Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

INVASI MONGOL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen pengampu :
1. Hj. Ratu Suntiah, M.Ag
2. Aang Mahyani, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :
KELOMPOK 9

Inayatul Fitriah : 1162060047


Inna Saftina : 1162060048
Muhammad Ihsan : 1162060066

KELAS V/B
PROGRAM STUDI PENDIDKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Tahun Ajaran 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan
hikmah, hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah Sejarah Peradaban
Islam yang berjudul “Invasi Mongol” ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan alam nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam yang berliku-liku
menuju alam yang lurus. Aamiin
Penyusun menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa
membangun dari pembaca untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Bandung, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................................ i


Daftar isi ...................................................................................................................... ii
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................1
1.3 Tujuan ..............................................................................................................1
Bab II ISI
2.1 Gambaran Umum Bangsa Mongol ...................................................................2
2.2 Faktor-faktor invasi ..........................................................................................4
2.3 Masa kekuasaan Bangsa Mongol .....................................................................7
A. Masa kekuasaan Jenghis Khan ....................................................................7
B. Masa kekuasaan Hulaghu Khan ..................................................................9
C. Masa kekuasaan Timur Lenk .....................................................................11
2.4 Penyebab jatuhnya Negara Muslim ke tangan Mongol ...................................16
2.5 Dampak invasi Mongol terhadap Dinasti Abbasiyah ......................................20
Bab III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................23
3.2 Saran ................................................................................................................23
Daftar Pustaka ............................................................................................................24
Lampiran .....................................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sebagai umat manusia yang beragama, kita memiliki peran penting dalam
menjalani kehidupan di Muka bumi sebagai Pemimpin (Khalifah fil Ard) yang
mengharuskan kita untuk menjadi pribadi yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur.
Sepanjang sejarah umat manusia, kita melihat banyak kerajaan atau kekaisaran yang
berkuasa dan melakukan berbagai penyerangan serta pengambilalihan kekuasaan
terhadap kekaisaran yang lain. Salah satu yang terkenal adalah Kekaisaran dari Bangsa
Mongol.
Sejarah dunia mencatat, bahwasanya Bangsa Mongol mulai muncul pada
penghujung abad Ke-12 atau awal Abad Ke-13 M. Awalnya mereka merupakan
sebuah kumpulan masyarakat yang mendiami daerah antara gurun pasir Gobi dan
Danau Baikal. Kehidupan mereka dikenal dengan kehidupan Bar-bar; tidak mengenal
kebersihan dan memakan semua daging binatang. Mereka menyembah benda-benda
alam Seperti matahari, Sungai, dan berbagai peristiwa alam lainnya.
Terlepas dari karakteristik bangsa Mongol tersebut, mereka juga melakukan
Ekspansi ke berbagai daerah dari mulai Asia hingga ke Timur tengah termasuk
Kerajaan-kerajaan Islam. Kisah Ekspansi bangsa Mongol ke Kerajaan-kerajaan Islam
merupakan sebuah kisah yang menyedihkan khususnya bagi umat Islam pada masa
tersebut. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang asal usul dari Bangsa
Mongol, masa kekuasaan, invasi terhadap Kerajaan Islam, serta dampaknya terhadap
Kerajaan Islam khususnya pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana gambaran umum bangsa Mongol?
1.2.2 Faktor apa saja yang memengaruhi invasi Bangsa Mongol?
1.2.3 Bagaimana masa kekuasaan Bangsa Mongol?
1.2.4 Apa saja penyebab jatuhnya Negara Muslim ke tangan Mongol?
1.2.5 Bagaimana dampak invasi Bangsa Mongol terhadap dinasti Abbasiyyah?

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1 Mengetahui gambaran umum bangsa Mongol
1.3.2 Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi invasi Bangsa Mongol
1.3.3 Mengetahui masa kekuasaan Bangsa Mongol
1.3.4 Mengetahui penyebab jatuhnya Negara Muslim ke tangan Mongol
1.3.5 Mengetahui dampak invasi Bangsa Mongol terhadap dinasti Abbasiyyah

1
BAB II
ISI
2.1 Gambaran Umum Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berasal dari daerah di Pegunungan mongolia, yang
membentang dari asia tengah sampai ke Siberia utara, Tibet selatan, dan Manchuria
barat serta Turkistan timur. Dahulu mulanya masyarakat mongol adalah suatu
masyarakat yang hidup di hutan. Mereka mendiami hutan siberia dan Mongolia luar
di antara gurun pasir Gobi dan danau Baikal. Mereka pun salah satu keturunan dari
rumpun bangsa Tar-tar.1
Bangsa Mongol adalah salah satu bangsa yang berambisi terhadap kekuasaan.
Salah satu yang membuatnya terkenal adalah salah seorang pemimpinnya yang
bernama Temujin atau dikenal sebagai Genghis Khan, bahkan ia dikenal sebagai
Alexander for Asia karena kekuasaannya yang sangat luas dan membentang di
berbagai penjuru dunia. Kekaisaran Mongol yang dibangun pada tahun 1206 telah
mampu mengusai wilayah seluas sekitar 24 Juta Km2. Selama beberapa abad, bangsa
Mongol hidup secara Nomaden (Berpindah-pindah) dari daerah satu ke yang lain yang
wilayahnya dalam lingkup daerah Manchuria hingga Turkistan. Mereka ditakuti
karena sering kali melakukan penyerangan yang dahsyat kehancurannya terhadap
Kafilah yang sedang melakukan perjalanan menyusuri jalur sutra.
Dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, Bangsa mongol bergantung pada hasil
perdagangan tradisional melalui pertukaran antara bangsa Turki dan bangsa Cina yang
merupakan tetangga mereka. Sebagai bangsa yang Nomaden, mereka memiliki sifat
yang kasar, suka berperang, dan berani mati demi mewujudkan ambisi dari Politiknya.
Nenek moyang bangsa mongol adalah Alanja Khan yang kemudian dikaruniai putra
kembar, dimana nantinya kedua putranya ini akan melahirkan keturunan Bangsa Tar-
tar dan Mongol. Kebanyakan bangsa mongol tidak menganut ajaran agama yang ada
di sekitar lingkungan mereka, mereka lebih konsisten taat dan patuh terhadap ajaran
dari nenek moyang mereka, Ajaran yang dianut oleh bangsa mongol dinamakan ajaran
Agama Syamaniyah, yakni menyembah Benda alam seperti bintang dan matahari.
Adapun agama samawi sampai ke mereka karena invasi yang dilakukan oleh mereka
sendiri.

1
M. Abdul Karim. 2006. Islam di Asia Tengah Sejarah Dinasti Mongol-Islam. Yogyakarta: Bagaskara (Hal 11).

2
Dalam banyak catatan sejarah barat maupun Islam, kesan yang muncul ketika
membaca tentang bangsa mongol adalah tentang kekejaman yang dilakukannya pada
masa lampau. Misalnya ketika penyerangan mereka ke kota Baghdad yang merupakan
pusat peradaban dinasti Abbasiyah sekaligus simbol pusat kekuasaan dan peradaban
Islam, mereka meluluhlantakkan dan membumiratakan kota Baghdad. Bahkan akibat
kekejamannya pasukan mereka membuat Sungai Tigris dan Eufrat yang mengapit kota
Baghdad berubah menjadi warna merah kehitaman, warna merah akibat dari darah dan
hitam akibat dari Tinta yang berasal dari kitab-kitab berisi berbagai pengetahuan umat
Islam dibuang ke kedua sungai tersebut. Sejarah juga mencatat bahwa setelah beberapa
penghancuran yang telah dilakukan oleh bangsa mongol, peradabannya mengalami
perubahan drastis. Bangsa Mongol yang semula barbar telah berubah menjadi bangsa
yang mencintai dan mampu membangun kembali peradaban yang dulu pernah
dihancurkannya, yakni peradaban Islam. Salah satu bukti nyatanya adalah Taj Mahal,
salah satu keajaiban dunia yang merupakan karya agung dari dinasti Mughal (Mongol)
di India.
Penaklukan kota Baghdad oleh tentara Mongol pada tahun 1258, dikenal
sebagai titik balik kejadian yang mengubah wajah peradaban Islam hingga hari ini.
Ironisnya, durasi penaklukan ini hanya berlangsung selama 13 hari, dari tanggal 29
Januari sampai 10 Februari 1258 M. Dikabarkan, selama berhari-hari pasukan Mongol
menyiksa, memperkosa, dan menganiaya penduduk Baghdad tanpa henti. Tidak jelas
tepatnya jumlah korban dalam agresi ini. Namun para ahli memperkirakan, 90.000
sampai 1 juta rakyat Baghdad meregang nyawa. Aroma cendana dari perabotan
berkualitas tinggi dan naskah-naskah akademik yang terbakar menyeruak seantero
Baghdad selama berhari-hari. Sekitar 3000 bangsawan kekhalifahan Abbasiyah di
hukum mati. Dan Al-Musta’sim, Khalifah ke-37 Bani Abbas, dibiarkan hidup sambil
menyaksikan kekejaman ini selama berhari-hari, hingga ia akhirnya ikut dieksekusi
dengan cara yang tragis.2
Terlepas dari kemampuan militernya yang hebat, Mongol tidak menonjol secara
kebudayaan. Walaupun para pemimpin Mongol mengundang para ahli ke pusat
pemerintahannya untuk membangun negeri itu, tetapi bangsa Mongol sendiri tidak
tampil sebagai ilmuwan, sastrawan, atau arsitek. Mereka tetap memainkan peran yang
sama sebagaimana sebelumnya, yaitu sebagai tentara dan penunggang kuda yang

2
https://ganaislamika.com/invasi-mongol-ke-baghdad-1258-m-1/ Diakses pada 8 September 2018

3
tangguh. Kekosongan di lapangan peradaban otomatis diisi oleh bangsa-bangsa
lainnya, dan kaum Muslimin memiliki peranan yang besar dalam hal ini. Kemudian
mulailah para pimpinan Bangsa Mongol di daerah-daerah yang di taklukkan seperti di
timur tengah masuk Islam, dan pada akhirnya mayoritas pasukan Mongol yang
menguasai daerah di timur tengah pun masuk Islam. Mereka kagum dengan budaya
mulia Islam, dengan ilmu pengetahuannya, dengan sistem hukumnya, ekonominya
serta Ideologinya yang sangat maju. Para pemimpin inilah yang akhirnya melepaskan
diri dari kekuasaan Imperium Mongol dan justru tunduk pada kekuasaan Khilafah
Islam di Mesir. Para penguasa daerah taklukan Mongol akhirnya mendirikan
Kesultanan Mongol seperti di India, dan Turki. Setelah para pasukan dan pimpinan
Mongol di timur tengah masuk Islam, maka akhirnya kekuatan Imperium Mongol pun
rontok satu per satu. Kekuasaan Mongol di Eropa berhasil direbut kembali oleh
bangsa-bangsa Eropa karena tidak ada dukungan dari Timur Tengah, sedangkan di
Timur Tengah para penguasa Mongol melepaskan diri dari Imperium Mongol karena
tunduk pada Islam. Dan puncaknya adalah kekuatan terakhir Imperium Mongol yaitu
Dinasti Yuan di Cina, dikudeta oleh kaum muslim dan rakyat Cina.3

2.2 Faktor-faktor yang memengaruhi invasi Bangsa Mongol


Tentara Mongol melakukan invasi terhadap wilayah-wilayah islam bukanlah
tanpa alasan. Artinya terdapat faktor-faktor yg mendorong mereka untuk
melakukannya. Diantara alasan-alasan itu adalah sebagai berikut :
a. Sikap ambisius penguasa Mongol menjadi satu-satunya penguasa di muka
bumi
Keberhasilan bangsa Mongol, sejak masa kepemimpinan Jenghis Khan,
Hulagu Khan sampai masa Timur Lenk menguasai dan menduduki wilayah-
wilayah Islam didorong oleh ambisi untuk menjadikan mereka satu-satunya
penguasa di muka bumi. C.G.E. Von Grunebau menyatakan “The Mongol under
Jenghis Khan were seeking to realize the ideology of the world state: one god in
heaven, one ruler of hearth”.4 Sebagai ambisinya, Timur Lenk menyusun rencana

3
https://www.globalmuslim.web.id/2011/07/sejarah-islam-mongol-bangsa-penghancur.html diakses pada 10
September 2018
4
C.G.E.Von Grunebaun, Classical Islam : a history 600-1258, translated by Catherine Watson, Chicago : Aldine
Publishing Company, 1970, hlm. 1999-2000.

4
menaklukan daerah-daerah yang pernah diambil alih oleh Jenghis Khan. Ia pernah
menyatakan bahwa jika di alam ini hanya ada satu tuhan, di bumi ini pun seharusnya
hanya ada satu raja.5
Para pemimpin Mongol sangat tidak menghendaki jika di bumi ini ditemukan
ada penguasa dari kerajaan lain yang bisa hidup berdampingan. Mereka sangat tidak
menginginkan adanya sebuah kekuasaan politik, selain kekuasaan yang dipegang
oleh orang-orang Mongol. Ini artinya bangsa Mongol harus menjadi bangsa
penguasa di atas bangsa-bangsa lain.
b. Ekspansi wilayah
Wilayah asal bangsa Mongol sebenarnya tidak terlalu luas. Bangsa Mongol
berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang secara umum, wilayah-wilayah
tersebut adalah wilayah padang pasir dan padang rumput yang hanya cocok untuk
kegiatan beternak atau berburu. Dengan demikian, sumber penghidupan di wilayah
ini sangat terbatas.
Dalam rangka meningkatkan kehidupannya, upaya melakukan perluasan
wilayah adalah cara tepat yang dilakukan bangsa Mongol untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kondisi ini tentu saja menjadi pendorong utama setelah
bangsa Mongol berhasil membangun institusi kekuasaan yang dibentuk Jenghis
Khan, Hulagu Khan dan Timur Lenk. Dengan demikian, perluasan wilayah menjadi
sebuah tuntutan, terlebih negeri-negeri yang berada di sekelilingnya merupakan
wilayah yang subur dan bisa menyediakan segala kebutuhan bangsa Mongol.6
c. Mencari kekayaan dan sumber-sumber makanan
Jumlah penduduk yang besar dan harapan hidup yang akan nomaden dan
hanya mengandalkan hidup dari berburu jelas tidak akan cukup. Untuk menutupi
kebutuhan sehari-hari yang sangat besar, upaya menjadi tentara yang terlibat dalam
peperangan sudah menjadi tuntutan. Harapan mereka, dengan bergabung menjadi
tentara, orang-orang Mongol akan banyak mendapatkan ghanimah atau harta
rampasan perang. Oleh karena itu menjadi seorang tentara merupakan suatu
kebanggaan bagi orang-orang Mongol. Dengan kata lain, dengan menjadi tentara,
kehidupannya akan terangkat.

5
Badri Yatim. Sejarah peradaban islam. Jakarta. Raja grafindo persada. 1997. hlm. 119.
6
Kusdiana, Ading. Sejarah Peradaban Islam Periode Pertengahan. Bandung. Pustaka Setia. Hlm.66

5
Pada saat Timur Lenk selesai melakukan penjarahannya di Indi, ia meminta
kepada rakyat-rakyat di negeri yang telah ditaklukannya untuk membayar upeti.
Jika ada rakyat yang membangkang, ia mengambil tindakan tegas dengan ditawan
atau dibunuh.
d. Pembalasan terhadap perlakuan tidak simpatik kaum muslim
Sebenarnya tidak dimungkiri bahwa terjadinya invasi bangsa Mongol ke
negeri-negeri Islam pada abad ke-13 dipicu oleh perilaku orang-orang islam sendiri,
khususnya orang Islam dari dinasti Khawarizm. 7
Pertama, ketika delegasi pengusaha Mongol membawa banyak harta ke
negara Khawarizm dengan maksud untuk membeli baju produk negara Khawarizm.
Wazir dinasti Khawarizm mengirim surat berisi rayuan kepada Sultan Alal Ad-Din
untuk merapas harta yang dibawa oleh pengusaha Mongol. Sultan terbujuk,
sehingga memerintahkan untuk membunuh seluruh delegasi pengusaha tersebut dan
merampas hartanya.8 Tindakan ini menjadi dasar legal bagi Jenghis Khan untuk
melakukan penyerbuan.9
Kedua, ketika Jenghis Khan mengirim utusan kepada sultan untuk
mengantarkan surat , menanyakan apakah pembunuhan tersebut atas perintahnya
atau tanpa sepengetahuannya. Akan tetapi, sultan memerintahkan untuk memenggal
utusan Jenghis Khan.
Ketiga, sultan Khawarizm menyiapkan pasukan kemudian menyerang
kedaulatan “Negara Mongol” yang pada saat itu sedang sibuk berperang melawan
negara tetangganya, dengan merampas kekayaan dan menawan kaum wanita dan
anak-anak.10
Mengacu dari peristiwa tersebut, satu-satunya jalan yang harus dilakukan
adalah menyiapkan pasukan untuk memerangi kaum muslim dan menguasai
negaranya.

7
Kusdiana, Ading. Sejarah Peradaban Islam Periode Pertengahan. Bandung. Pustaka Setia. Hlm 66
8
Muhammad Sayyid Al-Wakil, hlm.229-230
9
C.G.E.Von Grunebaun, Classical Islam : a history 600-1258, translated by Catherine Watson, Chicago : Aldine
Publishing Company, 1970, hlm.200
10
Muhammad Sayyid Al-Wakil, hlm.230

6
2.3 Masa kekuasaan Bangsa Mongol
Jatuhnya kota baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja
mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa
kemunduran politik dan peradaban islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan
dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan Khazanah ilmu pengetahuan itu ikut
pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh pasukan
Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa mongol masih
sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah (nomaden),
menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil
perdagangan tradisional, yaitu mempertularkan kulit bintang dengan binatang lainnya,
baik antara sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan Cina yang menjadi
tetangga mereka. Bangsa Mongol mempunyai watak yang kasar dan suka berperang,
dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka
sangat patuh terhadap pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (
Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang
terbit.11
A. Masa pemerintahan Jenghis Khan
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada kepemimpian
Yaaugi Bahadur Khan. Ia berhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada pada
waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, putranya, Timujin yang berumur 13 tahun
melanjutkan kepemimpinan Mongol. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha
memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan
bangsa lain, sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun
1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja yang Perkasa. Ia menetapkan suatu
undang-undang yang disebut Alyasak atau Alyasah, untuk mengatur kehidupan
rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam
kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok kecil, seribu, dua
ratus, dan sepuluh orang dengan komandan pada tiap-tiap kelompok.12 Dengan
demikian, bangsa Mongol mengalami kemajuan dalam bidang militer.

11
Ibid
12
Bertold Spuler, History of The Mongols, (London: Routledge &Kegan Paul, 1972), hlm. 26.

7
Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan baik dan kuat, Jengis Khan
berusaha memperluas daerah kekuasaan dengan menyerang beberapa daerah lain.
Serangan pertama diarahkan pada kerajaan Cina. Ia berhasil menguasai peking
pada tahun 1215 M.13 Pada tahun 606 H/1209 M tentara Mongol memulai serangan
kembali dengan sasaran untuk menguasai daerah-daerah Islam seperti Turki dan
Ferghana, kemudian Samarkand. Pada mulanya mereka mendapat perlawanan dari
penguasa Khawarizm, Sultan Ala Al- Din di Turkistan. Pertempuran berlangsung
seimbang, sehingga masing-masing kembali ke negerinya.14 Sekitar sepuluh tahun
kemudian Bangsa Mongol kembali menyerbu dan masuk Bukhara, Samarkand,
Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai perbatasan Irak. Mereka kembali
mendapat perlawanan dari Sultan Ala Al-Din. Akan tetapi Sultan Ala Al- Din
tewas pada pertempuran di Mazindaran tahun 1220 M, sehingga Bangsa mongol
dapat dengan mudah mengalahkan Khawarizm. Sultan Ala Al-Din digantikan oleh
putranya yang bernama Jalal-Din yang kemudian melarikan diri ke India karena
terdesak dalam pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasuka
Mongol terus ke Azerbaijan.15 Setiap daerah yang dilewati oleh pasukan Mongol
dibantai habis, bangunan-bangunan indah bersejarah dihancurkan sehingga tidak
berbentuk lagi, mesjid dan sekolah-sekolah dibakar tanpa tersisa.
Pada saat kondisi fisiknya sudah lemah, Jengis Khan membagi wilayah
kekuasaannya menjadi empat wilayah dan masing-masing dipegang oleh putranya
yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai, dan Tuli. Chagatai berusaha merebut kekuasaan
daerah-daerah Islam dan berhasil merebut Illi, Ferghana, Ray, Hamazan, dan
Azerbaijan. Sedangkan Sultan Khawarizm, Sultan Jalal Al-Din tidak bisa lagi
membendung serangan dari pasukan Mongol, kemudian ia melarikan diri, di
sebuah daerah pegunungan ia dibunuh oleh seorang kurdi. Dengan demikian,
berakhirlah masa kerajaan Khawarizm. Kematian sultan Khawarizm membuka
jalan untuk Chagatai untuk melebarkan sayap keluasaannya.
Sedangkan saudara Chagatai yaitu Tuli berhasil menguasai Khurasan, karena
kerajaan Islam telah terpecah belah, Tuli dengan mudahnya dapat menguasai Irak.

13
Carl Brockelmann, History of the Islamic Peoples, London: Routledge & Kegan Paul, 1980), hlm. 246.
14
Hassan Ibrahim Hassan, op. Cit., hlm. 142-143
15
Jalal Al-Din Al Sayuthi, Tarikh al-Khulafa’, (Beirut: Al-Fikr, tanpa tahun), hlm. 443

8
Ia meninggal pada tahun 654 H/ 1256 M kemudian digantikan oleh putranya yaitu
Hulagu Khan.16

B. Masa pemerintahan Hulaghu Khan


Pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000
orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu'tashim penguasa terakhir
Bani Abbas di Baghdad (1243-1258) benar-benar tidak dapat membendung
serangan dari pasukan pada masa Hulagu Khan. Pada saat kritis itu, wazir khilafah
Abbasiyah yaitu Ibn Al-'Aqlami bekerjasama dengan Mongol dan mengambil
kesempatan untuk menipu Khilafah. Ia mengatakan kepada Khalifah bahwa telah
menemui Hulagu Khan untuk berdamai, dan menginginkan putra dari Khilafah
yaitu Abu Bakr dinikahkan dengan putri dari Hulagu Khan, dengan demikian,
Hulagu Kham akan menjamin posisi Khalifah, dan Hulagu Khan tidak
menginginkan apapun kecuali kepatuhan sebagaimana nenek moyang Khilafah
terhadap Sultan-sultan Seljuk.17
Khalifah menerima usulan tersebut dan keluar bersama beberapa pengikut
dengan membawa mutiara, permata, dan perhiasan-perhiasan lainnya untuk
diserahkan kepada Hulagu khan.18 Hadiah-hadiah yang diberikan oleh Khilafah
dibagikan kepada panglima-panglima Hulagu khan. Keberangkatan Khilafah
disusul oleh pembesar istana lainnya, diantaranya yaitu para ahli fiqih dan orang-
orang terpandang. Tetapi, sambutan dari Hulagu Khan sungguh diluar dugaan
Khilafah, dan berbeda dengan apa yang disampaikan oleh wazirnya. Mereka
semua, termasuk wazir khilafah dibunuh dengan cara leher dipancung secara
bergiliran. Dengan pembunuhan tersebut, berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di
Baghdad. Kota Baghdad tersebut dihancurkan rata dengan tanah sebagaimana
kota-kota lainnya yang dilalui oleh tentara Mongol sebelumnya.
Walaupun kota Baghdad sudah dihancurkan, tetapi Hulagu Khan
memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun sebelum melanjutkan
serangan terhadap Syria dan Mesir. Dari Baghdad, pasukan Mongol menyeberangi

16
Muhammad Hudhari Bek, Muhadharat Tarikh al-Umam al-Islamiyah, (Kairo: Al-Maktabah Al-Kubra,
1970), hlm. 480
17
Jalal Al-Din Al-Sayuthi, op. Cit., hlm. 434
18
Muhammad Khudhari Bek, op. Cit., hlm. 482

9
sungan Euprat menuju Syria , kemudian melintasi Sinai, Mesir. Pada tahun 1260
M, mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Panglima tentara Mongol yaitu
Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir untuk menyampaikan kepada Sultan Qutuz
yang menjadi raja kerajaan Mamalik di Mesir untk menyerahkan kekuasaan
kepada Mongol. Akan tetapi Sultan Qutuz menolak, bahkan utusan yang dikirim
oleh panglima tentara Mongol dibunuhnya.19
Hal tersebut menimbulkan kemarahan di kalangan tentara Mongol.
Kemudian Kitbugha melintasi Yordania menuju Galilie. Pasukan ini bertemu
dengan pasukan Mamalik yang dipimpin langsung oleh Sultan Qutuz dan Baybras
di ‘Ain Jalut. Pertempuran tidak dapat dihentikan dan berlangsung dahsyat. Pada
pertempuran ini, pasukan Mamalik dapat mengalahkan tentara Mongol, 03
September 1260 M. 20
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan oleh Hulagu Kan selanjutnya
diperintah oleh Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu.
Daerah yang dikuasai oleh dinasti ini adalah daerah di antara Asia kecil di Barat
dan India, di Timur, dengan ibu kotanya yaitu Tabriz.21 Dengan demikian, umat
islam dipimpin oleh Hulagu Khan yang beragama Syamanism. Hulagu meninggal
pada tahun 1265 M dan diganti oleh putranya yaitu Abaga (1265-1282 M) yang
masuk agama Kristen. Pada keturunan ketiga raja Abaga yaitu Ahmad Teguder
(1282- 1284 M) memimpin dengan beragama Islam. Karena masuk Islam, Ahmad
Teguder ditantang oleh pembesar-pembesar kerajaan lainnya. akhirnya, ia
ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi
raja (1284-1291 M).22 Raja keempat dinasti Ilkhan ini terkenal kejam terhadap
umat Islam. Banyak umat Islam pada masa kekuasaan raja keempat ini yang
dibunuh dan diusir.
Selain Teguder, Mahmud Ghazan (1295-1304 M) merupakan raja ketujuh,
dan raja-raja selanjutnya yang memeluk agama Islam . dengan masuk Islamnya
Mahmud Ghazan yang sebelumnya beragama Budha, Islam mengalami

19
Ahmad Syalabi, op. Cit., jlm. 746
20
Carl Brockelmann, op. Cit., hlm. 182-183
21
Arthur Goldschmidt, Jr., A Consice History of the Middle East, (Colorado: Westview Press, 1983), hlm. 116
22
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta Kota Kembang, 1989), hlm. 309

10
kemenangan yang sangat besar terhadap agama Syamanism. Sejak itu pula, orang-
orang Persia mendapatkan kemerdekaannya kembali.
Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, Ghazan mulai memperbaiki dan
memperhatikan perkembangan peradaban. Ia merupakan seseorang pelindung
ilmu pengetahuan dan sastra. Ia amat gemar kepada kesenian, terutama arsitektur
dan ilmu pengetahuan alam seperti astronomi, mineralogi, metalurgi, dan botani.23
Ia membangun semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk mazhab
Syafi’i dan Hanafi, sebuah perpustakaan, observatorium, dan gedung-gedung
umum lainnya.
Ia wafat pada usia muda yaitu usia 32 tahun, dan digantikan oleh Muhammad
Khdabanda (1304-1317 M) yaitu seorang penganut Syiah yang ekstrem. Ia
mendirikan kota kota raja suktaniyah, dekat Zanjan. Pada masa pemerintahan Abu
Sa’id (1317-1335 M), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana
kelaparan dan angin topan beserta hujan es yang menimbulkan malapetaka.
Kerajaan Ilkhan yang didirikan oleh Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal
Abu Sa’id. Masing-masing pecahan yang saling memerangi. Akhirnya, mereka
semua ditaklukkan oleh Timurn Lenk. 24

C. Masa pemerintahan Timur Lenk


Setelah lebih dari seabad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari
kehancuran akibat serangan Bangsa Mongol di bawah kepemimpinan Hulagu
Khan, malapetaka yang tidak kalah dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan dari
keturunan bangsa Mongol. Berbeda dengan serangan yang dipimpin oleh Hulagu
Khan dan keturunannya bangsa Ilkhan, penyerangan kali ini sudah masuk Islam,
akan tetapi, sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu
dipimpin oleh Timru Lenk, yang bermakna Timur si Pincang.
Sang penakluk ini dilahirkan dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz, “kota
hijau”, Uzbekistan), sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 08
April 1336 M/25 Sya’ban 736 H, dan meninggal di Otrar pada tahun 1404 M.25

23
Ibid., hlm. 309.
24
Ibid., hlm. 312
25
Encyclopedia Americana, Vol. 26, (Connecticut: Grolier Incorporated), hlm. 765-767

11
Ayahnya bernama Taragai, kepala suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang
menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putra Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti
Jagatai ke arah Barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gubernur Kesh.
Keluarganya mengaku keturunan jengis Khan sendiri.26
Sejak usia masih sangat muda, keberanian dan keperkasaannya sudah sangat
terlihat, Ia sering dipercaya untuk menjinakkan kuda-kuda binal yang sulit
ditunggangi dan memburu binatang-binatang liar lainnya.27 Sewaktu usia 12 tahun,
ia sudah banyak terlibat dalam peperangan dan menunjukkan kehebatan dan
keberaniannya untuk mengangkat dan mengharumkan namanya di kalangan
bangsanya. Akan tetapi, baru setelah sepeninggal ayahnya, sejarah
keperkasaannya bermula. Setelah ayahnya wafat, amir-amir melepaskan diri dari
pemerintahan pusat. Timur Lenk mengabdikan diri kepada Gubernur Transoxiana,
Amir qazaghan. Ketika qazaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq
Temur Khan, pemimpin Moghulistan, yang menjarah dan menduduki
Transoxiana. Timur Lenk bangkit untuk membela nasib kaumnya yang tertindas.28
Tughluq Temur melihat keberanian dari Timur Lenk, dan menawarkan kepadanya
jabatan Gubernur di negeri kelahirannya. Tawaran itu diterima, akan tetapi,
setahun setelah Timur Lenk diangkat menjadi Gubernur, tahun 1361 M, Tughluq
Temur mengangkat putranya yaitu Ilyas Khoja menjadi Gubernur Samarkand dan
timur Lenk menjadi wazirnya. Dan hal itu menjadikannya berang. Ia segera
bergabung dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, mengangkat senjata untuk
memberontak kepada Tughluq Temur.
Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Temur dan Ilyas Khoja.
Keduanya dibinasakan dalam pertempuran. Ambisi Timur Lenk untuk menjadi
raja besar muncul saat itu. karena ambisi itulah, Timur Lenk kembali
memaklumatkan perang melawan Amir Husain, walaupun iparnya sendiri. Dalam
pertempuran antara keduanya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir
Husain di balkh. Setelah itu, dia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa
tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagatai dan keturunan Jengis Khan, pada tanggal

26
Encyclopedia Britannica, Vol. 22, (London: William Benton Publisher), hlm. 3-4
27
First Encyclopedia of Islam, Vol. 7, (London: E. J. Brill), hlm. 777
28
First Encyclopedia of Islam, Loc. cit

12
10 April 1370 M. Sepuluh tahun pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata
dan Khawarizm dengan sembilan ekspedisi.29
Setelah Jta dan Khawarizm dapat dikalahkan, kekuasaannya mulai kokoh.
Ketika itulah, Timur Lenk mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya
menjadi penguasa besar dan berusaha menaklukkan daerah-daerah yang pernah
dikuasai oleh Jengis Khan. Ia berkata “Sebagaimana hanya ada satu tuhan di alam
ini, maka di bumi seharusnya hanya ada satu raja”.30
Pada tahun 1381 M, ia menyerang dan berhasil menaklukkan Khurasan.
Setelah itu, serbuan ditujukan ke daerah Herat. Di sini juga ia keluar sebagai
pemenang. Ia tidak berhenti sampai di situ, tetapi terus melakukan serangan-
serangan ke negeri-negeri lain dan berhasil menduduki negeri-negeri di
Afghanistan, Persia, Fars, dan Kurdistan. Di setiap negeri yang ditaklukkannya, ia
membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Di Subzawar, Afghanistan,
bahkan ia membangun menara, disusun dari 2000 mayat manusia yang dibalut
dengan batu dan tanah liat.31 Di Isfahan, Iran, ia membantai kurang lebih 70.000
penduduk. Kepala-kepala dari mayat tersebut dipisahkan dari badannya dan
disusun menjadi menara.32 Dari sana ia melanjutkan ekspedisinya ke Irak, Syria,
dan Anatolia (Turki). Tahun 1393 M, ia menghancurkan Dinasti Muzhaffari di
Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun itu pula, Baghada
di jarahnya dan setahun kemudian, ia berhasil menduduki mesopotamia penguasa
Baghdad masa itu. Sultan Ahmad jalair melarikan diri ke Syria. Ia kemudian
menjadi Vassal ari Sultan Mesir, Al-malik Al-Zahir Barquq. Penguasa Mamalik
yang berpusat di Mesir ini adalah atu-satunya yang tidak mau dan tidak mampu
ditundukkan. Utusan-utusan Timur Lenk yang di utus ke Mesir untuk prjanjian
damai, sebagian dibunuh, dan sebagian lainnya dioerhinakan, kemudian
diperintahkan untuk kembali ke Timur Lenk. Mesir, sebagaimana pada serangan-
serangan Hulagu Khan, kembali selamat dari serangan bangsa Mongol. Karena
Sultan Barquq tidak mau mengekstradisi Ahmad Jalair yang berada di dalam
perlindungannya, Timur Lenk kemudian melancarkan invasi ke Asia kecil

29
Ibid
30
M. Farid Wadji, op. Cit., hlm. 730
31
Encyclopedia Americana, loc. Cit.
32
Ibid

13
menjarah ke kota-kota Edessa, Takrit, Mardin, dan Amid. Takrit, kota kelahiran
Sultan Al-Din Al-Ayyubi, ia membangun sebuah piramida dari tengkorak korban-
korbannya.33
Pada tahun 1395 M, ia menyerang daerah Qipchak, kemudian menaklukkan
Moskow yang didudukinya selama lebih dari setahun. Tiga tahun kemudian, ia
menyerang India. Konon, alasan penyerbuannya adalah ia menganggap penguasa
muslim di daerah itu terlalu toleran terhadap penganut Hindu. Ia sendiri
berpendapat, seharusnya penguasa Muslim itu memaksakan Islam kepada
penduduknya. Di India, ia membantai lebih dari 80.000 tawanan. Dalam rangka
membangun mesjid di Samarkand, ia membutuhkan batu-batu besar.
Setelah pondasi mesjid dibangun, tahun 1399 M, Timur Lenk berangkat
memerangi Sultan mamalik di Mesir yang membantu Ahmad Jalair, penguasa
Mongol di Baghdad yang lari ketika ia menduduki kota itu sebelumnya dan
memerangi Kerajaan Usmani di bawah Sultan Bayazid I. Dalam perjalanannya itu,
ia menaklukkan Georgia. Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur
hidup-hidup untuk memenuhi sumpahnya bahwa arah tidak akan tertumpah bila
mereka menyerah.
Pada tahun 1401 M, ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari
lamanya, Aleppo dihancurkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat piramida
setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap
keluar.34 Banyak bangunan seperti sekolah dan mesjid yang berasal dari zaman
Nuruddin Zanki dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, homs, dan Ba’labak berturut-
turut jatuh ke tangannya. Pasukan Sultan faraj dari kerajaan mamalik dapat
dikalahkannya dalam suatu pertempuran dahsyat, sehingga Damaskus jatuh ke
tangan pasukan Timur Lenk pada tahun 1401 M. Akibat peperangan itu, masjid
Umayyah yang bersejarah rusak berat tinggal dinding-dindingnya saja yang masih
tegak.35 Dari Damaskus, para seniman ulung dan para pekerja yang ahli dibawanya
ke Samarkand. Ia memerintahkan ama yang menyertainya untuk mengeluarkan
fatwa tentang tindaan0tindakan yang dilakukannya itu adalah suatu kebenaran.
Setelah itu, serangan dilanjutkan ke Baghdad. Ketika Baghdad berhasil ditaklukan,

33
Philip K. Hitti, History of the Arabs, (London: Macmillan Student Editions, 1974), hlm. 699-670.
34
Ibid., hlm. 701
35
Ibid.

14
ia melakukan pembantaian besar-besaran terhadap 20.000 penduduk sebagai
pembalasan atas pembunuhan terhadap banyak tentaranya sewaktu mengepung
kota itu. di sini, seperti biasa, kebiasaannya, ia kemudian mendirikan 120 buah
piramida dari kepala mayat-mayat sebagai tenda kemenangannya.
Kerajaan Usmani, oleh Timur Lenk dianggap sebagai tantangan terbesar.
Karena kerajaan ini menguasai banyak daerah bekas imperius Jengis Khan.
Bahkan Sultan Bayazid, penguasa kerajaan itu sebelumnya berhasil meluaskan
daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sudah ditaklukan oleh Timur Lenk.
Karena itu, timur Lenk sangat berambisi untuk mengalahkan kerajaan ini. Ia
mengerahkan bala tentaranya untuk mengalahkan tentara Bayazid I. Di Sivas,
terjadi peperangan yang menentukan di Ankara. Tentara Usmani kembali
menderita kekalahan. Sementara Sultan Bayazid sendiri tertawan ketika hendak
melarikan diri. Dan akhirnya meninggal dalam tawanan. Timur Lenk kemudian
melanjutkan serangannya ke Broessa, ibu kota lama Turki, Smyrna. Setelah itu,
dia kembali ke Samarkand untuk merencanakan penyerangan ke Cina. Namun di
tengah perjalanan, tepatnya di otrar, ia menderita sakit yang membawa pada
kematiannya. Ia meninggal pada tahun 1404 M, dalam usia 71 tahun. Jenazahnya
dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran.
Sekalipun ia terkenal sebagai penguasa yang sangat ganas terhadap para
penentangnya, sebagai seorang Muslim, Timur Lenk tetap memperhatikan
perkembangan Islam. Bahkan dikatakan, ia seorang yang saleh. Konon, ia adalah
penganut Syi’ah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat Naqsyabandiyah. Dalam
perjalanannya, ia selalu membawa serta para ulama-ulama, sastrawan dan
seniman. Ulama dan seniman dihormatinya. Ketika berusaha menaklukkan Syria
bagian utara, ia menerima sejarawan terkenal, ibnu Khaldun yang diutus Sultan
Faraj untuk membicarakan perdamaian.36 Kota Samarkand diperkayanya dengan
bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan indah. Di masa hidupnya, kota
Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih kedudukan kota Baghdad
dan Tabriz. Ia datangkan tukang-tukang yang ahli, seniman-seniman ukung,
pekerja0pekerja yang pandai, dan perancang-perancang bangunan dari negeri-
negeri taklukannya.; Delhi, Damaskus, dan lain-lain. Ia meningkatkan
perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan

36
Ahmad Sylabi, op. Cit., Juz 5, hlm. 648

15
yang baru antara India dan Persia Timur. Ia berusaha mengatur administrasi
pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang
menyebarkan Islam.
Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jahanekir
dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Khalil (1404-2405 M) keluar
sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya dengan menghabiskan harta
kekayaan yang ditinggalkan oleh ayahnya. Karena itu, saudaranya yang lain,
Syakh Rukh (1405-1447 M) merebut kekuasaan dari tangannya. Syakh Rukh
berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang asil dan lemah
lembut. Setelah wafat, ia digantikan oleh anaknya Ulugh Bey (1447-1449 M),
seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaannya tidak
lama. Dua tahun setelah ia berkuasa, ia dibunuh oleh anaknya yang haus akan
kekuasaan, Abd Latif (1449-1450 M). Raja besar dinasti Timuriyah yang terakhir
adalah Abu Sa’id (1452-1469 M). Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah belah.
Wilayah kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru
muncul ke permukaan, Kara Koyunlu (domba hitam) dan Ak Koyunlu (domba
putih). Abu Sa’id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan Uzun Hasan,
penguasa Ak Koyunlu.37
Dari paparan di atas, terlihat bahwa kemenangan yang telah dicapai oleh
Jengis Khan, Hulagu Khan, dan Timur Lenk di wilayah-wilayah Islam dari abad
ke -13 sampai dengan abad ke-15 telah mengubah peta dunia yang membentang
dari Nablus di sebelah Barat sampai India di sebelah Timur. Sebuah prestasi
monumental yang dibangun oleh Bangsa Mongol pada periode tersebut.
2.4 Penyebab jatuhnya negeri Muslim ke tangan Bangsa Mongol: Analisis komparasi
historis
Pada saat tentara Mongol melakukan penyerbuan terhadap wilayah-wilayah
Islam, terdapat beberapa hal yang patut menjadi bahan refleksi mengapa wilayah-
wilayah Islam pada abad ke 13 sampai dengan abad ke 15M dapat dengan mudah
dikuasai Bangsa Mongol.
a. Faktor Internal yang Berasal dari Umat Islam
Faktor internal yang menyebabkan negeri Muslim jatuh ketenangan Bangsa
Mongol adalah munculnya konflik dan permusuhan yang berkepanjangan antara

37
Hamka, op. Cit., hlm. 57

16
penguasa-penguasa Islam yang direpresentasikan oleh pertikaian diantara dinasti-
dinasti kecil Islam karena terlalu berambisi terhadap kekuasaan, sehingga
melupakan persatuan diantara mereka. Menurut Hassan Ibrahim Hassan, pada awal
abad ke 13 di sebelah barat Asia dan Afrika terdapat beberapa negara Islam yang
bermusuhan. Setiap penguasa tertarik untuk menjalankan ekspansi wilayah
kekuasaannya sambil mengorbankan para penguasa yang lain dan tak seorang pun
dari para penguasa tersebut menyadari adanya bahaya serangan Bangsa Mongol,
dan tak seorang pun dari penguasa Muslim menyadari betapa pentingnya
menciptakan persekutuan sehingga bisa mengawasi serangan-serangan Bangsa
Mongol. 38
Pada masa kekhalifahan Abbasiyah yang berkedudukan di Baghdad, khalifah
An-Nasir, ia mencoba mengembalikan kekuasaan khilafahnya dengan memegang
kekuasaan sebagai pemimpin spiritual sekaligus menguasa dunia. Karena merasa
mendapat pengakuan dan dukungan dari Salahuddin al-Ayubi di Mesir, ia terlalu
berambisi pada kekuasaan.39 Ia mendekati kaum Ismailiyah dari Alamut.
Kemudian menjadi pelindung, sekaligus mengembangkan organisasi futhuwah
sebagai penyokong kekuasaan. Setelah itu, khalifah melakukan penyerbuan ke
Turki, Irak Kuzistan. Selanjutnya, An-Nasir membujuk Takash, seorang penguasa
Khawarizm untuk memukul seljuk Persia yang kemudian diterima Takash dengan
tujuan politik tersendiri. Dalam pertempuan di Ray tahun 1194, Takash berhasil
mengalahkan Sultan Seljuk Tughril II, dan kekuasaan Seljuk di Irak praktis
breakhir.40
Setelah Takash memperoleh kemenangan, khalifah An-Nasir justru
memerintahkan Takash untuk meninggalkan daerah yang telah ditaklukannya itu.
Namun, Takash menentang. Terjadilah pertikaian antara Takash dan Khalifah An-
Nasir, pertikaian ini semakin tajam ketika Ala ad-Din, anak Takash (1200-1220
M) berkuasa menggantikan ayahnya. Pada tahun 1217, Ala ad-Din memecat
khalifah An-Nasri, lalu bergerak menjuju Baghdad untuk menguasainya. 41

38
Hassan Ibrahim Hassan, hlm.257
39
J.J.Sanders. hlm.170
40
Philip K.Hitti. hlm. 481-482
41
Philip K.Hitti. hlm. 481-482

17
Menurut Ibnu Katsir, pasukan Mongol mencapai kemenangan demi
kemenangan yang mencengangkan dunia adalah karena tidak adanya rintangan
bagi pasukan Mongol. Penguasa Khawarizm telah membunuh raja-raja dari
kerajaan kecil, ia kehilangan para pendukungnya.42 Sultan Alal ad-Din karena
ketamakannya telah mengalahkan dan menghancurkan sebagian besar kerajaan
Islam, sehingga tidak seorang pun pemimpin Islam yang tersisa dan bisa
mempersatukan angkatan perang umat Islam.
Faktor kedua yang menyebabkan wilayah Islam diduduki Bangsa Mongol
adalah karena kuatnya tingkat ashabiyah di kalangan masyarakat Muslim menurut
persamaan suku atau identitas kultural. Perlu dikemukakan bahwa sebelum
terjadinya invasi Bangsa Mongol di wilayah Iran, Irak dan Asia Tengah banyak
bermunculan dinasti Islam menurut identitas kesukuan, bahkan tidak jarang
muncul dengan baju keagamaan yang mencerminkan perbedaan antara yang satu
dengan yang lainnya. Sebagai catatan, bahwa pada masa khilafah Abbasiyyah,
terutama pada periode kemundurannya pernah berdiri Dinasti Buwaihi yang
merepresentasi kelompok masyarakat Persia yang berhaluan syiah. Ketika Dinasti
Buwaihi masih eksis, didaerah lain muncul Dinasti Seljuk yang merepresentasikan
komunitas suku Bangsa Turki dengan madzhab sunni yang kemudian terpecah
menjadi dinasti Seljuk Besar, Seljuk Irak, Seljuk Syiria, Seljuk Kirman, dan Seljuk
Rum. Selanjutnya di daerah Transoxiana, menjelang penyerbuan Bangsa Mongol,
berdiri Dinasti Khawarizm yang dibangun Takash, yang kemudian dilanjutkan
oleh Sultan Alal ad-Din. Dari semua dinasti yang pernah ada, masa kekhilafahan
Abbasiyyah hanya mengutamakan kepentingan intern dinastinya. Karena
perbedaan madzhab dan kepentingan politik, tidak jarang diantara dinasti-dinasti
ini saling menyerang. Hal ini terbukti dari yang pernah dilakukan penguasa dari
dinasti Khawarizm.
Faktor ketiga yang mendorong bangsa mongol sukses mendulang
keberhasilan mengenai negeri-negeri Islam adalah menurunnya kualitas kehidupan
keagamaan masyarakat Muslim di wilayah tersebut. Hal ini tampak dari ajaran
Islam yang dianut dan diamalkan umat Islam banyak yang sudah disimpangkan
dari ajaran murni yang sebenarnya. Islam tidak bersih lagi karena banyak
bersenyawa dengan adat istiadat, paham animisme, dan dinamisme. Begitu juga

42
Muhammad Sayyid al-Wakil, hlm.239

18
perkembangan pemikiran dikalangan masyarakat Muslim didaerah tersebut telah
berkurang sebagai akibat dominannya paham jabariyah dan adanya pandangan
bahwa pintu ijtihad telah tertutup.43 Akhirnya timbul sikap taqlid pada pendapat
lama dan masyarakat Muslim menjadi statis. Akibatnya, karena pintu ijtihad
dipandang tertutup dan taqlid telah begitu membelenggu umat Islam, ditambah
keberadaan paham jabariyah yang hanya pasrah pada khaliq yang telah sedemikian
melekat pada dada umat slam, ilmu pengetahuan menjadi tidak berkembang.44
Dalam kondisi ini, masyarakat muslim dikawasan itu menjadi mundur. Padahal
secara umum, wilayah Asia Tenggara merupakan tempat lahirnya ulama-ulama
Islam, seperti Imam Bukhari yang berasal dari Bukhara.

b. Faktor Ekstern yang Berasal dari Bangsa Mongol


Di antara faktor ekstern yang berasal dari kondisi Bangsa Mongol dari masa
Jenghis Khan, Hulagu Khan sampai Timur Lenk adalah keberhasilan mereka
mengintegrasikan seluruh kekuasan Bangsa Mongol. Kemajuan Bangsa Mongol
secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasughi Bahadur Khan.
Setelah Yasughi meninggal, Teujin, anaknya, tampil sebagai pemimpin yang
menggantikannya. Selama lebih kurang 3 dasawarsa, ia berjuang membangun
basis militernya melalui kekuatan angkatan perangnya dengan menyatukan Bangsa
Mongol dengan suku bangsa lain sampai menjadi satu pasukan yang tangguh dan
teratur sehingga ditakuti oleh bangsa-bangsa luar.
Dalam usaha membangun kekuatan militernya, ia menetapkan undang-
undang yang disebut alyasak. Dalam undang-undang ini posisi kaum wanita dalam
kemiliteran memiliki kewajiban yang sama dan ditempatkan dalam posisi yang
setara dengan laki-laki. Begitu juga melalui undang-undang alyasak ini, ia
berusaha mengatur pasukan perang kedalam beberapa kelompok besar dan kecil
yang masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang komandan.45

43
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah, Pemikiran dan Gerakan. Jakarta : Buln Bintang. 1992.
Hlm.13
44
Lihar H.A.R. Gib. Modern Trends in Islam, erjeahan L.E.Hakim. Jakarta : Tinta Emas. 1954. Hlm.1
45
Bertold Spuler. History of the Mongols. London : Routledge and Kepangaul. 1972. Hlm.26

19
2.5 Dampak invasi Mongol terhadap dinasti Abbasiyyah
Invasi bangsa mongol ke Baghdad yang merupakan pusat pemerintahan Dinasti
Abbasiyah menyisakan pilu yang berkepanjangan, dunia Islam menemukan akhir dari
masa keemasannya. Pembakaran yang mereka lakukan bukan hanya melanda
bangunan fisik saja, melainkan juga harapan dan cita-cita masyarakat Baghdad.
Setidaknya ada 2 dampak yang ditimbulkan dari Invasi bangsa mongol, yakni dampak
Positif dan Negatif. Akan tetapi yang akan dibahas terlebih dahulu adalah dampak
negatif yang memang dominan terjadi.
a. Dampak Negatif
Karena Dinasti Abbasiyah terkenal dengan Ilmu pengetahuan, Politik, dan
Ekonominya maka ketiga aspek tersebut juga yang terkena dampak secara
langsung dari invasi bangsa mongol. Pertama yakni terhadap Ilmu pengetahuan,
dampak terhadap dunia Islam kontemporer menyebabkan ilmu pengetahuan
mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan Baghdad pada Dinasti Abbasiyah
merupakan pusat perkembangan ilmu pengetahuan budaya kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan dapat dilihat dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh para ilmuan
Islam pada masa tersebut. Pembangunan perpustakaan, toko buku, sekolah-
sekolah, pusat kajian dan diskusi semuanya terhenti akibat para aktivis
intelektualnya terbunuh oleh para tentara mongol. Pada saat masa kehancuran kota
Baghdad Buku-buku yang berada di Perpustakaan Baitul Hikmah Sebagian besar
dibuang di sungai Tigris. Sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban,
kehancuran kota Baghdad tentu memberikan dampak yang besar terhadap sejarah
umat Islam. Jatuhnya kota Baghdad bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah,
tetapi juga merupakan awal dari kemunduran dunia Islam. Ketika Baghdad hancur
berbagai khazanah ilmu pengetahuan yang ada di sana juga ikut lenyap.46
Kedua yakni terhadap Politik, kejatuhan pemerintahan Baghdad menjadi
momok dalam sejarah Islam. Kondisi perpolitikan pasca serangan bangsa mongol
dengan cepat berubah. Bangsa mongol berubah menjadi ancaman yang serius dan
menakutkan bagi negara-negara Islam lainnya, berbagai kisah kelam bagaikan
deretan panjang catatan hitam yang tidak terhitung. Perbaikan fisik dan mental
kiranya tidak bisa diupayakan dalam waktu dekat dan singkat. Keruhnya bukan

46
Muhammad Amin. 2016. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah Serta Dampaknya Terhadap Dunia
Islam Kontemporer. Jurnal el-Hekam Vol.1 No.1 Hal 16-19

20
hanya membayangi kondisi masyarakat Baghdad, melainkan umat Islam pada
umumnya. Ketika kota Baghdad di taklukkan, kondisi perpolitikan Islam yang
semula telah terpecah menjadi semakin terpisah satu sama lain dengan disertai
ketakutan yang sangat. Kejatuhan Baghdad benar-benar menjadi bukti bahwa
bangsa mongol memiliki DNA untuk menjadi penguasa dari Peradaban Islam serta
pemimpin di dunia. Hal tersebut karena terlepas dari kekejaman yang
dilakukannya, mereka telah berhasil menyingkirkan kekuatan bangsa-bangsa yang
sejak lama dikenal sebagai pengawal keberlangsungan peradaban Islam di kancah
Global.47 Jika di analisa, terdapat pula dampak secara tidak langsung dari aspek
politik yakni menjadikan umat Islam menjadi terkotak-kotak, negara-negara Islam
yang lebih kecil mengalami penjajahan, serta tidak adanya sistem Khilafah yang
digunakan dalam pemerintahan.
Ketiga yakni dampak terhadap Ekonomi. Penyerangan bangsa mongol juga
berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat Baghdad, dengan hancurnya
berbagai bangunan tempat berdagang dan gudang penyimpanan membuat aktivitas
jual beli lumpuh total. Umat Islam ketika itu terpuruk, karena fasilitas yang ada
sudah dihancurkan seperti irigasi untuk pertanian, fasilitas umum lainnya juga
tidak ada yang tersisa dari penghancuran oleh bangsa mongol. Padahal, pada masa
kejayaan dinasti Abbasiyah tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi,
negara Islam mengalami kemajuan ekonomi yang pesat karena lancarnya jalur
perdagangan. Hal ini terbukti dengan dibangunnya stasiun kafilah dagang dan
fasilitas air yang cukup menjadikan para pedagang merasa nyaman untuk
melakukan aktivitas perdagangan mereka. Di jalan-jalan yang biasa dilalui oleh
para pedagang banyak dibangun sumur dan tempat istirahat, keamanan juga
diperkuat untuk melindungi armada dari bajak laut yang sering berkeliaran di
sungai Tigris maupun Eufrat. Dengan begitu, kota Baghdad merupakan salah satu
pusat dari perdagangan dunia. Namun semua kemajuan tersebut hancur setelah
dinasti Abbasiyah mengalami krisis dan serangan tentara mongol di bawah
pimpinan Khulagu Khan tepatnya pada tahun 1258 M. Serbuan bangsa mongol

47
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada

21
membuat semuanya lumpuh total dan membuat Dinasti Abbasiyah mengalami
masa-masa ekonomi yang sulit dan membuat kesejahteraan sosial hilang.48
b. Dampak Positif
Dari sekian banyak dampak negatif dan kerusakan yang dibuat oleh bangsa
mongol terhadap peradaban Islam, terdapat beberapa dampak positif yang
dihasilkan antara lain; karena disebabkan mereka berasimilasi dan bergaul dengan
masyarakat muslim dalam jangka waktu yang panjang, seperti yang dilakukan oleh
Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi
kerajaannya, walaupun ia pada mulanya beragama Budha. Rupanya, ia telah
mempelajari agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih
mendorongnya masuk Islam ialah pengaruh seorang menterinya Rasyiduddin yang
terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu dialog dengannya, dan
Nawruz, seorang gubernurnya untuk beberapa provinsi Syria. Ia menyuruh kaum
Kristen dan Yahudi untuk membayar jizyah dan memerintahkan mencetak uang
yang bercirikan Islam, melarang riba, menyuruh para pemimpinnya menggunakan
sorban. Ia meninggal ketika masih berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang
berat sehingga ia sakit dan menyebabkan kematiannya ketika pasukannya kalah di
Syria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk mengusirnya dari
kekuasaannya.
Sepeninggal Gazan digantikan oleh Uljaitu Khuda Banda (1305-1316) yang
memperlakukan aliran Syiah sebagai hukum resmi kerajaannya. Ia mendirikan
ibukota baru yang bernama Sultaniyah dekat Qazwain yang dibangun dengan
arsitektur khas II Khaniyah. Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz dan II
Khaniyah menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan antara dunia barat dan
India serta Timur Jauh. Namun, perselisihan dalam keluarga Dinasti II Khaniyah
menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka.49

48
Nursyad. 2014. SERBUAN BANGSA MONGOL KE KOTA BAGHDAD DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KERUNTUHAN DINASTI ABBASIYAH. Skripsi. Jakarta: UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta Hal. 74-80
49
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Periode abad ke 13 dan 15 M bagi wilayah-wilayah Islam yang berada di
kawasan Asia Tengah dan sebagian Timur Tengah dapat disebut sebagai periode
penyerbuan dan penguasaan Bangsa Mongol. Invasi bangsa Mongol di wilayah-
wilayah Islam dipimpin oleh beberapa penguasa, yakni; masa Jenghis Khan, Hulaghu
Khan, dan Timur Lenk.
Potret peradaban Islam pada masa penguasaan bangsa Mongol sangat suram.
Seperti yang telah dipaparkan dalam uraian-uraian terdahulu, pada masa penguasaan
bangsa Mongol, fenomena yang menghiasi lembaran kehidupan masyarakat Muslim di
kedua kawasan itu adalah pembunuhan, pendudukan dan penghancuran. Walaupun
diantara para penguasa Mongol disebutkan ada yang beragama Islam, dapat dipastikan
bahwa perkembangan peradaban Islam di kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah
pada masa penguasaan bangsa Mongol berada dalam kondisi yang tidak kondusif untuk
dapat dikatakan bergerak kearah yang lebih maju.

3.2 Saran
Salah satu faktor yang menyebabkan Negara Islam dapat ditaklukkan di tangan
Mongol adalah munculnya konflik berkepanjangan diantara penguasa Islam ditandai
dengan adanya pertikaian antar dinasti, tingkat ashabiyah dikalangan masyarakat
Muslim menurut kesukuan yang terlalu kuat, dan menurunnya kualitas kehidupan
keagamaan masyarakat Muslim.
Jika dikaitkan dengan masa sekarang, kemunduran Islam dapat kembali terjadi
jika faktor diatas masih dapat terasa, meskipun dalam bentuk yang berbeda. Pertikaian
diantara golongan masyarakat Islam, kurangnya rasa persatuan dan kesatuan di sesama
masyarakat Muslim yang majemuk, serta kecenderungan masyarakat Muslim dalam
mengesampingkan syariat Islam, dapat memicu kemunduran peradaban Islam dimasa
sekarang. Oleh karena itu, semangat persatuan dan kesatuan diantara semua Muslim
dirasa sangat perlu disertai dengan menjalankan syariat Islam dengan benar-benar bagi
seluruh lapisan masyarakat Islam.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bertold, Spuler. History of The Mongols. 1972. London: Routledge &Kegan Paul
Brockelmann, Carl. History of the Islamic Peoples. 1980. London: Routledge & Kegan
Paul
C.G.E.Von Grunebaun. Classical Islam : a history 600-1258, translated by Catherine
Watson. 1970. Chicago : Aldine Publishing Company
Encyclopedia Americana. Connecticut: Grolier Incorporated. Vol. 26
Encyclopedia Britannica. London: William Benton Publisher. Vol. 22
First Encyclopedia of Islam. London: E. J. Brill. Vol. 7
Goldschmidt, Arthur, Jr. A Consice History of the Middle East. 1983. Colorado: Westview
Press
Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam : Sejarah, Pemikiran dan Gerakan. 1992.
Jakarta : Bulan Bintang
Hassan Ibrahim Hassan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. 1989. Yogyakarta: Kota
Kembang
Jalal Al-Din Al Sayuthi. Tarikh al-Khulafa’. Beirut: Al-Fikr
Kusdiana , Ading. Sejarah Peradaban Islam Periode Pertengahan. 2013. Bandung:
Pustaka Setia.
Lihar H.A.R. Gib. Modern Trends in Islam, terjemahan L.E.Hakim. 1954. Jakarta : Tinta
Emas
M. Abdul Karim. Islam di Asia Tengah Sejarah Dinasti Mongol-Islam. 2006. Yogyakarta:
Bagaskara
Muhammad Amin. 2016. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah Serta
Dampaknya Terhadap Dunia Islam Kontemporer, Jurnal el-Hekam Vol.1 No.1.
Muhammad Hudhari Bek.Muhadharat Tarikh al-Umam al-Islamiyah. 1970. Kairo: Al-
Maktabah Al-Kubra
Nursyad.2014.Serbuan Bangsa Mongol Ke Kota Baghdad Dan Dampaknya Terhadap
Keruntuhan Dinasti Abbasiyah. Skripsi. Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
Philip K. Hitti. History of the Arabs.1974.London: Macmillan Student Editions.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. 2008. Bandung: Pustaka Setia
Yatim , Badri. Sejarah peradaban islam. 1997. Jakarta: Raja grafindo persada

24
LAMPIRAN

Peta wilayah kekuasaan Mongol

25

Anda mungkin juga menyukai