Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA

IBADAH

Semester I

Disusun Oleh :

Elsi Berliani Putri (181321005)


Isti Fauziah (181321015)

Teknik Listrik – 1A

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas Kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam
tentang ibadah ini, baik dalam segi pengertian , tujuan, macam-macam, syarat-syarat , dan Hikmah
dijelaskan dengan baik.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung. Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada :
1. Deden Syarif, M.Ag , selaku dosen dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Dan Rekan – rekan yang telah memberi semangat untuk penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penuis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam hal menulis
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ibadah dalam Pendidikan Agama Islam ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca khususnya penulis.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang masalah ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahasan .............................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan .......................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5
BAB III RANGKUMAN ................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seringkali dan banyak di antara kita yang menganggap ibadah itu hanyalah sekedar
menjalankan rutinitas dari hal-hal yang dianggap kewajiban, seperti sholat dan puasa. Sayangnya,
kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian kepada Tauhid terlebih dahulu.
Mengapa ? keduanya berkaitan erat, karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa memahami
konsep ibadah dengan sebenar-benarnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Ibadah adalah suatu istilah yang
mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun
perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir)”.
Dari definisi singkat tersebut, maka secara umum ibadah seperti yang kita ketahui di antaranya
yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa, dan melaksanakan haji. Selain ibadah pokok
tersebut, hal-hal yang sering kita anggap sepele pun sebenarnya bernilai ibadah dan pahalanya
tidak dapat diremehkan begitu saja, misalnya :
 Menjaga lisan dari perbuatan dosa, misalnya dengan tidak berdusta dan mengumbar fitnah,
mencaci, menghina atau pun melontarkan perkataan yang bisa menyakiti hati.
 Menjaga kehormatan diri dan keluarga serta sahabat.
 Mampu dan bersedia menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung
jawab.
Maka dari banyaknya kepentingan tersebut kami akan mengingatkan betapa pentingnya
ibadah tersebut dalam kehidupan, karena ibadah adalah sesuatu hal yang sangat dekat
dengan kita dan dilakukan hampit setiap harinya.

1
1.2 MASALAH RUMUSAN

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini
adalah mengenai Ibadah dalam Agama Islam. Maka dalam makalah ini masalahnya
dibatasi pada :
1. Apa pengertian ibadah?
2. Apa tujuan dan hakikat dari ibadah?
3. Apa saja macam-macam ibadah?
4. Bagaimana syarat diterimanya ibadah?
5. Apa Hikmah dari beribadah yang kita lakukan?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

Pada dasarnya tujuan penulisan atau penyusunan makalah Pendidikan agama Islam
tentang Ibadah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dan tujuan khusus dari penulisan makalah
ini adalah untuk membahas tentang Ibadah sendiri karena ibadah adalah hal yang palinng
dekat dengan lingkungan kita, ivadah juga merupakan hal terpenting yang harus
diutamakan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya ibadah maka kitatidak memiliki
arah dan tujuan hidup di dunia ini.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pemahaman mengenai makalah ini, penyusunan dan pembahasan yang
berhubungan dengan makalah ini disusun secara sistematis yang terbagi dalam tiga bab, yaitu:

2
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, masalah rumusan yang dibahas, tujuan
umum dan tujuan khusuh dari pembuatan makalah ini dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN
Bab ini Membahas mengenai pengertian ibadah dari berbagai sudut pandang, tujuan
dan hakikat dari ibadah, macam-macam ibadah, syarat-sayrat diterimanya ibadah
dan hikmah yang di dapat dari ibadah-ibadah yang kita lakukan.
.
BAB III RANGKUMAN
Membahas mengenai kesimpulan dari isi makalah secara keseluruhan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN IBADAH

Ibadah mengandung banyak pengertian berdasarkan sudut pandang para ahli dan maksud yang
dikehendaki masing-masing ahli pun juga berbeda.
 Menurut kamus istilah fiqih, ibadah adalah memperhambakan diri kepada Allah dengan
taat melaksanakansegala perintah dan anjuran-Nya, serta menjauhi larangan-Nya karena
Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. “Orang
beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada
Allah SWT”.
 menurut Hasby Ash Shiddieqy yaitu “perantara bukan tujuan, maksudnya adalah perantara
seorang hamba untuk menuju Rabbnya”.
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah AWT,
tidak kepada yang lainnya. Manusia hanyalah hamba Tuhan yang harus patuh dan taat atas perintah
dan menjauhi larangannya. Seirama dengan Qs. Al-Dzariyat: 56.
Ibadah juga berfungsi untuk memenuhi perintah kepada Allah dan sebagai jalan untuk
mendekatkan diri kita kepada Allah.

1.2 TUJUAN IBADAH

Tujuan ibadah adalah menghambakan diri kepada Allah Swt dan mengkonsentrasikan niat
kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan ini seseorang akan mencapai derajat
yang tinggi di akhirat. Sedangkan tujuan tambahan adalah agar terciptanya kemaslahatan diri
manusia dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, disyari’atkan pada dasarnya
bertujuan untuk menundukkan diri kepada Allah Swt dengan ikhlas, mengingatkan diri dengan
berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari
perbuatan keji dan munkar.

4
Ibadah yang dilakukan para hamba, menurut asy-Syathibi bertujuan:
1. Maqshadan ashliyah; tujuan utama yaitu mendekatkan diri pada Allah Swt.
2. Maqshadan tabi’ah; tujuan sampingan yaitu untuk mendapatkan kebaikan sendiri di dunia
atau bersifat duniawi, contoh keamanan.

Karena manusia diciptakan oleh Allah bukan sekadar untuk hidup di dunia ini, kemudian
mati tanpa pertanggungan jawab begitu saja, tetapi manusia diciptakan oleh Allah hidup di dunia
ini untuk beribadah, yang tujuannya agar manusia mencapai derajat takwa. Sebagaimana firman
Allah dalam surah Al-Baqarah/2 ayat 21, yang artinya :
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa”.

1.3 Hakikat Ibadah

Tujuan diciptakannya manusia di mukabumi ini yaitu untuk beribadah kepada-Nya.Ibadah


dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah adalah sebuah
nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan
atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang dhahir (nyata).
Adapun hakekat ibadah yaitu:
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh
ketundukan dan perendahan diri kepada Allah
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya
4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna
mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya:
mengikuti sunahRasulullah saw.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang dicintai
Allah).
5
6. Takut,maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis
makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang mengisi
waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan melaksanakan perintah
maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan terwujud. Semoga
Allah memberikan taufik dan pertolongan-Nya kepaRabb penguasa jagad raya, bukan menjadi
budak hawa nafsu dan ambisi-ambisi dunia.

1.4 MACAM-MACAM IBADAH

Dalam kaitannya dengan maksud dan tujuan pensyariatannya, ulama fiqih membaginya
kepada tiga macam, yakni:
a. Ibadah Mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah SWT semata,
yakni hubunganvertikal. Ibadah ini hanya sebatas pada ibadah-ibadah khusus. Ciri-ciri
ibadah mahdah ini adalah semua ketentuan dan aturan pelaksanaanya telah ditetapkan
secara rinci melalui penjelasan-penjelasan AlQur’an dan Hadis. Ibadah mahdah semata-
mata hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
b. Ibadah Ghoiru Mahdah ialah ibadah yang tidak hanya menyangkut hubungan dengan Allah
SWT, tetapi juga berkaitan dengan sesama makhluk (habl min Allah wa hablu minannass),
disamping hubungan vertikal juga ada hubungan horisontal. Hubungan sesama makhluk
disini tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia melainkan juga hubungan
manusia dengan lingkungannya.
c. Ibadah Zi al wajhain adalah ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu mahdah dan
ghoiru mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuan pensyariatannya dapat
diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui.

6
Dilihat dari segi ruang lingkupnya ibadah dapat dibagi kepada dua macam yaitu:
a. Ibadah khassah, yakni ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus
ditetapkan oleh nash, seperti shalat, zakat, puasa, haji dan lain sebagainya.
b. Ibadah ‘ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan
semata-mata karena Allah SWT (ikhlas), seperti makan, minum, bekerja, berlaku adil,
berbuat baik kepada orang lain dan sebagainya.

Berdasarkan bentuk dan sifatnya ibadah dibaginya menjadi enam macam di antaranya:
a. Ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti tasbih, tahmid, tahlil, takbir,
membaca kitab suci Al-Qur’an dan lain sebagainya.
b. Ibadah yang berupa perbuatan seperti berjihad di jalan Allah, membela diri dari
gangguan, dan menyelenggarakan urusan jenazah.
c. Ibadah yang berupa penahanan diri dari mengerjakan sesuatu, seperti halnya puasa
yakni menahan diri dari makan, minum, dan yang merusak atau yang membatalkkan
puasa.
d. Ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesuatu pekerjaan, seperti
iktikaf, ber haji, wukuf dan lain-lainnya. Yaitu menahan diri dari jima’ dari yang
merusak ataupun yang membatalkannya.
e. Ibadah yang bersifat mengggugurkan hak, seperti membebaskan orang-orang yang
berhutang, memerdekakan budak dan memaafkan kesalahan orang lain.
f. Ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan seperti halnya shalat.

Untuk mewujudkan ibadah juga membutuhkan fasilitas yang mendukung, maka dari itu
dari dilihat dari segi fasilitasnya ibadah dibagi menjadi beberapa bagian, di antaranya:
a. Ibadah badaniyyah ruhiyyah, yaitu suatu ibadah yang untuk mewujudkannya hanya
dibutuhkan kegiatan jasmani dan rohani, seperti shalat dan puasa.
b. Ibadah maliyyah yaitu ibadah yang mewujudkannya dibutuhkan pengeluaran harta
benda, seperti zakat.

7
c. Ibadah badaniyyah ruhiyyah maliyyah, yakni suatu ibadah yang untuk
mewujudkannya dibutuhkan kegiatan jasmani, rohani dan pengeluaran harta, seperti
haji.

1.2 SYARAT DITERIMANYA IBADAH

Ibadah dalam arti sebenarnya adalah takut dan tunduk sesuai dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh agama.seseorang akan belum sempurna ibadahnya kalau
hanya dilakukan lewat perbuatannya saja,sedangkan perasaan tunduk dah berhina diri
iti belum bangkit dari hati.bukan ibadah yang dikerjakan bukan karena Allah SWT
hanya kerna lain misalnya hanya ingin mendapatkan pujian dari orang banyak berarti
dia telah mempersekutukan Allah SWT

Agar Ibadan Diterima Oleh Allah Swt Kita Harus Bersifat Seperti Berikut:
 Ikhlas
karena Allah semata, bebas dari syirik dan Berkenaan dengan kehendak, niat, sesuatu
yang dimaksudkan, dan mengesakan Allah dalam niat dan ketaatan.
niat itu memiliki dua makna
1) Membedakan ibadah yang satu dengan yang lain.
2) Membedakan maksud dalam mengerjakan satu amal.
 Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
 Meninggalkan riya, artinya beribadah bukan karena malu kepada manusia dan supaya
dilihat oleh orang lain.
 Bermuraqabah, artinya yakin bahwa Allah itu melihat dan selalu ada disamping kita
sehingga kita bersikap sopan kepada-Nya

8
Dalil tentang syarat diterimanya ibadah

Surah Al-Anaam,153:

‫اطي َٰ َهذَا َوأَن‬ َ ‫ت َتقُونَ لَعَل ُك ْم بِ ِه َوصا ُكم َٰذَ ِل ُك ْم‬


ُّ ‫سبِي ِل ِه َعن بِ ُك ْم فَتَفَرقَ ال‬
ِ ‫سبُ َل تَتبِعُوا َو َل فَاتبِعُوهُ ُم ْستَ ِقي ًما‬
ِ ‫ص َر‬

Artinya :

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu

Dalil Al Qur’an dan sekaligus firman allah


“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Allah, maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Allah” (QS. Al Kahfi: 110)

‫ج و لِ ق َ ا َء َر ب ِ ِه ف َ لْ ي َ عْ َم ْل‬ ِ ‫ي أ َن َّ َم ا إ ِ لٰ َ هُ ك ُ ْم إ ِ لٰ َ ه ٌ َو‬
ُ ‫اح د ٌ ۖ ف َ َم ْن كَ ا َن ي َ ْر‬ َّ َ ‫ق ُ ْل إ ِ ن َّ َم ا أ َن َا ب َ ش َ ٌر ِم ث ْ ل ُ ك ُ ْم ي ُو َح ٰى إ ِ ل‬
َ َ ‫ح ا َو ََل ي ُ شْ ِر ْك ب ِ ِع ب َ ا د َ ة ِ َر ب ِ هِ أ‬
‫ح د اا‬ ‫ص ا لِ ا‬َ ‫عَ َم اًل‬

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

9
1.3 Hikmah Melaksanakan Ibadah

Pada dasarnya ibadah membawa seseorang untuk memenuhi perintah Allhah,


bersyukur atas nikmat yang dibverikan Allah dan melaksanakan hak sesama manusia.
Oleh karena itu tidak mesti ibadah itu memberikan hasil dan manfaat kepada manusia
yang bersifat material, tidak pula merupakan hal yang mudah mengetahui hikmah
ibadah melalui kemampuan akal yang terbatas. Ibadah merupakan pengujian terhadap
manusia dalam menyembah Tuhannya. Ini berarti ia tidak harus mengetahui rahasianya
secara terperinci. Seandainya ibadah itu harus sesuai dengan kemampuan akal dan harus
mengetahui hikmah atau rahasianya secara terperinci, tentu orang yang lemah
kemampuan akal untuk mengetahui hikmah tersebut tidak akan melaksanakan atau
bahkan menjauhi ibadah. Ibadah wajib dilaksanakan sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh nabi, karena mereka dapat mengetahui rahasiarahasianya berdasarkan
inspirasi kenabiannya, bukan dengan kemampuan akalnya.

Dari penjelasan mengenai hikmah melaksanakan ibadah diatas, bahwa hikmah


melaksanakan ibadah bertujuan untuk menyembuhkan hati manusia, sebagaimana obat
untuk menyembuhkan badan yang sakit, sebagai contoh ibadah dapaT menyembuhkan
hati manusia, misalnya seseorang yang sedang resah dan gelisah, keresahan dan
kegelisahan dapat disembuhkan dengan shalat. Begitu juga orang yang mempunyai
penyakit tamak atau rakus dalam hal makan dan minum, penyakit tersebut dapat dikurangi
bahkan dapat disembuhkan bila orang tersebut rajin berpuasa. Ibadah juga dapat
menyembuhkan badan yang sakit, yaitu ibadah shalat dapat menyembuhkan penyakit
pegal-pegal pada persendian tubuh atau yang sering disebut dengan rematik, karena
gerakangerakan yang dilakukan dalam shalat menyerupai gerakan olah raga yang dapat
menyehatkan dan melenturkan sendi pada tubuh manusia. “shalat itu membaharui
kepercayaan dan keimanan kepada Allah dan menghidupkan prinsip-prinsip islam yaitu
bersifat amanah berlaku benar, menepati janji dan mengutamakan orang lain”. Dapat kita
pahami bahwa ibadah merupakan jalan perantara untuk mewujudkan hal-hal yang lain,
yaitu kebaikan akhlak dan budi pekerti serta keamanan dan ketentraman.

10
BAB III

RANGKUMAN

Allah telah menyempurnakan agama islam bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini
pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang
harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam.
Dapat disimpulkan bahwa ibadah dalam islam hanya boleh ditujukan kepada Allah AWT,
tidak kepada yang lainnya. Manusia hanyalah hamba Tuhan yang harus patuh dan taat atas perintah
dan menjauhi larangannya. Seirama dengan Qs. Al-Dzariyat: 56.
Ibadah juga berfungsi untuk memenuhi perintah kepada Allah dan sebagai jalan untuk
mendekatkan diri kita kepada Allah.
Seorang hamba yang ibadahnya ingin dikabulkan hendaklah haruis memenuhi 2 syarat yaitu ikhlas
dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

11
DAFTAR PUSTAKA

o Hasby, Falsafah Hukum Islam (hal. 408)


o Ibid (hal. 424-425)
o Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (hal. 862)
o M. Abdul Majieb et. el, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 1995), cet ke-2
o Hasby Ash Shiddiqy, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), hal. 406
o Amir syarifudin ,garis garis besar fiqih (Jakarta kencana 2003)
o Dr. Yusuf qadhawi,konsep ibadah dalam islam.

12

Anda mungkin juga menyukai