Anda di halaman 1dari 20

Tanam Paksa atau Sistem Kultivasi di Jawa

Persaingan dengan para pedagang Inggris, Perang Napoleon di Eropa dan Perang Jawa
mengakibatkan beban finansial yang besar bagi Kerajaan Belanda. Diputuskan bahwa
Jawa harus menjadi sebuah sumber utama pendapatan untuk Belanda dan karena itu
Gubernur Jenderal Van den Bosch mendorong dimulainya era Tanam Paksa (para
sejarawan di Indonesia mencatat periode ini sebagai era Tanam Paksa namun Pemerintah
Kolonial Belanda menyebutnya Cultuurstelsel yang berarti Sistem Kultivasi) di tahun 1830.

Dengan sistem ini, Belanda memonopoli perdagangan komoditi-komoditi ekspor di Jawa.


Terlebih lagi, pihak Belanda lah yang memutuskan jenis (dan jumlah) komoditi yang harus
diproduksi oleh para petani Jawa. Secara umum, ini berarti para petani Jawa harus
menyerahkan seperlima dari hasil panen mereka kepada Belanda. Sebagai gantinya, para
petani menerima kompensasi dalam bentuk uang dengan harga yang ditentukan Belanda
tanpa memperhitungkan harga komoditi di pasaran dunia. Para pejabat Belanda dan Jawa
menerima bonus bila residensi mereka mengirimkan lebih banyak hasil panen dari waktu
sebelumnya, maka mendorong intervensi top-down dan penindasan. Selain pemaksaan
penanaman dan kerja rodi, pajak tanah Raffles juga masih berlaku. Sistem Tanam Paksa
menghasilkan kesuksesan keuangan. Antara tahun 1832 dan 1852, sekitar 19% dari total
pendapatan pemerintah Belanda berasal dari koloni Jawa. Antara tahun 1860 dan 1866,
angka ini bertambah menjadi 33%.

Pada awalnya, Sistem Tanam Paksa itu tidak didominasi hanya oleh pemerintah Belanda
saja. Para pemegang kekuasaan Jawa, pihak Eropa swasta dan juga para pengusaha
Tionghoa ikut berperan. Namun, setelah 1850 - waktu Sistem Tanam Paksa direorganisasi
- Pemerintah Kolonial Belanda menjadi pemain utama. Namun reorganisasi ini juga
membuka pintu bagi pihak-pihak swasta untuk mulai mendominasi Jawa. Sebuah proses
privatisasi terjadi karena Pemerintah Kolonial secara bertahap mengalihkan produksi
komoditi ekspor kepada para pengusaha swasta Eropa.

Politik Etis dan Nasionalisme Indonesia

Waktu perbatasan Hindia Belanda mulai mirip perbatasan yang ada di Indonesia saat ini,
Ratu Belanda Wilhelmina membuat pengumuman pada pidato tahunannya di 1901 bahwa
kebijakan baru, Politik Etis, akan diterapkan di Hindia Belanda. Politik Etis ini (yang
merupakan pengakuan bahwa Belanda memiliki hutang budi kepada orang nusantara)
bertujuan untuk meningkatkan standar kehidupan penduduk asli. Cara untuk mencapai
tujuan ini adalah melalui intervensi negara secara langsung dalam kehidupan (ekonomi),
dipromosikan dengan slogan 'irigasi, pendidikan dan emigrasi'. Namun, pendekatan baru ini
tidak membuktikan kesuksesan yang signifikan dalam meningkatkan standar kehidupan
penduduk asli.

Politik Etis menyebabkan efek samping yang besar. Komponen pendidikan dalam politik ini
berkontribusi signifikan pada kebangkitan nasionalisme Indonesia dengan menyediakan
alat-alat intelektual bagi masyarakat Indonesia untuk mengorganisir dan menyampaikan
keberatan-keberatan mereka terhadap Pemerintah Kolonial. Politik Etis ini memberikan
kesempatan, untuk sebagian kecil kaum elit Indonesia, untuk memahami ide-ide politik
Barat mengenai kebebasan dan demokrasi. Maka, untuk pertama kalinya orang-orang
pribumi mulai mengembangkan kesadaran nasional sebagai 'orang Indonesia'.

Pada 1908, para mahasiswa di Batavia mendirikan asosiasi Budi Utomo, kelompok politis
pribumi yang pertama. Peristiwa ini dianggap sebagai saat kelahiran nasionalisme
Indonesia. Hal ini memulai tradisi politik kerja sama antara elit muda Indonesia dan para
pejabat pemerintahan Belanda yang diharapkan untuk membantu wilayah Hindia Barat
mencapai kemerdekaan yang terbatas.

Bab selanjutnya dalam proses kebangkitan nasionalisme Indonesia adalah pendirian partai
politik pertama berbasis masa, Sarekat Islam, pada tahun 1911. Pada awalnya, organisasi
ini didirikan untuk mendukung para pengusaha pribumi terhadap pengusaha Tionghoa yang
mendominasi ekonomi lokal namum Sarekat Islam ini kemudian mengembangkan fokusnya
dan mengembangkan kedasaran politik populer dengan tendensi subversif.

Gerakan-gerakan penting lainnya yang menyebabkan terbukanya pemikiran politik pribumi


adalah Muhammadiyah, gerakan reformis sosio-religius Islam yang didirikan pada tahun
1912 dan Asosiasi Sosial Demokrat Hindia, gerakan komunis yang didirikan pada tahun
1914 yang menyebarluaskan ide-ide Marxisme di Hindia Belanda. Perpecahan internal di
gerakan ini kemudian mendorong pendirian Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun
1920.

Pada awalnya, Pemerintah Kolonial Belanda mengizinkan pendirian gerakan-gerakan politik


lokal namun ketika ideologi Indonesia diradikalisasi pada tahun 1920an (seperti yang
tampak dalam pemberontakan-pemberontakan komunis di Jawa Barat dan Sumatra Barat
di tahun 1926 dan 1927) Pemerintah Belanda mengubahkan kebijakannya. Sebuah rezim
yang relatif toleran digantikan dengan rezim represif yang menekan semua tindakan yang
diduga subversif. Rezim represif ini hanya memperparah keadaan dengan meradikalisasi
seluruh gerakan nasionalis Indonesia. Sebagian dari para nasionalis ini mendirikan Partai
Nasionalis Indonesia (PNI) pada tahun 1927 sebagai sebuah reaksi pada rezim yang
represif. Tujuannya adalah mencapai kemerdekaan penuh untuk Indonesia.
Peristiwa penting lainnya bagi nasionalisme Indonesia adalah Sumpah Pemuda pada tahun
1928. Pada kongres yang dihadiri organisasi-organisasi pemuda ini, tiga idealisme
diproklamasikan, menyatakan diri memiliki satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Tujuan utama dari kongres ini adalah mendorong persatuan antara kaum muda Indonesia.
Di dalam kongres ini lagu yang kemudian menjadi lagu kebangsaan nasional (Indonesia
Raya) dikumandangkan dan bendera nasional di masa kemerdekaan (merah-putih)
dikibarkan untuk yang pertama kalinya. Pemerintah Kolonial Belanda bertindak dengan
melakukan aksi-aksi penekanan. Para pemimpin nasionalis muda, seperti Sukarno (yang di
kemudian hari menjadi presiden pertama Indonesia) dan Mohammad Hatta (wakil presiden
Indonesia yang pertama) ditangkap dan diasingkan.

Politik Etis
Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang
tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa.

Conrad Theodore van Deventer

Peter Brooshoft

Wolter Robert baron van Hoëvell


Munculnya kaum Etis yang di pelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan C.Th. van
Deventer (politikus) ternyata membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi
yang terbelakang. Wolter Robert baron van Hoëvell seorang negarawan dan pendeta ini pada tahun 1848, ia
menggalang demonstrasi di Batavia, dan mengajukan petisi untuk kebebasan pers, pembentukan sekolah-sekolah di
daerah koloni (dalam hal ini di Jawa) dan perwakilan Hindia Belanda di Tweede Kamer.
Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan dalam pidato pembukaan Parlemen
Belanda, bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa
pribumi di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang
terangkum dalam program Trias Van Deventer yang meliputi:
 Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan
pertanian.
 Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.
 Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan.
Banyak pihak menghubungkan kebijakan baru politik Belanda ini dengan pemikiran dan tulisan-tulsian Van
Deventer yang diterbitkan beberapa waktu sebelumnya, sehingga Van Deventer kemudian dikenal sebagai
pencetus politik etis ini.
Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda dengan membangun irigasi untuk
perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan
Belanda untuk dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang berarti bagi bangsa Indonesia.

DOOR DUISTERNIS TOT LICHT, buku karya Mr. J.H. Abendanon


yang berisi surat-surat R.A. Kartini yang di kirimkan kepadanya.
Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan
perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat
berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) yang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan
selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun
rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah.
Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) adalah yang merangkum semua surat RA. Kartini menjadi
sebuah buku “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” (Habis Gelap Terbitlah Terang) dan
merupakan teman dekat Snouck Hurgronje (Abdul Ghaffar) seorang teologi ahli sastra
Arab. R.A. Kartini terlalu kritis untuk pemerintah Belanda apalagi sebagai seorang priyayi,
sehingga pemerintah Belanda banyak memperkenalkan orang-orang Belanda untuk mengajari
(Baca:Mengawal, meredam dan meluruskan) R.A Kartini diantaranya adalah Dr.
Adriani (Pendeta), Annie Glasser (tangan kanan J.H. Abendanon), Estelle
Zeehandelaar (Perempuan Yahudi Belanda) dan Nellie Van Kol (humanisme progresif) yang
berperan mendangkalkan aqidah dan berusaha mengkristenkan RA Kartini. Maka bisa jadi
pemikiran Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar (guru besar Universitas Indonesia) benar dimana
“R.A.Kartini Pahlawan Wanita Bikinan Belanda“.
Sementara itu, dalam masyarakat telah terjadi semacam pertukaran mental antara orang-orang Belanda dan orang-
orang pribumi. Kalangan pendukung politik etis merasa prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi
sosial-budaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan kaum pribumi agar melepaskan diri
dari belenggu feodal dan mengembangkan diri menurut model Barat, yang mencakup proses emansipasi dan
menuntut pendidikan ke arah swadaya.
Penyimpangan Politik Etis
Pada dasarnya kebijakan-kebijakan yang diajukan oleh van Deventer tersebut baik. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai Belanda. Berikut ini
penyimpangan penyimpangan tersebut.
 Irigasi : Pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan swasta Belanda.
Sedangkan milik rakyat tidak dialiri air dari irigasi.
 Edukasi : Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah. Pendidikan ditujukan untuk mendapatkan
tenaga administrasi yang cakap dan murah. Pendidikan yang dibuka untuk seluruh rakyat, hanya
diperuntukkan kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang mampu. Terjadi diskriminasi
pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang
berharta, dan di sekolah kelas II kepada anak-anak pribumi dan pada umumnya.
 Migrasi : Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan perkebunan-
perkebunan milik Belanda. Hal ini karena adanya permintaan yang besar akan tenaga kerja di daerah-daerah
perkebunan seperti perkebunan di Sumatera Utara, khususnya di Deli, Suriname, dan lain-lain. Mereka
dijadikan kuli kontrak. Migrasi ke Lampung mempunyai tujuan menetap. Karena migrasi ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja, maka tidak jarang banyak yang melarikan diri. Untuk mencegah
agar pekerja tidak melarikan diri, pemerintah Belanda mengeluarkan Poenale Sanctie, yaitu peraturan yang
menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri akan dicari dan ditangkap polisi, kemudian dikembalikan
kepada mandor/pengawasnya.
Dari ketiga penyimpangan ini, terjadi karena lebih banyak untuk kepentingan pemerintahan Belanda.
Kritik Politik Etis
Pelaksanaan politik etis bukannya tidak mendapat kritik. Kalangan Indo, yang secara sosial adalah warga kelas dua
namun secara hukum termasuk orang Eropa merasa ditinggalkan. Di kalangan mereka terdapat ketidakpuasan
karena pembangunan lembaga-lembaga pendidikan hanya ditujukan kepada kalangan pribumi (eksklusif). Akibatnya,
orang-orang campuran tidak dapat masuk ke tempat itu, sementara pilihan bagi mereka untuk jenjang pendidikan
lebih tinggi haruslah pergi ke Eropa, yang biayanya sangat mahal.Ernest Douwes Dekker 1879-1950 (Danudirja
Setiabudi) termasuk yang menentang ekses pelaksanaan politik ini karena meneruskan pandangan pemerintah
kolonial yang memandang hanya orang pribumilah yang harus ditolong, padahal seharusnya politik etis ditujukan
untuk semua penduduk asli Hindia Belanda (Indiers), yang di dalamnya termasuk pula orang Eropa yang
menetap (blijvers)
Ada 3 Douwes Dekker yang berbeda dalam sejarah kita yaitu

 Eduard Douwes Dekker (Multatuli), lahir di Amsterdam, Belanda, 2 Maret 1820 –


meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari 1887 pada umur 66 tahun, dialah
yang terkenal dengan buku “Max Havelaar” (1860) yang memicu lahirnya politik Etis.
 Dr. Ernest Douwes Dekker 1879-1950 (Danudirja Setiabudi), lahir di Pasuruan,
Hindia-Belanda, 8 Oktober 1879 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950
pada umur 70 tahun adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional
Indonesia, dan merupakan angggota “Tiga Serangkai” bersama dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat.
 Camille Hugo Douwes Dekker 1877-1933 (assistent-resident) untuk Poerwokerto
tahun 1918 hingga 1928, merupakan saudara laki-laki Eduard Douwes Dekker (Multatuli)
Baik Politik Cultuurstelsel maupun Politik Etis semua berjalan dan di dasari untuk kepentingan Belanda, dan
kepentingan itu juga masih di tumpangi kepentingan-kepentingan yang lain. Yang tentunya masih saja ada
penindasan dan diskriminasi.

Sejarah Kelas 11 | Dampak Kedatangan Bangsa


Eropa Bagi Indonesia
Irene Swastiwi Viandari Kharti

Jul 12, 2018 • 7 min read


Artikel sejarah kelas XII ini akan berbagi tentang dampak kedatangan Bangsa
Eropa Bagi Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan yang masih kita
rasakan dampaknya hingga hari ini.
--

Squad, bisa bayangkan nggak sih bagaimana kehidupan Bangsa Indonesia


ketika ada bangsa-bangsa lain di sini? Tanpa disadari, berbagai aspek
kehidupan kita terpengaruh oleh bangsa lain tersebut. Bangsa Eropa yang
lama berada di Indonesia membawa pengaruh-pengaruh yang masih bisa kita
rasakan hingga hari ini.

Bidang Politik

Pada masa pemerintahan kolonial, kekuasaan-kekuasaan kerajaan di


Nusantara menurun karena adanya intervensi dari pemerintah kolonial,
lewat devide et impera (politik adu domba). Melalui devide et impera,
pemerintah kolonial Belanda berhasil memengaruhi penguasa-penguasa di
daerah untuk tunduk terhadap kekuasaannya.

Berhasil membuat penguasa daerah tunduk, berarti juga dapat “mengatur”


beberapa kebijakan baru, seperti:
1. membagi wilayah Hindia Belanda khususnya Jawa menjadi
9 prefektur dan 30 regentschap.
2. Tiap prefektur dipimpin oleh prefek yang merupakan orang Eropa
sedangkan tiap regentschap (kabupaten) dipimpin bupati yang berasal
dari orang pribumi bangsawan.
3. Prefektur dan regent berada di bawah Gubernur Jenderal yang
berkedudukan sebagai pemimpin tertinggi pemerintah kolonial Belanda.
4. Gubernur Jenderal dibantu oleh enam departemen yaitu kehakiman,
keuangan, dalam negeri, kebudayaan dan kepercayaan, ekonomi serta
kesejahteraan rakyat.
5. Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan
politik Pax Nederlanica di akhir abad 19 menuju awal abad 20.

Pax Nederlanica adalah perubahan sistem pemerintahan dari administrasi


tradisional ke sistem administrasi modern. Sistem ini diterapkan untuk
menggantikan posisi penting pemerintah daerah ke tangan pemerintah
Belanda dengan cara mengangkat dan menggaji pegawai yang
menduduki jabatan struktur birokrasi. Dalam sistem tersebut jabatan
tertinggi yang bisa dipegang oleh masyarakat pribumi adalah bupati dan di
bawahnya terdapat wedana dan patih. Berikut bagan dari struktur
pemerintahan kolonial Hindia Belanda:
Selain itu, sistem pemerintahan di Indonesia sekarang merupakan warisan
dari penerapan ajaran Trias Politica yang dijalankan oleh pemerintah kolonial
Belanda. Dalam badan yudikatif di struktur tersebut, pemerintahan kolonial
Belanda membagi badan peradilan menjadi tiga macam berdasarkan
golongan masyarakat di Hindia-Belanda. Badan peradilan tersebut terdiri
dari peradilan untuk orang Eropa, peradilan orang Timur Asing, dan
peradilan orang pribumi.Dalam badan legislatif, pemerintah kolonial
Belanda membentuk Volksraad atau Dewan Rakyat pada tahun 1918.

Bidang Budaya
Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara memengaruhi kebudayaan bangsa
Indonesia. Pengaruh tersebut mulai dari kosakata bahasa, musik, seni tari,
pakaian, arsitektur hingga cara berpikir. Dampak dalam bidang budaya yang
pertama adalah adanya kata-kata serapan. Kamu bisa lihat kata-katanya di
bawah ini:

Selain itu, kedatangan Bangsa Eropa juga mengenalkan berbagai hal baru ke
bangsa kita. Misalnya, kita jadi tahu berbagai musik internasional ataupun
tarian seperti dansa. Selain itu, ada juga bangunan-bangunan yang menjadi
saksi bisu terhadap segala peristiwa masa lampau. Semua bangunan
tersebut punya ciri khas yang sulit dibuat saat ini. Seperti bangunan yang bisa
kita temui di Kota Tua, Jakarta. Dulunya, Kota Tua merupakan pusat
pemerintahan Batavia.
Gaya arsitektur pada bangunan zaman belanda menjadi dampak kedatangan
Bangsa Eropa yang masih bisa kamu nikmati di masa kini. Jangan lupa
dijaga, ya! (Sumber: coklatkita.com)

Bangsa Eropa, terutama Belanda, juga banyak mendirikan benteng-benteng


untuk menghalau serangan dari Inggris. Kamu bisa lihat benteng Fort de
Kock di Bukittinggi, di Sumatera Barat, Benteng Marlborough di Bengkulu,
Benteng Spellwijk di Banten, Benteng Vredeburg di Yogyakarta, dan lain-lain.

Bidang Sosial

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang


sosial ataupun ekonomi. Salah satu dampak dalam bidang sosial
adalah munculnya masyarakat yang menganut agama Katolik dan
Kristen Protestan. Kedatangan Portugis yang membawa semangat 3G
memengaruhi penyebaran agama Kristen dan Katolik di Indonesia.

Salah satu penyebar agama Katolik di Indonesia yang terkenal adalah


Fransiscus Xaverius, seorang misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun
1546-1547. Di samping penyebaran agama Katolik, agama Kristen Protestan
juga turut tersebar di Indonesia.

Fransiskus Xaverius, yang ditetapkan menjadi orang suci oleh gereja Katolik
(Sumber: youtube.com).

Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan


Gubernur Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands
Zendeling Genootschap (NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama
Kristen Protestan berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh yang tergabung dalam
NZG yang terkenal adalah Ludwig Ingwer Nommensen dan Sebastian
Qanckaarts.

Bidang Ekonomi
Dengan datangnya Bangsa Eropa, masyarakat Indonesia diperkenalkan pada
mata uang di masa Raffles menjalankan kebijakan Sistem Sewa Tanah.
Diperkenalkannya uang kertas dan logam mendorong munculnya perbankan
modern di Hindia-Belanda. Salah satunya adalah de Javasche Bank, bank
modern di Hindia-Belanda yang muncul pertama kali dan didirikan di Batavia
pada tahun 1828.

Selanjutnya adalah bangkitnya kehidupan perekonomian akibat


pembangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan. Keberadaan infrastruktur
jalan didukung oleh jaringan transportasi khususnya kereta api yang muncul
dan berkembang pada masa Sistem Tanam Paksa. Jaringan kereta api
muncul dan berkembang di Hindia-Belanda sebagai sarana pengantaran hasil
perkebunan yang ada di Hindia Belanda serta transportasi masyarakat.
Munculnya sistem transportasi ini merupakan dampak kedatangan Bangsa
Eropa bagi Indonesia yang masih bisa kamu gunakan hingga hari ini.

Bidang Pendidikan

Masuknya bangsa Eropa ke Nusantara juga membawa pengaruh besar dalam


bidang pendidikan. Pendidikan dari Eropa pertama kali masuk ke
Nusantara bersamaan dengan masuknya agama Kristen Katolik. Kala itu
dibangun sekolah yang mengajarkan ajaran agama Katolik untuk para pribumi
dari daerah Timur Indonesia di sekitar daerah Maluku.

Pendidikan mulai dianggap penting saat kebijakan Politik Etis dilakukan oleh
pemerintah kolonial. Perhatian pemerintah kolonial Belanda terhadap
pendidikan dikarenakan guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor-
sektor swasta dan pemerintahan. Sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah
menganut sistem pendidikan barat dan hanya bisa dimasuki oleh kalangan
bangsawan. Beberapa contoh sekolah yang didirikan pada masa awal
pemerintah kolonial Belanda, antara lain:
Pendidikan selanjutnya yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda adalah
sekolah-sekolah kejuruan seperti sekolah calon pegawai negeri sipil yaitu
OSVIA (Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren). Ada pula dua sekolah
kejuruan medis selevel dengan tingkat universitas yaitu School Tot Opleiding
van Inlandsche Artsen (STOVIA), dan Nederland Indische
Artssenschool(NIAS). STOVIA didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia-
Belanda untuk melahirkan dokter-dokter demi mengatasi berbagai penyakit
berbahaya di wilayah jajahannya. Sekolah ini didirikan untuk mendidik
masyarakat pribumi, sehingga setelah mengenyam pendidikan di STOVIA
mereka mendapat gelar “Dokter Jawa”.

Kemudian muncul kembali pendidikan tingkat universitas Technische


Hoogeschool (THS, Sekolah Tinggi Teknik). Melalui sekolah-sekolah bergaya
pendidikan barat yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda nantinya
melahirkan golongan elite baru dalam masyarakat Indonesia. Golongan elite
baru inilah yang membawa perubahan dalam perjuangan bangsa Indonesia
mencapai kemerdekaan.
Kategori : Pengaruh penjajahan kolonial Belanda pada bangsa

Indonesia

Kata kunci : Penjajahan, perang, kolonialisme

1.

Dampak penjajahan

Belanda di bidang Sosial

Dampak penjajahan Belanda di bidang social dapat dilihat

pada kedudukan para raja dan keluarga istana sebagai penguasa di berbagai kerajaan

di Indonesia terpaksa berubah menjadi aparat atau pegawai yang bekerja untu membantu

pemerintah kolonial Belanda.

Selain kedudukan para raja dan keluarga istana yang berubah

turun kelas. Kehidupan social rakyat Indonesia juga berubah karena tidak

mendapat pengakuan dan perlindungan dari kerjaan sehingga kehidupan sehari -

hari mereka diliputi rasa takut, cemas, tidak percaya diri, terhina dan

terbelakang. Contoh nyata kehidupan social rakyat yang tidak mendapat pengakuan

dan perlindungan itu adalah dengan adanya pembagian kelas social masyarakat yang
hidup di Indonesia, yakni kelas kesatu diduduki oleh bangsa Barat, kelas kedua diduduki

oleh Timur Asing, dan kelas ketiga (terakhir) diduduki oleh masyarakat pribumi.

2.

Dampak penjajahan

Belanda di bidang Budaya

Dampak penjajahan Belanda di bidang budaya dapat dilihat dengan

berubahnya cara pergaulan, gaya hidup, bahasa dan cara berpakaian sebagian

masyarakat Indonesia pada berubahnya cara pergaulan, gaya hidup, bahasa dan

cara berpakaian Barat sehingga mengikis budaya tradisional kerajaan / keraton serta

masyarakat. Selain itu, dampak penjajaha dapat dilihat dengan berkembangnya

ajaran agama Kristen di Indonesia.

3.

Dampak penjajahan

Belanda di bidang Politik

Dampak penjajahan Belanda di bidang politik dapat dilihat

dengan kuatnya pengaruh pemerintah kolonial Belanda pada penyelenggaran pemerintahan kerajaan –
kerajaan yang

ada di Indonesia seperti ikut campur dalam mengatur kebijakan atau kepuutusan
yang akan diambil oleh Raja, mengubah struktur pemerintahan kerajaan, serta

memusatkan kekuasaan di Batavia. Selain itu, dampak dari penjajahan Belanda

pada bidang politik dapat dilihat ketika Belanda mengambil alih wilayah

kekuasaan berbagai Kerajaan di Indonesia.

Dampak penjajahan Belanda di bidang politik juga dapat

dilihat pada perbuhan kelas social masyarakat Indonesia, baik masyarakat

kalangan istana maupun rakyat biasa, yakni kelas social raja dan keluarga raja

yang sebelumnnya kedudukannya berada pada kelas atas berubah turun kelas

menjadi berada pada kelas social terbawah. Dan rakyat Indonesia dari kalangan

tuan tanah dan para pedagang yang sebelumnya menduduki kelas social menengah

kedudukannya berubah menjadi turun pad akelas social terbawah.

4.

Dampak penjajahan

Belanda di bidang Ekonomi

Dampak penjajahan Belanda di bidang ekonomi dapat dilihat pada

situasi para pengusaha pribumi yang tidak lagi mendapatkan penghasilan sendiri

dari hasil usaha dan upeti seperti sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh karena

kedudukan para pengusaha tersebut yang berubah menjadi pegawai pemerintah colonial
Belanda. Karena kedudukan para pengusaha pribumi sudah berubah menjadi pegawai

pemerintah Belanda, maka pendapatan atau penghasilan mereka diganti dengan gaji

yang menurun drastis dari sebelumnya karena besaran gajinya ditentuka oleh pemerintah

colonial Belanda.

Dampak penjajahan Belanda di bidang ekonomi pada rakyat

biasa sangat dirasakan para petani menanggung beban yg amat berat karena harus

menanam tanaman yang diperintahkan pemerintah colonial Belanda. Selain itu, barang

dagangan mereka juga dimonopoli oleh pemerintah kolonial Belanda. Dampak penjajahan

Belanda di bidang ekonomi juga dapat dirasakan ketika rakyat biasa tidak diperkenankan

bergerak bebas di bidang perekonomian sebagai akibat dari pengawasan dan

pembatasan atas pekerjaan mereka oleh pemerintah kolonial Belanda.

5.

Dampak penjajahan

Belanda di bidang Pendidikan

Dampak penjajahan Belanda di bidang pendidikan adalah

dibangunnya sekolah dan diberikannya pendidikan bagi rakyat tertentu untuk menghasilkan

pegawai administrasi Belanda yang terampil dan terdidik namun dengan upah murah.

Namun dampak penjajahan Belanda juga telah memunculkan golongan - golongan


terpelajar di Indonesia sehingga mengetahui perkembangan yang terjadi di dunia

luar.

Pengaruh dan dampak penjajahan belanda terhadap


indonesia
Berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang diterapkan oleh penjajah telah memberikan
pengaruh yang amat besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan yang terjadi
antara lain dalam bidang politik, social, ekonomi dan budaya. Perubahan yang terjadi
diakibatkan oleh penjajah yang selalu berusaha untuk mendobrak kebijakan yang ada dan
diganti dengan kebijakan penjajah. Usaha yang dilakukan oleh penjajah sering mendapat
perlawanan dari bangsa Indonesia. Tetapi dengan kegigihan dan segala tipu daya yang
dilakukan penjajah, akhirnya mereka dapat menguasai Indonesia.

1. Perubahan Dalam Bidang Politik


Kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa tradisional Indonesia sejak kedatangan bangsa
barat semakin lemah. Para raja, sultan dan bangsawan lainnya kehilangan kekuasaan dalam
pemerintahan karena sangat tergantung kepada pemerintahan colonial belanda. Perubahan
kekuasaan ini dikarenakan pemerintah belanda berusaha untuk menguasai seluruh wilayah
Indonesia. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah belanda antara lain selalu mencampuri
masalah intern kerajaan, sehingga kebebasan para raja atau bangsawan lainnya dalam
mengambil suatu kebijakan tidak ada. Hal ini mengakibatkan kekuasaan para raja atau
bangsawan lainnya berada di bawah kekuasaan pemerintah Belanda. Akibat yang
ditimbulkan selanjutnya ialah kekuasaan politik pribumi runtuh, kehidupan social ekonomi
rakyat mengalami kemerosotan dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat digantikan
oleh tradisi penjajah. Kondisi ini akhirnya menimbulkan reaksi dari para raja dan
bangsawan lainnya yang mendapat dukungan seluruh rakyat.
1. Perubahan dalam bidang sosial
Perubahan yang terjadi dalam bidang social sejak munculnya kekuasaan Belanda di
Indonesia ialah terjadinya penindasan dan pemerasan secara kejam. Kondisi ini
mengakibatkan rakyat Indonesia hidup sengsara dan menderita. Tingkat kesejahteraan
rakyat menjadi sangat menurun dan beban hidup yang dirasakan menjadi sangat berat. Di
Indonesia banyak terjadi kelaparan karena sumber daya alam dan tenaga kerja manusia
telah dikuras oleh Belanda, seperti ketika diberlakukannyaculture stelsel dan kerja rodi.
Tradisi yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia pun, seperti upacara dan tata cara yang berlaku
dalam lingkungan istana, menjadi sangat sederhana bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi
tersebut secara perlahan-lahan digantikan oleh tradisi pemerintah Belanda. Akibatnya
lingkungan istana mulai kehilangan jati dirinya karena dipaksa untuk mengikuti kebiasaan
yang berlaku di kalangan lingkungan Pemerintah Belanda.

Perubahan lain yang dirasakan dalam bidang social ialah lenyapnya struktur penguasa
local. Sebab mereka pada umumnya dipekerjakan menjadi pegawai dalam pemerintahan.
Ketika mereka diangkat menjadi pegawai pemerintah, kedudukan para penguasa lokal
menjadi menurun karena mereka secara otomatis berada di bawah kekuasaan pemerintah
Belanda.

1. Perubahan Dalam Bidang Ekonomi


Kehidupan ekonomi yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sejak kedatangan Belanda ke
Indonesia mengalami kemerosotan. Kemerosotan yang paling dirasakan oleh bangsa
Indonesia ialah dalam bidang perdagangan. Bangsa Indonesia pada awalnya merupakan
pedagang bebas. Tapi setelah Belanda datang ke Indonesia, perdagangan (terutama
perdagangan rempah-rempah) menjadi dimonopoli oleh Belanda. Akibatnya harga rempah-
rempah menjadi sangat murah. Sistem monopoli yang diterapkan oleh belanda ditentang
oleh bangsa Indonesia hingga mengakibatkan terjadinya peperangan.
Kehidupan perekonomian bangsa Indonesia lebih merosot lagi setelah Belanda
melaksanakan culture stelselgunga mengisi kas Belanda yang kosong.Culture stelsel telah
memaksa rakyat untuk menanam tanaman yang laku dijual di dunia internasional dan
bangsa Indonesia tidak diberi apa-apa sebagai imbalannya. Penderitaan dan kelaparan
terjadi dimana-mana, sementara pemerintah Belanda mendapatkan keuntungan yang
sangat banyak.

Perubahan ekonomi yang diterapkan oleh Belanda di Indonesia selanjutnya ialah dengan
munculnya pelaksanaan liberalism ekonomi atau yang dikenal dengan politik Pintu
Terbuka. Sistem ini dijalankan untuk menggantikan culture stelsel yang dianggap telah
menyengsarakan rakyat Indonesia. Liberalisme ekonomi dijalankandengan menerapkan
system kapitalisme, sehingga pemerintah Belanda tetap berusaha mengeruk keuntungan
yang sebesar-besarnya. Akibatnya, kondisi ekonomi bangsa Indonesia tidak mengalami
perubahan yang berarti. Tenaga kerja Indonesia tetap diperah untuk dijadikan sebagai kuli
yang bekerja di perkebunan-perkebunan swasta miliki kaum kapitalis. Buruh tersebut
terikat dalam kontrak kerja dan tidak boleh melanggar peraturan. Apabila melanggar
peraturan maka akan dijerat Poenale sanctie yang sangat berat. Buruh yang bekerja di
perkebunan dibayar menggunakan uang. Sebagai dampaknya, dalam masyarakat Indonesia
akhirnya dikenal adanya alat tukar berupa uang. Sistem uang tersebut sekaligus mengubah
system barter yang selama ini dilakukan oleh bangsa Indonesia.

1. Perubahan dalam bidang budaya


Kehidupan budaya bangsa Indonesia sejak kedatangan bangsa Barat banyak mengalami
perubahan. Budaya barat berkembang secara meluas, bahkan merusak sendi-sendi
kehidupan budaya tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagai contoh,
kebiasaan minum-minuman keras yang dilakukan oleh golongan bangsawa. Kebiasaan
tersebut bukan milik asli bangsa Indonesia, tetapi merupakan kebiasaan yang berlaku di
kalangan bangsa barat. Oleh sebab itu, dalam bidang budaya di Indonesia
terjadiwesternisasi yaitu cenderung meniru budaya kebarat-baratan.
Perubahan dalam bidang keagamaan juga dirasakan oleh bangsa Indonesia. Bangsa Barat
berusaha menyebarkan agama katholik dan protestan dengan mendatangkan misionaris
atau pendeta ke Indonesia. Di beberapa wilayah Indonesia, seperti di kepulauan Maluku
dan Sumatera utara, berhasil disebarkan pengaruh agama tersebut.

Perubahan lain yang terjadi ialah dalam bidang pendidikan. Pada akhir abad ke-19, system
pendidikan yang berkembang di Indonesia semakin banyak. Sistem pendidikan ada yang
diselenggarakan oleh kelompok keagamaan dan ada yang deselenggarakan oleh pemerintah
colonial belanda. Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh kelompok keagamaan lebih
menitikberatkan pada pendidikan agama, seperti Agama Islam yang pendidikannya
diselenggarakan melalui pesantren. Dalam pesantren seorang siswa menerima materi yang
garis besarnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan syariat Islam. Begitu pula
lembaga keagamaan lainnya, pendidikan yang diberikan kepada siswanya berhubungan
penanaman agama masing-masing.

Pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Kolonial Belanda, menekankan pada system
pendidikan Barat yang telah memiliki kurikulum yang jelas. Sistem pendidikan barat
berkembang di Indonesia setelah muncul politik Etis, yang salah satu isinya menganjurkan
adanya edukasi (pendidikan). Para penganjur Politik Etis berpendapat bahwa pemerintah
Belanda berhutang kebaikan kepada bangsa Indonesia yang telah melaksanakan Tanam
Paksa hingga Belanda menjadi Negara yang makmur. Oleh sebab itu, pemerintah Belanda
harus membalas kebaikan bangsa Indonesia. Salah satunya ialah dengan memberikan
pendidikan kepada rakyat Indonesia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
Belanda pada awalnya hanyalah sebagai usaha untuk memenuhi tenaga kerja yang bisa
membaca dan menulis yang nantinya dapat disalurkan pada perkebunan Belanda atau
kantor-kantor milik Belanda. Tujuan Belanda mencetak tenaga kerja Indonesia yang bisa
membaca dan menulis ialah supaya upah tenaga kerja yang harus dibayarkan murah.

A. DAMPAK POSITIF

1. Adanya Tekhnologi yang dibawa oleh Belanda


2. Tambah Pengetahuan Masyarakat dalam bidang cocok tanam
3. Pembangunan Infrastruktur secara besar besaran seperti jalan, bangunan, sekolah
4. Pendidikan yang semakin baik (Tapi pendidikan hanya dirasakan oleh kaum
bangsawan)
5. Adanya budaya baru yang masuk
6. Tambah pengetahuan tentang bahasa (bahasa Asing khususnya Bahasa Belanda)
7. Rakyat indonesia mengetahui tanaman yang laku di pasaran eropa
8. Rakyat Indonesia mengenal tekhnologi multicrops dalam pertanian

Nah itulah dampak positif kedatangan Belanda di Indonesia, Tapi sebaik baiknya
Belanda pasti semua itu hanya akal bulus Belanda untuk mengeruk kekayaan indonesia ini.
berikut dampak negatif Belanda datang ke Indonesia.

B. DAMPAK NEGATIF

1. Rakyat semakin miskin


2. Sawah dan ladang menjadi terlantar karena adanya kerja paksa
3. Kesejahteraan rakyat yang sangat minim
4. Terjadinya kesenjangan sosial
5. Jumlah penduduk yang menurun
6. Banyaknya kasus kelaparan
7. Banyak kasus kematian
8. Hasil pertanian yang dibeli dengan sangat murah
9. Banyak masyarakat yang kesulitan mencari pangan
10. Menjadi sarang penyakit.

Itulah dampak positif negatif penjajahan Belanda di Indonesia, dari uraian diatas dapat
saya simpulkan :"Semua yang dilakukan Belanda ada baik dan buruknya, tapi karena
Belanda adalah seorang penjajah maka semua yang dilakukan Belanda adalah salah,
Belanda telah membuat seluruh rakyat Indonesia ini menderita baik ahir maupun batin".

Anda mungkin juga menyukai