Makalah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah
fikih ibadah semester I
Hasidah (22862302175)
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam kami
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan warna ilahiah
dalam peradaban manusia, kepada keluarganya, sahabat sahabatnya, hingga kepada
kita selaku umatnya. Adapun isi dari makalah ini berkenaan tentang “Shalat
berjamaah dan masbuq”. Makalah ini diajukan dalam rangka melengkapi tugas mata
kuliah Praktik Ibadah.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG...................................................................................
B.RUMUSAN MASALAH................................................................................
C.TUJUAN........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN...................................................................................
B. SARAN..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Shalat merupakan tiang atau pilar utama yang menopang berdirinya agama Islam dan
merupakan ibadah yang dihisab pertama kali di akhirat nanti. Banyak ayat Alquran
dan hadis Nabi yang menerangkan betapa pentingnya mendirikan ibadah shalat. Di
antara keagungan kedudukan shalat, ia paling banyak disebut dalam Alquran.
Terkadang disebut sendirian, terkadang beriringan dengan zakat dan terkadang
dengan kalimat sabar.
Wajibnya shalat menyeluruh pada semua laki-laki, wanita, merdeka, budak, kaya,
miskin, mukim, musafir, sehat ataupun sakit bahkan dalam perang sekalipun yang
garis pemisah antara hidup dan mati sangat tipis juga tetap diwajibkan shalat
walaupun tata caranya berbeda yang dikenal dengan shalat khauf. Mengerjakan shalat
merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang baligh dan berakal sehat.
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.
B. Rumusan masalah
A. Apa yang di maksud dari Pengertian shalat berjamaah?
B. Bagaimana Landasan hukum shalat berjamaah?
C. Bagaimana Hukum shalat berjamaah?
D. Apakah Syarat imam dan makmum?
E. Bagaimana Pengaturan saf dalam shalat berjamaah?
F. Apakah Keutamaan shalat berjamaah?
G. Apa saja Pahala shalat berjamaah dibandingkan shalat sendiri?
H. Bagaimana Pengertian dan cara shalat makmum masbuk?
C. Tujuan
A. Mengetahui pengertian shalat berjamaah dan masbuk?
B. Mengetahui landasan dan hukum shalat berjamaah?
C. Mengetahui syarat imam dan makmum?
D. Mengetahui pengaturan saf dalam shalat berjamaah?
E. Mengetahui keutamaan shalat berjamaah?
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang-
orang yang ruku’”(Q.S Al-Baqarah : 43)
Artinya :”Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tal (agama Allah )dan
janganlah kamu bercerai-berai……(Q.S. Ali- Imran: 103)
Pada Q.S Al-Baqarah: 43 Allah menyurh kita untuk melaksanakan shalat
bersam-sama selanjutnya pada Q.S Al-Imran : 103 Kita diberi petunjuk untuk
mewujudkan sesuatu hal dengan bersam-sama dengan antara lain mengikuti shalat
berjamaah.
Orang yang meninggalkan shalat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama
dengan orang-orang laknat, berdasarkan hadits berikut ini: "Barangsiapa yang
menjaga shalat maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari
kiamat dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya,
bukti dan keselamatan dan pada hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir'aun Haman
dan Ubay bin Khalaf.
Hukum shalat berjamaah adalah sunnat muakkad ( sunnah yang dikuatkan)
Artinya shalat berjamaah sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw terutama bagi kaum
lelaki dan dilakukan dimasjid dan wanita juga tidak dilarang untuk shalat berjamaah
walaupun bagi mereka lebih baik shalat berjamaah dirumah.
Imam adalah pemimpin, imam dalam shalat adalah orang yang memimpin
shalat dan berdiri paling depan atau di muka makmum.
Gerakan seorang imam harus diikuti oleh makmum dan seorang imam harus
memenuhi syarat-syarat tertentu diantaranya:
laki-laki dewasa imam bagi laki-laki dan perempuan
perempuan dewasa imam bagi perempuan
mampu untuk memimpin shalat
Makmum adalah orang yang diimamami atau orang yang dipimpin shalatnya
oleh imam dalam shalat berjamaah. Untuk menjadi makmum diperlukan syarat
sebagai berikut.
berniat menjadi makmum
posisi makmum dibelakang imam
gerakan makmum harus mengikuti imam
shalat makmum harus sama dengan imam
laki-laki tidak sah shalatnya apabila imamnya perempuan
E. Pengaturan Saf dalam Shalat Berjamaah
Dan apabila dia mengerjakan shalat, maka para Malaikat selalu memohonkan
untuknya rahmat selama ia masih berada ditempat shalat selagi belum berhadats,
mereka memohon: "Ya Allah limpahkanlah keselamatan atasnya, ya Allah
limpahkanlah rahmat untuknya.' Dan dia telah dianggap sedang mengerjakan shalat
semenjak menantikan tiba waktu shalat." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Huraira
RA, dari terjemahan lafadz Bukhari).
Sarana penyatuan hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung
satu sama lain. Rasulullah SAW terbiasa menghadap ke ma'mum begitu
selesai shalat dan menanyakan mereka-mereka yang tidak hadir dalam
shalat berjama'ah, para sahabat juga terbiasa untuk sekedar berbicara
setelah selesai shalat sebelum pulang kerumah.
Dari Jabir bin Sumrah RA berkata: "Rasulullah SAW baru berdiri meninggalkan
tempat shalatnya diwaktu shubuh ketika matahari telah terbit. Apabila matahari sudah
terbit, barulah beliau berdiri untuk pulang. Sementara itu di dalam masjid orang-
orang membincangkan peristiwa-peristiwa yang mereka kerjakan di masa jahiliyah.
Kadang-kadang mereka tertawa bersama dan Nabi SAW pun ikut tersenyum." (HR.
Muslim).
Rasulullah SAW bersabda: "Imam itu diadakan agar diikuti, maka jangan sekali-kali
kamu menyalahinya! Jika ia takbir maka takbirlah kalian, jika ia ruku' maka ruku'lah
kalian, jika ia mengucapkan 'sami'alLaahu liman hamidah' katakanlah 'Allahumma
rabbana lakal Hamdu', Jika ia sujud maka sujud pulalah kalian. Bahkan apabila ia
shalat sambil duduk, shalatlah kalian sambil duduk pula!" (HR. Bukhori dan Muslim,
shahih).
Dari Barra' bin Azib berkata: "Kami shalat bersama Nabi SAW. Maka diwaktu
beliau membaca 'sami'alLaahu liman hamidah' tidak seorang pun dari kami yang
berani membungkukkan punggungnya sebelum Nabi SAW meletakkan dahinya ke
lantai. (Jama'ah)
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Shalat seseorang
dengan berjamaah itu dilipatgandakan (pahalanya) atas shalatnya yang dilakukan di
rumah atau di pasarnya dengan kelipatan dua puluh lima kali. Yang demikian itu
karena apabila ia menyempurnakan wudhu’nya dengan maksud untuk shalat
(berjamaah), maka tiadalah ia melangkahkan kakinya selangkah melainkan terangkat
untuknya satu derajat dan dihapuskan daripadanya satu kesalahannya. Lalu apabila ia
melakukan shalat, maka senantiasalah Malaikat mendoakan atasnya, selama ia masih
tetap berada di tempat shalatnya. (Doa Malaikat itu adalah), ‘Ya Allah, belas
kasihanilah dia. Ya Allah, rahmatilah dia.’ Dan senantiasalah salah seorang kamu
dianggap berada dalam shalat, selama ia menantikan shalat (berjamaah).”
( HR.Bukhari – Muslim )
Makmum masbuk adalah orang yang datang terlambat untuk mengikuti shalat
berjamaah. Misalnya tertinggal satu rakaat atau lebih. Jika sering makmum datang
terlambat maka didahulukan dengan niat sebagi makmum dan mengikuti segala
gerakan imam dan selanjutnya kekurangan rakaat makmum disempurnakan setelah
imam selesai melaksanakan shalat yang diucapkan dengan salam.
Ulama berbeda pendapat tentang ukuran seorang makmum mendapat satu rekaat
bersama imam. Tentang hal ini ada dua pendapat :
1. Pendapat pertama
Makmum yang mendapatkan ruku’ bersama imam sudah dihitung mendapat satu
rekaat. Alasan-alasan mereka sebagai berikut :
ُ صالَ ِة فَقَ ْد اَد َْر َك َها قَ ْب َل اَنْ يُقِ ْي َم ْا ِال َما ُم
ابن.ُص ْلبَه َّ َمنْ اَ ْد َر َك َر ْك َعةً ِمنَ ال:س ْو َل هللاِ ص قَا َل
ُ عَنْ اَبِى ُه َر ْي َرةَ اَنَّ َر
1595 : رقم،45 :3 خزيمة
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
mendapatkan satu ruku’ dalam shalat (sebelum imam menegakkan punggungnya)
maka ia telah mendapatkan shalat itu”. [HR. Ibnu Khuzaimah juz 3, hal. 45, no.
1595, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Kurrah bin ‘Abdur
Rahman].
ْ س ُج ْو ٌد فَا
َ س ُجد ُْوا َو الَ تَ ُعد ُّْوهَا
ْ َو َمن.ش ْيًئا َّ اِ َذا ِجْئتُ ْم اِل َى ال:س ْو ُل هللاِ ص
ُ ُصالَ ِة َو نَ ْحن ُ قَا َل َر:عَنْ اَبِى ُه َر ْي َرةَ قَا َل
893 رقم،236 :1 ابو داود.َصالَة َّ اَ ْد َر َك ال َّر ْك َعةَ فَقَ ْد اَ ْد َر َك ال
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kalian datang
untuk shalat sedang kami dalam keadaan sujud, maka bersujudlah kalian. Dan
janganlah dihitung (satu rekaat). Dan barangsiapa mendapatkan satu ruku’, berarti
ia mendapatkan shalat itu". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 236, no. 893, dla’if karena
dalam sanadnya ada perawi bernama Yahya bin Sulaiman].
Keterangan :
Dengan dasar hadits dan riwayat di atas mereka memahami perkataan “rak’atan”
diartikan ruku’, dan mereka memahami “walaa ta’ud” dengan jangan mengulangi
shalat, sehingga apabila ma’mum masbuq mendapatkan ruku’ bersama imam, maka
sudah dihitung mendapat satu rekaat.
2. Pendapat kedua
Makmum masbuq yang tidak mendapatkan Al-Fatihah tidak dihitung satu rekaat,
meskipun mendapatkan ruku’ bersama imam, dengan alasan :
Keterangan :
Berdasarkan hadits-hadits di atas mereka memahami bahwa ma’mum masbuq yang
mendapatkan ruku’ bersama imam, belum dihitung satu rekaat, karena tidak
mendapatkan Al-Fatihah, sedangkan Al-Fatihah adalah salah satu rukun shalat,
artinya : kalau rukun tidak dikerjakan maka shalatnya tidak sah. Apabila ma’mum
masbuq mengalami yang demikian itu, maka ketika imam salam, ia tidak ikut salam,
tetapi menyempurnakan rekaat yang kurang tadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan suatu ibadah waiib fardhu a’in bagi semua ummat islam
yang sudah dewasa baik bagi laki-laki maupun perempuan dan merupakan ibadah
yang akan pertama sekali dihisab pada hari kiamat nanti berbeda dengan ibadah lain
dimana shalat merupakan komunikasi langsung antara seorang hamba dengan sang
khalik. Dan shalat berjamaah adalah sunnat muakkad ( sunnah yang dikuatkan /
dianjurkan )
B. Saran
Jika kita tahu demikian besar keutamaan sholat berjamaah dan pahalanya pun
berlipat ganda dibanding sholat sendirian, akankah kita tetap merasa lebih baik sholat
sendirian ? Jika Allah menyukai sholat berjamaah, tentu sebagai hambanya akan lebih
afdhol jika senantiasa sholat berjamaah seandainya tak ada halangan berat yang
menghalangi seperti sakit sehingga tidak bisa berjalan menuju tempat sholat
berjamaah. Semoga Allah memudahkan segala ikhtiar kita, Amien.
DAFTAR PUSTAKA