Anda di halaman 1dari 37

POTRET PENDIDIKAN AKIDAH AKHLAK DI RUMAH IBU SITI AISYAH

Disusun untuk memenuhi

Tugas Mata Kuliah Penelitian Kualitatif

Dosen Pengampu : Muhammad Sulistiono M.Pd

Oleh :

Milla Fidyatul Ifadah (22001013044)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabatnya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan laporan ini secara umumnya dan kepada Dosen Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif secara
khususnya.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih
dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

Kritik dan saran dari penulisan laporan ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Konteks Penelitian....................................................................................................................1
B. Fokus Penelitian.......................................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................................2
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................................................2
E. Definisi Operasional.................................................................................................................3
BAB II LANDASAN MATERI..................................................................................................................4
A. Pendidikan akidah akhlak.........................................................................................................4
B. Faktor yang mempengaruhi meningkatkan/menumbuhkan pendidikan akidah akhlak...........6
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................................................8
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...............................................................................................8
B. Kehadiran Peneliti....................................................................................................................9
C. Lokasi Penelitian......................................................................................................................9
D. Sumber Data.............................................................................................................................10
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................................10
F. Analisis data.............................................................................................................................12
G. Pengecekan Keabsahan Data....................................................................................................12
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN.....................................................................14
A. Latar Belakang Objek Penelitian..............................................................................................14
B. Upaya yang menumbuhkan/meningkatkan pendidikan akidah akhlak di rumah.....................14
C. Faktor penghambat dan pendukung dalam upaya menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di
dalam rumah..................................................................................................................................16
D. Temuan Penelitian....................................................................................................................17
BAB V PEMBAHASAN............................................................................................................................19
A. Upaya yang menumbuhkan/meningkatkan pendidikan akidah akhlak di rumah.....................19
B. Faktor penghambat dan pendukung dalam upaya menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di
dalam rumah..................................................................................................................................19
BAB VI PENUTUP.....................................................................................................................................20
A. Simpulan...................................................................................................................................20

ii
B. Saran.........................................................................................................................................20
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................................................21
LAMPIRAN................................................................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Akidah dan akhlak merupakan salah satu dari ajaran Islam yang harus dimiliki oleh setiap
individu muslim dalam menunaikan kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, akhlak menjadi
sangat penting artinya bagi manusia dalam hubungannya dengan sang Khaliq dan dengan sesama
manusia. Akhlak agar mempengaruhi kualitas kepribadian seseorang yang menyatukan pola
berpikir, bersikap, berbuat, minat falsafah hidup dan keberagamannya. Akhlak yang merupakan
situasi batiniah manusia memproyeksikan dirinya kedalam perbuatan-perbuatan lahiriyah yang
akan tampak sebagai wujud nyata dari hasil perbuatan baik atau buruk menurut Allah SWT dan
manusia. Kesempurnaan kepribadian seseorang akan sangat dipengaruhi oleh intensitas
akhlaknya.

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti ini mengambil lokasi di Desa RT 2 RW 4,


Kecamatan Ujung pangkah, Kabupaten Gresik tepatnya di rumah ibu Siti aisyah. Lokasi
penelitian di rumah ibu Siti aisyah karena ingin tau seberapa dalam pendidikan keagamaan di
dalam keluarganya. Rumah ibu Siti aisyah memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan tidak
pula terlalu kecil. Rumah sederhana ini terletak di belakang balai desa. Rumah ibu siti aisyah
memiliki luas sekitar 50 meter persegi. Terdiri dari 4 kamar dan 2 kamar mandi. Rumah ibu Siti
aisyah tidak memiliki lantai atas dan tidak memiliki halaman rumah. Di bagian depan adalah
ruang tamu yang diikuti oleh kamar pribadi kemudian setelah itu terdapat satu dapur dan satu
ruang santai. Untuk ruang keluarga sendiri ditempatkan di jalan menuju kamar yang diberikan
TV dan tempat duduk santai. Di ruang tamu hanya berisi meja, tempat duduk dan rak buku yg
ada di tempel di dinding. Semua barang yang ada di rumah selalu tertata dengan rapi. Memiliki
tembok dengan cat putih, yang membuat rumah terlihat enak dipandang mata.

Upaya yang dilakukan dalam membentuk insan yang religius salah satunya menanamkan
dan mengembangkan nilai akhlak. Salah satu yang menarik untuk diteliti adalah peran dan upaya
anggota keluarga pada pendidikan akidah akhlak, secara tidak langsung yang mempunyai
peranan penting dalam membentuk kesadaran dan tingkah laku beragama diri sendiri. Pendidikan
akidah akhlak mempunyai peran yang sangat urgen dalam mengembangkan kesadaran agama.
Nilai-nilai akhlak yang ada pada anggota keluarga memang sudah mendalam, tetapi hanya
berdampak pada keberhasilan pengetahuan saja untuk itu perlu diadakan kegiatan keagamaan
yang rutin dan wajib bagi anggota keluarga. Kegiatan-kegiatan keagamaan di rumah yang
dijadikan sebagai suatu budaya positif merupakan langkah dalam mengembangankan nilai-nilai
akhlak atau menuju pendidikan yang berkarakter.

Dari uraian di atas, maka dapat dimengerti bahwa perlunya menumbuhkan rasa beragama
mengembangkan nilai-nilai akhlak, terutama di lingkungan rumah yang menjadi awal dari
1
pendidikan. Akidah akhlak yang tentunya memiliki andil yang besar untuk mengontrol dan
mengarahkan akhlak anak apalagi yang dihadapi sekarang adalah anak yang sedang mengalami
kegoncangan jiwa atau emosi yang nilai-nilai kesadaran beragama mulai pudar. Dari uraian di
atas maka peneliti membuat redaksi judul: Potret Pendidikan Akidah Akhlak di rumah Ibu Siti
Aisyah

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana upaya untuk menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di lingkungan rumah ?

2. Apa faktor yang mempengaruhi upaya menumbuhkan/meningkatkan pendidikan akidah


akhlak di dalam rumah?

C. Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan upaya untuk menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di lingkungan rumah.

2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi upaya menumbuhkan/meningkatkan pendidikan


akidah akhlak di dalam rumah.

D. Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian tersebut diharapkan bisa memberikan masukan dalam meningkatkan/


menumbuhkan pendidikan akidah akhlak khususnya khususnya di lingkungan keluarga.

2. a. Bagi Orang tua

1. Berkembangnya pembelajaran yang lebih inovatif.

2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk orang tua dalam menentukan media
belajar yang sesuai minat anak dan mengikuti arus perkembangan zaman.

3. Mampu menambahkan pengetahuan dan memberikan inspirasi tentang


meningkatkan/menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di lingkungan rumah.

b. Bagi Anak

1. Memacu anak agar lebih aktif dan termotivasi dalam kegiatan keberagamaan.

2. Menambah sumber belajar bukan hanya dari buku dan orang tua.

2
E. Definisi Operasional

1. Kedudukan aqidah akhlak dalam kehidupan sangat penting dalam segi kehidupan seorang
muslim. Aqidah akhlak merupakan poros atau inti bagi manusia dalam melanjutkan tujuan hidup.
Aqidah dan akhlak memiliki keterkaitan yang Santa erat hubungannya, dan keduanya tidak dapat
dipisahkan. Aqidah merupakan landasan untuk semua perbuatan. Akhlak adalah suatu perbuatan
baik manusia, baik hubungannya dengan Allah yang Maha Esa, sesama manusia, maupun
lingkungan hidupnya. Untuk mencapai fungsi dan tujuan pendidikan, peran pendidikan agama
mutlak diperlukan dan peran orang tua. Salah satu bidang pendidikan agama adalah pendidikan
akhlak. Pendidikan akhlak di rumah merupakan akar dimana anak tersebut bisa terbentuk.

2. Proses belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-
faktor internal meliputi faktor fisiologis, motivasi, minat, sikap, bakat. Faktor – faktor eksternal
meliputi lingkungan alamiah dan lingkungan sosial budaya.

3
BAB II
LANDASAN MATERI

A. Pendidikan akidah akhlak

1. Definisi Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun
anak.Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun,
tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman
melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni: membangkitkan
kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa,
pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan
perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik
(mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan
pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan
alam dan masyarakatnya.

Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif
(merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses
berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti
semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah
membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia.Ini menunjukan
bahwa para pakar pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek
kognitif saja tapi cakupannya harus lebih luas. Secara lebih filosofis Muhammad Natsir dalam
tulisan "Ideologi Pendidikan Islam" yang dinamakan pendidikan, ialah suatu pimpinan jasmani
dan ruhani menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.
Menurut Abdur Rahman an Nahlawi tentang konsep Tarbiyah (pendidikan) dalam empat unsur :

1. Memelihara pertumbuhan fitrah manusia.

2. Mengarahkan perkembangan fitrah manusia menuju kesempurnaan.

3. Mengembangkan potensi insani (sumber daya manusia) untuk mencapai kualitas tertentu.

4. Melaksanakan usaha-usaha tersebut secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan anak.

4
2. Definisi akidah akhlak

Secara etimologis kata aqidah berasal dari bahasa Arab. Aqidah berakar dari kata 'aqada
ya'qid -'aqdan-'aqidatan. 'Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk
menjadi 'Aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata 'aqdan dan 'aqidah adalah
keyakinan itu tersimpul dengan kokoh didalan hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian. Senada dengan hal ini Mahrus mengatakan bahwa Kata 'aqidah ini sering juga disebut
'aqo 'id yaitu kata plural (jama') dari 'aqidah yang artinya simpulan. Kata lain yang serupa adalah
I'tiqod yang mempunyai arti kepercayaan. Dari ketiga kata ini, secara sederhana dapat dipahami
bahwa 'aqidah adalah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat didalam lubuk jiwa.
Secara terminologis terdapat beberapa depenisi tentang 'Aqidah , antara lain Hasan al-Banna
mengatakan 'aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati
manusia, mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan.

3. Tujuan pendidikan akidah akhlak

Sebelum menjelaskan secara rinci tujuan pendidikan aqidah, penulis akan merumuskan
sedikit mengenai tujuan pendidikan. Dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, dijelaskan Tujuan
Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sedangkan Ibnu Taimiah
menjelaskan tujuan pendidikan Islam tertumpu pada empat aspek yaitu: Pertama tercapainya
pendidikan Tauhid dengan cara mempelajari ayat Allah. Kedua mengetahui ilmu Allah swt
melalui pemahaman terhadap kebenaran makhluk-Nya. Ketiga mengetahui kekuatan Allah
melalui pemahaman jens-jenis, kuantitas, dan kreatifitas makhluknya. Keempat mengetahui apa
yang diperbuat Allah. (Sunnah Allah ) tentang realitas (alam) dan jenis-jenis perilakunya.

Dengan demikian antara tujuan pendidikan Islam dan pendidikan aqidah saling terkait satu
sama lain. Dengan perkembangan zaman dalam dunia pendidikan sehingga anak harus dibekali
dengan pendidikan aqidah terlebih dahulu supaya memiliki pendirian dan pegangan yang kokoh
dalam kehidupannya. Anak yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah
dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah anak tidak
akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak dilandasi dengan aqidah yang benar. Menjelaskan
bahwa tujuan dari aqidah adalah memberi didikan yang baik dalam menempuh jalan kehidupan,
menyucikan jiwa lalu mengarahkannya ke jurusan yang tertentu untuk mencapai puncak dari
sifat-sifat yang tinggi dan luhur dan lebih utama lagi supaya diusahakan agar sampai tingkatan
ma‟rifat yang tertinggi. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan aqidah adalah
menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka dan menguatkan perasaan agama
dan dorongan agama dan akhlak pada diri mereka, dan menumbuhkan hati mereka dengan
kecintaaan, zikir, taqwa, dan takut kepada Allah.
5
4. Definisi Pendidika Akidah Akhlak

Pendidikan aqidah akhlak merupakan suatu sarana pendidikan agama Islam yang
didalamnya terdapat bimbingan dari pendidik kepada peserta didik agar mereka mampu
memahami, menghayati, dan meyakini kebenaran ajaran agama Islam, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun yang lebih penting, mereka dapat
terbiasa melakukan perbuatan dari hati nurani yang ikhlas dan spontan tanpa harus menyimpang
dari Al-Qur’an dan Hadist.

B. Faktor yang mempengaruhi meningkatkan/menumbuhkan pendidikan akidah


akhlak

1. Definisi faktor pendukung

Faktor pendukung adalah faktor yang memfasilitasi perilaku individu atau kelompok
termasuk keterampilan. Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkauan sumber daya pelayanan
kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah dan tindakan yang berkaitan
dengan kesehatan.

2. Definisi faktor penghambat

Faktor Penghambat terdiri dari dua kata yang memiliki arti berbeda yaitu faktor dan
penghambat. Faktor menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan, hal atau peristiwa
yang ikut mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya sesuatu. Adapun arti kata penghambat
adalah sesuatu yang sifatnya menghambat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
penghambat diterjemahkan sebagai hal, keadaan atau penyebab lain yang menghambat
(merintangi, menahan, menghalangi). Sedangkan pengertian dari hambatan adalah sesuatu yang
dapat menghalangi kemajuan atau pencapaian suatu hal. Kemudian arti dari kata hambat yang
menjadi kata dasar penghambat memiliki arti membuat sesuatu menjadi lambat atau tidak lancar.

Berdasarkan kutipan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor penghambat adalah
segala sesuatu hal yang memiliki sifat menghambat atau bahkan menghalangi dan menahan
terjadinya sesuatu.

3. Faktor yang Mempengaruhi Akidah Akhlak

Banyak sekali faktor-faktor tidak langsung dalam keluarga yang mempengaruhi pendidikan
akhlak. Di samping itu, tentunya banyak pula pengalaman-pengalaman anak, yang mempunyai
nilai pendidikan baginya, yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang dilakukan oleh orang tua
terhadap anak, baik melalui latihan-latihan, perbuatan, misalnya kebiasaan dalam makan-minum,
buang air, mandi, tidur dan sebagainya. Semuanya itupun termasuk unsur pendidikan bagi akhlak
anak. Berapa banyak macam pendidikan tidak langsung yang telah terjadi pada anak sebelum ia
6
masuk sekolah, tentu saja setiap anak mempunyai pengalamannya sendiri, yang tidak sama
dengan pengalaman ank lain. Pengalaman yang dibawa oleh anak-anak dari rumah itu, akan
menentukan sikapnya terhadap sekolah dan guru, termasuk guru agama.

Guru agama mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu ikut mendidik akhlak anak disamping
mengajarkan pengetahuan agama kepada anak. Guru agama harus memperbaiki akhlak anak
yang telah terlanjur rusak, karena pendidikan dalam keluarga. Guru agama harus membawa anak
didik semuanya kepada arah pendidikan akhlak yang sehat dan baik. Setiap guru agama harus
menyadari, bahwa segala sesuatu pada dirinya akan merupakan unsur pendidikan bagi anak
didik. Di samping pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan dengan sengaja oleh guru
agama dalam pendidikan anak didik, juga yang sangat penting dan menentukan pula adalah
kepribadian, sikap dan cara hidup guru itu sendiri, bahkan cara berpakaian, cara bergaul,
berbicara dan menghadapi setiap masalah, yang secara langsung tidak tampak hubungannya
dengan pengajaran, namun dalam pendidikan atau pembinaan akhlak si anak, hal-hal itu sangat
berpengaruh. Kemudian faktor yang paling berpengaruh adalah faktor dari luar yaitu pendidikan
yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Untuk tujuan itulah,
manusia harus dididik melalui proses pendidikan islam. Berdasarkan pandangan diatas, maka
pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupanya sesuai dengan cita-cita islam, karena nilai-nilai islam telah menjiwai dan
mewarnai corak kepribadianya.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Merujuk pada permasalahan diatas, maka penelitian perlu menggunakan pendekatan


kualitatif. Dengan pendekatan ini peneliti melakukan penelitian dengan latar belakang alamiah
atau sesuai dengan konteks yang ada. Penulisan kualitatif adalah lebih menekankan analisis pada
pengumpulan data deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antara
fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bahwa pendekatan kualitatif
sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif, akan tetapi penekanannya tidak pada
pengkajian hipotesis, melainkan pada usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian melalui
cara-cara berfikir formal dan argumentative. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif,
yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami
dan disimpulkan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang data-
datanya berupa kata-kata (bukan angka-angka) yang berasal dari wawancara, catatan laporan
dokumen, dan lain-lain, atau penelitian yang didalamnya mengutamakan untuk pendeskripsian
secara analisis suatu peristiwa atau proses sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami
untuk memperoleh makna yang mendalam dari proses tersebut. Pendekatan ini merupakan suatu
proses pengumpulan data secara sistematis dan intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang
“ Potret Pendidikan Akidah Akhlak di rumah Ibu Siti Aisyah ”. Menurut Bogdan dan Taylor
mendefinisikan Metode kulalitatif sebagai prosedur penelitian yang menghadirkan data deskriptif
beberapa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk menungkapkan daya deskriptif dan informasi tentang
apa yang mereka lakukan dan yang mereka alami terhadap fokus penelitian. Penelitian kualitatif
memiliki karakteristik antara lain: ilmiah, manusia sebagai instrument, mengguunakan metode
kualitatif, analisis data secara induktif, deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil,
adanya fokus, adanya criteria untuk keabsahan data, desain penelitian bersifat sementara, dan
hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus. Dalam hal ini Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan bahwa
studi kasus (case studi) merupakan studi penelitian yang dilakukan terhadap suatu kesatuan
sistem. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang
terkakit oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Secara singkatnya, studi kasusadalah suatu
penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pamahaman
dan kasus tersebut.

Kegiatan pokok dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis secara
intensif tentang segala fenomena sosial yang diteliti, yaitu mengenai masalah-masalah yang
8
berkaitan dengan upaya dalam meningkatkan pendidikan pendidikan akidah akhlak dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya yang diperoleh secara kualitatif. Penelitian ini bukan bersifat
Kuantitatif yang berbentuk angka-angka. Penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai penelitian
kualitatif, berdasarkan ciri-cirinya yang meliputi :

a. Dilakukan berlatar ilmiah.

b. Manusia sebagai alat atau instrument penelitian.

c. Analisis data secara induktif.

d. Penelitian yang bersifat deskriptif.

e. Lebih mementingkan proses dari pada hasil.

B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti kualitatif, peneliti sediri atau dengan bantuan orang lain merupakan
pengumpulan data utama. Dalam hal ini sebagaimana dinyatakan oleh J.Moleong Lexy,
kedudukan peneliti dalam pendidikan kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus perencana, pelaksana,
pengumpul data, analisis, penafsir data, dan ada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitianya.
Pengertian instrument atau alat peneliti disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan
proses penelitian. Berdasarkan pada paradigma diatas maka pada dasarnya kehadiran peneliti,
disamping sebagai instrument juga menjadi faktor penting dalam seluruh kegiatan penelitian ini.
Karena kedalaman dan ketajaman dalam menganalisis data tergantung pada peneliti. Peneliti di
rumah Ibu Siti Aisyah, yang melakukan penelitian ini merupakan instrument utama dalam
pelaksanaan penelitian, sehingga menjadi pelaksana utama dalam melakukan penelitian.
Kehadiran peneliti di rumah Ibu Siti Aisyah dilakukan selama 2 hari. Kemudian kehadiran
peneliti tidak hanya pada saat penelitian di dalam rumah, namun peneliti hadir dalam kegiatan
yang di lakukan oleh anggota keluarga misalnya, mengaji, sholat berjama'ah, dan lain
sebagainya.

C. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Desa Sekapuk tepatnya di rumah Ibu Siti
Aisyah. Rumah yang memperhatikan perilaku keagamaan pada anggota keluarganya seperti
halnya melakukan baca Al-Qur'an setiap setelah sholat magrib, melaksanakan shalat berjama'ah
dan lain sebagainya. Di rumah Ibu Siti Aisyah yang sudah sejak lama telah berkomitmen
membentuk insan yang berakhlakul karimah, hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian.

9
D. Sumber Data

Sumber data merupakan salah satu bagian penting dalam penelitian. Pentingnya data untuk
memenuhi dan membantu serangkaian permasalahan yang terkait dengan fokus penelitian. Yang
dimaksud dengan sumber data adalah di mana data diperoleh. Menurut Loflad dan Lofland yang
dikutip oleh Lexy J. Moleong menjelaskan sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
data dan tindakan selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen-dokumen dan lain-lain.
Sedangkan menurud Lofland yang dikutip Moleong “Data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Data
dibagi menjadi dua yaitu:

a. Data Utama (Data Primer)

Data Primer adalah “ data yang dikumpulkan tangan pertama oleh ahli analisis”. Serta data
yang diambil peneliti melalui wawancara dan observasi, data tersebut meliputi : Kepala rumah
tangga (melalui wawancara), salab satu anggota keluarga lainnya (melalui wawancara). Seperti
yang diungkapkan Moleong bahwa, kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumberdata utama dicatat melalui catatan tertulis dan melalui perekam
vidio atau audio tape, pengambilan foto atau film, pencatatan sumber data utama melalui
wawancara atau pengamatan berperan serta sehingga merupakan hasil utama gabungan dari
kegiatan melihat, mendengarkan dan bertanya. Penelitian tersebut juga dilakukan melelui
wawancara dan pengambilan gambar terhadap pihak - pihak yang terkait di rumah Ibu Siti
Aisyah.

b. Data Tambahan (Data Skunder)

Yaitu biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, Data yang diperoleh
langsung pada saat penelitian di rumah Ibu Siti Aisyah, dari pihak-pihak yang terkait.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan unit informasi yang direkam media yang dapat dibedakan dengan data lain,
dapat dianalisis dan relevan dengan problem tertentu. Data haruslah merupakan keterkaitan
antara informasi dalam arti bahwa data harus mengungkapkan kaitan antara sumber informasi
dan bentuk simbolik asli pada satu sisi. Di sisi lain data harus sesuai dengan teori dan
pengetahuan (Krippondorf,1996). Data adalah informasi tentang sebuah gejala yang harus dicatat
oleh para pengamat dengan mudah, dapat dibaca dengan mudah oleh mereka yang harus
memprosesnya, tetapi tidak begitu mudah diubah oleh tipu daya berbagai maksud yang tidak
jujur.

Setelah data data terkumpul, dilakukan pembahasann secara selektif disesuaikan


dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Setelah itu dilakukan pengolahan dengan
10
proses editing, yaitu dengan meneliti kembali data-data yang didapat, apakah data tersebut sudah
cukup baik dan dapat segera dipersiapkan untuk proses berikutnya.Secara sistematis dan
konsisten bahwa data yang diperoleh, dituangkan dalam suatu rancangan konsep yang kemudian
dijadikan dasar utama dalam memberikan analisis. Analisis data menurud Bogdan dan Biklen
yang dikutip oleh Moleong, adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistemkannya, mencari data dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang tidak dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dari lapangan adalah
sebagai berikut:

a) Observasi Partisipan

Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat
canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh
(benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu
pada proses observasi participant (pengamatan berperan serta) yaitu dengan cara peneliti
melalukan observasi partisipan ini peneliti akan langsung datang ke lokasi penelitian (rumah Ibu
Siti Aisyah) untuk melihat peristiwa atau aktifitas, mengamati benda, serta mengambil
dokumentasi dari lokasi penelitian yang berkaitan dengan pendidikan akidah akhlak dalam
pembinaan ahklakul karimah.

b) Wawancara mendalam

Menurut Moleong, wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
dua pihak, yaitu 'pewawancara'(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan 'yang
diwawancarai' (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.” Wawancara mendalam
adalah percakapan antara dua orang dengan maksud tertentu dalam hal ini antara peneliti dengan
informan, dimana percakapan yang dimaksud tidak sekedar menjawab pertanyaan dan mengetes
hiposkripsi yang menilai sebagai istilah percakapan dalam pengertian sehari-hari, melainkan
suatu percakapan yang mendalam untuk mendalami pengalaman dan makna dari pengalaman
tersebut.Dalam hal ini, peneliti terlebih dahulu menentukan siapa saja yang akan diwawancarai
serta menyiapkan secara garis besar daftar pertanyaan yang sesuai dan berkaitan dengan judul
penelitian. Di sela proses wawancara itu diselipkan pertanyaan pancingan dengan maksud untuk
menggali lebih dalam lagi tentang hal-hal yang diperlukan. Hal yang sering terjadi mengenai
hasil wawancara adalah adanya informasi yang kadang bertentangan antara informan satu
dengan lainnya sehingga data yang menunjukkan ketidaksesuaian itu hendaknya dilaca kembali
dengan terus mengadakan wawancara kepada subyek penelitian hingga benar-benar peneliti bisa
mendapatkan kevalidan dan keabsahan data. Diantara pihak yang diwawancarai antara lain

11
adalah kepala keluarga, salah satu anggota keluarga lainnya yang terlibat langsung dalam proses
penanaman nilai-nilai keagamaan.

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dari sumber-sumber non-insani. Dalam


penelitian ini, peneliti mengambil data berupa kegiatan anggota rumah pada saat menerapkan
kegiatan pendidikan akidah akhlak.Hal ini dilakukan untuk lebih meyakinkan akan kebenaran
objek yang akan diteliti. Peneliti akan melakukan pencatatan data secara terus-menerus dan baru
berakhir apabila terjadi kejenuhan, yaitu dengan tidak ditemukannya data baru dalam penelitian.
Dengan demikian dianggap telah diperoleh pemahaman yang mendalam terhadap kajian ini.
Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga peneliti menggunakan ketiga metode
yaitu wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi supaya saling melengkapi
antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini bertujuan agar data yang diperoleh
menghasilkan temuan yang valid.

F. Analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
melalui wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami,
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Dilakukan dengan mengorganisasikan
data, menjabarkannnya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih dan membuat kesimpulan. Menurut Sugiyono dalam proses analisis data dilakukan
secara simultan dengan pengumpulan data, artinya peneliti dalam mengumpulkan data juga
menganalisis data yang diperoleh di lapangan. Aktivitas dalam analisa data yaitu: data reduction,
data display, dan conclution drawing/ verification.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan dan keberhasilan data mutlak diperlukan dalam penelitian kualitatif. Untuk
mengecek dan menguji keabsahan data mengenai Potret Pendidikan Pendidikan Akidah Akhlak
di Rumah Ibu Siti Aisyah maka diperlukan beberapa teknik, yaitu:

1. Trianggulasi

Menurut Moleong, “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang


memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Di dalam aplikasinya, peneliti membandingkan data hasil
pengamatan (observasi) dengan data hasil wawancara kemudian dibandingkan lagi dengan data
dari dokumentasi yang berkaitan. Dengan cara ini peneliti dapat menarik kesimpulan yang valid
12
karena peneliti tidak hanya melihat dan menilai dari satu cara pandang saja tetapi dari tiga cara
pandang yang berbeda untuk menemukan satu titik temu.

2. Perpanjangan penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci (key instrument). Oleh
karena itu, kehadiran peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Agar data yang
diperoleh sesuai dengan kebutuhan pengamatan dan wawancara tentunya tidak cukup dalam
waktu singkat hingga data yang dihasilkan menemukan titik jenuh.

3. Pembahasan Teman Sejawat

Pada saat pengambilan data mulai dari tahap awal (ta’aruf peneliti kepada lembaga) hingga
pengolahannya peneliti tidak sendirian akan tetapi terkadang ditemani kolega yang bisa diajak
bersama-sama membahas data yang ditemukan. Pemeriksaan sejawat berarti teknik yang
dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk
diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.

13
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Latar Belakang Objek Penelitian

1. Rumah Ibu Siti Aisyah di dikirikan sekitar tahun 1965. Rumah tersebut di turunkan secara
turun temurun yang kemudian sekarang menjadi rumah dari Ibu Siti Aisyah.

2. Kondosi anggota rumah, mereka saling mengayomi, menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda, gemar bergotong royong dan ramah kepada tetangga.

3. Rumah Ibu Siti Aisyah memperhatikan perilaku keagamaan pada anggota keluarganya
seperti halnya melakukan baca Al-Qur'an setiap setelah sholat magrib, melaksanakan shalat
berjama'ah dan lain sebagainya. Di rumah Ibu Siti Aisyah yang sudah sejak lama telah
berkomitmen membentuk insan yang berakhlakul karimah.

B. Upaya yang menumbuhkan/meningkatkan pendidikan akidah akhlak di rumah

Ibu Siti Aisyah : Yang pertama mendekatkan diri dengan kisah-kisah atau cerita yang
mengesakan Allah SWT. Kedua, mengajak semua anggota keluarga mengaktualisasikan akidah
dalam kehidupan sehari-hari. Apabila anak kita belum baligh, maka aktualisasi akidah ini bisa
dilakukan dengan mengajak anak ikut mendirikan sholat. Sesekali kita kenalkan dengan masjid,
majelis taklim, dan sebisa mungkin ajak mereka untuk senantiasa mendengar bacaan Al-Qur’an
dari lisan kedua orangtuanya. (W1.Siti.VI/22)

Berdasarkan wawancara di atas bersama ibu Siti Aisyah dapat disimpulkan bahwa upaya
yang di lakukan ibu Siti Aisyah untuk meningkatkan pendidikan akidah akhlak di dalam
rumahnya yaitu dengan cara mendekatkan diri dengan kisah-kisah atau cerita yang mengesakan
Allah SWT. Kedua, mengajak semua anggota keluarga mengaktualisasikan akidah dalam
kehidupan sehari-hari. Apabila anak kita belum baligh, maka aktualisasi akidah ini bisa
dilakukan dengan mengajak anak ikut mendirikan sholat. Sesekali kita kenalkan dengan masjid,
majelis taklim, dan sebisa mungkin ajak mereka untuk senantiasa mendengar bacaan Al-Qur’an
dari lisan kedua orangtuanya.

Sejarah rumah ibu Siti Aisyah

Rumah Ibu Siti Aisyah di dikirikan sekitar tahun 1965. Rumah tersebut di turunkan secara
turun temurun yang kemudian sekarang menjadi rumah dari Ibu Siti Aisyah dan sempat di
renovasi berkali kali. Rumah ibu Siti Aisyah memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan tidak
pula terlalu kecil. Rumah sederhana ini terletak di belakang balai desa. Rumah ibu siti aisyah
memiliki luas sekitar 50 meter persegi. Terdiri dari 4 kamar dan 2 kamar mandi. Rumah ibu Siti
14
aisyah tidak memiliki lantai atas dan tidak memiliki halaman rumah. Di bagian depan adalah
ruang tamu yang diikuti oleh kamar pribadi kemudian setelah itu terdapat satu dapur dan satu
ruang santai. Untuk ruang keluarga sendiri ditempatkan di jalan menuju kamar yang diberikan
TV dan tempat duduk santai. Di ruang tamu hanya berisi meja, tempat duduk dan rak buku yg
ada di tempel di dinding. Semua barang yang ada di rumah selalu tertata dengan rapi. Memiliki
tembok dengan cat putih, yang membuat rumah terlihat enak dipandang mata.(O1.Rumah Ibu
Siti.IV/22)

Berdasarkan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa Rumah Ibu Siti Aisyah di dikirikan
sekitar tahun 1965. Rumah tersebut di turunkan secara turun temurun yang kemudian sekarang
menjadi rumah dari Ibu Siti Aisyah dan sempat di renovasi berkali kali. Rumah ibu Siti Aisyah
memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil. Rumah sederhana ini
terletak di belakang balai desa. Rumah ibu siti aisyah memiliki luas sekitar 50 meter persegi.
Terdiri dari 4 kamar dan 2 kamar mandi. Rumah ibu Siti aisyah tidak memiliki lantai atas dan
tidak memiliki halaman rumah. Di bagian depan adalah ruang tamu yang diikuti oleh kamar
pribadi kemudian setelah itu terdapat satu dapur dan satu ruang santai. Untuk ruang keluarga
sendiri ditempatkan di jalan menuju kamar yang diberikan TV dan tempat duduk santai. Di ruang
tamu hanya berisi meja, tempat duduk dan rak buku yg ada di tempel di dinding. Semua barang
yang ada di rumah selalu tertata dengan rapi. Memiliki tembok dengan cat putih, yang membuat
rumah terlihat enak dipandang mata.

Sejarah adalah kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan manusia,


yaitu menyangkut perubahan yang nyata di dalam kehidupan manusia, begitu juga dengan rumah
dari Ibu Siti Aisyah adalah sebuah sejarah dan tentu saja pasti meninggalkan banyak kenangan
suka dan duka.(D1.Rumah Ibu Siti.IV/22)

Berdasarkan dokumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa peristiwa-peristiwa yang


berhubungan dengan manusia, yaitu menyangkut perubahan yang nyata di dalam kehidupan
manusia di sebut sejarah, begitu juga dengan rumah dari Ibu Siti Aisyah adalah sebuah sejarah
dan tentu saja pasti meninggalkan banyak kenangan suka dan duka.

15
C. Faktor penghambat dan pendukung dalam upaya menumbuhkan pendidikan
akidah akhlak di dalam rumah

Shinta : Faktor penghambatnya adalah alat elektronik atau hp sehingga pada saat jam untuk
mengaji itu terkadang malas karena ingin main hp, sedangkan menurut saya sendiri salah satu
faktor pendukungnya adalah dari diri kita sendiri karena ingin mendekatkan diri kepada Allah.
(W2.Siti.VI/22)

Berdasarkan wawancara di atas bersama Shinta dapat disimpulkan bahwa faktor


penghambatnya adalah alat elektronik atau hp yang sekarang sudah tidak asing lagi menjadi
penyebabnya anak malas untuk belajar ataupun melakukan kegiatan yang bermanfaat lainnya,
sedangkan salah satu faktor pendukungnya adalah dari diri kita sendiri karena ingin mendekatkan
diri kepada Allah.

Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominan adalah seorang anak dengan dasar-dasar
keimanan, ke-Islaman, sejak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali
memberikan beberapa metode dalamrangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara
memberikan hafalan.Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih
dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi). Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan
tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini.
Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Mengarahkan anak Kepada hal-hal kecil
contohnya mendengarkan ketika di nasehati orang tua, melakukan sholat, mengajai dan lain
sebagainya.(O2.Rumah Ibu Siti.IV/22)

Berdasarkan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam keluarga anam adalah
yang paling dominan dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejak mulai mengerti dan dapat
memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikan beberapa metode dalam rangka menanamkan
aqidah dan keimanan dengan cara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses
pemahaman diawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi). Ketika mau
menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan
pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada
umumnya. Mengarahkan anak Kepada hal-hal kecil contohnya mendengarkan ketika di nasehati
orang tua, melakukan sholat, mengajai dan lain sebagainya.

Yang kita tau akidah akhlak sangatlah penting dan pemdidikam pertama adalah dari
lingkungan keluarga. Kita bisa menanamkan nilai-nilai pengorbanan dan perjuangan. Akhlak
adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak
anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku sopan santun
orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat.(D2.Rumah Ibu
Siti.IV/22)

Berdasarkan dokumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa akidah akhlak sangatlah penting
dan pemdidikan pertama adalah dari lingkungan keluarga, teeutama akhlak adalah implementasi
16
dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak. Keluarga
dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku sopan santun orang tua dalam
pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat.

D. Temuan Penelitian

No Fokus Penelitian Temuan


1 Upaya yang mendekatkan diri dengan kisah-
menumbuhkan/meningkatkan kisah atau cerita yang
pendidikan akidah akhlak di mengesakan Allah SWT. Kedua,
rumah mengajak semua anggota
keluarga mengaktualisasikan
akidah dalam kehidupan sehari-
hari. Apabila anak belum baligh,
maka aktualisasi akidah ini bisa
dilakukan dengan mengajak
anak ikut mendirikan sholat.
Sesekali kita kenalkan dengan
masjid, majelis taklim, dan
sebisa mungkin ajak mereka
untuk senantiasa mendengar
bacaan Al-Qur’an dari lisan
kedua orangtuanya.
2 Faktor penghambat dan a) Faktor penghambat :
pendukung dalam upaya Faktor penghambatnya
menumbuhkan pendidikan akidah adalah alat elektronik
akhlak di dalam rumah atau hp sehingga pada
saat jam untuk mengaji
itu terkadang malas

17
karena ingin main hp
b) Faktor pendukung :
faktor pendukungnya
adalah dari diri kita
sendiri karena ingin
mendekatkan diri kepada
Allah.

18
BAB V
PEMBAHASAN
A. Upaya yang menumbuhkan/meningkatkan pendidikan akidah akhlak di rumah

Yang pertama mendekatkan diri dengan kisah-kisah atau cerita yang mengesakan Allah
SWT. Terkait hal ini para orangtua sebenarnya tidak perlu bingung atau kehabisan bahan dalam
mengulas masalah cerita atau kisah. Karena, Al-Qur’an sendiri memiliki banyak kisah inspiratif
yang semuanya menanamkan nilai ketauhidan. Akan tetapi, hal ini tergantung pada sejauh mana
kita sebagai orangtua memahami kisah atau cerita yang ada di dalam Al-Qur’an. Jika kita sebagai
orangtua ternyata tidak memahami, maka meningkatkan intensitas atau frekuensi membaca Al-
Qur’an sembari memahami maknanya menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditunda. Kalaupun
dengan cara membaca ternyata masih belum bisa. Kita bisa menyiasatinya dengan membeli
buku-buku kisah dalam Al-Qur’an. Jadi, orangtua jangan pernah membelikan anak-anaknya
buku cerita, novel atau kisah apapun yang tidak mengandung nilai akidah. Lebih-lebih yang
mengandung unsur mitos dan pluralisme-liberalisme.

Kedua, mengajak semua anggota keluarga mengaktualisasikan akidah dalam kehidupan


sehari-hari. Apabila anak belum baligh, maka aktualisasi akidah ini bisa dilakukan dengan
mengajak anak ikut mendirikan sholat. Sesekali kita kenalkan dengan masjid, majelis taklim, dan
sebisa mungkin ajak mereka untuk senantiasa mendengar bacaan Al-Qur’an dari lisan kedua
orangtuanya. Dalam hal itu di dukung dengan ayat Al-Qur'an

َ َ‫ت ِإ ْذ ق‬
‫ال لِبَنِي ِه َما تَ ْعبُ ُدونَ ِمن بَ ْع ِدي‬ ُ ْ‫وب ْال َمو‬ َ ‫َأ ْم ُكنتُ ْم ُشهَدَاء ِإ ْذ َح‬
َ ُ‫ض َر يَ ْعق‬

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada
anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” (QS. Al-Baqarah [2]: 133).

Dalam tafsirnya, Ibn Katsir menjelaskan bahwa kewajiban orangtua adalah memberi wasiat
kepada anak-anaknya untuk senantiasa beribadah kepada Allah semata.Hal ini memberikan
petunjuk penting bahwa kewajiban utama orangtua terhadap anak-anaknya adalah tertanamnya
akidah dalam sanubarinya, sehingga tidak ada yang disembah melainkan Allah Ta’ala semata.

B. Faktor penghambat dan pendukung dalam upaya menumbuhkan pendidikan


akidah akhlak di dalam rumah

a). Faktor penghambat : Faktor penghambatnya adalah alat elektronik atau hp sehingga pada
saat jam untuk mengaji itu terkadang malas karena ingin main hp.

Semakin berkembangnya zaman tidak bisa tidak bisa di pungkiri bahwa perkembangan
teknologi dan komunikasi berlangsung semakin pesat dan penggunaan nya telah menjangkau ke
berbagai lapisan kehidupan masyarakat dari segala bidang, usia dan tingkat pendidikan.
Penggunaan oleh orang dwasa biasa digunakan untuk alat komunikasi mencari informasi atau
browsing, youtube, beramin game ataupun lainnya. Sedangkan pemakian gadget pada anak
19
dibawah umur biasanya terbatas pengunaannya hanya sebagai media pembelajaran, bermain
game dan menonton kartun.( Syara(2006)).

Menurut Jarot, berbeda zaman, berbeda pula dalam pendekatan pendidikan anak, apalagi di
era teknologi dan informasi yang semakin mendunia. Saat ini tidak aneh lagi melihat anak kecil
berusia balita sudah menggunakan gadget. Benda ajaib yang berisi aneka aplikasi dan program
ini telah menjadi sahabat yang lekat bagi anak, bahkan seolah-olah bisa menyihir mereka untuk
duduk manis selama berjam-jam. Anak zaman sekarang berbeda dengan anak 20 tahun yang lalu.
Berbagai survei telah mengukur waktu yang dihabiskan anak di depan layar.
Hasilnyamenyatakan, betapa besar perubahan yang terjadi di ranah media selama 15 tahun
terakhir.

Salah satu sumber terpercaya adalah sebuah jejak pendapat yang diselenggarakan oleh
Kaiser Family Foundation terhadap 2000 anak dengan usia 8 hingga 18 tahun. Para pembuat
survei mengukur penggunaan media dalam kurun waktu 10 tahun, dimulai tahun 1999, lalu di
tahun 2004, dan terakhir diterbitkan di tahun 2010. Ketika itu, total waktu yang dihabiskan anak
bersama media adalah 8 jam perhari. Bagi rata-rata anak Amerika, waktu tersebut lebih panjang
dari pada waktu yang mereka habiskan bersama orang tua atau di sekolah. Manusia butuh
bersosialisasi, namun sekarang sosialisasi telah dikalahkan oleh ketergantungan penggunaan
media informasi. Bahkan sekarang ini sosial media sudah menjadi trend dikalangan baik anak-
anak, remaja bahkan orangtua.

b).Faktor pendukung : faktor pendukungnya adalah dari diri kita sendiri karena ingin
mendekatkan diri kepada Allah.

Kesadaran diri dalam al-Qur’an mengandung pengertian menemukan jati diri dengan cara
mendidik dan menghidupkan potensi-potensi fitrah dan internal yang ada pada wujud dirinya dan
kemudian menjiwai (memahami dengan hati) hakikat-hakikat keberadaan dan nama-mana serta
sifat-sifat Ilahi. Jadi, zat atau esensi dan substansi diri manusia terletak pada kesadaran akan jati
dirinya karena kecintaan dan kerinduannya terhadap hal itu merupakan fitrah dirinya.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT begitu sangat lengkap. Allah memberi manusia dengan
makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Dia yang membuat kita sehat, sakit, bernafas dan
berpikir. Allah telah mengatur kehidupan kita sedemikian komplitnya, bahkan Dia memberikan
kita cinta, kasih sayang, kelembutan, bahagia, semangat dan optimisme. Dari semua ini sebagai
ummat islam, kenikmatan yang tak tertandingi adalah Dia telah melengkapi kita dengan Iman,
Islam, ihsan, ilmu, dan hidayah.

Allah yang maha pelindung, penuntun, penyelamat, yang selalu sayang pada kita. Dia yang juga
selalu melihat, mendengar suara hati kita, mengetahui rencana kita, dan menguasai semua urusan
kita. Atas lengkapnya kenikmatan yang diberikan sudah sepantasnya jika manusia menganggap
Dia sebagai majikan kita, penguasa kita, pemimpin kita, pemilik kita, dan Tuhan kita.

20
Karena itu, kita bisa dianggap sebagai budak-Nya, hambaNya yang sangat wajar jika manusia
bekerja untuk membuat Dia (Allah) senang pada kita. Hal ini menunjukkan dengan perenungan
yang mendalam dapat menimbulkan kesadaran. Jiwa raga ini hanya untuk-Nya atau hidup mati
ini dipersembahkan hanya kepada-Nya. Berdasarkan Quran Surat Al-A’raf ayat 205,

َ‫اآلصا ِل َوال تَ ُك ْن ِمنَ ْالغَافِلِين‬


َ ‫ضرُّ عًا َو ِخيفَةً َو ُدونَ ْال َجه ِْر ِمنَ ْالقَوْ ِل بِ ْال ُغد ُِّو َو‬ َ َّ‫َو ْاذ ُكرْ َرب‬
َ َ‫ك فِي نَ ْف ِسكَ ت‬

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-
orang yang lalai”.

Sungguh sudah seharusnya manusia sangat mencintai-Nya, selalu berterima kasih kepada-Nya,
menyambung hati dengan-Nya di setiap saat. Bahkan jangan mencoba untuk melalaikannya
karena manusia harus sangat sadar bahwa hidup ini penuh dengan kenikmatan. Selalu selipkan
doa berikut di setiap harapmu pada-Nya.

BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan

1. Upaya yang menumbuhkan/meningkatkan pendidikan akidah akhlak di rumah

Adapun upaya yang menumbuhkan/meningkatkan pendidikan akidah akhlak di rumah


meliputi mendekatkan diri dengan kisah-kisah atau cerita yang mengesakan Allah SWT. Kedua,
mengajak semua anggota keluarga mengaktualisasikan akidah dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila anak belum baligh, maka aktualisasi akidah ini bisa dilakukan dengan mengajak anak
ikut mendirikan sholat. Sesekali kita kenalkan dengan masjid, majelis taklim, dan sebisa
mungkin ajak mereka untuk senantiasa mendengar bacaan Al-Qur’an dari lisan kedua
orangtuanya.

2. Faktor penghambat dan pendukung dalam upaya menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di
dalam rumah

a). Faktor penghambat : Faktor penghambatnya adalah alat elektronik atau hp sehingga pada saat
jam untuk mengaji itu terkadang malas karena ingin main hp.

b). Faktor pendukung : faktor pendukungnya adalah dari diri kita sendiri karena ingin
mendekatkan diri kepada Allah.

B. Saran

21
1. Kepala rumah tangga/ Ibu Siti Aisyah: sebaiknya tidak terlalu memaksakan anak karena
anak butuh meluangkan waktu untuk bermain.

2.. Shinta : sebaiknya tidak terlalu sering bermain hp karene itu bisa membawa dampak
negatif.

22
DAFTAR RUJUKAN

Achmadi,2005.Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis. (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 79

Ibid.,hal. 2.

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif..., hal. 129.

Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 4

Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Cet. XIV (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 953.

Mahrus, Aqidah (Jakarta: Sirektorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI,

2009), h. 4.

Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2005), 4

Nasution S,Metode Penelitian Naturalistik kualitatif. (Bandung : Tarsito, 2003), 106

Robert R. Mayer dan Ernest Greenwood, Rencana Penelitian Kebijakan Sosial. (Jakarta:

CV. Rajawali, 1984), hal. 361

Syaifudin Azwar, Metode Penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002), hal. 5-6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka

Cipta, 2006), hal. 9

Sutrisno Hadi, Metodologi Research…,91

Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, Cet. XIV (Yogyakarta: LPPI (Lembaga Pengkajiandan

Pengamalan Islam), 2011), h.

23
LAMPIRAN

Lampiran: 02
PEDOMAN WAWANCARA
“Potret Pendidikan Akidah Akhlak di Keluarga Ibu Siti Aisyah”

Fokus 1 : Bagaimana upaya untuk menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di lingkungan


rumah ?

1. Upaya apa saya yang telah di lakukan untuk menumbuhkan/meningkatkan pendidikan


akidah akhlak di rumah ?

2. Apakah upaya tersebut sudah efektif ?

3. Apakah pendidikan akidah akhlak sudah di tanamkan sejak dini oleh di dalam keluarga ?

Fokus 2 : Apa faktor yang mempengaruhi upaya menumbuhkan/meningkatkan pendidikan


akidah akhlak di dalam rumah?

1. Sebutkan faktor penghambat dalam upaya menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di


dalam rumah !

2. faktor pendukung dalam upaya menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di dalam rumah
!

3. Berikan contoh kecil kegiatan anggota keluarga yang mencerminkan pendidikan akidah
akhlak

24
Lampiran: 03

PEDOMAN OBSERVASI

“Potret Pendidikan Akidah Akhlak di Keluarga Ibu Siti Aisyah”

Di dalam Rumah Kondisi Fisik Tata ruang

Kegiatan Pembelajaran Anggota keluarga

Interaksi antara anggota Anggota keluarga


keluarga

25
Lampiran: 04

PEDOMAN DOKUMENTASI

“Potret Pendidikan Akidah Akhlak di Rumah Ibu Siti Aiayah”

1. Foto kegiatan

a. Kegiatan di dalam rumah

26
Lampiran: 05
CATATAN LAPANGAN

Kode : O1.Rumah Ibu Siti.IV/22

Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah, Desa Sekapuk RT.02 RW.05

Hari/Tgl : Sabtu/30 April 2022

Jam : 13.00-14.00 WIB

Teknik : Observasi

Sumber/Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah, Desa Sekapuk RT.02 RW.05

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti ini mengambil lokasi di rumah ibu Siti Aisyah
yang terletak di Desa RT 2 RW 4, Kecamatan Ujung pangkah, Kabupaten Gresik tepatnya di
rumah ibu Siti aisyah. Lokasi penelitian di rumah ibu Siti aisyah karena ingin tau seberapa dalam
pendidikan keagamaan di dalam keluarganya.

Rumah ibu Siti aisyah memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu
kecil. Rumah sederhana ini terletak di belakang balai desa. Rumah ibu siti aisyah memiliki luas
sekitar 50 meter persegi. Terdiri dari 4 kamar dan 2 kamar mandi. Rumah ibu Siti aisyah tidak
memiliki lantai atas dan tidak memiliki halaman rumah. Di bagian depan adalah ruang tamu
yang diikuti oleh kamar pribadi kemudian setelah itu terdapat satu dapur dan satu ruang santai.
Untuk ruang keluarga sendiri ditempatkan di jalan menuju kamar yang diberikan TV dan tempat
duduk santai. Di ruang tamu hanya berisi meja, tempat duduk dan rak buku yg ada di tempel di
dinding. Semua barang yang ada di rumah selalu tertata dengan rapi. Memiliki tembok dengan
cat putih, yang membuat rumah terlihat enak dipandang mata.

27
CATATAN LAPANGAN

Kode : O2.Rumah Ibu Siti.IV/22

Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah, Desa Sekapuk RT.02 RW.05

Hari/Tgl : Sabtu/30 April 2022

Jam : 13.00-14.00 WIB

Teknik : Observasi

Sumber/Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah, Desa Sekapuk RT.02 RW.05

Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominan adalah seorang anak

dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejak mulai mengerti dan dapat

memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikan beberapa metode dalam

rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara memberikan hafalan.

Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih

dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi).

Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh

dalam dirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang

diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Mengarahkan anak

Kepada hal-hal kecil contohnya mendengarkan ketika di nasehati orang tua,

melakukan sholat, mengajai dan lain sebagainya

28
CATATAN LAPANGAN

Kode : W1.Siti.VI/22

Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah

Hari/Tgl : Sabtu/02 Juli 2022

Jam : 12.00-13.00 WIB

Teknik : Wawancara

Sasaran/Informan : Ibu Siti Aisyah

Peneliti: Upaya apa saya yang telah di lakukan untuk menumbuhkan/meningkatkan pendidikan
akidah akhlak di rumah ?

Ibu Siti Aisyah : Yang pertama mendekatkan diri dengan kisah-kisah atau cerita yang
mengesakan Allah SWT. Kedua, mengajak semua anggota keluarga mengaktualisasikan akidah
dalam kehidupan sehari-hari. Apabila anak kita belum baligh, maka aktualisasi akidah ini bisa
dilakukan dengan mengajak anak ikut mendirikan sholat. Sesekali kita kenalkan dengan masjid,
majelis taklim, dan sebisa mungkin ajak mereka untuk senantiasa mendengar bacaan Al-Qur’an
dari lisan kedua orangtuanya.

Peneliti: Apakah upaya tersebut sudah efektif ?

Ibu Siti Aisyah: Insyaallah sudah efektif.

Peneliti: Apakah pendidikan akidah akhlak sudah di tanamkan sejak dini oleh di dalam
keluarga?

Ibu Siti Aisyah: Sudah, karena usia dini atau kanak-kanak adalah saat-saat terpenting untuk
menanamkan pondasi akidah akhlak, karena saat itu fitrah anak masih bersih dan masih suci.
Seperti ibaratnya memahat di atas kayu, begitulah saat mengajarkan ilmu di usia dini. Inilah
tanggung jawab seorang ayah ibu dan para guru agar anak tumbuh di atas fitrah yang lurus.
Selain itu akidah atau keyakinan merupakan kunci kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan
29
akhirat. Para nabi dan rasul pun telah menyeru kepada anak pada akidah yang lurus dengan
menanamkan pemahaman akidah sejak dini.

30
CATATAN LAPANGAN

Kode : W2.Shinta.VI/22

Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah

Hari/Tgl : Sabtu/02 Juni 2022

Jam : 12.00-13.00 WIB

Teknik : Wawancara

Sasaran/Informan : Shinta (Anak dari ibu Siti Aisyah)

Peneliti: Sebutkan faktor penghambat dalam upaya menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di
dalam rumah !

Shinta: Salah satu faktor penghambatnya adalah alat elektronik atau hp sehingga pada saat jam
untuk mengaji itu terkadang malas karena ingin main hp.

Peneliti: Sebutkan faktor pendukung dalam upaya menumbuhkan pendidikan akidah akhlak di
dalam rumah !

Shinta : Menurut saya sendiri salah satu faktornya adalah dari diri kita sendiri karena ingin
mendekatkan diri kepada Allah.

Peneliti : Berikan contoh kecil kegiatan anggota keluarga yang mencerminkan pendidikan
akidah akhlak !

Shinta : Mengaji setiap selesai sholat maghrib, mengucapkan salam ketika masuk rumah,
membantu orang tua.

31
CATATAN LAPANGAN

Kode : D1.Rumah Ibu Siti.IV/22

Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah, Desa Sekapuk RT.02 RW.05

Hari/Tgl : Sabtu/30 April 2022

Jam : 13.00-14.00 WIB

Teknik : Dokumentasi

Sumber/Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah, Desa Sekapuk RT.02 RW.05

Sejarah adalah kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan


manusia, yaitu menyangkut perubahan yang nyata di dalam kehidupan manusia, begitu juga
dengan rumah dari Ibu Siti Aisyah adalah sebuah sejarah dan tentu saja pansti meninggalkan
banyak kenangan suka dan duka.

32
CATATAN LAPANGAN

Kode : D2.Rumah Ibu Siti.IV/22

Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah, Desa Sekapuk RT.02 RW.05

Hari/Tgl : Sabtu/30 April 2022

Jam : 13.00-14.00 WIB

Teknik : Dokumentasi

Sumber/Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah, Desa Sekapuk RT.02 RW.05

Yang kita tau akidah akhlak sangatlah penting dan pemdidikam pertama adalah dari
lingkungan keluarga. Kita bisa menanamkan nilai-nilai pengorbanan dan perjuangan. Akhlak
adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak
anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku sopan santun
orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat.

33

Anda mungkin juga menyukai