Portugis:
Portugis datang ke malaka setelah mendengar kabar dari pedagang asia mengenai
kekayaan malaka. Pada awalnya bangsa Portugis diterima dengan baik oleh
masyarakat malaka, namun komunitas dagang islam internasional meyakinkan
sultan mahmud syah jika portugis merupakan ancaman. Setelah itu terjadi
peperangan antara malaka dan portugis. Alfonso de Albarquerque memimpin
peperangan untuk menguasai malaka sebagai pusat perdagangan rempah-rempah
di asia tenggara pada 10 Agustus 1511.
Setelah berhasil menguasai malaka, portugis disambut baik oleh kerajaan ternate
yang pada saat itu sedang berperang dengan kerajaan tidore. Portugis membantu
ternate dalam peperangan dan perlahan mulai memonopoli perdagangan.
Spanyol:
Spanyol menggelar ekspedisi mencari rempah – rempah dibawah pimpinan
Fernando de Magelhaens atau ferdinand magellan. Pada 1521, magellan tiba di
pulau cebu, Filipina. Ia diterima baik oleh raja cebu yang saat itu sedang
bermusuhan dengan mactan. Namun magellan terbunuh di tangan mactan sehingga
ekspedisi di lanjutkan oleh del cano. Del cano lalu memimpin ekspedisi ke Tidore,
kerajaan tidore menerima dengan baik kedatangan spanyol dikarenakan tidore yang
sedang berperang melawan ternate.
Spanyol menjadi sekutu kerajaan tidore dalam berperang melawan ternate dan
spanyol. Peperangan terus terjadi hingga di tanda tanganinya perjanjian saragosa
pada 1529 yang berisi, Spanyol harus meninggalkan maluku dan memusatkan
kegiatannya di filipina dan Portugis tetap melakukan perdagangan di maluku.
Belanda:
Belanda terinspari untuk mencari pulau rempah – rempah berkat kesuksesan
Portugis. Maka pada 1596 Belanda memulai ekspedisinya dibawah kepemimpinan
Cornelius de houtman. Belanda pertama kali sampai di Banten sebagai daerah
pelabuhan lada terbesar, Namun tak berselang lama Belanda harus angkat kaki dari
Banten karena penolakan rakyat pribumi. Belanda kembali ke negaranya dengan
keuntungan yang besar setelah membawa rempah – rempah dari nusantara.
Setelah ekspedisi pertama itu berhasil, banyak penjelajah lain yang ingin berlayar ke
nusantara.
Namun korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari Inggris (East
India Company) mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18. Pada
tahun 1796, VOC akhirnya bangkrut dan kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah
Belanda. Akibatnya, harta dan milik (aset) VOC di Nusantara jatuh ke tangan
mahkota Belanda pada tahun 1800. Namun, ketika Perancis menduduki Belanda
antara tahun 1808, aset-aset tersebut dipindahkan ke tangan Perancis.
Pada tahun 1808, Louis Napoleon, yang merupakan adik Napoleon Bonaparte
menunjuk gubernur jendral Herman William Daendels untuk memimpin pulau jawa
serta mempertahankannya dari serangan Inggris. Daendels terkenal dengan
kebijakannya membangun jalan pos Anyer-Panarukan.
Inggris:
Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun
1830. Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu
tanam yang melebihi usia tanam padi, tanah yang seharusnya bebas pajak tetap
kena pajak, hingga rakyat harus menyediakan sampai setengah tanahnya. Meski
begitu, Tanam Paksa juga berdampak positif karena rakyat Indonesia mengetahui
jenis-jenis tanaman baru dan mengetahui cara tanam yang baik.
Namun, Politik Etis itu ada efek samping yang sangat penting. Komponen
pendidikan dalam politik ini berkontribusi signifikan pada kebangkitan nasionalisme
Indonesia dengan menyediakan alat-alat intelektual bagi para elite masyarakat
Indonesia untuk mengorganisir dan menyampaikan keberatan-keberatan mereka
terhadap pemerintah kolonial. Politik Etis ini memberikan kesempatan lewat sistem
edukasi, untuk sebagian kecil kaum elit Indonesia, untuk memahami ide-ide politik
Barat mengenai kemerdekaan dan demokrasi. Maka, untuk pertama kalinya orang-
orang pribumi mulai mengembangkan kesadaran nasional sebagai 'orang
Indonesia'.
Pada 1908, para mahasiswa di Batavia mendirikan asosiasi Budi Utomo, kelompok
politis pribumi yang pertama. Peristiwa ini dianggap sebagai saat kelahiran
nasionalisme Indonesia. Hal ini memulai tradisi politik kerja sama antara elit muda
Indonesia dan para pejabat pemerintahan Belanda yang diharapkan untuk
membantu wilayah Hindia Barat mencapai kemerdekaan yang terbatas.
Jepang:
Pada tanggal 11 Januari 1942, tentara Jepang dan angkatan lautnya yang kurang
lebih berjumlah 20.000 orang mendarat di pantai timur wilayah Tarakan, Kalimantan
Timur. Begitu tiba di Tarakan, tentara Jepang disambut oleh tentara Belanda yang
sudah menduduki wilayah itu. Belanda yang tidak terima tentu menyerang tentara
Jepang, sehingga terjadilah pertempuran sengit.
Pada tahun yang sama, faksi dari Sumatera menerima bantuan Jepang untuk
mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda di Indonesia. Singkatnya,
pada bulan Maret 1942 pasukan Belanda akhirnya dapat dikalahkan Jepang.