Anda di halaman 1dari 73

PROGRAM BIMBINGAN PERKAWINAN DALAM

MENGEDUKASI CALON PENGANTIN


DI KUA BESUKI SITUBONDO

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Bimbingan Konseling Keluarga Sakinah

Oleh:
Siska Robiatul Adawiyah
B93219147

Dosen Pembimbing:
Dr. Ragwan Albaar, M.Fil.I

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga dengan ridho-Nya penulis dapat
meyelesaikan skripsi yang berjudul “Program Bimbingan
Perkawinan dalam Mengedukasi Calon Pengantin di KUA
Besuki Situbondo” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan Konseling Keluarga Sakinah. Tak lupa shalawat
beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda
alam. Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat,
beserta umatnya.
Sebagai makhluk sosial pada umumnya, penulis
menyadari bahwa pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan
kemampuan dan kekuatan penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dalam
proses penyelesaian skripsi ini banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril
maupun materil, sehingga penyusunan skripsi ini berjalan
dengan lancar.
Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang tak bisa terhitung jumlahnya
kepada:
1. Dr. Ragwan Albaar, M.Fil.I, selaku Dosen
pembimbing sekaligus Dosen di mata kuliah
Bimbingan Konseling Keluarga Sakinah
2. H. Abdul Rasid, S.Ag.M.HI, selaku kepala
KUA Besuki Situbondo

i
3. Ayahanda Jenanto dan Ibunda Rahayu yang
telah membesarkan penulis dan mengajarkan
penulis dengan penuh kasih sayang. Terima
kasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa
dan restu yang selalu mengiringi setiap langkah
penulis. Terima kasih juga atas dukungan
berupa moril maupun materil yang luar biasa
yang selalu kalian berikan dan nomor satukan
ditengah-tengah kesibukan kalian untuk
penulis.
4. Royhanatun Nafisah, selaku adik saya yang
senantiasa selalu menghibur dan membantu
penulis dalam kondisi apapun
5. Kepada sahabat yang selalu menemani setiap
langkah penulis, Najmah Al-Aisyi Al-Syafinah
Fi Tazkiyah Al-Diniyah & Glories Gems
6. Sahabat perjuanganku, Maulidia Fitri dan
Rahma Widya Putri yang telah menemani dan
mewarnai perjalanan masa kuliahku yang
penuh dengan suka dan duka dan tak pernah
menyerah untuk saling menyemangati serta
terus berjuang demi menjadi seseorang yang
lebih baik.
7. Seluruh sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) Rayon Dakwah dan
Komunikasi Komisariat Uin Sunan Ampel
Surabaya. Terima kasih atas segala pengalaman
serta ilmu yang telah diberikan. Salam
Pergerakan!
ii
8. Seluruh keluarga Teater SUA Surabaya, yang
sudah sangat hangat sekali mengajarkan arti
kekeluargaan
9. Seluruh keluarga besar Dewan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
(DEMA FDK) Periode 2022-2023 yang telah
memberikan banyak dukungan serta doa agar
penulis menyelesaikan skripsi.
10. Dan semua pihak yang penulis sadari atau tidak
sadari telah membantu secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyusunan skripsi yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga segala kebaikan yang
diberikan mendapatkan pahala yang berlipat ganda oleh Allah
SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang akan digunakan demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat, khsusnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

Situbondo, 17 Mei 2022

Penulis,
Siska Robiatul Adawiyah
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................ vii

DAFTAR TABEL ............................................................ viii

BAB I .................................................................................. 9

PENDAHULUAN .............................................................. 9

A. Latar Belakang ........................................................ 9

B. Rumusan Masalah ................................................. 12

C. Tujuan Penelitian .................................................. 13

D. Manfaat Penelitian ................................................ 13

E. Definisi Konsep .................................................... 14

F. Sistematika Pembahasan ....................................... 14

BAB II ............................................................................... 16

KAJIAN TEORI ............................................................... 16

A. Kerangka Teoritik ................................................. 16

iv
1. Bimbingan Perkawinan ..................................... 16

2. Calon Pengantin ................................................ 25

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................... 27

BAB III ............................................................................. 30

METODE PENELITIAN .................................................. 30

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................... 30

B. Lokasi Penelitian .................................................. 30

C. Jenis dan Sumber Data.......................................... 30

D. Tahap-tahap Penelitian ......................................... 32

E. Tahap Analsis Data ............................................... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ................................... 33

G. Teknik Validitas Data ........................................... 34

H. Teknik Analisis Data ............................................ 36

BAB IV ............................................................................. 38

HASIL PENELITIAN....................................................... 38

A. Profil KUA Besuki Situbondo .............................. 38


v
B. Proses Pelaksanaan Program Bimbingan
Perkawinan dalam Mengedukasi Calon Pengantin di KUA
Besuki Situbondo ................................................................ 43

BAB V............................................................................... 66

PENUTUP ......................................................................... 66

A. Kesimpulan ........................................................... 66

B. Saran ..................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 68

LAMPIRAN ...................................................................... 71

A. Dokumentasi Kegiatan.......................................... 71

B. Surat keterangan telah melakukan penelitian ....... 72

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Letak Geografis ............................................... 38

Gambar 2. Struktur Organisasi.......................................... 42

vii
DAFTAR TABEL

Table 1. Susunan Acara .................................................... 51

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan dalam Islam adalah sesuatu yang
suci, agung, sakral bahkan bagian dari peribadatan
seorang hamba kepada Tuhannya, sebab itu dalam
perkawinan masing-masing pihak tidak boleh
melakukannya setengah hati, main main atau sekedar
coba-coba, karena hal itu akan berdampak pada
kelanggengan rumah tangga mereka, perkawinan
seperti itu rapuh, goyah dan mudah hancur bila
berhadapan dengan problematika rumah tangga yang
sangat kompleks. Perkawinan merupakan kebutuhan
fitri setiap manusia yang memberikan banyak hasil
yang penting.1
Pernikahan sangat penting dalam kehidupan
manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan
jalan pernikahan yang sah, pergaulan antara laki-laki
dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai
kedudukan manusia sebagai mahluk yang
berkehormatan. Pergaulan hidup berumah tangga dibina
dalam suasana damai, tenteram, dan rasa kasih sayang
antara suami istri. Anak keturunan dari hasil pernikahan
yang sah menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus

1
Siti Fauzia, Mewujudkan Keluarga Sakinah melalui Bimbingan Pranikah,
Oetoesan Hindia: Telaah Pemikiran Kebangsaan, Vol. 1 No. 1 (2019), hal.
9
9
merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih
dan berkehormatan.2
Selaras dengan Islam, dalam konstitusi
Indonesia perkawinan disebut sebagai ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.1 Inilah bunyi pasal pertama dalam
Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974,
yang sampai sekarang secara substansial Undang-
undang tersebut belum mengalami perubahan.
Indonesia sebagai Negara dengan penduduk terbesar
keempat di dunia dan merupakan Negara dengan
jumlah mayoritas muslim terbesar di dunia, sangat
konsen memperhatikan masalah perkawinan karena bila
kelak perkawinan tersebut melenceng dari tujuan diatas
maka akan berdampak juga dalam proses pembangunan
negara ke depan.3
Perkawinan sejatinya adalah pintu masuk
pertama dalam mewujudkan ketahanan keluarga yang
dapat menunjang proses pembangunan di Indonesia.
Dapat kita bayangkan bila keluarga sebagai satuan
terkecil dalam struktur negara yang terbentuk dari hasil
perkawinan, mengalami kegoncangan dalam bahtera
rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian

2
Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Yogyakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995), hal. 54
3
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hal. 124
10
maka kemungkinan akan juga menjadi penghambat
proses pembangungan suatu bangsa, karenanya ketika
sebuah perceraian terjadi, maka berbagai persoalan
bangsa akan muncul menyertainya, seperti lahirnya
proses pemiskinan, khususnya pada perempuan dan
anak-anak, perceraian juga menjauhkan anak dari
kehidupan yang sehat dan sejahtera.4
Pengetahuan tentang mewujudkan keluarga
sakinah, kesadaran bersama dalam membangun
keluarga sehat dan berkualitas, kesungguhan dalam
mengatasi berbagai konflik keluarga, serta komitmen
dalam menghadapi berbagai tantangan global yang
semakin berat, secara keseluruhan menjadi prasyarat
yang harus dimiliki oleh calon pengantin.
Oleh karena itulah Kementerian Agama sebagai
instansi pemerintah yang menangani
persoalan persoalan keagamaan termasuk didalamnya
tentang pencatatan perkawinan, menyelenggarakan
Binwin atau bimbingan perkawinan untuk calon
pengantin, yang tujuannya adalah untuk mencapai
keluarga sakinah tadi. Diharapkan dengan mengikuti
kegiatan ini, calon pengantin semakin siap memasuki
gerbang rumah tangga yang dengan itu artinya resiko
munculnya perceraian akan dapat dihindari atau
diminimalisir yang ujungnya dapat memperkuat
ketahanan keluarga nasional.
4
Nur Fauziyah, Bimbingan Pranikah bagi Calon Pengantin dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah, Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling
dan Psikoterapi Islam, Vol. 5 No. 4 (2017), hal. 11
11
Lewat Keputusan Dirjen Bimas Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia Nomor 373
Tahun 2017, diintruksikan bahwa setiap laki-laki dan
perempuan yang akan melangsungkan perkawinan
harus mengikuti bimbingan perkawinan yang
diselenggarakan oleh Kementerian Agama atau
organisasi keagamaan yang telah memiliki akreditasi
dari Kementerian Agama. Materi yang disampaikan
dalam pelaksanaan program bimbingan perkawinan
inipun beragam. Mulai dari mempersiapkan diri untuk
berumah tangga, sampai dengan cara-cara menyelesai
konflik diantara anggota keluarga.5
Pelaksanaan bimbingan perkawinan ini
sebagaimana diatur dalam pedoman penyelenggaraan,
wajib diikuti oleh laki-laki dan perempuan yang akan
melangsungkan pernikahan serta sudah mendaftarkan
pernikahannya ke KUA Kecamatan. Kegiatan ini
bertujuan agar calon pengantin mengetahui serta
mempunyai keterampilan untuk membina rumah tangga
serta mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga yang berujung pada perceraian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pelaksanaan program
bimbingan perkawinan dalam mengedukasi
calon pengantin di KUA Besuki Situbondo?

5
Muhammad Tahir, Evektivitas Kursus Calon Pengantin dalam Menekan
Perceraian di Wilayah Kerja KUA Kecamatan Batukliang, Jurnal
MUSAWA, Vol. 17 No. 1 (2018), hal. 7
12
2. Bagaimana kendala proses pelaksanaan program
bimbingan perkawinan dalam mengedukasi
calon pengantin di KUA Besuki Situbondo?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan program
bimbingan perkawinan dalam mengedukasi
calon pengantin di KUA Besuki Situbondo
2. Untuk mengetahui kendala proses pelaksanaan
program bimbingan perkawinan dalam
mengedukasi calon pengantin di KUA Besuki
Situbondo
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
bagi pembaca, terutama tentang peran
bimbingan perkawinan bagi calon pengantin
sebagai salah satu upaya mewujudkan keutuhan
atau keharmonisan rumah tangga.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi
bagi penelitian selanjutnya yang berguna untuk
menambah wawasan, pengetahuan dan
diharapkan bermanfaat untuk dijadikan acuan
dalam masalah yang sama.
2. Manfaat Praktis
Untuk memberikan jawaban atas masalah
yang diteliti terkait dengan urgensi bimbingan
perkawinan bagi calon pengantin sebagai salah
satu upaya mewujudkan keutuhan atau
keharmonisan rumah tangga. Dan hasil
13
penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pembaca
atau pihak terkait khususnya bagi petugas
Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin
(catin) di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Besuki untuk memaksimalkan atau
meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan
perkawinan calon pengantin (catin).
E. Definisi Konsep
1. Bimbingan Perkawinan
Bimbingan perkawinan merupakan
proses bantuan dalam pemberian bekal
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
penumbuhan kesadaran kepada calon pengantin
tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.
2. Calon Pengantin
Dalam konteks bimbingan perkawinan,
calon pengantin adalah seorang laki-laki dan
perempuan yang akan melaksanakan pernikah
dan sudah mendaftarkan pernikahannya di KUA
Kecamatan
F. Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan, peneliti
mendeskripsikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi konsep, dan sistematika pembahasan.
BAB II Kajian Teori

14
Dalam bab ini peneliti menjelaskan tentang
program bimbingan perkawinan dalam mengedukasi
calon pengantin
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang metodemetode,
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian,
tahap-tahap penelitian, jenis data, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik validitas, dan teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV Penyajian dan Analisis Data
Pada bab ini peneliti memberikan gambaran
umum mengenai subyek penelitian, sumber data yang
diperoleh, baik data primer maupun data sekunder.
Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga
disertakan gambar, tabel, atau bagan yang mendukung
data, kemudian deskripsi pelaksanaan program
bimbingan perkawinan dalam mengedukasi calon
pengantin di KUA Besuki.
BAB V Penutup
Dalam bab penutup peneliti menjelaskan
tentang kesimpulan, saran, dan keterbatasan penelitian.

15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teoritik
1. Bimbingan Perkawinan
a. Pengertian Bimbingan Perkawinan
Secara terminologis pengertian
bimbingan banyak yang memberikan
definisi. Adapun pendapat para ahli
mendefinisikan antara lain:
1) Menurut Bimo Walgito
Bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang
diberikan kepada individu atau
sekumpulan individu-individu
dalam menghindari, mengatasi,
kesulitan-kesulitan dalam
hidupnya, agar individu dapat
mencapai kesejahteraan
6
hidupnya.
2) Menurut W.S Winkel
Bimbingan adalah
pemberian bantuan kepada
seseorang atau kepada
sekelompok orang dalam
membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana dan dalam mengadakan

6
Henni Syafriana Nasution, Bimbingan Konseling, Konsep, Teori dan
Aplikasinya, (Medan: Cendekia LPPPI, 2019), hal. 1
16
penyesuaian diri terhadap
tuntutan hidup bantuan itu
bersifat psikologis dan tidak
berupa pertolongan finansial,
medis dan sebagainya.
3) Menurut Priyanto dan Erman
Anti
Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang
dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seseorang atau beberapa
orang individu, baik anak anak,
remaja maupun dewasa, agar
orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri,
dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan saran yang ada dan
dapat dikembangkan,
berdasarkan norma-norma yang
berlaku.7
Berdasarkan beberapa definisi
yang dikemukakan oleh para ahli maka
dapat disimpulkan bahwa bimbingan
adalah bantuan yang diberikan kepada
individu maupun kelompok secara

7
Deni Febrini, Bimbingan dan Konseling, (Bengkulu: CV Brimedia Global,
2020), hal. 50-51
17
berkelanjutan dengan tujuan agar
individu-individu tersebut mengetahui
kemampuan atau bakat minatnya serta
dapat mengembangkan potensi potensi
yang dimilikinya secara maksimal.
Sedangkan perkawinan menurut
konsep Islam adalah suatu ikatan suci
lahir dan batin antara pria dengan wanita
yang dengan persetujuan di antara
keduanya dan dilandasi cinta dan kasih
sayang, bersepakat untuk hidup bersama
sebagai suami istri dalam suatu ikatan
rumah tangga untuk mewujudkan
ketentraman dan kebahagiaan bersama,
berlandaskan pada ketentuan dan
petunjuk Allah SWT.8
Menurut Undang-undang No. 1
Tahun 1974, perkawinan merupakan
ikatan lahir batin antara seseorang pria
dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.9
Dari beberapa pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang

8
Djamaan Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang: CV Toha Putra Group,
1993), hal. 1
9
Mardani, Hukum Perkawinan Islam: di Dunia Islam Modern,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 6
18
dimaksud dengan perkawinan adalah
suatu akad atau perikatan untuk
menghalalkan hubungan kelamin antara
laki-laki dan perempuan dalam rangka
mewujudkan kebahagiaan hidup
keluarga diliputi rasa tenteram, serta
kasih sayang dengan cara yang diridhai
Allah.
Berdasarkan beberapa pengertian
bimbingan dan perkawinan diatas dapat
disimpulkan bahwa bimbingan
perkawinan adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu agar dalam
menjalankan perkawinan dan kehidupan
rumah tangga bisa selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia
dan akhirat. Bimbingan memiliki fungsi
preventif yaitu lebih bersifat mencegah
agar sesuatu tidak terjadi, sesuai asal
katanya yaitu "prevent". Artinya
mencegah terjadinya atau munculnya
problem pada diri seseorang.10
b. Tujuan Bimbingan Perkawinan
Bimbingan perkawinan bertujuan
membantu individu mencegah timbulnya

10
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2004), hal. 35
19
problem-problem yang berkaitan dengan
perkawinan, antara lain dengan jalan:
1) Membantu individu mencegah
timbulnya problem problem
yang berkaitan dengan
perkawinan dengan cara
membantu individu memahami
hakikat perkawinan menurut
Islam, memahami tujuan
perkawinan menurut Islam,
memahami persyaratan-
persyaratan perkawinan menurut
Islam, memahami kesiapan
dirinya untuk menjalankan
perkawinan dan membantu
individu melaksanakan
perkawinan sesuai dengan
ketentuan (syariat) Islam.11
2) Membantu individu mencegah
timbulnya problem problem
yang berkaitan dengan rumah
tangganya, antara lain dengan
membantu individu memahami
hakikat kehidupan berkeluarga
(berumah tangga) menurut Islam,
memahami tujuan hidup
11
Zulfikri, Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin: Upaya Mewujudkan
Ketahanan Keluarga Nasional, Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol.
5 No. 2 (November 2021), hal. 223
20
berkeluarga menurut Islam,
memahami cara-cara membina
kehidupan berkeluarga yang
sakinah, mawaddah wa rahmah
menurut ajaran Islam,
melaksanakan pembinaan
kehidupan berumah tangga
sesuai dengan ajaran Islam.12
3) Membantu individu memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan
dengan kehidupan rumah tangga,
antara lain dengan jalan:
Membantu individu memahami
problem yang dihadapinya,
memahami kondisi dirinya dan
keluarga serta lingkungannya,
memahami dan menghayati cara-
cara mengatasi masalah
perkawinan dan rumah tangga
menurut ajaran Islam. Dan
membantu individu menetapkan
pilihan upaya pencegahan
masalah yang dihadapinya sesuai
dengan ajaran islam.
4) Membantu individu memelihara
situasi dan kondisi perkawinan
12
Yusuf Firdaus, Evektivitas Bimbingan Perkawinan di KUA Citeureup
dalam Menjaga Keutuhan Rumah Tangga, MIZAN: Journal of Islamic Law,
Vol. 3 No. 1 (2019), hal. 103
21
dan rumah tangga agar tetap baik
dan mengembangkannya agar
jauh lebih baik yakni dengan cara
memelihara situasi dan kondisi
perkawinan dan kehidupan
rumah tangga yang semula
pernah terkena masalah dan telah
teratasi agar tidak menjadi
permasalahan lagi. Kemudian
mengembangkan situasi dan
kondisi perkawinan dan rumah
tangga menjadi lebih baik.13
c. Asas-asas Bimbingan Perkawinan
1) Asas kebahagiaan dunia dan
akhirat
Bimbingan perkawinan
ditunjukkan pada upaya
membantu individu dalam
mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Dalam hal ini
kebahagiaan di dunia harus
dijadikan sebagai sarana
mencapai kebahagiaan akhirat.
Kebahagiaan dunia dan akhirat
yang ingin dicapai itu bukan

13
Nur Rohmaniah, Studi Komparasi Bimbingan Perkawinan bagi Calon
Pengantin Sebagai Upaya Mencegah Percaraian, Skripsi, Jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Walisongo Semarang, 2015, hal. 57
22
hanya untuk seseorang anggota
keluarga, melainkan untuk semua
anggota keluarga.
2) Asas sakinah, mawadah dan
warohmah
Perkawinan dimaksudkan
untuk mencapai keadaan
keluarga atau rumahtangga yang
“sakinah mawadah warohmah”
keluarga yang tentram penuh
kasih dan sayang. Dengan
demikian bimbingan dan
konseling perkawinan berusaha
membantu individu untuk
menciptakan kehidupan
perkawinan dan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah dan
rahmah.14
3) Asas komunikasi dan
musyawarah
Ketentuan keluarga yang
didasari rasa kasih sayang akan
tercapai manakala dalam
keluarga itu senantiasa ada
komunikasi dan musyawarah.
Bimbingan konseling perkawinan
14
Ahmad Zaini, Membentuk Keluarga Sakinah Melalui Bimbingan dan
Konseling Pernikahan, Konseling Religi, Jurnal Bimbingan Konseling
Islam, Vol. 6 No. 1 (Juni 2015), hal. 89
23
dilakukan dengan komunikasi
dan musyawarah yang dilandasi
rasa saling hormat menghormati
dan disinari rasa kasih sayang,
sehingga komunikasi akan
dilakukan dengan lemah lembut.
Asas komunikasi dan
musyawarah penting dijalankan
sebagai upaya mencegah
munculnya problem bahkan
kalau perlu ada pihak ketiga yang
dipercaya oleh semua pihak
menjadi juru damai diantara
mereka.15
4) Asas sabar dan tawakal
Setiap orang menginginkan
kebahagiaan dengan apa yang
dilakukannya, termasuk dalam
menjalankan perkawinannya.
Namun tidak selamanya segala
usaha ikhtiar manusia itu
hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan, maka orang harus
senantiasa bersabar dan
bertawakkal (berserah diri)
kepada Allah. Dengan adanya
15
Muhammad Andri, Implementasi Bimbingan Perkawinan sebagai Bagian
dari Upaya Membangun Keluarga Muslim yang Ideal, Adil Indonesia
Jurnal, Vol. 2 No. 2 (Juli 2020), hal. 4
24
bimbingan maka membantu
individu untuk sikap sabar dan
tawakal dalam menghadapi
masalah perkawinannya, sebab
dengan bersabar dan tawakkal
akan memperoleh kejernihan
dalam berfikir agar tidak tergesa-
gesa dalam mengambil
keputusan.
5) Asas manfaat (maslahat)
Islam memberikan banyak
alternative pemecahan masalah
terhadap berbagai masalah
perkawinan. Dengan bersabar
dan bertawakkal terlebih dahulu,
diharapkan pintu pemecahan
masalah perkawinan dapat
mengarah pada pencarian
manfaat maslahat yang sebesar-
besarnya.16
2. Calon Pengantin
Menurut Kemenkes RI, calon pengantin
adalah pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan
sebagai pasangan yang belum mempunyai

16
Abdul Jalil, Implementasi Program Bimbingan Perkawinan Pranikah bagi
Calon Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak kota Jakarta Selatan, Jurnal
Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Vol. 7 No. 2 (Desember 2019),
hal. 183
25
ikatan, baik secara hukum, Agama ataupun
Negara dan pasangan tersebut berproses menuju
pernikahan serta proses memenuhi persyaratan
dalam melengkapi data-data yang diperlukan
untuk pernikahan. 17
Calon pengantin menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia merupakan istilah yang
digunakan pada wanita usia subur yang
mempunyai kondisi sehat sebelum hamil agar
dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat
serta calon pengantin laki-laki yang akan
diperkenalkan dengan permasalahan kesehatan
reproduksi dirinya serta pasangan yang akan
dinikahinya.
Calon pengantin terdiri dari dua kata
yaitu calon dan pengantin, yang memiliki arti
sebagai berikut, “Calon adalah orang yang akan
menjadi pengantin.” Sedangkan “Pengantin
adalah orang yang sedang melangsungkan
pernikahannya”. Jadi calon pengantin adalah
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
ingin atau berkehendak untuk melaksanakan
pernikahan. Dengan kata lain, calon pengantin
ini adalah peserta yang akan mengikuti
bimbingan pranikah yang diadakan oleh Kantor

17
Abdul Jalil, Implementasi Program Bimbingan Perkawinan bagi Calon
Pengantin di KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan, Jurnal Diklat
Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Vol. 7 No. 2 (Desember 2019), hal.
181
26
Urusan Agama sebelum calon pengantin ini
akan melangsungkan akad nikah.
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Ikna Farid Asy’ari dengan skripsi yang berjudul:
Peran BP-4 Kecamatan Margacinta Kota
Bandung Dalam Menanggulangi Tingginya
Angka Perceraian, dengan hasil penelitian:
angka perceraian di kecamatan margacinta kota
bandung sejak tahun 2000 sampai dengan tahun
2005 menempati urutan tertinggi diantara
kecamatan-kecamatan lain dalam wilayah kota
bandung, sementara jumlah angka perkawinan
tidak mengalami perubahan yang berarti.
Padahal BP-4, sebagai badan yang mempunyai
tugas pencegah terjadinya perceraian. Perbedaan
dengan yang peneliti tulis yaitu BP-4
menjelaskan materi bimwin kepada calon
pengantin dalam mencegah terjadinya
perceraian melalui bimbingan perkawinan.18
2. Nunun Yuswandi dengan skripsi yang berjudul:
Pola Pembinaan BP-4 Dalam Mengurangi
Angka Perceraian di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang, dengan hasil penelitian:
pemahaman dan penerapan hak dan kewajiban
setiap pasangan didalamnya, serta terpenuhinya
kebutuhan kebutuhan esensial mereka, antara
18
Ikna Farid Asy’ary, Peran BP4 Kecamatan Margainta Kota Bandung
dalam Menanggulangi Tingginya Angka Perceraian, Jurnal Keluarga Islam,
Vol. 2 No.3 (2017), hal. 5
27
lain sandang pangan, papan, kesehatan dan
pendidikan. Oleh karena itu sebelum
perkawinan dilangsungkan, kedua calon
mempelai selayaknya mengikuti pembinaan
keluarga sakinah yang diselenggarakan oleh BP-
4, sebelum melaksanakan akad pernikahan (pra
nikah) agar mereka dalam mengurangi
kehidupan keluarganya nanti akan terhindar dari
perselisihan yang akan melahirkan perceraian.
Perbedaan dengan yang peneliti tulis yaitu BP-4
memberikan arahan materi bimwin kepada
calon pengantin karena pasangan calon
pengantin belum tau dan belum siap masuk ke
pernikahan maka dari itu BP-4 memberikan
arahan mengenai wawasannya, mengenai
pemahamannya dan mentalnya.19
3. Ahmad Dimyati dengan skripsi yang berjudul:
upaya BP-4 KUA Kecamatan Cibarusah
Kabupaten Bekasi dalam mengurangi
perkawinan di bawah umur, dengan hasil
penelitian: secara psikologis, pada usia muda
daya nalar seseorang belum optimal. Artinya,
belum siap menghadapi tantangan hidup dalam
kehidupan berumah tangga. Adapun secara
ekonomi dalam pernikahan usia muda
pemenuhan kebutuhan hidup terasa lebih sulit,
19
Nunun Yuswandi, Pola Pembinaan BP4 dalam Mengurangi Angka
Perceraian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, Jurnal Hukum
Syari’ah, Vol. 3 No. 2 (2007), hal. 7
28
sehingga berpengaruh pada kesejahteraan hidup.
Seperti terjadinya perkawinan dibawah umur di
kecamatan cibarusah. Dengan terjadinya
perkawinan dibawah umur tersebut, bagimana
upaya BP-4 kua kecamatan cibarusah selaku
penasehat perkawinan dalam mengurangi
terjadinya perkawinan dibawah umur.
Perbedaan dengan yang peneliti tulis yaitu
dengan banyak nya suami istri yang bercerai
dikarenakan faktor ekonomi dan melalaikan
bimbingan perkawinan (bimwin) bahkan sampi
tidak mengikuti sama sekali bimbingan
perkawinan (bimwin) padahal bimbingan
perkawinan sangatlah penting untuk bekal
memasuki bahtera keluarga yang
20
sesungguhnya.

20
Ahmad Dimyati, Upaya BP4 KUA Kecamatan Cibarusah Kabupaten
Bekasi dalam Mengurangi Perkawinan di Bawah Umur, Jurnal Hukum
Keluarga Islam, Vol. 1 No. 1 (2005), hal. 3
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan studi kasus dengan analisis
deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, persepsi, pemikiran orang secara individu
maupun kelompok. Penelitian ini diharapkan
menghasilkan data yang dapat menjelaskan secara rinci
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
yang diamati dengan sifat subjektif sehingga lebih
memberikan gambaran yang diteliti atau dianalisis
secara jelas sesuai dengan fakta lapangan.21 Peneliti
menggunakan metode ini untuk memperoleh data yang
akurat dan lebih mendalam.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi objek penelitian bertempat
di Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo. Tempat ini
dipilih dengan penuh pertimbangan karena letaknya
yang strategis dan merupakan tempat tinggal observee.
Sasaran dalam penelitian ini adalah kepala KUA Besuki
Situbondo.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data

21
Lexy J, Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2017), hal. 5
30
Dalam penelitian ini jenis data yang
digunakan berupa deskriptif sebagai penjelasan
dan gambaran dari suatu penelitian maupun
informasi yang didapat oleh peneliti. Adapun
jenis data yang digunakan dalam metode
kualitatif ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang
diambil oleh orang yang melakukan
penelitian atau yang bersangkutan yang
diperoleh dari sumber pertama.22 Data
primer diperoleh dari wawancara kepada
kepala KUA Besuki dan observasi ke
KUA Besuki.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data dari
berbagai sumber ketika di lapangan yang
diambil dari sumber kedua guna
melengkapi data primer.23 Data sekunder
diperoleh dari beberapa Banner yang
terpampang di KUA, Brosur dan papan
informasi KUA, serta peneliti juga
mencari referensi yang terkait. Hal ini
bertujuan untuk melengkapi dan

22
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Media
Grafika, 2004), hal. 19
23
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial : Format-Format Kualitatif dan
Kuantitatif, (Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 128
31
menunjang data primer yang sudah
diperoleh.
D. Tahap-tahap Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan
penelitian memilih subjek dan lokasi penelitian
serta menyiapkan segala hal yang dibutuhkan
ketika di lapangan.
a. Menyusun Rancangan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian,
peneliti perlu menyusun rancangan
penelitian. Untuk menyusun rancangan
penelitian kita terlebih dahulu harus
mengetahui fenomena dan gejala yang
nampak, yang kemudian dijadikan
sebagai objek penelitian, yang dalam
penelitian ini mengenai Program
Bimbingan Perkawinan dalam
Mengedukasi Calon Pengantin di KUA
Besuki Situbondo.
b. Memilih Lapangan Penelitian
Setelah melihat fenomena dan gejala
yang ada, peneliti menentukan dan
memilih tempat dimana klien bertempat.
Yang dalam penelitian ini di Kecamatan
Besuki, Kabupaten Situbondo.
c. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Dalam hal ini semua perlengkapan
yang dibutuhkan dalam penelitian,
32
seperti pedoman wawancara, kuesioner,
alat tulis, dan alat dokumentasi. Serta
perlengkapan lain yang mendukung
untuk penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahap ini peneliti menjalin hubungan
yang baik sekaligus membangun kepercayaan
dengan observee, kemudian melakukan
wawancara dengan observee mengenai program
yang ada dalam KUA Besuki.
3. Tahap Pasca Lapangan
Pada tahap ini peneliti membuat laporan
hasil penelitian yang disusun secara ilmiah.
E. Tahap Analsis Data
Pada tahap ini peneliti mendapatkan data dari
lapangan kemudian peneliti melakukan penyajian data
dengan mendeskripsikan atau menjelaskan proses serta
hasil analisis data program bimbingan perkawinan
dalam mengedukasi calon pengantin di KUA
Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Supardi observasi merupakan
metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematis gejala-gejala seseorang individu yang

33
sedang diselidiki.24 Dapat diartikan bahwa
teknik ini digunakan oleh peneliti untuk
mengamati sekaligus menggali data yang
mendukung proses penelitian, yang mana
observasi dilakukan di KUA Besuki.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu kejadian atau
suatu proses interaksi antara peneliti dengan
narasumber melalui komunikasi secara
langsung. Hal ini ini juga bertujuan agar peneliti
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
mengenai program bimbingan perkawinan yang
ada di KUA Besuki Situbondo.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik
untuk menyimpan data dari berbagai sumber-
sumber informasi yang didapatkan oleh peneliti.
Data tersebut biasanya berupa tulisan atau
catatan, foto, video atau rekaman ketika
melakukan penelitian.
G. Teknik Validitas Data
Teknik ini merupakan faktor yang menentukan
sumber data yang didapat valid atau tidak dalam
penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan
ketekunan dalam pengamatan dan triangulasi.
1. Ketekunan dalam pengamatan

24
Supardi, Metodologi Penelitian, (Mataram : Yayasan Cerdas Press,
2006), hal. 79
34
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
rinci, dan mendetail. Hendaknya peneliti harus
melakukan penelitian dengan secara tekun dan
bersungguh-sungguh. Karena semakin tekun
peneliti melakukan penelitian. Maka semakin
akurat data yang didapatkan.
2. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data dari berbagai sumber yang
didapatkan dari berbagai cara dan waktu.25
Teknik ini dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Triangulasi Data
Dalam hal ini peneliti menggunakan
berbagai sumber data yang diperoleh.
Dari data yang diperoleh oleh peneliti
seperti dokumen hasil observasi, hasil
wawancara dengan narasumber utama.
Hal ini dimaksudkan agar peneliti
mendapatkan kevalidan data.
b. Triangulasi Pengamat
Dalam hal ini perlu adanya
pengamat dari luar peneliti yang turut
serta memeriksa hasil pengumpulan
data. dalam penelitian ini dosen
pembimbing memiliki peranan penting
bagi penelitian penulis. di mana dosen

25
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 369
35
pembimbing yang bertindak sebagai
pengawas untuk memberi koreksi,
memberi saran, dan masukan kepada
peneliti.
c. Triangulasi Teori
Peneliti memastikan bahwa data
yang dikumpulkan memenuhi syarat
dengan berbagai teori yang berbeda teori
yang ada telah dijelaskan di bab dua
dengan tujuan dipergunakan untuk
menguji terkumpulnya data yang telah
dikumpulkan oleh peneliti.
d. Triangulasi Metode
Dalam hal ini bukti menggunakan
berbagai metode untuk meneliti suatu
fenomena atau masalah seperti
wawancara dan metode observasi.26
Pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode observasi
wawancara dan dokumentasi.
H. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul selama penelitian,
maka data tersebut kemudian dianalisis menggunakan
analisis deskriptif. Teknik ini digunakan untuk
menentukan, menafsirkan, menggambarkan,
menjelaskan, serta menguraikan data yang bersifat

26
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2010), hal. 24
36
kualitatif. Sehingga peneliti dapat mendeskripsikan
makna atau fenomena yang diperoleh peneliti.

37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil KUA Besuki Situbondo
1. Letak Geografis KUA Besuki Situbondo

Gambar 1. Letak Geografis

Gambar 1. Letak Geografis

KUA Kecamatan Besuki Situbondo beralamat


di jalan Gunung Ringgit No.21 Besuki
Situbondo. Letak KUA Besuki Situbondo sangat
strategis yakni berada di Selatan alun-alun
Besuki, sehingga mudah untuk dijumpai oleh
khalayak umum.27
2. Sejarah Berdirinya KUA Besuki Situbondo

27
Hasil Observasi saat peneliti terjun ke lapangan (KUA Besuki)
38
Kantor Urusan Agama Kecamatan
Besuki berdasarkan catatan sejarah yang
berhasil ditelusuri, diketahui bahwa Kantor
Urusan Agama Kecamatan Besuki tersebut
didirikan pada tahun 1947, dengan kepala
kantor yang pertama bernama RH. Hasan. Pada
masa itu, pusat pelaksanaan administrasi
menumpang pada Kantor Masjid Jami’
Baiturrahman Kecamatan Besuki.
Setelah kepemimpinan RH. Hasan,
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan
Besuki dijabat oleh KH. Abd. Razaq selama 8
Tahun, yaitu dari tahun 1951 sampai dengan
1959. Pada masa KH. Abd. Razaq, administrasi
kantor mulai berjalan cukup baik. Pada tahun
1959, jabatan Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan Besuki dijabat oleh Ahmad
Soelaiman sampai tahun 1968. Pada masa ini
Ahmad Soelaiman mampu mengadakan
pendekatan dengan pemerintahan, yaitu
pembantu Bupati (Kawedanan) Besuki Bapak
Sunjoto. Sehingga pada akhirnya di tahun 1965
Kantor Urusan Agama Kecamatan Besuki
mendapat tanah hak guna bangunan seluas 600
m2.
Pada tahun 1965, atas swadaya Ahmad
Soelaiman dan bantuan masyarakat Kecamatan
Besuki, berhasil membangun gedung Kantor
Urusan Agama di atas tanah Hak Guna
39
Bangunan (HGB), yang sampai saat ibi gedung
tersebut masih ada dan difungsikan sebagai
Rumah dinas Kantor Urusan Aagama
Kecamatan Besuki.
Di tahun 1968, setelah kepemimpinan
Ahmad Sulaiman, Kepala Kantor Urusan
Agama Kecamatan Besuki dijabat oleh Abd.
Mukti, yang akhirnya secara berturut-turut, pada
tahun 1974 sampai tahun 1975, Kantor Urusan
Agama Kecamatan Besuki dipimpin oleh Moh.
Halil, tahun 1975 sampai tahun 1976 dipimpin
oleh K. Mukhrowi.
Pada tahun 1976 sampai dengan 1980,
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan
Besuki dijabat oleh Kusmito. Di bawah
kepemimpinan Kusmito, pada tahun 1980,
Kantor Urusan Agama Kecamatan Besuki dapat
membangun gedung baru seluas 184 m2 dari
dana DIP (Daftar Isian Proyek) Kementerian
Agama pusat tahun anggaran 1979/1980, yang
sampai saat ini gedung tersebut dapat dilihat
dengan megahnya.
Setelah Kusmito, tahun 1981-1987
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan
Besuki dijabat oleh H. Konnot, Tahun 1987 –
1991, Kepala Kantor Urusan Agama dijabat
kembali oleh H. Ahmad Solaiman. Tahun 1991-
1997 Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan
Besuki dijabat oleh H. Abdurrachman, SH. Pada
40
saat kepemimpinan H. Abdurrachman, SH,
KUA Kecamatan Besuki mengalami
peningkatan penataan administrasi dan
pelayanan prima kepada masyarakat. Karena itu,
Kantor Urusan Agama Kecamatan Besuki
dipilih mengikuti lombah KUA Teladan tingkat
propinsi Jawa Timur tahun 1996/1997.
Selanjutnya, secara berturut-turut, Tahun
1997-2000, Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan Besuki dijabat oleh Herman
Budiarto, BA. Tahun 2000-2002, Kepala Kantor
Urusan Agama Kecamatan Besuki dijabat Drs.
Halik. Dan selanjutnya, dari tahun 2002 sampai
tahun 2006, Kepala Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Besuki dijabat oleh Drs.
Abd. Haris, M.Pd.I.
Pada masa kepemimpinan Drs.
Abd. Haris, M.Pd.I. KUA. Kecamatan Besuki
sempat dipercaya untuk mewakili Kabupaten
Situbondo mengikuti lomba KUA. teladan di
tingkat Provinsi Jawa Timur. Atas perjuangan
dan kerjasama dengan berbagai pihak, dalam
lomba tersebut KUA. Besuki termasuk dalam
kategori the Best Ten, berhasil meraih juara 9.
Di Penghujung tahun 2006, Pimpinan
dipegang oleh H. Iskandi, S.Pd.I. sampai tahun
2007. Pada tahun 2007-2010 dipimpin oleh Drs.
Halik kemudian pada tahun 2011-2014 dipimpin
oleh M. Alwi, pada tahun 2014-2017 dipimpin
41
oleh Drs. H. Tajri M.HI. Di tahun 2017-2019
dipimpin oleh Abdul Mukti, S.Ag, M.HI. Dari
2020-sekarang dipimpin oleh H. Abdul Rasid
S.Ag. M.HI.28
3. Struktur Kepengurusan KUA Besuki
Situbondo

Gambar 2. Struktur Organisasi29

Gambar 2. Struktur Organisasi

28
KUA Kecamatan Besuki, Profil KUA Besuki Situbondo, diakses dari blog
pribadi KUA Besuki
http://kuabesuki13.blogspot.com/2015/03/kontak.html# pada tanggal 17
Mei 2022, pukul 20:44
29
Hasil dokumentasi banner struktur organisasi periode 2020-2022 yang
terpampang di dinding KUA Besuki
42
B. Proses Pelaksanaan Program Bimbingan
Perkawinan dalam Mengedukasi Calon Pengantin
di KUA Besuki Situbondo
1. Subjek Bimbingan Perkawinan
Subjek (pembimbing atau tutor)
merupakan salah satu unsur yang paling pokok
dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi
calon pengantin.
Pembimbing atau tutor harus mampu
membaca situasi dan kondisi calon pengantin
yang dihadapi dan menguasai bahan materi serta
dapat memberi contoh yang baik. Ada beberapa
kriteria seseorang menjadi seorang penasehat,
yaitu:
a. Seorang penasehat harus mempunyai
wibawa yang diperlukan untuk memberi
nasehat.
b. Mempunyai pengertian yang mendalam
tentang masalah perkawinan dan
kehidupan keluarga baik secara teori
maupun praktek.
c. Mampu memberikan nasehat secara
ilmiah antara lain harus mampu memberi
nasehat secara relevan, sistematis, masuk
akal dan mudah diterima.
d. Mampu menunjukkan sikap yang
meyakinkan klien, melakukan cara
pendekatan yang baik dan tepat.

43
e. Mempunyai usia yang relatif cukup
sebagai seorang penasehat sehingga
tidak akan mendatangkan prasangka
buruk atau sikap yang meremehkan dari
klien.
f. Mempunyai niat pengabdian yang
tinggi, sehingga memandang tugas dan
pekerjaannya bukan sekedar pekerjaan
duniawi tetapi juga dianggap dan
dilandasi dengan niat ibadah.
g. Sudah mengikuti pelatihan dan
dibuktikan dengan sertifikat.
2. Objek Bimbingan Perkawinan
Objek bimbingan perkawinan di KUA
Kecamatan Besuki Situbondo yaitu calon
pasangan suami isteri atau lebih tepatnya
pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam
perkembangan hidupnya baik secara fisik
maupun psikis sudah siap dan sepakat untuk
menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius
(pernikahan). Dengan tujuan agar calon
pengantin memahami hakikat pernikahan dan
memiliki kesadaran akan hak dan tanggunh
jawabnya sebagai suami istri yang pada
akhirnya dapat menciptakan kehidupan rumah
tangga yang aman, tentram, dan bahagia, serta

44
dapat membentuk keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah.30
3. Prosedur Bimbingan Perkawinan
a. Waktu pelaksanaan kondisional, dan
biasanya dilaksanakan di bulan-bulan
padatnya pernikahan seperti bulan
syawal.
b. Perserta bimbingan adalah 10 hingga 15
pasang calon pengantin. Sehingga
setidaknya terdiri dari 10 sampai 15
calon pengantin laki-laki dan 10 sampai
15 calon pengantin perempuan.
c. Calon pengantin diundang H-2/H-3
sebelum pelaksanaan bimbingan
perkawinan.
d. Proses bimbingan dikawal penuh dari
awal hingga akhir oleh Tim Bimbingan
Calon Pengantin dari Kantor Urusan
Agama atau Kantor Kementrian Agama
setempat.
e. Durasi bimbingan secara keseluruhan
adalah 16 jam, yang terbagi dalam dua
hari, masing-masing delapan jam.
f. Hari pertama proses bimbingan
sepenuhnya dikelola oleh Tim
Bimbingan dari KUA dan atau kantor

30
Hasil wawancara dengan Bapak Rasid (kepala KUA) Besuki pada tanggal
03 Mei 2022, pukul 09:00
45
Kementrian Agama setempat, baik
fasilitator maupun narasumber.
g. Hari kedua proses bimbingan dikelola
oleh Tim Bimbingan dari KUA atau
Kementrian Agama setempat, baik
fasilitator maupun narasumber.
Sedangkan narasumber berasal dari
kementrian atau lembaga lain.31
Berdasarkan asumsi diatas, maka bimbingan
perkawinan dilaksanakan berdasarkan 2
prioritas utama, yaitu:
a. Penguatan cara pandang calon pengantin
terhadap perkawinan dan keluarga
b. Pelatihan keterampilan tertentu untuk
mengelola perkawinan dan keluarga
Dengan demikian, diharapkan keluarga yang
akan dimiliki menjadi keluarga yang tangguh
dan tidak mudah runtuh. Prioritas tersebut
berkonsekuensi pada materi-materi bimbingan
yang bersifat informasi tidak diprioritaskan
dalam proses bimbingan.
4. Materi Bimbingan Perkawinan
Bimbingan Perkawinan yang dilaksanakan
oleh KUA Besuki Situbondo dilaksanakan
sebelum para peserta melaksanakan akad nikah
dan dilaksanakan selama 16 JPL (Jam Pelajaran)

31
Hasil wawancara dengan Bapak Rasid (Kepala KUA Besuki) pada
tanggal 10 Mei 2022, pukul: 09:00
46
atau selama dua hari. Sedangkan modul yang
digunakan adalah buku Modul Bimbingan
Perkawinan untuk Calon Pengantin dan buku
Fondasi Keluarga Sakinah: Bacaan Mandiri
Calon Pengantin yang diterbitkan oleh
Kementrian Agama Tahun 2016.
Modul pertama, Bimbingan Perkawinan
untuk Calon Pengantin lebih fokus pada
penguatan cara pandang calon pengantin
terhadap perkawinan dan keluarga, dan
pelatihan keterampilan tertentu untuk mengelola
perkawinan dan keluarga. Dengan demikian,
diharapkan keluarga yang akan dimiliki menjadi
keluarga yang tangguh dan tidak mudah runtuh.
Topik utama bimbingan perkawina terdiri
dari 6 materi pokok:
a. Merencanakan perkawinan menuju
keluarga sakinah
b. Mengelola dinamika perkawinan dan
keluarga
c. Memenuhi kebutuhan keluarga
d. Menjaga kesehatan reproduksi keluarga
e. Menyiapkan generasi yang berkualitas
f. Mengelola konflik dan membangun
ketahanan keluarga32

32
Alissa Qotrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan
Calon Pengantin, (Jakarta: Puslitbang Bimas Agama dan Layanan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2016), hal.
10-13
47
Enam materi pokok ini dilengkapi dengan
dua materi penunjang yaitu perkenalan,
harapan-kekhawatiran, kontrak belajar di awal
proses dan refleksi serta evaluasi di akhir
proses.
Tiga materi pertama bimbingan, yaitu
merancanakan perkawinan menuju keluarga
sakinah, mengelola dinamika perkawinan dan
keluarga, dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Sementara materi lainnya diampu oleh
narasumber mitra.
Modul ini menggunakan pendekatan
pendidikan orang dewasa yang didefinisikan
sebagai suatu seni dan ilmu untuk membantu
orang dewasa belajar. Pendidikan orang dewasa
menempatkan peserta sebagai individu yang
memiliki pengetahuan, pengalaman, dan
kreativitas yang dapat dkembangkan menjadi
pengetahuan dan pemahaman bersama. Dengan
demikian, pendekatan ini mempunyai prinsip
bahwa orang dewasa bisa belajar dengan baik,
antara lain apabila:
a. Dilibatkan secara aktif dalam proses
belajar
b. Materi belajar terkait langsung
dengan kehidupan mereka sehari-
hari
c. Materi bermanfaat dan bisa
diterapkan dalam kehidupan mereka
48
d. Diberi kesempatan untuk
memanfaatkan pengetahuannya,
kemampuannya, dan
keterampilannya dalam proses
belajar
e. Proses belajar mempertimbangkan
pengalaman-pengalaman dan daya
pikir
Pada modul kedua, tentu saja berbeda
dengan materi yang disampaikan pada modul
pertama. Modul kedua lebih fokus ke materi
reproduksi dan kesehatan, menyiapkan generasi
berkualitas, dan mengelola konflik dan
membangun ketahanan keluarga. Materi-materi
tersebut pasti sangat penting bagi calon
pengantin. Calon pengantin tidak anya dibekali
dengan materi perkawinan dalam sisi agama
saja, namun juga diberikan materi tentang
reproduksi serta mengelola konflik yang
kemungkinan muncul dalam kehidupan rumah
tangga.33
5. Rundown Bimbingan Perkawinan

33
Ali Akbarjono dan Ellyana, Modul Bimbingan untuk Calon Pengantin,
(Bengkulu: Penerbit CV Zigie Utama, 2019), 41-49
49
Tabel 1. Susunan Acara34
Hari Jam Materi Penanggung Jawab
1 08:00- Pre-Test dan Tim Bimbingan
08:30 Pembukaan (Fasilitator dan panitia)

08:30- Perkenalan dan Tim Bimbingan


10:00 kontrak belajar (Fasilitator)
10:20- Mempersiapkan Tim Bimbingan
12:00 perkawinan (Fasilitator/Narasumber)
yang kokoh dari Kemenag
menuju
keluarga
sakinah
12:00- Istirahat, makan Tim Bimbingan
13:00 siang dan sholat (Panitia)
Dzuhur
13:00- Mengelola Tim Bimbingan
15:00 dinamika (Fasilitator/Narasumber)
perkawinan dan dari Kemenag
keluarga
15:00- Memenuhi Tim Bimbingan
17:00 kebutuhan (Fasilitator/Narasumber)
keluarga dari Kemenag

34
Hasil Dokumentasi dari dokumen proposal kegiatan “Pelaksanaan
Bimbingan Perkawinan oleh KUA Besuki Situbondo”
50
2 08:00- Menjaga Tim Bimbingan
10:00 kesehatan (Fasilitator/Narasumber)
reproduksi dari Kemenag atau
keluarga Dinas Kesehatan
10:00- Mempersiapkan Tim Bimbingan
12:00 generasi (Fasilitator/Narasumber)
berkualitas dari Kemenag atau
Dinas Pendidikan
12:00- Istirahat, makan Tim Bimbingan
13:00 siang, dan (Panitia)
Shalat Dzuhur
13:00- Mengelola Tim Bimbingan
15:00 konflik dan (Fasilitator/Narasumber)
membangun dari Kemenag atau
ketahanan Kementrian
keluarga Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan anak
15:00- Refleksi dan Tim Bimbingan
16:30 evaluasi (Fasilitator)
16:30- Post test dan Tim Bimbingan
17:00 penutupan (Fasilitator dan panitia)
Table 1. Susunan Acara

6. Proses Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan


a. Hari Pertama
1) Pada sesi pertama, perkenalan
dan kontrak belajar, materi ini
menjadi pembuka seluruh
51
rangkaian kegiatan pelatihan.
Sesi ini dimaksudkan untuk
mencairkan suasana belajar yang
akrab, dialogis dan partisipatoris.
Materi ini meniti beratkan pada
pengenalan secara umum
terhadap seluruh materi yang
akan disampaikan, perkenalan
peserta, identifikasi harapan dan
kekhawatiran, kesepakatan
jadwal bimbingan, dan kontrak
belajar.
a) Waktu
90 Menit
b) Tujuan
Tujuannya adalah untuk
membangun suasana
pelatihan yang akrab,
komunikatif, dan
partisipatoris, dam
memetakan latar belakang
peserta bimbingan.
c) Pokok Pembahasan
- Pengisian angket
- Perkenalan, materi
umum dan jadwal
- Harapan,
kekhawatiran dan
aturan main.
52
d) Metode
- Angin Bertiup
- Curah pendapat
- Diskusi
- Presentasi
e) Media
- Instrument Pre-test
- Kertas
- Spidol
- Papan tulis
Batu seukuran kepala
tangan.
f) Langkah-langkah
- Pembuka (10 Menit)
- Langkah I:
Perkenalan (30 Menit)
- Langkah II: Materi
Umum dan jadwal (25
Menit)
- Langkah III: Harapan,
kekhawatiran, dan
kontrak belajar (25
Menit)
2) Sesi kedua, mempersiapkan
perkawinan kokoh menuju
keluarga sakinah. Materi ini
mengajak peserta untuk
memaknai status yang melekat
pada setiap manusia sebagai
53
hamba Allah dan amanah sebagai
Khalifah di muka bumi termasuk
dalam kehidupan perkawinan dan
keluarga. Perkawinan dan
keluarga mesti mempunyai
tujuan yang sejalan dengan cita-
cita jangka panjang ketika
menghadap Ilahi di Akhirat
kelak, dan dikelola sesuai dengan
status dan amanah yang melekat
pada manusia. Dengan tujuan
peserta mampu merumuskan
cita-cita tertinggi hidup,
mengaitkannya dengan tujuan
jangka panjang dan pendek
perkawinan, serta
mewujudkannya selaras dengan
status sebagai hamba Allah dan
khalifah di muka bumi.
3) Sesi ketiga, mengelola dinamika
perkawinan dan keluarga. Materi
ini mengajak peserta
mengeksplorasi ciri kehidupan
perkawinan yang sukses dan
yang gagal, sehingga dapat
menyimpulkan tantangan dalam
kehidupan berkeluarga. Setelah
itu, peserta akan belajar
komponen penting dalam
54
hubungan pasangan, dan tahap
perkembangan hubungan
pasangan suami istri, penghancur
hubungan dan pembangun
hubungan, serta halhal penting
untuk membangun perkawinan
yang baik. Tujuan materi ini
adalah peserta mengenali hal-hal
terpenting di dalam perkawinan
bagi dirinya dan bagi
pasangannya, peserta memiliki
kesadaran diri dan kesadaran
sosial yang terkait dengan
dinamika perkawinan, peserta
memahami perspektif Islam
tentang dinamika hubungan
keluarga, komponen hubungan
perkawinan, tahap perkembangan
hubungan dalam perkawinan,
sikap penghancur hubungan, dan
sikap pembangun hubungan.
4) Sesi keempat, memenuhi
kebutuhan keluarga. Sesi ini akan
mengajak peserta untuk
mengidentifkasi dan memahami
jenis-jenis kebutuhan dalam
membangun keluarga yang
sakinah, mawaddah dan rohmah.
Pengetahuan ini merupakan
55
langkah awal yang penting agar
kedua pihak memiliki
pemahaman yang sama, sehingga
mampu menyusun beberapa
langkah alternatif untuk tujuan
pemenuhan kebutuhan keluarga
tersebut. Untuk memperkuat
kemampuan ini, peserta juga
akan melakukan refleksi diri
untuk menyadari potensi dan
sumber daya yang dimiliki oleh
diri dan calon pasangannya.
Dengan demikian, kedua calon
pasangan suami istri dapat
memahami cara mengatur
strategi dalam menyelesaikan
berbagai kendala dan problem
dalam pemenuhan kebutuhan
keluarga, termasuk pembagian
peran dan tugas di antara
keduanya.
Sedangkan tujuannya
adalah peserta mampu
mengidentifikasi jenis jenis
kebutuhan keluarga, peserta
mampu memahami peran dan
tugas yang harus dibagi dalam
upaya pemenuhan kebutuhan
keluarga, peserta memiliki
56
beberapa langkah alternatif
dalam pemenuhan kebutuhan
keluarga yang direfleksikan
dengan situasi terkini yang
keduanya miliki saat ini, peserta
memahami dalam pemenuhan
kebutuhan keluarga diperlukan
bekerjasama suami istri sebagai
satu team work (tim kerja)
dengan visi misi yang dipahami
bersama.35
b. Hari Kedua
1) Sesi pertama, menjaga kesehatan
reproduksi keluarga. Kesehatan
Reproduksi merupakan salah satu
pilar keluarga sakinah yang turut
menentukan kebahagiaan dan
masa depan keluarga. Apabila
terganggu, maka kehidupan
keluarga dapat mengalami
masalah, bahkan jika sampai
terjadi kematian maka bangunan
keluarga terancam koyak. Oleh
karenanya, sejak dini para calon
pengantin perlu dibekali

35
Alissa Qotrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan
Calon Pengantin, (Jakarta: Puslitbang Bimas Agama dan Layanan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2016), hal.
18-53
57
pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi keluarga, dan relasi
hubungan seksual dalam Islam
sehingga setara dan bermartabat.
Dengan demikian, calon
pengantin sama-sama memahami
bahwa tanggung jawab kesehatan
reproduksi keluarga merupakan
tanggung jawab bersama.
Materi ini bertujuan agar
peserta mampu memahami
konsep Kesehatan Reproduksi
keluarga dan peserta Memiliki
keterampilan untuk
mendiskusikan hal-hal terkait
kesehatan reproduksi secara
terbuka dengan calon suami/
istrinya
2) Sesi kedua, menyiapkan generasi
berkualitas. Materi ini mengajak
peserta mengeksplorasi
pemikiran dan harapan mereka
tentang anak-anak dalam
keluarga mereka, dan
menyelaraskannya dengan
konsep dan prinsip
perkembangan anak secara
Islami. Peserta mengeksplorasi
mengenai peran, tugas, dan
58
kewajiban orangtua, juga
tantangan dan kesalahpahaman
umum. Pada bagian terakhir,
peserta membuat kesepakatan
Kami Kompak dengan pasangan
mengenai hal-hal yang mereka
harapkan dan akan mereka
terapkan dalam pengasuhan anak
nantinya.
Tujuan materi ini adalah
peserta memahami prinsip
perkembangan anak dan pola
pengasuhan anak dalam Islam,
peserta memiliki kesadaran diri
atas perannya sebagai orangtua,
peserta memiliki kesepakatan
dengan pasangan mengenai
prinsip pengasuhan anak yang
akan diterapkan dalam keluarga.
3) Sesi ketiga, mengelola konflik
dan membangun ketahanan
keluarga. Materi ini menguatkan
pengetahuan peserta tentang
tantangan yang semakin
kompleks, baik di dalam maupun
di luar keluarga. Sesi ini juga
melatih bagaimana pasangan
suami-istri bisa mengelola
perbedaan secara dinamis,
59
membangun kesepakatan-
kesepakatan dalam
menghadapinya, dan
mengenalkan bagaimana cara
merespon tantangan-tantangan
tersebut, terutama dengan
menumbuhkan karakter diri yang
tangguh, bertanggung jawab,
mawas diri, demokratis, dan
fleksibel.
Pada materi ini, bertujuan
agar peserta mengenali sumber-
sumber konflik dan bagaimana
mengelolanya dalam kehidupan
rumah tangga yang dinamis,
peserta mengenali dan mampu
mengantisipasi tantangan di
dalam dan di luar keluarga yang
mengancam ketahanan keluarga,
peserta dapat membentengi diri
dari berbagai kemungkinan yang
dapat meruntuhkan keutuhan
keluarga.
Sebelum ditutup, peserta
Bimbingan Perkawinan dibagi
menjadi dua kelompok. Masing-
masing kelompok akan
berdiskusi tentang cara
mengelola konflik dan
60
membangun ketahanan keluarga
berdasarkan kasus yang berbeda.
Masing-masing anggota
kelompok akan mendiskusikan
fakta-fakta dalam kasus serta
menganalisisnya. Setelah itu, ada
perwakilan dari kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
yang akan ditanggapi oleh
kelompok lain dan juga
narasumber.
4) Sesi keempat, refleksi dan
evaluasi. Sesi ini merupakan sesi
terakhir dari proses bimbingan
perkawinan. Dalam sesi ini,
peserta diajak melakukan refleksi
tentang dampak dari proses
bimbingan perkawinan pada
persiapan mental mereke menuju
perkawinan. Selain itu, peserta
juga diajak melakukan evaluasi
terhadap proses bimbingan, baik
secara substansi maupun teknis
agar bisa dijadikan dasar
peningkatan layanan bimbingan
perkawinan selanjutnya.
Pada sesi terakhir ini
bertujuan agar peserta mampu
menilai tingkat kesiapan mental
61
dirinya, maupun kesiapan
bersama calon suami atau istri
sebagai pasangan untuk menikah
dan membangun keluarga
sakinah, peserta mampu
merumuskan hal-hal baru dan
hal-hal yang perlu diperbaiki
dalam proses bimbingan, baik
secara substansi maupun teknis.
Bimbingan Perkawinan
ini diharapkan mampu
mengantarkan tujuan bimbingan
dan memberikan manfaat yang
kongkrit pada calon pasangan
suami istri dalam menyiapkan
perkawinan yang kokoh dan
mewujudkan keluarga sakinah,
mawaddah, warahmah.
a) Pokok Bahasan
- Refleksi diri dan
pasangan
- Evaluasi proses
bimbingan
b) Metode
- Menggambar
- Curah pendapat,
- Mengisi kuesioner
- Mengisi angket.
c) Waktu
62
90 Menit
d) Media
- Pulpen atau alat tulis
lainnya
- Buku atau kertas
lainnya
- Instrument post-test
- Instrument evaluasi
- Spidol
e) Langkah-langkah
- Pembuka (20 Menit)
- Langkah I: Refleksi
diri dan pasangan (40
Menit)
- Langkah II: Evaluasi
Proses (20 Menit)
- Penutup (10 Menit)36
Setelah mengikuti bimbingan
perkawinan, Kementrian Agama akan
memberikan tanda bukti kelulusan
berupa sertifikat yang digunakan untuk
syarat pencatatan pernikahan, maka
bimbingan perkawinan bagi calon
pengantin ini wajib diikuti oleh seluruh
calon pengantin dikarenakan sertifikat

36
Alissa Qotrunnada Munawaroh, dkk, Modul Bimbingan Perkawinan
Calon Pengantin, (Jakarta: Puslitbang Bimas Agama dan Layanan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2016), hal.
69-130
63
dari bimbingan perkawinan merupakan
syarat yang akan dilampirkan pada
pencatatan perkawinan. Tidak semata
pemberian sertifikat, melalui bimbingan
perkawinan ini juga diharapkan para
calon pengantin benar-benar meresapi
dan siap dalam menjalani pernikahannya
secara bertanggung jawab yang
diharapkan juga dapat menguatkan
kembali ketahanan keluarga sebagai
salah satu pilar pembangunan di
Indonesia.
C. Kendala Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan
Dari pihak KUA sendiri terdapat beberapa
kendala yang membuat bimbingan tidak bisa berjalan
dengan lancar terus menerus, salah satunya kendala
biaya penyelenggaraan bimbingan perkawinan, bapak
Rasid selaku kepala KUA mengatakan:
“Faktor penghambat bimbingan perkawinan
salah satunya adalah kurangnya dana dari pemerintah
untuk kegiatan bimbingan perkawinan, jika ada dana
maka bimbingan perkawinan akan terus dilakukan
tetapi jika tidak ada dana maka bimbingan tidak akan
dilakukan, dan itu juga tergantung ketersediaan buku
modul. Jika dana tidak ada bimbingan bisa dilakukan
secara mandiri oleh pihak KUA Besuki.”37

37
Hasil wawancara dengan Bapak Rasid (Kepala KUA Besuki) pada
tanggal 17 Mei 2022, pukul: 09:00
64
Selain masalah biaya terdapat juga faktor lain
seperti tidak mendapatkan izin dari tempat kerja untuk
mengikuti bimbingan perkawinan, bapak Rasid
mengatakan:
“Sosialiasasi bimbingan perkawinan sudah
dilakukan oleh pihak KUA, baik sosialisasi melalui
Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, dan sosialisasi
saat melakukan pendaftaran, sosialisasi saat sedang
diadakan perkawinan, tetapi tetap saja ada beberapa
perserta bimbingan perkawinan yang tidak dapat
mengikuti kegiatan karena selama ini kebanyakan
pasangan yang menikah merupakan seorang pekerja
baik itu yang bekerja didalam kota maupun luar kota
maupun luar negeri, dan terkadang sulit untuk
mendapatkan cuti kerja terutama untuk mengikuti
bimbingan perkawinan.”38
Bagi yang berhalangan hadir harus ada
pemberitahuan atau izin dari desa atau instansi tempat
bekerja, rumah sakit apabila calon pengantin sedang
dalam kondisi sakit yang diserahkan pada pihak KUA.
Bimbingan perkawinan juga tidak akan dilakukan
apabila peserta kurang dari 10-15 pasang calon
pengantin

38
Hasil wawancara dengan Bapak Rasid (Kepala KUA Besuki) pada
tanggal 17 Mei 2022, pukul: 11: 05
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bimbingan perkawinan merupakan program dari
Kementrian Agama yang diselenggarakan oleh
KUA disetiap kecamatan salah satunya yaitu
Kecamatan Besuki. Tujuan dari implementasi
program bimbingan perkawinan yang dilakukan
oleh KUA Besuki bertujuan untuk memberikan
pembelajaran atau bekal tentang kehidupan
rumah tangga setelah menikah dan bagaimana
menjalani rumah tangga agar tetap sakinah,
mawaddah, warahmah.
Dari berbagai materi yang disampaikan
terdapat beberapa hal yang dapat dipraktekkan
dengan baik setelah menjalani kehidupan
berumah tangga seperti mencari nafkah,
melayani suami, menjaga komunikasi yang baik
adalah hal utama yang harus tetap terjaga dalam
kehidupan rumah tangga. Karena dengan adanya
komunikasi, saling pengertian satu sama lain
baik pembagian peran antar suami isteri dan
penyelesaian konflik yang terjadi dalam rumah
tangga dapat diatasi dengan baik.
2. Berikut beberapa kendala yang terjadi dalam
pelaksanaan bimbingan perkawinan:
a. Minimnya dana yang tersedia untuk
melakukan bimbingan perkawinan

66
b. Beberapa dari calon pengantin
berhalangan hadir karena kontrak kerja
yang tidak diizinkan untuk cuti
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis di KUA Kecamatan Besuki,
dengan segenap kerendahan hati penulis akan
menyampaikan saran-saran mengenai bimbingan
perkawinan dalam mewujudkan keutuhan rumah
tangga.
1. Kepada pihak KUA lebih mensosialisasikan
pentingnya bimbingan perkawinan sebelum
menikah yang dilakukan oleh KUA Besuki serta
menjelaskan tujuan diadakannya bimbingan
perkawinan tersebut.
2. Akan lebih baik jika dari KUA memberikan
surat rekomendasi mengikuti bimbingan
perkawinan bagi para peserta bimbingan
perkawinan yang masih bekerja agar mereka
bisa mengikuti bimbingan perkawinan tersebut
sampai selesai.
3. Kepada para calon pengantin yang hendak
mengikuti bimbingan perkawinan agar bisa
lebih memperhatikan apa yang disampaikan
oleh pihak pemateri karena materi-materi yang
disampaikan pasti ada yang bisa dijadikan
pembelajaran saat sudah masuk kehidupan
rumah tangga terutama saat menghadapi konflik
keluarga.
67
DAFTAR PUSTAKA
Akbarjono, Ali dan Ellyana. 2019. Modul Bimbingan untuk
Calon Pengantin. Bengkulu: Penerbit CV Zigie Utama
Andri, Muhammad. 2020. Implementasi Bimbingan
Perkawinan sebagai Bagian dari Upaya Membangun
Keluarga Muslim yang Ideal. Adil Indonesia Jurnal.
Vol. 2 No. 2 (Juli)
Asy’ary, Ikna Farid. 2017. Peran BP4 Kecamatan Margainta
Kota Bandung dalam Menanggulangi Tingginya Angka
Perceraian, Jurnal Keluarga Islam. Vol. 2 No.3
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial : Format-
Format Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya:
Universitas Airlangga
Dimyati, Ahmad. 2005. Upaya BP4 KUA Kecamatan
Cibarusah Kabupaten Bekasi dalam Mengurangi
Perkawinan di Bawah Umur. Jurnal Hukum Keluarga
Islam. Vol. 1 No. 1
Fauzia, Siti. 2019. Mewujudkan Keluarga Sakinah melalui
Bimbingan Pranikah. Oetoesan Hindia: Telaah
Pemikiran Kebangsaan. Vol. 1 No. 1
Fauziyah, Nur. 2017. Bimbingan Pranikah bagi Calon
Pengantin dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah.
Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling dan
Psikoterapi Islam. Vol. 5 No. 4
Febrini, Deni. 2020. Bimbingan dan Konseling. Bengkulu: CV
Brimedia Global
Firdaus, Yusuf. 2019. Evektivitas Bimbingan Perkawinan di
KUA Citeureup dalam Menjaga Keutuhan Rumah
Tangga. MIZAN: Journal of Islamic Law. Vol. 3 No. 1
68
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta: Media Grafika
J, Lexy. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Jalil, Abdul. 2019. Implementasi Program Bimbingan
Perkawinan bagi Calon Pengantin di KUA Kecamatan
Cilandak Kota Jakarta Selatan. Jurnal Diklat Teknis
Pendidikan dan Keagamaan. Vol. 7 No. 2 (Desember)
Kuzari, Ahmad. 1995. Nikah Sebagai Perikatan. Yogyakarta:
Raja Grafindo Persada
Mardani. 2011. Hukum Perkawinan Islam: di Dunia Islam
Modern. Yogyakarta: Graha Ilmu
Munawaroh, Alissa Qotrunnada, dkk. 2016. Modul Bimbingan
Perkawinan Calon Pengantin. Jakarta: Puslitbang
Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang
dan Diklat Kementrian Agama RI
Nasution, Henni Syafriana. 2019. Bimbingan Konseling,
Konsep, Teori dan Aplikasinya. Medan: Cendekia
LPPPI
Nur, Djamaan. 1993. Fiqih Munakahat. Semarang: CV Toha
Putra Group
Rohmaniah, Nur. 2015. Studi Komparasi Bimbingan
Perkawinan bagi Calon Pengantin Sebagai Upaya
Mencegah Percaraian. Skripsi. Jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Walisongo Semarang
Sudarsono. 2010. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta:
Rineka Cipta

69
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Supardi. 2006. Metodologi Penelitian. Mataram : Yayasan
Cerdas Press
Syarifuddin, Amir. 2004. Hukum Perkawinan Islam di
Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Tahir, Muhammad. 2018. Evektivitas Kursus Calon Pengantin
dalam Menekan Perceraian di Wilayah Kerja KUA
Kecamatan Batukliang. Jurnal MUSAWA. Vol. 17 No.
1
Yuswandi, Nunun. 2007. Pola Pembinaan BP4 dalam
Mengurangi Angka Perceraian di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang. Jurnal Hukum Syari’ah. Vol. 3
No. 2
Zaini, Ahmad. 2015. Membentuk Keluarga Sakinah Melalui
Bimbingan dan Konseling Pernikahan, Konseling
Religi. Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Vol. 6 No. 1
(Juni)
Zulfikri. 2021. Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin:
Upaya Mewujudkan Ketahanan Keluarga Nasional.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam. Vol. 5 No. 2
(November)

70
LAMPIRAN
A. Dokumentasi Kegiatan
1. Dokumentasi bersama Kepala KUA Besuki

2. Dokumentasi SOP KUA Besuki

71
B. Surat keterangan telah melakukan penelitian

72

Anda mungkin juga menyukai