Anda di halaman 1dari 4

Adriansyah Ramadhan

Muhammad Rafly A.Af

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana interkoneksi kebangkitan bangsa-bangsa asia
dengan situasi di indonesia
2. Bagaimana munculnya ide kebangsaan dan nasionalisme di
indonesia
3. Bagaimana situasi dan kondisi indonesia pada akhir masa
negara kolonial belanda

Kebangkitan Nasional sudah menjadi fenomena yang terjadi seluruh dunia.


Terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi munculnya kesadaran
nasionalisme berbangsa yang kemudian menimbulkan semangat untuk
mencapai harapan barunyaseperti kemerdekaan lepas dari belenggu
penjajahan, persamaan dan kemandirian untuk menentukan kehidupan melalui
negara nasionalnya.
Fenomena pergerakan kebangsaan dan nasionalisme yang berkembang sejak
awal abad ke-20 bukan sesuatu yang muncul begitu saja. Interkoneksi bangsa-
bangsa Asia dalam upaya menghadapi penjajah seperti komunitas Jawi di
Makkah, Mahatma Gandhi di India, Sun Yat Sen di Cina, dan Jose Rizal di
Filipina, sekaligus dapat menyebarkan ide-ide nasionalisme.
Sebuah ide tentang munculnya kesadaran nasional dan imajinasi tentang
negara bangsa tidak hanya muncul dari individu, komunitas, atau masyarakat
yang berada di tanah airnya. Tidak jarang pemikiran tersebut justru muncul dari
seseorang yang telah meninggalkan tanah airnya.
Dari mobilisasi dan pertemuannya dengan bangsa-bangsa lain lah ditemukan
arti nasion dan rasa kebangsaan.
Pengalaman melintasi negara satu ke negara lain, perasaan jauh dari tanah air,
dan merasakan hidup dalam lingkungan diaspora baru tidak jarang
menumbuhkan perasaan yang berbeda terhadap tanah air.

Selanjutnya, munculnya ide kebangsaan dan nasionalisme di Indonesia adalah


hasil dari perubahan sejarah, identitas budaya, dan pengaruh eksternal.
Pergerakan awal dimulai melalui gerakan keagamaan seperti Muhammadiyah,
yang mengedepankan identitas Islam dalam perjuangan melawan penjajahan
kolonial. Pemikiran ini berkembang menjadi konsep kebangsaan Islam yang
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia berdasarkan prinsip-prinsip agama
Islam. Selanjutnya, kelompok intelektual dan organisasi seperti Budi Utomo,
Sarekat Islam, dan Partai Nasional Indonesia (PNI) memainkan peran besar
dalam pembentukan ideologi nasionalisme. Budi Utomo, yang didirikan oleh Dr.
Wahidin Sudirohusodo pada tahun 1908, adalah salah satu organisasi pertama
yang secara eksplisit memperjuangkan kebangsaan Indonesia. Sarekat Islam,
yang dipimpin oleh Soekarno, adalah organisasi massa yang menggabungkan
aspek ekonomi, politik, dan sosial dalam perjuangan anti-kolonial mereka.
Partai Nasional Indonesia (PNI), yang didirikan oleh Soekarno dan Hatta pada
tahun 1927, menjadi salah satu organisasi politik yang memimpin perjuangan
nasional untuk kemerdekaan.

Pada akhir masa penjajahan kolonial Belanda di Indonesia, situasinya semakin


tegang dan kompleks. Penindasan kolonial semakin meningkat, dengan
terjadinya insiden seperti “Peristiwa Kapal Selam” pada tahun 1936 dan
perlawanan terhadap Belanda di berbagai wilayah. Ini mencerminkan
ketidakpuasan rakyat Indonesia terhadap kebijakan kolonial. Di sisi ekonomi,
eksploitasi sumber daya alam Indonesia oleh Belanda memicu ketidakpuasan
ekonomi di antara rakyat. Organisasi seperti Sarekat Islam memperjuangkan
hak buruh dan petani, menyoroti ketidakadilan ekonomi yang ada. Faktor
global, seperti Perang Dunia II, juga memengaruhi situasi Indonesia.
Pendudukan Jepang di Indonesia selama perang membawa perubahan
dramatis. Meskipun Jepang menyatakan kemerdekaan Indonesia pada tahun
1945, mereka masih menjalankan kontrol yang ketat. Proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1945 mengakhiri masa penjajahan kolonial Belanda, dan
setelah perjuangan yang panjang, Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1949. Proses ini memainkan peran penting dalam
pembentukan negara Indonesia modern yang merdeka.

Dalam konteks sejarah Indonesia, interaksi antara kebangkitan bangsa-bangsa


Asia dan perjuangan nasional Indonesia adalah bukti konkret bahwa
perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya merupakan fenomena lokal,
tetapi juga bagian dari gerakan anti-kolonialisme yang lebih luas di Asia.
Pengaruh dari perjuangan India, Cina, dan Jepang terhadap Indonesia
membantu membentuk pandangan nasionalisme yang inklusif, di mana
identitas nasional Indonesia tidak hanya bergantung pada etnis, agama, atau
latar belakang budaya tertentu, tetapi sebagai sebuah entitas yang terdiri dari
beragam suku dan agama. Konsep ini menjadi dasar penting untuk
pembentukan negara Indonesia yang pluralistik dan multikultural setelah
merdeka.

Keruntuhan Hindia Belanda mulai berlangsung ketika memasuki Perang Dunia


II, ketika tentara Jerman menyerbu dan melancarkan perang kilat. Setelah
bertempur selama empat hari, tentara Belanda menyerah pada 15 Mei. Kalah
dari Jerman, Hindia Belanda kembali harus menghadapi kegagalan ketika
Jepang melakukan invasinya.

Kekalahan Hindia Belanda terhadap Jepang mulai terjadi setelah Jepang


berhasil menguasai beberapa wilayah di sana, seperti Tarakan dan Palembang.

Hindia Belanda memberikan pernyataan menyerah kepada Jepang pada 8


Maret 1942. Sebelumnya, Belanda mengklaim daerah-daerah di Indonesia
sebagai daerah kekuasaannya. Mereka melakukan monopoli perdagangan
rempah-rempah, yang membuat bangsa Indonesia terjajah.
Berikut gambaran kondisi bangsa Indonesia pada akhir masa negara kolonial
Belanda:

1. Liciknya Monopoli VOC


VOC adalah kunci perekenomian Belanda pada masa itu. Perusahaan dagang ini
didirikan pemerintah Belanda sekitar abad ke-17 akibat persediaan rempah
Belanda melimpah, namun harganya turun drastis. VOC didirikan pada 20
Maret 1602 dengan modal 6,5 juta gulden. Perusahaan dagang ini lalu
memonopoli perdagangan rempah di Indonesia dengan hak jual beli
dimonopoli VOC. Ini jelas menyulitkan bangsa Indonesia.
2. Sistem Kerja Rodi Sumber Sengsara
Dalam masa jabatan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, sekitar
tahun 1808 hingga tahun 1811, masyarakat Indonesia harus merasakan sistem
kerja rodi. Kerja rodi dilakukan guna mendukung sistem tanam paksa. Belanda
membangun berbagai sarana seperti pabrik, rel kereta api, jalan raya,
bendungan, hingga pelabuhan. Pembangunan berbagai sarana tersebut
menyebabkan penderitaan bagi rakyat Indonesia. Selama kerja rodi, para
pekerja tidak dibayar. Kalaupun dibayar, hanya sedikit saja yang diterima.
Rakyat harus bekerja dengan menahan sakit dan kelaparan.
3. Seenak Udelnya Tanam Paksa
Tanam paksa, peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes
van den Bosch pada tahun 1830, membuat rakyat semakin menderita. Sistem
ini mewajibkan setiap desa menyisihkan 20 persen tanahnya untuk ditanam
komoditi ekspor, seperti teh, tebu, kopi, dan tarum atau nila. Hasil tanaman
dijual kepada bangsa Belanda dengan harga yang sudah ditetapkan. Penduduk
yang tidak memiliki tanah harus bekerja 65 hari dalam setahun pada kebun
milik pemerintah Belanda. Tanam paksa menimbulkan penderitaan dan
kemiskinan. Belanda dengan licik menerapkan perjanjian yang merugikan
pribumi. Tanah yang dipilih hanya tanah yang subur, tanah tetap dikenakan
pajak, rakyat harus bekerja melebihi waktu yang ditentukan, hingga harus
mendahulukan tanaman pemerintah dari tanaman sendiri.

Anda mungkin juga menyukai