Anda di halaman 1dari 12

TAYAMUM

BACA TULIS QUR’AN

Dosen Pengampu : Fatul Khoir,.M.Pd.I

Nama Kelompok 6 :

1. Dwike Andhika Berliana (SR172110056)

2. Edi Arianto (SR172110042)

3. Megawati (SR172110037)

4. Yuli Rahma Wati (SR172110060)

S1 REGULAR KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2017/2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang


masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “TAYAMMUM” dengan tepat waktu. Tidak
lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Fiqih yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua
yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim kelompok
6 yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah BTQ dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai, apa sebenarnya yang dimaksud dengan tayammum dan
bahkan sampai dengan tata cara bertayammum itu sendiri.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap


makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim
penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading
yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Pontianak, 20 Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Tayammum 3
B. Dalil Pensyariatannya 3
C. Kekhususan Tayammum bagi Umat Islam 3
D. Syarat-syarat Tayammum 4
E. Sunnah Tayammum 4
F. Rukun Tayammum 4
G. Batasan tayammum 6
H. Hal-hal yang membatalkan tayammum 6
I. Cara Bertayammum 7
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diriwayatkan dari hadis Aisyah ia bercerita : Kami keluar bersama Nabi


SAW. dalam suatu perjalanan beliau hingga sesampai kami disebuah padang
terbuka, kalung milikku terputus (dan jatuh). Guna mencarinya Nabi SAW. dan
orang-orang yang bersamanya menginap ditempat tersebut padahal mereka tidak
berada ditempat yang berair dan mereka pun tidak membawa persediaan air.
Orang-orang lalu mendatangi Abu Bakar r.a. dan berkata, “Tidakkah kamu lihat
apa yang telah Aisyah buat ?” Abu bakar bergegas datang (ketenda Nabi SAW),
sementara beliau tengah tertidur diatas pangkuanku.Ia langsung mencercaku
(menyalahkanku) dan mengatakan apa saja yang ia katakan, bahkan sempat
menamparkan tangannya ke pinggangku. Tidak ada yang menghalangiku untuk
bergerak kecuali karena posisi Rasulullah SAW. diatas pahaku. Beliau tetap tidur
dan jelang pagi dalam keadaan tanpa air. Allah SWT. Pun menurunkan ayat
tayammum, “Maka bertayammumlah kalian”. Zaid Bin Hudhair mengatakan :
Inilah berkah pertamamu, wahai keluarga Abu Bakar. Aisyah melanjutkan : Kami
mengutus rombongan dengan unta yang sebelumnya aku tumpangi dan ternyata
kami menemukan kalung tersebut berada di bawahnya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Pengertian tayammum
2. Dalil pensyariatannya
3. Kekhususan tayammum bagi ummat Islam
4. Syarat-syarat tayammum
5. Sunah tayammum
6. Rukun Tayammum
1
7. Batasan penggunaan tayammum
8. Hal-hal yang membatalkan tayammum
9. Cara bertayammum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tayammum
Menurut arti bahasa, tayammum berarti menyengaja. Sedangkan
menurut terminologi syara’, ia berarti menyengajakan diri menyentuh
debu yang suci untuk mengusap wajah dan kedua tangan dengan sekali
atau dua kali sentuhan, dengan niat agar memperoleh kebolehan
melakukan sesuatu yang sebelumnya terhalang oleh adanya hadats, bagi
orang yang tidak menemukan air atau takut adanya bahaya apabila
menggunakannya.
B. Dalil pensyariatannya
Tayammum di tetapkan berdasarkan Alquran, sunnah, dan ijma’.
Dalil dari Alquran adalah firman Allah SWT.
‫تيممو ا‬KK‫دواماء ف‬KK‫اء فلم تج‬KK‫تم ا لنس‬KK‫ا ءط لمس‬KK‫وان كنتم مر ضى أوعلى سفر أوجاء أحد منكم من الغ‬
‫صعيد ا طيبا فامسح وابوجو هكم وأيد يكم إن هللا كا ن عفواغفور‬
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari
tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu
tidak mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah maha pemaaf
lagi maha pengampun”. (Q.S An-Nisa’ (4): 43)
Sedangkan dari sunnah adalah hadis narasi Jabir di bawah nanti.
Sementara dari ijma’ para ulama telah sepakat secara bulat bahwa
tayammum disyariatkan sebagai pengganti wudhu dan mandi dalam
kondisi-kondisi tertentu.
C. Kekhususan Tayammum bagi Ummat Islam
Tayammum merupakan keistimewaan yang diberikan pada umat ini,
merujuk narasi hadis Jabir, bahwasanya Nabi SAW bersabda :
“Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelumku :
3
Aku dimenangkan dalam teror ketakutan yang sudah menyergap musuh
dalam jarak satu bulan perjalanan, bumi dijadikan sebagai masjid dan
media bersuci untukku, siapapun dari umatku yang medapati shalat maka
shalatlah, dihalalkan untukku harta-harta rampasan perang sementara ia
tidak halal bagi seorang pun sebelumku, dan aku diberi hak syafaat ; dan
jika Nabi (lainnya) diutus ditengah kaumnya saja, maka aku diutus untuk
segenap manusia.
D. Syarat-syarat Tayammum
Tayammum itu diperbolehkan dengan syarat-syarat dibawah ini :
1. Tidak ada air, dan telah berusaha mencarinya kesana kemari
namun tidak dijumpainya.
2. Berbahaya sekali bila menggunakan air, misalnya sakit yang
apabila menggunakan air dapat kambuh sakitnya dan sebagainya.
3. Telah memasuki waktu shalat
E. Sunah Tayammum
Sunah dalam tayammum ada 3 perkara, yaitu :
1. Membaca basmalah
2. Mengucapkan dua kalimat syahadat
3. Mengusap muka dari bagian atas
4. Mendahulukan anggota kanan dari yang kiri
5. Menipiskan tanah ditangan dengan cara meniup
6. Berurutan (tidak diselingi apapun)
7. Menghadap kiblat
F. Rukun Tayammum
Rukun tayammum ada 4 perkara yaitu :
1. Niat
2. Mengusap muka
3. Mengusap kedua tangan sampai siku
4. Tertib
4
Keharusan niat dengan adanya hadis :

‫إنمااألعمابا نية‬

Artinya : “Semua perbuatan itu dengan niat (tergantung dengan


niatnya). (H.R Bukhari dan Muslim)”.

Dalam bertayammum tidak cukup berniat menghilangkan hadas


saja, sebab tayammum tidak menghilangkan hadas, sesuai hadis
Nabi kepada temannya. Nabi bersabda kepadanya :

‫بأ صحا بك وأنت جنب أصلت‬

Artinya : “ Apakah kamu shalat bersama sahabatmu sedang kamu


janabah ? (H.R. Ahmad dan Abu Daud).

Jadi dalam bertayammum harus berniat untuk bolehnya shalat

Keharusan mengusap muka dalam dalil firman Allah :

‫فآ مسحوابوجوهكم وأيديكم‬

Artinya : “Maka sapulah mukamu dengan tanganmu”. (Q.S Nisa’ :


43)

Sedang keharusan mengusap kedua tangan sampai siku,


berdasarkan sabda Rasulullah SAW :

‫ ضر بة للو جه وضر بة لليد ين إلى ا لمرفقين‬: ‫التيمم ضر بتا ن‬

Artinya : “Tayammum itu dua tepukan, satu tepukan umtuk muka


dan satu lagi untuk kedua tangan sampai siku”.

5
Tertib, yaitu dengan mendahulukan muka kemudian tangan, baik tayammum
untuk wudhu maupun untuk janabah. Kalau tayammum, sedang ditangan ada
najisnya, maka najis itu dihilangkan terlebih dulu setelah bersih (suci) baru
tayammum.

G. Batasan Penggunaan Tayammum


Sekali bertayammum hanya dapat dipakai untuk satu shalat fardu
saja, meskipun belum batal. Akan tetapi kalau belum digunakan untuk
shalat sunnah beberapa kali, cukup dengan tayammum sekali saja.
Bagi seseorang yang salah satu anggota wudhunya itu diperban
(dibebat), maka cukuplah bebat atau perbannya itu saja yang diusap
dengan air atau dengan debu tayammum, kemudian itu barulah ia
mengerjakan shalat.
H. Hal-hal yang Membatalkan Tayammum
Sebagai pengganti wudhu, segala hal yang membatalkan wudhu
juga membatalkan tayammum, ditambah keberadaan air secara factual
bagi orang yang tidak menemukan air, dan kemampuan menggunakan air
bagi orang yang sebelumnya tidak mampu.
Kedua hal ini dapat membatalkan tayammum jika terjadi sebelum
shalat. Adapun jika seseorang shalat dengan menggunakan tayammum,
kemudian ia menemukan air atau mampu menggunakannya, dan hal itu
terjadi setelah selesai shalat, maka ia tidak wajib mengulang shalatnya
meskipun waktu shalat masih ada. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-
Khudri, ia bercerita : Ada dua orang laki-laki yang bepergian dalam suatu
perjalanan, lalu masuk waktu shalat, sementara keduanya tidak membawa
persediaan air. Keduanya pun bertayammum dengan debu yang suci, lalu
shalat. Kemudian mereka menemukan air. Karena masih ada waktu, salah
satu diantara mereka lantas berwudhu dan mengulang shalatnya, sementara
yang lain tidak.
6
Kemudian mereka menghadap Nabi SAW. Dan melaporkan hal
tersebut. Kepada orang yang tidak mengulang, beliau bersabda, “Kamu
mendapat suatu sunnah dan shalatmu sudah mencukupi.” Sementara pada
orang yang mengulangi beliau bersabda, “Bagimu pahala dua kali”.
Sedangkan jika menemukan air dan mampu menggunakannya
setelah masuk pelaksanaan shalat namun belum sampai menyelesaikannya
maka tayammumnya menjadi batal dan ia wajib bersuci dengan
menggunakan air.
I. Cara Bertayammum
Cara bertayammum itu tidak seperti kita mengerjakan wudhu. Adapun
cara bertayammum adalah sebagai berikut :
1. Berniat dalam hati
2. Menepukkan kedua telapak tangan ke bumi dengan sekali tepukan.
3. Meniup atau mengibaskan debu dari dua telapak tangan jika
memang diperlukan, sebagaimana dalam riwayat lain:
َ ْ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِ َكفَّ ْي ِه األَر‬
«‫ َونَفَخَ فِي ِه َما‬،‫ض‬ َ ‫ب النَّبِ ُّي‬ َ َ‫»ف‬
َ ‫ض َر‬
"Beliau lalu menepukkan kedua tangannya pada tanah dan
meniupnya". [HR. Al-Bukhari]
4. Mengusap wajah terlebih dahulu, lalu mengusapkan punggung
telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan mengusap punggung
telapak tangan kiri dengan tangan kanan. Atau boleh juga
mengusap telapak tangan terlebih dahulu, kemudian baru
setelahnya mengusap wajah.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut arti bahasa, tayammum berarti menyengaja. Sedangkan menurut
terminologi syara’, ia berarti menyengajakan diri menyentuh debu yang
suci untuk mengusap wajah dan kedua tangan dengan sekali atau dua kali
sentuhan, dengan niat agar memperoleh kebolehan melakukan sesuatu
yang sebelumnya terhalang oleh adanya hadats, bagi orang yang tidak
menemukan air atau takut adanya bahaya apabila menggunakannya.
Rukun tayammum ada empat perkara yaitu : niat, mengusap muka,
mengusap kedua tangan sampai siku, dan tertib.
Sekali bertayammum hanya dapat dipakai untuk satu shalat fardu saja,
meskipun belum batal. Akan tetapi kalau belum digunakan untuk shalat
sunnah beberapa kali, cukup dengan tayammum sekali saja. Bagi
seseorang yang salah satu anggota wudhunya itu diperban (dibebat), maka
cukuplah bebat atau perbannya itu saja yang diusap dengan air atau dengan
debu tayammum, kemudian itu barulah ia mengerjakan shalat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fatah Idris Abdullah, Abu Ahmad.2004.Fiqih Islam.Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Ibadah dan Qira’ah, Tim Praktikum. 2012. Praktikum Ibadah dan Qira’ah.
Makassar.

Muhammad Azzam, Abdul Aziz.2010.Fiqh Ibadah.Jakarta : Amzah.

Mz,Labib.2000.Rangkuman Shalat Lengkap. Surabaya : Bintang Usaha Jaya.

[1] Abdul Aziz Muhammad Azzam,Fiqh Ibadah(Jakarta,2010)hlm.99.

[2] Ibid.

[3] Ibid.hlm.100.

[4] Ust.Labib Mz,Rangkuman Shalat Lengkap(Surabaya,2000).hlm.44.

iv

Anda mungkin juga menyukai