Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SHALAT JAMAAH

Dosen Pengampu
Millata Zamana, MA
Mustafa, S.Pd.I., MA

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Siti Aisyia Ramadani (21107018)


Roja Alfaina (21107020)
Letfi Salbiah (21107028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSAMPENA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah
dengan judul Shalat Jamaah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang
sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Banda Aceh, 21 November 2021


Penyusun

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4

2.1 Pengertian Shalat Jamaah...............................................................................4

2.2 Hukum Shalat Berjamaah...............................................................................4

2.3 Dalil-dalil Tentang Shalat Berjamaah............................................................5

2.3.1 Firman Allah SWT.............................................................................5

2.3.2 Hadits Rasulullah SAW......................................................................7

2.4 Syarat-syarat Shalat Berjamaah......................................................................8

2.5 Kedudukan Imam dan Makmum dalam Shalat Berjamaah............................9

2.6 Macam-macam Makmum.............................................................................10

2.7 Shalat-shalat yang Boleh Berjamaah............................................................11

2.8 Cara Melaksanakan Shalat Jamaah...............................................................11

2.9 Manfaat dan Kesalahan dalam Melaksanakan Shalat Berjamaah................13

2.9.1 Manfaat Shalat Berjamaah................................................................13

2.9.2 Kesalahan dalam Melaksanakan Shalat Berjamaah..........................14

BAB III PENUTUP....................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...................................................................................................15

3.2 Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Shalat berjamaah adalah salah satu simbol kebersamaan kaum muslimin.
Manfaat shalat jamaah di masjid selain mendapat pahala dua puluh tujuh derajat
lebih baik daripada shalat sendirian juga sebagai bentuk aktivitas sosial dengan
masyarakat sekitar dimana seseorang bertempat tinggal. Seringkali perkenalan
tetangga baru dimulai dari lingkungan anggota shalat jamaah di masjid lalu berlanjut
ke tahap keakraban bertetangga yang lebih baik.
Mengapa kita harus melaksanakan shalat berjamaah di masjid, bukankah shalat
berjamaah dapat juga dilakukan di rumah. Memang shalat dapat saja dikerjakan di
rumah. Namun orang yang pergi ke masjid dengan niat untuk melakukan shalat
fardhu berjamaah dia akan mendapat keuntungan pahala yang lebih besar. Setiap
langkahnya bernilai pahala. Karena itu, semakin jauh perjalanan ke masjid, semakin
banyak pula pahalanya.
Masjid adalah satu-satunya tempat mulia dan suci di muka bumi ini, karena
kemuliaan ini sampai-sampai orang yang berdiam di dalam masjid saja mendapat
pahala. Masjid merupakan tempat beribadah umat Islam. Di masjid mereka saling
berdekatan, bertatapan, berjabatan tangan, bersapa, dan berpautan hati demi
mewujudkan semangat ukhuwah. Rasa persatuan yang paling indah adalah persatuan
dan kebersamaan orang yang shalat berjamaah. Shalat dipimpin satu imam, sama-
sama bermunajat hanya kepada Allah Swt., membaca kitab suci yang satu, dan
menghadap ke kiblat yang sama. Mereka melakukan amal yang sama, ruku’ dan
sujud kepada Allah Swt.
Shalat berjamaah mencerminkan kerukunan dan persatuan. Mereka bergerak
bersama-sama dalam waktu yang bersamaan, sehingga shalat berjamaah itu enak
dipandang seperti sebuah gerak seni tarian kolosal. Inilah gambaran kebersamaan
masyarakat dalam mengarungi banyaknya perbedaan diantara mereka. Seperti jutaan
jamaah yang memadati Masjidil Haram, sebegitu hiruk pikuknya, hanya dengan
iqamah, shaf rapi tersusun. Shalat berjamaah adalah salah satu simbol ketaatan rakyat
kepada pemimpin. Selama imam (pemimpin) tidak melakukan tindakan yang

1
melanggar aturan Syara, maka rakyat harus mematuhinya.. Bila imam melakukan
perbuatan yang melanggar aturan syarak, maka ia wajib tidak diikuti. Jika imamnya
salah, makmum bisa menegurnya langsung, dengan cara-cara yang sudah diajarkan
Rasulullah SAW. Bila imam salah, maka hal pertama yang dilakukan adalah
mengingatkan. Misalnya dalam satu kesempatan shalat berjamaah seorang imam
menambah atau mengurangi rukun fi’li dalam shalat, maka makmum wajib
mengingatkan. Ini adalah gambaran kalau pemimpin umat melakukan kesalahan
maka wajib diingatkan. Apalagi bila ia melakukan tindakan kezaliman dan
sewenang-wenang, maka ia wajib tidak diikuti karena perbuatannya menyimpang
dari tatanan syariah.
Shalat berjamaah juga merupakan kewajiban bagi tiap-tiap mukmin laki-laki,
tidak ada keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada uzur (yang dibenarkan
dalam agama).
HR. Muslim dan Muttafaq ‘alaih adalah dua dari sekian banyak sabda
Rasulullah SAW yang menegaskan bahwa shalat itu amatlah penting terutama shalat
berjamaah. Tetapi dewasa ini umat islam tidak terlalu mempedulikan panggilan azan
yang terdengar di telinganya. Banyak alasan yang di dapat dari hal tersebut. Salah
satunya adalah kurangnya pengetahuan umat Islam akan dalil-dalil shalat berjamaah.
Maka dari itu penulis membuat makalah yang berjudul “SHALAT
BERJAMAAH” yang insya Allah akan membantu pengetahuan akan pentingnya
shalat berjamaah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian shalat jamaah?
2. Apa hukum dari shalat berjamaah?
3. Apa saja dalil tentang shalat berjamaah?
4. Apa saja syarat dari shalat berjamaah?
5. Apa saja kedudukan imam dan makmum dalam shalat berjamaah?
6. Ada berapa macam makmum dalam shalat berjamaah?
7. Shalat apa saja yang boleh dikerjakan secara berjamaah?
8. Bagaimana cara melaksanakan shalat jamaah?
9. Apa manfaat dan kesalahan yang ada di shalat jamaah?

2
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian shalat jamaah.
2. Untuk mengetahui hukum shalat berjamaah.
3. Untuk mengetahui dalil tentang shalat berjamaah.
4. Untuk mengetahui syarat dari shalat berjamaah.
5. Untuk mengetahui kedudukan imam dan makmum dalam shalat berjamaah.
6. Untuk mengetahui berapa macam makmum dalam shalat berjamaah.
7. Untuk mengetahui shalat yang boleh dikerjakan secara berjamaah.
8. Untuk mengetahui cara melaksanakan shalat jamaah.
9. Untuk mengetahui manfaat dan kesalahan yang ada di shalat jamaah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shalat Jamaah


Menurut Bahasa, jamaah berarti sesuatu yang jumlahnya banyak. Kata al-jam’u
berarti menyatukan beberapa hal terpisah. Sedang menurut Istilah syariat, jamaah
dipergunakan untuk sebutan sekumpulan orang, yang diambil dari makna ijtimaa’
(perkumpulan). Minimal perkumpulan tersebut adalah dua orang, yaitu imam dan
makmum. Disebut shalat jamaah karena adanya pertemuan orang-orang yang shalat
dalam bentuk perbuatan dalam tempat dan waktu yang sama. Jika mereka
meninggalkan keduanya atau salah satu dari keduanya tanpa adanya sebab, maka
tidak ada lagi jamaah atas hal itu.

2.2 Hukum Shalat Berjamaah


Para Ulama ada yang menyatakan bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban yang cukup dilaksanakan oleh sebagian umur saja. Jika
ada sebagian umat yang melaksanakannya maka yang lainnya tidak berdosa. Seperti
halnya mengurus jenazah. Ada pula yang menyatakan bahwa shalat berjamaah
hukumnya sunah muakkad, sunah yang ditekankan. Sebagiannya lagi ada yang
menyatakan bahwa ia fardhu ‘ain, wajib bagi setiap individu yang tidak uzur
(halangan). Wanita dan lelaki yang uzur menurut pendapat ini hukumnya tidak wajib.
Namun para ulama telah sepakat bahwa shalat di Masjid merupakan ibadah
yang paling agung. Tetapi setelah itu mereka berbeda pendapat tentang status hukum
shalat jamaah di Masjid itu sendiri, apakah fardhu ‘ain (wajib bagi masing-masing
individu), atau fardhu kifayah, atau sunah muakkad. Adapun hukum shalat berjamaah
adalah sebagai berikut :
1. Fardu ‘Ain, atau hukumnya wajib berjamaah shalat Jumat bagi kaum laki-
laki. Karena itu, jika shalat Jumat tidak dilaksanakan secara berjamaah
maka hukumnya batal. Demikian juga shalat wajib lima waktu dianggap
fardu ‘ain, menurut pendapat ulama mazhab Hanbali.
2. Fardu Kifayah, termasuk untuk shalat lima waktu berjamaah, menurut
pendapat mazhab Syafi'i dan mazhab Hanafi.

4
3. Sunah, seperti shalat berjamaah Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, shalat
Istisqa, dan sebagainya.
4. Mubah, seperti shalat jamaah yang dilakukan dalam shalat-shalat yang
tidak disyariatkan untuk berjamaah, mencakup shalat Dhuha dan shalat
Rawatib.
5. Khilaful Ula, yang terjadi ketika ada perbedaan niat antara imam dan
makmum, misalnya imam berniat shalat bukan qadha (ada’) sementara
makmum berniat qadha, atau sebaliknya.
6. Makruh, yang terjadi, misalnya, jika seseorang melakukan shalat berjamaah
dengan imam yang fasik.
7. Haram, seperti shalat berjamaah yang dilakukan di atas tanah hasil
rampasan atau diperoleh dari cara yang tidak halal, di lokasi tanpa izin
walaupun secara hukum, shalatnya tetap sah.

2.3 Dalil-dalil Tentang Shalat Berjamaah


2.3.1 Firman Allah SWT

َ ‫ُوا َم َع ٱل ٰ َّر ِك ِع‬


٤٣ ‫ين‬ ْ ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ َو ۡٱر َكع‬
ْ ُ‫صلَ ٰوةَ َو َءات‬ ْ ‫َوَأقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-
orang yang ruku´. (QS. Al-Baqarah : 43).

‫ ُذ ٓو ْا‬jj‫ك َو ۡليَ ۡأ ُخ‬َ jj‫ة ِّم ۡنهُم َّم َع‬jj ٞ َ‫لَ ٰوةَ فَ ۡلتَقُمۡ طَٓاِئف‬jj‫ٱلص‬
َّ ‫ت لَهُ ُم‬ َ ۡ‫َأقَم‬jjَ‫نت فِي ِهمۡ ف‬ َ ‫َوِإ َذا ُك‬
ۡ‫ َر ٰى لَم‬j‫ةٌ ُأ ۡخ‬jjَ‫طٓاِئف‬ َ ‫ت‬ ِ ‫أ‬jjۡ َ‫وا ِمن َو َرٓاِئ ُكمۡ َو ۡلت‬j ْ jُ‫وا فَ ۡليَ ُكون‬ ْ ‫ َج ُد‬j ‫ِإ َذا َس‬j َ‫لِ َحتَهُمۡۖ ف‬jj‫َأ ۡس‬
‫و‬jۡ jَ‫ُوا ل‬ ْ ‫ر‬jَ‫ين َكف‬ َ ‫لِ َحتَهُمۡۗ َو َّد ٱلَّ ِذ‬j‫ ۡذ َرهُمۡ َوَأ ۡس‬j‫وا ِح‬ ْ ‫ك َو ۡليَ ۡأ ُخ ُذ‬ َ ‫وا َم َع‬ ْ ُّ‫ُصل‬ َ ‫وا فَ ۡلي‬ْ ُّ‫ُصل‬
َ ‫ي‬
ۚ
َ jَ‫ َد ٗة َواَل ُجن‬j‫ة ٰ َو ِح‬jٗ jَ‫ون َعلَ ۡي ُكم َّم ۡيل‬j
‫اح‬j َ jُ‫لِ َحتِ ُكمۡ َوَأمۡ تِ َعتِ ُكمۡ فَيَ ِميل‬j ‫ون َع ۡن َأ ۡس‬j َ jُ‫تَ ۡغفُل‬
ۖۡ‫لِ َحتَ ُكم‬j‫ع ُٓو ْا َأ ۡس‬j‫ض‬ َ َ‫ ٰ ٓى َأن ت‬j‫ض‬ َ ‫ان بِ ُكمۡ َأ ٗذى ِّمن َّمطَ ٍر َأ ۡو ُكنتُم َّم ۡر‬ َ ‫َعلَ ۡي ُكمۡ ِإن َك‬
١٠٢ ‫ين َع َذابٗ ا ُّم ِه ٗينا‬ َ ‫وا ِح ۡذ َر ُكمۡۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ َأ َع َّد لِ ۡل ٰ َكفِ ِر‬
ْ ‫َو ُخ ُذ‬
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu
kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata,
kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah
menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu
(untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang

5
belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu], dan
hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir
ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka
menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan
senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau
karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah
menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu. (Q.S. An-
Nisaa’ : 102).

‫ ُد ِّو‬j‫ا بِ ۡٱل ُغ‬jjَ‫بِّ ُح لَ ۥهُ فِيه‬j ‫ ُمهۥُ ي َُس‬j ‫ٱس‬


ۡ ‫ا‬jjَ‫ذ َك َر فِيه‬jۡ jُ‫ َع َوي‬j َ‫ت َأ ِذ َن ٱهَّلل ُ َأن تُ ۡرف‬
ٍ ‫و‬jjُ‫فِي بُي‬
‫صلَ ٰو ِة‬ ۡ
َّ ‫ة َواَل بَ ۡي ٌع َعن ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ِ َوِإقَ ِام ٱل‬ٞ ‫ال اَّل تُل ِهي ِهمۡ تِ ٰ َج َر‬ ٞ ‫ ِر َج‬٣٦ ‫ال‬ ِ ‫ص‬َ ٓ ‫َوٱأۡل‬
٣٧ ‫ص ُر‬ َ ٰ ‫ون يَ ۡو ٗما تَتَقَلَّبُ فِي ِه ۡٱلقُلُوبُ َوٱَأۡل ۡب‬َ ُ‫َوِإيتَٓا ِء ٱل َّز َك ٰو ِة يَ َخاف‬
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan
waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula)
oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan
(dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu)
hati dan penglihatan menjadi goncang. (Q.S. An-Nur : 36-37).

َّ ‫ا َم‬jjَ‫ِإنَّ َما يَ ۡع ُم ُر َم ٰ َس ِج َد ٱهَّلل ِ َم ۡن َءا َم َن بِٱهَّلل ِ َو ۡٱليَ ۡو ِم ٱأۡل ٓ ِخ ِر َوَأق‬


‫لَ ٰوةَ َو َءاتَى‬jj‫ٱلص‬
ٓ
١٨ ‫ين‬ َ ‫وا ِم َن ۡٱل ُم ۡهتَ ِد‬
ْ ُ‫ك َأن يَ ُكون‬ َ ‫ش ِإاَّل ٱهَّلل ۖ َ فَ َع َس ٰ ٓى ُأ ْو ٰلَِئ‬
َ ‫ٱل َّز َك ٰوةَ َولَمۡ يَ ۡخ‬
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Q.S. At-Taubah : 18).

2.3.2 Hadits Rasulullah SAW

‫ب ٍْع‬j‫ ِّذ بِ َس‬jَ‫الَة الف‬j‫ص‬ ُ ‫ ِة تَ ْف‬j‫الج َما َع‬


َ ‫ ُل‬j‫ض‬ َ ُ‫{صالَة‬
َ :‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
}ً‫ين َد َر َجة‬
َ ‫وع ْش ِر‬
ِ

6
Nabi Muhammad SAW bersabda : “Shalat berjamaah lebih utama
daripada shalat sendirian dengan selisih 27 derajat”. (HR. Bukhari dan
Muslim).

‫ ْو ُل هللا‬j‫بي َر ُس‬jj‫اني حبي‬jj‫ {أوص‬:‫ال‬jj‫ه ق‬jj‫ي هللا عن‬jj‫رة رض‬jj‫وعن أبي هري‬
‫ ِة‬jj‫صالَةَ َم َع ال َج َما َع‬ َ َ‫ "يا أبَا هُ َري َْرة‬:‫صلى هللا عليه وسلم فقال لي‬
َّ ‫صلِّ ال‬
‫اب‬َ ‫ َو‬j َ‫ة ث‬jj‫الج َما َع‬
َ ‫ َع‬j‫صال ٍة َم‬َ ِّ‫يك بِ ُكل‬َ ‫ْط‬ِ ‫فإن هللا تَ َعالَى يُع‬
َّ ،‫ت َجالِسا‬َ ‫َولَ ْو ُك ْن‬
}"‫الج َما َع ِة‬َ ‫صالةً في َغي َْر‬ َ ‫س َو ِع ْشرين‬ ٍ ‫َخ ْم‬
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata: bahwa Rasulullah SAW
berwasiat kepadaku, lalu Nabi SAW bersabda : "Wahai Abu Hurairah,
shalatlah berjamaah walaupun sambil duduk karena Allah ta'ala memberikan
kepadamu dalam setiap shalat jamaah pahala 25 shalatan di selain shalat tanpa
jamaah".

‫ ِة ثُ َّم‬j‫الج َما َع‬


َ ‫ْح في‬ ُّ َ‫الَة‬j‫ص‬
ِ ‫ب‬j‫الص‬ َ ‫لَّى‬j‫ص‬ َ ‫ { َم ْن‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
‫رى َء‬jj ِ َ‫ار َوب‬ِ َّ‫ان لَهُ ِس ْت ٌر ِم َن الن‬ ْ َ‫س يَ ْذ ُك ُر هللا تَ َعالَى َحتَّى ت‬
َ ‫طل َع ال َّش ْمسُ َك‬ َ َ‫َجل‬
}‫ار‬ ِ َّ‫ِم َن الن‬
Nabi Muhammad SAW bersabda : "Barang siapa berjamaah shalat
subuh kemudian duduk seraya mengingat Allah ta'ala hingga matahari terbit
maka hal tersebut merupakan perlindungan dan pembebasan dari api neraka".

َ ‫{صالَةُ ال َّرج ُِل في َج َما َع ٍة تَ ِزي ُد َعلَى‬


‫صالَتِ ِه‬ َ ‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
‫و َءهَا‬j ‫ض‬ُ ‫َأتَ َّم ُو‬j َ‫ض فُال ٍة ف‬
ٍ ْ‫َأر‬j ‫صالَّها ِب‬ َ ‫ فَإ َذا‬،ً‫رين َد َر َجة‬َ ‫َوحْ ده َخ ْمسا َو ِع ْش‬
}ً‫ين َد َر َجة‬
َ ‫صالتُهُ َخ ْم ِس‬
َ ‫ت‬ ْ ‫َو ُر ُكو َعهَا َو ُسجُو َدهَا بَلَ َغ‬
Nabi Muhammad SAW bersabda : "Shalat seorang lelaki seranya
berjamaah melebihi shalatnya sendirian sebanyak 25 derajat. Apabila ia
mengerjakannya di tanah tandus dan menyempurnakan niat wudhu, ruku’ dan
sujudnya maka shalatnya mencapai 50 derajat".

َ َ‫ا َكت‬jj‫ين يَ ْوم‬


‫ب هللا‬ َ ‫ة أرْ بَ ِع‬jj‫الجما َع‬
َ ‫ك‬ َ ‫ { َم ْن أ ْد َر‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
}‫اق‬ ِ َّ‫لَهُ بَ َرا َءةً ِم َن الن‬
ِ َ‫ار َوبَ َرا َءةً ِم َن النِّف‬

7
Nabi Muhammad SAW bersabda : "Barang siapa shalat berjamaah 40
hari maka Allah ta'ala menetapkannya bebas dari api neraka dan bebas dari
sifat munafik".

َ ‫برْ َدي ِْن في‬jj‫لَّى ال‬j‫ص‬


َ j‫ ِة َد َخ‬j‫الج َما َع‬
‫ل‬j َ ‫ { َم ْن‬:‫لم‬jj‫ه وس‬jj‫لى هللا علي‬jj‫ال ص‬jj‫وق‬
ٍ ‫ال َجنَّةَ ِب َغي ِْر ِح َسا‬
}‫ب‬
Nabi Muhammad SAW bersabda : "Barang siapa berjamaah shalat
subuh dan 'ashar maka dia akan masuk surga tanpa hisab".

‫ ٌر ِم َن‬j‫ ةٌ َو ِه َي َخ ْي‬j‫ ِة َرحْ َم‬j‫الج َما َع‬


َ ُ‫الَة‬j‫{ص‬ َ :‫لم‬jj‫ه وس‬j‫لى هللا علي‬jj‫ال ص‬jj‫وق‬
} ٌ‫الج َما َعةُ َرحْ َمةٌ والفرْ قَةُ َع َذاب‬
َ ‫ال ُّد ْنيَا َو َما فِيها َو‬
Nabi SAW bersabda : "Shalat jamaah itu rahmat dan lebih baik
daripada dunia seisinya. Berjamaah itu rahmat dan perpecahan itu siksa".

2.4 Syarat-syarat Shalat Berjamaah


Untuk melaksanakan shalat berjamaah, ada beberapa syarat yang harus
diketahui diantaranya :
1. Ada imam.
2. Berniat mengikuti imam.
3. Mengetahui segala yang dikerjakan imam.
4. Shalat berjamaah dalam satu majelis.
5. Jangan ada dinding yang menghalangi antara imam dan makmum, kecuali
bagi perempuan di masjid, hendaklah didindingi dengan kain, asal ada
sebagian atau salah seorang mengetahui gerak-gerak imam atau makmum
yang dapat diikuti.
6. Jangan mendahului imam dalam takbir dan jangan mendahului atau
melambatkan diri dua rukun fi’li dari imam.
7. Tidak berdiri lebih depan dari imam.
8. Jarak antara imam dan makmum atau antara makmum dan baris makmum
yang terakhir tidak lebih dari 300 hasta.
9. Shalat makmum harus bersesuai dengan shalat imam (dalam hal niat waktu
shalat).

8
2.5 Kedudukan Imam dan Makmum dalam Shalat Berjamaah
Kedudukan imam dalam shalat berjamaah sangat penting, dia akan menjadi
pemimpin bagi seluruh jamaah shalat sehingga untuk menjadi imam ada syarat-
syaratnya tertentu, antara lain :
1. Imam harus mengetahui syarat-syarat dan rukun shalat, serta perkara yang
membatalkan shalat.
2. Imam harus fasih dalam membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an.
3. Imam harus paling luas wawasan agamanya dibanding yang lain.
4. Imam harus berakal sehat.
5. Imam harus baligh.
6. Imam harus berdiri pada posisi paling depan.
7. Imam harus seorang laki-laki (perempuan juga boleh jadi imam kalau
makmumnya perempuan semua).
8. Imam harus tidak sedang bermakmum kepada orang lain.

Sedangkan sebagai makmum tentu ada syarat-syarat tertentu juga, antara lain :
1. Makmum harus berniat mengikuti imam.
2. Makmum harus mengetahui gerakan shalat imam, meskipun tidak langsung
yaitu dengan perantara makmum di depannya.
3. Makmum harus berada dalam satu tempat dengan imam.
4. Makmum harus posisinya di belakang imam.
5. Shalat makmum harus sesuai dengan shalatnya imam.

2.6 Macam-macam Makmum


Makmum adalah pengikut imam pada shalat berjamaah. Makmum dibedakan
menjadi dua, yaitu makmum muwafiq dan makmum masbuq. Penjelasan dari macam
makmum tersebut sebagai berikut :
1. Makmum muwafiq adalah makmum yang mengikuti berjamaah sejak
pertama iqamah, atau makmum yang menyaksikan takbiratul ihram imam,
atau makmum yang cukup waktu membaca Al-Fatihah. Misal ia datang
terlambat namun dalam keterlambatannya ia masih ada sisa cukup waktu

9
untuk membaca Al-Fatihah. Apabila Al-Fatihahnya pada rakaat kedua
maka dinamakan makmum masbuq.
2. Makmum masbuq adalah makmum yang tidak punya cukup waktu untuk
membaca Al-Fatihah, tapi shalatnya tetap sah karena ikut imam. Dibanding
dengan makmum muwafiq, makmum masbuq memiliki ketentuan sendiri,
di antaranya sebagai berikut :
a. Tidak wajib menyelesaikan bacaan surat Al-Fatihah jika imam sudah
ruku’. Karena jika dia menyelesaikan bacaannya, hingga imam bangun
dari ruku’, maka dia tertinggal rakaat tersebut. Begitu pula jika
makmum masbuq tiba ketika imam ruku’, maka dia hanya wajib
takbiratul ihram kemudian langsung ruku’.
b. Jika posisi makmum masbuq saling berseberangan, yaitu posisi dimana
makmum masbuq turun akan ruku’, sedangkan imam naik akan i’tidal,
maka makmum masbuq tidak mendapatkan rakaat tersebut.
c. Walaupun makmum masbuq bisa langsung mengikuti gerakan shalat
mana pun yang dilakukan imam, namun lebih utama jika menunggu
hingga imam menyelesaikan rakaat tersebut (tentunya jika bukan rakaat
terakhir).
d. Jika makmum masbuq hanya menemui imam ketika tasyahud akhir,
maka dia tidak mendapatkan rakaat sama sekali, selain mendapatkan
keutamaan berjamaah.
e. Selama imam belum selesai mengucapkan salam maka masih boleh
untuk menjadi makmum.
Kita tentu pernah mengalami kasus, misalnya tertinggal 1 rakaat shalat zuhur.
Artinya kita (sebagai makmum masbuq) akan mendapati rakaat pertama langsung
melakukan tasyahud awal, mengikuti imam. Pada rakaat kedua, (yang seharusnya
melakukan tasyahud awal), adalah rakaat ketiga bagi imam. Dan pada rakaat terakhir
imam, kita mendapati tasyahud juga, sedangkan ketika kita menambah satu rakaat
setelah salam imam, kita akan melakukan tasyahud yang ketiga. Dalam kasus seperti
ini, tasyahud pertama yang kita lakukan bersama imam bukanlah tasyahud awal,
melainkan tasyahud untuk menghormati jamaah. Sedangkan tasyahud pertama kita
adalah pada saat tasyahud terakhir imam.

10
2.7 Shalat-shalat yang Boleh Berjamaah
Shalat-shalat yang boleh dilakukan secara berjamaah adalah semua shalat
wajib. Sedangkan shalat-shalat sunah hanya beberapa saja, diantaranya :
1. Shalat Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha).
2. Shalat Tarawih.
3. Shalat Witir.
4. Shalat Dhuha.
5. Shalat Tahajud.
6. Shalat Tasbih.
7. Shalat Istisqa.
8. Shalat Gerhana.
9. Shalat Jenazah.

2.8 Cara Melaksanakan Shalat Jamaah


Agar lebih tepat dalam mempraktekkan shalat berjamaah, kita harus
memperhatikan posisi kaki-kaki (tumit) dalam mengatur shaf, bukan memosisikan
posisi badan.
Berikut cara-cara berjamaah :
1. Posisi satu orang makmum
Dalam hal ini berarti shalat berjamaah dilakukan oleh dua orang. Maka
makmum harus berada di samping kanan imam dengan posisi ujung jari-jari
kaki makmum bertepatan dengan ujung tumit imam.
2. Posisi dua orang makmum
Jika datang satu orang makmum lainnya, maka berdiri di samping kiri
imam, sejajar dengan makmum sebelah kanan dan tidak ada peraturan mundur
jika hanya dua makmum.
3. Posisi tiga orang makmum
Jika datang makmum ketiga, maka berdirilah tepat di belakang imam
dengan jarak disesuaikan kebutuhan tempat untuk sujud. Kemudian kedua
makmum pertama harus mundur hingga sejajar dengan makmum ketiga,
walaupun tanpa ada isyarat dari makmum ketiga.

11
4. Posisi lebih dari tiga makmum
Jika datang makmum berikutnya, maka diutamakan agar berdiri sebelah
kanan hingga penuh, baru kemudian memenuhi sebelah kiri.
5. Niat menjadi imam
Lafadh niat untuk menjadi imam adalah sebagai berikut :
Misal shalat dhuhur :

‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَ َد ًءا ِإ َما ًما هَّلِل ِ تَ َعالَى‬


ٍ ‫الظه ِْر َأرْ بَ َع َر َك َعا‬
ُّ ‫ض‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّي فَر‬
Artinya : ”Saya sengaja shalat fardhu dhuhur empat rakaat menghadap
kiblat sebagai imam karena Allah ta’ala”.
Akan tetapi niat menjadi imam bukanlah hal yang wajib dilakukan. Seorang
imam boleh berniat seperti biasa tanpa ada kata IMAAMAN kecuali ketika
berjamaah untuk shalat jumat, maka berniat menjadi imam adalah kewajiban
yang apabila tidak dilakukan shalat jumatnya tidak sah semuanya.
6. Niat menjadi makmum
Lafadh niat untuk menjadi makmum adalah sebagai berikut :
Misal shalat dhuhur :

‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَ َد ًءا َمأ ُم ْو ًما هَّلِل ِ تَ َعالَى‬


ٍ ‫الظه ِْر َأرْ بَ َع َر َك َعا‬
ُّ ‫ض‬َ ْ‫صلِّي فَر‬
َ ُ‫ا‬
Artinya : ”Saya sengaja shalat fardhu zuhur empat rakaat menghadap
kiblat sebagai makmum karena Allah ta’ala”.

2.9 Manfaat dan Kesalahan dalam Melaksanakan Shalat Berjamaah


2.9.1 Manfaat Shalat Berjamaah
Dengan melaksanakan shalat secara berjamaah, ada beberapa manfaat
yang dapat kita petik, diantaranya :
1. Merealisasikan shalat pada waktunya, karena shalat pada awal
waktu merupakan salah satu pekerjaan yang paling disukai Allah
SWT.
2. Merespon panggilan muadzin dengan niat shalat berjamaah.
3. Berjalan menuju masjid dengan tenang.
4. Allah menjadi saksi atas setiap orang yang memelihara shalat
berjamaah di masjid dengan penuh keimanan.

12
5. Setiap langkah yang diayunkan seorang muslim untuk menegakkan
shalat berjamaah terhitung di sisi Allah sebagai pahala dan ganjaran
baginya.
6. Orang yang merealisasikan shalat berjamaah akan terbebas dari
perangkap setan dengan segala kejahatannya, dan dengan demikian
ia telah bergabung ke dalam jamaah muslimin sehingga setan
menghindar darinya.
7. Pada shalat jamaah terkandung didalamnya makna ta’wun ‘alal biri
wa taqwa (tolong menolong dalam kebijakan dan takwa) serta amar
ma’ruf dan nahi mungkar.
8. Di dalam shalat berjamaah, suara kaum muslimin terhimpun
menjadi satu, hati mereka berpadu saling mengidentifikasi satu
dengan lainnya sehingga tergalang rasa solidaritas diantara mereka.
9. Shalat berjamaah melahirkan rasa kelembutan dan kasih sayang
sesama muslim, menghilangkan sifat kesombongan dan besar diri
serta dapat mempererat ikatan persaudaraan seagama (Ukhuwah
Islamiyah) maka terjadilah interaksi langsung antara kalangan tua
dengan yang muda dan antara orang kaya dan yang miskin.
10. Kita dapat memetik banyak pelajaran keimanan dari shalat
berjamaah ini, kita dapat mendengar langsung alunan ayat-ayat Al-
Qur’an yang menggetarkan hati.
11. Di dalam shalat berjamaah juga, mencerminkan di dalamnya syiar-
syiar Islam dan mampu menggentarkan musuh-musuh Islam, serta
menggaungkan zikrullah di masjid-masjid yang didirikan atas dasar
ketakwaan untuk meninggalkan dan menyebutkan nama-Nya.
12. Dengan masuknya seorang muslim ke dalam masjid untuk
memenuhi panggilan azan, juga secara tidak langsung ia telah
mengajak kaum muslimin lainnya untuk ikut bergabung bersama-
sama dalam mendirikan shalat berjamaah.
13. Dapat melaksanakan shalat tahiyatul masjid ketika masuk masjid.
14. Setan menjauh darinya dikarenakan lari ketika mendengar suara
azan.

13
15. Terbebas dari sifat nafik dan dari kesalahpahaman orang lain
terhadap dirinya yang mengira bahwa ia telaah meninggalkan shalat
yang pokok.
16. Berharap agar “amin” yang diucapkan dapat berbarengan dengan
“aminnya” imam dan “aminnya” para malaikat.
17. Menjawab perkataan imam ketika imam mengucapkan :
“sami’allahu liman hamidah”.

2.9.2 Kesalahan dalam Melaksanakan Shalat Berjamaah


1. Mendahului Gerakan Imam.
2. Merendahkan Takbir bagi Imam.
3. Mengeraskan Takbir bagi Makmum.
4. Menyentuh Pundak Calon Imam.
5. Berdiri Lebih Depan dari Imam.
6. Berdiri Terlalu Jauh dari Imam.
7. Tidak Berniat Menjadi Makmum.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Shalat berjamaah adalah salah satu simbol kebersamaan kaum muslimin,
mereka saling bertegur sapa, bertatapan, berjabatan tangan, dan berpautan hati demi
mewujudkan semangat ukhuwah. Rasa persatuan yang paling indah adalah persatuan
dan kebersamaan orang yang shalat berjamaah.
Manfaat shalat jamaah di masjid selain mendapat pahala dua puluh tujuh
derajat lebih baik daripada shalat sendirian juga sebagai bentuk aktivitas sosial
dengan masyarakat sekitar dimana seseorang bertempat tinggal. Shalat berjamaah
juga mencerminkan kerukunan dan persatuan. Disamping sebagai simbol ketaatan
rakyat kepada pemimpin.

3.2 Saran
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya
memiliki faedah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di
perintahkan untuk melaksanakan shalat, salah satu faedahnya yakni supaya umat
islam selalu mengingat Tuhannya dan bisa meminta Karunianya dan manfaat yang
lainnya yakni bisa mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan
khusyuk tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusyuk
berbuat zina, maksiat, merampok dan sebagainya, tetapi sebaliknya kalau ada yang
melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusyukan shalatnya perlu
dipertanyakan.
Bagi laki-laki hendaknya shalatlah di masjid, selain mendapatkan pahala yang
banyak daripada shalat sendirian juga melahirkan rasa kelembutan dan kasih sayang
sesama muslim, menghilangkan sifat kesombongan dan besar diri serta dapat
mempererat ikatan persaudaraan seagama (Ukhuwah Islamiyah) maka terjadilah
interaksi langsung antara kalangan tua dengan yang muda dan antara orang kaya dan
yang miskin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah asy-Syaqawi, Amin bin. (2010). Shalat Jamaah. (Sahidu, Muzaffar,


Terjemahan). IslamHouse.com. Diakses pada 21 November 2021 dari
https://islamhouse.com/id/articles/311893

Baihaqi, Abu Yusuf. (2009). BUKU PINTAR SHALAT LENGKAP. Jakarta: Jalamitra
Media.

Darussalam, A. (2016). INDAHNYA KEBERSAMAAN DENGAN SHALAT


BERJAMAAH. Makassar: Rumah Jurnal Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 4(1), 24-25.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tafsere/article/view/7686/6206

DPMPTSP Kabupaten Bireuen. (2020). Keutamaan Shalat Berjama’ah. Diakses


pada 21 November 2021 dari
https://dpmptsp.bireuenkab.go.id/keutamaan-shalat-berjamaah/

Hadi, Abdul. (2020). Hukum Shalat Berjamaah dan Keutamaan Mengerjakannya.


Diakses pada 21 November 2021 dari
https://tirto.id/hukum-shalat-berjamaah-dan-keutamaan-mengerjakannya-
f7uc

Hadi, Abdul. (2021). Pendidikan Agama Islam Shalat Sunah Berjamaah: Jenis,
Ketentuan & Tata Cara Pelaksanaannya. Diakses pada 21 November 2021
dari
https://tirto.id/shalat-sunah-berjamaah-jenis-ketentuan-tata-cara-
pelaksanaannya-gbq2

Mabatugas. (2016). Makalah tentang shalat lengkap jamaah, qashar, dan jama’.
Diakses pada 21 November 2021 dari
https://mabatugas.blogspot.com/2016/04/makalah-fiqih-tentang-shalat.html

16
Makalah Kampus. (2018). Makalah Shalat Jamaah. Diakses pada 21 November 2021
dari
https://makalahkampus15.blogspot.com/2018/01/makalah-shalat-
jamaah.html

NuOnline. (2019). Keutamaan dan Hukum Shalat Berjamaah. Diakses pada 21


November 2021 dari
https://islam.nu.or.id/shalat/keutamaan-dan-hukum-shalat-berjamaah-BGobi

Sariroh, Dani Fatus. (2018). SKRIPSI PENGARUH KEBIASAAN SHALAT


BERJAMA’AH DAN KEBIASAAN MEMBACA AL-QUR’AN TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PAI SISWA KELAS VII DI
SMPN 1 NGANTRU TULUNGAGUNG. Tulungagung: UIN SATU
Tulungagung.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8512/

Sholehuddin, Wawan Shofwan. (2014). Shalat Berjamaah dan Permasalahannya.


Bandung: Tafakur.

Suriyanti, Riska. (2015). makalah tentang shalat berjamaah. Diakses pada 21


November 2021 dari
https://riskasuriyanti.blogspot.com/2015/10/makalah-tentang-
shalatberjamaah.html

Yansyah, Yudi. (2020). Mimbar Dakwah Sesi 25: Keutamaan Sholat Berjama’ah
dan Hukumnya. Diakses pada 21 November 2021 dari
https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/mimbar-dakwah-sesi-25-keutamaan-
sholat-berjamaah-dan-hukumnya

17

Anda mungkin juga menyukai