu bagi pihak-pihak swasta untuk mulai mendominasi Jawa. Sebuah proses
privatisasi terjadi karena Pemerintah Kolonial secara bertahap mengalihkan produksi
komoditi ekspor kepada para pengusaha swasta Eropa.
Waktu perbatasan Hindia Belanda mulai mirip perbatasan yang ada di Indonesia saat ini,
Ratu Belanda Wilhelmina membuat pengumuman pada pidato tahunannya di 1901 bahwa
kebijakan baru, Politik Etis, akan diterapkan di Hindia Belanda. Politik Etis ini (yang
merupakan pengakuan bahwa Belanda memiliki hutang budi kepada orang nusantara)
bertujuan untuk meningkatkan standar kehidupan penduduk asli. Cara untuk mencapai
tujuan ini adalah melalui intervensi negara secara langsung dalam kehidupan (ekonomi),
dipromosikan dengan slogan 'irigasi, pendidikan dan emigrasi'. Namun, pendekatan baru ini
tidak membuktikan kesuksesan yang signifikan dalam meningkatkan standar kehidupan
penduduk asli.
Politik Etis menyebabkan efek samping yang besar. Komponen pendidikan dalam politik ini
berkontribusi signifikan pada kebangkitan nasionalisme Indonesia dengan menyediakan
alat-alat intelektual bagi masyarakat Indonesia untuk mengorganisir dan menyampaikan
keberatan-keberatan mereka terhadap Pemerintah Kolonial. Politik Etis ini memberikan
kesempatan, untuk sebagian kecil kaum elit Indonesia, untuk memahami ide-ide politik
Barat mengenai kebebasan dan demokrasi. Maka, untuk pertama kalinya orang-orang
pribumi mulai mengembangkan kesadaran nasional sebagai 'orang Indonesia'.
Pada 1908, para mahasiswa di Batavia mendirikan asosiasi Budi Utomo, kelompok politis
pribumi yang pertama. Peristiwa ini dianggap sebagai saat kelahiran nasionalisme
Indonesia. Hal ini memulai tradisi politik kerja sama antara elit muda Indonesia dan para
pejabat pemerintahan Belanda yang diharapkan untuk membantu wilayah Hindia Barat
mencapai kemerdekaan yang terbatas.
Bab selanjutnya dalam proses kebangkitan nasionalisme Indonesia adalah pendirian partai
politik pertama berbasis masa, Sarekat Islam, pada tahun 1911. Pada awalnya, organisasi
ini didirikan untuk mendukung para pengusaha pribumi terhadap pengusaha Tionghoa yang
mendominasi ekonomi lokal namum Sarekat Islam ini kemudian mengembangkan fokusnya
dan mengembangkan kedasaran politik populer dengan tendensi subversif.
Politik Etis
Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang
tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa.
Peter Brooshoft
Bidang Politik
Bidang Budaya
Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara memengaruhi kebudayaan bangsa
Indonesia. Pengaruh tersebut mulai dari kosakata bahasa, musik, seni tari,
pakaian, arsitektur hingga cara berpikir. Dampak dalam bidang budaya yang
pertama adalah adanya kata-kata serapan. Kamu bisa lihat kata-katanya di
bawah ini:
Selain itu, kedatangan Bangsa Eropa juga mengenalkan berbagai hal baru ke
bangsa kita. Misalnya, kita jadi tahu berbagai musik internasional ataupun
tarian seperti dansa. Selain itu, ada juga bangunan-bangunan yang menjadi
saksi bisu terhadap segala peristiwa masa lampau. Semua bangunan
tersebut punya ciri khas yang sulit dibuat saat ini. Seperti bangunan yang bisa
kita temui di Kota Tua, Jakarta. Dulunya, Kota Tua merupakan pusat
pemerintahan Batavia.
Gaya arsitektur pada bangunan zaman belanda menjadi dampak kedatangan
Bangsa Eropa yang masih bisa kamu nikmati di masa kini. Jangan lupa
dijaga, ya! (Sumber: coklatkita.com)
Bidang Sosial
Fransiskus Xaverius, yang ditetapkan menjadi orang suci oleh gereja Katolik
(Sumber: youtube.com).
Bidang Ekonomi
Dengan datangnya Bangsa Eropa, masyarakat Indonesia diperkenalkan pada
mata uang di masa Raffles menjalankan kebijakan Sistem Sewa Tanah.
Diperkenalkannya uang kertas dan logam mendorong munculnya perbankan
modern di Hindia-Belanda. Salah satunya adalah de Javasche Bank, bank
modern di Hindia-Belanda yang muncul pertama kali dan didirikan di Batavia
pada tahun 1828.
Bidang Pendidikan
Pendidikan mulai dianggap penting saat kebijakan Politik Etis dilakukan oleh
pemerintah kolonial. Perhatian pemerintah kolonial Belanda terhadap
pendidikan dikarenakan guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor-
sektor swasta dan pemerintahan. Sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah
menganut sistem pendidikan barat dan hanya bisa dimasuki oleh kalangan
bangsawan. Beberapa contoh sekolah yang didirikan pada masa awal
pemerintah kolonial Belanda, antara lain:
Pendidikan selanjutnya yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda adalah
sekolah-sekolah kejuruan seperti sekolah calon pegawai negeri sipil yaitu
OSVIA (Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren). Ada pula dua sekolah
kejuruan medis selevel dengan tingkat universitas yaitu School Tot Opleiding
van Inlandsche Artsen (STOVIA), dan Nederland Indische
Artssenschool(NIAS). STOVIA didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia-
Belanda untuk melahirkan dokter-dokter demi mengatasi berbagai penyakit
berbahaya di wilayah jajahannya. Sekolah ini didirikan untuk mendidik
masyarakat pribumi, sehingga setelah mengenyam pendidikan di STOVIA
mereka mendapat gelar “Dokter Jawa”.
Indonesia
1.
Dampak penjajahan
pada kedudukan para raja dan keluarga istana sebagai penguasa di berbagai kerajaan
di Indonesia terpaksa berubah menjadi aparat atau pegawai yang bekerja untu membantu
turun kelas. Kehidupan social rakyat Indonesia juga berubah karena tidak
hari mereka diliputi rasa takut, cemas, tidak percaya diri, terhina dan
terbelakang. Contoh nyata kehidupan social rakyat yang tidak mendapat pengakuan
dan perlindungan itu adalah dengan adanya pembagian kelas social masyarakat yang
hidup di Indonesia, yakni kelas kesatu diduduki oleh bangsa Barat, kelas kedua diduduki
oleh Timur Asing, dan kelas ketiga (terakhir) diduduki oleh masyarakat pribumi.
2.
Dampak penjajahan
berubahnya cara pergaulan, gaya hidup, bahasa dan cara berpakaian sebagian
masyarakat Indonesia pada berubahnya cara pergaulan, gaya hidup, bahasa dan
cara berpakaian Barat sehingga mengikis budaya tradisional kerajaan / keraton serta
3.
Dampak penjajahan
dengan kuatnya pengaruh pemerintah kolonial Belanda pada penyelenggaran pemerintahan kerajaan –
kerajaan yang
ada di Indonesia seperti ikut campur dalam mengatur kebijakan atau kepuutusan
yang akan diambil oleh Raja, mengubah struktur pemerintahan kerajaan, serta
pada bidang politik dapat dilihat ketika Belanda mengambil alih wilayah
kalangan istana maupun rakyat biasa, yakni kelas social raja dan keluarga raja
yang sebelumnnya kedudukannya berada pada kelas atas berubah turun kelas
menjadi berada pada kelas social terbawah. Dan rakyat Indonesia dari kalangan
tuan tanah dan para pedagang yang sebelumnya menduduki kelas social menengah
4.
Dampak penjajahan
situasi para pengusaha pribumi yang tidak lagi mendapatkan penghasilan sendiri
dari hasil usaha dan upeti seperti sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh karena
kedudukan para pengusaha tersebut yang berubah menjadi pegawai pemerintah colonial
Belanda. Karena kedudukan para pengusaha pribumi sudah berubah menjadi pegawai
pemerintah Belanda, maka pendapatan atau penghasilan mereka diganti dengan gaji
yang menurun drastis dari sebelumnya karena besaran gajinya ditentuka oleh pemerintah
colonial Belanda.
biasa sangat dirasakan para petani menanggung beban yg amat berat karena harus
menanam tanaman yang diperintahkan pemerintah colonial Belanda. Selain itu, barang
dagangan mereka juga dimonopoli oleh pemerintah kolonial Belanda. Dampak penjajahan
Belanda di bidang ekonomi juga dapat dirasakan ketika rakyat biasa tidak diperkenankan
5.
Dampak penjajahan
dibangunnya sekolah dan diberikannya pendidikan bagi rakyat tertentu untuk menghasilkan
pegawai administrasi Belanda yang terampil dan terdidik namun dengan upah murah.
luar.
Perubahan lain yang dirasakan dalam bidang social ialah lenyapnya struktur penguasa
local. Sebab mereka pada umumnya dipekerjakan menjadi pegawai dalam pemerintahan.
Ketika mereka diangkat menjadi pegawai pemerintah, kedudukan para penguasa lokal
menjadi menurun karena mereka secara otomatis berada di bawah kekuasaan pemerintah
Belanda.
Perubahan ekonomi yang diterapkan oleh Belanda di Indonesia selanjutnya ialah dengan
munculnya pelaksanaan liberalism ekonomi atau yang dikenal dengan politik Pintu
Terbuka. Sistem ini dijalankan untuk menggantikan culture stelsel yang dianggap telah
menyengsarakan rakyat Indonesia. Liberalisme ekonomi dijalankandengan menerapkan
system kapitalisme, sehingga pemerintah Belanda tetap berusaha mengeruk keuntungan
yang sebesar-besarnya. Akibatnya, kondisi ekonomi bangsa Indonesia tidak mengalami
perubahan yang berarti. Tenaga kerja Indonesia tetap diperah untuk dijadikan sebagai kuli
yang bekerja di perkebunan-perkebunan swasta miliki kaum kapitalis. Buruh tersebut
terikat dalam kontrak kerja dan tidak boleh melanggar peraturan. Apabila melanggar
peraturan maka akan dijerat Poenale sanctie yang sangat berat. Buruh yang bekerja di
perkebunan dibayar menggunakan uang. Sebagai dampaknya, dalam masyarakat Indonesia
akhirnya dikenal adanya alat tukar berupa uang. Sistem uang tersebut sekaligus mengubah
system barter yang selama ini dilakukan oleh bangsa Indonesia.
Perubahan lain yang terjadi ialah dalam bidang pendidikan. Pada akhir abad ke-19, system
pendidikan yang berkembang di Indonesia semakin banyak. Sistem pendidikan ada yang
diselenggarakan oleh kelompok keagamaan dan ada yang deselenggarakan oleh pemerintah
colonial belanda. Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh kelompok keagamaan lebih
menitikberatkan pada pendidikan agama, seperti Agama Islam yang pendidikannya
diselenggarakan melalui pesantren. Dalam pesantren seorang siswa menerima materi yang
garis besarnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan syariat Islam. Begitu pula
lembaga keagamaan lainnya, pendidikan yang diberikan kepada siswanya berhubungan
penanaman agama masing-masing.
Pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Kolonial Belanda, menekankan pada system
pendidikan Barat yang telah memiliki kurikulum yang jelas. Sistem pendidikan barat
berkembang di Indonesia setelah muncul politik Etis, yang salah satu isinya menganjurkan
adanya edukasi (pendidikan). Para penganjur Politik Etis berpendapat bahwa pemerintah
Belanda berhutang kebaikan kepada bangsa Indonesia yang telah melaksanakan Tanam
Paksa hingga Belanda menjadi Negara yang makmur. Oleh sebab itu, pemerintah Belanda
harus membalas kebaikan bangsa Indonesia. Salah satunya ialah dengan memberikan
pendidikan kepada rakyat Indonesia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
Belanda pada awalnya hanyalah sebagai usaha untuk memenuhi tenaga kerja yang bisa
membaca dan menulis yang nantinya dapat disalurkan pada perkebunan Belanda atau
kantor-kantor milik Belanda. Tujuan Belanda mencetak tenaga kerja Indonesia yang bisa
membaca dan menulis ialah supaya upah tenaga kerja yang harus dibayarkan murah.
A. DAMPAK POSITIF
Nah itulah dampak positif kedatangan Belanda di Indonesia, Tapi sebaik baiknya
Belanda pasti semua itu hanya akal bulus Belanda untuk mengeruk kekayaan indonesia ini.
berikut dampak negatif Belanda datang ke Indonesia.
B. DAMPAK NEGATIF
Itulah dampak positif negatif penjajahan Belanda di Indonesia, dari uraian diatas dapat
saya simpulkan :"Semua yang dilakukan Belanda ada baik dan buruknya, tapi karena
Belanda adalah seorang penjajah maka semua yang dilakukan Belanda adalah salah,
Belanda telah membuat seluruh rakyat Indonesia ini menderita baik ahir maupun batin".