SHALAT JAMAAH
Dosen Pengampu
Millata Zamana, MA
Mustafa, S.Pd.I., MA
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah
dengan judul Shalat Jamaah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang
sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1
melanggar aturan Syara, maka rakyat harus mematuhinya.. Bila imam melakukan
perbuatan yang melanggar aturan syarak, maka ia wajib tidak diikuti. Jika imamnya
salah, makmum bisa menegurnya langsung, dengan cara-cara yang sudah diajarkan
Rasulullah SAW. Bila imam salah, maka hal pertama yang dilakukan adalah
mengingatkan. Misalnya dalam satu kesempatan shalat berjamaah seorang imam
menambah atau mengurangi rukun fi’li dalam shalat, maka makmum wajib
mengingatkan. Ini adalah gambaran kalau pemimpin umat melakukan kesalahan
maka wajib diingatkan. Apalagi bila ia melakukan tindakan kezaliman dan
sewenang-wenang, maka ia wajib tidak diikuti karena perbuatannya menyimpang
dari tatanan syariah.
Shalat berjamaah juga merupakan kewajiban bagi tiap-tiap mukmin laki-laki,
tidak ada keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada uzur (yang dibenarkan
dalam agama).
HR. Muslim dan Muttafaq ‘alaih adalah dua dari sekian banyak sabda
Rasulullah SAW yang menegaskan bahwa shalat itu amatlah penting terutama shalat
berjamaah. Tetapi dewasa ini umat islam tidak terlalu mempedulikan panggilan azan
yang terdengar di telinganya. Banyak alasan yang di dapat dari hal tersebut. Salah
satunya adalah kurangnya pengetahuan umat Islam akan dalil-dalil shalat berjamaah.
Maka dari itu penulis membuat makalah yang berjudul “SHALAT
BERJAMAAH” yang insya Allah akan membantu pengetahuan akan pentingnya
shalat berjamaah.
2
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian shalat jamaah.
2. Untuk mengetahui hukum shalat berjamaah.
3. Untuk mengetahui dalil tentang shalat berjamaah.
4. Untuk mengetahui syarat dari shalat berjamaah.
5. Untuk mengetahui kedudukan imam dan makmum dalam shalat berjamaah.
6. Untuk mengetahui berapa macam makmum dalam shalat berjamaah.
7. Untuk mengetahui shalat yang boleh dikerjakan secara berjamaah.
8. Untuk mengetahui cara melaksanakan shalat jamaah.
9. Untuk mengetahui manfaat dan kesalahan yang ada di shalat jamaah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
3. Sunah, seperti shalat berjamaah Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, shalat
Istisqa, dan sebagainya.
4. Mubah, seperti shalat jamaah yang dilakukan dalam shalat-shalat yang
tidak disyariatkan untuk berjamaah, mencakup shalat Dhuha dan shalat
Rawatib.
5. Khilaful Ula, yang terjadi ketika ada perbedaan niat antara imam dan
makmum, misalnya imam berniat shalat bukan qadha (ada’) sementara
makmum berniat qadha, atau sebaliknya.
6. Makruh, yang terjadi, misalnya, jika seseorang melakukan shalat berjamaah
dengan imam yang fasik.
7. Haram, seperti shalat berjamaah yang dilakukan di atas tanah hasil
rampasan atau diperoleh dari cara yang tidak halal, di lokasi tanpa izin
walaupun secara hukum, shalatnya tetap sah.
ُذ ٓو ْاjjك َو ۡليَ ۡأ ُخَ jjة ِّم ۡنهُم َّم َعjj ٞ َلَ ٰوةَ فَ ۡلتَقُمۡ طَٓاِئفjjٱلص
َّ ت لَهُ ُم َ َۡأقَمjjَنت فِي ِهمۡ ف َ َوِإ َذا ُك
ۡ َر ٰى لَمjةٌ ُأ ۡخjjَطٓاِئف َ ت ِ أjjۡ َوا ِمن َو َرٓاِئ ُكمۡ َو ۡلتj ْ jُوا فَ ۡليَ ُكون ْ َج ُدj ِإ َذا َسj َلِ َحتَهُمۡۖ فjjَأ ۡس
وjۡ jَُوا ل ْ رjَين َكف َ لِ َحتَهُمۡۗ َو َّد ٱلَّ ِذj ۡذ َرهُمۡ َوَأ ۡسjوا ِح ْ ك َو ۡليَ ۡأ ُخ ُذ َ وا َم َع ْ ُُّصل َ وا فَ ۡليْ ُُّصل
َ ي
ۚ
َ jَ َد ٗة َواَل ُجنjة ٰ َو ِحjٗ jَون َعلَ ۡي ُكم َّم ۡيلj
احj َ jُلِ َحتِ ُكمۡ َوَأمۡ تِ َعتِ ُكمۡ فَيَ ِميلj ون َع ۡن َأ ۡسj َ jُتَ ۡغفُل
ۖۡلِ َحتَ ُكمjع ُٓو ْا َأ ۡسjض َ َ ٰ ٓى َأن تjض َ ان بِ ُكمۡ َأ ٗذى ِّمن َّمطَ ٍر َأ ۡو ُكنتُم َّم ۡر َ َعلَ ۡي ُكمۡ ِإن َك
١٠٢ ين َع َذابٗ ا ُّم ِه ٗينا َ وا ِح ۡذ َر ُكمۡۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ َأ َع َّد لِ ۡل ٰ َكفِ ِر
ْ َو ُخ ُذ
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu
kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata,
kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah
menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu
(untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang
5
belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu], dan
hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir
ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka
menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan
senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau
karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah
menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu. (Q.S. An-
Nisaa’ : 102).
6
Nabi Muhammad SAW bersabda : “Shalat berjamaah lebih utama
daripada shalat sendirian dengan selisih 27 derajat”. (HR. Bukhari dan
Muslim).
ْو ُل هللاjبي َر ُسjjاني حبيjj {أوص:الjjه قjjي هللا عنjjرة رضjjوعن أبي هري
ِةjjصالَةَ َم َع ال َج َما َع َ َ "يا أبَا هُ َري َْرة:صلى هللا عليه وسلم فقال لي
َّ صلِّ ال
ابَ َوj َة ثjjالج َما َع
َ َعjصال ٍة َمَ ِّيك بِ ُكلَ ْطِ فإن هللا تَ َعالَى يُع
َّ ،ت َجالِساَ َولَ ْو ُك ْن
}"الج َما َع ِةَ صالةً في َغي َْر َ س َو ِع ْشرين ٍ َخ ْم
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata: bahwa Rasulullah SAW
berwasiat kepadaku, lalu Nabi SAW bersabda : "Wahai Abu Hurairah,
shalatlah berjamaah walaupun sambil duduk karena Allah ta'ala memberikan
kepadamu dalam setiap shalat jamaah pahala 25 shalatan di selain shalat tanpa
jamaah".
7
Nabi Muhammad SAW bersabda : "Barang siapa shalat berjamaah 40
hari maka Allah ta'ala menetapkannya bebas dari api neraka dan bebas dari
sifat munafik".
8
2.5 Kedudukan Imam dan Makmum dalam Shalat Berjamaah
Kedudukan imam dalam shalat berjamaah sangat penting, dia akan menjadi
pemimpin bagi seluruh jamaah shalat sehingga untuk menjadi imam ada syarat-
syaratnya tertentu, antara lain :
1. Imam harus mengetahui syarat-syarat dan rukun shalat, serta perkara yang
membatalkan shalat.
2. Imam harus fasih dalam membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an.
3. Imam harus paling luas wawasan agamanya dibanding yang lain.
4. Imam harus berakal sehat.
5. Imam harus baligh.
6. Imam harus berdiri pada posisi paling depan.
7. Imam harus seorang laki-laki (perempuan juga boleh jadi imam kalau
makmumnya perempuan semua).
8. Imam harus tidak sedang bermakmum kepada orang lain.
Sedangkan sebagai makmum tentu ada syarat-syarat tertentu juga, antara lain :
1. Makmum harus berniat mengikuti imam.
2. Makmum harus mengetahui gerakan shalat imam, meskipun tidak langsung
yaitu dengan perantara makmum di depannya.
3. Makmum harus berada dalam satu tempat dengan imam.
4. Makmum harus posisinya di belakang imam.
5. Shalat makmum harus sesuai dengan shalatnya imam.
9
untuk membaca Al-Fatihah. Apabila Al-Fatihahnya pada rakaat kedua
maka dinamakan makmum masbuq.
2. Makmum masbuq adalah makmum yang tidak punya cukup waktu untuk
membaca Al-Fatihah, tapi shalatnya tetap sah karena ikut imam. Dibanding
dengan makmum muwafiq, makmum masbuq memiliki ketentuan sendiri,
di antaranya sebagai berikut :
a. Tidak wajib menyelesaikan bacaan surat Al-Fatihah jika imam sudah
ruku’. Karena jika dia menyelesaikan bacaannya, hingga imam bangun
dari ruku’, maka dia tertinggal rakaat tersebut. Begitu pula jika
makmum masbuq tiba ketika imam ruku’, maka dia hanya wajib
takbiratul ihram kemudian langsung ruku’.
b. Jika posisi makmum masbuq saling berseberangan, yaitu posisi dimana
makmum masbuq turun akan ruku’, sedangkan imam naik akan i’tidal,
maka makmum masbuq tidak mendapatkan rakaat tersebut.
c. Walaupun makmum masbuq bisa langsung mengikuti gerakan shalat
mana pun yang dilakukan imam, namun lebih utama jika menunggu
hingga imam menyelesaikan rakaat tersebut (tentunya jika bukan rakaat
terakhir).
d. Jika makmum masbuq hanya menemui imam ketika tasyahud akhir,
maka dia tidak mendapatkan rakaat sama sekali, selain mendapatkan
keutamaan berjamaah.
e. Selama imam belum selesai mengucapkan salam maka masih boleh
untuk menjadi makmum.
Kita tentu pernah mengalami kasus, misalnya tertinggal 1 rakaat shalat zuhur.
Artinya kita (sebagai makmum masbuq) akan mendapati rakaat pertama langsung
melakukan tasyahud awal, mengikuti imam. Pada rakaat kedua, (yang seharusnya
melakukan tasyahud awal), adalah rakaat ketiga bagi imam. Dan pada rakaat terakhir
imam, kita mendapati tasyahud juga, sedangkan ketika kita menambah satu rakaat
setelah salam imam, kita akan melakukan tasyahud yang ketiga. Dalam kasus seperti
ini, tasyahud pertama yang kita lakukan bersama imam bukanlah tasyahud awal,
melainkan tasyahud untuk menghormati jamaah. Sedangkan tasyahud pertama kita
adalah pada saat tasyahud terakhir imam.
10
2.7 Shalat-shalat yang Boleh Berjamaah
Shalat-shalat yang boleh dilakukan secara berjamaah adalah semua shalat
wajib. Sedangkan shalat-shalat sunah hanya beberapa saja, diantaranya :
1. Shalat Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha).
2. Shalat Tarawih.
3. Shalat Witir.
4. Shalat Dhuha.
5. Shalat Tahajud.
6. Shalat Tasbih.
7. Shalat Istisqa.
8. Shalat Gerhana.
9. Shalat Jenazah.
11
4. Posisi lebih dari tiga makmum
Jika datang makmum berikutnya, maka diutamakan agar berdiri sebelah
kanan hingga penuh, baru kemudian memenuhi sebelah kiri.
5. Niat menjadi imam
Lafadh niat untuk menjadi imam adalah sebagai berikut :
Misal shalat dhuhur :
12
5. Setiap langkah yang diayunkan seorang muslim untuk menegakkan
shalat berjamaah terhitung di sisi Allah sebagai pahala dan ganjaran
baginya.
6. Orang yang merealisasikan shalat berjamaah akan terbebas dari
perangkap setan dengan segala kejahatannya, dan dengan demikian
ia telah bergabung ke dalam jamaah muslimin sehingga setan
menghindar darinya.
7. Pada shalat jamaah terkandung didalamnya makna ta’wun ‘alal biri
wa taqwa (tolong menolong dalam kebijakan dan takwa) serta amar
ma’ruf dan nahi mungkar.
8. Di dalam shalat berjamaah, suara kaum muslimin terhimpun
menjadi satu, hati mereka berpadu saling mengidentifikasi satu
dengan lainnya sehingga tergalang rasa solidaritas diantara mereka.
9. Shalat berjamaah melahirkan rasa kelembutan dan kasih sayang
sesama muslim, menghilangkan sifat kesombongan dan besar diri
serta dapat mempererat ikatan persaudaraan seagama (Ukhuwah
Islamiyah) maka terjadilah interaksi langsung antara kalangan tua
dengan yang muda dan antara orang kaya dan yang miskin.
10. Kita dapat memetik banyak pelajaran keimanan dari shalat
berjamaah ini, kita dapat mendengar langsung alunan ayat-ayat Al-
Qur’an yang menggetarkan hati.
11. Di dalam shalat berjamaah juga, mencerminkan di dalamnya syiar-
syiar Islam dan mampu menggentarkan musuh-musuh Islam, serta
menggaungkan zikrullah di masjid-masjid yang didirikan atas dasar
ketakwaan untuk meninggalkan dan menyebutkan nama-Nya.
12. Dengan masuknya seorang muslim ke dalam masjid untuk
memenuhi panggilan azan, juga secara tidak langsung ia telah
mengajak kaum muslimin lainnya untuk ikut bergabung bersama-
sama dalam mendirikan shalat berjamaah.
13. Dapat melaksanakan shalat tahiyatul masjid ketika masuk masjid.
14. Setan menjauh darinya dikarenakan lari ketika mendengar suara
azan.
13
15. Terbebas dari sifat nafik dan dari kesalahpahaman orang lain
terhadap dirinya yang mengira bahwa ia telaah meninggalkan shalat
yang pokok.
16. Berharap agar “amin” yang diucapkan dapat berbarengan dengan
“aminnya” imam dan “aminnya” para malaikat.
17. Menjawab perkataan imam ketika imam mengucapkan :
“sami’allahu liman hamidah”.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Shalat berjamaah adalah salah satu simbol kebersamaan kaum muslimin,
mereka saling bertegur sapa, bertatapan, berjabatan tangan, dan berpautan hati demi
mewujudkan semangat ukhuwah. Rasa persatuan yang paling indah adalah persatuan
dan kebersamaan orang yang shalat berjamaah.
Manfaat shalat jamaah di masjid selain mendapat pahala dua puluh tujuh
derajat lebih baik daripada shalat sendirian juga sebagai bentuk aktivitas sosial
dengan masyarakat sekitar dimana seseorang bertempat tinggal. Shalat berjamaah
juga mencerminkan kerukunan dan persatuan. Disamping sebagai simbol ketaatan
rakyat kepada pemimpin.
3.2 Saran
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya
memiliki faedah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di
perintahkan untuk melaksanakan shalat, salah satu faedahnya yakni supaya umat
islam selalu mengingat Tuhannya dan bisa meminta Karunianya dan manfaat yang
lainnya yakni bisa mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan
khusyuk tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusyuk
berbuat zina, maksiat, merampok dan sebagainya, tetapi sebaliknya kalau ada yang
melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusyukan shalatnya perlu
dipertanyakan.
Bagi laki-laki hendaknya shalatlah di masjid, selain mendapatkan pahala yang
banyak daripada shalat sendirian juga melahirkan rasa kelembutan dan kasih sayang
sesama muslim, menghilangkan sifat kesombongan dan besar diri serta dapat
mempererat ikatan persaudaraan seagama (Ukhuwah Islamiyah) maka terjadilah
interaksi langsung antara kalangan tua dengan yang muda dan antara orang kaya dan
yang miskin.
15
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, Abu Yusuf. (2009). BUKU PINTAR SHALAT LENGKAP. Jakarta: Jalamitra
Media.
Hadi, Abdul. (2021). Pendidikan Agama Islam Shalat Sunah Berjamaah: Jenis,
Ketentuan & Tata Cara Pelaksanaannya. Diakses pada 21 November 2021
dari
https://tirto.id/shalat-sunah-berjamaah-jenis-ketentuan-tata-cara-
pelaksanaannya-gbq2
Mabatugas. (2016). Makalah tentang shalat lengkap jamaah, qashar, dan jama’.
Diakses pada 21 November 2021 dari
https://mabatugas.blogspot.com/2016/04/makalah-fiqih-tentang-shalat.html
16
Makalah Kampus. (2018). Makalah Shalat Jamaah. Diakses pada 21 November 2021
dari
https://makalahkampus15.blogspot.com/2018/01/makalah-shalat-
jamaah.html
Yansyah, Yudi. (2020). Mimbar Dakwah Sesi 25: Keutamaan Sholat Berjama’ah
dan Hukumnya. Diakses pada 21 November 2021 dari
https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/mimbar-dakwah-sesi-25-keutamaan-
sholat-berjamaah-dan-hukumnya
17